ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA
BANDAR LAMPUNG

Oleh
AJI RIDHO UTAMA

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia ,
angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak
sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg
mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama.
Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus
dipertahankan. Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang
mudah.

Banyak

perempuan


harus

berperang

melawan

perasaan

dan

kepercayaannya mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya,

sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orangorang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui. Praktik aborsi siswa SMA
di Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi, terutama sebagai akibat dari
semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan prostitusi Permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah berbagai faktor yang menyebabkan aborsi di
kalangan remaja dan berbagai upaya penanggulangan yang dilakukan dalam hal
menghentikan tindakan aborsi yang dilakukan oleh siswi Sekolah Menengah Atas
di Kota Bandar Lampung

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan
yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji peraturanperaturan yang berlaku dan literatur yang erat kaitannya dengan Tindak Pidana
Aborsi, yang dalam hal ini lebih khusus terhadap Siswa di Kota Bandar Lampung
di kalangan siswa menengah atas.Pendekatan yuridis empiris, adalah pendekatan
yang dilakukan melalui
Aji Ridho Utama

pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya

dan

terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan
dengan Tindak Pidana Aborsi di kalangan siswa menegah atas

di Kota Bandar

Lampung
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan banyak faktor yang mendorong para
remaja melakukan tindakan aborsi terhadap kandungannya.Namun, hal yang
paling banyak adalah dikarenakan pergaulan bebas yang dimulai dengan aktivitas


“pacaran”. Pada awalnya, perilaku pacaran di kalangan remaja ini masih dianggap
“normal” dan sudah wajar, apalagi jika dipandang dari sisi psikologis bahwa
kebutuhan akan diperhatikan dan memperhatikan lawan jenis ini mulai nampak
sejak menginjak akil baligh.Namun dengan melihat fenomena yang terjadi pada
saat ini, banyak norma-norma yang telah dilanggar dan seakan-akan para
pasangan muda-mudi tersebut telah menganggap dirinya sebagai pasangan yang
abadi. Mulai dari memberikan perhatian yang berlebihan, seringnya berduaan,
saling berkontak secara. Buktinya dapat kita lihat dengan adanya pemaparan hasil
survei dari Jagatnita Consulting tersebut di atas.
Penulis menyarankan agar beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal
dapat

diselesaikan

sehingga

tindakan

aborsi


dapat

dihentikanBeberapa

penanggulangan hukum terkait dengan aborsi di kalangan remaja Siswa
Menengah Atas di Kota Bandar Lampung dapat di dukung dan diupayakan
semaksimal mungkin oleh berbagai pihak hal ini ditujukan untuk menghindari
remaja agar tidak melakukan aborsi

Kata Kunci : Kriminologi,Aborsi ,siswa, Penanggulangan ,Tindak Pidana

ANALISIS KRIMINOLOGI TINDAK PIDANA ABORSI YANG
DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA
BANDAR LAMPUNG

Oleh
AJI RIDHO UTAMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada

Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH SISWA MENENGAH ATAS DI KOTA
BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh
AJI RIDHO UTAMA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ....................................................
1. Rumusan Masalah .................................................................................
2. Ruang Lingkup ......................................................................................
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................
1. Tujuan Penelitian ..................................................................................
2. Kegunaan Penelitian..............................................................................
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ............................................................

01
08

08
08
09
09
09
10

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kriminologi ............................................................................
B. Pengertian Aborsi .....................................................................................
C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Aborsi .......................................
D. Tinjauan Umum Tentang Remaja .............................................................

17
19
21
22

BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah ..................................................................................

B. Sumber dan Jenis Data ..............................................................................
C. Penentuan Populasi dan Sampel ................................................................
D. Pengumpulan Data ....................................................................................
E. Pengolahan Data ........................................................................................
F. Analisis Data ..............................................................................................

24
25
26
26
27
28

BAB IV PENELITIAN DAN PEMABAHASAN
A. Karakteristik Responden………………………………………………….29
B. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya aborsi yang dilakukan oleh
Siswa Menengah Atas di Kota Bandar Lampung ...................................... 30
C. Upaya-upaya dilakukan dalam rangka menanggulangi pengguguran kandungan oleh Siswa
Menengah Atas di Kota Bandar Lampung ................................................ 37


BAB V PENUTUP
A.Simpulan………………………………………………………………… 48
B.Saran…………………………………………………………………….. 51

DAFTAR PUSTAKA

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga kadang
kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan
tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian
canggihnya dan kian cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga terkena
imbasnya. Dalam segala bidang, manusia terus menerus mengalami perubahan
karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang sehingga cakrawala berpikir
kita kian hari kian maju. Namun sebaliknya, imbas dari perkembangan jaman itu
sendiri tidak hanya bergerak kearah positif, tetapi juga menawarkan sisi
negatifnya kepada umat manusia karena sebenarnya perkembangan teknologi

tersebut seperti pedang bermata dua. Hanya tinggal kita yang diberi akal oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa ini memilih, mau kearah yang benar atau salah demi
mewujudkan keinginan kita.
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang
tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada

2

yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama
agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut survei demografi kesehatan Indonesia
(SDKI) 1994 masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab
kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu
sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC)
yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan
ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994,
hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh

tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih sangat rendah, di mana sebesar 54%
persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.1
Namun tidak semua kehamilan diharapkan kehadirannya. Setiap tahunnya, dari
175 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta perempuan yang
mengalami kehamilan tak diinginkan. Banyak hal yang menyebabkan seorang
perempuan tidak menginginkan kehamilannya, antara lain karena perkosaan,
kehamilan yang terlanjur datang pada saat yang belum diharapkan, janin dalam
kandungan menderita cacat berat, kehamilan di luar nikah, gagal KB, dan
sebagainya. Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan
(KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik
yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya
yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan
yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian
1

http:/www. GOI & Unicef.org/htm, diunduh pada hari rabu,tanggal 28 Agustus 2013.

3

karena ditangani oleh orang yang tidak kompeten atau dengan peralatan yang
tidak memenuhi standard.
Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah.
Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya
mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum
akhirnya mengambil keputusan. Belum lagi penilaian moral dari orang-orang
sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui. Hanya orang-orang yang mampu
berempati yang bisa merasakan betapa perempuan berada dalam posisi yang sulit
dan menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya.
Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22
minggu. Dengan perkembangan tehnologi kedokteran yang sedemikian pesatnya,
sesungguhnya perempuan tidak harus mengalami kesakitan apalagi kematian,
karena aborsi sudah dapat diselenggarakan secara sangat aman dengan
menggunakan tehnologi yang sangat sederhana. Bahkan dikatakan bahwa aborsi
oleh tenaga profesional di tempat yang memenuhi standar, tingkat keamanannya
10 kali lebih besar dibandingkan dengan bila melanjutkan kehamilan hingga
persalinan.Sayangnya, masih banyak perempuan di Indonesia tidak dapat
menikmati kemajuan tehnologi kedokteran tersebut. Mereka yang tidak punya
pilihan lain, terpaksa beralih ke tenaga yang tidak aman yang menyebabkan
mereka beresiko terhadap kesakitan dan kematian. Terciptanya kondisi ini
terutama disebabkan karena hukum di Indonesia masih belum berpihak kepada
perempuan dengan melarang tindakan ini untuk dilakukan kecuali untuk

4

menyelamatkan ibu dan bayinya. Akibatnya, banyak tenaga profesional yang tidak
bersedia memberikan pelayanan ini, walaupun ada, seringkali diberikan dengan
biaya yang sangat tinggi karena besarnya konsekuensi yang harus ditanggung bila
diketahui oleh pihak yang berwajib.2
Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Sebuah
studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per tahunnya
sebesar 2 juta. Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan
banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani
dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang
mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap
remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga
kemampuan untuk mengendalikannya.
Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu
dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon
generasi penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya.
Tentunya, dapat dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka
lakukan saat ini kelak di kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi
bagi bangsa di masa depan.Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri
yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru
berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja
dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka.

2

http://narkofh07.blogspot.com/2011/01/proposal-aborsi-bab-i-pendahuluan.html, diunduh pada
hari rabu, tanggal 16 Oktober 2013.

5

Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat
remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang
lebih memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus
membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri. Tak tersedianya
informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja
bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan
siswa SMP dan SMA di Indonesia terungkap 42,3 persen pelajar telah melakukan
hubungan seks yang pertama saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa
mengungkapkan, dia melakukan hubungan seks tersebut berdasarkan suka dan
tanpa paksaan. Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak
diperbolehkannya remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga
berencana memaksa mereka untuk melakukan aborsi, yang sebagian besar
dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa mempedulikan standar medis. Data
WHO menyebutkan bahwa 15-50 persen kematian ibu disebabkan karena
pengguguran kandungan yang tidak aman. Bahkan Departemen Kesehatan RI
mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja atau 30
persen dari total 2 juta kasus di mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu,
WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung
kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun
dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak
aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia
tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di

6

antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat
aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju
hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi
di Indonesia masih cukup besar.3
Pada Pasal 28 A, UUD 1945 menyatakan setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.4 Tentang aborsi itu sendiri di
Indonesia dikenal dua jenis aborsi yaitu aborsi kriminalis dan aborsi medical.
Sebenarnya jika dilihat dari Pasal tersebut bayi yang di dalam kandungan
sekalipun memiliki hak untuk hidup dan lahir di dunia dengan selamat. Pada
dasarnya aborsi atau yang nama lainya adalah Abortus Provocatus Therapeuticus
adalah suatu jenis pengguguran kandungan yang disengaja dibuat oleh seseorang
dengan maksud

kesehatan

demi

menyelamatkan

jiwa perempuan

yang

mengandung, dan sudah barang tentu pengguguran kandungan ini mendapat
pertimbangan medik menurut ilmu kedokteran.5
Permasalahan aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan dengan disahkannya
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Secara eksplisit,
dalam undang-undang ini terdapat Pasal-Pasal yang mengatur mengenai aborsi,
meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan
kontroversi diberbagai lapisan masyarakat. Meskipun, Undang-undang melarang
praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan.
Pengguguran (aborsi) provocatus criminalis khususnya pada tingkat SMA apapun
alasannya tidak dapat dibenarkan oleh norma hukum pidana ataupun norma
3

Ibid.
Pasal 28 A, Undang-Undang Dasar 1945.
5
http://www.aborsi.org/definisi.htm, diunduh pada hari rabu, tanggal 28 Agustus 2013.
4

7

hukum agama. Hal ini disebabkan bahwa pengguguran kandungan ini sangat
bertentangan dengan nilai yang hidup dalam masyarakat, dan merupakan suatu
pembunuhan yang dilakukan terhadap janin yang ada dalam kandungan yang
seharusnya dilindungi. Alasan inilah sehingga KUHP pada Buku II bab XIX
menentukannya

sebagai kejahatan terhadap nyawa orang, khususnya terhadap

nyawa janin. Abortus provocatus criminalis atau tindak pidana aborsi tersebut di
dalam norma hukum yang diatur secara tegas dalam rumusan Pasal 346, 367, 348,
dan 349 KUHP. Dengan demikian aborsi jenis ini memberikan ancaman pidana
bagi yang melakukannya.6
Praktik aborsi siswa SMA di Kota Bandar Lampung sudah bukan rahasia lagi,
terutama sebagai akibat dari semakin meluasnya budaya pergaulan bebas dan
prostitusi dewasa ini. Juga dengan semakin meningkatnya kasus-kasus kehamilan
di luar nikah dan multiplikasi keragaman motivasi. Hal tersebut pada gilirannya
mendorong orang-orang tertentu cenderung menggugurkan kandungan sebagai
solusi untuk menghilangkan aib. Dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, seperti yang dijelaskan di atas bahwa melakukan aborsi dapat
merupakan tindakan kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang
dibenarkan undang-undang.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
menganalisis kriminologis terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh
Siswa Menengah Atas (SMA) di Kota Bandar Lampung.

6

Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Penerbit Bumi Aksara, Yogyakarta, 2011.

8

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
diangkat serta dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu :
1) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya aborsi yang dilakukan
oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar Lampung?
2) Upaya-upaya apasajakah yang telah dilakukan dalam rangka menanggulangi
pengguguran kandungan oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar
Lampung?
2. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah merupakan kajian dalam Hukum
Pidana yang mana membahas mengenai Analisis Kriminologis Terhadap Tindak
Pidana Aborsi Yang Dilakukan Oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar
Lampung. Penelitian ini dibatasi pada Rumah Sakit Abdul Moeloek Kota Bandar
Lampung, Psikolog yang ada di Kota Bandar Lampung dan Polrestabes Kota
Bandar Lampung. Sedangkan ruang lingkup wilayah penelitan adalah Kota
Bandar Lampung, penelitian dilakukan pada tahun 2013.

9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab terjadinya aborsi
yang dilakukan oleh Siswa Menengah Atas di Kota Bandar Lampung.
2) Untuk mengetahui dan memahami upaya-upaya yang dilakukan dalam
menanggulangi pengguguran kandungan oleh Siswa Menengah Atas di Kota
Bandar Lampung.
2. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :
1) Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pendidikan hukum khususnya dalam hal analisis kriminologis
terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh Siswa Menengah Atas di
Kota Bandar Lampung. Selain itu dapat pula untuk mengidentifikasi
permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut.

2) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pihak kepolisian dalam
menanggulangi tindak pidana aborsi yang terjadi dikalangan siswa SMA di
Kota Bandar Lampung. Selain itu agar masyarakat lebih aktif dalam hal

10

mengurang ataupun memberantas tindak pidana aborsi di Kota Bandar
Lampung. Terakhir, penelitian ini merupakan syarat dalam menyelesaikan
pendidikan sarjana yang merupakan kebutuhan peneliti.
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teori
a. Faktor Penyebab Orang Melakukan Kejahatan
Ada berbagai-bagai faktor penyebab terjadinya suatu tindak kejahatan. Sebagai
kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering terdapat
penyimpangan

terhadap norma - norma, terutama norma hukum. Di dalam

pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai kejahatan
atau pelanggaran. Dan kejahatan itu sendiri merupakan masalah sosial yang
berada di tengah - tengah masyarakat, dimana si pelaku dan korbannya adalah
anggota masyarakat.
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah
kejahatan. Pertama adalah faktor yang berasal atau terdapat dalam diri si pelaku
yang maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah
kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor
keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang
berasal atau terdapat di luar diri pribadi si pelaku. Maksudnya adalah: bahwa
yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari

11

luar diri si pelaku itu sendiri

yang didasari oleh faktor rumah tangga dan

lingkungan.7
Adapun faktor penyebab yang mendominasi terjadinya tindak pidana pelecehan
seksual yang dilakukan terhadap anak di bawah umur adalah:8
1. Faktor keinginan
2. Faktor kesempatan
3. Faktor lemahnya iman
Ad1. Faktor keinginan
Yang dimaksud dengan faktor keinginan adalah: suatu kemauan yang sangat
kuat yang mendorong si pelaku untuk melakukan sebuah kejahatan. Misalnya
seseorang yang setelah menonton suatu adegan atau peristiwa yang secara tidak
langsung telah menimbulkan hasrat yang begitu kuat dalam dirinya untuk meniru
adegan tersebut.9
Ad2. Faktor kesempatan
Adapun yang dimaksud dengan faktor kesempatan disini adalah: suatu keadaan
yang memungkinkan (memberi peluang) atau keadaan yang sangat mendukung
untuk terjadinya sebuah kejahatan. Faktor kesempatan ini biasanya banyak
terdapat pada diri si korban seperti:
1. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak - anaknya, hal ini
disebabkan orang tua sibuk bekerja.
2. Kurangnya pengetahuan si anak tentang seks, hal ini didasarkan kepada
kebudayaan ketimuran yang menganggap bahwa pengetahuan seks bagi

7

Andi Hamzah, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm 64.
Ibnu Jauzy, Ketika Nafsu Berbicara, Cendikia Sentra Muslim, Jakarta, 2004, hlm 54.
9
Ibid., hlm. 55.
8

12

anak merupakan perbuatan yang tabu. Sehingga anak dengan mudah
termakan rayuan dan terjerumus tanpa mengetahui akibatnya.10
Ad3. Faktor lemahnya iman
Faktor lemahnya iman di sini

merupakan faktor yang sangat mendasar

yang menyebabkan seseorang melakukan sebuah kejahatan. Jika ketiga faktor itu
telah terkumpul, maka perbuatan akan terlaksana dengan mudah. Tapi apabila
salah satu dari ketiga faktor tersebut di atas tidak terpenuhi maka kejahatan tidak
mungkin terjadi. Misalnya saja apabila hanya ada faktor keinginan dan faktor
lemahnya iman, sedangkan faktor kesempatan tidak ada maka perbuatan itu tidak
akan terjadi. Demikian juga apabila hanya ada faktor kesempatan, sedangkan
faktor keinginan tidak ada serta faktor imannya ada maka perbuatan itu juga tidak
akan terjadi. Tetapi faktor yang paling menentukan dalam hal ini adalah: faktor
lemahnya iman. Jika lemahnya iman seseorang atau iman seseorang tidak ada,
maka perbuatan pasti akan terjadi tanpa ada yang dapat mencegahnya.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka dapat diartikan bahwa kunci yang paling
utama yang dapat mencegah terjadinya suatu tindak pidana adalah: iman. Jika
iman telah ada niscaya perbuatan itu tidak akan terjadi. Apabila hal ini terjadi
juga, maka hakim harus memutuskan dan menetapkan hukuman yang setimpal
bagi si pelaku.

10

Yusuf Madam, Sex Education for Children (Panduan Bagi Orang Tua Dalam Seks Untuk Anak),
hlm 44.

13

b. Teori Penanggulangan Kejahatan
Menurut M. Hamdan, upaya penaggulangan yang merupakan bagian dari
kebijakan sosial pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari upaya
perlindungan masyarakat (social defence) yang dapat ditempuh dengan 2 jalur,
yaitu:
1. Jalur penal, yaitu dengan menerapkan hukum pidana (criminal law application)
2. Jalur nonpenal, yaitu dengan cara :
a. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punisment), termasuk di
dalamnya penerapan sanksi administratif dan sanksi perdata.
b. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pembinaan
lewat media massa (influencing views of society on crime and
punishment).
Secara sederhana dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan
lewat

jalur

“penal”

lebih

menitik

beratkan

pada

sifat

“repressive”

(penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah kejahatan terjadi, sedangkan
jalur

“non

penal”

lebih

menitik

beratkan

pada

sifat

“preventif”

(pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Beberapa
dekade terakhir berkembang ide-ide perbuatan tanpa pidana, artinya tidak semua
tindak pidana menurut undang-undang pidana dijatuhkan pidana, serentetan
pendapat dan beberapa hasil penelitian menemukan bahwa pemidanaan tidak
memiliki kemanfaatan ataupun tujuan, pemidaan tidak menjadikan lebih baik.
Karena itulah perlunya sarana nonpenal diintensifkan dan diefektifkan, disamping
beberapa alasan tersebut, juga masih diragukannya atau dipermasalahkannya
efektifitas sarana penal dalam mencapai tujuan politik kriminal.

14

Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur “non penal” lebih bersifat
tindakan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor
kondusif itu antara lain, berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi
sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau
menumbuhsuburkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik
kriminal secara makro dan global, maka upaya-upaya nonpenal menduduki posisi
kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal. Di berbagai Kongres
PBB mengenai “The Prevention of Crime and Treatment of Offenders”
ditegaskan

upaya-upaya strategis

mengenai

penanggulangan

sebab-sebab

timbulnya kejahatan.11
E. Konseptual
a. Analisis
Analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa
guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan
laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan
di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan.12
b. Kriminologis
Kriminologis merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan.
Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang

11

http://kilometer25.blogspot.com/2012/09/upaya-non-penal-dalam-menanggulangi.html, diunduh
pada hari rabu, tanggal 28 Agustus 2013.
12
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis, diunduh pada hari rabu, tanggal 28 Agustus 2013.

15

bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya melalui definisi.
Lalu ia membagi kriminologis menjadi :13
1. Antropologi kriminil;
2. Sosiologi kriminil;
3. Psikologi kriminil;
4. Psikopatologi dan neuropatologi kriminil; dan
5. Penologi.
c. Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
dikenal dengan istilah stratbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana
sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang
merumuskan suatu undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau
perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang
mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang
dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum
pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwaperistiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana
haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk
dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan
masyarakat.14

13
14

Topo Santoso, Kriminologi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011.
Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, hlm. 62.

16

d. Aborsi
Aborsi adalah Proses Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah
suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh.15
e. Siswa SMA
Siswa adalah sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik
secara kelompok atau perorangan. Siswa juga disebut murid atau pelajar.
Ketika kita bicara mengenai siswa maka fikiran kita akan tertuju kepada siswa
di lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun menengah. Di lingkungan
sekolah dasar masalah-masalah yang muncul belum begitu banyak, tetapi
ketika memasuki lingkungan sekolah menengah maka banyak sekali masalahmasalah yang muncul karena anak atau siswa sudah menapaki masa remaja.16

15

http://agenobataborsi.blogspot.com/p/pengertian-aborsi.html, diunduh pada hari rabu, tanggal
28 Agustus 2013.
16
Id.wikipedia.org/wiki/sekolah_menengah_atas, diunduh pada hari rabu, tanggal 28 Agustus
2013.

17

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kriminologi
Bonger, memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang
bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini,
Bonger membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni yang mencakup :
1) Antropologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat
dilihat dari segi biologisnya yang merupakan bagian dari ilmu alam.
2) Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala
sosial. Pokok perhatiannya adalah seberapa jauh pengaruh sosial bagi
timbulnya kejahatan (etiologi sosial).
3) Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang dari
aspek psikologis. Penelitian tentang aspek kejiwaan dari pelaku kejahatan
antara lain ditujukan pada aspek kepribadiannya.
4) Psipatologi kriminal dan neuropatologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan
tentang kejahatan yang sakit jiwa atau sakit sarafnya, atau lebih dikenal
dengan istilah psikiatri.

18

5) Penologi,

yaitu

ilmu

pengetahuan

tentang

tumbuh

berkembangnya

penghukuman, arti penghukuman, dan manfaat penghukuman. Di samping itu
terdapat kriminologi terapan berupa :
a) Hygiene kriminal, yaitu usaha yang bertujuan untuk mencengah
terjadinyakejahatan.
b) Politik criminal, yaitu usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu
kejahatan telah terjadi,
c) Kriminalistik (policie scientific), yaitu ilmu tentang pelaksanaan
penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.1
Sutherland, merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang
bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial.Menurut Sutherland,
kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan
reaksi atas pelanggaran hukum. Kriminologi olehnya dibagi menjadi tiga cabang
ilmu utama yaitu :
1) Sosiologi hukum. Kejahatan itu adalah perbuatan yang oleh hukum dilarang
dan diancam dengan suatu sanksi. Jadi yang menentukan bahwa suatu
perbuatan itu adalah kejahatan adalah hukum. Di sini menyelidiki faktorfaktor apa yang menyebabkan perkembangan hukum (khususnya hukum
pidana).
2) Etiologi kejahatan. Merupakan cabang ilmu kriminologis yang mencari sebab
musabab dari kejahatan. Dalam kriminologis, etiologi kejahatan merupakan
kejahatan paling utama.

1

Ibid., Topo Santoso,

19

3) Penology. Pada dasarnya ilmu tentang hukuman, akan tetapi Sutherland
memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian
kejahatan represif maupun preventif.2
Paul Moedigdo Moeliono memberikan definisi Kriminologi sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia. Paul
Moedigdo Moeliono tidak sependapat dengan definisi yang diberikan Sutherland.
Menurutnya definisi itu seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa pelaku
kejahatan itupun mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena
terjadinya kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh
masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan
perbuatan jahat yang ditentang oleh masyarakat tersebut.3
B. Pengertian Aborsi
Untuk membedakan aborsi dengan pembunuhan anak sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 341 KUHP supaya dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang
terdapat diantara kedua hal tersebut, maka terlebih dahulu perlu diketahui apa
yang dimaksud dengan pembunuhan anak, unsur-unsur apa yang terpenting di
dalamnya, agar supaya dalam penguraian ini tergambar dengan jelas arti dan
tujuan pembunuhan anak itu sendiri.
Pasal 341 KUHP menentukan bahwa :
“Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika
dilahirkan atau tidak berapa lama dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia

2
3

Ibid.
Soedjono, Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Bandung, 1976.

20

sudah melahirkan anak, dihukum karena makar mati terhadap anak dengan
hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun”.
Pembunuhan anak (bayi) yang diatur dalam Pasal 341 KUHP sesuai dengan
pengertian tersebut di atas dan menitikberatkan dari segi kesengajaan
pembunuhan bayi yang telah dilahirkannya, tanpa memikirkan panjang lebar
akibat-akibat dari perbuatannya itu. Hal tersebut dilakukan oleh si ibu disebabkan
karena adanya faktor siri’ (rasa malu) yang dimiliki si pelaku, maka dengan
demikian ia berusaha untuk menghindarkan diri akan ketahuan oleh orang banyak
atau masyarakat sekitarnya bahwa ia telah melahirkan anak (bayi) tanpa ayah
(bapak).4
Abortus pada dasarnya dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu :
1. Abortus yang tidak disengaja.
2. Abortus yang disengaja.

1) Abortus yang tidak disengaja.
Pengguguran kandungan (abortus) yang tidak disengaja atau yang dikenal dengan
sebutan Abortus Spontaneus adalah pengguguran kandungan (abortus) yang
terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar. Pengguguran
kandungan (abortus) seperti ini dapat terjadi dengan sendirinya (spontan) yang
biasanya disebabkan karena sebab-sebab lain, misalnya: si ibu jatuh dengan
keadaan perutnya terpukul, kerja berat dan lain sebagainya. Oleh karena itu
keguguran semacam ini dianggap sebagai suatu kecelakaan atau musibah yang

4

Moeljatno., Op.Cit., Pasal 341 KUHP.

21

menimpa si ibu dan pengguguran kandungan (abortus) semacam ini tidak dapat
dihukum.
Bambang poernomo merumuskan bahwa “Abortus spontaneous adalah abortus
yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar”.
2) Abortus yang disengaja.
Abortus yang disengaja atau dikenal dengan sebutan abortus provocatus adalah
suatu jenis pengguguran kandungan (abortus) yang disengaja dibuat oleh
seseorang dengan suatu maksud tertentu. Abortus provocatus (disengaja,
digugurkan) pada dasarnya dibagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut :
a. Abortus Provocatus Criminalis, ini adalah pengguguran kandungan
(abortus) tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
b. Abortus Provocatus Therapeuticus, adalah pengguguran kandungan
(abortus), biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan membawa maut bagi ibu. Misalnya karena ibu berpenyakit
berat.5

C. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Aborsi
Suatu perbuatan dikatakan tindak pidana apabila perbuatan tersebut menghina
keyakinan-keyakinan yang telah tertanam dengan kuatnya di masyarakat artinya
keyakinan tersebut telah mantap dalam masyarakat.6

5
6

Bambang Poernomo, Hukum Pidana Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara, Jakarta, 1982.
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

22

Dalam kepustakaan ilmu kriminologi. Ada tiga faktor yang menyebabkan manusia
melakukan kejahatan, tiga faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan keturunan yang diwarisi dari salah satu atau kedua orang
tuanya (faktor genetika).
b. Faktor pembawaan yang berkembang dengan sendirinya. Artinya sejak
awal melakukan perbuatan pidana.
c. Faktor lingkungan. Yang dimaksud adalah lingkungan eksternal (sosial)
yang berpengaruh pada perkembangan psikologi. Karena dorongan
lingkungan sekitar, seseorang melakukan perbuatan pidana.
Abortus provocatus berkembang sangat pesat dalam masyarakat Indonesia, hal ini
disebabkan banyaknya faktor yang memaksa pelaku dalam masyarakat untuk
melakukan hal tersebut. Pelaku merasa tidak mempunyai pilihan lain yang lebih
baik selain melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum dan moral yaitu
melakukan aborsi.7
D. Tinjauan Umum tentang Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

7

Eko Tama, Abortus Provokatus bagi Korban Perkosaan, Perspektif Viktimologi Kriminologi dan
Hukum Pidana.

23

Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar
usia 18 hingga 22 tahun. Menurut Santrock, ciri utama remaja meliputi
pertumbuhan fisik yang pesat, kesadaran diri yang tinggi, dan selalu tertarik untuk
mencoba sesuatu yang baru. Remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk
kepribadian akan tetapi merupakan salah satu tahap utama dalam pembentukkan
kepribadian seseorang. Remaja banyak meluangkan waktunya bersama kawankawan sebaya. Disamping itu, remaja mulai banyak menerima informasi dari
media massa yang sudah mulai dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh
karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap hal-hal baru.
Banyaknya informasi yang diterima membuat remaja melakukan pemrosesan
informasi secara lebih mendalam.8

8

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53487/BAB%20II%20Tinjauan%20Pust
aka.pdf?sequence=3, diunduh pada hari rabu, tanggal 28 Agustus 2013.

24

II.

METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga,
diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk
kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahn yang timbul.1
A. Pendekatan Masalah
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:2
1.

Pendekatan yuridis normatif, adalah pendekatan yang dilakukan dengan
mengkaji peraturan-peraturan yang berlaku dan literatur yang erat
kaitannya dengan Tindak Pidana Aborsi, yang dalam hal ini lebih khusus
terhadap Kota Bandar Lampung di kalangan siswa menengah atas.

2.

Pendekatan yuridis empiris, adalah pendekatan yang dilakukan melalui
pengumpulan informasi tentang kejadian yang terjadi pada prakteknya
dan terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang
berhubungan dengan Tindak Pidana Aborsi di Kota Bandar Lampung di
kalangan siswa menengah atas.

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung,,
2004, hlm. 43.
2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, hlm. 12.

25

B. Sumber dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian,
yakni data yang didapat dari keterangan atau kejelasan yang diperoleh langsung
dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang berhubungan dengan Analisi
Tindak Pidana Aborsi Yang di Lakukan oleh siswa menengah atas di Bandar
Lampung.Dalam Hal ini keterangan akaan diambil dari Polisi Resort Kota Bandar
Lampung,Rumah Sakit Abdul muluk,Psikolog di Kota Bandar Lampung.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang
dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang terdiri dari:3
1.

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturanperaturan lainnya. Undang-Undang yang dimaksud yaitu Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2.

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisis serta
memahami bahan hukum primer seperti literatur dan norma-norma hukum
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

3

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hlm.
33-37.

26

3.

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan lain yang berguna untuk
memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian, bulletin, majalah, artikelartikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya
ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

C. Penentuan Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data melalui informasi beberapa
narasumber yaitu sebagai berikut :
1. Polisi

: 1 Orang

2. Dosen

: 1 Orang

3. Psikolog

: 1 Orang

4. Pelaku Aborsi

: 1 Orang

5. Korban Aborsi

: 1 Orang

Jumlah

: 5 Orang

D. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh
prosedur sebagai berikut:4
1.

Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara
membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada
hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-

4

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 176.

27

undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.

2.

Studi Lapangan

Studi lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian
langsung pada tempat atau objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara bebas, namun terarah kepada data penelitian yang
diinginkan. Pihak yang diwawancarai adalah pihak yang memiliki keterlibatan
langsung dengan Dokter di salah satu rumah sakit di Bandar Lampung:
1. Ketua Bagian Badan Reserse Kriminal Polrestabes Kota Bandar Lampung;
2. Salah satu psikolog di Bandar Lampung;
3. Bagian Perawat di Rumah Sakit Abdul Moeloek di Kota Bandar Lampung;
4. Korban dan Pelaku Aborsi; dan
5. Dosen Hukum Pidana.
E. Pengolahan Data
Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Identifikasi
Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan
dengan Analisis Kriminologi Tindak Pidana Aborsi Yang di Lakukan Oleh
Siswa Menengah Atas Di Kota Bandar Lampung.
2. Editing

28

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan
para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui
apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

3. Klasifikasi Data
Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok
yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk
dianalisis.
4. Sistematisasi Data
Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam
data tersebut dapat dianalisi menurut susunan yang benar dan tepat.
F. Analisis Data
Analisis data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara
deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan
kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu objek dalam bentuk uraian
kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan
langsung dengan penelitian yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan dari
induktif ke deduktif.

50

V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. faktor penyebab terjadinya aborsi dikalangan remaja yang terdiri dari faktor
internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu :
1)

Keimanan dan ketaatan agama yang masih kurang
Faktor keimanan dan ketaatan agama merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap perilaku remaja. Remaja yang keimanan dan
ketaatan yang baik akan dapat mengontrol sikap dan perilaku.

2)

Kejiwaan yang masih belum stabil
Permasalahan yang timbul di kalangan remaja tidak bisa dipungkiri karena
fakor kejiwaan yang masih belum stabil. Remaja memiliki emosianal yang
tidak stabil cenderung tidak berpikir panjang dalam mengambil setiap
keputusan yang akan dilakukan.

51

Faktor eksternal yaitu :
1)

Pengawasan dari orang tua yang lemah
Pengawasan merupakan faktor yang sangat penting dalam mengendalikan
perilaku remaja. Remaja yang dibiarkan tanpa adanya pengawasan akan
cenderung bertindak dan berperilaku tidak baik dan dengan mudah sekali
dapat terjerumus pada hal hal yang negatif.

2)

Pergaulan remaja
Pergaulan remaja saat ini sudah sangat memperihatinkan, mengingat saat
ini pergaulan remaja sudah sangat buruk banyak remaja yang terlibat
pergaulan bebas, narkotika, seks bebas, hamil diluar nikah sampai
melakukan aborsi.

3)

Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi bisa menjadi faktor penyebab terjadinya aborsi. Saat
ini banyak sekali berita tersebar di dunia maya, bahkan saat ini sangat
banyak postingan blog atau website yang dapat memberitahu tempat yang
bisa melakukan jasa aborsi.

4)

Modernisasi
Modernisasi dapat mengarahkan remaja untuk bisa melakukan tindakan
aborsi, karena modernisasi mengajarkan remaja untuk hidup dengan gaya

52

glamour dan bebas, modernisasi dapat mengesampingkan norma norma
yang hidup dan diajarkan dari kecil.
2.

penanggulangan hukum dalam menanggulangi Aborsi dikalangan remaja
dapat dilakuan secara sederhana dapatlah dibedakan :
1.

Upaya Represif
Upaya represif dimaksudkan setelah terjadinya tindakan aborsi yang
dilakukan oleh remaja, tindakan represif dimaksudkan agar memberikan
efek jera terhadap remaja yang melakukan tindakan aborsi. Upaya ini
sangat efektif dilakukan mengingat tindakan aborsi remaja harus
dihentikan.

2.

Upaya Preventif
Upaya preventif dilakuan sebelum terjadinya tindakan aborsi yang
dilakukan oleh remaja upaya tersebut seperti melakukan pembinaan
tentang bahaya pergaulan bebas, seks bebas dan aborsi. Selain itu penting
sekali menanamkan ajaran ajaran agama yang dapat membentengi perilaku
remaja agar tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dilarang agama
seperti aborsi. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan
sosialisasi kepada remaja tentang bahaya seks bebas dan mendorong
remaja untuk memiliki banyak aktivitas.

B. Saran

53

1

Para siswa harusnya mendapatkan perhatian lebih dari orang tua karena
kita tau banyak siswa melakukan tindak pidana aborsi karna kurangnya
perhatian dari orang tua.

2

Para guru harusnya memberikan mata pelajaran yang sangat membimbing
siswa dikarna agar siswa tahu arti penting dari tindak pidana itu sendiri

3

Beberapa penanggulangan hukum terkait dengan aborsi di kalangan Siswa
Menengah Atas di Kota Bandar Lampung dapat di dukung dan diupayakan
semaksimal mungkin oleh berbagai pihak hal ini ditujukan untuk
menghindari remaja agar tidak melakukan aborsi

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Penerbit Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2004.
Andi Hamzah, Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1986.
Bambang Poernomo, Hukum Pidana Kumpulan Ilmiah, PT Bina Aksara, Jakarta,
1982.
Barda Arief Naawi, 2010, Penanggulangan Hukum Pidana, Pustaka Magister
Semarang.
Ekotama, Suryono, Artu Harum, ST Pudji dan Artana, Widi, Abortus Provokatus
bagi Korban Perkosaan, Perspektif Viktimologi Kriminologi dan Hukum
Pidana, Yogyakarta, 2001.
Ibnu Jauzy, Ketika Nafsu Berbicara, Cendikia Sentra Muslim, Jakarta, 2004.
Satockid, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta.
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2005.
-------------------, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers,
Jakarta, 2003.
-------------------, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981.
Soedjono, Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia, Bandung, 1976.
Topo Santoso, Kriminologi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2011.
Yusuf Madam, Sex Education for Children (Panduan Bagi Orang Tua Dalam
Seks Untuk Anak).
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Penerbit Bumi Aksara,
Yogyakarta, 2011.
http://www.aborsi.org/definisi.htm
http://regional.kompasiana.com
http://narkofh07.blogspot.com/2011/01/proposal-aborsi-bab-i-pendahuluan.html
http://www.aborsi.org/definisi.htm,.
http://kilometer25.blogspot.com/2012/09/upaya-non-penal-dalammenanggulangi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53487/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka.pdf?sequence=3