REAKSI PASAR PADA KANDUNGAN INFORMASI LABA KENA PAJAK PERUSAHAAN YANG MENGANDUNG PERENCANAAN PAJAK: STUDI EFISIENSI PASAR MODAL INDONESIA

(1)

ABSTRACT

MARKET REACTION ON THE CONTENT OF INFORMATION TAXABLE PROFIT COMPANY WITH A TAX PLANNING: THE CAPITAL MARKET

EFFICIENCY STUDY INDONESIA by:

NOVALITA

Capital market participants need information to make investment decisions. The information required of them in the published financial statements. If the financial statements are useful, then the components are presented in the financial

statements have information content to be reacted by market participants. Profit is one of the important factors in assessing the performance and as one of the bases for investors in assessment income in the future.

The aim of this study were: to analyze the difference between the market reaction to corporate tax planning and companies that do not do tax planning

This research was conducted in the Indonesia Stock Exchange (IDX). Of some 333

companies listed on the Stock Exchange, through purposive sampling method specified

as a sample of 186 companies a year. Through Eckel index calculation, the study sample consists of 156 companies in a corporate tax planning, and 30 years as an enterprise company that does not do tax planning.

Data were collected with documentation. The data have been analyzed by different test independent, after fulfilling some testing requirements. The study says that, the market reaction is seen in three

days after the earnings announcement shows the difference between the market reaction

corporate tax planning by companies that do not do tax planning with a

significance level of 5%. The results of this study have implications for subsequent research to try to analyze a similar topic to include other variables that affect the market reaction, both quantitative and qualitative data. And to trace the cause why no similar study tested the hypothesis and there is also untested hypothesis Keywords: Tax Planning and Market Reaction.


(2)

ABSTRAK

REAKSI PASAR PADA KANDUNGAN INFORMASI LABA

KENA PAJAK PERUSAHAAN YANG MENGANDUNG

PERENCANAAN PAJAK: STUDI EFISIENSI PASAR MODAL

INDONESIA

Oleh: NOVALITA

Pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya berupa laporan keuangan yang dipublikasikan. Jika laporan keuangan bermanfaat, maka

komponen-komponen yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut mempunyai kandungan informasi yang akan direaksi oleh para pelaku pasar. Laba merupakan salah satu faktor penting dalam menaksir kinerja dan sebagai salah satu dasar bagi investor dalam melakukan penaksiran laba di masa yang akan datang.

Tujuan penelitian ini adalah : menganalisis perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari sejumlah 333 perusahaan yang terdaftar di BEI, melalui metode purposive sampling ditetapkan sebagai sampel sejumlah 186 perusahaan tahun. Melalui perhitungan indek Eckel, sampel penelitian terbagi atas 156 perusahaan tahun sebagai perusahaan yang melakukan perencanaan pajak , dan 30 perusahaan tahun sebagai perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak.

Data penelitian dikumpulkan dengan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan uji beda independen, setelah memenuhi beberapa syarat pengujian.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa, reaksi pasar yang dilihat pada tiga hari setelah pengumuman laba menunjukan perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dengan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini memberi implikasi kepada penelitian berikutnya untuk mencoba menganalisis topik serupa dengan memasukan variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap reaksi pasar, baik data yang kuantitatif maupun kualitatif. Serta menelusuri

penyebab kenapa ada penelitian serupa yang hipotesis teruji dan ada juga hipotesisnya tidak teruji.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 29 November 1976, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak H. Iin Hazairin dan Ibu Hj. Sukmawati. Menikah dengan Dwi Eko Heriyanto, ST pada 7 Juni 2009.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Bandar Jaya, yang diselesaikan pada tahun 1988. Kemudian dilanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Poncowati diselesaikan pada tahun 1991 dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada tahun 1994 serta menyelesaikan Strata Satu di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Teknik Yogyakarta pada tahun 2000

Penulis saat ini merupakan Dosen dan Ketua Program Studi Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mitra Lampung mulai tahun 2010 sampai dengan sekarang.


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Sebagai perwujudan rasa syukur kehadirat Allah Azza Wa Jalla, Karya kecil ini kupersembahkan kepada:

Papa H. Iin Hazairin dan Mama Sukmawati Alm Babe Fadjar Karyanto dan Emak Mis Herawati

Suami Ku tercinta Dwi Eko Heriyanto, ST

Anak-anak Ku Tersayang Sholeha Heriyanto Alm, Rocky Gitara Heriyanto, Alm dan Bimo Al Farino Ramadhan

Adik-adik ku Desi Indrawati, SE, Indra Jaya, S. Kom, Eni Malini, S.IP

Mbah Mata Hj. Suparti dan Mbah Ompong Sulatri Almamater tercinta

Perguruan Tinggi Mitra Lampung Seluruh Sahabat, Saudaraku semuanya….


(9)

MOTO

Segalanya akan mudah, karena ada Allah

”Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan”(Q.S Al Fatihah: 5)

Pikirkan dan Syukurilah! (LaTahzan) : “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup

menghitungnya”(Q.S Ibrahim: 34)

Sebaik-baiknya orang adalah orang yang bermanfaat.

“ Saat Allah menjawab doa mu Ia meminta iman mu Saat Allah belum menjawab doa mu Ia meminta kesabaran mu

Dan saat Allah menjawab bukan doa mu Ia memilihkan yang terbaik untuk mu” Itu adalah sebuah peringatan agar tak putus asa dalam segala yang kita

harapkan..


(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah tiada Tuhan melainkan Ia semata, tiada sekutu bagi Nya, dan Dia kuasa atas segala sesuatu, Ia yang telah memberikan segala nikmat, rahmat, ide, kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Reaksi Pasar Pada Kandungan Informasi Laba Kena Pajak Perusahaan Yang Mengandung Perencanaan Pajak: Studi Efisiensi Pasar Modal Indonesia”.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan untuk itu kritik, saran maupun masukan sangat diharapkan untuk penyempurnaan tulisan ini. Proses pembelajaran yang dialami memberikan kesan dan makna mendalam bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis masih sangat terbatas. Bimbingan, keteladanan dan bantuan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis mempermudah proses pembelajaran tersebut. Untuk itu dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk mengucakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Ibu Susi Sarumpaet, Ph.D.,Akt selaku Ketua Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Lampung;


(11)

3. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan, nasehat, dukungan, saran, motivasi dan waktunya selama penyusunan tesis;

4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan, saran, motivasi dan waktunya selama penyusunan tesis;

5. Ibu Ninuk Dewi K, SE., M.Si., Akt, selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing, memotivasi serta waktu yang diberikan kepada

penulis.

6. Semua Bapak Ibu Dosen Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Lampung.

7. Pengelola dan karyawan/karyawati Magister Ilmu Akuntansi yang telah banyak membantu kelancaran perkuliahan

8. Bapak/ Ibu Pimpinan Perguruan Tinggi Mitra Lampung, yang telah memberikan motivasi, doa dan keringanan dalam segala hal demi kelancaran perkuliahan saya.

9. Rekan- Rekan pegawai Perguruan Tinggi Mitra Lamapung, yang senantiasa mendukung saya menyelesaikan tesis ini.

10.Sahabat, teman, suami tercinta Dwi Eko Heriyanto, ST dan anakku tersayang Bimo Al Farino Ramadhan. yang telah memberikan semangat, motivasi, serta doa yang selalu dilantunkan demi keberhasilanku.

11.Papa, Babe, Emak, Mbah Mata dan Mbah Ompong. Terima kasih untuk doa, perhatian, kasih sayang, semangat, kesabaran dan pengorbanan kalian yang tak ternilai untuk keberhasilan ananda.


(12)

12.Adik-Adik ku Desi Indrawati, SE., Indra Jaya, S.Kom., Enny Malini, S. IP dan Hendrawan. Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dan bantuan yang telah kalian berikan tanpa pamrih.

13.Kakak Ku ku Lina Wati, Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dan bantuan yang telah kalian berikan tanpa pamrih.

14.Saudara-saudara di dalam lingkaran kecil ku. Terima kasih untuk doa, dukungan, ilmu yang dibagikan kepada penulis dan kebersamaan selama ini..

15.Rekan-rekan di PIA angkatan 3: Mba Nani, Mba Yenny, Mba Ida, Depita, Mba Andri, Mba Tri, Suster, Mba Hara, Uum, Risa, Mba Meta, Wicak, Mba Sari, Mba Elva, Mba Diana, Pak Syafi’i, Pak Imam, Pak Deni, Mba Nia juga teman lainnya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTAK ... .... ii

ABSTRACT ... .... iii

SANWANCANA ... .... xi

DAFTAR ISI ... .... xiv

DAFTAR TABEL ... .... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... .... xvii

DAFTAR GAMBAR ... .... xviii

I. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Batasan Penelitian ... 8

II. Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Teori Sinyal ... 7

2.1.2 Hypotheses Market Efficiency ... 11

2.1.3 Studi Kandungan Informasi Atas Laba ... 11

2.2 Devinisi ... 17

2.2.1 Return Saham dan Abnormal Saham ... 17

2.2.2 Hubungan Perencanaan Pajak dengan Reaksi Pasar ... 18

2.2.3 Pengertian Pajak ... 19

2.2.4 Perencanaan Pajak ... 20

2.2.5 Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal ... 23


(14)

2.3 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ... 28

2.4 Desain Penelitian ... 31

2.5 Hipotesis ... 31

III. Metode Penelitian ... 32

3.1 Populasi dan Sampel ... 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33

3.3.1 Variabel Penelitian ... 33

3.3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

3.4 Teknik Analisis Data ……….. 38

3.4.1 Statistik Deskriptif ... 38

3.4.2 Pengujian Hipotesis ... 38

IV. Hasil Dan Pembahasan ... 41

4.1 Sampel Penelitian ... 41

4.2 Statistik Deskriptif ... 42

4.3 Pengujian Hipotesis……….. 44

4.4 Interprestasi Hasil Penelitian ... 47

V. Penutup ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Implikasi dan Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan

Keuangan Fiskal ... 24 Tabel 3.1 Periode Estimasi dan Periode Pengamatan... 38 Tabel 4.1 Sampel Penelitian...……….……... 41 Tabel 4.2 Perusahaan Yang Melakukan Perencanaan Pajak dan Perusahaan

Yang Tidak Melakukan Perencanaan Pajak…………....…... 43 Tabel 4.3 Hasil Uji-t Sampel Independen... 45


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

Judul Lampiran

Lampiran I Pedoman Dokumentasi Lampiran II Daftar Sampel Penelitian

Lampiran III Data Penjualan / Pendapatan Tahun 2010-2012 (dalam Jutaan Rupiah)

Lampiran IV Data Laba/Rugi Tahun 2010-2012 (dalam Jutaan Rupiah) Lampiran V Hasil Pengklasifikasian Perusahaan Sebagai Perusahaan

Yang Melakukan Perencanaan Pajak dan Perusahaan Yang Tidak Melakukan Perencanaan Pajak

Lampiran VI Harga Saham Pada Periode Pengamatan Lampiran VII Return Saham Pada Periode Pengamatan

Lampiran VIII Abnormal Return Saham dan Cummulative Abnormal Return Pada Periode Pengamatan

Lampiran IX Return Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman dan Tax Planning


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar

Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Fikir Fenomena Tax Planning ... 31 Gambar 4.1 Rata-rata Return Harian…… ... 44


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya berupa laporan keuangan yang dipublikasikan. Jika laporan keuangan bermanfaat, maka

komponen-komponen yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut mempunyai kandungan informasi yang akan direaksi oleh para pelaku pasar. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga saham atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2000).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ball dan Brown (1968) yang menyatakan bahwa pengumuman laporan keuangan memiliki kandungan informasi, yang reaksinya ditunjukkan dengan naiknya perdagangan saham dan variabilitas return saham pada minggu saat pengumuman laporan keuangan. Selain bermanfaat bagi investor pasar modal, laporan keuangan juga merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan manajemen atas sumberdaya pemilik (Belkaoui, 1993). Semua elemen dalam laporan keuangan pada dasarnya merupakan media yang diperlukan untuk pertanggungjawaban manajemen tersebut, tetapi, perhatian investor lebih sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut (Beattie, et al, 1994).


(19)

2

Hal ini disebabkan informasi laba atau laba historis berguna untuk mengukur efisiensi manajemen, membantu memprediksi keadaan usaha dan distribusi deviden dimasa yang akan datang, mengukur keberhasilan manajemen, serta sebagai acuan pengambilan keputusan ekonomis di masa yang akan datang (Hendriksen dan Van Breda, 1992). Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomer 1 juga menyatakan bahwa informasi laba pada umumnya

merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen serta membantu pemilik atau pihak-pihak lain untuk melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang.

Manajemen sebagai pihak internal perusahaan memiliki kepentingan melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas laba.

Wiryandari dan Yulianti (2009) menyatakan bahwa laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Semakin berkualitas laba perusahaan, maka investor semakin tertarik untuk menjadi salah satu pemilik saham perusahaan tersebut. Upaya untuk melakukan perencanaan pajak dapat dilakukan melalui posisi beban pajak, namun diyakini melalui motivasi pajak menunjukkan pertimbangan yang lebih kuat.

Scott (2003) menyatakan motivasi pajak (taxation motivation) mendorong

manajemen mempengaruhi besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan dengan cara menurunkan laba untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayar. Juga, Boatsman et al. (2002) mengungkapkan bahwa isu kebijakan pajak yang


(20)

3

kontroversial dan sering diperdebatkan adalah “keadilan” dalam menentukan total

beban pajak. Kelompok kepentingan umum (contohnya, Citizens for Tax Justice (CTJ) 1985; sering mengutip contoh beberapa perusahaan besar dan terkenal yang membayar pajak dengan jumlah sedikit atau tidak sama sekali sebagai bukti bahwa banyak perusahaan yang tidak membayar pajak yang sesuai (Boatsman et al., 2002). Chen et al. (2007) mengemukakan bahwa perencanaan pajak pada umumnya terdiri dari pilihan akuntansi yang menaikkan laba akuntansi dan agresifitas pajak dengan pilihan akuntansi untuk menurunkan laba fiskal. Kadang

kala manajemen mengurangi penggunaan teknik “bebas” perencanaan pajak yang memungkinkan menaikkan pendapatan akuntansi, tapi tidak menaikkan

pendapatan kena pajak. Atau, mengurangi penggunaan teknik “bebas”

perencanaan pajak yang mengakibatkan mengurangi pendapatan kena pajak tapi tidak pendapatan akuntansi, atau keduanya.

Perilaku manajemen di sini dicerminkan dalam menentukan posisi pajak dalam perencanaan pajak. Ada indikasi kuat, bahwa manajemen, bila terjadi perubahan tarif pajak, dalam mengelola laba yang dilaporkan untuk kepentingan pajak (Poterba et al., 2010). Semakin tinggi kesadaran manajemen dalam memahami ketentuan perpajakan makin kecil perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal sehingga hal ini meningkatkan kualitas (kandungan informasi) laba. Ada tiga pertimbangan pokok yang mendasari Pertama, perencanaan pajak cenderung dikaitkan dengan abnormal return, dengan menggunakan model tipe Jones, ada indikasi kesalahan dalam pengukuraan. Di sisi lain, Phillips et al. (2003)

menyatakan bahwa manajemen berupaya untuk mengelola kenaikan laba akuntansi tanpa meningkatkan pendapatan kena pajak, sehingga pelaksanaan


(21)

4

kebijakan manajemen untuk mengelola kenaikan laba akuntansi akan

menghasilkan perbedaan temporer antara akuntansi dengan pajak. Manajemen terlibat dalam perencanaan pajak yang bertujuan untuk meningkatkan laba akuntansi namun bukan laba kena pajak, tanpa memperhatikan laba periode sebelumnya, maka perencanaan pajak tersebut akan menyebabkan perbedaan temporer yang menghasilkan beban pajak yang lebih tinggi, sehingga tingkat beban pajak, bukan perubahan dalam beban pajak.

Beban pajak diartikan sebagai beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal (Yulianti, 2004). Beda temporer adalah perbedaan yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu berdasarkan standar akuntansi dengan peraturan perpajakan (Suandy, 2008). Dengan kata lain, beban pajak ini timbul dari proses koreksi fiskal, di mana terjadi koreksi negatif, yaitu nilai penghasilan berdasarkan akuntansi lebih tinggi dari nilai penghasilan berdasarkan pajak, serta nilai biaya berdasarkan akuntansi lebih kecil dari nilai biaya berdasarkan pajak. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat suatu indikasi manajemen lebih memprioritaskan kenaikan laba akuntansi dibandingkan kenaikan laba fiskal dan penurunan biaya akuntansi dibandingkan biaya fiskal (sama seperti pernyataan dari Phillips et al., 2003, sebelumnya).

Hal tersebut dapat dilakukan oleh manajemen, mengingat investor melihat kinerja perusahaan dari besar nilai laba akuntansi bukan dari besar laba fiskal. Poterba et al. (2010) menyatakan bahwa para eksekutif perusahaan mendukung tingkat tarif pajak badan yang lebih rendah, karena laba setelah pajak akan lebih tinggi jika


(22)

5

tarif pajak rendah. Dengan demikian, adanya penurunan tarif pajak tersebut mempengaruhi bentuk respon manajemen dalam mengelola pajak dan memberi implikasi dalam perencanaan pajak.

Tindakan perusahaan mengakui pendapatan lebih awal dan menunda biaya mengindikasikan bahwa manajemen melakukan perencanaan pajak pada laporan keuangan komersial. Semakin tingginya perencanaan pajak, maka semakin tinggi kewajiban pajak tangguhan yang diakui oleh perusahaan sebagai beban pajak tangguhan (Phillips et al., 2003). Implikasi lain dari perencanaan pajak yaitu menaikkan tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa. Wild et al. (2004) mengungkapkan bahwa semakin tinggi ukuran atas efektifitas perencanaan pajak yang diukur dengan tingkat retensi pajak, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa return on common shareholders equity (ROCE). ROCE digunakan oleh investor sebagai salah satu indikator untuk menghitung besarnya tingkat pengembalian yang diperoleh pada masa mendatang. Apabila ROCE tinggi, maka investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan, dengan harapan bisa memperoleh pengembalian (deviden) sesuai dengan ekspektasi para investor.

Suandy (2008) menjelaskan bahwa jika tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan Undang-Undang, maka perencanaan pajak di sini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur


(23)

6

pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali. Reaksi pasar terhadap perencanaan pajak akan positif jika mengisyaratkan kondisi perusahaan yang lebih baik, dan sebaliknya, pasar akan memberikan reaksi negatif jika mengisyaratkan kondisi perusahaan yang lebih buruk. Reaksi pasar ini tercermin dengan adanya abnormal return di sekitar tanggal pengumuman informasi laba. Beberapa penelitian mengenai reaksi pasar terhadap perencanaan pajak masih memberikan hasil yang berbeda-beda.

Assih (2000) mengungkapkan reaksi pasar yang diukur dengan cummulative abnormal return (CAR) antara perusahaan perencanaan pajak dengan

perusahaan bukan perencanaan pajak berbeda secara signifikan, sedangkan Salno dan Baridwan (2000) menyatakan tidak ada perbedaan return antara perusahaan perencanaan pajak dengan perusahaan bukan perencanaan pajak. Nasir dkk (2002) menyatakan tidak ada perbedaan risiko pasar antara perusahaan perencanaan pajak dengan perusahaan bukan perencanaan pajak, tetapi perencanaan pajak tersebut mempengaruhi return dan risiko pasar.

Michelson et al (1995) mengungkapkan rata-rata return perusahaan perencanaan pajak lebih rendah daripada rata-rata return perusahaan bukan perencanaan pajak. Booth et al (1996) mengindikasikan bahwa perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak unexpected returnnya lebih tinggi dari earning surprisesnya jika dibandingkan perusahaan-perusahaan yang melakukan perencanaan pajak.

Berdasarkan pemikiran di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Reaksi Pasar pada Kandungan Informasi Laba Kena Pajak


(24)

7

Perusahaan Besar di Indonesia yang Mengandung Perencanaan Pajak: Studi Efisiensi Modal Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah: apakah terdapat perbedaan reaksi pasar atas kandungan informasi laba kena pajak perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris yang menunjukkan perbedaan reaksi pasar atas kandungan informasi laba kena pajak perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak

1.3.2 Manfaat Penelitian

a). Manfaat Akademis

Penelitian dibidang perpajakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi atas kinerja manajeman perusahaan dalam melakukan manajeman perusahaan dan dalam melakukan perencanaan pajak.


(25)

8

Manfaat bagi para praktisi dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi perusahaan untuk melihat bagaimana reaksi pasar terhadap perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan

1.4. Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah hanya terkait dengan reaksi pasar atas tindakan perencanaan pajak, dan return saham tahunan yang dilakukan oleh perusahaan pada Perusahaan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(26)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal

Manajemen mempunyai informasi akurat mengenai nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal adanya peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Informasi yang disampaikan manajemen perusahaan tersebut dapat berupa laporan keuangan. Informasi laba yang dilaporkan manajemen merupakan sinyal

mengenai laba di masa yang akan datang, oleh karena itu pengguna laporan keuangan dapat membuat prediksi atas laba perusahaan dimasa yang akan datang (Assih, 2000). Jika informasi laba tersebut relevan bagi para pelaku pasar modal, maka informasi ini akan digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Akibatnya akan terjadi respon/reaksi pasar berupa perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan ke harga ekuilibrium yang baru. Harga ekuilibrium ini akan bertahan sampai ada informasi baru lainnya yang akan merubah harga saham kembali ke harga ekuilibrium yang baru (Jogiyanto, 2000).


(27)

10

Jika investor bertransaksi dalam sebuah pasar yang efisien, maka mereka dapat mendasarkan pada harga-harga yang merefleksikan berbagai rangkaian informasi, termasuk informasi laporan keuangan, dan mereka tidak harus memproses semua informasi secara langsung (Beaver, 2002).

Fama (1970) membagi efisiensi pasar ke dalam tiga bentuk utama berdasarkan informasi sebagai berikut :

1. Efisiensi pasar bentuk lemah

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh informasi masa lalu. Dengan demikian, nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang berada pada laporan keuangan perusahaan emiten.

3. Efisiensi pasar bentuk kuat

Pasar dikatakan efisien kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, termasuk informasi yang privat.

Untuk menguji apakah sinyal/informasi yang disampaikan manajemen mengandung kandungan informasi, maka dilakukan pengujian kandungan informasi untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya


(28)

11

perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto, 2000). Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika abnormal return yang timbul direaksi dan diserap pasar secara cepat untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru (Jogiyanto, 2000). Dalam penelitian ini digunakan pengujian atas efisiensi pasar bentuk setengah kuat untuk melihat kecepatan pasar atas publikasi laporan keuangan yang mengandung perencanaan pajak.

2.1.2. Hypotheses Market Efficiency

Pasar modal yang efisien adalah pasar modal yang harga sekuritasnya sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang tersedia dan bereaksi secara cepat (Hartono, 2010). Jadi ada dua hal yang harus dicermati di sini adalah secara tepat dan cepat. Cepat artinya harga berubah segera setelah informasi baru dipublikasikan di pasar. Tepat artinya bahwa reaksi pasar menyesuaikan dengan kandungan informasi yang ada di dalam laporan keuangannya. Hal ini menandakan bahwa pelaku pasar tidak naif dan dapat memahami kecurangan di dalam laporan keuangan.

2.1.3 Studi Kandungan Informasi atas Laba

Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, serta untuk menaksir risiko dalam berinvestasi (Sugiarto, 2003). Studi kandungan informasi atas laba

menekankan pada kontribusi informasi marjinal dari sinyal akuntansi pada penentuan perilaku return sekuritas. Pendekatan yang digunakan adalah menguji


(29)

12

apakah pengumuman suatu peristiwa mengakibatkan perubahan dalam karakteristik distribusi return saham (Belkaoui, 2000). Pengujian kandungan informasi laba juga bertujuan untuk melihat reaksi pasar atas pengumuman laba perusahan tertentu. Hal ini termasuk dalam kajian studi peristiwa yang bertujuan untuk menganalisa abnormal return sekuritas di sekitar pengumuman suatu peristiwa (Jogiyanto,2000).

Fairfield (1996) mengungkapkan korelasi antara laba dan contemporaneousstock return serta korelasi antara laba dan kinerja masa depan lebih tinggi dibandingkan korelasi antara arus kas operasi dengan kedua variabel tersebut. Peningkatan kandungan informasi laba tersebut timbul karena penggunaan accrual mengurangi masalah timing dan missmatching yang timbul dalam pengukuran arus kas dalam interval pendek.

Beaver (1968) juga menyatakan bahwa hubungan antara keuntungan saham dengan laba lebih tinggi daripada hubungan antara keuntungan saham dengan arus kas operasi. Ball dan Brown (1968) menguji manfaat angka laba akuntansi dengan menguji kandungan informasi dan ketepatan waktu dari angka laba akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi yang terkandung dalam angka laba akuntansi tersebut mengandung informasi, yang ditunjukkan dengan adanya reaksi pasar jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba harapan investor. Reaksi pasar tersebut tercermin dalam pergerakan harga saham di sekitar tanggal pengumuman. Harga saham akan cenderung naik jika laba sesuai harapan dan harga saham akan cenderung turun jika laba yang dilaporkan lebih kecil dari harapan.


(30)

13

Menurut Beaver (1968), bila pengumuman laba tahunan mengandung informasi, variabilitas perubahan harga saham akan nampak lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan. Hal ini disebabkan terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham selama periode pengumuman. Hasil penelitiannya tersebut memberi bukti adanya

perubahan perilaku harga dan volume saham disekitar tanggal pengumuman, serta mengindikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk menilai perusahaan.

Laporan keuangan merupakan bahasa bisnis sebagai alat komunikasi oleh pihak internal yaitu manajemen dengan pihak eksternal seperti kreditur, investor, dan pemerintah. Seluruh bagian laporan keuangan seperti laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas atau perubahan laba ditahan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan perusahaan merupakan bagian penting dari laporan keuangan perusahaan. Salah satu yang menjadi fokus perhatian pihak-pihak eksternal adalah pada laba yang terdapat pada laporan laba-rugi. Informasi tentang laba beserta komponen–komponennya yang telah menjadi fokus perhatian oleh pihak-pihak eksternal didasarkan pada accrual basis. Dasar ini secara umum menyediakan indikasi yang lebih baik tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang menguntungkan dibandingkan dengan informasi yang disusun hanya terbatas pada penerimaan dan pengeluaran kas. FASB (1987) menyatakan bahwa laporan keuangan diharapkan menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan dan bagaimana manajemen perusahaan melaksanakan tanggungjawab stewardship sebagaimana yang dibebankan oleh pemilik. Laporan keuangan tidak dirancang untuk mengukur nilai suatu


(31)

14

perusahaan secara langsung tetapi informasi yang disediakan itu dimaksudkan untuk mengestimasi nilai perusahaan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.

Pengujian kandungan informasi atas laba yang dimaksud pada penelitian ini adalah untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya

perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi (Jogiyanto, 2000).

Foster dalam Khafid (2002) menyebutkan bahwa pengumuman yang berhubungan dengan laba merupakan salah satu pengumuman yang dapat mempengaruhi harga sekuritas/saham. Pengumuman–pengumuman ini bisa berupa: laporan tahunan awal, laporan tahunan detail, laporan interim, laporan perubahan metode-metode akuntansi, dan laporan auditor. Pendapat Foster ini menjadi dasar dari penelitian ini, untuk melihat reaksi pasar atas pengumuman laba (melalui laporan keuangan khususnya laporan laba rugi) baik yang dilakukan oleh perusahaan yang

melakukan perencanaan pajak maupun perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak. Pengumuman–pengumuman lain yang dapat mempengaruhi harga saham antara lain: pengumuman peramalan oleh pejabat perusahaan,


(32)

15

pengumuman deviden (distribusi kas, distribusi saham), pengumuman pendanaan (pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas, pengumuman yang

berhubungan dengan hutang, pemecahan saham, pembelian kembali saham), pengumuman yang berhubungan dengan pemerintah, pengumuman investasi, pengumuman ketenagakerjaan, pengumuman merjer–ambilalih–diversifikasi.

Dari beberapa penelitian tentang kandungan informasi laporan keuangan terdapat penelitian yang menguji hubungan antara laba dengan return yang didasarkan pada anggapan bahwa laba bermanfaat bagi investor. Ball dan Brown dalam Khafid (2002) menduga manfaat keberadaan angka laba akuntansi dengan

menguji kandungan informasi dan ketepatan waktu dari angka laba tersebut. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa informasi yang terkandung dalam angka akuntansi adalah berguna, maka pasar bereaksi yang tercermin dalam pergerakan harga saham di sekitar tanggal pengumuman laba.

Beaver dalam Khafid (2002) menyebutkan bahwa bila pengumuman laba tahunan mengandung informasi, variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan karena terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham saat itu selama periode pengumuman. Hasil penelitiannya memberi bukti bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman mengindikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk penilaian perusahaan. Dalam hubungannya dengan kandungan informasi laba perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan tidak melakukan perencanaan pajak.


(33)

16

Assih (2000) yang melakukan penelitian di Indonesia, menemukan bukti yang cukup bahwa rata–rata cummulative abnormal return sekitar pengumuman informasi laba untuk kelompok perusahaan yang melakukan perencanaan pajak tidak signifikan dan untuk kelompok perusahaan yang tidak melakukan

perencanaan pajak adalah signifikan. Sedangkan cummulative abnormal return antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak berbeda secara signifikan. Hasil penelitian Assih (2000) tersebut dapat dianalisis lebih lanjut, jika perusahaan berstatus sebagai perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak, maka investor telah memiliki prediksi laba yang relatif tepat sesuai dengan laba yang sebenarnya terjadi, dengan kata lain antara laba harapan dan laba yang sesungguhnya relatif sama.

Di sisi lain, pada perusahaan yang berstatus sebagai perusahaan yang melakukan perencanaan pajak, maka laba periode sekarang tidak mampu untuk diprediksi secara tepat berdasarkan laba periode sebelumnya. Akibatnya bisa terjadi

perbedaan antara laba harapan dengan laba yang sesungguhnya. Hal tersebut yang menyebabkan pada perusahaan yang berstatus sebagai perusahaan yang

melakukan perencanaan pajak, terdapat reaksi pasar yang tercermin dalam cummulative abnormal return pada pengumuman laba. Hal ini sesuai dengan pendapat Beaver dalam Khafid (2002) yang menyebutkan bahwa variabilitas perubahan harga akan nampak lebih besar pada saat laba diumumkan daripada saat lain selama tahun yang bersangkutan karena terdapat perubahan dalam keseimbangan nilai harga saham saat itu selama periode pengumuman.


(34)

17

2.2 Devinisi

2.2.1 Return Saham dan Abnormal Return Saham

Reaksi pasar atas informasi yang disampaikan oleh perusahaan ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman laba yang mempunyai kandungan informasi laba akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi laba tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar (Jogiyanto, 2000).

Abnormal return atau excess return merupakan selisih return yang

sesungguhnya terjadi dengan return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2000). Return tidak normal (abnormal return), yang merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return

ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya.

Return ekspektasi dihitung dengan menggunakan model pasar (market model). Sebenarnya terdapat beberapa model untuk menghitung return ekspektasi, tetapi dalam penelitian ini perhitungan return ekspektasi dilakukan dengan

menggunakan model pasar karena dalam kenyataannya sekuritas berkovari atau berkorelasi satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, model pasar dianggap


(35)

18

lebih realistis untuk menghitung return ekspektasi (Jogiyanto, 2000). Perhitungan return ekspektasi tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

(a) Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi. Model ekspektasi dibentuk dengan menggunakan ordinary least square

(b) Menggunakan model ekspektasi yang telah diperoleh untuk mengestimasikan return ekspektasi di periode jendela (event window) Abnormal return

kemudian dihitung dengan cara mengurangi return sesungguhnya pada periode jendela/ periode peristiwa dengan return ekspektasi pada periode jendela/periode peristiwa.

2.2.2 Hubungan Perencanaan Pajak dengan Reaksi Pasar

Para investor harus bereaksi secara cepat terhadap informasi baru untuk mendapat keuntungan dari berita-berita yang diinginkan atau untuk mengurangi kerugian akibat berita-berita yang tidak diinginkan. Teori psikologi kognitif menjelaskan mengenai reaksi masyarakat terhadap informasi atau peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Menurut teori tersebut, masyarakat secara umum cenderung untuk bereaksi terlalu berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa yang luar biasa serta cenderung untuk bereaksi lebih kuat terhadap informasi terbaru dan mengabaikan informasi yang lebih lama (FJ Fabozzi, 1995).

Sehubungan dengan reaksi masyarakat tersebut, khususnya reaksi investor, FJ Fabozzi (1995) menyatakan hipotesis reaksi yang berlebihan, yaitu ketika terdapat berita-berita tidak terduga yang menguntungkan saham suatu perusahaan, para investor akan memberikan reaksi terhadap berita tersebut. Reaksi tersebut


(36)

19

menyebabkan terjadinya peningkatan harga saham yang lebih besar daripada yang seharusnya diberikan informasi tersebut, sehingga akan diikuti koreksi berupa penurunan harga saham. Sebaliknya, reaksi yang berlebih terhadap berita-berita tidak diantisipasi yang mempunyai dampak merugikan ekonomi suatu perusahaan, akan memaksa harga saham turun terlalu jauh dan akan diikuti koreksi yang akan menaikkan harga saham. Reaksi yang berlebihan dari para investor tersebut akan menghasilkan suatu pengembalian abnormal (abnormal return), yang merupakan perbedaan antara pengembalian aktual dan pengembalian yang diharapkan dalam suatu investasi (FJ Fabozzi, 1995).

Penelitian Ball & Brown tahun 1968 juga menyatakan harga saham akan cenderung naik jika laba sesuai harapan dan harga saham akan cenderung turun jika laba yang dilaporkan lebih kecil dari harapan. Pengumuman laba yang mempunyai kandungan informasi laba akan memicu timbulnya reaksi pasar berupa return / abnormal return. Karena tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, informasi laba yang mengandung perencanaan laba dianggap tidak akurat, sehingga mempunyai kandungan informasi yang lebih rendah daripada informasi laba yang tidak mengandung perencanaan pajak. Dengan demikian, reaksi pasar terhadap pengumuman laba yang mengandung

perencanaan pajak juga akan lebih rendah, sehingga return atau abnormal return yang timbul juga akan lebih kecil.

2.2.3 Pengertian Pajak

Ada beberapa pengertian atau definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Pudyatmoko (2006) mengemukakan definisi pajak menurut para ahli antara lain:


(37)

20

Soemitro (2003) Mengatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Lebih lanjut Soemitro (2003) menjelaskan bahwa bila hutang pajak itu tidak dibayar, hutang itu dapat ditagih dengan kekerasan seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan. Terhadap

pembayaran pajak itu tidak dapat ditunjukkan adanya jasa timbal tertentu seperti halnya di dalam retribusi. Pengertian diatas kemudian dikoreksinya sendiri. Soemitro (2004) merubah definisi tersebut menjadi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.”

Menurut Brotodiharjo (2003) pajak adalah sebagai berikut Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh orang yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

2.2.4 Perencanaan pajak

Perencanaan pajak merupakan tindakan perusahaan untuk menata berapa besar pajak yang akan perusahaan bayar ke negara melalui beberapa tindakan yang tidak bertentangan dengan hukum negara. Karena, jika tindakan menata nilai pajak yang harus dibayat tersebut menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan


(38)

21

hukum atau peraturan negara, maka tindakan tersebut disebut pelanggaran pajak(tax avoidance) Untuk dapat meminimalisasi kewajiban pajak, perusahaan dapat melakukan berbagai cara.

Cara yang dapat dilakukan itu dapat dalam bentuk tindakan yang memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful), seperti tax avoidance dan tax evasion.Perencanaan pajak dimulai dengan melakukan identifikasi untuk meyakinkan apakah suatu transaksi atau kejadian mempunyai dampak terhadap perpajakan. Apabila transaksi tersebut mempunyai dampak terhadap nilai pajak, perusahaan akan mengupayakan nilai transaksi itu untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah berupaya apakah pembayaran pajak transaksi tersebut dapat ditunda (http://konsultanpajak-aaa.com/pajak-%20perencanaan.htm).

Tax planning merupakan langkah awal manajemen pajak. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Menurut Zain (2007) pengertian tax planning adalah tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekananya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi. Tax planning


(39)

22

merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup perpajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakaan.

Pardiato (2009) menjelaskan bahwa tax planning adalah usaha memperkecil pembayaran pajak atau menunda pembayaran pajak ke tahun-tahun berikutnya tanpa melanggar ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulakan bahwa tax planning adalah upaya Wajib Pajak untuk meminimalkan pajak yang terutang melalui skema yang memang telah jelas diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan sifatnya tidak menimbulkan dispute antara Wajib Pajak dan otoritas pajak.

Tujuan dari perencanaan pajak secara khusus dapat diuraikan sebagaimana pendapat Mangoting (2009), yaitu sebagai berikut :

1. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali.

2. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan. 3. Menunda pengakuan penghasilan.

4. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain.

5. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru.

6. Menghindari pengenaan pajak ganda.

7. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak.

Sedangkan menurut Suandy (2006) jika tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan pembuat


(40)

23

undang-undang, maka perencanaan pajak di sini sama dengan tax avoidance

karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali. Apabila penerapan tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan benar, hal tersebut akan memberikan manfaat bagi perusahaan yang diantaranya, adalah:

1) Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat diminimalisasi dala proses operasional perusahaan

2) Mengatur aliran kas, dengan perencanaan pajak yang dikelola secara hemat, perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi kebutuhan kas untuk membayar pajak dan menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang mengakibatkan denda atau sanksi.

2.2.5 Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal

Perbedaan antara standar akuntansi dengan ketentuan pajak mengharuskan manajemen untuk menyusun dua macam laporan laba rugi pada setiap akhir periode, laporan laba rugi komersial dan laporan laba rugi fiskal. Laporan laba rugi komersial merupakan pelaporan laba yang dibuat berdasarkan standar

akuntansi keuangan dan menghasilkan laba bersih sebelum pajak (laba akuntansi), sedangkan laporan laba rugi fiskal dibuat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal.


(41)

24

Menurut Zain (2008) perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, tahun pajak atau tahun buku, metode akuntansi yang digunakan dan konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada standar akuntansi keuangan. Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba (rugi) suatu entitas yang ada akhirnya akan menimbulkan jumlah laba yang berbeda antara laba akuntansi dengan laba fiskal atau yang dikenal dengan istilah book tax differences.

Poernomo (2008) mengungkapkan bahwa terdapat hal-hal yang membedakan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal

Komersial Fiskal

Berdasar pada Standar Akuntansi Keuangan yang dirumuskan IAI

Berdasar pada peraturan perpajakan yang ditetapkan oleh badan legislatif dan eksekutif

Tujuan akuntansi komersial adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan

Tujuan pembukuan adalah agar wajib pajak dapat menghitung besarnya pajak yang terutang

Laporan laba rugi komersial

merupakan penandingan pendapatan dengan biaya

Laporan laba rugi merupakan penandingan objek pajak dengan pengurang penghasilan bruto Menganut prinsip konsistensi. Apabila

terjadi perubahan harus melaporkan akibat perubahan dalam laporan keuangan

Menganut prinsip taat asas (konsisten). Apabila terjadi perubahan harus

mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak dan melaporkan akibat perubahan tersebut


(42)

25

Menggunakan stelsel akrual Menggunakan stelsel akrual atau stelsel kas dengan memperhatikan ketentuan pasal 28 UU KUP Menganut prinsip konservatif dalam

cadangan (penyisihan) misal, penyisihan piutang tidak tertagih, penyisihan utang garansi, penyisihan harga pasar, dsb

Tidak menganut prinsip konservatif, kecuali dalam hal penyisihan

cadangan

piutang tak tertagih pada usaha bank dan sewa guna usaha, hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan (pasal 9 ayat (1) huruf c UU No.36 tahun 2008

Menganut biaya historis Menganut biaya historis dengan memperhatikan harga pertukaran yang objektif

Subtansi mengalahkan bentuk formal Substansi mengalahkan bentuk formal, tetapi dalam beberapa kasus, bentuk formal mengalahkan substansi Jika terdapat pelanggaran tidak ada

sanksi tetapi mempengaruhi opini akuntan publik

Jika terdapat pelanggaran dapat dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana Sumber : Poernomo, Modul Akuntansi Pajak, diolah.

Peraturan pajak yang berlaku di Indonesia mengharuskan laporan laba rugi fiskal dihitung berdasarkan, metode akuntansi yang digunakan perusahaan dalam menghitung laba akuntansi, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan

pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut. Untuk menentukan besarnya laba rugi fiskal, perusahaan melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal melalui perbedaan permanen dan perbedaan temporer atau oreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif (Zain, 2008).

Penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau biaya yang termasuk koreksi fiskal positif adalah penghasilan yang menurut fiskal akan bertambah dan atau biaya yang berkurang menurut fiskal atau dengan kata lain koreksi fiskal


(43)

26

positif adalah koreksi yang akan menyebabkan laba fiskal bertambah. Di sisi lain, penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau biaya yang termasuk koreksi fiskal negatif adalah penghasilan yang menurut fiskal akan berkurang dan atau biaya yang bertambah menurut fiskal atau dengan kata lain koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang akan menyebabkan laba fiskal berkurang.

Perbedaan permanen timbul karena adanya pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, sedangkan perbedaan temporer timbul akibat adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Perbedaan permanen dan perbedaan temporer inilah yang merupakan pembentuk book tax differences. Hal itu

dikarenakan kedua komponen tersebut merupakan penyebab timbulnya perbedaan antara laba akuntansi atau penghasilan sebelum pajak dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak yang menjadi dasar pengenaan pajak.

2.2.6 Pertumbuhan Laba

Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut IAI dalam Chariri dan Ghozali (2007) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi peranan


(44)

27

modal. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya.

Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak didefinisikan tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang (Chariri dan Gozali, 2007). Belkaoui dalam Chariri dan

Ghozali (2007) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi

2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu.

3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu. 5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan

dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Laba menunjukkan kinerja perusahaan yang berasal dari aktivitas operasionalnya Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan laporan keuangan bertujuan untuk


(45)

28

Menurut Chariri dan Ghozali (2007) informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan, Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian

a. Sebagai pengukur prestasi manajemen

b. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

c. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara d. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus

e. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan f. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran

g. Sebagai dasar pembagian dividen

Pertumbuhan laba merupakan perubahan laba yang dihasilkan oleh perusahaan dari periode ke periode. Pertumbuhan laba ini dapat dijadikan dasar oleh para stakeholder untuk pengambilan keputusan. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode berjalan dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.

2.3 Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Michelson et al (1995) menyatakan rata-rata return tahunan untuk perusahaan yang melakukan perencanaan pajak akan lebih rendah dari perusahaan yang tidak melakukan perencana pajak. Salno (1999) menggunakan sampel perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan menyatakan terdapat perbedaan return antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak. Nasir dkk (2000) juga menyatakan bahwa


(46)

29

(2000) mengindikasikan bahwa di sekitar tanggal pengumuman laba, cummulative abnormal return (CAR) untuk perusahaan perencanaan pajak lebih rendah dari perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak dan perbedaannya tersebut signifikan.

Banyak penelitian yang telah melakukan riset di bidang ini. Cloyd, Pratt and Stott (1997) telah menjelaskan dalam papernya bahwa pertimbangkan atas pajak yang akan dibayar ke negara merupakan salah satu alasan bagi perusahaan dalam memutuskan dan memiliki metoda akuntansi yang akan menghasilkan laporan keuangan perusahaan. Mereka mengajukan sebuah dugaan bahwa manajemen mungkin memilih metode akuntansi yang bertentangan dengan nilai pajak, selama tetap sesuai dengan perlakuan yang diizinkan perpajakan. Upaya perusahaan ini mereka sebut upaya untuk meningkatkan penghematan pajak dan juga menjaga cash flow perusahaan.

Dengan menggunakan sampel besar dari perusahaan di U.S. untuk periode 1995-2008, Kim, Li, and Zhang (2010) menganalisis masalah penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan di Amerika Serikat. Kim et al. (2010) menemukan adanya hubungan yang positif antara penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan dengan resiko jatuhnya harga saham perusahaan. Penghindaran pajak adalah berita buruk (bad news) bagi pelaku pasar dan konsekuensinya perusahaan harus menerima apa yang telah diprediksi oleh teori. Penelitian Kim et al.menarik karena mereka melakukan pengujian moderasi dengan menggunakan mekanisme pemantauan pihak eksternal yang telah melemahkan hubungan positif antara penghidaran pajak dengan resiko kejatuhan harga saham.


(47)

30

Ayers, Jiang and Laplante (2009) menjelaskan temuan penelitian mereka bahwa kandungan informasi laba pada perusahaan yang melakukan high tax-planning (perencanaan pajak yang tinggi) relatif menurun dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan perencanaan pajak yang rendah. Penjelasan ini didukung dengan temuan bahwa perencanaan pajak akan menghasilkan laba kena pajak yang tidak sesuai dengan persepsi pasar atas kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena angka-angka yang akan menghasilkan laba kena pajak cenderung tidak

terdistribusi dengan baik. Mereka juga menemukan bahwa laba kena pajak yang diestimasi perusahaan-perusahaan yang melakukan perencanaan pajak terlihat diperoleh dengan cara melakukan abnormal akrual yang lebih tinggi

dibandingkan dengan yang tidak melakukan perencanaan pajak.

Penelitian Chen, Dhaliwal and Trombley (2007) menggunakan studi yang dilakukan Hanlon, Laplante and Shevlin (2006) sebagai penelitian acuan dalam penelitian mereka. Hanlon et al. (2006) menemukan bahwa walaupun laba buku perusahaan terlihat lebih besar memberikan penjelasan pada return saham, mereka menemukan bahwa perencanaan pajak dan kualitas laba berperngaruh pada

kualitas informasi laba buku perusahaan, termasuk laba kena pajak. Chen et al (2007) juga menguji penataan laba yang dilakukan perusahaan ketika mereka melakukan perencanaan pajak.


(48)

31

2.4. Desain Penelitian

2.5 Hipotesis

Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang dibangun pada penelitian ini adalah:

H 1 : Terdapat perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dengan yang tidak melakukan perencanaan pajak.

Tax planning

High abnormal accrual

Low abnormal accrual

High tax planning

Low tax planning

Negative market reaction

Fair market reaction Lowinformation

content of taxable earnings

Fair informaton content of taxable earnings


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kriteria-kriteria

tertentu sebagai berikut :

a. Ketersediaan data laporan keuangan periode 31 Desember 2010-2012 b. Selama periode estimasi dan periode pengamatan tidak pernah melakukan

corporate action (pembagian deviden, pemecahan harga saham, merger). c. Saham perusahaan aktif diperdagangkan selama periode estimasi dan

periode pengamatan.

d. Tersedia data mengenai harga saham selama periode estimasi dan pengamatan.

e. Tersedia data mengenai tanggal pengumuman laba periode 31 Desember 2010-2012.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dan sekunder, yaitu data harga saham dan laporan keuangan tahunan perusahaan


(50)

33

saham yang dipakai adalah return saham. Data akuntansi yang dipakai meliputi, penjualan bersih dan laba bersih setelah pajak. Data saham dan dokumen lainnya dengan metode dokumentasi untuk mengumpulkannya. Data penelitian meliputi data perusahaan besar di Indonesia yang mencakup periode tahun. Data-data tersebut diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), Indonesia Capital Market Directory, Annual Report dan homepage BEI. Penelitian ini menggunakan data dari BEI karena merupakan bursa terbesar dan representatif di Indonesia. Sedangkan data tanggal publikasi laporan keuangan diperoleh dari media masa (Bisnis Indonesia) dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM).

Tahun amatan periode 2010-2012 adalah tahun yang relatif stabil dalam perekonomian dan politik Indonesia sehingga diharapkan tidak memiliki

counfounding effect external yang tinggi, walaupun secara internal mungkin ada beberapa kejadian khusus yang dapat mempengaruhi reaksi pasar terhadap perusahaan.

3.3 Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, (2008). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi:


(51)

34

a. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen Sugiyono, (2008). Adapun variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari: Perencanaan Pajak

b. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono, (2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Reaksi Pasar

3.3.2 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Untuk menguji hipotesis yang ada terdapat variabel perencanaan pajak dan reaksi pasar. Operasionalisasi dari kedua variabel tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Perencanaan Pajak

Untuk menentukan perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak, diklasifikasikan yang bernilai nol (0) untuk perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan nilai satu (1) untuk perusahaan yang tidak melakukan perencaan pajak. Sehingga untuk pengelompokan perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak digunakan model Eckel (1981). Untuk dapat menggunakan model tersebut, maka digunakan rumus sebagai berikut :


(52)

35

Keterangan :

∆I = Perubahan laba dalam satu periode

∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Dalam hal ini, nilai yang diharapkan menggunakan nilai rata-rata.

Jadi,

CV ∆I = Koefisien variasi untuk perubahan laba

CV ∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan. CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung sebagai berikut:

∑(∆X - ∆X)2

CV ∆I dan CV ∆S = / ∆X n-1

Dimana ∆X merupakan perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun dengan n-1; dan n merupakan banyaknya tahun yang diamati. Laba (I) yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih setelah pajak (LBSP). Laba bersih setelah pajak (LBSP) dipilih mengacu pada alasan bahwa, return yang diperoleh investor atas investasi sahamnya didasarkan pada laba bersih setelah pajak ini yang mengandung perencanaan pajak atau adanya perusahaan yang melakukan perencanaan pajak ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu (<1)

Menurut Ashari (1994) indeks Eckel dikembangkan secara spesifik sebagai pengukuran dikotomus dari perencanaan pajak. Penggunaan indeks Eckel untuk mengetahui status perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak, ini didasari alasan yang telah dikemukakan oleh Ashari (1994) yaitu:


(53)

36

1) Mengukur terjadinya perencanaan pajak dengan asumsi apabila terjadi kenaikan penjualan/pendapatan sejumlah tertentu maka akan

meningkatkan laba dengan jumlah tertentu pula namun apabila peningkatan penjualan/pendapatan tidak diiringi dengan adanya

peningkatan laba maka dapat diasumsikan perusahaan tersebut melakukan perencanaan pajak

2) Obyektif dan berdasarkan pada statistik dengan pemisahan yang jelas antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak,

3) Mengukur terjadinya perencanaan pajak tanpa memaksakan prediksi pendapatan, pembuatan model dari laba yang diharapkan, pengujian biaya atau pertimbangan yang subyektif,

4) Mengukur perencanaan pajak dengan menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel perencanaan pajak yang potensial dan menyelidiki pola dari perilaku perencanaan pajak selama periode waktu tertentu.

Pertumbuhan laba dan pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi laba dan penjualan dari tahun ke tahun, apakah pertumbuhan nya berlangsung secara positif atau negatif. Jika pertumbuhan positif dapat mengidentifikasikan bahwa kinerja perusahaan tahun ini mengalami peningkatan, tetapi jika pertumbuhan negatif maka kinerja perusahaan mengalami penurunan. Dividend payout digunakan untuk mengetahui seberapa besar laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada penanam modal. Sedangakan return saham digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih perusahaan.


(54)

37

2. Variabel Reaksi Pasar

Variabel reaksi pasar diukur menggunakan return saham yang dihitung pada saat periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa, untuk pengumuman laba periode jendela yang digunakan umumnya adalah 3 hari yaitu tiga hari sebelum, hari peristiwanya, dan tiga hari

sesudahnya (Jogiyanto 2000). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu periode pengamatan (tiga hari setelah pengumuman laba dan satu hari sebelum) karena penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya suatu reaksi atas pengumuman laba, bukan untuk menguji kecepatan reaksi. Return saham merupakan perhitungan dari harga saham tahun sekarang dikurang dengan harga saham tahun sebelumnya dan dibagi harga saham tahun sebelumnya. Secara matematis, uraian tentang perhitungan return saham diatas dapat ditulis sebagai berikut:

HSt– HS t-1

Rit =

HS t-1

Keterangan :

Rit = return saham I pada hari t,

HSt = Harga saham pada tahun sekarang HS t-1 = Harga saham pada tahun sebelumnya

Perhitungan abnormal return diperoleh dari selisih antara return untuk saham i pada hari t dengan return yang diekspektasi (diharapkan) dari saham tersebut. Return yang diekspektasi (diharapkan) dalam penelitian ini dihitung

berdasarkan pada mean-adjusted model. Peneliti memilih mean-adjusted model dalam menetapkan return yang diekspektasi (diharapkan) karena model


(55)

38

ini relatif lebih sederhana sehingga peneliti bisa relatif lebih cermat dan teliti dalam mengamati data ini. Secara matematis, uraian tentang perhitungan abnormal return diatas dapat ditulis sebagai berikut:

Ait= Rit - ERit Keterangan :

Ait = abnormal return untuk saham I pada hari t, Rit = return saham I pada hari t,

ERit = return yang diekspektasi (diharapkan) untuk saham i.

Agar diperoleh kejelasan mengenai lama periode estimasi dan lama periode pengamatan dalam penelitian ini, peneliti mencoba memperjelas keterangan di atas dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Tabel 3.1. Periode Estimasi dan Periode Pengamatan -30 sampai dengan -1 0 +1 +2 +3

Periode Estimasi Periode Pengamatan Sumber : data sekunder diolah, 2014.

Keterangan : 0 adalah tanggal pengumuman laba, yang di tentukan melalui tanggal diserahkannya laporan keuangan oleh perusahaan ke Bursa Efek Indonesia.

3.4 Teknik Analisis Data

Data penelitian dianalisis dan diuji dengan uji beda independent statistik yang terdiri dari statistik deskriptif dan uji statistik untuk pengujian hipotesis.


(56)

39

3.4.1 Statistik Deskriptif

Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel. Peneliti menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata – rata, deviasi standar, minimum, dan maksimum. Juga digunakan grafik untuk memperjelas penampilan perkembangan dari variabel yang di teliti.

3.4.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis akan melihat apakah terdapat perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dengan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak. Teknik statistik yang digunakan adalah

menggunakan uji beda T-Test. Dengan membentuk variabel independen untuk status perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dengan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak dan variabel dependent reaksi pasar yang diproksikan dengan return saham sebelum tanggal pengumuman dan return saham setelah tanggal pengumuman, bernilai nol (0) untuk perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan nilai satu (1) untuk perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak. Sedangkan nilai koefisien yang signifikan menunjukan bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar antara perusahaan yang

melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak.

Untuk mengetahui apakah reaksi pasar bagi perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak lebih kuat di bandingkan dengan dengan reaksi pasar bagi perusahaan yang melakukan perencanaan pajak, maka dilakukan dengan membandingkan rata-rata return saham antara perusahaan yang melakukan


(57)

40

perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak. Rata-rata return saham yang lebih besar menunjukan reaksi pasar yang kuat. Pengujian ini dilakukan dengan t-tes sampel independen. Secara rinci, untuk menguji hipotesis, dilakukan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak dengan menggunakan indek Eckel untuk laba operasi dan laba setelah pajak

2. Menghitung return yang diekspektasi dengan periode 1 hari menjelang pengumuman laba dan 3 hari setelah pengumuman laba

3. Menghitung return yang sesungguhnya, abnormal return, dengan periode pengamatan setelah pengumuman laba.

4. Menguji beda rata–rata return saham antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak untuk mengetahui perbedaan reaksi pasar dari kedua kelompok tersebut mana yang lebih kuat.


(58)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Secara umum, penelitian ini menguji perbedaan reaksi pasar terhadap perencanaan pajak pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dipaparkan pada Bab IV, maka peneliti dapat

menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pasar memberikan reaksi positif yang lebih tinggi terhadap perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak sementara untuk perusahaan yang melakukan perencanaan pajak pasar bereaksi positif namun tidak sebesar untuk perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak 2. Pasar modal di Indonesia cukup efisien dalam bereaksi terhadap informasi

laba khususnya laba kena pajak perusahaan yang mengandung perencanaan pajak

Temuan penelitian ini menunjukkan arah yang sejalan dengan teori Signaling bahwa informasi laba yang diberikan oleh perusahaan menjadi makna yang akan direspon oleh pasar

5.2 Implikasi Dan Saran

1. Informasi (publikasi laporan keuangan) yang diberikan oleh pasar modal (BEI) kepada masyarakat seharusnya lebih transparan dan cepat, hal ini di maksudkan agar perilaku pasar modal seperti investor dapat segera


(59)

51

mengantisipasi informasi yang diberikan dalam melakukan keputusan investasi.

2. Reaksi investor dari suatu peristiwa dapat terlihat dari pengujian kandungan informasi laba. Jika peristiwa mengandung informasi laba maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu berita peristiwa tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang bersangkutan. Pengambilan keputusan investasi dalam saham memerlukan pertimbangan-pertimbangan, perhitungan-perhitungan, dari analisis yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang

diinvestasikan serta keuntungan yang diharapkan oleh investor. Calon investor harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang menjual sahamnya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis informasi laba yang relevan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Assih, Prihat., dan M. Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Januari, Hal 35-53

Ball, Ray and Philip Brown. 1968. “An Empirical Evaluation of Accounting income Number”. Journal of Accounting Research. Vol 6

Beaver, William H. 1968. “The Information Content of Annual Earnings

Announcement.” Journal of Accounting Research. pp.67-92

Beaver, William H. 2002. “Perspective on Recent Capital Market Research”. The Accounting Review. pp. 453-474

Brotodihardjo, R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT. Refika Aditama.

Belkaoui, Ahmed R. 2000. Accounting Theory. Thomson Learning.

Chen, Linda H., Dan S. Dhaliwal, and Mark A. Trombley. 2007. The Impact of Earnings management and Tax Planning on the Information Content of Earnings. Eller College of Management, University of Arizona, Tucson, Arizona. http://ssrn.com/abstract=1028808

Dhaliwal, Dan S., Micah Frankel, and Robert Trezervant. 1994. “The Taxable and

Book Income Motivation for LIFO Layer Liquidation”. Journal of Accounting Research. Autumn. pp 278-287

Foster., dan C.W. Park. 2000. “Smoothing Income in Anticipation of Future

Earning”. Journal of Accounting and Economics. Vol 23, July. pp.115-140 Fama, E.F. 1970. “Efficient Capital Market: A Review of Theory and Empirical

Work”. Journal of Finance. Vol 25. pp. 383-417

Fairfield, Marilyn and Kenneth R. 1996. “Attitudes of Student and Accounting

Practitioners Concerning the Ethical Acceptibility of Earning Management”,

Journal of Business Ethics. Vol 14. pp. 433-444

Fabozzi, Frank J. 1995. Manajemen Investasi. Prentice-Hall, Inc Fudenberg, Drew

and Jean Tirole. 1995. “A Theory of Income and Devidend Smoothing

Based on Incumbency Rates”. Journal of Political Economy. February. pp. 75-93.


(61)

Hartono, , (2010), Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Hanlon, M., S. Kelley Laplante and T. Shevlin. 2006. Evidence on the possible information loss of conforming book income and taxable income." Journal of Law and Economics Vol. XLVIII: 407-442.

Imam Ghozali, 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Jogiyanto, H.M. 2000. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi 2. BPFE, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Jiang, Michael C., and Laplante, Willian H. 2009. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics Vol. 3, No. 4: 305-360.

Kim, Jeong-Bon , Li, Yinghua, and Zhang, Liandong. 2010. Corporate Tax Avoidance and Stock Price Crash Risk: Firm-Level Analysis. http://ssrn.com/abstract=1649679

Michelson, S.E., J.J. Wagner and C.W. Wootton. 1995. “ A Market Based Analysis of Income Smoothing”. Journal of Business Finance and Accounting. December. pp. 1179-1193

Mangoting, Djoko. 2009. Akuntansi Pajak. ANDI. Yogyakarta

Pudyatmoko Ainun., dan Jogiyanto Hartono. 2006. “The Effect Antitrust Investigation on The Management of Earnings: A Further Empirical Test of Political Hypotheses”. Kelola. pp 125-141

Poernomo, (2008), “Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan

Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas”, Simposium

Nasional Akuntansi IX, Padang.

Pardianto. 2009. Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan.Skripsi.Universitas Widyatama. Bandung

Nasir, M., Arifin dan A. Suzanti. 2002. “Analisa Pengaruh Perataan Laba terhadap Risiko Pasar Saham dan Return Saham Perusahaan-Perusahaan

Publik di Bursa Efek Jakarta”. Kompak. Mei. pp 139-157 Suandy, Early.2006. Perpajakan . Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Soemitro, Rochmat. 2003. Pajak dan Pembangunan. Bandung: PT. Eresco

Sugiarto, S. & H. Wibisono. (2003). Seasoned Equity Offerings: Antara Agency Theory, Windows of Opportunity, dan Penurunan Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.


(62)

Salno, Hanna M. 1999. “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing) : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham

Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Scott, W.R. 1997. Financial Accounting Theory. Prentice Hall Inc. New Jersey. Zein, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Edisi Kedua. Jakarta.Penerbit


(1)

40

perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak. Rata-rata return saham yang lebih besar menunjukan reaksi pasar yang kuat. Pengujian ini dilakukan dengan t-tes sampel independen. Secara rinci, untuk menguji hipotesis, dilakukan langkah–langkah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak dengan menggunakan indek Eckel untuk laba operasi dan laba setelah pajak

2. Menghitung return yang diekspektasi dengan periode 1 hari menjelang pengumuman laba dan 3 hari setelah pengumuman laba

3. Menghitung return yang sesungguhnya, abnormal return, dengan periode pengamatan setelah pengumuman laba.

4. Menguji beda rata–rata return saham antara perusahaan yang melakukan perencanaan pajak dan perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak untuk mengetahui perbedaan reaksi pasar dari kedua kelompok tersebut mana yang lebih kuat.


(2)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Secara umum, penelitian ini menguji perbedaan reaksi pasar terhadap perencanaan pajak pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dipaparkan pada Bab IV, maka peneliti dapat

menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pasar memberikan reaksi positif yang lebih tinggi terhadap perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak sementara untuk perusahaan yang melakukan perencanaan pajak pasar bereaksi positif namun tidak sebesar untuk perusahaan yang tidak melakukan perencanaan pajak 2. Pasar modal di Indonesia cukup efisien dalam bereaksi terhadap informasi

laba khususnya laba kena pajak perusahaan yang mengandung perencanaan pajak

Temuan penelitian ini menunjukkan arah yang sejalan dengan teori Signaling bahwa informasi laba yang diberikan oleh perusahaan menjadi makna yang akan direspon oleh pasar

5.2 Implikasi Dan Saran

1. Informasi (publikasi laporan keuangan) yang diberikan oleh pasar modal (BEI) kepada masyarakat seharusnya lebih transparan dan cepat, hal ini di maksudkan agar perilaku pasar modal seperti investor dapat segera


(3)

51

mengantisipasi informasi yang diberikan dalam melakukan keputusan investasi.

2. Reaksi investor dari suatu peristiwa dapat terlihat dari pengujian kandungan informasi laba. Jika peristiwa mengandung informasi laba maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu berita peristiwa tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang bersangkutan. Pengambilan keputusan investasi dalam saham memerlukan pertimbangan-pertimbangan, perhitungan-perhitungan, dari analisis yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang

diinvestasikan serta keuntungan yang diharapkan oleh investor. Calon investor harus mengetahui keadaan serta prospek perusahaan yang menjual sahamnya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis informasi laba yang relevan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Assih, Prihat., dan M. Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Januari, Hal 35-53

Ball, Ray and Philip Brown. 1968. “An Empirical Evaluation of Accounting income Number”. Journal of Accounting Research. Vol 6

Beaver, William H. 1968. “The Information Content of Annual Earnings Announcement.” Journal of Accounting Research. pp.67-92

Beaver, William H. 2002. “Perspective on Recent Capital Market Research”. The Accounting Review. pp. 453-474

Brotodihardjo, R. Santoso. 2003. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT. Refika Aditama.

Belkaoui, Ahmed R. 2000. Accounting Theory. Thomson Learning.

Chen, Linda H., Dan S. Dhaliwal, and Mark A. Trombley. 2007. The Impact of Earnings management and Tax Planning on the Information Content of Earnings. Eller College of Management, University of Arizona, Tucson, Arizona. http://ssrn.com/abstract=1028808

Dhaliwal, Dan S., Micah Frankel, and Robert Trezervant. 1994. “The Taxable and Book Income Motivation for LIFO Layer Liquidation”. Journal of Accounting Research. Autumn. pp 278-287

Foster., dan C.W. Park. 2000. “Smoothing Income in Anticipation of Future Earning”. Journal of Accounting and Economics. Vol 23, July. pp.115-140 Fama, E.F. 1970. “Efficient Capital Market: A Review of Theory and Empirical

Work”. Journal of Finance. Vol 25. pp. 383-417

Fairfield, Marilyn and Kenneth R. 1996. “Attitudes of Student and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptibility of Earning Management”, Journal of Business Ethics. Vol 14. pp. 433-444

Fabozzi, Frank J. 1995. Manajemen Investasi. Prentice-Hall, Inc Fudenberg, Drew and Jean Tirole. 1995. “A Theory of Income and Devidend Smoothing Based on Incumbency Rates”. Journal of Political Economy. February. pp. 75-93.


(5)

Hartono, , (2010), Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Hanlon, M., S. Kelley Laplante and T. Shevlin. 2006. Evidence on the possible information loss of conforming book income and taxable income." Journal of Law and Economics Vol. XLVIII: 407-442.

Imam Ghozali, 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Jogiyanto, H.M. 2000. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi 2. BPFE, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Jiang, Michael C., and Laplante, Willian H. 2009. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics Vol. 3, No. 4: 305-360.

Kim, Jeong-Bon , Li, Yinghua, and Zhang, Liandong. 2010. Corporate Tax Avoidance and Stock Price Crash Risk: Firm-Level Analysis. http://ssrn.com/abstract=1649679

Michelson, S.E., J.J. Wagner and C.W. Wootton. 1995. “ A Market Based Analysis of Income Smoothing”. Journal of Business Finance and Accounting. December. pp. 1179-1193

Mangoting, Djoko. 2009. Akuntansi Pajak. ANDI. Yogyakarta

Pudyatmoko Ainun., dan Jogiyanto Hartono. 2006. “The Effect Antitrust Investigation on The Management of Earnings: A Further Empirical Test of Political Hypotheses”. Kelola. pp 125-141

Poernomo, (2008), “Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual dan Arus Kas”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.

Pardianto. 2009. Pengaruh Penerapan Tax Planning Biaya Pegawai Terhadap Beban Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan.Skripsi.Universitas Widyatama. Bandung

Nasir, M., Arifin dan A. Suzanti. 2002. “Analisa Pengaruh Perataan Laba terhadap Risiko Pasar Saham dan Return Saham Perusahaan-Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta”. Kompak. Mei. pp 139-157

Suandy, Early.2006. Perpajakan . Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Soemitro, Rochmat. 2003. Pajak dan Pembangunan. Bandung: PT. Eresco

Sugiarto, S. & H. Wibisono. (2003). Seasoned Equity Offerings: Antara Agency Theory, Windows of Opportunity, dan Penurunan Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.


(6)

Salno, Hanna M. 1999. “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing) : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia

Scott, W.R. 1997. Financial Accounting Theory. Prentice Hall Inc. New Jersey. Zein, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Edisi Kedua. Jakarta.Penerbit