ANALISIS KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DILAKUKAN SUAMI TERHADAP ISTRI (Studi di Polresta Bandar Lampung)

  

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGA DILAKUKAN SUAMI TERHADAP ISTRI

(Studi Polresta Bandar Lampung)

Oleh

  

M. Akbar Syahlevi Agung, Nikmah Rosidah, Rini Fathonah

Email : m.akbarsyahleviagung@yahoo.com

Kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, tenteram, dan damai merupakan dambaan

setiap orang dalam rumah tangga. Berdasarkan data yang dihimpun dari Lembaga

Advokasi Perempuan (DAMAR), selama periode Januari-Desember 2016 di Bandar

Lampung telah terjadi 10 kasus tindak pidana KDRT yang dilakukan suami terhadap istri.

Permasalahan penelitian ini adalah: apakah faktor penyebab terjadinya tindak pidana

kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri, dan bagaimanakah

upaya penanggulangan terhadap terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga

yang dilakukan suami terhadap istri? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

normatif, empiris dan kriminologis. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder.

Narasumber terdiri dari Penyidik Unit PPA pada Polresta Bandar Lampung, Staff Divisi

Penanganan Kasus pada Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), Psikiater pada

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, dan Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum

Universitas Lampung. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian dan

pembahasan ini menunjukkan: Faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam

rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yakin

faktor intrinsik (intern) dan faktor ekstrinsik (ekstern). Faktor intrinsik (intern) yaitu:

faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, faktor intellegence, faktor usia, dan faktor

jenis kelamin. Sedangkan faktor ekstrinsik (ekstern) yaitu: faktor pendidikan, faktor

pergaulan, faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan

lingkungan masyarakat. Upaya penanggulangan tindak pidana kekerasan dalam rumah

tangga dibagi menjadi upaya penal dan non penal. Pada upaya penal terdapat proses yang

dimulai dari laporan kepada pihak kepolisian, lalu dilakukan penyelidikan, penyidikan,

dan dilimpahkan ke kejaksaan, untuk selanjutnya dilimpahkan ke pengadilan. Bentuk

upaya non penal antara lain: penyuluhan, pemberian edukasi tentang pencegahan tindak

pidana kekerasan dalam rumah tangga, mediasi penal, upaya pemulihan kekerasan dalam

rumah tangga untuk korban dan wajib lapor untuk pelaku.Saran dalam penelitian ini

adalah: Hendaknya suami dan istri berperan menumbuhkan komunikasi yang baik, saling

belajar, memahami dan bertindak sesuai ajaran agama, selalu berdampingan dan saling

menguatkan didalam mengarungi bahtera rumah tangga, agar terciptanya rasa cinta dan

kasih sayang dan keharmonisan di dalam keluarga.

  Kata Kunci: Kriminologis, Kekerasan, Suami Istri

  

ABSTRACT

A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF DOMESTIC VIOLENCE

COMMITTED BY HUSBAND TO WIFE

(A Study At Polresta Bandar Lampung)

By

  

M. Akbar Syahlevi Agung, Nikmah Rosidah, Rini Fathonah

Email : m.akbarsyahleviagung@yahoo.com

The household harmony of a happy, safe, and peaceful life, is the dream of every

family. Based on the data compiled from Women Advocacy Institute (DAMAR),

during the period of January-December 2016 in Bandar Lampung there have been 10

cases of domestic violence crime committed by husband to wife. The problems of this

research are: What are the factors causing the crime of domestic violence committed

by husband to wife, and what kinds of efforts to overcome the crime of violence in

the household committed by husband to wife? This research used normative,

empirical and criminological approaches. The data sources consisted of primary and

secondary data. The resource persons consisted of PPA Unit Investigator at Bandar

Lampung Police, Case Division Staff at Women Advocacy Institute (DAMAR),

Psychiatrist at Mental Hospital of Lampung Province, and Lecturer of Criminal Unit

of Faculty of Law- University of Lampung. The data analysis was done using

qualitative analysis. The results of this research and discussion showed that: Among

the factors causing the occurrence of domestic violence in the household committed

by husband to wife was divided into 2 (two) factors, intrinsic factor (internal) and

extrinsic factors (external). The intrinsic factors (internal) included: economic,

intellegence, age, and gender. While the extrinsic factors (extern) included: education,

social, environment, job problem, and the weak environmental security system within

the community. While the efforts to tackle the domestic violence were divided into

penal and non-penal measures. In the penal measure, it was started from a report to

the police, then conducted an inquiry, investigation, and delegated the results to the

prosecutor for subsequently to be delegated to the court. The non-penal efforts

included: counseling, education on prevention of domestic violence, penal mediation,

domestic violence healing for victims and compulsory report for perpetrators. The

researcher suggested that: Husband and wife should commit to create a good

communication, to learn each other, to understand and act according to the teachings

of religion, to complete and mutually reinforce within the household, in order to

create a sense of love, affection and harmony in the family.

  Keywords: Criminology, Violence, Husband and Wife

I. PENDAHULUAN

  Kekerasan dalam Rumah Tangga dapat menimpa siapa saja, ibu, bapak, suami, istri, anak, bahkan pembantu rumah tangga, akan tetapi korban kekerasan dalam rumah tangga sebagian besar adalah kekerasan terhadap perempuan dan anak, hal ini terjadi karena hubungan antara korban dan pelaku tidak setara. Pelaku kekerasan biasanya memiliki status kekuasaan yang lebih besar, baik dari segi ekonomi, kekuasaan fisik, maupun status sosial dalam keluarga.

  Kekerasan terhadap istri dalam lingkup rumah tangga bukanlah kasus yang jarang terjadi di masyarakat. Berdasarkan Tabel 1. Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2015, diketahui mencapai sebesar 321.752, meningkat 9% dari tahun 2014. Jumlah kasus tersebut merupakan kasus yang dilaporkan, sedangkan yang tidak dilaporkan diduga lebih tinggi. Dari 321.752 kasus kekerasan terhadap perempuan, sekitar 69% dari total keseluruhan atau 11.207 kasus merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Di ranah kasus kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik sebanyak 4.304 kasus (38 persen), disusul kekerasan seksual 3.325 kasus (30 persen), kekersan psikis sebanyak 2.607 kasus (23 persen), dan ekonomi sebanyak 971 kasus (9 persen). Di Provinsi Lampung sendiri, kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2015 terbilang sangat tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun Lembaga Advokasi Perempuan (Damar) Lampung, terjadi 1.018 kasus. Dari data tersebut, terdapat 63 kasus kekerasan dalam rumah tangga.

  1 Berdasarkan data yang diperoleh

  kekerasan terhadap perempuan selama periode Januari-Desember 2016 di Bandar Lampung sendiri telah terjadi sekitar

  28 kasus kekerasan terhadap perempuan. Kasus kekerasan terhadap perempuan tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yakni kasus private dan kasus publik. Dalam kasus private, terdapat masing-masing 1 kasus pada kasus penganiayaan dan perebutan hak asuh anak, sedangkan kasus kekerasan dalam rumah tangga terdiri dari 10 kasus. Dalam kasus publik, terdapat 10 kasus pencabulan anak, kasus penelantaran ekonomi terdapat 2 kasus, dan masing-masing 1 kasus pada tindak pidana penganiayaan, kekerasam dalam masa pacaran, pornografi dan ITE, dan perdagangan perempuan.

  2 Salah satu kasus kekerasan dalam

  rumah tangga adalahyang terjadi di Langkapura, Kota Bandar Lampung. Pada awalnya pernikahan antara Astrid dan Sugeng berlangsung rukun dan damai. Namun sejak sebulan menikah, pernikahan mereka berdua mulai terjadi perselisihan dan pertengkaran. Hal tersebut disebabkan oleh Sugeng yang kurang menghormati Astrid sebagai istrinya. Selain itu, Sugeng juga suka berkata- kata kasar dan mengancam Astrid. Sugeng juga kerap kali melakukan kekerasan fisik terhadap Astrid,

   2 Hasil wawancara dengan Vony Reineta, Staff Divisi Penanganan Kasus Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), Kamis 30 contohnya memukul, mencekik, menendang, dan menjambak.

  tangga lainnya adalah kasus kekerasan yang terjadi pada Agatha. Agatha mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri, Dior. Dari awal pernikahan, mereka berdua kerap terjadi perselisihan/percekcokan. Dior seringkali mengeluarkan kata- kata kasar dan pemukulan terhadap Agatha. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha telah terjadi selama 8 bulan. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Dior terdiri dari tindakan fisik dan psikis. Dior dengan sadar memukul bagian kepala, wajah, mata, tangan, menendang, menjambak dan mendorong. Dior juga kerap mengeluarkan kata-kata kasar kepada istrinya, Agatha.

  Pada awalnya pernikahan antara Novilia dan Eko berlangsung harmonis sebagaimana layaknya suami istri dimana keduanya saling rukun dan saling menghormati satu sama lainnya. Namun, dalam beberapa tahun belakangan pertengkaran dan percekcokan sering terjadi di rumah tangga mereka. Hal tersebut disebabkan karena Eko yang sudah selama beberapa tahun tidak memberikan nafkah, ditambah dengan perilaku Eko yang

  3 http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/e6ead3c9beda9f56935aea0

  256ea853a/pdf 4 http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/a898fd25acb68539ba7af55

  melakukan kekerasan fisik terhadap Novilia.

3 Kasus kekerasan dalam rumah

  5 Berdasarkan uraian di atas penulis

  tertarik untuk melakukan kajian penelitian yang berjudul “Analisis Kriminologis Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dilakukan Suami Terhadap Istri (Studi Polresta Bandar Lampung).” Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: a.

  Apakah faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri? b.

  Bagaimana upaya penanggulang- an terhadap terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri?

4 Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dialami oleh Novilia.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, pendekatan empiris dan pendekatan kriminologis. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Narasumber terdiri dari Penyidik Unit PPA pada Polresta Bandar Lampung, Staff Divisi Penanganan Kasus pada Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), Psikiater pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, dan Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

  5 http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/7cc4a4cfaf1375ef4cd95742

II. PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Yang Dilakukan Suami Terhadap Istri.

  Berdasarkan data yang dihimpun dari Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), sepanjang tahun 2015 terjadi 1.018 kasus kekerasan terhadap wanita. Dari data tersebut, terdapat 63 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dan data terbaru selama periode Januari-Desember 2016 di Bandar Lampung sendiri telah terjadi sekitar

  b) Kesengajaan dengan sadar kepastian (opzet met

  256ea853a/pdf 8 Nikmah Rosidah, Asas-asas Hukum Pidana, Semarang, CV. Elangtuo Kinasih,

  8 7 http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/e6ead3c9beda9f56935aea0

  atau voorwaardelijk-opzet )

  c) Kesengajaan dengan sadar kemungkinan (dolus eventualis

  noodzakkelijkheidbewustzijn )

  atau

  zekerheidsbewustzijn

  ) untuk mencapai suatu tujuan (yang dekat); dolus directus

  28 kasus kekerasan terhadap wanita. Kasus kekerasan terhadap wanita tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yakni kasus private dan kasus publik. Dalam kasus private, terdapat masing- masing 1 kasus pada kasus penganiayaan dan perebutan hak asuh anak, sedangkan kasus kekerasan dalam rumah tangga terdiri dari 10 kasus. Dalam kasus publik, terdapat 10 kasus pencabulan anak, kasus penelantaran ekonomi terdapat 2 kasus, dan masing-masing 1 kasus pada tindak pidana penganiayaan, kekerasam dalam masa pacaran, pornografi dan ITE, dan perdagangan perempuan.

  (opzet als oogmerk

  Kesengajaan sebagai maksud

  sesuatu dengan sengaja dapat dibedakan 3 bentuk sikap batin, yang menunjukkan tingkatan atau bentuk dari kesengajaan sebagai berikut : a)

  7 Dalam hal seseorang melakukan

  Seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Langkapura, Kota Bandar Lampung. Pada awalnya pernikahan antara Astrid dan Sugeng berlangsung rukun dan damai. Namun sejak sebulan menikah, pernikahan mereka berdua mulai terjadi perselisihan dan pertengkaran. Hal tersebut disebabkan oleh Sugeng yang kurang menghormati Astrid sebagai istrinya. Selain itu, Sugeng juga suka berkata- kata kasar dan mengancam Astrid. Sugeng juga kerap kali melakukan kekerasan fisik terhadap Astrid, contohnya memukul, mencekik, menendang, dan menjambak.

  pengaduan. Laporan dari beberapa LSM pun menggambarkan adanya kenaikan jumlah kasus KDRT dari tahun ke tahun. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya kasus kekerasan dalam rumah tangga biasanya dilakukan oleh suami sendiri terhadap istri atau anaknya.

6 Data-data yang dipaparkan di atas

  Staff Divisi Penanganan Kasus Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), Kamis 30

  hanyalah sebagian kecil dari fenomena KDRT yang sesungguhnya, karena fenomena ini merupakan fenomena “gunung es”. Jumlah nominal kasus KDRT yang terjadi sebenarnya adalah jauh dari angka-angka kejadian yang diperoleh berdasarkan laporan ataupun 6 Hasil wawancara dengan Vony Reineta,

  Kasus kekerasan dalam rumah tangga lainnya adalah kasus kekerasan yang terjadi pada Agatha. Agatha mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri, Dior. Dari awal pernikahan mereka berdua kerap terjadi perselisihan/percekcokan. Dior seringkali mengeluarkan kata- kata kasar dan pemukulan terhadap Agatha. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha telah terjadi selama 8 bulan. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Dior terdiri dari tindakan fisik dan psikis. Dior dengan sadar memukul bagian kepala, wajah, mata, tangan, menendang, menjambak dan mendorong. Dior juga kerap mengeluarkan kata-kata kasar kepada istrinya, Agatha.

  Pada awalnya pernikahan antara Novilia dan Eko berlangsung harmonis sebagaimana layaknya suami istri dimana keduanya saling rukun dan saling menghormati satu sama lainnya. Namun, dalam beberapa tahun belakangan pertengkaran dan percekcokan sering terjadi di rumah tangga mereka. Hal tersebut disebabkan karena Eko yang sudah selama beberapa tahun tidak memberikan nafkah, ditambah dengan perilaku Eko yang melakukan kekerasan fisik terhadap Novilia.

  tangga yang pertama, dapat dilihat bahwa faktor internal dari terjadinya 9

  http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/a898fd25acb68539ba7af55 81679b02f/pdf 10 http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/7cc4a4cfaf1375ef4cd95742

  tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Astrid berasal dari faktor jenis kelamin,faktor usia, faktor

  intellegence, dan faktor kebutuhan

  ekonomi yang mendesak. Dari faktor jenis kelamin, memang tidak terbantahkan lagi bahwasannya fisik seorang laki-laki lebih kuat dibandingkan fisik seorang wanita. Hal ini menjadikan kebanyakan suami yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya.

  Pada faktor intellegence, diketahui bahwa selama berumah tangga, Sugeng dinilai tidak menghormati Astrid sebagai istrinya, bahkan tidak menghormati keluarga besar Astrid. Sugeng juga sering berkata kasar kepada Astrid yang menyebabakan luka batin yang mendalam pada diri Astrid. Di faktor usia, diketahui ternyata Astrid masih berumur 23 tahun. Dalam konteks usia mungkin Astrid sudah dikategorikan matang untuk berumah tangga. Namun matang dalam berumah tangga belum tentu matang dalam emosi jiwa. Umur 23 tahun masih dikategorikan muda untuk berumah tangga, dan usia yang muda identik dengan emosi jiwa yang masih labil dan rentan. Selanjutnya faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, di lapangan diketahui bahwa ternyata Sugeng hanya bekerja sebagai buruh, sedangkan Astrid bekerja sebagai ibu rumah tangga. Walaupun rumah tangga Astrid dan Sugeng belum dikaruniai anak, faktanya kebutuhan ekonomi mereka masih sangat kurang. Ini dibuktikan dengan Astrid dan Sugeng yang masih menumpang tinggal di rumah orang tua Astrid dari awal

9 Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dialami oleh Novilia.

10 Kasus kekerasan dalam rumah

  pernikahan sampai dengan terjadinya tindak pidana kekerasan tersebut. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Astrid terdiri dari faktor pendidikan, faktor pekerjaan dan faktor pergaulan. Dari segi faktor pendidikan diketahui bahwasannya ternyata baik Sugeng maupun Astrid hanya lulusan Sekolah Menengah Atas. Pendidikan taraf Sekolah Menengah Atas ternyata masih dinilai kurang untuk mengetahui bahwasannya keluarga adalah tempat untuk bertukar kasih sayang, bukannya untuk saling bertengkar apalagi sampai terjadi kekerasan. Dari segi faktor pekerjaan, ternyata diketahui bahwa pekerjaan Sugeng hanyalah seorang buruh, sedangkan Astrid hanya mengurus rumah saja. Dapat dikatakan bahwa upah Sugeng sebagai buruh dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sehingga memicu untuk terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Dan faktor eksternal terakhir yang mempengahruhi terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga Astrid dan Sugeng adalah faktor pergaulan. Diketahui ternyata selama membina rumah tangga, Sugeng sering minum-minuman keras bersama teman-temannya. Pergaulan Sugeng yang tidak baik dapat memicu kejengkelan dari Astrid sendiri, sehingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan kekerasan apabila kejengkelan tersebut sudah pada batas klimaksnya. Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang kedua juga disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang memicu tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha adalah faktor jenis kelamin dan faktor intellegence. Dari faktor jenis kelamin, sama hal nya seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga yang pertama, bahwasannya fisik pria lebih kuat daripada fisik wanita, sehingga sangat menunjang untuk pria melakukan kekerasan terhadap orang lain. Sedangkan pada faktor

  intellegence, diketahui bahwa dari

  awal pernikahan, Dior sering berkata kasar kepada Agatha. Hal tersebut dapat mengakibatkan sakit hati yang mendalam bagi Agatha dan dapat pula memicu tindakan-tindakan kekerasan secara fisik apabila mendapat respon yang negatif dari Agatha.

  Ditinjau dari faktor eksternal, kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha tidak mempunyai faktor eksternal, baik faktor pergaulan, faktor lingkungan, faktor pendidikan, faktor pekerjaan, maupun faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat. Karena, berdasarkan riset lapangan, diketahui bahwa Dior sehari-hari bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sedangkan Agatha berkerja sebagai pegawai swasta. Jadi, faktor pekerjaan tidak terbukti menjadi faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga Agatha. Begitu pula dengan faktor pendidikan, baik Agatha maupun Dior sama-sama lulusan Strata 1, dengan begitu dapat dikatakan bahwa mereka berdua memiliki pengetahuan yang cukup. Sedangkan faktor lingkungan dan pergaulan, baik Agatha dan Dior memiliki lingkungan pergaulan yang baik. Dan yang terakhir, faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat, dalam faktor ini juga tidak terbukti menjadi faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha, karena ketika terjadi tindak pidana kekerasan yang dilakukan Dior, baik keluarga dan tetangga langsung membawa Agatha ke rumah orang tua Agatha. Kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang terakhir adalah yang dilakukan Eko terhadap istrinya sendiri, Novilia. Faktor internal yang memicu terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga Novilia terdiri dari faktor jenis kelamin, faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, dan faktor intellegence. Pada faktor jenis kelamin, masih sama dengan kedua kasus kekerasan dalam rumah tangga di atas, bahwasannya lelaki lebih memilki fisik yang kuat, sehingga sangat mendukung untuk laki-laki melakukan suatu perbuatan tindak pidana. Selanjutnya ada faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, faktor ini menjadi faktor utama dalam terjadinya tindak pidana kekerasan yang dialami Novilia. Karena, diketahui bahwasannya Eko sudah lama tidak memberikan nafkah lahir kepada keluarganya, padahal rumah tangga mereka berdua sudah dikarunia 1 orang anak yang masih berumur 6 tahun. Dalam usia yang masih kecil tersebut, buah hati mereka masih memerlukan pengeluaran yang cukup besar untuk kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya, tetapi Eko tidak memberikan nafkah lahir kepada keluarganya. Yang terakhir ada faktor

  intellegence

  , diketahui bahwa Eko juga sering berkata kasar kepada Novilia. Hal tersebut dapat memancing terjadinya tindakan- tindakan kekerasan dalam rumah tangga secara fisik.

  Faktor eksternal yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Novilia terdiri dari faktor lingkungan dan faktor pergaulan. Rumah tangga Novilia dan Eko pada awalnya harmonis dan berjalan sebagaimana mestinya rumah tangga, dimana keduanya saling rukun dan saling menghormati satu sama lainnya. Akan tetapi, Novilia mengaku terdapat perubahan sikap dari Eko yang disebabkan oleh pergaulan bersama teman-temannya. Perubahan sikap itulah yang menyebabkan terjadinya beberapa kali keributan antara Novilia dan Eko sehingga mengakibatkan terjadinya tindak pidana kekerasan. Berdasarkan uraian faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri pada 3 contoh kasus di atas, penulis berpendapat bahwa faktor jenis kelamin dan faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak menjadi faktor utama sehingga terjadinya tindak pidana kekerasan tersebut. Bentuk fisik laki- laki yang gagah, kuat, dan stamina yang lebih banyak dibandingkan wanita, membuat laki-laki lebih sering melakukan tindak pidana. Terlebih dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga yang biasanya korbannya adalah wanita dan anak, hal ini disebabkan karena bentuk fisik wanita dan anak-anak yang lemah dan kurang bertenaga. Sedangkan faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak menjadi salah satu faktor utama karena tidak bisa kita sangkal bahwa kita hidup di zaman dimana semua kebutuhan untuk keberlangsungan hidup sangat mahal, sedangkan pendapatan pe kapita penduduk Indonesia masih relatif rendah. Apabila dalam suatu rumah tangga terdapat suatu hal yang tidak bisa Suami penuhi sedangkan sang Istri memaksa untuk dipenuhi, hal tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga tersebut.

  Berdasarkan analisis penulis tentang upaya penanggulangan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri di kota Bandar Lampung dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat upaya-upaya yang dilakukan dari pihak kepolisian, tepatnya Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta Bandar Lampung. Upaya- upaya tersebut dibagi menjadi 2 (dua), yaitu upaya penal atau yang lebih dikenal dengan penegakan hukum pidana dan upaya nonpenal atau penyelesaian perkara diluar hukum pidana. Berdasarkan prosedur upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga melalui jalur penal atau penegakan hukum pidana diatas, penulis menilai bahwa pentingnya suatu integrasi antara pihak-pihak terkait agar penegakan hukum pidana yang dilakukan benar-benar berdasarkan keadilan, kesejahteraan dan keamanan masyarakat serta penulis menganggap pentingnya kualitas dan profesionalitas tiap individu yang terkait didalam suatu upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga melalui jalur penal.

  Upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga yang lainnya adalah jalur nonpenal atau diluar hukum pidana. Upaya nonpenal bersifat prefentif (pencegahan) sebelum suatu tindak pidana tersebut terjadi meskipun upaya nonpenal kekerasan dalam rumah tangga pada realitanya dapat dilakukan saat perkara tindak pidana tersebut berlangsung dan setelah perkara tersebut dianggap selesai. Untuk upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, Kepolisian dibantu dengan ahli hukum, RT RW dan tokoh masyarakat setempat mengadakan penyuluhan tentang kekerasan dalam rumah tangga. Saat kekerasan dalam rumah tangga telah dilakukan dan dilaporkan untuk ditindaklanjuti melalui proses hukum dapat dilakukan mediasi penal yang bertujuan untuk menyelesaikan perkara tersebut tanpa harus dilakukan persidangan. Upaya mediasi ini dibantu oleh Kepolisian, Lembaga Sosial dan RT RW serta tokoh masyarakat setempat. Untuk upaya nonpenal setelah suatu perkara kekerasan dalam rumah tangga dianggap selesai akan dilakukan pemulihan untuk korban yang dilakukan oleh Lembaga Sosial dibidangnya dan wajib lapor untuk pelaku yang dilakukan oleh Kepolisian. Berdasarkan analisis diatas, penulis menilai bahwa dalam melakukan upaya nonpenal perlu adanya kerjasama antara pihak Kepolisian dengan Lembaga Sosia maupun lingkungan sekitar yang dalam penelitian ini ruang lingkup hukumnya adalah kota Bandar

B. Upaya Penanggulangan Terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Yang Dilakukan Suami Terhadap Istri.

  Lampung agar upaya-upaya yang dilakukan pihak Kepolisian dapat berjalan dengan lancar.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yakin faktor intrinsik

  (intern) dan faktor ekstrinsik (ekstern). Faktor intrinsik (intern)

  yaitu: faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, faktor

  intellegence , faktor usia, dan

  faktor jenis kelamin. Sedangkan faktor ekstrinsik (ekstern) yaitu: faktor pendidikan, faktor pergaulan, faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat.

  2. Upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri dibagi menjadi 2 (dua) yaitu upaya penal dan nonpenal. Pada upaya penal atau penegakan hukum pidana terdapat proses yang dimulai dari laporan kepada pihak kepolisian, lalu dilakukan penyelidikan, penyidikan dan dilimpahkan kepada kejaksaan, untuk selanjutnya dilimpahkan ke pengadilan. Dalam persidangan, hakim akan memutuskan suatu perkara kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan surat dakwaan dan asas keadilan baik bagi pelaku maupun korban.

  Pihak yang melakukan upaya nonpenal pada kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak kandung adalah pihak Unit PPA Polresta Bandar Lampung dengan dibantu oleh Lembaga Sosial yang bergerak di bidang hukum seperti LSM DAMAR Bandar Lampung. Bentuk upaya nonpenal tersebut antara lain; penyuluhan, pemberian edukasi tentang pencegahan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, mediasi penal, upaya pemulihan kekerasan dalam rumah tangga untuk korban dan wajib lapor untuk pelaku.

III. PENUTUP A. Simpulan

  B. Saran 1.

  Hendaknya suami dan istri berperan menumbuhkan komunikasi yang baik, saling belajar, memahami dan bertindak sesuai ajaran agama, selalu berdampingan dan saling menguatkan didalam mengarungi bahtera rumah tangga, agar terciptanya rasa cinta dan kasih sayang dan keharmonisan di dalam keluarga, agar tidak terjadi tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga 2. Hendaknya pihak kepolisian jangan langsung membuat berita acara ke Kejaksaan, akan tetapi melaksanakan mediasi beberapa kali terhadap pihak-pihak yang bermasalah sehingga menciptakan perdamaian di antara kedua belah pihak.

DAFTAR PUSTAKA

  Gunakarya, Wildiada, 2012,

  Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Kansil, C.S.T, 2002, Pengantar Ilmu Sumber lain:

  Hukum dan Tata Hukum

  http://putusan.mahkamahagung.go.id

  Indonesia , Jakarta: Balai

  /putusan/downloadpdf/7cc4a4cf Pustaka. af1375ef4cd9574268545f7e/pdf

  Rosidah, Nikmah. 2012. Asas-asas http://putusan.mahkamahagung.go.id

  Hukum Pidana . Semarang: CV.

  /putusan/downloadpdf/a898fd25 Elangtuo Kinasih. acb68539ba7af5581679b02f/pdf

  Rukmini, Mien, 2009, Aspek Hukum http://putusan.mahkamahagung.go.id

  Pidana dan Kriminologi ,

  /putusan/downloadpdf/e6ead3c9 Bandung: PT. Alumni. beda9f56935aea0256ea853a/pdf

  Soeroso, Moerti Hadiati. 2006,

  Kekerasan Dalam Rumah

  

  Tangga Dalam Perspektif

  

  Yuridis-Viktimologis, Jakarta:

  Sinar Grafika.

  No. HP : 081271260481

  Undang-undang terkait:

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

  Undang - Undang Nomor 81 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana

  Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusaan

  Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Dokumen yang terkait

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENIPUAN BERMODUS SUMBANGAN (Studi di Wilayah Polda Lampung)

0 2 15

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU USAHA KOSMETIK YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA DI PROVINSI LAMPUNG

0 3 13

ANALISIS PUTUSANPERKARA NO. 35/PID.SUS/2015/PN.KBU TENTANG TINDAK PIDANA PERUSAKAN SUMBER DAYA AIR PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONTITUSI NO. 85/PUU-XI/2013 TENTANG PENGUJIAN UU NO. 7 TH 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR

0 0 12

UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH MELALUI PENERAPAN PEMBELIAN LANGSUNG BERDASARKAN SISTEM KATALOG ELEKTRONIK (E-PURCHASING)

0 6 12

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP NARAPIDANA YANG MELAKUKAN PENGANIAYAAN DI DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Bandarlampung)

0 0 16

ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP PUTUSAN BEBAS PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN KORBAN ANAK (Studi Putusan No: 51/Pid.Sus/2016/PN.Kbu)

1 5 12

EKSISTENSI BARANG BUKTI DALAM PROSES PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMERASAN (Studi Putusan Nomor 102/Pid/B/2016/PN.TJK)

0 2 13

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN CARA PEMBOBOLAN ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DI BANK BRI LAMPUNG UTARA (Studi Kasus di Polres Lampung Utara)

0 0 15

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA RECIDIVE PADA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

0 0 12

TINJAUAN KRIMINOLOGIS KEJAHATAN KEKERASAN DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN NARAPIDANA (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Bandar Lampung)

0 1 14