UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN MENGGUNAKAN PLAY STATION DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA
PERJUDIAN MENGGUNAKAN PLAY STATION
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
oleh
ARRIZA ADIPATHY

Tindak pidana perjudian adalah suatu tindak pidana biasa yang mempunyai dampak
serius dalam kelompok tindak pidana kesusilaan. Selain memberikan implikasi
negatif bagi kehidupan ekonomi pelaku, tindak pidana ini juga berakibat
menimbulkan tindak pidana lain dalam masyarakat. Peradilan Indonesia sebenarnya
telah memiliki perangkat hukum yang mengatur tindak pidana perjudian. Tindak
pidana perjudian diatur dalam Pasal 303 dan Pasal 303 bis KUHP. Sedangkan dalam
Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian disebutkan bahwa
semua perjudian dianggap sebagai kejahatan. Dalam penerapannya berdasar Pasal
303 bis Ayat (1) ke-2 KUHP tidaklah dilarang suatu permainan judi yang dilakukan
dalam suatu tempat dengan tidak dapat dilihat dari jalan umum oleh orang-orang
yang khusus diundang untuk itu. Perkara perjudian NO Pol .LP/ 322-A/ XI/ 2012/
SPK dalam perkara ini pemainan play station yang banyak dimainkan anak-anak
disalah gunakan oleh orang dewasa. Disini orang dewasa memanfaatkan permainan

play station sebagai alat untuk bermain judi. Adapun yang menjadi permasalahan
dalam skripsi ini adalah bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak
pidana perjudian play station dan apa sajakah yang menjadi faktor penghambatnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Dalam
penelitian ini responden yang diambil yaitu penyidik kepolisian dan hakim
pengadilan negeri. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode kualitatif deskriptif, yaitu cara menginterprestasikan data ke dalam bentuk
kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis sehingga diperoleh gambaran yang
jelas tentang jawaban dari permasalahan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa upaya yang
dilakukan pihak Kepolisian Sektor Sukarame dalam menanggulangi tindak pidana
perjudian menggunakan play station adalah dengan upaya pencegahan (preventif)
seperti melakukan penyuluhan hukum kepada masyarakat, membentuk tim khusus
untuk memata-matai tempat yang sering dijadikan sebagai sarana perjudian play

Faktor-faktor penghambat dalam upaya penanggulangan tindak pidana perjudian
menggunakan play station, yaitu hambatan yang berasal dari masyarakat seperti
masyarakat tidak mau dijadikan saksi dalam perkara perjudian, sebagian masyarakat
masih memandang bahwa perjudian adalah warisan dari nenek moyang yang
beranggapan perjudian adalah budaya. Dan hambatan yang berasal dari dalam tubuh

polri yaitu aparat kepolisian yang terbatas, tidak adanya satuan khusus yang
menangani masalah perjudian, serta adanya oknum kepolisian yang menjadi back-up
perjudian tersebut. Dan faktor penghambat lainnya berupa faktor hukumnya sendiri,
faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan
hukum, faktor masyarakat, dan faktor budaya yang ada di masyarakat Kota Bandar
Lampung.
Berdasarkan kesimpulan yang di paparkan di atas penulis menyarankan kepada Polri
khususnya anggota Polsek Sukarame untuk dapat meningkatkan profesionalisme
personil dalam menjalankan tugasnya masing-masing, serta harus lebih mendekatkan
diri dengan masyarakat supaya informasi yang disampaikan dapat diterima, sehingga
dapat terjalin kerjasama yang baik. Seperti tulisan yang tertera pada majalah polri “
Polri adalah bagian dari masyarakat. Polri adalah kawan bukan lawan, semua itu
menuntut adanya syarat komunikasi yang terjalin baik diantara keduanya. Pembinaan
lebih ditingkatkan serta dalam menjatuhkan hukuman pidana harus sesuai dengan
perbuatannya sehingga dapat memberikan efek jera kepada pelaku tindak pidana
perjudian.
Kata Kunci : Upaya Kepolisian, Penanggulangan, Tindak Pidana Perjudian
Menggunakan Play Station

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 September 1989,
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari
pasangan Ayahanda Drs. Hi. Raden Andhy Herry Adipathy,
M.M. dan Ibunda Dr. Ir. Hj. Kordiyana K Rangga, M.S.
yang bersuku asli Lampung dan beragama Islam. Pendidikan pertama di tempuh
pada Taman Kanak-Kanak Al-Azhar Way Halim dan lulus pada tahun 1995,
Sekolah Dasar Al-Azhar Way Halim lulus pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Al-Kautsar Bandar Lampung lulus pada tahun 2004, dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Menggala, yang diselesaikan Tahun 2007.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya pada jenjang Universitas, tahun
2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung.

Persembahanku
Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kupersembahkan skripsi ini kepada
Allah SWT. RAbbul Izzati, atas semua nikmat iman dan
Islam, atas limpahan rahmat dan karunia baik duka ataupun
bahagia, sehingga membuat penulis merasa bahwa

pertolongan Allah itu begitu dekat.
Persembahan khusus kepada Ayahanda ku tercinta Drs. Hi.
Raden Andhy Herry Adipathy, M.M dan Ibunda ku
tercinta Dr. Ir. Hj. Kordiyana Koiyim Rangga, M.S yang
selalu tiada henti mencurahkan do’a untuk ananda dalam
banyaknya sujud, atas keutuhan kasih sayang yang
senantiasa memberi tanpa mengharap balasan.
Abangku Brigpol. Andriyan Adipathy, S.H. Kanjeng Sunan
Lidya Fransiscatama, S.E., M.M. Kakanda Asriko
Adipathy, S.Ti, Menak Idaman Tri Utami Solichah, S.P.,
M.IL dan Adikku Dina Arini Adipathy serta Resa Livia
Nica, S. Kep., M.Kes Yang senantiasa memberi semangat
dan do’a selama ini
Sahabat dan Teman seperjuangan…
Yang selama ini memberikan do’a tulus dan dukungan
kepada penulis.
Almamater tercinta

Moto
“Jadilah orang yang selalu pintar merasakan, jangan menjadi orang yang selalu

merasa pintar”

(Adipathy_brother)

“Kesuksesan bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba, melainkan akumulasi dari
langkah-langkah kecil yang positif dan dilakukan terus menerus ”
( Adipathy_brother)

“Semangat Manusia Tidak Akan Pernah Bisa dilumpuhkan,
Selama Manusia Tersebut Masih Bisa Bernafas, Selama Itu Pula Manusia Tersebut
Masih Bisa Mempunyai Impian Yang Akan Menjadi Kenyataan....
Jangan Pernah Menyerah, Teruslah Berusaha“
(Adipathy_brother)

DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................


1

B. Perumusan Masalah........................................................................

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................................

6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual.................................................

7

E. Sistematika Penulisan..................................................................... 13
II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindak Pidana Perjudian...................................................................


15

B. Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian.....

21

C. Faktor-Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Tindak Pidana
Perjudian.................................................................................................

III.

22

METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah.......................................................................

26

B. Sumber dan Jenis Data...................................................................


27

C. Penentuan Populasi dan Sampel..................................................... 28

IV.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan data................................

28

E. Analisis Data..................................................................................

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden...............................................................

31


B. Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana
Perjudian Play Station di Kota Bandar Lampung.........................

33

V.

1. Upaya Pencegahan ( Preventif )...............................................

36

2. Upaya Penanggulangan ( Represif )........................................

40

C. Faktor Penghambat Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi
Tindak Pidana Perjudian Play Station di Kota Bandar Lampung..

56


PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................

63

B. Saran .............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepeda Allah yang memberikan nikmatnya serta ilmunya yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebuah
skripsi yang berjudul “Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Tindak
Pidana Perjudian Menggunakan Play Station di Kota Bandar Lampung”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas
Lampung.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka dengan segenap kerendahan hati
penulis menguncapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Heryadi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.
2. Ibu Diah Gustiniati M., S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
3. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H. selaku dosen Pembimbing I yang
telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Hj. Firganefi, S.H., M.H. selaku dosen Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini
dengan memberikan petunjuk, arahan serta nasehat-nasehat yang sangat
berguna dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Hj. Erna Dewi, S.H., M.H selaku Pembahas I dan Ibu Rini
Fathonah, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan
masukan dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung
yang telah banyak sekali berjasa dalam masa kuliah hingga penulis
memperoleh gelar Sarjana Hukum.
7. Bapak Apriadi, Bapak Pendi, Ibu Sri, Ibu Yani, Bapak Andri Selaku
Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung.
8. Ayahanda Drs. Hi. Raden Andhy Herry Adipathy, M.M. dan Ibunda
Dr. Ir. Kordiyana K Rangga, M.S. yang senantiasa tiada bosan selalu
memberikan dukungan, nasehat, kasih sayang dan doa yang tiada henti
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Abang ku Brigpol. Andriyan Adipathy, S.H. Kanjeng Sunan Lidya
Friensiscatama, S.E., M.M. Kakak ku Asriko Adipathy, S.Ti. Serta
Menak Indeman Tri Utami Solichah, S.P., M.IL yang senantiasa selalu
memberikan kasih sayang, dukungan dan bantuannya selama penulis
menempuh studi hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Adik ku tersayang Dina Arini Adipathy serta seseorang yang selalu setia
mendampingi penulis hingga menyelesaikan skripsi ini Resa Livia Nica,
S.Kep.,M. Kes. Naken ku tercinta Ratu Dhandiyan Adipathy dan Sultan
Akbar Adipathy yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang,
dukungan dan bantuannya selama penulis menempuh studi hingga
menyelesaikan skripsi ini.
11. Grandfather Hi. R.A. Aboebakar Adipathy (Alm), Grandmother Hj.
Yurnaini, Atuk Koyim Rangga (Alm), Oma Hj. Menaksyah yang semasa

hidupnya menjadi motifator yang sangat berarti selama penulis
menempuh studi hingga menyelesaikan skripsi ini.
12. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakanda Ridwansyah
Agung AD serta saudaraku Fredy Irawan, S.Kom atas dukungan,
semangat dan motifasinya hingga selesainya skripsi ini.
13. Keluarga besar “Adipathy_Brother” yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah berperan dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Sahabatku, Ariza Fauzan Dhani, S.H.,M.H. Aditya Safrial, S.H. Hafid
Irawan,S.H. Age Saputra, S.E
15. Teman - teman seperjuangan Chandra Rizky, S.H., Arliyus Seprizal,
S.H., dan seluruh Angkatan 2007 Fakultas Hukum Unila Terima kasih
atas dukungannya.
16. Bapak Kompol. Hendriansyah, S.H selaku KAPOLSEK Sukarame yang
telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

Sebagaimana manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan serta
sulit untuk mencapai kesempurnaan, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangatlah penulis harapkan dari semua pihak demi tercapainnya
kesempurnaan skripsi ini. Semoga ALLAH S.W.T selalu memberikan rahmat
serta hidayahnya kepada kita semua.

Bandar Lampung, 02 Maret 2015
Penulis

Arriza Adipathy

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tindak pidana perjudian merupakan suatu tindak pidana biasa yang mempunyai
dampak serius dalam kelompok tindak pidana kesusilaan. Saat ini perjudian telah
berkembang pada semua lapisan masyarakat, dari lapisan ekonomi bawah,
menengah, sampai lapisan ekonomi atas dan semuanya memiliki tujuan yang
sama yaitu memperoleh hasil atau keuntungan yang berlipat ganda. Pada praktek
perjudian kelas bawah banyak dilakukan secara sembunyi-sembunyi salah satunya
seperti perjudian play station. Sebaliknya praktek perjudian kalangan atas
dilakukan di tempat khusus serta memiliki surat izin dari pihak yang berwenang
dengan keuntungan yang lebih besar.1
Upaya penegak hukum dalam menanggulangi tindak pidana dapat juga diartikan
sebagai suatu usaha dan bagaimana langkah petugas penegak hukum atau setiap
orang yang mempunyai kepentingan dalam menanggulangi suatu tindak pidana
sesuai dengan kewenangan masing-masing menurut aturan hukum yang berlaku.
Oleh sebab itu perjudian ini harus ditindak lebih, sesuai dengan hukum yang
berlaku dan perjudian seperti ini dapat merusak citra lingkungan setempat.
Indonesia merupakan Negara hukum yang mempunyai norma-norma serta
peraturan-peraturan hukum yang telah dibuat oleh pembentuk undang-undang
1

Sadjijono. 2006. Hukum Kepolisian, Perspektif Kedudukan dan Hubungannya dalam
Hukum Administrasi. Yogyakarta: Laksbang PRESSindo hlm 28

2

yang harus ditaati dan dilaksanakan hanya melalui penegak atau aparat hukum
dapat diwujudkan dalam kenyataan, dengan demikian dapat dikatakan penegak
hukum sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia. upaya
penanggulangan tindak pidana adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai
yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-pandangan menilai yang
mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian hidup.2
Dengan demikian upaya penanggulangan tindak pidana merupakan sistem yang
menyangkut penyerasian antara nilai dan kaidah serta prilaku nyata manusia.
Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi pelaku atau
tindakan yang dianggap pantas dan seharusnya. Di dalam menganalsis masalah
hukum, persoalannya tidak terlepas dan beroperasinya tiga sistem hukum yang
dikatakan oleh Lawrence M Friedman terdiri dari komponen „struktur, substansi,
dan kultur’. Komponen struktur adalah bagian-bagian yang bergerak dalam satu
mekanisme, misalnya pengadilan. Komponen substansi merupakan hasil aktual
yang ditertibkan oleh sistem hukum dan meliputi pula kaidah-kaidah hukum yang
tidak tertulis. Sedangkan komponen kultur adalah nilai dan sikap yang mengikat
sistem hukum itu secara bersama dan menghasilkan suatu bentuk dan
penyelenggaraan

hukum

dalam

budaya

masyarakat

secara

keseluruhan.

komponen kultur yang sangat penting dalam upaya penanggulangan tindak
pidana. 3

2

Soerjono Soekanto.1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press, Jakarta, hlm 5
Moh. Kemal Dermawan. 1994. Strategi Pencegahan Kejahatan. Bandung: Citra Aditya
Bakti, hlm 27
3

3

Saat ini banyak orang mendirikan usaha rental play station, sebagai usaha kecil
kecilan. Tapi banyak juga usaha rental play station yang disalah gunakan oleh
pemilik rental play station itu sendiri. Usaha rental tersebut dapat dijadikan
sebagai sarana perjudian, seperti permainan sepak bola yang sering sekali
dimainkan untuk berjudi. Banyak pemilik usaha rental play station yang
mengetahui usahanya dijadikan sebagai sarana perjudian, tetapi pemilik usaha
rental play station ini tidak melarangnya melainkan membiarkan permainan judi
itu terus berlangsung. Sebab apabila ia melarangnya, kemungkinan besar usaha
rental play station nya tidak banyak orang yang menyewanya lagi. Usaha seperti
ini jelas dilarang, sebab usaha seperti ini merupakan bentuk usaha yang salah, dan
usaha ini melanggar hukum apabila dijadikan sebagai tempat bermain judi.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia
mengkategorikan perjudian sebagai tindak pidana meskipun cenderung bersifat
kondisional. Aturan hukum yang melarang perjudian sudah sangat jelas, tapi
bisnis perjudian illegal di tanah air berkembang dengan pesat, karena upaya
penanggulangan tindak pidana yang setengah hati dalam memberantas perjudian.
Pada laporan NO Pol. LP/ 322-A/ XI/ 2012/ SPK, Tanggal 06 November 2012,
yang berinisial TA, MD, BA, JA, AD adalah tersangka perjudian menggunakan
play station, mereka menggunakan play station untuk dijadikan sebagai alat untuk
permainan judi, menggunakan permainan sepak bola dengan cara menyeting
terlebih dahulu permainan sepak bola tersebut dalam bentuk permainan turnamen
sepak bola. Mereka mempersilakan orang yang ingin ikut taruhan dengan memilih
satu team untuk diikutkan dalam turnamen tersebut. Setiap team dikenakan
taruhan sebesar Rp.100.000,-. Setelah setiap orang memilih teamnya semua,

4

barulah turnamen sepak bola itu dimulai. Tetapi yang memainkan permainan
sepak bola itu bukan orang yang memiliki team, melainkan komputer yang
bermain. Jadi pemilik team hanya menonton sampai pertandingan turnamen itu
selesai, dan siapa yang memenangkan turnamen tersebut. Barang siapa teamnya
yang memenangkan turnamen, maka ialah yang mendapatkan taruhan uang itu.
Dan mengambil uang yang telah dikumpulkan menjadi satu. Permainan ini
merupakan suatu permainan yang dilarang oleh hukum, sebab mereka telah
melakukuan permainan judi menggunakan play station.
Dasar hukum tindak pidana perjudian diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal
303 bis KUHP karena tindak pidana perjudian dilakukan lebih dari satu orang
dikarenakan pula Pasal 55 KUHP, Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1974
Tentang Penertiban perjudian.
Dalam Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian
disebutkan dalam Pasal 1 bahwa semua tindak pidana perjudian termasuk
kejahatan. Perjudian pada hakikatnya bertentangan dengan Agama, kesusilaan dan
moral Pancasila serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasar Pasal 303 bis Ayat (1) ke-2 KUHP barangsiapa ikut serta main judi di
jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi
umum, kecuali ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin
untuk mengadakan perjudian itu. Dalam perkara ini terbukti permainan judi play
station tidak memiliki izin seperti yang tertera pada unsur-unsur tindak pidana
perjudian menurut KUHP.

5

Permainan judi sangat banyak sekali macam dan bentuknya. Oleh sebab itu
permainan judi sangat sulit untuk diberantas. Aparat penegak hukum pun sangat
kesulitan dalam memberantas perjudian. Perkembangan jaman pun menjadi suatu
alat bantu untuk membuat suatu permainan judi yang baru, sehingga banyak
membuat orang dapat bermain dan mememilih bentuk permainan judi yang
mereka inginkan. Bertahun tahun polisi berupaya memberantas perjudian, kini
polisi banyak melirik usaha rental play station yang banyak dijadikan sebagai
tempat bermain judi. Sebab usaha rental play station saat ini selain dijadikan
sebagai rental juga dijadikan sebagai sarana bermain judi. Karena banyak
permainan play station yang dapat dijadikan mereka untuk bermain judi, salah
satunya permainan sepak bola. Seperti kejadian penangkapan perjudian play
station di Polsek Sukarame yang dilakukan oleh beberapa warga pada saat
melakukan perjudian play station. Serta bagaimanakah upaya penegak hukum
dalam menanggulangi tindak pidana perjudani play station yang saat ini semakin
marak terjadi di balik sebuah rental play station .

Memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dan membuat skripsi dengan judul : “Upaya
Kepolisin dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Play Station di Kota
Bandar Lampung“

6

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup
1. Permasalahan
a. Bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian
menggunakan play station di kota Bandar lampung ?
b. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam penanggulangan tindak pidana
perjudian play station di kota Bandar lampung ?
2. Ruang lingkup
Dalam permasalahan tersebut diperlukan data, pembahasan dan analisa, maka
dipandang perlu untuk memberikan suatu pembatasan ruang lingkup tentang
upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan
play station di Kota Bandar Lampung. Perkara No. Pol. LP/322-A/XI/2012/SPK.
Penelitian dilakukan pada wilayah hukum Kepolisian Sektor Sukarame.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan dalam skripsi ini
adalah:
a. Untuk mengetahui upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana
perjudian menggunakan play station di kota Bandar lampung.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi
tindak pidana perjudian menggunakan play station di kota Bandar lampung.

2. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah :

7

a. Secara Teoritis
Penulisan ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum yang berkaitan
dengan proses penegakan hukum dan upaya kepolisian dalam menanggulangi
perjudian menggunakan play station serta untuk menambah pengetahuan
penulis pada khususnya dan pembaca penelitian ini pada umumnya.
b. Secara Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat berguna dalam memecahkan berbagai
permasalahan bagi pihak-pihak yang bersangkutan, khususnya bagi Kepolisian
dalam menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station di
kota Bandar Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi
dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya mengadakan
identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti.4
Upaya dalam menanggulangi tindak pidana pada hakekatnya merupakan bagian
dari integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya
mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare).

Oleh karena itu upaya penanggulangan tindak pidana perjudian menggunakan
play station yang dilakukan oleh Kepolisian Kota Bandar Lampung adalah:

4

Soerjono Soekanto, Op,Cit. 1986 hlm 125

8

1.

Menggunakan Hukum Pidan (Penal)

Upaya refresif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
sesudah terjadinya kejahatan atau tindak pidana, termasuk upaya refresif adalah
penyelidikan, penuntutan sampai dilakukannya pidana5.
Menurut G. P. Hoefnagel upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih
menitik beratkan kepada sifat refresif (penindasan/ pemberantasan/ penumpasan)
sesudah kejahatan terjadi6.
Menurut Gene Kaseebaum penanggulangan kejahatan dengan menggunakan
hukum pidana merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia itu
sendiri disebut sebagai older philosophy of crime control.7. Menurut Roeslan
saleh, tiga alasan mengenai perlunya pidana dalam hukum pidana, adapun intinya
sebagai berikut8:
a. Perlu tidaknya hukum pidana tidak terletak pada persoalan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai, tetapi terletak pada persoalan seberapa jauh untuk mencapai
tujuan itu boleh menggunakan paksaan, persoalan bukan terletak pada hasil
yang akan dicapai tetapi dalam pertimbangan antara dari hasil itu dan nilai
dari batas-batas kebebasan pribadi masing-masing.
b. Ada usaha-usaha perbaikan atau perawatan yang tidak mempunyai bentuk
sekali bagi yang terhukum dan sdisamping itu harus tetap ada suatu reaksi atau
pelanggaran-pelanggaran norma yang telah dilakukan itu dan tidaklah dapat
diberikan begitu saja.

5

Susanto, I.S. 1995. Kriminologi. Fakultas Hukum. Universitas Diponegoro hlm 118.
Barda Nawawi Arief. 1998. Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana.
PT. Citra Aditya Bakti. Bandung hlm 29
7
Barda Nawawi Arief. Op, Cit hlm 142
8
Barda Nawawi Arief. Op, Cit hlm 147

6

9

c. Pengaruh pidana atau hukum pidana bukan semata-mata ditunjukan kepada
penjahat, tetapi juga untuk mempengaruhi orang yang tidak jahat yaitu warga
masyarakat yang mentaati norma-norma pada masyarakat.

Apabila hukum pidana hendak digunakan dapat dilihat dalam hubungan
keseluruhan politik kriminal atau social defence planning yang ini harus
merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional9. Politik kriminal
menurut Marc adalah peraturan atau penyusunan secara nasional usaha-usaha
pengendalian kejahatan oleh masyarakat. Tujuan akhir dari kebijakan kriminal
adalah dari perlindungan masyarakat untuk mencapai tujuan utama yang sering
disebut dengan berbagai istilah misalnya kebahagiaan warga masyarakat;
kehidupan kultural yang sehat dan menyegarkan; kesejahteraan masyarakat;
mencapai keseimbangan.

2.

Non Penal

Sarana non penal biasa disebut sebagai upaya prefentif, yaitu upaya-upaya yang
dilakukan untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan, merupakan
upaya pencegahan, penangkalan, dan pengendalian sebelum kejahatan terjadi,
maka sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif penyebab
terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalahmasalah atau kondisi-kondisi secara langsung atau tidak langsung menimbulkan
kejahatan.
Usaha-usaha non penal misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka
pengembangan tanggung jawab sosial warga masyarakat; penggarapan kesehatan

9

Susanto L.S. Op,Cit. hlm 129

10

jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama; peningkatan usaha-usaha
kesejahteraan anak dan remaja; kegiatan patroli dan pengawasan lainnya secara
kontinyu oleh polisi dan aparat keamanan lainnya. Usaha-usaha non penal
memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari politik
kriminal secara keseluruhan kegiatan preventif yang non penal itu sebenarnya
mempunyai kedudukan

yang sangat strategis, memegang posisi kunci

diintensifkan dan diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini
justru akan berakibat sangat fatal bagi usaha penanggulangan kejahatan. Oleh
karena itu suatu kebijakan kriminal harus dapat mengintegrasikan dan
mengharmonisasikan seluruh kegiatan preventif yang non penal itu ke dalam
suatu sistem kegiatan negara yang teratur.

Tujuan utama dari sarana non penal adalah memperbaiki kondisi-kondisi sosial
tertentu. Penggunaan sarana non penal adalah merupakan upaya-upaya yang dapat
dilakukan meliputi bidang yang sangat luas sekali di seluruh sektor kebijakan
sosial.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa upaya
pencegahan dan penanggulangan kejahatan sebagai berikut:
a. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan (goal),
kesejahteraan masyarakat (social welfare), dan perlindungan masyarakat
(social defence).
b. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan

harus dilakukan dengan

pendekatan integral yaitu ada keseimbangan sarana penal dan non penal.
Dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan yang paling strategis melalui

11

sarana non penal karena bersifat preventif dan kebijakan penal mempunyai
kelemahan karena bersifat refresif serta harus didukung dengan biaya tinggi.
c. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan dengan sarana penal merupakan
“penal policy” atau “Penal Law Enforcement Policy” yang fungsionalisasi/
operasionalisasinya melalui beberapa tahap:
1) Tahap formulasi (kebijakan legislatif).
2) Tahap aplikasi (kebijakan yudikatif).
3) Tahap eksekusi (kebijakan eksekutif).
Tiga arti penting mengenai kebijakan / politik kriminal, yaitu10:
a. Dalam arti sempit, ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari
reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana;
b. Dalam arti luas, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum,
termasuk di dalamnya cara dari pengadilan dan polisi;
c. Dalam arti paling luas, ialah keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui
perundang-undangan

dan

badan-badan

resmi

yang

bertujuan

untuk

menegakkan norma-norma sentral dimasyarakat.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan pencegahan terhadap tindak pidana
perjudian menggunakan play station dikota bandar lampung menyangkut
penyerasian antara nilai-nilai dengan kaidan serta perilaku nyata manusia. Kaidahkaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku serta
tindakan yang dianggap pantas dan seharusnya, yang bertujuan untuk
menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kehidupan yang damai, selaras,

10

Barda Nawawi Arief. Op, Cit hlm 1

12

serasi dan seimbang Diskresi merupakan pengambilan keputusan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dengan tetap berpegang tegung dengan peraturan.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam menanggulangi tindak pidana
perjudian play station terdiri dari11 :
a. faktor aparat penegak hukum
b. faktor sarana/ fasilitas
c. faktor masyarakat
d. faktor budaya
2. Konseptual
Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan suatu konsep-konsep khusus
yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin
atau yang akan diteliti12
Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap pokok permasalahan dan
pembahasan dalam skripsi ini, maka dibawah ini ada beberapa konsep yang
bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang dapat dijadikan pegangan dalam
memehami skripsi ini.
a. Upaya adalah suatu metode kepolisian atau penegak hukum13
b. Penanggulangan adalah pencegahan tindak pidana dalam hal ini khususnya
pencegahan tindak pidana perjudian play station14

11

Soerjono Soekanto. Op, Cit. hlm 4
Soerjono Soekanto, Op,Cit. 1986 hlm 134
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia hlm 174
14
Inu kencana. 2001. Sistem Pemerintahan Indonesia. Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri hlm 82

12

13

c. Tindak pidana adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan
dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat
dipertanggung jawabkan atas tindakannya.15
d. Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan suatu nilai
atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan
harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan,
perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya.16
e. Play Station (PS) adalah alat permainaan video game yang dimana terdapat
banyak sekali permainan. Seperti permainan Sepak Bola, Balap Motor dll.Saat
ini play station udah mencapai evolusion ke tiga, (PS1, PS2, PS3) Oleh sebab
itu pencandu permainan play station banyak sekali. Dari kalangan anak-anak
sampai dengan orang dewasa. (Video Game Play Station)17

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini memuat uraian keseluruhan yang akan disajikan dengan
tujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan memperoleh gambaran
menyeluruh tentang skripsi ini, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
I.

PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang penulisan skripsi ini, kemudian menarik
permasalahan-permasalahan yang dianggap penting dan membatasi ruang lingkup

15

Sudarto, 1986. Hukum dan hukum pidana. Alumni, Bandung hlm 54
Kartini Kartono, 1981. Patologi Sosial I. Rajawali pers, Jakarta hlm 51
17
SKM Seputar Kota. Edisi 02 September 2013

16

14

penulisan, juga memuat tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan
konseptual serta sistematika penulisan
II. TINJAUAN PUSAKA
Bab ini merupakan pengantar pemahaman kepada pengertian-pengertian umum
tentang pokok bahasan antara lain upaya kepolisian dalam menanggulangi dan
pengertian penegakan hukum,pengertian tindak pidana dan penggolongan tindak
pidana, pengertian perjudian dan sumber hukum tindak pidana perjudian, ekses
perjudian.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini memuat mengenai penulisan yang meliputi pendekatan masalah yang
merupakan penjelasan tentang bagaimanakah masalah yang akan dijawab tersebut
(berkaitan dengan disiplin ilmu dan sudut pandang peneliti), sumber dan jenis data
yang merupakan penjelasan tentang darimana data tersebut diperoleh, penentuan
populasi dan sampel prosedur, pengumpulan data, serta analisis data yang
diperoleh.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam hal ini penulis membahas tentang bagaimanakah Bagaimanakah upaya
kepolisian atau penegak hukum terhadap tindak pidana perjudian play station di
kota Bandar lampung dan apakah yang menjadi faktor penghambat dalam upaya
penanggulangan perjudian play station di kota Bandar lampung.
V. PENUTUP
Merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari penelitian yang
dilakakukan dan kemudian beberapa saran yang dapat membantu serta berguna
bagi pihak-pihak yang memerlukan.

15

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindak Pidana Perjudian
1. Pengertian Perjudian
Bila mengacu pada KUHP yang dimaksudkan dengan perjudian berdasarkan Pasal
303 Ayat (3) adalah :
“Tiap-tiap permainan, dimana pada umumnya kemungkinan mendapat
untung bergantung kepada peruntungan belaka, juga karena pemainnya
lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu termasuk segala pertaruhan tentang
keputusan perlombaan atau permainan lainnya tidak diadakan antara mereka
yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan
lainnya.” 1
Dali Mutiara dalam menafsirkan KUHP menyatakan sebagai berikut :
Permainan judi harus diartikan dengan arti yang luas, juga termasuk segala
peraturan tentang kalah menangnya suatu pacuan kuda atau lain-lain
pertandingan, atau segala peraturan dalam perlombaan-perlombaan yang diadakan
antara dua orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan itu, misalnya
totalisator, dan lain-lain.2

Adapun yang dimaksud dengan perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja :
yaitu mempertaruhkan atau nilai yang dianggap bernilai, dengan menyadari

1
2

Abdulsyani. 1987, Sosiologi kriminalitas. Bandung: Remadja Karya hlm 193
Kartini Kartono, Op,Cit. 1981 hlm 52

16

adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan,
perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya. 3

2. Dasar Hukum Tindak Pidana Perjudian
Tindak pidana perjudian dalam hukum pidana positif diatur dalam Pasal 303
KUHP yang menyebutkan :
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda
paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin :
a. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk
permainan judi dan menjadikannya sebagai pencarian atau dengan
sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;
b. Dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan pada khalayak
umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam
perusahaan untuk itu, dengan tidak perduli apakah untuk menggunakan
kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara’
c. Menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencaharian.
(2)

Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencahariannya, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian
itu.

(3)

Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana pada
umumnya kemungkinan mendapat untuk bergantung pada peruntungan
belaka, juga karena permainannya lebih terlatih atau lebih mahir. Disitu
termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan
lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau
bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

Permainan judi dalam bahasa asingnya “hazardspel”. Bukan semua permainan
masuk “hazardspel”. Yang diartikan hazarspel yaitu (lihat ayat) tiap-tiap
permainan yang mendasarkan pengharapan untuk menang pada umumnya
bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapannya jadi
bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang masuk juga

3

Kartini Kartono, Op,Cit 1981 hlm 51-52

17

“hazardspel” ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain
yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu juga segala
pertaruhan yang lain-lain.4
Jenis-jenis perjudian (hazardspel) menurut R.Soesilo adalah main dadu, main
selikuran, main jemeh, kodok-ulo, roulette, bakarat, kemping kekes, kocok,
keplek, tombola, dll. Juga masuk katalisator pada pacuan kuda, pertandingan
sepak bola play station dsb. Sedangkan yang bukan termasuk jenis perjudian
adalah permainan yang biasa dipergunakan sebagai hiburan seperti domino,
bridge (kartu), ceki, koah, dsb. 5

Berdasarkan Pasal 303 KUHP ialah :
a. Mengadakan atau memberi kesempatan main judi tersebut sebagai pencaharian.
Jadi seorang bandar atau orang lain yang sebagai perusahaan membuka
perjudian. Orang yang turut campur dalam hal ini juga dihukum. Disini tidak
perlu perjudian ini ditempat umum atau untuk umum, meskipun ditempat yang
tertutup atau kalangan yang tertutup sudah cukup apabila perjudian itu belum
mendapat izin dari yang berwajib.
b. Sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi kepada umum.
Disini tidak perlu sebagai mata pencaharian, tetapi harus ditempat umum atau
yang dapat dikunjungi oleh umum. Inipun apabila telah ada izin dari yang
berwajib tidak dihukum.

4
5

R. Soesilo, 1996. Kitab Undang-Undang acara pidana, Politea.Bogor hlm 222
R. Soesilo,Op,Cip.1996 hlm 222

18

c.

Turut main judi sebagai pencaharian
Orang yang mengadakan permainan judi dihukum menurut pasal ini, maka
orang-orang yang ikut serta pada permainan itu dikarenakan hukuman menurut
Pasal 303 bis KUHP.

Pasal 303 KUHP menyebutkan :
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak sepuluh juta rupiah :
1. Barangsiapa menggunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan
melanggar ketentuan Pasal 303;
2. Barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau dipinggir jalan umum
atau ditempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali ada izin dari penguasa
yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada
pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat
dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling
banyak lima belas juta rupiah.

Undang-Undang No.7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian dalam Pasal 1
menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian termasuk kejahaan. Perjudian
pada hakikatnya bertentangan dengan agama, kesusilaan dan moral Pancasila serta
membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.6

3. Dampak Tindak Pidana Perjudian

6

Burhan Asofa. 2002. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta hlm 174

19

Sesungguhnya pada permulaannya macam-macam permainan itu sifatnya rekreatif
belaka, dan sebagai penyalur bagi ketegangan akibat kerja berat sehari-hari.
Namun kegiatan-kegiatan itu pada akhirnya disalah gunakan oleh orang dewasa
untuk aktivitas perjudian dan taruhan. Kebiasaan berjudi mengkondisionirkan
mental seseorang menjadi ceroboh, malas, mudah berspekulasi dan cepat
mengambil resiko tanpa pertimbangan. Ekses lebih lanjut antara lain7
a. Mendorong orang untuk melakukan penggelapan uang kantor/dinas dan
melakukan tindak pidana korupsi.
b. Energi dan pikiran menjadi berkurang, karena sehari-hari didera oleh nafsu judi
dan kerakusan ingin menang dalam waktu pendek.
c. Badan menjadi lesu dan sakit-sakitan, karena kurang tidur, serta selalu dalam
keadaan tegang tidak imbang.
d.

Pikiran menjadi kacau, sebab selalu digoda oleh harapan-harapan menentu

e. Pekerjaan menjadi terlantar, karena segenap minatnya tercurah pada keasyikan
berjudi.
f.

Anak, istri dan rumah tangga tidak lagi diperhatikan.

g. Hatinya menjadi sangat rapuh, mudah tersinggung dan cepat marah, bahkan
sering eksplosif meledak-ledak secara membabi buta.
h.

Mentalnya terganggu dan menjadi sakit, sedang kepribadiannya menjadi
sangat labil.

i. Orang menjadi terdorong melakukan perbuatan kriminal guna “mencari
modal” untuk pemuas nafsu judinya yang tidak terkendali itu. Orang mulai
berani mencuri, berbohong, menipu, mencopet, menjambret, menodong,

7

Kartini Kartono,Op,Cit 1981. hlm 73-74

20

merampok, menggelapkan, memperkosa, dan membunuh untuk mendapatkan
tambahan modal guna berjudi. Sebagai akibatnya angka kriminalitas naik
dengna drastis dan keamanan kota serta daerah-daerah pinggiran menjadi
sangat rawan dan tidak aman.
j. Ekonomi rakyat mengalami kegoncangan-kegoncangan karena orang bersikap
spekulatif dan untung-untungan serta kurang serius dalam usaha kerjanya.
k. Diseret oleh nafsu judi yang berlarut-larut, kuranglah iman kepada Tuhan
sehingga mudah tergoda melakukan tindak susila. Jelas bahwa rakyat kecillah
yang paling menderita ditimpa oleh ekses-ekses judi itu.

4. Perjudian
Play station merupakan alat permainaan video game yang dimana terdapat banyak
sekali permainan seperti permainan Sepak Bola, Balap Motor dll.Saat ini play
station udah mencapai evolusion ke tiga, (PS1, PS2, PS3) Oleh sebab itu
pencandu permainan play station banyak sekali.Dari kalngan anak-anak sampai
dengan orang dewasa. Tapi saat ini banyak orang memainkan Play station sebagai
alat untuk bermain judi. Sebab mereka disini banyak yang mengadu
keberuntungan, karena permainan judi play station bukan orang yang mengikuti
judi play station ini yang memainkan, melainkan computer yang memainkan.
Mereka hanya memilih team dan membayar setiap team yang ingin mengikuti judi
play station ini. Setelah itu bandar membuat sistem turnamen. Dan memasukkan
team yang telah dipilih, siapa yang memenangkan turnamen ialah pemenangnya.
Jadi permainan judi play station ini sangat mudah, tidak menguras tenaga dan
hanya mempertaruhkan keberuntungan saja.
A. Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian

21

Upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pada hakekatnya juga
merupakan bagian dari usaha penegakan hukum (khususnya penegakan hukum
pidana). Penanggulangan tindak pidana merupakan

bagian dari

upaya

perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat (social welfare). Oleh karena itu upaya kepolisian dalam
menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station yang dilakukan
oleh Kepolisian Kota Bandar Lampung salah satunya upaya sarana Non Penal.

Sarana non penal biasa disebut sebagai upaya prefentif, yaitu upaya-upaya yang
dilakukan untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya tindak pidana, merupakan
upaya pencegahan, penangkalan, dan pengendalian sebelum terjadinya tindak
pidana, maka sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor penyebab
terjadinya tindak pidana. Faktor-faktor tersebut antara lain berpusat pada masalahmasalah atau kondisi-kondisi yang secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan suatu tindak pidana.

Usaha-usaha non penal misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka
pengembangan tanggung jawab sosial warga masyarakat melalui pendidikan
moral, agama, peningkatan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja; kegiatan
patroli dan pengawasan lainnya secara kontinyu oleh polisi dan aparat keamanan
lainnya. Tujuan utama dari sarana non penal adalah memperbaiki kondisi-kondisi
sosial tertentu. Penggunaan sarana non penal adalah merupakan upaya-upaya yang
dapat dilakukan meliputi bidang yang sanga luas sekali di seluruh sektor
kebijakan sosial.

22

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat di artikan bahwa upaya kepolisian
dalam menanggulangi tindak pidana harus menunjang tujuan (goal), kesejahteraan
masyarakat (social welfare), dan perlindungan masyarakat (social defence).

Dengan demikian, dapat di interpretasikan upaya kepolisian dalam menanggulangi
tindak pidana perjudian menyangkut penyerasian antara nilai-nilai dengan kaidah
serta perilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman
atau patokan bagi perilaku serta tindakan yang dianggap pantas dan seharusnya,
yang bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kehidupan
yang damai, selaras, serasi dan seimbang.

B. Faktor-Faktor Penghambat dalam Menanggulangi Tindak Pidana
Faktor yang mempengaruhi dan menentukan kualitas dalam penanggulangan
tindak pidana, dapat berupa kualitas individual Sumber Daya Manusia (SDM),
kualitas institusional atau struktur hukum (termasuk mekanisme tata kerja dan
manajemen), kualitas sarana dan prasarana, kualitas perundang-undangan
(substansi hukum), dan kualitas kondisi lingkungan (sistem sosial, ekonomi,
politik, budaya, termasuk budaya hukum masyarakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum dalam menanggulangi
tindak pidana perjudian yaitu sebagai berikut8:

a. Faktor hukumnya sendiri;
b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
8

Soerjono Soekanto. Op, Cit 1983 hlm 8

23

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
b. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana upaya tersebut berlaku atau
diterapkan;
c. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan karsa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor di atas dapat dijadikan sebagai pedoman pihak Kepolisian dalam
menanggulangi tindak pidana perjudian menggunakan play station, dan akan
dijabarkan sebagai berikut:

a. Faktor Hukum
Praktik penyelenggaraan penegakan hukum di lapangan sering kali terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal itu dikarenakan
konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan
kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.
Suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum
merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu
tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakekatnya penyelenggaraan
hukum bukan hanya mencakup “Law Enforcement” saja, akan tetapi juga
“peace maintenance”, karena penyelenggara hukum sesungguhnya merupakan
proses penyerasian antara nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola perilaku nyata
yang bertujuan untuk kedamaian.
b. Kepribadian atau Mentalitas Penegak Hukum
Salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau
kepribadian hukum. Dalam rangka penegakan hukum dan implementasi
hukum, bahwa penegakan hukum tanpa keadilan adalah kebejatan. Mentalitas

24

petugas yang menegaskan seperti, kepolisian, kejaksaan, dan hak adalah hal
yang sangat penting karna sebaik apapun hukumnya kalau mentalitas aparat
penegak hukumnya kurang baik, maka akan terjadi gangguan pada sistem
penegakan hukum.
c. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras. Salah
satu perangkat lunak adalah pendidikan ditambah minimnya penghasilan dan
anggaran terhadap aparat penegak hukum, maka sering terjadi penyalahgunaan
wewenang.
d. Taraf Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum Masyarakat
Setiap warga masyarakat atau kelompok, pasti mempunyai permasalahan
hukum, seperti taraf kepatuhan hukum yang tinggi, sedang atau rendah.
Sebagaimana diketahui, kesadaran hukum merupakan suatu proses yang
mencakup pengetahuan hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum.
e. Faktor Budaya dan Masyarakat
Budaya adalah hasil karya, cipta, dan karsa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup. Variasi-variasi kebudayaan yang
sedemikian banyaknya dapat menimbulkan persepsi-persepsi tertentu terhadap
penegakan hukum, oleh karena itu penegakan hukum harus disesuaikan dengan
kondisi setempat. Budaya tertib hukum dalam kehidupan sehari-hari akan
sangat berpengaruh dalam proses penegakan hukum di indonesia.

Kelima faktor tersebut di atas saling berkaitan dan merupakan inti dari system
penegakan hukum. Jika kelima faktor tersebut ditelah akan dapat terungkapkan

25

hal yang berpengaruh terhadap sistem penegakan hukum yang dapat berdiri
sendiri atau saling berhubungan satu sama lain.

26

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah
Metode merupakan suatu bentuk cara yang digunakan dalam pelaksanaan suatu
penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat
memecahkan suatu permasalahan.1
Pendekatan Masalah yang digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah

pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekaran yuridis
normatif yaitu pendekatan dengan cara membaca literatur-literatur hukum,
peraturan perundang-undangan, asas-asas, serta bahan lain yang mempunyai
huungan dengan penulisan skripsi ini.
a. Pendekatan Yuridis Normatif
Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan cara menelaah kaidahkaidah, norma-norma, aturan-aturan yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti. Pendekatan tersebut dimaksud untuk mengumpulkan berbagai
macam peraturan perundang-undangan, teoti-teori dan literatur-literatur yang
erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
b. Pendekatan empiris (Sosiologis)
Pendekatan empiris (sosiologis) yaitu dengan meneliti dan mengumpulkan data
primer yang diperoleh secara langsung melalui penelitian terhadap objek
penelitian dengan cara observasi dan wawancara dengan responden atau
1

Soerjono Soekanto, Op,Cit. 1986 hlm 5

27

narasumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini.

B. Sumber dan Jenis Data
Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang
diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka2.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada dua jenis, yaitu :
1.

Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian di lokasi penelitian
dengan cara mencari dan mengumpulkan data atau keterangan sesungguhnya
yang terjadi dalam praktik. Dalam hal ini data diperoleh dari berbagai pihak,
diantaranya yaitu Penyidik Kepolisian Sektor Sukarame

2.

Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka dan terdiri dari bahan hukum
primer bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier3

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersumber dari hukum pidana
positif, yaitu:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP)
3. UU Nomor.7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian
4. UU Nomor. 2 Tahun 2002 tentang Kepo