PENGARUH CIRCUIT TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP HASIL VO2MAX PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI SMP NEGERI 23 BANDAR LAMPUNG

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH CIRCUIT TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP HASIL VO2MAX PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI

SMP NEGERI 23 BANDAR LAMPUNG

Oleh

HARI HANGGORO

Masalah pada penelitian ini adalah masih banyak siswa yang mempunyai tingkat VO2Max yang rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh circuit training

dan interval training terhadap VO2Max siswa yang mengikuti ekstrakurikuler

bolabasket. Populasi pada penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler bolabasket dengan sampel yang digunakan keseluruhan jumlah populasi sebanyak 60 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen (true experiment), sedangkan desain penelitian yang digunakan yakni pre test-post test control group design. Teknik pengambilan data untuk test VO2Max ini menggunakan (bleep test).

Teknik analisis data menggunakan Analisis Of Varians(ANOVA).

Hasil circuit training diperoleh rata-rata nilai tes akhir 48,95, kelompok interval training diperoleh rata-rata 44,89, dan kelompok kontrol diperoleh rata-rata 30,44. Jadi ada pengaruh yang signifikan dari circuit training terhadap hasil VO2Max

Kesimpulan dari penelitian adalah circuit training lebih baik dari interval training

terhadap VO2Max


(2)

PENGARUH CIRCUIT TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP HASIL VO2MAX PADA SISWA EKSTRAKURIKULER

BOLABASKET DI SMP NEGERI 23 BANDAR LAMPUNG

Oleh

HARI HANGGORO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kelurahan Way Halim Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung pada 12 Agustus 1993, sebagai anak ke tiga dari tujuh bersaudara, Bapak Murgianto dan Ibu Maryati Pendidikan yang ditempuh adalah, Sekolah Dasar Negeri 1 Kedaton yang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 23 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011, Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada tahun 2014, Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terintegrasi di desa Way Sindi, Kecamatan Karya Penggawa, Pesisir Barat dan melakukan program Pengalaman Lapangan di SD N 1 Way sindi, pesisir Barat

Demikian riwayat hidup Penulis sampaikan dan mudah mudahan Penulis dapat menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat, Bangsa, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia


(7)

Persembahan

Bismillahirrahmanirrohim

Kupersembahkan karya ini kepada:

Ibu tercinta Maryati dan Bapak terhormat Murgianto yang

telah memberikan segalanya, membesarkan, dan merawat

hingga dewasa dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak

pernah berhenti dan selalu mendoakan keberhasilan dan

kebahagian

Keluarga besarku tercinta,

Serta Seluruh Sahabat-Sahabat yang selalu

tertawa bersama bermain bersama dan merbuat kejahilan-

Bersama, saya menguvapkan

terimakasih untuk semuanya,

Semua Yang mendukung Dan Mendoakan keberhasilan serta

Almamaterku tercinta Universitas Lampung


(8)

MOTO

͚͛Janganlah menyerah sesulit apapun rintangan yang menghadang͛͛ (Hari Hanggoro)

‘’Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang ilmu adalah dzikir. Mencari ilmu adalah jihad’’

(Al-Ghazali)


(9)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrohiim

Alhamdulillah Penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Skripsi ini disusun memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung. Dengan judul ‘’ Pengaruh Circuit Training dan Interval Training Terhadap Hasil VO²Max Pada Siswa Ekstrakurikuler Bolabasket di SMP N 23Bandar Lampung’’

Dalam Proses Penyelesaian skripsi ini, Penulis mendapat banyak bimbingan, petunjuk, bantuan, nasehat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, maka pada

kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan FKIP Universitas Lampung 2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

4. Bapak Drs. Surisman, M.Pd. Dosen Pembimbing I, terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya dalam membimbing penulis selama menyusun skripsi ini 5. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. Dosen Pembimbing II, terima kasih atas


(10)

penulis menyelesaikan skripsi ini

7. Bapak-Ibu dosen FKIP umumnya dan dosen Pendidikan Jasmani dan Kesehatan khususnya yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Kepala SMP N 23 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian dan Guru Olahraga serta siswa SMP N 23 Bandar Lampung, terima kasih atas waktu dan kerjasamanya yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini

9. Bapak dan ibu Staf tata usaha FKIP Universitas Lampung dengan pemberian pelayanan primanya sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu

10. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(11)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Batasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep dan Klasifikasi Gerak ... 8

B. Keterampilan Gerak Dasar ... 12

C. Pendidikan Olahraga ... 13

D. Pendidikan Jasmani ... 14

E. Arti Kesehatan ... 16

F. Ilmu Gizi Dasar ... 18

G. Kebugaran Jasmani ... 24

H. Permainan Bola Basket ... 24

I. Pengertian Latihan ... 30

J. Tahap-tahap latihan ... 30

K. Sistem Latihan ... 33

L. Prinsip Prinsip Latihan ... 34

M. Dosis Latihan ... 36

N. Pengaruh Latihan ... 37

O. Pengertian Ekstrakurikuler ... 40

P. Anatomi Jantung dan Paru dan pengaruhnya terhadap VO2Max .. 41

Q. Circuit Training dan Interval Training ... 45


(12)

xiv III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 56

B. Desain Penelitian ... 57

C. Definisi Oprasional Variabel ... 58

D. Populasi dan Sampel ... 59

E. Variabel dan Data Penelitian ... 60

F. Instrumen Penelitian ... 62

G. Teknik Analisis Data ... 65

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 73

1. Deskripsi Data ... 73

2. Uji Prasarat ... 76

3. Analisis Data ... 78

Pengujian Hipotesis ... 79

1. Hipotesis 1 ... 79

2. Hipotesis 2 ... 79

3. Hipotesis 3 ... 80

B. Pembahasan ... 80

V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Tabel Latihan Sirkuit ... 50

2. Tabel Latihan Interval ... 52

3. Normatif Data ... 65

4. Anova Tunggal ... 69

5. Ringkasan Anova ... 70

6. Hasil Uji Hipotesis 1 ... 71

7. Hasil Uji Hipotesis 2 ... 71

8. Hasil Uji Hipotesis 3 ... 72

9. Uji Normalitas ... 77

10. Uji Homogenitas ... 77

11. Hasil Uji Pengaruh ... 78


(14)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian Universitas ... 90

2. Surat Izin Penelitian Sekolah ... 91

3. Surat Izin selesai Penelitian ... 92

4. Program Latihan ... 93

5. Uji Normalitas ... 99

6. Uji Homogenitas ... 105

7. Hasil Tes Awal Lari Multi Tahap ... 108

8. Data Pembagian Kelompok ... 109

9. Data Uji Beda Tes Awal dan Tes Akhir ... 110

10. Perhitungan Lanjutan Uji Beda Anova One Way... 114

11. Analisis Uji Pengaruh Data Stratistik ... 115

12. Perhitungan Manual Anova ... 116

13. Perhitungan Manual Uji Beda ... 118

14. Tabel ringkaan Anava Satu Jalur ... 130

15. Hipotesis 1 ... 131

16. Hipotesis 2 ... 132

17. Hipotesis 3 ... 133

18. Tabel F ... 134

19. Tabel r Product Moment ... 136

20. Tabel L ... 137

21. Prediksi Nilai VO2max ... 138

22. Borang Nilai VO2max ... 139


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ranah Gerak ... 9

2. Pendidikan Jasmani Secara Menyeluruh ... 14

3. Bagan Derajat Kesehatan ... 16

4. Bolabasket ... 27

5. Lapangan Bolabasket ... 28

6. Papan Pantul ... 28

7. Ring Basket ... 29

8. Diagram Overload ... 34

9. Anatomi Jantung ... 41

10. Anatomi Paru-Paru ... 43

11. Latihan Circuit training ... 46

12. Variasi Latihan Three Corner Drill ... 48

13. Variasi Latihan Shuttle Run ... 48

14. Variasi Latihan Dot Drill ... 49

15. Variasi Latihan Zig-Zag Run ... 49

16 Latihan Interval ... 52

17 Kerangka Konsep ... 54

18. Desain Rancangan Penelitian ... 58

19. Hubungan sebab akibat ... 61

20. Instrumen Penelitian ... 63

21. Lintasan Lari Multi-Tahap ... 64

22. Hasil Tes Awal dan Akhir Interval Training ... 74

23. Hasil Tes Awal dan Akhir Circuit Training ... 74

24. Hasil Tes Awal dan Akhir Kelompok Kontrol ... 75


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerak merupakan aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari– hari. Seseorang dalam kehidupannya selalu bergerak dalam beraktifitas untuk mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan yang dinginkan, kemampuan gerak (motorik halus maupun motorik kasar) dan keluwesan beraktivitas sangat dibutuhkan. Agar dapat mengurus diri sendiri dan aktivitas lainnya perlu adanya kesetabilan antara gerak motorik dan gerak sensorik yaitu adanya koordinasi antara motorik halus dengan motorik kasar dengan baik. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup kemampuan gerak motorik harus betul-betul dikuasai agar dapat beraktifitas dengan baik. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa merasakan kelelahan yang berarti atau kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani yang dasar untuk dapat melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan. Selain itu, menurut

Djoko P I (2002) “Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan rasa kelelahan yang berlebihan. Salah satu komponen yang terdapat pada


(17)

2

kebugaran jasmani adalah daya tahan (endurance). Daya tahan adalah suatu keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk berlatih dalam waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan latihan tersebut. Latihan daya tahan adalah latihan ditingkat aerobic artinya O2 masih cukup untuk meladeni intensitas latihan yang dilakukan Harsono dalam Wiguna (2012:28). Daya tahan sangat berkaitan dengan sistem kerja jantung, dengan jantung yang besar maka darah yang di pompa akan semakin besar keseluruh tubuh, dan dengan dinding jantung yang kuat akan memompa darah dengan cepat keseluruh tubuh. Dengan demikian, maka di butuhkan latihan yang baik untuk daya tahan yang baik

Volume oksigen maksimal atau VO2Max adalah suatu pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui daya tahan jantung yang juga merupakan faktor utama dalam kebugaran jasmani. Menurut Fox (1988), bahwa untuk mengembangkan daya tahan dapat digunakan beberapa metode antara lain: 1) Countinus training, 2) Interval training, 3) Circuit training, dan

4) Cross country. Menurut Sharkey (1996:105), latihan daya tahan itu memiliki jenis latihan yang berbeda dalam setiap pembentukan VO2max.

Pelatih harus mengerti benar siswanya dalam meningkatkan performa latihan, dimana mereka akan mengalami titik kejenuhan dalam latihan. Untuk itu, pelatih harus tahu latihan daya tahan yang dapat di gunakan untuk mengurangi tingkat kejenuhan tersebut. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah dengan metode circuit training yang dapat mengkombinasikan berbagai bentuk latihan seperti, kekuatan, kecepatan, dan komponen lainnya dalam satu bentuk latihan. Sedangkan metode yang kedua adalah interval training, yaitu


(18)

berlari dengan interval yang diberikan dapat membuat anak lebih fokus. Dalam hal ini berlari adalah salah satu gerakan yang dilakukan dengan kecepatan gerak dan ada saat dimana tubuh berada diudara. Berlari dalam

interval training digunakan untuk meningkatkan daya tahan, selain berlari latihan interval juga bisa dilkukan diantaranya dengan berenang, skipping, jogging, dll.

Semua cabang olahraga termasuk olahraga permainan bolabasket sangat memerlukan daya tahan yang baik sesuai dengan intensitas dan kapasitas kecabangan masing masing, Oleh sebab itu, maka daya tahan memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan ketetapan skill yang dimiliki didalam penguasaan teknik-teknik dalam bermain bolabasket, karena jika daya tahan yang dimiliki kurang, maka teknik tidak akan berpengaruh dan strategi pun tidak akan berjalan dengan baik, maka perlu adanya penelitian tentang daya tahan dalam permainan bolabasket agar mampu ditingkatkan atau diperbaiki melalui treatmen-treatmen circuit training dan interval training. Ini dilakukan karena setelah berlatih sekian tahun daya tahan anak yang

mengikuti ekstrakurikuler bolabasket tetap pada kondisi baik, dan tidak mengalami masalah yang berarti, karena idealnya setelah latihan maka tidak ada siswa yang memiliki daya tahan yang sedang apalagi kurang, karena anak yang mengikuti latihan seharusnya mempunyai daya tahan yang baik dan baik sekali.

Ternyata setelah dilakukan tes awal diketahui bahwa dari seluruh siswa yang mengikuti tes lari multi tahap ( Bleep test) masih banyak siswa yang


(19)

4

mempunyai tingkat daya tahan sedang, kurang, bahkan sangat kurang. Semua dapat dilihat dari periode nafas yang tidak teratur, lari yang sudah tidak terarah, kadang cepat kadang lambat yang menyebabkan anak tidak mampu lagi mengejar tanda bunyi sehingga tidak bisa melanjutkan tes. Ini sangat disayangkan karena sebagian besar anak banyak yang mengalami kelelahan akut masih berada pada level-level awal tes. Padahal saat sebelum siswa melakukan tes multi tahap, mereka tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan berat yang dapat mengganggu jalannya tes, dan siswa diberikian sarapan agar mempunyai energi yang cukup dalam melakukan tes. Ini menjadi penting karena hasil dari melakukan tes lari multi tahap mempengaruhi hasil akhir termasuk dalam pembagian kelompok. Tes ini menjadi sangat penting karena dapat mengukur tingkat daya tahan anak. Daya tahan sangat penting karena permainan bolabasket yang dilakukan siswa dimainkan dalam empat

quarter, maka latihan dibuat agar mereka mampu bertahan pada tiat-tiap

quarter tersebut, ini diberikan agar tidak ada siswa yang mengalami kelelahan yang berarti di dalam bermain karena dalam permainan bolabasket pergantian pemain tidak dibatasi dan boleh digantikan kapan pun bila daya tahan pemain menurun, ini untuk menjaga daya tahan siswa. Dari daya tahan yang ada pada pemain juga sirkulasi sangatlah penting untuk memberikan recovery pada daya tahan yang menurun agar kembali membaik karena dapat mempengaruhi teknik dan strategi. Jika teknik dan strateginya baik maka permainan akan menjadi lebih baik dan pemain tersebut akan dimasukan kembali.


(20)

Oleh sebab itu, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dalam bentuk latihan yang dapat meningkatkan VO2Maxtentang” Pengaruh Circuit Training

Dan Interval Training Terhadap Hasil VO2Max Siswa Ekstrakurikuler Bolabasket Di SMP N 23 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Latarbelakang masalah yang telah dikemukakan mengarah pada pemikiran adanya berbagai masalah.

Dari berbagai masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Masih kurangnya tingkat daya tahan (VO2Max)siswa yang mengikuti

Ekstrakurikuler bolabasket

2. Akibat masih kurangnya tingkat daya tahan (VO2Max) siswa yang mengikuti Ekstrakurikuler bolabasket, maka tingkat konsentrasi siswa pun menjadi terganggu

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latarbelakang masalah maka di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar latihan circuit training berpengaruh terhadap peningkatan VO2max pada siswa SMP N 23 Bandar Lampung?

2. Seberapa besar latihan interval training berpengaruh terhadap peningkatan VO2max pada siswa SMP N 23 Bandar Lampung?

3. Apakah ada perbedaan antara kelompok latihan interval dan latihan sirkuit terhadap peningkatan VO2max pada siswa SMP N 23 Bandar Lampung?


(21)

6

D. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas agar masalah yang akan dibahas tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada masalah “Pengaruh Circuit training dan Interval training yang

dilanjutkan dengan mengukur daya tahan siswa pada ekstrakulikuler bolabasket SMP N 23 Bandar Lampung

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Circuit Training terhadap

peningkatan VO2Max pada siswa SMP N 23 Bandar Lampung 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh interval training terhadap

peningkatan VO2Max pada siswa SMP N 23 Bandar Lampung 3. Untuk mengetahui perbedaan dari model latihan sirkuit dan latihan

interval dan manakah yang lebih baik dan efektif terhadappeningkatan VO2Max pada siswa SMP N 23 Bandar Lampung

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, circuit training dan interval training bisa dijadikan acuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan interval dan latihan sirkuit terhadap VO2Max

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan VO2Max siswa


(22)

3. Bagi pengajar dan pelatih, memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang olahraga mengenai circuit training dan


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Klasifikasi Gerak

Gerak adalah perubahan tempat dari satu ketempat yang lain yang didasari oleh pengaruh gaya yang diberikan, baik itu untuk benda hidup maupun benda mati. Gerak meliputi gerak semu, gerak ganda, dan gerak lurus. Benda sendiri dikatakan gerak Jika benda tersebut berpindah kedudukan terhadap benda lainnya baik perubahan kedudukan jauh atau dekat. Menurut Harrow (1972:24) gerak adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik. Menurut

Harsono (2007:4) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik, unsur-unsur yang menentukan ialah Otot, Saraf, Otak. Ketiga unsur itu melaksanakan peranannya secara interaksi positif . Menurut Sugiyanto (2004:19) belajar gerak adalah serangkaian proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang menyebabkan timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan. Didalam perkembangan sendiri gerak dibagi mnjadi dua bagian yaitu gerak


(24)

GERAK DASAR FUNDAMENTAL (Gerakan-gerakan dasar yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak)

cross-sectional yaitu subjek dari berbagai perlakuan atau kelompok umur yang diuji dengan alat ukur yang sama, contoh teknik tulis tangan,

sedangkan gerak longitudinal adalah gerak yang diuji dengan sesuai umur perkembangan anak dan dikembangkan sesuai dengan konsep gerak sebagai berikut

Ranah Gerak

Ranah=Domain=Bagian=Unsur KLASIFIKASI GERAK

Anita J. Harrow

Gambar 1.Ranah Gerak (Sumber Harrow, 1972) GERAK DASAR

FUNDAMENTAL (Gerakan-gerakan dasar yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak-anak)

a. Gerak Lokomotor b. Gerak Lokomotor c. Gerak Manipulatif

KEMAMPUAN PERSEPTUAL (Kemampuan untuk Menginterpretasi stimulus yang ditangkap oleh organ indera) a. Pengelihatan b. Pendengaran c. Peraba d. Kemampuan Koordinasi KEMAMPUAN FISIK (Kemampuan untuk memfungsikan sistem organ tubuh dalam

melakukan aktivitas gerak tubuh) a. Ketahanan b. Kekuatan c. Fleksibilitas d. Kelincahan KETRAMPILAN GERAK (Gerak mengikuti pola/bentuk tertentu memerlukan koordinasi kontrol sebagian/seluruh tubuh yang dapat dilakukan melalui proses belajar)

a. Adaptif Sederhana b. Adaptif Terpadu c. Adaptif Kompleks

KOMUNIKASI NON DISKURSIF

(Komunikasi melalui prilaku gerak tubuh)

a. Gerak Ekspresif b. Gerak Interpretif


(25)

10

1. Gerak Reflek

Gerak reflek adalah respon gerak atau aksi yang terjadi tanpa kemauan sadar, yang ditimbulkan oleh suatu stimulus”.( Harrow, 1972:34) 2. Gerak Dasar Fundamental

Menurut Harrow (1972:34) Gerak dasar fundamental adalah gerakan gerakan dasar yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan tubuh dan tingkat kematangan pada anak”. Dalam dunia olahraga bolabasket gerak fundamental sangat berperan, apabila tidak ada gerak fundamental maka seseorang tidak bisa bermain bolabasket. Gerak fundamental begitu penting dalam semua cabang olahraga karena gerak fundamental merupakan gerakan- gerakan dasar pada tubuh dan dalam olahraga bolabasket yang dimainkan oleh manusia tentunya memakai gerak gerak fundamental. Gerak fundamental dibagi menjadi tiga yaitu lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif

3. Kemampuan Perseptual

Menurut Harrow (1972:34) kemampuan perseptual ialah Kemampuan mengintepretasikan stimulus yang di tangkap oleh indra. Dalam olahraga bolabasket kemampuan perseptual sangat berfungsi, contohnya seorang pemain bolabasket melihat lawannya sedang menggiring dan

Mengoper bola, maka pemain lawan akan melihat kemana arah datang operan bola tersebut sehingga menimbulkan reaksi


(26)

4. Kemampuan Fisik

Menurut Harrow (1972:35) “Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk

memfungsikan system organ tubuh dalam melakuka gerak tubuh”. Dalam

olahraga sepak bola kemampuan fisik sangat dituntut untuk mencapai puncak prestasi yang optimal. Ada 4 komponen-komponen kondisi fisik utama dalam kememampuan fisik seseorang yaitu sebagai berikut: a.Ketahanan (endurance)

b.Kekuatan (strength) c.Fleksibilitas (fleksibility) d.Kelincahan (agility) 5. Keterampilan Gerak

Menurut Harrow (1972:35) keterampilan gerak ialah “ Gerak mengikuti pola atau bentuk tertentu memerlukan koordinasi kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang dapat dilakukan melalui proses belajar”. Dalam olahraga bola basket keterampilan gerak atau teknik dasar merupakan pondasi dalam permainan, untuk mencapai prestasi yang optimal dalam olahraga pemain harus memiliki teknik dasar yang baik.

6. Komunikasi Non Diskursif

Menurut Harrow (1972:36) komunikasi non diskursif ialah “ komunikasi melalui prilaku gerak tubuh. Dalam olahraga bolabasket gerak

ekspresif yang dilakukan adalah gerak tanganpemain untuk memberikan kode kepada kawan untuk membuka ruang agar mudah mengumpan atau


(27)

12

melakukan passing, biasanya pemain memberikan isyarat-isyarat tertentu sesuai denganstrategi yang digunakan untuk meyerang. begitu juga dengan gerak interpretif gerak yang menggunakan kedipan mata dan geleng kepala dalam hal memberikan isyarat anatara pemain saat berlangsungnya permainan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar motorik mengacu pada perubahan perilaku atau tingkah laku manusia. Dengan perkataan lain dapat dinyatakan, bahwa objek dari upaya belajar dan mengajar adalah perilaku yang nampak bergerak. Sebab pada dasarnya gerak secara batiniah atau internal terus berlangsung secara berkelanjutan. B. Keterampilan Gerak Dasar

Banyak pengertian dan ruang lingkup gerak dasar yang digunakan dalam bidang olahraga. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai gerak dasar. Menurut Hidayat (2006: 13) menyatakan gerak dasar pada manusia adalah lokomosi (lokomotion) yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki ke kaki yang silih berganti. Lokomosi terdiri dari berjalan dan lari, gerakan ini dapat dibagi menjadi:

1. Berjalan-jalan (jalan santai, jalan cepat) 2. Berlari (Jogging, lari cepat)

Menurut Sugiyanto (2004: 13) keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efektif dan efisien. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol tubuh.


(28)

keterampilan untuk melakukan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik”.

Menurut Kirana (2002: 11) “keterampilan adalah tindakan yang

memerlukan aktivitas gerak yang harus dipelajari supaya mendapatkan bentuk gerakan yang benar”. Menurut Kirana (2002: 91) “gerak diartikan sebagai perubahan tempat posisi dan kecepatan tubuh dan bagian tubuh manusia yang terjadi dalam satu dimensi ruang dan waktu dan dapat

diamati secara objektif”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.

C. Pendidikan Olahraga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:667) proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan . Harsono (2007:4) mengartikan olahraga adalah aktivitas otot besar yang

menggunakan energi tertentu untuk meningkatkan kualitas hidup. Dapat disimpulkan kedua pendapat dari para ahli tersebut pendidikan olahraga adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dengan aktivitas otot besar yang menggunakan energi melalui upaya pengajaran dan pelatihan.


(29)

14

D. Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani merupakan wahana pengembangan motorik,

pengetahuan, dan penghayatan nilai-nilai moral serta membiasakan diri dari pola hidup sehat yang bermuara pada pengembangan jiwa pribadi peserta didik secara utuh. Isi dari pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat merangsang peserta didik aktif, kreatif dan menarik sesuai dengan jiwa perkembangan anak yang merasa senang dalam bermain dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah (Lutan,1997:12)

PENDIDIKAN JASMANI

Praktik pengajaran berorientasi pada

karakteristik perkenbangan dan pertumbuhan anak Psikomorik

Kesegeraran jasmani

Persepsual Motorik

Afektif Kognitif

Konsep diri Intelegensia, penalaran & watak Penalaran & Pembuatan keputusan Pengeta -huan tentang penjas Gambar 2. Pendidikan jasmani secara Menyeluruh


(30)

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi

pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Pendidikan jasmani adalah ”suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, dan afektif setiap siswa.

Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara

aman, efisien dan efektif” (Depdiknas, 2003:11). Tamat dan Mirman Muekarto (2005:8), mendefinisikan pendidikan jasmani merupakan: ”usaha untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah

kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang diprogram secara ilmiah, terarah, dan sistematis”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu

peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai

aktivitas jasmani” (Depdiknas, 2003:11).

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah

pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang professional dari ranah belajar yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh


(31)

16

Derajat sehat

karena itu program pendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang memberikan perhatian yang cukup dan seimbang kepada ketiga ranah tersebut.

E. Arti Kesehatan

1. Sehat dan Kesehatan

Menurut WHO dalam Santosa (2012:23) sehat merupakan karunia allah yang menjadi dasar dari segala nikmat dan segala kemampuan bergerak, bekerja dan berfikir, akan berkurang atau bahkan hilang dengan

terganggunya kesehatan kita.

S aktif

E -Mempertinggi derajat kesehatan - pendidikan kesehatan

H -memperbaiki faktor intrinsik -imunisasi

A -gizi

T - kebugaran

- skill

D Prefentif -open kesehatan

N -kebersihan lingkungan

A -pembuangan sampah

M -pembasmian penyakit

I -dsb

S Statis Pasif

-mempertahankan derajat kesehatan

S Dinamis -Memperbaiki faktor exterinsi

H -memperbaiki fungsional fisioterapi

A -rehabilitasi anatomi

T -mencegah cacat

-memperpendek masa sakit

S Kuratif -menyembuhkan penyakit

T A T S Derajat Sakit

Gambar 3. Bagan derajat kesehatan (sumber. Santosa, 2012)


(32)

2. Kesehatan statis dan dinamis

Menurut Santosa (2012:27) Kesehatan statis adalah sehat dikala diam artinya tubuh normal dikatakan sehat walaupun dalam keadaan istirahat, sedangkan kesehatan dinamis adalah kesehatan dimana tubuh tetap sehat baik dalam keadaan istirahat maupun dalam keadaan bergerak (bekerja)

Olahraga meningkatkan derajat sehat dinamis pasti juga sehat statis akan tetapi tidak sebaliknya. Olahraga kesehatan adalah olahraga yang memelihara dan menjaga untuk meningkatkan derajat kesehatan

dinamis sehingga tidak dikatakan sehat bila hanya dalam keadaan diam. Berbeda dengan olahraga prestasi yang menuntut kemampuan organ tubuh secara maksimal. Oleh karena itu, olahraga kesehatan hendaknya dijadikan sebagai materi pokok dalam pelaksanaan pembinaan mutu sumber daya manusia melalui pendekatan aspek jasmaniah

F. Ilmu Gizi Dasar

Ilmu Gizi adalah Ilmu yg mempelajari segala sesuatu tentangg makanan dalam hubungannya dg kesehatan optimal. Ilmu gizi mempunyai dua definisi yaitu gizi dan zat gizi, zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya sedangkan gizi sendisi adalah adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yg tidak digunakan, untuk


(33)

18

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

1. Zat gizi dibedakan menjadi 6 macam a. Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber energi utama dalam tubuh yang terdapat dalam makanan yang memiliki kadar karbon, hidrogen, dan oksigen. Sumber karbohidrat berasal dari kacang-kacangan.

b. Protein

Protein adalah kelompok senyawa asam amino yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme, zat ini nterdapat didaging dan telur.

c. Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang sifatnya tidak dapat larut dalam air, lemak banyak didapat dari bagian dalam sistem percernan pada hewan atau lemak yang menempel pada daging.

d. Vitamin

Vitamin adalah substansi yang diperlukan tubuh yng diperoleh dari luar tubuh, ada banyak jenis vitamin diantaranya A, B, C, D, E, B12 dan sebagainya dan sebagian vitamin banyak berasal dari buah dan sayur.

e. Mineral

Mineral adalah substansi anorganik yang dibuthkan oleh tubuhdalam jumlah yang sedikit untuk berbagai fungsi tubuh.


(34)

f. Air

Air adalah senyawa yang penting bagi kehidupan dan biasa digunakan oleh manusia dan hewan untuk dikonsumsi atau dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Fungsi Zat Gizi

a. Sebagai sumber energi

1. menggerakkan tubuh dan proses metabolismedi dalam tubuh. 2. sumber energi: karbohidrat Protein dan lemak.

3. mempunyai ikatan organik mengandung karbon yang dapat dibakar.

b. Untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan.

1. berfungsi sebagai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh. 2. tergolong fungsi ini: protein, lemak, vitamin dan mineral. c. Sebagai pengatur atau regulasi proses dalam tubuh.

1. yaitu protein, vitamin, mineral dan air. Membentuk antibodi dan protein mengatur keseimbangan air dalam tubuh, vitamin dan mineral sebagai pengatur fungsi saraf dan otot.

3. Perana Gizi Dalam Olahraga

Kebutuhan kalori dalam satu hari sangat tergantung dari jenis olahraga. Menurut Purba(2006:43) setiap cabang olahraga pada waktu

latihan/bertanding mempunyai intensitas dan lamanya berbeda-beda. Cabang olahraga dapat dikelompokkan menjadi: olahraga ringan


(35)

20

(menembak, golf, bowling dan panahan), olahraga sedang (atletik, bulutangkis, bola basket, dan soft ball), olahraga berat ( renang, tinju, gulat, kempo, judo, dan karate) dan olahraga berat sekali (balab sepeda jarak jauh 130 km, angkat besi, maraton , rowing). Menurut Purba (2006:43)

Kebutuhan kalori dapat dihitung berdasarkan kelompok-kelompok cabang olahraga. Ada beberapa tahapan pemberian zat gizi untuk atlet, sebagai berikut.

1. Waktu di Pusat Latihan

Selama latihan pelaksanaan sebenarnya harus disesuaikan secara individual. Memang sering tidak mungkin dilakukan karena menghadapi serombongan olahragawan dari berbagai daerah dengan berbagai cita rasa dan kebiasaan makan. Pada hari-hari latihan makan sebaiknya tak kurang 3 kali sehari dengan catatan makan pagi juga harus cukup. Waktu makan biasanya disesuaikan dengan waktu latihan. Namun waktu makan yang biasa dapat dipertahankan apabila latihan tidak berturut-turut dan waktu latihan memungkinkan, misalnya bila waktu latihan dilakukan hanya sekali sehari. Tetapi dengan meningkatnya frekuensi latihan menjadi 2-3 kali sehari, atau bagi olahraga yang memerlukan waktu latihan yang lama dan melelahkan sekali ( exhausting ) maka disarankan 4-6 kali makan sehari dalam porsi yang lebih kecil. Dua jam sebelum latihan janganlah makan banyak-banyak. Pada permulaan masa


(36)

latihan 0-2 bulan, dianjurkan protein cukup tinggi terutama bagi mereka yang memilih cabang olahraga yang mengharapkan perkembangan otot (muscle mass) yang banyak, mengingat seringnya olahragawan masuk pusat latihan dalam keadaan gizi yang belum memuaskan. Minum haus cukup, jumlah cairan total kurang lebih 2 liter sehari. Contoh menu untuk serombongan olahragawan yang sudah masuk pusat latihan (dalam 1-2 bulan pertama) olahraga sedang, usia 20-39 tahun BBI rata-rata 55 kg. Kebutuhan energi : 55 x 46 kalori/hari = 2530 kalori/hari

Protein : 1/8 x 2530 = 316.3 kalori = 79.1 gram Lemak : 2/8 x 2530 = 632.6 kalori = 70.3 gram Hidrat arang : 5/8 x 2530 = 1581 kalori = 395.4 gram 2. Dekat Masa Pertandingan

Bagi olahraga berat yang memerlukan waktu latihan yang lama sebaiknya diadakan persiapan sebagai berikut:

a. Seminggu sebelum pertandingan otot-otot yang akan

digunakan diberi latihan yang melelahkan sekali. Makanannya hampir seluruhnya terdiri

dari lemak, protein, (tinggi lemak dan protein). Diberikan selama 3 hari berturut-turut sehingga glycogen otot rendah sekali. Pada hari yang keempat sampai waktu pertandingan tiba diberikan makanan tinggi hidrat arang.


(37)

22

b. Untuk semua macam caang olahraga berlaku 2 hari sebelum pertandingan diberikan makanan yang mengandung lebih banyak hidrat arang daripada sebelumnya (tinggi hidat arang) dan rendah protein dan lemak disertai banyak istirahat mudah dicerna, tidak banyak serat,tidak merangsang.

Untuk golongan ini satu minggu sebelum pertandingan dilakukan maka makanannya tinggi protein dan tinggi lemak dan rendah hidrat arang tetapi yang masih dapat diterima lidah rata-rata orang Indonesia dan diberikan selama 3 hari.

Kebutuhan enersi sehari: 60 x 54 = 3240 Kalori/hari. 3. Hari-hari pertandingan

Pada hari-hari pertandingan dimana tujuan utama adalah mencapai prestasi setinggi mungkin maka baik dalam menyusun menu diingat akan tekanan batin (emotional stress) yang mugkin dialami olahragawan pada hari pertandingan. Olahragawan mungkin mengalami keluhan sakit perut, mual, muntah atau diare. Hidangan yang dimakan terlalu dekat dengan latihan mungkin akan sukar dicernakan karena kebingungan (anxiety) selain itu perut yang penuh dapat mengganggu penampilan fisik, maka diambil jarak 3 jam antara waktu makan dan aktu dimulainya pertandingan. Makanannya pun harus yang :

a. mudah dicerna, tidak banyak serat b. tidak merangsang


(38)

c. tinggi hidrat arang

d. cukup cairan minum dan mineral

e. dilarang meminum kopi, cola-cola, minuman beralkohol atau mengandung zat asam arang (CO2).

4. Makanan Sesudah Pertandingan

Sesudah olahraga yang berjalan lama, maka makanan sanagat perlu untuk menganti lemak, karbohidrat, protein, vitamin mineral dan air yang berkurang. Sebaiknya langsung sesudah pertandingan olagragawan harus minum yang banyak cairan. Cairan dapat berupa cairan pada waktu bertanding ditambah atau dicampur dengan es krim yang mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Minimal satu jam sesudah pertandingan baru atlet dapat makan bila memungkinkan dalam jumlah yang banyak. Bila berada dalam musim kompetisi maka perlu dipikirkan makanan yang dapat dengan cepat menganti cadanagan energi yang terkuras. Makanan yang dapat mengganti cadangan energi dalam otot dan hati yang harus diutamakan menu yaitu terutama karbohidrat. Makanan yang mudah dicerna seperti es krim, pudding, nasi, telur setengah masak, susu, buah-buahan yang segar sebaiknya disediakan. Jadi jumlah sayuran dikurangi dahulu. Jumlah protein juga perlu ditingkatkan, karena perlu untuk pulih asal jaringan-jaringan yang cedera.


(39)

24

G. Kebugaran Jasmani

Menurut Sukadiyanto (2009 : 8) Kebugaran jasmani merupakan segenap kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari tanpa

mengalami kelelahan yang berarti. Untuk melakukan tes kebugaran jasmani perlunya persyaratan bagi peserta test. Salah satunya adalah peserta tes dalam kondisi yang sehat. Berkenaan dengan pembinaan kondisi fisik untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang perlu dilatih. Unsur-unsur kebugaran jasmani antara kecepatan, kelincahan, Unsur-unsur kebugaran jasmani tersebut dapat dilatih dalam bentuk : circuit training, interval training, jogging , fartlek dan cros country.

H. Permainan Bolabasket

1. Pengertian Bolabasket

Menurut Ahmadi (2007:2) Permainan Bola Basket dimainkan oleh dua regu yang berlawanan. Tiap-tiap regu yang melakukan permainan di lapangan terdiri dari 5 orang, sedangkan pemain pengganti sebanyak-banyaknya 7 orang, sehingga tiap regu paling banyak terdiri dari 12 orang pemain. Permainan bolabasket dimainkan di atas lapangan keras yang sengaja diadakan untuk itu, baik di lapangan terbuka maupun di ruangan tertutup. Pada hakekatnya, tiap-tiap regu mempunyai

kesempatan untuk menyerang dan memasukkan bola

sebanyak-banyaknya keranjang sendiri untuk sedapat mungkin tidak kemasukan. Secara garis besar permainan bolabasket dilakukan dengan


(40)

mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap bola (pasing and catching),

menggiring bola (dribbling), serta menembak (shooting). Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan bolabasket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan pantulan (bounce pass), dan lain sebagainya. Dalam rangkaian teknik ini, dikenal pula sebutan pivot yakni pada saat

memegang bola, salah satu kaki bergerak dan satu kaki lainnya tetap di lantai seabgai tumpuan.Teknik menggiring bola berkaitan erat dengan traveling, yakni gerakan kaki yang dianggap salah karena melebihi langkah yang ditentukan. Juga double dribble suatu gerakan tangan yang dilarang karena menggiring bola dengan kedua tangan atau menggiring bola untuk kedua kalinya setelah bola dikuasai dengan kedua tangan. Teknik menembak berkaitan erat dengan gerak tipu, lompat, blok dan lain sebagainya. Begitu banyak teknik permainan yang harus dikuasai oleh seorang pemain bolabasket, sehingga sulit untuk diperinci satu-persatu dalam tulisan ini. Namun demikian, dengan menguasai ketiga unsur teknik pokok tadi serta beberapa lanjutannya, seseorang sudah dapat melakukan permainan bolabasket, walaupun tidak sempurna.


(41)

26

2. Ketentuan bermain dan bertanding.

Seperti telah diuraikan di atas permainan Bola Basket dimainkan oleh dua regu, masing-masing terdiri dari 5 orang pemain.Wasit yang memimpin terdiri dari 2 orang yagn senantiasa berganti posisi. Waktu bermain yang resmi 2 x 20 menit bersih, tidak termasuk masa istirahat 10 menit, time out, dua kali bagi masing-masing regu tiap babak selama 1 menit, saat pergantian pemain dan atau peluit dibunyikan wasit karena bola ke luar lapangan atau terjadi pelanggaran/kesalahan seperti foul dan travelling. Apabila dalam pertandingan resmi (yang dimaksud disini bukan pertandingan persahabatan) terjadi pengumpulan angka sama, waktu diperpanjang sekian babak (tiap 5 menit) sampai terjadi perbedaan angka. Khusus untuk permainan Mini Basket yang diperuntukkan anak-anak di bawah umur 13 tahun, diberlakukan peraturan tersendiri yang agak beda, antara lain : bola yang

dipergunakan lebih kecil dan lebih ringan, pemasangan keranjang yang lebih rendah, waktu pertandingan 4 x 10 menit dengan 3 kali istirahat dan lainnya lagi seperti dalam hal penggantian pemain. Peraturan permainan yang dipergunakan sangat tergantung daripada peraturan PERBAIS/FIBA mana yang berlaku.Misalnya pada tahun 1984, peraturan permainan yang berlaku adalah Peraturan Permainan PERBASI/FIBA tahun 1980 - 1984.

Alat-Alat Perlengkapan dan Lapangan

Berdasarkan Peraturan Permainan PERBASI/FIBA tahun 1980 – 1984, alat-alat perlengkapan dan lapangan terdiri dari :


(42)

1. Bola Basket

Gambar 4. Bolabasket Sumber, PT Molten Corporation

Terbuat dari karet yang menggelembung dan dilapisi sejenis kulit, karet atau sintesis. Keliling bola tidak kurang dari 75 cm dan tidak lebih dari 78 cm, serta beratnya tidak kurang dari 600 gram dan tidak lebih dari 650 gram. Bola tersebut dipompa sedemikan rupa

sehingga jika dipantulkan ke lantai dari ketinggian 180 cm akan melambung tidak kurang dari 120 cm tidak lebih dari 140 cm. 2. Perlengkapan Teknik

Untuk pencatatan waktu diperlukan sedikitnya 2 buah stopwatch, satu untuk pencatat waktu dan satu lagi untuk time out. Alat untuk mengukur waktu 30 detik Kertas score (Scoring Book) untuk mencatat/merekam pertandingan. Isyarat – scoring board, tanda kesalahan perorangan yakni angka 1 sampai dengan 5, serta bendera merah dua buah untuk kesalahan regu.


(43)

28

3. Lapangan

Gambar 5. Lapangan Bolabasket Sumber. Private Desaign

Berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 28 m dan lebar 15 m yang diukur dari pinggir garis batas. Variasi ukuran

diperolehkan dengna menambah atau mengurangi ukuran panjang 2 m serta menambah atau mengurangi ukuran lebar 1 m. Dalam lapangan masih terdapat lingkaran tengan dan lingkaran point 4. Papan Pantul

Gambar 6. Papan Pantul Sumber, Private Desaign


(44)

Papan pantul dibuat dari kayu keras setebal 3 cm atau dari bahan transparant yang cocok. Papan pantul berukuran panjang 180 cm dan lebar 120 cm.. Tinggi papan, 275 cm dari permukaan lantai sampai ke bagian bawah papan, dan terletak tegak lurus 120 cm jaraknya dari titik tengah garis akhir lapangan.

5. Ring

Gambar 7. Ring Basket Sumber. Private Desaign

Keranjang terdiri dari Ring dan Jala. Ring tersebut dari besi yang keras dengan garis tengah 45 cm berwarna jingga. Tinggi ring 305 cm dari permukaan lantai dan dipasang dipermukaan papan pantaul dengan jarak 15 cm. Sedangkan jala terdiri dari tambah putih digantung pada ring. Panjang jala 40 cm.

6. Teknik dasar bola basket

a. Mengumpan (Passing)

Passing berarti mengoper, sedangkan catching artinya menangkap.. Dalam passing terdapat beberapa teknik antara lain :


(45)

30

b. Bounce pass (operan pantul)

c. Overhead pass (operan diatas kepala)

I. Pengertian Latihan

Menurut Harsono (2007:101) latihan adalah proses sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya. Menurut pendapat Fox (1988:693) bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk

mengembangkan seseorang dalam menghadapi pertandingan penting. Peningkatan kemampuan keterampilan dan kapasitas energi sama. Menurut Bompa (1994: 3) latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, dan ditingkatkan secara bertahap dan

perorangan, yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologis untuk memenuhi tuntutan tugas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu program yang tersusun secara sistematis dan teratur yang dilakukan secara berulang-ulang dalam mengembangkan fisik baik massa otot maupun gerak biomotor dan digunakan untuk menjaga kebugaran tubuh atau persiapan menghadapi pertandingan penting. Dalam meningkatkan fisioligis dan psikologi. J. Tahap-Tahap Latihan

Pada dasarnya latihan memiliki tahapan-tahapan yang tersusun dengan baik dan sistematis sesuai dengan kebutuhan dalam latihan, dalam hal ini latihan dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:


(46)

a. Tahap Pesiapan (preparation period)

Menurut Bompa (2000:4) dalam Harsono (2007:109) bahwa tahap persiapan adalah tahap yang sangat penting dalam program latihan jangka panjang secara keseluruhan, karena pada tahap ini akan

dikembangkan kerangka umum baik fisik, teknik, taktik, dan persiapan mentalnya dalam menghadapi tahap pertandingan yang akan datang, apabila tahap persiapan kurang baik maka akan berdampak buruk terhadap tahap pertandingannya

Tahap persiapan dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1) Tahap persiapan umum( TPU )

a) Lama latihan 2-21/2 bulan

Tujuan meningkatkan kondisi fisik dasar, memeperbaiki elemen-elemen teknik dan taktik dan melatih mental b) Karakteristiknya yaitu volume latihan kondisi fisik 60-70% 2) Tahap persiapan khusus ( TPK )

a) Lama latihan 2-21/2 bulan

b) Tujuan meningkatkan kondisi fisik secara spesifik

c) Karakteristiknya volume latihan diatas 75% dan spesifikasi kekuatan pada prinsip overload, progresif, dan tegangan otot b. Tahap Pertandingan

Salah satu tujuan pada tahap pertandingan adalah penyempurnaan semua aspek latihan terutama fisik dan mental untuk memperoleh prestasi puncak


(47)

32

Menurut Bompa (2000:15) tujuan umum pada tahap pertandingan adalah: 1) Semakin berkembangnya kemampuan biomotor dan aspek psikologis

2) Memantapkan teknik, taktik, dan fisik

3) Mengetahui tingkat teoritis tentang tentang cabang olahraga 4) Mencari pengalaman bertanding

5) Pantang menyerah 6) Sportif

7) Peningkatan beban latihan

Tahap pertandingan dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1) Tahap Pra-pertandingan

Tahap pra pertandingan dilakukan selama dua bulan dan bertujuan untuk melibatkan atlet dalam berbagai macam pertandingan. Ini diikuti dengan volume latihan yang menurun sekitar 60% dan intensitas latihan naik sekitar 80%

2) Tahap pertandingan utama

Tahap ini dilakukan selama tiga bulan dan bertujuan untuk

menggalipotensi atlet semaksimal mungkin baik potensi fisik, teknik, taktik dan mental karena aspek ini adalah komponen utama. Intensitas mencapai 90%-100% dan volume menurun .

c. Tahap Transisi (peralihan)

Setelah berakhirnya pertandingan bukan berarti atlet harus beristirahat total, tetapi atlet harus bisa menjaga kondisi fisiknya, jadi harus tetap ada aktivitas untuk menjaga kondisi supaya tetap berada di kisaran diatas


(48)

50% sehingga pada saat memulai latihan lagi atlet berada di kondisi terjaga dengan baik, apabila tingkat kondisi fisik atlet menurun drastis maka akan sulit diperkirakan prestasinya dari tahun ketahun

K. Sistem Latihan

Menurut Harsono (2007: 25) sistem latihan adalah suatu batasan kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.

Sistem latihan dibagi menjadi 3 tipe kontraksi otot yaitu : 1. Kontraksi isometrik

Dalam kontraksi isometrik otot-otot ditegangkan namun tidak

memanjang atau memendek sehingga tidak nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh karena itu kontraksi ini disebut static contraction. Kontraksi ini dipertahankan selama 6-10 detik. Contoh kontraksi isometrik adalah mendorong, 2. Kontraksi isotonik

Kontraksi isotonik adalah sistem latihan tahanan yang ototnya

berkontraksi secara isotonik. Dalam tipe kontraksi isotonik terjadi suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh kita yang disebabkan oleh

memanjang dan memendeknya otot-otot, sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot Salah satu latihan isotonik yang paling popular dalam olahraga adalah latihan beban.


(49)

34

3. Kontraksi isokinetik

Para ahli dalam weight training berpendapat bahwa latihan kekuatan dengan menganut metode kontraksi isokinetik yang aplikasinya dari kombinasi antara isometrik dan isotonik adalah yang paling efektif, latihan ini digunakan karena dalam gerakan isokinetik otot mendapat tahanan yang sama

L. Prinsip-Prinsip Latihan

Program latihan seharusnya mengedepankan prinsip-prinsip dasar latihan yang sesuai dengan konsep kerja fisik secara menyeluruh dan maksimal. Karena prinsip latihan dapat menjadi panduan dalam melihat dan

mengatur peningkatan seseorang Diantara prinsip-prinsip latihan antara lain :

1. Prinsip Beban Berlebih

.

25 50 75

Awal akhir awal akhir awal akhir a.25 % RM b. 50 % RM c. 75% RM (Gambar Diagram 8. Overload diagram) Menurut Fox (1988:687) bahwa intensitas kerja harus bertambah secara bertahap melebihi ketentuan program latihan merupakan


(50)

kapasitas kebugaran yang bertambah baik. Menurut Bompa (2000:29) bahwa pemberian beban yang melebihi kebiasaan kegiatan sehari-hari secara teratur. Hal itu bertujuan agar sistem fisiologi dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi untuk meningkatkan kemampuan yang lebih tinggi

2. Prinsip Individual (the principle of individuality)

Menurut Bompa (2000:35) bahwa latihan harus memperhatikan dan memperlakukan seseorang sesuai dengan tingkat kemampuan, potensi, serta karakteristik belajar dan kekhususan olahraga

3. Prinsip Kekhususan (the principle of specificity)

Menurut Bompa (2000:32) Latihan harus bersifat khusus sesuai dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan. Perubahan anatomis dan fisiologis dikaitkan dengan kebutuhan. 4. Prinsip beban latihan meningkat bertahap (the principle of progressive

increase load)

Prinsip beban bertambah (Progresif) sejak otot menerima beban berlebih (overload), kekuatanya menjadi bertambah dengan program pelatihan beban. Bila kekuatan sudah bertambah dan program

pelatihan berikutnya dilakukan dengan beban yang tetap (sama), maka tidak lagi dapat menambah kekuatan. Dengan kata lain, beban


(51)

36

pada waktu berikutnya sudah sama atau mungkin sudah di bawah nilai ambang. Perlu penambahan beban, set, repetisi, frekuensi dan lamanya latihan. Dalam hal ini, penambahan beban latihan tidak harus berupa beban seperti barbel, rompi dan lain-lain. Akan tetapi dapat juga berupa penambahan set repetisi, frekuensi, dan lamanya latihan, Sadoso Sumosardjuno (1993:9).

5. Prinsip kembali asal (the principle of reversibility)

Menurut Djoko P.I (2002:11) bahwa kebugaran yang telah di capai seseorang akan berangsur-angsur menurun bahkan bisa hilang sama dalam kurun waktu tertentusekali, jika latihan yang pernah dilakukan tidak diulang secara teratur.

M. Dosis Latihan

Menurut Bompa (2000:26) dosis latihan ditentukan dengan tingkat ukuran beban latihan yang harus dilakukan seorang dalam jangka waktu tertentu. Komponen dosis latihan ada dua bentuk yaitu dosis internal dan dosis eksternal. Dosis eksternal adalah volume, yaitu jumlah kerja yang ditampilkan selama satu sesi latihan atau suatu fase latihan. Volume latihan berupa durasi, jarak tempuh dan jumlah pengulangan/repetisi Dosis ditetapkan berdasarkan 5 kriteria, yaitu:

1. Frekuensi

Frekuensi adalah tentang berapa kerap sesi latihan dilakukan. Entah 2 kali sehari, 3 kali seminggu, dan seterusnya, selama sekian periode.


(52)

2. Intensitas

Intensitas adalah tentang berapa berat latihan yang dilakukan. Umumnya beban latihan ditetapkan berdasarkan denyut nadi maksimal. Namun pada beberapa latihan khusus, mungkin indikasi beban atau tingkat kesulitan yang digunakan berbeda. Misalnya nilai RM (Repetisi Maksimal), kerumitan gerakan, dan sebagainya. 3. Tipe

Tipe adalah tentang jenis latihan yang dilakukan. Populernya dibagi menjadi latihan aerobik dan latihan anaerobik. Namun sebetulnya, banyak sekali tipe-tipe latihan. Beberapa latihan dikembangkan untuk kondisi patologis tertentu, sementara latihan lain

dikembangkan untuk meningkatkan performa tubuh tertentu. 4. Time

Time atau durasi adalah tentang waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1 sesi latihan. 1 seri latihan itu artinya latihan plus istirahat yang diberikan antar seri latihan.

5. Repetisi

Repetisi adalah tentang berapa kali suatu seri gerakan dilakukan selama satu sesi latihan. Banyaknya repetisi inilah yang terutama akan mempengaruhi perhitungan waktu latihan.

N. Pengaruh Latihan

Menurut Harsono (2007:134) kegiatan mempengaruhi semua komponen kebugaran kondisi atlet. Latihan yang bersifat aerobik dan anaerobik


(53)

38

yang di lakukan secara teratur akan meningkatkan kondisi fisik. Dengan melakukan latihan olahraga atau kegiatan fisik yang baik dan benar berarti seluruh organ di picu untuk menjalankan fungsinya sehingga mampu beradaptasi terhadap setiap beban yang diberikan. Latihan fisik akan menyebabkan otot menjadi kuat. Perbaikan fungsi otot, terutama otot pernapasan menyebabkan pernapasan lebih efisien pada saat istirahat.

Menurut Sajoto (1995:23) ventilasi paru-paru pada orang yang terlatih dan tidak terlatih relatif sama besar, akan tetapi orang yang berlatih akan bernapas lebih lambat dan lebih dalam dari yang tidak berlatih dan menyebabkan oksigen yang diperlukan untuk kerja otot pada proses ventilasi berkurang. Dengan jumlah oksigen yang sama otot yang terlatih akan lebih efektif kerjanya, pada orang yang dilatih intensif selama beberapa bulan terjadi perbaikan dalam pengaturan dalam proses pernapasan, perbaikan ini terjadi karena menurunnya kadar asam laktat yang berada didalam darah yang seimbang dengan proses pengurangan penggunaan oksigen oleh jaringan tubuh. Latihan fisik akan

mempengaruhi organ tubuh sedemikian rupa sehingga kerja organ yang ada lebih efisien dan kapasitas kerja maksimum yang akan dicapai lebih besar. Faktor yang paling penting dalam perbaikan kemampuan

pernapasan tingkat optimal adalah kesanggupan untuk meningkatkan

capillary bed yang aktif, sehingga jumlah darah yang mengalir di paru lebih banyak, dan darah yang berikatan dengan oksigen per menit waktu juga akan meningkat. Peningkatan ini digunakan untuk memenuhi


(54)

kebutuhan jaringan terhadap oksigen. Penurunan fungsi paru orang yang tidak berolahraga atau usia tua terutama disebabkan oleh hilangnya elastisitas paru-paru dan otot dinding dada. Hal ini menyebabkan penurunan nilai kapasitas vital dan nilai forced expiratoryvolume, serta meningkatkan volume residual paru. Ada sejumlah keuntungan penting bagi organ tubuh vital akibat dari latihan yang teratur dalam penjelasan Sharkey (1996:106) yaitu :

1) Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung. Bukti yang ada menunjukkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat karena digunakan dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akibat dari aktivitas tubuh, terjadi pembesaran jantung. 2) Pengaruh latihan terhadap isi perdenyut hasil penelitian pada atlet,

pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh tubuh dari pada orang yang tidak terlatih. Atlet terlatih dapat memompakan sebanyak 22 liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2 liter darah saja. 3) Pengaruh latihan terhadap denyut jantung hasil tes dari atlet olimpiade,

diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat bila dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung manusia berdenyut 6 sampai 8 kali lebih sedikit bila seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 sampai 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih.


(55)

40

4) Pengaruh latihan terhadap tekanan arteri. Banyak eksperimen menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah pada orang terlatih lebih sedikit dari pada orang yang tidak terlatih. Hal ini akan terjadi sebaliknya jika latihan yang dilakukan mengalami overlod.

5) Pengaruh latihan terhadap kardiovaskuler antara lain; a) Dada

bertambah luas. Hal ini terjadi semasa pertumbuhan, tetapi tidak pada masa dewasa. b) Jumlah pernafasan per menit berkurang. Orang terlatih bernafas 6 sampai 8 kali per menit, sedangkan pada orang yang tidak terlatih sebanyak 18 sampai 20 kali per menit.

c) Pernafasan lebih pada orang yang tidak terlatih diafragma bergerak sedikit sekali. d) Dalam mengerjakan pekerjaan yang sama,

individu yang terlatih menghirup udara dalam jumlah yang

lebih kecil, dan mengambil oksigen lebih besar dari pada individu yang tidak terlatih. e) Pengaruh latihan terhadap sistem otot. O. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Sujana (2001:27) mengartikan bahwa ekstrakurikuler

merupakan Sebuah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para siswa sekolah diluar jam kurikulum standar. Kegiatan- kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah,

ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan diberbagai bidang diluar bidang akademik. Menurut Ahmadi (2004:105) bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran


(56)

sekolah yang mempunyai fungsi pendidikan dan biasanya berupa klub-klub.

P. Anatomi Jantung –Paru serta Pengaruh terhadap VO2Max

1. Anatomi Jantung

Menurut Saifudin (1997:19) Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.

Gambar 9. Anatomi Jantung (Sumber, Saifudin 1997)

Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan


(57)

42

sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh.

Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium.

2. Siklus jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistolik atrial dan relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek,sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena


(58)

harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistemik.Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah

3. Anatomi Paru-Paru

Gambar 10. Anatomi Paru (sumber Saifudin 1997)

Paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk

kerucut. Paru kanan dibagi menjadi dua buah fisura kedalam tiga lobus atas,tengah dan bawah. Permukaan datar paru menghadap ke tangah rongga dada. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru yang dibungkus selaput tipis (syaifudin,2002:19)


(59)

44

4. Siklus pernafasan

Kecepatan bernafas pada wanita lebih lebih tinggi dari pria dalam keadaan normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, jika pada bayi maka terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga pernafasan terbalik

Kecepatan setiap menit

a. Bayi baru lahir : 30-40x/menit

b. 12 bulan : 30x/menit

c. 2-5 tahun : 24x/menit

d. Dewasa : 10-20x/menit

Daya muat paru 4500 ml-5000ml udara yang diproses dalam paru-parudan udara yang dihirup dan dihembuskan hanya sekitar 500 ml 5. Volume Oksigen Maksimum (VO2Max)

Kemampuan aerobik (VO2max) adalah kemampuan olah daya aerobik terbesar yang dimiliki seseorang. Hal ini ditentukan oleh jumlah zat asam(O2) yang paling banyak dapat dipasok oleh jantung, pernapasan, dan hemo-hidro-limpatik atau transport O2, CO2 dan nutrisi pada setiap menit. yang dimaksud dengan VO2Max adalah derajat metabolisme aerob maksimum dalam aktivitas fisik dinamis yang dapat dicapai seseorang. Sedangkan menurut Thoden dalam modul Suranto (2008: 188), yang dimaksud dengan VO2Max adalah Daya tangkap aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes,


(60)

dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO2Max. VO2Max adalah pengambilan oksigen (oxygen intake) selama upaya maksimal. Dalam cabang olahraga Bolabasket, VO2Max sangat di butuhkan untuk konsumsi oksigen setiap latihan maupun dalam pertandingan. Menurut American College of Sports Medicine dalam modul Suranto (2008:189), peningkatan konsusmsi oksigen atau VO2Max dan fungsi jantung dapat terjadi secara konsisten, apabila latihan dilakukan secara teratur dan mempergunakan otot – otot besar, seperti : berjalan, jogging, bersepeda, berenang, latihan sirkuit, latihan interval dan sebagainya. Q. Circuit Training dan Interval Training

1. Circuit training

Menurut Soekarman (1987:70) bahwa latihan sirkuit adalah suatu program latihan yang dikombinasikan dari beberapa item-item latihan yang tujuannya dalam melakukan suatu latihan tidak akan

membosankan dan lebih efisien. Latihan sirkuit akan tercakup latihan untuk 1) Kekuatan otot, 2) Ketahanan otot, 3) Kelentukan,

4) Kelincahan, 5) Keseimbangan, dan 6) Ketahanan jantung paru. Keuntungan Latihan Sirkuit/Circuit Training. 1) Melatih kekuatan jantung dan menurunkan tekanan darah sama baiknya dengan latihan aerobik. 2) Meningkatkan berbagai komponen kondisi fisik secara serempak dalam waktu yang relatif singkat. 3) Ketahanan, daya tahan otot akan terlatih dan kemampuan adaptasi meningkat. 4) Setiap atlet


(61)

46

dapat berlatih sesuai kemajuan masing-masing. 5) Setiap siswa dapat mengobservasi dan menilai kemajuanya sendiri. 6) Tidak memerlukan alat gym yang mahal. 7) Dapat di sesuaikan di berbagai area atau tempat latihan. 8) Latihan mudah diawasi. 9) Hemat waktu dan dapat dilakukan oleh banyak orang sekaligus. Menurut Setiawan (2010:32) mengungkapkan bahwa latihan sirkuit dapat mengembangkan kondisi fisik seperti daya tahan, kelentukan, kelincahan, dan kekuatan. Satu kali latihan dalam setiap stasiun dilakukan 30 detik dan satu sirkuit dilakukan 15-20 menit. Kemudian istirahat antar stasiun adalah 15-20 detik, dan istirahat satu sirkuit 1-3 menit. Menurut J.P. O’Shea dalam M. Sajoto (1995:83) bahwa ada dua program latihan sirkuit, yang pertama bahwa jumlah stasiun adalah delapan tempat. Satu stasiun di selesaikan dalam waktu 1 menit, dan dengan repetisi antara 15 –20 kali, sedangkan waktu istirahat tiap stasiun adalah satu menit atau kurang. Rancangan kedua dinyatakan bahwa jumlah stasiun antara 5-15 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 30 detik, dan satu sirkuit diselesaikan antara 5-20 menit, dengan istirahat 15-20 detik.

POS IV

POS 1

POS III

POS II

POS V

SQUAD TRUSTH

THREE CORNER DRILL

ZIG-ZAG RUN

SHUTTLE RUN DOT DRILL

Gambar 11. Latihan Sirkuit (Sumber, Sajoto:1995) SPRINT 30


(62)

a.

Bentuk Bentuk Latihan Dari Masing-Masing Pos

1) Pos 1 (Squad trusth)

Menurut Sajoto (1995:84) Squad trusth adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep, trisep, kelentukan, dan daya tahan. Posisi awal jongkok dan tidur tengkurap dengan tangan di sisi kanan kiri badan. Kemudian badan didorong ke atas dengan kekuatan tangan. Posisi kaki dan badan bisa tetap lurus atau renggang. Setelah itu, badan kembali jongkok dan terahir melakukan lompatan dua kaki dan dilakukan secara berulang.

a. Variasi Latihan Squad Thrust 1) Squad Thrust Kaki Terbuka 2) Squad Thrust Kaki Tertutup

3) Squad Thrust kaki Terbuka dan Tertutup 2) Pos II (three corner drill)

Three corner drill adalah salah salah satu bentuk gerakan latihan untuk meningkatkan daya tahan, latihan ini mengunakan kecepatan dan kelincahan pada saat

melakukannya, latihan ini dibuat menyerupai garis yang membentuk huruf L dan siswa mengitari lintasan tersebut sesuai dengan kemampuan maksimalnya.


(63)

48

a. Variasi Latihan Three Corner Drill 1) 3)

5meter 7 meter 2) 4)

6 meter 8 meter

(Gambar 12. Variasi Latihan Three Corner Drill)

3) Pos III (Shuttle Run)

Latihan ini sebenarnya digunakan untuk melatih kecepatan dan kelincahan, akan tetapi karena latihan ini dilakukan secara teus menerus maka daya tahan terpengaruhi juga oleh latihan ini a. Variasi Latihan Shuttle Run

1) 2) 3) 4)

7 meter 7 meter 9 meter 9 meter (3 kun) (4 kun) (3 kun) (4 kun)


(64)

4) Pos V (dot drill)

Latihan dot drill adalah latihan untuk meningkatkan gerak

reflex kaki dan daya tahan kaki dalam melakukan gerak

manipulatif. Gerakan ini terpusat di titik tengah dan selanjutnya melakukan gerak kearah empat penjuru mata angin dan

kembali lagi ke tengah. a. Variasi Latihan Dot Drill

1) 2) 3)

(Gambar 14. Variasi Latihan Dot Drill)

5) Pos V (Zig-zag run)

Zig-zag run merupakan latihan yang menggunakan unsur lintasan lurus yang dibuat celah agar siswa dibuat berlari zig-zag, dan disini siswa melakukan gerakan merubah arah sesuai dengan jarak kun yang dibuat.

a. Variasi Latihan Zig-Zag Run1) 2)

3) 4)

dst.

8 meter 8 meter 8 meter 8 meter (8 kun) (10 kun) (12 kun) (14 kun)


(65)

50

Tabel 1. Skema Latihan Sirkuit

2. Interval Training

Latihan interval adalah suatu sistem latihan yang berganti-ganti antara melakukan dengan giat (interval kerja) dengan periode kegiatan dengan intensitas rendah (periode sela) dalam suatu tahap latihan, latihan interval biasanya menggunakan intensitas tinggi dari kemampan maksimal, waktu sekitar 2-5 menit lama istirahat 2-8 menit. Perbandingan latihan dengan istirahat 1:1 atau 1:2 dengan repetisi 3-12 pengulangan. Latihan secara interval merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu. Faktor istirahat haruslah diperhitungkan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan. Sistem latihan secara interval digunakan hampir pada semua cabang olahraga. Menurut Suharno (1993: 17) bahwa prinsip interval sangat penting dalam latihan yang bersifat harian, mingguan, bulanan, kuwartalan, tahunan yang berguna untuk pemulihan fisik dan mental atlet dalam menjalankan latihan.

Ciri khas latihan interval yaitu adanya istirahat yang diselingkan pada waktu melakukan latihan. Istirahat diantara latihan tersebut dapat

Frequensi 3 x seminggu

Intensitas 75-100% (repetisi Maksimal)

Tipe Aerobik

Time 6-12 menit/pertemuan

Volume 2-4 repetisi

Recovery per pos/sirkuit 5 detik

1 sirkuit 5 pos + Sprint 30 meter


(66)

berupa istirahat pasif ataupun aktif, tergantung dari sistem energi mana yang akan dikembangkan. Istirahat disetiap rangsangan latihan memegang peranan yang menentukan. Istirahat yang terlalu panjang dan terlalu pendek dapat menghambat keefektifan suatu latihan. Menurut Suharno (1993: 17) bahwa kegunaan prinsip interval diterapkan dalam latihan untuk: (1) menghindari terjadinya

overtraining, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan, (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan. Kesediaan organisme yang lebih tinggi untuk menunjukkan gejala penyesuaian, terlihat pada pembebanan dalam istirahat berikutnya, sudah tentu tidak dalam jangka waktu yang tidak terbatas, melainkan dalam saat yang pendek sewaktu pemulihan kembali organisme secara menyeluruh. Jangka waktu istirahat yang pendek tetapi penting harus disesuaikan dan dipergunakan dengan baik, sebab dalam waktu yang pendek itulah tersusun rangsangan latihan yang baru. Oleh karena itu, istirahat tidak boleh terlalu pendek, karena bila demikian saat yang baik dan menguntungkan belum tercapai. Juga istirahat tidak boleh terlalu panjang.

Dalam hal ini latihan interval adalah lari 100 meter per 30 detik a. Bentuk latihan Interval

1) 100 meter (30 detik) = = Interval (5 detik), Jogging


(67)

52

2.

25 meter (30 detik, 4 kali shuffle) Interval (5 detik), Jogging

(Gambar 16. Latihan Interval dan Variasi latihan)

Tabel 2. Skema Latihan Interval

R. Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan berguna untuk melihat adanya suatu kaitan atau hubungan dengan apa yang dibicarakan dan apa yang berlaku. Penelitian relevan ini untuk memperkuat hasil penelitian yang berjudul Pengaruh

Circuit Training dan interval training terhadap hasil VO2Max pada siswa

ektrakurikuler bolabasket di SMP N 23 Bandar Lampung

1. Penelitian oleh Sigit Nugroho yang berjudul “ Pengaruh Latihan

Circuit Training Terhadap Daya Tahan Aerobik (VO2Max), menyimpulkan bahwa adanya pengaruh latihan circuit training

terhadap VO2Max secara signifikan

2. Penelitan relevan yang kedua oleh Andhikarmika Uliyandri yang

berjudul “Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Perubahan

Nilai Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2Max) Pada Siswi Sekolah

Frequensi 3 x seminggu

Intensitas (Repetisi Maksimal)

Tipe Aerobic

Time 6-12 menit/pertemuan

Volume 10-20 repetisi

Recovery/Interval 5 detik

1 interval Lari 100 meter


(68)

Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 11-13 Tahun 2012,

menyimpulkan bahwa adanya manfaat dan pengaruh VO2Max untuk perempuan usia 11-13 tahun. secara signifikan

3. Penelitian relevan yang ketiga oleh Ani setiawati yang

berjudul.’’Pengaruh Latihan Interval dan Latihan Lari Berselang

Terhadap Hasil VO2Max Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepak Bola Di SMA Swadhipa Natar. Menyimpulkan bahwa adanya pengaruh dari latihan interval terhadap hasil VO2Max pada siswa SMA Swadhipa Natar. Dari ketiga penelitian yang relevan tersebut, maka tidak perlu diragukan lagi bahwa ada pengaruh dari latihan sirkuit dan latihan interval terhadap hasil VO2Max secara signifikan

S. Kerangka Berpikir

Menurut Soekamto (2014:24) bahwa kerangka berpikir adalah konsep yang memerlukan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berdimensi sosial yang dianggap relevan dengan peneliti. Hasil penelitian yang relevan mengungkapkan bahwa latihan sirkuit dan latihan interval adalah latihan yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan berpengaruh terhadap hasil VO2Max

siswa. Pada anak sekolah tingkat pertama selama ini cenderung melakukan program latihan yang tidak tersusun dan ini terlihat tidak efektif dan optimal terhadap daya tahan anak, latihan yang terprogram dapat meningkatkan kualitas biologis anak, latihan sirkuit dan latihan interval melibatkan otot-otot besar dan dapat meningkatkan kualitas


(69)

54

otot, dan mitokondria dalam otot pun akan meningkat. Namun hingga kini masih sedikit sekali penelitian yang membahas tentang pengaruh latihan sirkuit dan latihan interval terhadap peningkatan VO2Max. Maka antara siswa yang melakukan latihan interval, latihan sirkuit, dan kelompok kontrol perlu diketahui kapasitas awal aerobiknya dengan tes multi tahap.

T. Hipotesis

Menurut Arikunto (2010:67) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Menurut Sukardi (2003:42) hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dan bersifat teoritis. Jadi hipotesis adalah jawaban sementara pada sebuah penelitian

H¹ : Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan sirkuit terhadap peningkatan VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket SMP N 23 Bandar Lampung.

Latihan sirkuit

Latihan interval

Kelompok kontrol

VO2max


(70)

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari latihan sirkuit terhadap peningkatan VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket SMP N 23 Bandar Lampung.

H²: Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan interval terhadap peningkatan VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket SMP N 23 Bandar Lampung.

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari latihan interval terhadap peningkatan VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket SMP N 23 Bandar Lampung.

H³: Latihan sirkuit lebih baik dibandingkan latihan interval dalam meningkatkan VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket SMP N 23 Bandar Lampung.

Ho: Latihan interval lebih baik dibandingkan latihan sirkuit dalam meningkatkan VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket SMP N 23 Bandar Lampung.


(71)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen (true experiment), diartikan sebagai metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam hal ini penulis menggunakan kelas kontrol sebagai pembanding maka penelitian ini juga bisa disebut eksperimen murni. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencoba sesuatu untuk mengetahui atau akibat dari suatu perlakuan. Disamping itu peneliti ingin mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen ini Sugiono (2008:3) mengemukakan bahwa“secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dan eksperimen menurut Sugiono (2008:107) adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mencari perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Selain itu, menurut Arikunto (2010:16) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dan eksperimen menurut Arikunto (2010:3) adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat antara dua faktor yang sengaja


(72)

ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Berdasarkan metode penelitian tersebut peneliti menggunakan metode eksperimen. Jadi metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil. Oleh sebab itu, dalam metode eksperimen harus ada faktor yang di ujicobakan, dalam hal ini faktor yang dicobakan circuit training dan

interval training untuk diketahui pengaruhnya terhadap yaitu VO2Max. Untuk mengetahui pengaruh circuit training dan interval training

terhadap VO2max digunakan instrument penelitian berupa Bleep test yang mengandung unsur kecabangan olahraga khususnya cabang olahraga bolabasket.

B. Desain Penelitian

Menurut Nazir (1988:74) desain penelitian adalah Semua proses yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin di ungkapkan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pre-test, post-test, group design yaitu kelompok diberikan tes awal untuk mengukur kondisi awal. Selanjutnya pada kelompok eksperimen

diberikan perlakuan. Sesudah selesai perlakuan kelompok diberi tes lagi sebagai tes akhir. Untuk mempermudah tahap penelitian maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :


(1)

72

training terhadap VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket. Jadi kesimpulannya hipotesis H2 di terima.

c. Hipotesis 3

H3 : Kelompok Circuit Training lebih baik daripada kelompok Interval Training dan kelompok kontrol terhadap VO2Max. Pengujian hasil analisis data hipotesis 3

= 4,05ml/kgBB/menit

Tabel 8 . Hasil Uji Hipotesis Ketiga Jenis Latihan Nilai

Fhitung

Nilai Ftabel

Kriteria uji Kesimpulan Circuit Training

& Interval Training

4,05 3,15 Ho ditolak Circuit Training

lebih baik

Pada tabel di atas di peroleh nilai , maka ditolak,dan H3 diterima. Hal ini berarti Circuit Training lebih

berpengaruh dari pada Interval Training terhadap VO2Max pada iswa ektrakurikuler bolabasket. Jadi kesimpulannya hipotesis H3 di


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :

1. Circuit Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap VO2Max

pada siswa ekstrakurikuler bolabasket di SMP N 23 Bandar Lampung 2. Interval Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket di SMP N 23

Bandar Lampung .

3. Ada perbedaan yang signifikan antara Circuit Training dan Interval Training terhadap VO2Max pada siswa ekstrakurikuler bolabasket

di SMP N 23 Bandar Lampung .

B. Saran

1. Untuk Pelatih dan Guru Pendidikan jasmani di harapkan mencoba latihan Circuit Training untuk meningkatkan VO2Max pada anak didiknya.

2. Untuk peneliti dan penulis lainya dapat terus memperbaiki dan

memperluas penelitian Circuit training dan Interval training ini dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu latihan yang lebih panjang.


(3)

86

3. Pada Program Studi Penjaskes diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program dan pembelajaran untuk meningkatkan daya tahan jantung (VO2Max) pada Mahasiswa Program Studi Penjaskesrek.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2004. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ahmadi, Nuril. 2007. Permainan Bola Basket. Surakarta. Era Intermedia

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Revisi

ke-V. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. UU Sistem Pendidikan nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. 2005. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta:balai bahasa Djoko P I. 2002. Panduan Latihan Kebugaran Yang Edukatif Dan Aman.

Yogyakarta: Lukman Ofset

Emanuela Kirana, Sangitan. 2002. Cognity Behavior untuk meningkatkan keterampilan social mahasiswa yang mengalami Distress. Tesis:Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia

Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif:Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Fox, 1988, The Physiological Basic of Physical Education and Atletict.Phyladelpia Giriwijoyo HYS, Santosa. 2012. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Harrow J, Anita. 1972. Taxonomy of educational objective: the clasification of educational goals. London: Longmans

Harsono, 2007 ,Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam CoachingJakarta : Proyek Pengambangan Lembaga Pendidikan


(5)

88

Lutan, Rusli. 1997. Belajar keterampilan motorik, pengamat teori dan metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen dikti PPLPTK

Margono. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Untuk Siswa SMP/Mts kelas VII, Jakarta Yudhistira Ghalia Indonesia

Nazir. 2005, Metodologi Penelitian. Bogor:Ghalia

O’ Shea JP. 1976. Scientifik Principal and Methods of Strength Fitness. Addison-Wisley publishing company:California

Purba A. 2006. Kardiovaskuler dan Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD:

Riduan. 2005. Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta

Saiffudin, Abdul bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Enonatal. Jakarta: JHPIEGO

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Setiawan. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta:Nuha Medika

Sajoto M. 1995. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize.

Sharkey, Brian J. 1996. Coaches Guide To Sport Physiology. University of Montana Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Soekamto. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta:PT. Citra Aditya

Soekarman, 1987, Dasar Olahraga Untuk Pembina Dan Atlet. Jakarta: Inti Idayu Press

Suharno, 1993. Pembinaan Kondisi Fisik dan Olahraga, Jakarta: Yudhistira Sumosardjuno, Sadoso. 1993. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sudjana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


(6)

Sudjarwo. 2001. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta: Press

Sugianto. 2004. Perkembangan dan belajar motorik. Jakarta: Universitas Terbuka Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara. Sukadiyanto. 2009. Majalah Olahraga. Yogyakarta: FPOK

Suranto . 2008. Fisiologi Olahraga. Universitas Lampung.

Tamat dan Mirwan Mukardi. 2004. Pendidikan Jasmani dan kesehatan. Jakarta: Universitas Terbuka

Tudor O, Bompa, 2000, Theory And Methodologi Of Training. Canada: Human Kinetics

Widiastuti. 2011. Tes Dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya Wiguna, Ida Bagus. 2012 . Kondisi Fisik. Dharma Wacana. Metro


Dokumen yang terkait

PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN JANTUNG (CARDIOVASCULAR) PADA SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SMA KOSGORO LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

2 38 61

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2 MAX PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 2 BATANGHARI

11 95 65

PENGARUH INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER FUTSAL SMA SAMANHUDI TANJUNG PURA TAHUN 2016/2017.

1 12 23

PENGARUH INTERVAL TRAINING DENGAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PADA ATLET SSB DAUN EMAS STABAT USIA 15-17 TAHUN 2014.

0 3 22

PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN FUTSAL.

0 3 14

PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN FUTSAL.

0 3 15

PENDAHULUAN PENGARUH PEMBERIAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN FUTSAL.

0 8 4

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING DENGAN ISTIRAHAT AKTIF DAN CIRCUIT TRAINING ISTIRAHAT PASIF TERHADAP KEMAMPUAN VO2MAX PADA SISWA EKSTRAKULIKULER BOLA VOLI SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 1 15

PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK

0 0 59

Perbedaan Pengaruh Circuit Training Dan High Intensity Interval Training (Hiit) Untuk Peningkatan Vo2max Pada Pemain Sepak Bola - DIGILIB UNISAYOGYA

0 3 13