PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2 MAX PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 2 BATANGHARI
ABSTRAK
PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX PADA SISWA
EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 2 BATANGHARI
Oleh Arif Cahyanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Circuit Training terhadap Kebugaran Jasmani dan VO2Max. Metode penelitian menggunakan eksperimen dengan desain penelitian (The Radomized pre-test-post-test design). (Zainudin, 2000: 52). Jumlah sampel sebanyak 26 siswa dari total populasi seluruh siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola kelas VII, VIII SMP Negeri 2 Batanghari. Teknik pengambilan data menggunakan test Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) usia 13-15 tahun untuk data kebugaran jasmani dan pengambilan data untuk tes VO2Max menggunakan Test Multi Tahap (Bleep Test). Teknik analisis data menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Hasil analisis data menunjukan bahwa Circuit Training dapat meningkatkan Kebugaran Jasmani dengan taraf signifikan 0,05 dengan nilai sebesar 13,119%, (58.680) > dengan (2.060). Serta dapat meningkatan VO2Max dengan taraf signifikan 0,05 dengan nilai sebesar 4,437%, (38.107) > dengan (2.060). Kesimpulanya Circuit Training berpengaruh lebih besar terhadap Kebugaran Jasmani sebesar (13.119) dibandingkan VO2Max sebesar (4.437). Implikasi dari hasil Penelitian ini sebaiknya untuk meningkatkan Kebugaran Jasmani dan VO2Max lebih baik menggunakan jenis Circuit Training dikarenakan model latihan ini terdiri dari beberapa pos didalamnya yang masing-masing posnya bisa dibuat model latihan dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
Kata Kunci : Pengaruh, Circuit Training, Kebugaran Jasmani, Volume Oksigen Maksimum (VO2Max), TKJI dan Bleep Test.
(2)
(3)
PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX PADA SISWA
EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 2 BATANGHARI
(Skripsi)
Oleh
Arif Cahyanto
PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2014
(4)
(5)
(6)
(7)
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim
Ku persembahkan karya ku ini Kepada :
Ayahanda Wahyudi B.A dan Ibunda Mujiasih tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya hingga saat ini dan
semoga hingga akhir kelak dan dukungan serta do‟a yang kau lantunkan dalam setiap
sujudmu demi keberhasilanku.
Terimakasih atas semua cinta, jerih payah dan pengorbananmu dari setiap tetes kerja keras keringatmu yang telah kau
berikan kepadaku. Semoga apa yang telah kau berikan itu membawa manfaat pahala didunia dan akhirat.
Kakanda tercinta Neti Inayati dan Adinda tercinta Arif Cahyadi. Sahabat Kasih Tercinta yang semoga Menjadi
penunjuk jalan menuju kesuksesan, keselamatan dan kebahagiaan didunia dan akhirat kelak.
(8)
Yang selalu setia menemaniku dengan do‟a , terimakasih atas semua dukungan motivasi, kesabaran, serta
Curahan kasih sayangnya.
Sahabat terbaikku Sapto Wega Subagio, Burhanudin Sadly, Handoyo, Riyan Ardona, Gregorio R.K, Iwayan Swastika,
Anggiat M.G, yang selalu memberikan semangat, dukungan bantuan kalian, serta
mendoakan keberhasilanku.
Teman-teman angkatan 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satupersatu
(terkhusus untuk Alm. Ade Sapaldo)
terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian sehingga membuat aku semakin dewasa dan mengerti
arti sebuah persahabata, perjuangan, dan pengorbanan sejati.
(9)
Moto
“Keberhasilan adalah tetesan dari kerja keras, pengorbanan, perjuangan dan penderitaan. Sedangkan kegagalan adalah
tetesan dari kemalasan, rasa putusasa, tidak percaya diri yang menyebabkan kalah sebelum bertanding”
„„Kewajiban berusaha adalah milik kita Hasil adalah milik Allah‟‟
(Arif Cahyanto)
“Mendaki gunung itu sangat sulit tapi banyak orang yang bisa, karena mereka mau belajar, mencoba, dan berlatih
jangan berhenti karena sulit‟‟ (Arif Cahyanto)
(10)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan lain, dan hanya kepada Tuhan-Mu hendaknya kamu berharap”
(Q.S-Al Insyirah:6-8).
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S-Al Baqarah:2-153).
(11)
xi
SANWACANA
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang penulis susun ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas lampung. Dengan Judul “Pengaruh Circuit Training Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani dan V02Max pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari”
Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya menyampaikan kepada :
1. Ayahanda Wahyudi B.A dan Ibunda tercinta Mujiasih yang selalu menyayangi, mencintai, dan mendo’akan penulis untuk menyelesaikan Studi di Prodi Penjaskes FKIP Unila. Demikian pula kepada Kakakku Neti Inayati dan Adikku Arif Cahyadi yang selalu menyemangati dan memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada peneliti untuk lebih kuat dalam mengarungi kehidupan dimasa depan.
2. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku Pembimbing Pertama atas kesediaan waktu untuk memberikan bimbingan, yang berupa saran, kritik dan masukan kepada penulis guna perbaikan skripsi ini. Demikian pula kepada Bapak Drs. Wiyono, M.Pd selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah bersedia untuk memberikan masukan, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terimakasih
(12)
xii
Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. selaku Pembahas atas kesediaanya untuk memberikan saran dan kritik guna perbaikan skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan FKIP Universitas Lampung memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuan selama penulis menyelesaikan perkuliahan. Terutama Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Kaprodi.
4. Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Batanghari Ibu Dra. R. Sunaryati yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. Begitupula Bapak R. Firman Hadiyatno, S.Pd selaku guru penjaskes di SMP tersebut,termasuk pula para siswa yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir kegiatan.
5. Teman-Teman Penjaskes angkatan 2010 Universitas Lampung terutama Sapto Wega S., Burhanudin Sadly, Arby wahyu S.,Handoyo, Riyan Ardona, Gregorio R.K, Iwayan Swastika,Anggiat M.G.
6. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu baik langsung maupun tidak atas perhatian kepada penulis dalam penulisan skripsi.
Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, amin..
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Bandar Lampung, 05 Agustus 2014 Penulis
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
D. Batasan Masalah... ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
II.TINJAUAN PUSTAKA... 7
A.Latihan Sirkuit (Circuit Training)... ... 7
1. Pengertian Latihan ... 7
2. Dosis Latihan ... 7
3. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan ... 8
4. Cirkuit Training ... 10
B. Bentuk Latihan Pada Masing-masing Pos ... 11
1. Pos I Latihan kecepatan (Speed training) ... 11
2. Pos II Latihan daya ledak (Explosive power) ... 11
3. Pos III Latihan Daya Tahan (Endurance training) ... 12
4. Pos IV latihan kelentukan (flexibility training) ... 12
5. Pos V Latihan Kelincahan (Agility) ... 12
C.Daya Tahan Aerobik... 13
1. Kekuatan (strength)... 14
2. Daya tahan (endurance)... 14
3. Daya otot (muscular power)... 14
4. Kecepatan (speed)... 14
5. Daya lentur (flexibility)... 14
(14)
7. Koordinasi (coordination)... 14
8. Keseimbangan (balance)... 14
9. Ketepatan (accuracy)... 14
10. Reaksi (reaction)... 14
D.Latihan Kondisi Fisik (Physical Conditioning)... 16
1. Bentuk-bentuk Latihan Kondisi Fisik Cabang Olahraga... 17
2. Hubungan Latihan Daya Tahan Aerobik dengan VO2 Max... 21
3. Komponen-komponen dalam Setiap Tahap Latihan... 23
E. Penelitian Yang Relevan... 26
F. Kerangka Pikir... 27
F. Hipotesis... 28
III. METODE PENELITIAN... 30
A. Metode Penelitian... 30
B. Variabel Penelitian... 31
C. Desain Penelitian... 31
D. Definisi Operasional Variabel... 32
E. Populasi dan Sampel... 33
1. Populasi... 33
2. Sampel... 33
F. Metode Pengumpulan Data ... 33
G. Lokasi dan Subjek Penelitian... 34
H. Instrumen Penelitian... 34
1. Pengukuran (TKJI) Kelompok Usia 13-15 Tahun ... 34
a. Kegunaan Tes ... 35
b. Alat dan Fasilitas ... 35
c. Petunjuk umum peserta ... 36
d. Petugas ... 36
2. Pengukuran VO2 Max Mengunakan Metode Bleep Test ... 38
a. Petunjuk umum ... 38
b. Alat dan Fasilitas ... 39
c. Petugas ... 39
d. Petunjuk Umum Pelaksanaan tes ... 39
e. Persiapan Peserta Sebelum dan Sesudah Tes ... 40
f. Pelaksanaan Tes ... 41
g. Penilaian ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 42
G. Pengujian Hipotesisi ... 43
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44
A. Hasil Penelitian ... 44
1. Deskripsi Data ... 44
a. Karakteristik Responden... . 44
b. Data Kebugaran Jasmani dan Vo2max... .. 44
2. Hasil Analisis Statistik Melalui Uji T ... 47
(15)
a. Hipotesis 1 ... 47
b. Hipotesis 2 ... 48
B. Pembahasan ... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Program Circuit Training... 57
2. Daftar Nama Siswa Yang Diteliti Di SMP Negeri 2 Batanghari Tahun 2014/2015... 59
3. Data Nilai Pree Test Kebugaran Jasmani Indonesia... 60
4. Data Nilai Akhir Pree Test Kebugaran Jasmani Indonesia... 61
5. Data Nilai Post Test Tes Kebugaran Jasmani Indonesia... 62
6. Data Nilai Akhir Post Test Tes Kebugaran Jasmani Indonesia... 63
7. Data Nilai Bleep Test Pada Pree Test... 64
8. Data Nilai Akhir Bleep Test Pada Post Test... 65
9. Z Tabel... 66
10.Tabel Nilai F... 67
10.T Tabel Statistics... 72
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Latihan Sirkuit (Circuit Training)... 11
2. Peta Konsep Fisik Pemain Sepakbola... 28
3. Desain Penelitian Sumber Zainudin... 31
4. Lintasan Bleep Test... 40
5. Diagram Batang Hasil Tes awal dan akhir Kebugaran Jasmani. 45
6. Diagram Batang Hasil Tes akhir Kebugaran Jasmani pada seluruh siswa... 45
10.Diagram Batang Hasil Tes Awal dan Akhir Vo2max... 46
12.Diagram Batang Hasil Tes Akhir Vo2max Pada Seluruh Siswa... 46
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Program Latihan Sirkuit (Circuit Traning)... 13
2. Nilai Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Putra Usia 13 -15 Tahun... 37
3. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ( Putera dan puteri).. 37
4. Prediksi Niali VO2 Max Tes Lari Multi Tahap (Bleep Test)... 40
5. Norma Tingkat Cardiovascular (VO2 Max) untuk putra dan putri... 42
6. Hasil Pengujian Hipotesis Uji T Antara Circuit Training (X), Kebugaran Jasmani (Y1), VO2Max (Y2)... 47
7. Data Nilai Pree Test Kebugaran Jasmani Indonesia... 60
8. Data Nilai Akhir Pree Test Kebugaran Jasmani Indonesia... 61
10.Data Nilai Post Test Kebugaran Jasmani Indonesia... 62
11.Data Nilai Akhir Post Test Kebugaran Jasmani Indonesi... 63
12.Data Nilai Bleep Test Pada Pree Test... 64
13.Data Nilai Akhir Bleep Test Pada Post Test... 65
14. Z Tabel... 66
15.Tabel Nilai F... 67
(19)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sribasuki kec. Batanghari kab. (Lampung Timur) , pada tanggal 08 September 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara putra pasangan Bapak Wahyudi B.A. dan Ibu Mujiasih. Pendidikan Taman kanak-kanak (TK) PGRI 1 Sribasuki selesai pada tahun 1998,
Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Sribasuki selesai pada tahun2004, dan melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Batanghari selesai tahun 2007, dan melanjutkan ke MAN 2 Kota Metro Tamat pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasisiwa penulis aktif di UKM Sepak Bola dan Bola Voli sebagai team Bola Voli Unila. Pada Tahun 2013, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di desa Way Ngison Kec. Batu Ketulis, Kab. Lampung Barat, Pada tahun 2013 Penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan di SD Negeri 1 Way Ngison.
(20)
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Untuk mencapai kinerja (Performance) yang lebih baik dari seorang pemain sepakbola, tentu saja dibutuhkan latihan yang teratur, berkesinambungan dan terus menerus, kian hari kian meningkat beban latihannya baik untuk aspek, fisik, taktik tehnik dan mental. Fisik merupakan faktor utama yang mendukung penampilan seorang pemain sepakbola disamping aspek-aspek lainya. Salah satu prasyarat menjadi seorang pemain sepakbola yang dapat bertahan atau bermain dalam waktu yang cukup lama, yaitu memerlukan kondisi fisik, terutama aspek daya tahan (Endurance) yang paling utama adalah daya tahan umum yang menyangkut daya tahan jantung dan paru-paru (Cardio respitory Endurance).
Sebagai indikator seseorang memiliki kemampuan daya tahan yang tinggi adalah ditandai dengan adanya kebugaran jasmani dan Vo2max yang dimilikinya cukup tinggi pula. Kebugaran jasmani menyangkut Latihan kondisi fisik dan memiliki peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja
(21)
2
fisiknya. Serta Vo2max adalah kemapuan paru-paru menyimpan oksigen secara maksimal, nilai VO2Max yang tinggi dapat meningkatkan untuk kerja pada aktivitas daya tahan, yaitu meningkatkan kemampuan rata-rata kerja lebih besar atau lebih cepat. Bila kemampuan kebugaran jasmani cukup tinggi karena itu dengan kondisi fisik yang baik, maka seorang pemain sepakbola tidak akan mudah mengalami kelelahan dan lebih maksimal.
Peni Mutalib (1984:1) Menyatakan bahwa ”Bagaimana juga kemampuan teknik permainan seorang pemain harus ditunjang oleh kondisi fisik yang prima”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa seorang pemain sepak bola tidak dapat bermain sampai kepuncak prestasi, bila tidak ditunjang oleh komponen kondisi fisik dan teknik yang baik. Sebagian besar kondisi fisik yang dimiliki pemain saat ini masih kurang, seperti tingkat VO2Max dan kebugaran jasmaninya, masih banyaknya siswa yang menaglami kelelahan saat bermain sepakbola dan kurangnya konsentrasi serta fokus dari para siswa saat bermain sepakbola.
Menurut (Sumber: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas, 2005:68) norma tingkat cardiovascular (Vo2Max) dan kebugaran jasmani seorang atlet yang baik adalah 42.6 – 51.5 (ml/kg/min). Padahal selain teknik dasar bermain sepakbola yang harus dikuasai secara menyeluruh, faktor Kebugaran Jasmani dan VO2Max sangat diperlukan dalam bermain sepakbola. Untuk menjadi seorang pemain sepakbola yang handal harus memiliki tingkat VO2Max dan Kebugaran Jasmani yang baik terutama dalam melakukan pergerakan tanpa maupun dengan bola. Karena Olahraga sepak
(22)
3
bola merupakan suatu bentuk permainan bola besar dengan melibatkan pola-pola gerak tertentu yang banyak memanfaatkan tungkai.
Maka kemampuan VO2Max dan Kebugaran Jasmani para pemain sepakbola adalah hal yang sangat penting. Karena itu perlu dibuat suatu bentuk latihan yang membuat pemain tetap bugar dalam melakoni pergerakan aktif dilapangan. Latihan untuk mengembangkan daya tahan haruslah sesuai dengan batasan yang ada misalnya latihan daya tahan harus berlangsung dalam waktu yang lama, seperti lari jarak jauh, renang jarak jauh, cross country/lari lintas alam, fartlek, interval training, circuit training dan latihan small side game, atau bentuk latihan apapun yang memaksa tubuh kita bekerja untuk waktu yang lama. Kemampuan daya tahan akan meningkat sekitar 40% - 60%, jika dilatih sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.
Circuit Training merupakan salah satu program latihan yang memiliki ciri-ciri tertentu yaitu terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan (M. Sajoto, 1995: 83). Circuit Tarining akan tercakup latihan untuk kecepatan, daya ledak, daya tahan, kelentukan, dan kelincahan yang kesemuanya itu merupakan unsur-unsur yang penting dalam permainan sepakbola dan unsur tersebut haruslah dibina. Dengan demikian diharapkan dengan adanya Circuit Training masalah Kebugaran Jasmani dan VO2Max para pemain sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari dapat ditingkatkan dengan memasukkan unsur-unsur latihan di setiap posnya yang merupakan latihan kondisi fisik umum pemain sepak bola (General Physical Conditioning).
(23)
4
Fakta yang terjadi dilapangan adalah tingkat VO2Max dan Kebugaran Jasmani pemain sepak bola di SMP Negeri 2 Batanghari Kabupaten Lampung Timur umumnya masih kurang, ini dapat dilihat ketika bermain siswa cepat mengalami kelelahan, siswa tidak dapat bermain selama 2 x 45 menit dan tidak dapat mempertahankan kebugarannya yang mengakibatkan dalam permainan siswa kurang fokus ketika sedang bertanding, itu semuanya disebabkan faktor kebugaran jasmani siswa yang masih rendah. Seperti pada saat gerakan pemain dalam melakukan pergerakan tanpa bola maupun pergerakan pada saat ada bola masih sangat terbatas.
Bertolak dari penjelasan dan uraian yang ada dalam latar belakang masalah, mengingat pentingnya peningkatan Vo2Max dan Kebugaran Jasmani dalam permainan sepak bola maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Pengaruh Cirkuit Training Terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani dan V02Max pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari. Adapun alasan yang mendasari penulis memilih judul dan tema tersebut adalah :
Kebugaran Jasmani merupakan salah satu sarana yang sangat penting yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menjaga dan meningkatkan efisiensi serta efektifitas sehari-hari dan merupakan faktor yang sangat penting pula dan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Demikian pula bagi pelajar, Kebugaran Jasmani dan Vo2Max merupakan faktor yang sangat penting untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler khususnya sepakbola. Pertimbangan dipilihnya siswa kelas VII, VIII sebagai obyek penelitian, adalah karena siswa kelas VII, VIII mempunyai waktu yang ideal untuk
(24)
5
memperbaiki, menjaga dan meningkatkan Kesegaran Jasmani dan Vo2Max dan diharapkan berprestasi.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Banyak sekali siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola tidak sanggup bermain sampai akhir latihan.
2. Masih banyak siswa dalam melakukan olahraga sepakbola mengalami kelelahan yang berlebihan dalam bermain sepakbola.
3. Masih reandahnya tingkat kebugaran jasmani para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola sehingga banyak yang mengalami cedera dan kelelahan.
4. Akibat rendahnya kebugaran jasmani dan Vo2max mennyebabkan rendahnya tingkat konsentrasi dan minat latihan, maka dengan demikian akan menimbulkan kebosanan atau menurunya minat untuk latihan.
C.Rumusan masalah :
1. Seberapa besar peningkatan kebugaran jasmani setelah mengikuti latihan Circuit Training ?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan VO2Max setelah mengikuti Circuit Training ?
(25)
6
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besarnya pengaruh Circuit Training terhadap peningkatan Kebugaran Jasmani pada siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
2. Mengetahui besarnya pengaruh Circuit Training terhadap peningkatan VO2Max pada siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
E.Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti :
Perlu penelitian pada aspek lainya sehingga dimungkinkan dari Circuit Training dapat diteliti pennyebab untuk meningkatkan kinerja (Performance) pemain sepakbola.
2. Bagi prodi penjaskesrek penelitian ini berguna untuk menambah peferensi perpustakaan dan sebagai bahan acuan dan pengembangan bagi para mahasiswa dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Pembina/ Klub sepakbola metode Circuit Training dapat jadikan acuan untuk latihan yang bertujuan meningkatkan kempuan Kebugaran Jasmani dan VO2Max para pemain sepakbola.
(26)
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Latihan
1. Pengertian latihan
Bompa (1994: 3) latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas. Menurut pendapat Fox (1993: 693) bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk mengembangkan seorang atlit dalam menghadapi pertandingan penting. Peningkatan kemampuan ketrampilan dan kapasitas energi diperhatikan sama.
2. Dosis latihan
Penentuan dosis latihan adalah menetapkan tentang ukuran beban latihan yang harus dilakukan oleh atlet untuk jangka waktu tertentu. Ada dua bentuk dosis latihan yaitu dosis ekternal dan dosis internal. Dosis ekternal (outer load) adalah jumlah beban kerja yang dirancang bagi seorang atlet yang menyusun kerangka sesi dari suatu program latihan. Untuk menyusun program latihan yang benar, seorang pelatih perlu mengenal karakteristik dosis eksternal. Komponen dosis ekternal adalah volume, yaitu jumlah kerja yang ditampilkan selama satu sesi latihan atau suatu fase latihan. Volume
(27)
8
latihan dapat berupa durasi, jarak tempuh dan jumlah pengulangan/ repetisi (Bompa, 1994).
Beban latihan dapat dikatakan sebagai dosis latihan fisik. Yang dimaksud dosis latihan antara lain:
a. Intensitas latihan dapat diartikan sebagai kualitas beban (ringan, sedang, berat atau low moderate, sub maximal, maximal, super maximal),
b. Frekuensi latihan merupakan jumlah kejadian/ ulangan,
c. Durasi latihan diartikan sebagai lamanya latihan dilaksanakan. Durasi latihan juga akan mempengaruhi perubahan adaptasi tubuh,
d. Jenis latihan atau bentuk latihan. Yang dimaksud jenis adalah karakteristik latihan dari intensitas, frekuensi dan durasi latihan (Fox, 1993).
3. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan.
Program latihan hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang. Prinsip-prinsip dasar latihan yang secara umum harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Prinsip beban berlebih (the overload principles).
Pendapat Fox (1993: 687) dikemukakan bahwa intensitas kerja harus bertambah secara bertahap melebihi ketentuan program latihan merupakan kapasitas kebugaran yang bertambah baik. Bompa (1994: 29) bahwa pemberian beban latihan yang melebihi kebiasaan kegiatan
(28)
9
sehari-hari secara teratur. Hal itu bertujuan agar sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk tingkat kemampuan tinggi.
b. Prinsip kekhususan (the principles of specificity).
Latihan harus bersifat khusus sesuai dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan. Perubahan anatomis dan fisiologis dikaitkan dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan tersebut (Bompa, 1994: 32).
c. Prinsip individual (the principles of individuality).
Bompa (1994: 35) menjelaskan bahwa latihan harus memperhatikan dan memperlakukan seseorang sesuai dengan tingkatan kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan olahraga. Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis seseorang, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar.
d. Prinsip beban latihan meningkat bertahap (the tprinciples of progressive increase load).
Seseorang yang melakukan latihan, pemberian beban harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan ajeg hingga mencapai beban maksimum (Bompa, 1994: 44).
(29)
10
e. Prinsip Kembali Asal (the principles of reversibility).
Djoko P.I (2000: 11) bahwa kebugaran yang telah dicapai seseorang akan berangsurangsur menurun bahkan bisa hilang sama sekali, jika latihan tidak dikerjakan secara teratur dengan takaran yang tepat.
f. Prinsip mengenal sumber energi utama (the principles of predominant energi system).
4. Circuit Training
Menurut M. Sajoto (1995: 83) latihan Circuit adalah suatu program latihan terdiri dari beberapa stasiun dan di setiap stasiun seorang atlet melakukan jenis latihan yang telah ditentukan. Satu sirkuit latihan dikatakan selesai, bila seorang atlet telah menyelesaikn latihan di semua stasiun sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan. Menurut Soekarman (1987: 70) latihan Circuit adalah suatu program latihan yang dikombinasikan dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan suatu latihan tidak akan membosankan dan lebih efisien. Latihan Circuit akan tercakup latihan untuk kekuatan otot, ketahanan otot, kelentukan, kelincahan, keseimbangan, dan ketahanan jantung paru. Latihan-latihan harus merupakan siklus sehingga tidak membosankan. Latihan Circuit biasanya satu Circuit ada 5 sampai 15 stasiun, berlangsung selama 10-20 menit. Istirahat dari stasiun ke lainnya 15-20 detik.
(30)
11
Gambar 1. Latihan Sirkuit (Circuit Training)
Kelincahan Kelentukan
Kecepatan Daya tahan
B. Bentuk Latihan Pada Masing-Masing Pos Adalah Sebagai Berikut : 1. Pos I Latihan kecepatan (Speed training)
Aspek kecepatan dalam sepakbola sangat penting, pemain harus bergerak dengan cepat untuk menutup setiap pergerakan lawan di lapangan sambil menjangkau atau merebutnya dengan cepat. Cara untuk bergerak cepat adalah melatih kecepatan tungkai/ kaki aspek kecepatan dalam sepakbola juga bermakna pemain harus cekatan dalam mengubah arah gerak dengan tiba-tiba, tanpa kehilangan momen keseimbangan tubuh (agilitas). Bentuk latihannya adalah ski Jack.
2. Pos II Latihan daya ledak (Explosive power)
Bentuk latihan daya ledak yaitu melompat dengan dua kaki (double leg bound)
daya ledak
ST IV
ST V
ST I
ST II
(31)
12
3. Pos III Latihan Daya Tahan (Endurance training)
Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan. Bentuk latihanya adalah gerakan lutut tinggi / lari di tempat (cardio).
4. Pos IV latihan koordinasi
Orang yang kurang koordinasi rentan mengalami cedera di bagian otot dan daerah persendian, gerakannya cenderung kaku sehingga banyak menggunakan energi, kurang harmonis, kurang rileks, dan tidak efisien. Latihan-latihan peregangan dengan kualitas gerakan yang benar memacu komponen otot dan persendian mengalami peregangan yang optimal bentuk latihanya adalah latihan koordinasi.
5. Pos V Latihan Kelincahan (Agility)
Dalam olahraga, kelincahan digunakan dalam berbagai bentuk seperti pada cabang sepakbola. Oleh karena itu perlu adanya latihan khusus bentuk latihan kelincahan adalah running jack.
Menurut J.P. O’Shea dan E.L.Fox yang dikutip M. Sajoto (1995: 83) ada dua program latihan cirkuit, yang pertama bahwa jumlah stasiun adalah 8 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 45 detik, dengan repetisi antara 15-20 kali, sedang waktu istirahat tiap stasiun 1 menit atau kurang. Kedua dinyatakan jumlah stasiun antara 6-15 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 30 detik, dan satu Circuit diselesaikan 5-20 menit, dengan waktu istirahat tiap stasiun adalah 15-20 detik.
(32)
13
Tabel 1. Program Latihan Sirkuit (Circuit Training) Sepakbola
Lama Latihan 6 Minggu
Frekuensi 3 x per minggu
Circuit 5 tempat
Waktu tiap sirkuit 30 detik – 1 menit Jumlah waktu 5 – 10 menit
Beban 75% dari 1 – RM (kekuatan maksimium)
Repetisi 1 menit
Istirahat 15 detik antara stasiun satu dengan stasiun berikutnya
C. Daya Tahan Aerobik
Olahraga aerobik dengan oksigen melibatkan kelompok-kelompok otot besar dan dilakukan dengan intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu yang cukup lama, sehingga sumber-sumber bahan bakar dapat diubah menjadi ATP dengan menggunakan siklus asam sitrat sebagai jalur metabolisme predominan. Olahraga aerobik dapat dipertahankan dari lima belas sampai dua puluh menit hingga beberapa jam dalam sekali latihan. (Sherwood, 2001: 34). Latihan yang meningkatkan persediaan ATP-PC dalam otot, peningkatan kadar glikogen maupun peningkatan nilai ambang anaerobik dengan cara pembentukan asam laktat yang lebih sedikit pada beban yang sama maupun ketahanan terhadap keasaman yang disebabkan asam laktat. (Soekarman, 1987: 49).
Menurut M. Sajoto (1995: 8) daya tahan aerobik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen kondisi fisik yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya dalam meningkatakan kondisi
(33)
14
fisik seluruh komponen harus dikembangkan walaupun dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status yang dibutuhkan. Komponen-komponen kondisi fisik diantarannya:
1. Kekuatan (strength), adalah kemampuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
2. Daya tahan (endurance), adalah kemampuan seseorang untuk bekerja dalam jangka waktu yang relatif lama dengan kelelahan yang tidak berarti. 3. Daya otot (muscular power), kemampuan seseorang dalam
mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek pendeknya.
4. Kecepatan (speed), kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.
5. Daya lentur (flexibility), efektifitas seseorang dalam penyesuiaan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang laus.
6. Kelincahan (agility), kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
7. Koordinasi (coordination), kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.
8. Keseimbangan (balance), kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.
9. Ketepatan (accuracy), kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.
10.Reaksi (reaction), kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syarat atau feeling lainnya.
Menurut Richard Eaton (1989: 106) komponen pembinaan kondisi fisik yang penting dalam mencapai prestasi olahraga terdiri dari: kekuatan, daya tahan, kecepatan dan kelincahan. Kondisi fisik atlet memberikan sumbangan terhadap pencapaian sebuah prestasi, tetapi untuk berprestasi tinggi ditentukan oleh teknik, taktik juga kualitas kondisi fisik yang prima. Menurut
(34)
15
pendapat Suharno (1993: 12) bahwa aspek-aspek yang perlu disempurnakan untuk mencapai kondisi fisik prima antara lain:
1. Latihan kondisi fisik khusus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga yang diikuti.
2. Peningkatan penguasaan teknik dasar, teknik tinggi secara otomatis yang sempurna dan benar.
3. latihan taktik sesuai dengan penguasaan kemampuan fisik dan teknik. 4. pembinaan mental
5. Melatih kemantapan bertanding dengan mengadakan pertandingan-pertandingan percobaan.
Dalam http://blogspot.com, (2007) Latihan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam setiap program latihan olahraga, terutama saat akan menghadapi pertandingan atau kompetisi. Latihan kondisi fisik harus mengacu kepada prinsip-prinsip latihan yang dilakukan secara sistematis, berencana dan progresif yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari seluruh sistem tubuh agar prestasi semakin meningkat. Program latihan kondisi fisik tersebut haruslah disusun secara teliti serta dilaksanakan secara cermat dan dengan penuh disiplin. Berbagai keadaan yang dapat dicapai jika atlet memiliki kondisi fisik yang baik adalah:
a. Peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
b. Peningkatan dalam kekuatan, kecepatan, kelenturan, stamina, kecepatan dan lainlain komponen fisik.
c. Pelaksanaan gerak yang lebih ekonomis.
(35)
16
e. Memiliki kemampuan respon dan umpan balik yang lebih baik.
Latihan daya tahan atau disebut juga Cardio Respiratory Training dapat meningkatkan suplay oksigen pada otot-otot yang memberikan kemampuan kepada atlet untuk melakukan suatu aktivitas yang lebih tinggi tingkatnya dalam waktu yang lama. Daya tahan ini ada dua bentuk, yaitu: daya tahan umum (general endurance / daya tahan aerobik) dan daya tahan khusus (special endurance / daya tahan anaerobik).
D. Latihan Kondisi Fisik (Physical Conditioning)
Latihan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, latihan kondisi fisik merupakan program pokok dalam pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suatu cabang olahraga. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya sering terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Kurangnya daya tahan, kelentukan persendian, kekuatan otot, dan kelincahan merupakan penyebab utama timbulnya cedera olahraga. Hal ini disebabkan program latihan kondisi fisik yang dilakukan seseorang ticlak sempurna sebelum dia terjun mengikuti pertandingan atau melaksanakan kegiatan fisik
(36)
17
yang lebih berat. Setiap, orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar ia clapat melaksanakan pekerjaannya. dengan efisien clan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap, pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Program latihan kondisi fisik perlu direncanakan secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan ergosistem tubuh. Proses latihan kondisi fisik yang dilakukan secara cermat, berulang-ulang dengan kian hari meningkat beban latihannya, akan meningkatkan kebugaran jasmani. Hal ini akan menyebabkan seseorang kian terampil, kuat clan efisien dalam gerakannya. Para ahli olahraga berpendapat, bahwa seorang atlet yang mengikuti program latihan kondisi fisik secara intensif selama 6 – 8 minggu sebelum musim pertandingan, akan memiliki kekuatan, kelentukan, dan daya tahan yang jauh lebih baik selama musim pertandingan. Perkembangan kondisi fisik yang terbaik juga membantu seorang atlet untuk mampu mengikuti latihan selanjutnya dalam usaha mencapai prestasi setinggi-tingginya.
1. Bentuk-bentuk Latihan Kondisi Fisik Cabang Olahraga
Berkenaan dengan pembinaan kondisi fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani, kita perlu mengenal beberapa unsur-unsur kesegaran jasmani yang perlu dilatih. Unsur-unsur kesegaran jasmani tersebut antara lain: kekuatan, kecepatan, daya tahan otot jantung clan paru-paru, kelincahan, daya ledak (power) clan kelentukan. Pada buku Pendidikan Jasmani jilid 1
(37)
18
clan 2 telah dipaparkan mengenai unsur-unsur kebugaran jasmani tersebut. Pada buku Pendidikan Jasmani jilid 3 ini akan dipaparkan mengenai salah satu latihan kondisi fisik cabang olahraga sepak bola. Untuk cabang-cabang olahraga yang lainnya akan dijabarkan dalam bentuk tabel. Sepak bola merupakan permainan yang memakan waktu selama 2 x 45 menit. Selama waktu satu setengah jam itu, pemain dituntut untuk senantiasa bergerak. Bukan hanya sekedar bergerak,namun dalam gerak tersebut masih harus melakukan berbagai gerak fisik lainnya seperti: berlarlsambil menggiring bola, berlari kemudian harus berhenti tiba-tiba, berlari sambil berbelok 90-. bahkan 180°, melompat, meluncur (sliding) beradu badan (body charge),bahkan terkadang berlanggar dengan pemain lawan dalam kecepatan tinggi.jika berbicara tentang sepak bola prestasi, maka tuntutan kondisi fisik ini akan lebih tinggi lagi.
Untuk mencapai kondisi fisik yang tinggi, diperlukan latihan yang teratur dan terprogram dengan balk. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang kondisi fisik, unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, Berta cara melatih masing-masing unsur tersebut untuk membina kualitas fisik sesuai tuntutan permainan sepak bola.Unsur-unsur kondisi fisik merupakan kualitas fisik yang menentukan untuk pencapaian hasil dalam olahraga. Unsur-unsur ini tidak dapat dilihat sebagai komponen yang terpisah-pisah artinya untuk setiap cabang olahraga komponen-komponen itu diperlukan dan harus dilatih, namun ada komponen yang lebih dominan dari komponen lain. Kualitas fisik yang diperlukan untuk pemain sepak bola, di samping tingkat kemampuan teknik yang baik, maka unsur-unsur seperti:
(38)
19
kecepatan (speed), daya ledak (explosive), daya tahan (endurance), koordinasi, dan kelincahan (agility) haruslah dibina. Kecepatan diperlukan dalam usaha mengejar bola dan menggiring bola. Daya ledak diperlukan untuk mengatasi lawan dalam gerakan awal (start), baik untuk tujuan mengejar bola, melepas diri dari jagaan dan gerak tipu. Daya tahan dibutuhkan sekali, sebab permainan yang memerlukan waktu 90 menit, dengan kegiatan fisik yang terns menerus dengan berbagai bentuk gerakan seperti: berlari, melompat, meluncur (sliding), body charge dan sebagainya jelas memerlukan daya tahan yang tinggi. Demikian pula dengan unsur kelentukan dan kelincahan juga termasuk unsur dominan dalam permainan sepak bola. Pemain yang kurang kelentukan tubuhnya akan mengalami kesukaran dalam mengolah bola, melakukan gerak tipu, sliding tackle atau mengubah arch dalam berlari.
a. Latihan Kondisi Fisik Umum Pemain Sepak Bola (General Physical Conditioning)
Latihan kondisi fisik umum adalah latihan fisik yang belum dikaitkan dengan cabang olahraga tertentu. Dengan kata lain pembentukan kondisi fisik tersebut masih bersifat umum dan dasar. Program latihan yang dilakukan untuk melatih kondisi fisik umum pemain sepak bola yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan Vo2Max antara lain sebagai berikut.
(39)
20
1) Latihan daya ledak (Explosive power)
Latihan daya ledak sangat diperlukan dalam olahraga sepakbola karena sebagai unsur yang penting dalam melakukan akselerasi.Latihan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut melompat dengan dua kaki (double leg bound)
2) Latihan kelincahan (Agility)
Dalam olahraga, kelincahan digunakan dalam berbagai bentuk antara lain : sepakbola, bola voli, bola basket dan olahraga lainya, oleh karena itu perlu adanya latihan khusus seperti zig-zag run dan variasi lainya.
3) Latihan kecepatan (Speed training)
Latihan kecepatan yang masih bersifat umum ini diberikan dalam bentuk latihan lari dan sekaligus dengan latihan reaksi. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam latihan kecepatan antara lain sebagai berikut. Perlu diingat bahwa untuk lebih efektifnya latihan kecepatan tersebut, perlu rangsangan-rangsangan stimulus luar seperti: tanda dengan tepukan Langan, bunyi peluit, atau suara sebagai komando untuk mulai yang sekaligus juga melatih reaksi pemain.
4) Latihan daya tahan (Endurance training)
Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan. Banyak kegiatan
(40)
21
dalam membina daya tahan yang dapat dilakukan, antara lain: lari jarak jauh, latihan aerobik 12 menit, lari lintas alam (cross country), fartlek, dan interval nterval training.
5) Latihan kordinasi
Ada berbagai macam bentuk latihan koordinasi yang dapat dikembangkan diantaranya adalah latihan kayang, cium lutut.
2. Hubungan Latihan Daya Tahan Aerobik dengan VO2Max
Latihan daya tahan akan mengembangakan konsumsi oksigen. Dan VO2Max adalah volume oksigen maksimum. Willmore dan Costill (1994: 155) mengatakan bahwa subyek yang belum terlatih VO2Max menunjukkan peningkatan sebesar 20% atau lebih setelah mengikuti program latihan selama 6 bulan. Nilai VO2Max yang tinggi dapat meningkatkan untuk kerja pada aktivitas daya tahan, yaitu meningkatkan kemampuan rata-rata kerja lebih besar atau lebih cepat.
Berdasarkan study yang dilakukan oleh Gregory (dalam Rushall dan Pyke, 1990: 202- 208) dikatakan bahwa perbandingan latihan kontinyu lambat memperbaiki daya aerobik dan ambang batas asam laktat. Ambang batas anaerobik dalam teori paling baik ditingkatkan dengan latihan intensitas tinggi, meskipun pada praktik pelaksanaannya lebih efektif dan efisien dengan latihan kontinyu panjang pada intensitas sekitar 1-2 % dibawah ambang batas asam laktat yang ada. Meningkatnya intensitas kerja sampai batas VO2Max akan menyebabkan terjadinya salah satu dalam konsumsi oksigen, yaitu terjadi keadaan stabil (plateu) atau sedikit menurun dalam
(41)
22
hal denyut nadi (Willmore dan Costill, 1994: 158 ). Terjadinya plateu tersebut menunjukkan bahwa akhir aktivitas semakin dekat karena suplai oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa VO2Max membatasi rata-rata kerja atau kecepatan kerja yang dapat dilakukan. Jika aktivitas dilanjutkan sampai beberapa waktu setelah mencapai VO2Max, sumber energi aerobik akan habis dan harus segera disuplai dari sumber energi anaerobik dengan kapasitas sedikit, sehingga tidak dapat berlangsung dalam waktu lama. Untuk orang awam, atlet maupun seorang pelatih yang ingin meningkatkan daya tahan (endurance) harus mengetahui bahwa yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan daya tahan sistem kardiovaskuler.
Dengan sistem kardiovaskuler yang baik, maka kebutuhan biologis tubuh pada waktu kerja akan lancar. Kelancaran tersebut dimungkinkan apabila alat-alat peredaran darah yang mengalirkan darah sebagai media penghantar untuk memberikan zat-zat makanan dan oksigen yang diperlukan jaringan tubuh, dapat menjalankan fungsinya dengan sempurna. Pengertian endurance adalah kemampuan seseorang melaksanakan gerak dengan seluruh tubuhnya dalam waktu yang cukup lama dan dengan tempo sedang sampai cepat, tanpa mengalami rasa sakit dan kelelahan berat (M. Sajoto, 1995:121).
Endurance menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik. Jadi dapat berlaku bagi seluruh tubuh, suatu sistem dalam tubuh, daerah tertentu dan sebagainya (Dangsina Moeloek,1984:3). Maximal Aerobik Power dapat
(42)
23
dikatakan penentu yang penting pada olahraga ketahanan (endurance). Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahragawan yang sukses dalam nomor endurance secara tetap menunjukkan nilai VO2Max yang tinggi. Nilai VO2Max tertinggi dicapai pada olahraga yang memerlukan penggunaan energi yang relatif sangat besar dalam jangka waktu yang lama. Penelitian lain telah mengamati hubungan yang erat antar VO2Max dan prestasi olahraga nomor endurance seperti lari jarak jauh, renang dan bersepeda.
3. Komponen-komponen dalam Setiap Tahap Latihan a. Pemanasan (Warming up)
Pemanasan bertujuan untuk meningkatkan suhu tubuh, suhu tubuh ideal bagi manusia untuk dapat beraktivitas dengan baik adalah sekitar 37 °C. Manfaat pemanasan diantaranya:
1) Memperlancar sistem pernafasan 2) Memperlancar sistem peredaran darah
3) Memperluas ruang gerak sendi
4) Membuat sistem jaringan otot lebih elastis 5) Merangsang produksi sistem energi tubuh
6) Memberi rasa nyaman secara psikologis menjelang olahraga dll. Lama waktu pemanasan adalah bervariasi tapi pada umumnya dapat dilakukan dalam waktu 10-15 menit. Indikasi keberhasilan pemanasan
(43)
24
yang baik dapat diukur dengan mulai munculnya keringat akibat naiknya suhu tubuh, denyut jantung yang meningkat dari denyut nadi isirahat dan berada pada fase bawah denyut jantung latihan, bisa merasakan adanya peningkatan dari sisten pernafasan, otot, sendi juga mulai timbulnya perasaan nyaman atau senang untuk memulai latihan inti ataupun pertandingan. Cara melakukan pemanasan:
Membuat gerakan yang sistematis (beraturan), misalnya jika dimulai dari kepala maka gerakannya teratur dari kepala, leher, tangan, pinggang sampai kaki dan juga sebaliknya. Melakukan peregangan statis dan dinamis, peregangan statis dilakukan dengan cara "diam" tidak bergerak dan cenderung tidak dipaksakan. Peregangan dinamis adalah gerakan yang dilakukan dengan cara memantul-mantulkan (bounching) sehingga ada pergerakan anggota tubuh. Pemanasan juga dapat dilakukan dengan menggunakan hitungan dan irama terutama jika melakukan pemanasan secara berkelompok.
b. Latihan Inti (Main Exercise)
Adalah latihan utama yang dianggap sebagai inti dari berolahraga. Latihan utama ini dapat berbentuk perseorangan dan kelompok tergantung dari jenis/ cabang olahraga. Durasi dari latihan inti ini bervariasi tergantung dari jenis olahraganya.Olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan dapat dilakukan minmal 30 menit frekuensi 3-5 kali seminggu. Penelitian mengungkapkan berolahraga akan memberi dampak signifikan
(44)
25
kebugaraan jasmani jika dilakukan minimal 150 menit/ minggu. Indikasi dari berhasil tidaknya seseorang melakukan latihan inti dapat dilihat dari tercapai tidaknya denyut jantung latihan (Training Heart Rate Zone) 70% s/d 85% x Denyut Jantung Maximal. Indikator lainnya adalah keringat yang menandakan adanya pembakaran dan kerja dari sistem jaringan tubuh. Contoh-contoh latihan inti yang sering dilakukan adlah lari/jogging, sepakbola, bola volli, basket dll.
c. Pendinginan ( Cooling Down)
Adalah fase dimana kita berada pada peralihan latihan inti ke berhenti latihan. Banyak yang mengabaikan fase ini sehingga memberikan dampak negatif sehabis berolahraga misalnya cedera, pembentukan asam laktat berlebih, bahkan adanya pembengkakan pembuluh darah karena berhenti berolahraga tiba-tiba pada saat aliran darah masih tinggi dalam pembuluh darah. Tujuan dari melaksanakan pendinginan diantaranya menurunkan suhu tubuh ke kondisi normal yang akan diikuti oleh menurunnya denyut jantung (Denyut Jantung Pemulihan).
Apabila suhu tubuh dan denyut jantung sudah menurun bahkan sudah pada denyut jantung istirahat maka pendinginan sudah berhasil dan dapat melanjutkan aktivitas lainnya atau beristirahat memulikan kondisi tubuh (recovery). Cara melakukan: Lakukan gerakan-gerakan relaksasi yang ringan dan memberi rasa nyaman, sperti jogging santai, gerakan rotasi di persendian leher, pinggang, tangan dan kaki. Mencari tepat yang lebih sejuk sebagai tempat relaksasi sambil meregangkan
(45)
26
anggota tubuh, suhu yang lebih sejuk dapat membuat denyut jantung menurun. Dapat juga dengan mengkonsumsi minuman yang sejuk seperti air putih ataupun air mineral.
E.Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Nugroho (2006:80) dengan judul : “Pengaruh Latihan Sirkuit (Circuit Training) Terhadap Daya Tahan Aerobik (Vo2Max) Mahasiswa Pko Fakultas Ilmu Keolahragan Universitas Negeri Yogyakarta” Menyimpulkan bahwa Terdapat pengaruh latihan sirkuit terhadap peningkatan daya tahan aerobik (VO2Max) sebesar 43.10 %. Teridentifikasi Atlet PPLM FIK UNY untuk usia 20 s/d 22 tahun secara keseluruhan setelah melakukan latihan sirkuit (circuit training) daya tahan aerobik (VO2Max) dalam klasifikasi Bagus (43 s/d 52) dan Tinggi (> 53). 12 sampel Atlet PPLM FIK UNY setelah melakukan latihan sirkuit (circuit training) diperoleh hasil sebanyak 6 atlet yang daya tahan aerobiknya (VO2Max) termasuk dalam klasifikasi bagus (Good) dan sebanyak 6 atlet yang daya tahan aerobiknya (VO2Max) dalam klasifikasi tinggi (High). 2. Penelitian yang dilakukan oleh (Costill,1967 dikutip Pate, Rotella, Mc.
Clenaghan,1993: 257). Bentuk latihan untuk meningkatkan VO2Max misalnya lari jarak jauh, renang jarak jauh, cross country/lari lintas alam, fartlek, interval training atau bentuk latihan apapun yang memaksa tubuh
(46)
27
kita bekerja untuk waktu yang lama. Penelitian lain telah mengamati hubungan yang erat antara Vo2Max dan prestasi olahraga nomor endurance seperti lari jarak jauh, renang dan bersepeda.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Bedja Wijana (2007:74) yang berjudul
“Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa yang Mengikuti Kegiatan
Ekstrakurikuler Bolavoli dan Bolabasket di SMP 2 Panjatan Kabupaten
Kulon Progo”. Diperoleh rerata hasil penelitian TKJI pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolavoli adalah 14,11, nilai minimum 11, maksimum 17, dan standar devinisi (SD) 1,45. Sedangkan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket reratanya 15,00, nilai minimum 13, maksimum 20, dan SD 1,70.
F. Kerangka pikir
Sebagai seorang pemain sepakbola, kondisi fisik yang berupa daya tahan paru (Cardio respitory Endurance) merupakan prasyarat yang harus dilatih dan dimiliki agar mampu bermain dalam waktu yang lama yang menjadi tuntutan dari ciri pemain sepakbola. Kebugaran jasmani dan Vo2max merupakan faktor yang dapat dijadikan tolak ukur dari kemampuan kondisi fisik pemain sepakbola. Karena kedua hal tersebut merupakan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi seseorang selama penampilan fisik (kinerja) pemain sepakbola. Seperti dalam aspek kebugaran jasmani terdiri dari kecepatan, kelentukan, daya tahan, kelincahan, dan daya ledak. Seperti Vo2max terdiri meliputi kemampuan paru-paru mennyimpan O2 secara maksimal, O2 sendiri merupakan unsur yang tidak bisa diabaikan dalam sistem energi khususnya dalam sistem olahraga
(47)
28
terarah seperti olahraga sepakbola. Banyak bentuk latihan-latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan Vo2max , salah satu diantarannya melalui Circuit Training untuk meningkatkan Peformance pemain sepakbola seperti pada peta konsep berikut :
Gambar 2. Kerangka Fikir Penelitian
G.Hipotesis
Menurut Sutrisno (1990:90) Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar mungkin salah yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dari defenisi tersebut dapatlah dikatakan bahwa hipotesis terdiri dari sesuatu yang ditolak atau sesuatu yang diterima. Menurut hasil penelitian dalam penulisan hipotesis haruslah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan bukan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah tentang pengaruh latihan sirkuit training terhadap tingkat Kebugaran Jasmani dan V02Max pada siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari. Maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :
Circuit Training
Kebugaran Jasmani
(48)
29
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara circuit training terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara circuit training terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari. H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara circuit training terhadap
peningkatan VO2Max pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara circuit training
terhadap peningkatan VO2Max pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
(49)
30
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. (Sukardi. 2003: 93). Metode penelitian merupakan strategi umum yang di anut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Menurut Arikunto (1998 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen adapun rancangan yang digunakan adalah secara acak dengan tes awal dan tes akhir (The Radomized pre-test-post-test design) (Zainudin, 2000: 52). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari sejumlah 26 siswa yang terdiri dari 1 kelompok yaitu kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini penulis mengadakan percobaan terhadap sekelompok subjek yang akan dites kemampuan awalnya (pre-test ) yaitu tes multistage dilakukan untuk mengetahui daya tahan aerobik (endurance) yaitu dengan mengukur seberapa besar kemampuan VO2Max pada level dan pembalikan. Setelah diperoleh nilai hasil tes awal, dilakukan circuit training. kemudian kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan cara guru menerapkan circuit training dalam proses latihan. Dilakukan selama 16 kali
(50)
31
pertemuan, Setelah 16 kali pertemuan kelompok tersebut dites kemampuan akhir (post-test ).
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Suharsimi Arikunto (1998: 99). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah objek atau gejala-gejala dalam penelitian yang bebas dan tidak tergantung dengan hal-hal dilambangkan dengan ( X ) dan variabel terikat adalah objek atau gejala-gejala yang keberadaannya tergantung atau terikat dengan hal-hal yang mempengaruhi dilambangkan ( Y ).
Berdasarkan judul penelitian, maka terdapat tiga variabel yaitu : 1. Variabel bebas (X) yaitu Pengaruh Circuit Training.
2. Variabel terikat (Y1) yaitu Kebugaran Jasmani. 3. Variabel terikat (Y2) yaitu Vo2Max.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Desain Penelitian Sumber Zainudin (2000: 52) Keterangan :
X = Pengaruh Circuit Training Y1 = Kebugaran Jasmani Y2 = Vo2Max
X
Y1
(51)
32
D. Definisi Operasional Variabel
Menurut Moh. Nazir dalam Rizki Dwi Cahya mengatakan bahwa : definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Jadi definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. (Moh. Nazir, 1983 : 152).
Oleh karena itu variabel-variabel tersebut dapat didefinisikan secara operasional sebagai berikut :
1. Latihan circuit adalah suatu program latihan yang dikombinasikan dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan suatu latihan tidak akan membosankan dan lebih efisien. Latihan circuit akan tercakup latihan untuk kekuatan otot, ketahanan otot, kelentukan, kelincahan, keseimbangan, dan ketahanan jantung paru
2. Kebugaran jasmani memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Semakin tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang semakin tinggi pula kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain, hasil kerjanya kian produktif jika kesegaran jasmaninya kian meningkat.
3. Vo2Max (volume oksigen maximum) menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik. Jadi dapat berlaku bagi seluruh tubuh, suatu sistem dalam tubuh, daerah tertentu dan sebagainya. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahragawan yang sukses dalam nomor endurance secara tetap menunjukkan nilai VO2Max yang
(52)
33
tinggi. Nilai VO2Max tertinggi dicapai pada olahraga yang memerlukan penggunaan energi yang relatif sangat besar dalam jangka waktu yang lama.
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Menurut (Sujana, 1989:6). ”Populasi adalah totalitas semua ini yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif kualitatif, mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas, yang dipelajari sifat-sifatnya”. Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sepakbola yaitu siswa kelas VII, kelas VIII SMP Negeri 2 Batanghari Lampung Timur seluruhnya berjumlah 26 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sehingga sampel dianggap reperensitatif (Sutanto, 2001). Berdasarkan pemikiran diatas maka metode penetapan sampel yang digunakan adalah metode kreteria dan syarat jika jumlah populasi kurang dari 100 maka dapat diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel dan jika lebih dari 100 maka dapat ditentukan 5% s.d 25% dari total populasi yang ada dalam penelitian ini (Arikunto, 2002). Berdasarkan metode tersebut sampel yang diambil adalah keseluruhan jumlah populasi total sampling yang ada yaitu sebanyak 26 siswa.
(53)
34
F. Lokasi dan Subjek Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa ekstrakurikuler sepakbola kelas VII, VIII SMP Negeri 2 Batanghari yang berlokasi di SMP Negeri 2 Batanghari Kab. Lampung Timur.
G. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan teknik tes dan tes ini merupakan suatu alat (instrument) pengumpulan data atau informasi tentang atau status sesuatu yang digunakan dengan setandar tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998:138). Dengan demikian, instrument yang digunakan berbentuk tes terstandar (standardized test) yakni tes yang telah tersedia dan teruji keandalanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Kebugaran Jasmani dan VO2Max. Jadi untuk mengetahui mengumpulkan data dari penelitian ini adalah dengan menggunakan tes TKJI kelompok usia 13-15 tahun dan Bleep Test.
1. Pengukuran Kebugaran Jasmani Menggunakan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) Kelompok Usia 13-15 Tahun
Ada lima butir tes kebugaran jasmani untuk sekolah menengah pertama, butir-butir tesnya, yaitu :
Lari cepat 50 meter
gantung angkat tubuh (pull up) selama 60 detik
Baring duduk (sit up) selama 60 detik
(54)
35
Lari 1000 meter
a. Kegunaan Tes
Kegunaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia digunakan untuk mengukur dan menentukan tingkat kesegaran jasmani anak usia 13-15 tahun
b. Alat Dan Fasilitas
1) Lintasan lari / lapangan yang datar dan tidak licin
2) Stopwatch
3) Bendera start
4) Tiang pancang
5) Nomor dada
6) Palang tunggal untuk gantung siku
7) Papan berskala untuk papan loncat
8) Serbuk kapur
9) Penghapus
10) Formulir tes
11) Peluit
(55)
36
c. Petunjuk Umum Peserta
1) Dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes
2) Diharapkan sudah makan maksimal 2 jam sebelum tes
3) Memakai sepatu dan pakaian olahraga
4) Melakukan pemanasan (warming up)
5) Memahami tata cara pelaksanaan tes
6) Jika tidak dapat melaksanakan salah satu / lebih dari tes maka tidak mendapatkan nilai / gagal.
d. Petugas
1) Mengarahkan peserta untuk melakukan pemanasan (warming up)
2) Memberikan nomor dada yang jelas dan mudah dilihat petugas
3) Memberikan pengarahan kepada peserta tentang petunjuk pelaksanaaan tes dan mengijinkan mereka untuk mencoba gerakan-gerakan tersebut.
4) Memperhatikan kecepatan perpindahan pelaksanaan butir tes ke butir tes berikutnya dengan tempo sesingkat mungkin dan tidak menunda waktu
5) Tidak memberikan nilai pada peserta yang tidak dapat melakukan satu butir tes atau lebih
6) Mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau per butir tes.
(56)
37
Tabel 2. Nilai TKJI
(Untuk Putra Usia 13 -15 Tahun) Nilai Lari
50 meter Gantung angkat tubuh Baring duduk Loncat tegak Lari 1000 meter Nilai
5 S.d –6,7” 16 - Keatas 38 - Keatas
66
Keatas s.d –3’04” 5 4 6.8” 7,6” – 11 – 15 28 – 37 53 – 65 3’05” –
3’53” 4
3 7,7” 8,7” – 6 – 10 19 – 27 42 – 52 3’54” –
4’46” 3
2 8,8” 10,3” – 2 – 5 8 – 18 31 – 41 4’47” 6’04” – 2 1 10,4”- dst 0 – 1 0 – 7 0 - 30 6’05” - dst 1
Tabel 3. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (Untuk Putera dan puteri)
No Jumlah nilai Klasifikasi Kesegaran Jasmani 1. 22 – 25 Baik sekali ( BS )
2. 18 – 21 Baik ( B ) 3. 14 – 17 Sedang ( S ) 4. 10 – 13 Kurang ( K )
5. 5 – 9 Kurang sekali ( KS )
2. Pengukuran VO2Max Mengunakan Metode Bleep Test
Kegunaan tes Bleep Test digunakan untuk mengukur koordinasi jantung, paru dan pembuluh dara atau dengan kata lain Cardiovascular. ketika seseorang memiliki Cardiovascular yang baik dan kuat maka kebugarannya dapat dikatakan kuat pula.
(57)
38
a. Petunjuk Umum
Untuk dilakukan tes VO2Max ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum melakukan tes tersebut:
1) Peserta dalam kondisi yang benar-benar sehat.
2) Tester harus cukup tidur
3) Makan terakhir tidak kurang dari 2,5 jam sebelum tes.
4) Menggunakan pakaian olahraga.
5) Teste tidak melakukan-melakukan kegiatan fisik yang dapat menimbulkan kelelahan sebelum dilakukan pengukuran.
6) Pengukuran jasmani sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau pada sore hari tanpa sinar matahari yang menyengat.
7) Tidak merokok, minum-minuman berakohol sebelum melakukan tes.
Depdiknas ( 2000:63 ).
b. Alat dan Fasilitas
1) Halaman, lapangan, atau permukaan datar dan tidak licin, sekurang-kurangnya sepanjang 22 meter
2) Mesin pemutar kaset (tape recorder)
3) Kaset audio yang telah tersedia
(58)
39
5) Kerucut sebagai tanda pembatas jarak
6) Lebar lintasan kurang lebih 1 hingga 1,5 meter untuk tiap testee
7) Stopwatch
8) Alat tulis dan formulir tes Bleep Test
c. Petugas
1) Pencatat jarat
2) Petugas Start
3) Pengawas lintasan
d. Petunjuk umum Persiapan Pelaksanaan tes
Pertama-tama masukkan blanko tes, ukurlah jarak sepanjang 20 meter dan berilah tanda pada kedua ujungnya dengan kerucut atau tanda lain sebagai tanda jarak. Berikut adalah gambar lintasan lari Bleep Test.
Gambar 4. Lintasan Bleep Test
Lintasan
Lintasan
Lintasan
(59)
40
1) testee dikumpulkan dan di beri penjelasan pelaksanaan tes ingatkanlah kepada testee bahwa kecepatan awal harus lambat dan testi tidak boleh memulai pelaksanaan lari ini terlampau cepat. Pastikanlah bahwa setelah satu kaki testee telah menginjak tepat pada atau dibelakang garis akhir. Pastikan kepada testee agar berbalik dengan membuat sumbu putar pada kakinya, dan jangan sampai testee berputar dalam lengkungan yang lebar. Apabila testee mulai tertinggal sejauh dua langkah atau lebih sebelum mencapi garis ujung putaran, atau dua kali lebih dari bolak-balik dalam satu baris, tariklah testee tersebut dari pelaksanaan tes ini.
2) pastikan kaset atau CD pemandu berada di awal.
e. Persiapan Peserta Sebelum dan sesuda Test
1) Usahakan sebelum tes peserta tidak makan ataupun minum terlalu banyak. boleh makan namun yang ringan seperti roti ataupun camilan dengan jumlah yang sedikit.
2) Peserta harus melakukan pemanasan atau pereegangan terlebih dahulu sebelum melakukan tes terutama otot-otot pada tungkai.
3) Setelah melakukan tes peserta hendaknya melakukan pendinginan berupa berjalan ataupun melakukan cooling down.
f. Pelaksanaan Tes
1) Hidupkan Tape atau CD panduan Bleep Test
2) Instruksikan kepada testi untuk lari ke arah ujung/akhir yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki di belakang garis batas pada saat terdengar bunyi “tuut”. Apabila testi telah sampai sebelum bunyi “tuut”, testi harus bertumpu pada
(60)
41
titik putar, menanti tanda bunyi kemudian lari ke arah garis yang berlawanan agar supaya dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi. 3) setiap kali peserta tes menyelsaikan jarak 20m sosisis salahsatu kaki harus
menginjak atau melewati batas atau garis 20m.
4) Pada akhir dari tiap menit interval waktu di antara dua bunyi “tuut” makin pendek, oleh karena itu, kecepatan lari makin bertambah cepat.
5) Testi harus dapat mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan dan tidak terlambat. Tekankan kepada testi agar berputar dan lari kembali, bukannya lari membuat belokan melengkung, karena akan memakan lebih banyak waktu.
6) Tiap testi terus berlari selama mungkin sehingga testi tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut” dari pita rekaman atau CD
7) Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturut-turut maka akan dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan Bleep Test.
g. Penilaian
Catatlah level dan shuttle terakhir yang dapat dilakukan atau diselesaikan testee (dua kali tidak dapat menyelesaikan garis akhir lintasan saat bunyi “tuut”), kemudian konsultasikan dengan tabel VO2Max berikut.
(61)
42
Tabel 5. Norma Tingkat Cardiovascular (VO2Max) untuk putra dan putri
Kategori VO2Max (ml/kg/min)
<30 31 – 39 40 – 49 Sangat Kurang <25.0 <25.0 <25.0 Kurang 25.0 – 33.7 25.0 – 30.1 25.0 – 26.4 Sedang 33.8 – 42.5 30.2 – 39.1 26.5 – 35.4 Baik 42.6 – 51.5 39.2 – 48.0 35.5 – 45.0
Baik Sekali 51.6 + 48.1 + 45.1 +
Sumber : Davis Kimmet, 1986
(Sumber: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas, 2005:68 )
H.Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah data diolah dan dianalisis supaya memberikan informasi tentang apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini.
1. Uji normalitas
Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji ini dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kreteria sebagai berikut:
Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96), atau angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05; maka distribusi data dikatakan normal.
Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1.96), atau angka signifikansi < taraf signifikansi (α) 0,05 distribusi data dikatakan tidak normal.
(62)
43
I. Pengujian Hipotesis
Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan juga untuk mengukur keeratan hubungan antara X dan Y digunakan uji T. Uji hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan satu cara, yaitu:
Selanjutnya untuk uji signifikansi digunakan uji T dengan rumus:
Keteranagan
= nilai teoritis observasi b = koefisien arah regresi Sb = standar deviasi Kriteria pengujian hipotesis
a. Apabila to>tα maka Ho ditolak yang menyatakan ada pengaruh. Sebaliknya apabila to<tα maka Ho di terima yang menyatakan tidak ada pengaruh dengan α=0,05 dan dk (n-2).
b. Apabila to<tα maka Ho ditolak yang menyatakan ada pengaruh. Sebaliknya apabila to>tα maka Ho di terima yang menyatakan tidak ada pengaruh dengan α=0,05 dan dk (n-2).
c. Jika to<-t
maka Ho ditolak yang menyatakan ada pengaruh sebaliknya jika
-t <to<t maka Ho diterima yang menyatakan tidak ada pengaruh dengan α=0,05 dan dk (n-k).
(63)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Circuit Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
2. Circuit Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap peningkatan VO2Max pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
3. Dari hasil Circuit Training menunjukkan kebugaran jasmani mengalami peningkatanya yang lebih besar dibandingkan hasil peningkatan VO2Max.
B.Saran
1. Kepada para Mahasiswa dan Guru Pendidikan Jasmani diharapkan mencoba memberikan bentuk latihan Circuit untuk meningkatkan hasil Kebugaran Jasmani dan VO2Max Siswa di sekolah.
(64)
54
2. Pada Program Studi Penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program dan pembelajaran untuk peningkatan hasil Kebugaran Jasmani dan VO2Max.
3. Berdasarkan ketentuan peneliti hanya bentuk Circuit untuk penelitian selanjutnya diharapkan memakai gerakan latihan lainya disetip masing-masing posnya.
(65)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Bompa, Tudor 0.1993.Theory and Methodology of Training, Kendal/ Hunt Publishing Company, Dubuque, Iowa.
Depkes. Republik Indonesia, (2005), Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani, Dir.Jen Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Jakarta.
Djoko P.I. (2000).Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman). Yogyakarta: Lukman Offset.
Fox. E.L., Bowers. R.W., dan Foss. M.L. (1993). The Physiological Basis for Exercise and Sport, fifth edition. Iowa: Brown & Benchmark Publishers. pp: 19, 21, 55, 126.
M. Sajoto. (1995).Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.
Soekarman. (1987).Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet: Jakarta: Inti Idayu Press.
Sudjana.1992.Metode Statistika.Bandung:Tarsito.
Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Sutrisno.1990.Metodologi Research.Yogyakarta: Andi Offset
Unila.2008.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Wilmore, H.J., and Costill, DL., (1994). Physiology of Sport And Exercise, USA: Human Kinetics, Champaign.
(1)
41 titik putar, menanti tanda bunyi kemudian lari ke arah garis yang berlawanan agar supaya dapat mencapai tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi. 3) setiap kali peserta tes menyelsaikan jarak 20m sosisis salahsatu kaki harus
menginjak atau melewati batas atau garis 20m.
4) Pada akhir dari tiap menit interval waktu di antara dua bunyi “tuut” makin pendek, oleh karena itu, kecepatan lari makin bertambah cepat.
5) Testi harus dapat mencapai garis ujung pada waktu yang ditentukan dan tidak terlambat. Tekankan kepada testi agar berputar dan lari kembali, bukannya lari membuat belokan melengkung, karena akan memakan lebih banyak waktu.
6) Tiap testi terus berlari selama mungkin sehingga testi tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut” dari pita rekaman atau CD
7) Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturut-turut maka akan dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan Bleep Test.
g. Penilaian
Catatlah level dan shuttle terakhir yang dapat dilakukan atau diselesaikan testee (dua kali tidak dapat menyelesaikan garis akhir lintasan saat bunyi “tuut”), kemudian konsultasikan dengan tabel VO2Max berikut.
(2)
Tabel 5. Norma Tingkat Cardiovascular (VO2Max)
untuk putra dan putri
Kategori VO2Max (ml/kg/min)
<30 31 – 39 40 – 49
Sangat Kurang <25.0 <25.0 <25.0
Kurang 25.0 – 33.7 25.0 – 30.1 25.0 – 26.4
Sedang 33.8 – 42.5 30.2 – 39.1 26.5 – 35.4
Baik 42.6 – 51.5 39.2 – 48.0 35.5 – 45.0
Baik Sekali 51.6 + 48.1 + 45.1 +
Sumber : Davis Kimmet, 1986
(Sumber: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas, 2005:68 )
H.Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah data diolah dan dianalisis supaya memberikan informasi tentang apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini.
1. Uji normalitas
Penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji ini dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kreteria sebagai berikut:
Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) < Z tabel (1,96), atau angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05; maka distribusi data dikatakan normal.
Jika Z hitung (Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1.96), atau angka signifikansi < taraf signifikansi (α) 0,05 distribusi data dikatakan tidak normal.
(3)
43
I. Pengujian Hipotesis
Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan juga untuk mengukur keeratan hubungan antara X dan Y digunakan uji T. Uji hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan satu cara, yaitu:
Selanjutnya untuk uji signifikansi digunakan uji T dengan rumus:
Keteranagan
= nilai teoritis observasi b = koefisien arah regresi Sb = standar deviasi Kriteria pengujian hipotesis
a. Apabila to>tα maka Ho ditolak yang menyatakan ada pengaruh. Sebaliknya apabila to<tα maka Ho di terima yang menyatakan tidak ada pengaruh dengan α=0,05 dan dk (n-2).
b. Apabila to<tα maka Ho ditolak yang menyatakan ada pengaruh. Sebaliknya apabila to>tα maka Ho di terima yang menyatakan tidak ada pengaruh dengan α=0,05 dan dk (n-2).
c. Jika to<-t
maka Ho ditolak yang menyatakan ada pengaruh sebaliknya jika -t <to<t maka Ho diterima yang menyatakan tidak ada pengaruh dengan α=0,05 dan dk (n-k).
(4)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Circuit Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap peningkatan kebugaran jasmani pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
2. Circuit Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap peningkatan VO2Max pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 2 Batanghari.
3. Dari hasil Circuit Training menunjukkan kebugaran jasmani mengalami peningkatanya yang lebih besar dibandingkan hasil peningkatan VO2Max.
B.Saran
1. Kepada para Mahasiswa dan Guru Pendidikan Jasmani diharapkan mencoba memberikan bentuk latihan Circuit untuk meningkatkan hasil Kebugaran Jasmani dan VO2Max Siswa di sekolah.
(5)
54
2. Pada Program Studi Penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program dan pembelajaran untuk peningkatan hasil Kebugaran Jasmani dan VO2Max.
3. Berdasarkan ketentuan peneliti hanya bentuk Circuit untuk penelitian selanjutnya diharapkan memakai gerakan latihan lainya disetip masing-masing posnya.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Bompa, Tudor 0.1993.Theory and Methodology of Training, Kendal/ Hunt Publishing Company, Dubuque, Iowa.
Depkes. Republik Indonesia, (2005), Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani, Dir.Jen Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Jakarta.
Djoko P.I. (2000).Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman). Yogyakarta: Lukman Offset.
Fox. E.L., Bowers. R.W., dan Foss. M.L. (1993). The Physiological Basis for Exercise and Sport, fifth edition. Iowa: Brown & Benchmark Publishers. pp: 19, 21, 55, 126.
M. Sajoto. (1995).Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.
Soekarman. (1987).Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet: Jakarta: Inti Idayu Press.
Sudjana.1992.Metode Statistika.Bandung:Tarsito.
Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Sutrisno.1990.Metodologi Research.Yogyakarta: Andi Offset
Unila.2008.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Wilmore, H.J., and Costill, DL., (1994). Physiology of Sport And Exercise, USA: Human Kinetics, Champaign.