Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Pe

ABSTRAK

Informasi merupakan kebutuhan utama para investor di pasar modal. Informasi yang diperlukan investor dapat berasal dari kondisi internal maupun eksternal emiten. Isu seputar masalah ekonomi, politik maupun sosial saat ini juga mempengaruhi keadaan pasar modal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menemukan bukti empiris apakah ada reaksi pasar modal yang ditimbulkan oleh peristiwa ekonomi dan peristiwa sosial-politik yang terjadi di Indonesia dengan indikator security return variability.

Jenis penelitian ini merupakan metodologi studi peristiwa (event study) dan metodologi komparatif untuk memberikan suatu gambaran reaksi di pasar modal. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data historis harga penutupan saham harian dan harga penutupan indeks LQ45. Sampel yang digunakan adalah 34 emiten yang terdaftar dalam LQ45.

Perhitungan rumus yang digunakan adalah return saham, expected return, abnormal return, security return variability. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov test untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal dan uji paired sample T-test untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan reaksi antara sebelum dan sesudah terjadinya kelompok peristiwa, serta untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan reaksi pasar antara peristiwa ekonomi dan peristiwa sosial-politik.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Tidak terdapat perbedaan nilai AASRV yang signifikan kelompok ekonomi sebelum dan sesudah peristiwa. (2) Tidak terdapat perbedaan nilai AASRV yang signifikan kelompok sosial-politik sebelum dan sesudah peristiwa. (3) Tidak terdapat perbedaan nilai AASRV yang signifikan kelompok ekonomi sebelum peristiwa dan kelompok sosial-politik sebelum peristiwa. (4) Tidak terdapat perbedaan nilai AASRV yang signifikan kelompok ekonomi sesudah peristiwa dan kelompok sosial-politik sesudah peristiwa.

Kata Kunci:

Peristiwa ekonomi, peristiwa sosial-politik, return saham, expected return, abnormal return, dan security return variabikity.

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan segala kekurangan, keterbatasan, dan serta kemampuan yang dimiliki, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan, dukungan, dan doa dari beberapa pihak dan kerabat selama penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan kerabat yang telah memberikan dukungan, membantu dan membimbing penulis selama perjalanan menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Bapak Doddy Surja Bajuadji, SE., MBA selaku Rektor Universitas Bunda Mulia.

  2. Bapak Howard S. Giam, SE., Ak., MBA selaku Pelaksana Harian Rektor Universitas Bunda Mulia.

  3. Ibu Kandi Sofia S. Dahlan MBA., Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Bunda Mulia

  4. Bapak Sugeng Wahjudi, Drs, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Bunda Mulia.

  5. Ibu Yenli Megawati, SE., M.M selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Bunda Mulia.

  6. Ibu Lelly Christin, SE., MM selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Bunda Mulia.

  7. Ibu Veny Anindya Puspitasari, SE, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulisan skripsi hingga selesai.

  8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Program Studi Manajemen Universitas Bunda Mulia yang telah membantu memberikan ilmu pengetahuan dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini.

  9. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan inspirasi serta pelajaran hidup yang sangat berharga dan mendukung, mendoakan, dan selalu ada untuk saya hingga penulisan skripsi ini selesai.

  10. Segenap keluarga saya yang senantiasa memberikan dukungan serta mendoakan saya hingga penulisan skripsi ini selesai.

  11. Sahabat-sahabat saya yang tercinta Magdalena Ekawati, Novia Hwang, Merlinda Angraini serta Fenia Sari, thanks for your support and for your care.

  12. Teman-teman seperjuangan Marsela Permata, Claryn Tanado serta Novia Sutaman, terima kasih telah terus memberikan semangat untuk saya selama ini.

  13. Segenap staf Perpustakaan Universitas Bunda Mulia, terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan.

  14. Teman-teman Program Studi Manajemen Universitas Bunda Mulia terutama angkatan 2013 kelas pagi maupun malam yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  15. Serta segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan tulus ikhlas memberikan doa dan motivasi sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Demikian skripsi ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 22 Desember 2016

Olivia Caroline

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK i

PRAKATA ii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan 1

1.2 Identifikasi Masalah 9

1.3 Pembatasan Masalah 10

1.4 Rumusan Permasalahan 10

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 11

1.6 Sistematika Pembahasan 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 14

2.1 Kerangka Teori 14

2.1.1 Pasar Modal 14

2.1.2 Pasar Modal yang Efisien 15

2.1.3 Saham 21

2.1.3.1 Pengertian Saham 21

2.1.3.2 Jenis-jenis Saham 21

2.1.4 Abnormal Return 25

2.1.5 Variabilitas Tingkat Keuntungan 26

2.1.6 Indeks LQ-45 27

2.1.7 Identifikasi Peristiwa 29

2.1.7.1 Peristiwa Ekonomi 30

2.1.7.2 Peristiwa Sosial-Politik 32

2.2 Penelitian Terdahulu 34

2.3 Paradigma Penelitian 39

BAB 3 METODE PENELITIAN 40

3.1 Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian 40

3.1.1 Subjek Penelitian 40

3.1.2 Objek Penelitian 40

3.2 Definisi Operasional Variabel 40

3.3 Metode Pengumpulan Data 43

3.3.1 Jenis Penelitian 43

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data 44

3.3.3 Jenis dan Sumber Data 45

3.3.3.1 Jenis Data 45

3.3.3.2 Sumber Data 45

3.3.4 Populasi dan Sampel 46

3.3.4.1 Populasi 46

3.3.4.2 Sampel 47

3.4 Teknik Analisis 49

3.5 Metode Analisis 49

3.5.1 Studi Peristiwa (Event Study) 49

3.5.2 Uji Normalitas 52

3.5.3 Uji Paired Samples T-Test 53

3.6 Hipotesa Penelitian 53

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN 57

4.1 Penyajian Data 57

4.1.1 Periode Pengamatan 57

4.1.2 Daftar Perusahaan 58

4.1.3 Data Harga Saham 60

4.1.4 Data Indeks LQ-45 60

4.1.5 Data Security Return Variability Rata-Rata Kelompok 60

4.2 Analisis Data dan Interpretasi 62

4.2.1 Hasil Uji Normalitas 62

4.2.2 Pengujian Hipotesa 64

4.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian 73

BAB 5 PENUTUP 77

5.1 Simpulan 77

5.2 Saran 79

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................

LAMPIRAN...........................................................................................................

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Peristiwa-Peristiwa Ekonomi 31

Tabel 2.2 Peristiwa-Peristiwa Sosial-Politik 33

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu 34

Tabel 3.1 Sampel Perusahaan 48

Tabel 4.1 Event Period Peristiwa-Peristiwa Ekonomi 57

Tabel 4.2 Event Period Peristiwa-Peristiwa Sosial-Politik 58

Tabel 4.3 Daftar Perusahaan 59

Tabel 4.4 AASRV Kelompok Ekonomi 60

Tabel 4.5 AASRV Kelompok Sosial-Politik 61

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data AASRV Kelompok 63

Tabel 4.7 Paired Sample T-Test AASRV Ekonomi 65

Tabel 4.8 Paired Sample T-Test AASRV Sosial-Politik 68

Tabel 4.9 Paired Sample T-Test AASRV Sebelum Ekonomi dan Sebelum

Sosial-Politik 70

Tabel 4.10 Paired Sample T-Test AASRV Sesudah Ekonomi dan Sesudah

Sosial-Politik 72

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Reaksi Harga Pasar terhadap Berita Pengumuman 18

Gambar 3.1 Periode Penelitian 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Kondisi Indonesia saat ini dihadapkan dengan berbagai masalah baik ekonomi maupun politik yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan. Negara-negara di belahan dunia manapun tidak akan pernah terlepas dari masalah-masalah ekonomi maupun politik. Antara masalah ekonomi dan masalah politik, keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Untuk menciptakan kondisi ekonomi yang baik dibutuhkan stabilitas politik. Begitu juga sebaliknya, untuk menciptakan kondisi politik yang baik dibutuhkan stabilitas ekonomi. Walaupun demikian, situasi dan kondisi ekonomi memang tidak pernah diam. Dari waktu ke waktu ekonomi Indonesia dan dunia terus mengalami pergerakan dan memunculkan sejumlah fenomena. Fenomena tersebut bisa memberikan dampak positif dan ada yang memberikan dampak negatif.

Pola pikir masyarakat zaman sekarang kebanyakan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian suatu negara, sehingga hal tersebut mengubah perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan untuk membelanjakan uangnya atau menanam aset. Banyaknya alternatif investasi yang dapat dipilih sehingga masyarakat selalu bersikap hati-hati dalam menentukan pilihan. Salah satu alternatif pilihan yang ada adalah berinvestasi dengan jalan membeli saham di pasar modal. Menurut Sunariyah (2011, p4), pasar

modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Sedangkan menurut Fahmi (2013, p55), pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan.

Pasar modal menurut UU No.8 tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan yang berkaitan dengan efek diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Produk yang diperdagangkan di pasar modal antara lain, saham, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, setiap derivative dari efek, efek beragun aset, dan sertifikat penitipan efek Indonesia. Namun saham menjadi produk utama yang diperdagangkan di pasar modal, dan memang tujuan utama keberadaan pasar modal suatu negara adalah memperdagangkan saham.

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen (www.idx.co.id).

Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi sangat dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang memiliki kandungan informasi bagi investor. Informasi merupakan kebutuhan utama para investor di pasar modal. Informasi dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi investor. Dari informasi yang relevan, investor dapat menilai prospek kinerja emiten sehingga investor memiliki gambaran mengenai risiko dan expected return atas dana yang telah atau akan diinvestasikan. Informasi yang diperlukan investor ini dapat berasal dari kondisi internal maupun eksternal emiten. Dalam pasar modal yang efisien, pasar akan bereaksi secara cepat terhadap semua informasi yang relevan. Pada umumnya hal ini ditunjukkan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi normal sehingga menimbulkan abnormal return. Berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar pasar modal, baik itu lingkungan ekonomi maupun non ekonomi, pada dasarnya juga mengandung informasi, oleh karena itu tidak dapat dipisahkan dari pasar modal (Wardhani, 2013).

Event yang terjadi dalam lingkungan perusahaan emiten akan mempengaruhi harga saham dan dapat menghasilkan abnormal return, misalnya kebijakan merger dan divestasi, pengumuman dividen, insider trading, dan pengumuman laba. Selain itu event yang berkaitan dengan lingkungan ekonomi makro seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah turut berpengaruh pada fluktuasi harga dan volume perdagangan pada pasar modal yang efisien. Event-event tersebut mempengaruhi semua indeks yang ada di pasar modal. Indeks LQ-45 merupakan salah satu indeks yang ada di pasar modal. Indeks LQ-45 merupakan indeks yang berisikan 45 emiten yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dengan kriteria likuiditas perdagangan saham tertinggi dan disesuaikan setiap enam bulan.

Walaupun tidak terkait langsung dengan dinamika yang terjadi di pasar modal, pengaruh lingkungan nonekonomi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas bursa saham. Nazir (2014) mengatakan kinerja pasar saham dipengaruhi oleh ekonomi, non-ekonomi dan peristiwa politik. Variabel ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, moneter dan kebijakan fiskal mempengaruhi pasar saham secara keseluruhan, sedangkan variabel ekonomi mikro mempengaruhi kinerja perusahaan individual. Peristiwa non-ekonomi seperti gempa bumi, banjir, kecelakaan pesawat dan bencana alam juga dapat memiliki efek yang signifikan pada ekonomi negara. Peristiwa – peristiwa yang memiliki kandungan informasi positif akan mendorong kegiatan perekonomian dalam negeri sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya. Sebaliknya peristiwa yang memiliki kandungan informasi negatif akan menghambat kegiatan perekonomian dalam negeri sehingga perusahaan sulit berkembang dan akhirnya menurunkan value perusahaan di mata investor.

Sepanjang periode 2014 sampai dengan 2016 pasar modal Indonesia berulang kali diguncang oleh berbagai peristiwa sosial-politik yang memiliki kandungan informasi relevan bagi para investor, baik itu informasi yang bermuatan positif maupun negatif. Fenomena adanya informasi yang bermuatan negatif dapat kita lihat pada peristiwa Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2014, dimana para investor pasar modal merespon negatif hasil pemilu legislatif, IHSG pada awal perdagangan melorot, tercatat 167 saham turun dan hanya 46 saham yang naik. Begitu juga dengan Pengesahan RUU Pilkada tanggal 26 September 2014, pada penutupan perdagangan Sesi I, IHSG jatuh 84,465 poin (1,62%) ke level 5.116,914. Peristiwa Reshuffle Kabinet 1 tanggal 12 Agustus 2015 dan peristiwa Bom Sarinah Thamrin tanggal 14 Januari 2016 juga turut memberikan respon negatif terhadap pasar modal. Hal ini terlihat dari turunnya nilai IHSG pada saat itu. Sedangkan informasi yang bermuatan positif antara lain terdapat pada peristiwa Pemilu Presiden tanggal 9 Juli 2014 dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat 1,69% ke level 5.109,62 pada perdagangan dan pada peristiwa Reshuffle Kabinet 2 tanggal 27 Juli 2016 yang mengakibatkan IHSG naik 49,96 poin atau 0,96 persen ke level 5.274,36 serta pada peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja Jokowi tanggal 26 Oktober 2014 yang memberikan respon positif terhadap pasar modal.

Berbagai peristiwa ekonomi dalam krisis moneter yang berkepanjangan turut mempengaruhi pasar modal Indonesia pada periode yang sama. Fenomenanya terlihat antara lain pada Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi tanggal 9 September 2015, dimana IHSG menguat 9,07 persen ke level 4.589,3. Begitu juga pada peristiwa Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan Paket Kebijakan Stimulus Industri Keuangan RI tanggal 24 Juli 2015, serta peristiwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengesahkan Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty tanggal 1 Juli 2016; seluruhnya memberikan informasi yang relevan bagi para pelaku pasar modal.

Hal ini sejalan dengan yang dimaksudkan oleh Jogiyanto dalam Mahaputra dan Purwabangsa (2015), yang mengatakan bahwa pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga akibat dari respon yang diberikan oleh investor atas informasi tersebut. Reaksi tersebut dapat diukur dengan menggunakan imbalan (return) sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return yang merupakan selisih antara actual return dengan expected return investor. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return. Sebaliknya, peristiwa yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator Security Return Variablity (SRV). Menurut Islami dan Sarwoko (2012), dengan SRV dapat dilihat apakah pasar secara agregat menilai suatu peristiwa informatif, dalam arti apakah peristiwa tersebut mengakibatkan perubahan pada distribusi return saham. Keunggulan indikator SRV adalah semua nilai menjadi positif sehingga heterogen informasi dapat dihilangkan dan dampak dari informasi yang heterogen dapat dideteksi dengan indikator SRV, sedangkan pada abnormal return apabila dirata-rata, ada kemungkinan nilai positif dan negatif saling menghilangkan.

Beberapa event study yang telah dilakukan untuk menganalisis reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa – peristiwa ekonomi dalam negeri berhasil membuktikan bahwa peristiwa – peristiwa tersebut memiliki information content yang relevan bagi para pelaku pasar modal sehingga pasar bereaksi, misalnya pada peristiwa Pergantian Menteri Keuangan RI tahun 2010 (Sirait dan Tiswiyanti, 2012). Akan tetapi, pada beberapa peristiwa ekonomi lainnya tidak terbukti adanya reaksi pasar, misalnya pada peristiwa kenaikan harga BBM tanggal 17 November 2014 (Tiswiyanti dan Asrini, 2015).

Reaksi pasar juga tampak pada beberapa event study yang telah dilakukan untuk melihat reaksi pasar di Bursa Efek Indonesia terhadap peristiwa–peristiwa sosial-politik dalam negeri. Event study yang dilakukan oleh Wardhani (2013) pada Peristiwa Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Putaran II 2012 menemukan adanya perbedaan signifikan antara rata-rata abnormal return dan trading volume activity saham pada periode saat-setelah. Begitu juga pada peristiwa Pengumuman Pencapresan Jokowi 14 Maret 2014, Nailiu (2014) menemukan adanya negative abnormal return yang signifikan pada event date. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa – peristiwa sosial-politik dalam negeri turut mempengaruhi tingkat risiko dan ekspektasi return investor terhadap dana yang telah mereka tanamkan di pasar modal. Akan tetapi, pada beberapa peristiwa sosial-politik lainnya tidak terbukti adanya reaksi pasar, misalnya pada peristiwa Pengumuman Kabinet 2014 (Ardiansari, 2015).

Berbagai event study yang telah dilakukan terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan eksternal emiten pada umumnya menganalisis satu peristiwa, sehingga belum dapat digunakan untuk menilai reaksi pasar modal Indonesia secara umum terhadap peristiwa-peristiwa dalam negeri baik yang terkait aspek lingkungan ekonomi makro maupun sosial-politik. Di sisi lain, karakteristik muatan informasi yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa ekonomi boleh jadi berbeda dengan muatan informasi yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa sosial-politik sehingga reaksi pasar modal Indonesia terhadap kedua kelompok peristiwa tersebut juga dimungkinkan berbeda. Penelitian ini dimaksudkan sebagai pengembangan dari berbagai event study yang telah dilakukan sebelumnya dengan menganalisis beberapa peristiwa yang dikelompokkan menjadi peristiwa–peristiwa ekonomi dan peristiwa-peristiwa sosial-politik dalam negeri. Berdasarkan research gap tersebut, maka judul penelitian ini adalah “ANALISIS REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA-PERISTIWA EKONOMI DAN SOSIAL-POLITIK DALAM NEGERI (STUDI EMPIRIS PADA SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2016)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan yaitu:

  1. Semakin penting peran pasar modal dalam perekonomian suatu negara, mengakibatkan pasar modal semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa disekitarnya.

  2. Peristiwa yang terjadi dalam lingkungan perusahaan emiten akan mempengaruhi harga saham dan dapat menghasilkan abnormal return.

  3. Timbulnya fluktuasi harga saham yang dipengaruhi oleh berbagai hal baik secara lingkungan mikro maupun makro.

  4. Peristiwa-peristiwa ekonomi memiliki information content yang relevan bagi para pelaku pasar modal.

  5. Peristiwa-peristiwa sosial-politik memiliki information content yang relevan bagi para pelaku pasar modal.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi permasalahan, yaitu sebagai berikut.

  1. Penelitian ini berfokus pada peristiwa-peristiwa ekonomi dan peristiwa-peristiwa sosial-politik dalam negeri pada periode 2014-2016.

  2. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima hari bursa sebelum peristiwa (pre event) dan lima hari bursa setelah peristiwa (post event).

  3. Sampel yang akan diteliti adalah saham-saham yang tergabung dalam LQ-45. Dalam penelitian ini, peneliti kemudian memilih perusahaan yang selalu masuk dalam LQ-45 sejak periode 2014-2016.

1.4 Rumusan Permasalahan

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

  1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa – peristiwa ekonomi di dalam negeri ?

  2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa – peristiwa sosial-politik di dalam negeri ?

  3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sebelum peristiwa-peristiwa ekonomi dan sebelum peristiwa-peristiwa sosial-politik di dalam negeri ?

  4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sesudah peristiwa-peristiwa ekonomi dan sesudah peristiwa-peristiwa sosial-politik di dalam negeri ?

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk menemukan dan menganalisis bukti empiris ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa – peristiwa ekonomi di dalam negeri ?

  2. Untuk menemukan dan menganalisis bukti empiris ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa – peristiwa sosial-politik di dalam negeri ?

  3. Untuk menemukan dan menganalisis bukti empiris ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sebelum peristiwa-peristiwa ekonomi dan sebelum peristiwa-peristiwa sosial-politik di dalam negeri.

  4. Untuk menemukan dan menganalisis bukti empiris ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara rata-rata SRV sesudah peristiwa-peristiwa ekonomi dan sesudah peristiwa-peristiwa sosial-politik di dalam negeri.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

  1. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pandangan lebih jauh kepada para akademisi tentang pengaruh peristiwa ekonomi dan peristiwa sosial-politik yang terjadi di dalam negeri terhadap pergerakan harga saham.

  2. Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam pengambilan keputusan investasi selama kurun waktu sebelum dan sesudah adanya peristiwa ekonomi dan peristiwa sosial-politik dalam negeri yang sudah dapat diprediksi sebelumnya, sehingga untuk waktu yang akan datang investor diharapkan dapat lebih peka menyikapi persoalan ekonomi dan sosial-politik dalam negeri.

  3. Bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti kajian yang sama dalam pasar modal diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pijak untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Sistematika Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, maanfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan dasar teori-teori yang berhubungan dengan, abnormal return dan security return variability, definisi konseptual, penelitian terdahulu, kerangka teori dan paradigma penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum subjek dan objek penelitian, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data, teknik analisis, metode analisis dan hipotesa penelitian.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

Bab ini menguraikan penyajian data serta hasil analisis data yang sudah diperoleh dengan menggunakan metode analisis yang digunakan dan menginterpretasikannya.

BAB 5 PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan hasil analisis dan himbauan kepada pihak terkait maupun peneliti berikutnya berdasarkan hasil temuan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pasar Modal

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012, p1) pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Sedangkan menurut Samsul (2006, p43) pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Dengan demikian, pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instumen keuangan jangka panjang (lebih dari satu tahun), seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya.

Darmadji dan Fakhrudin (2012, p2) menyatakan ada beberapa manfaat pasar modal adalah sebagai berikut:

  1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal

  2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

  3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara.

  4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan masyarakat menengah.

  5. Memungkinkan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta penciptaan iklim berusaha yang sehat.

  6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

  7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

  8. Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.

  9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial.

  10. Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan pemanfaatan manajemen profesional.

2.1.2 Pasar Modal yang Efisien

Istilah tentang pasar efisien dapat diartikan secara berbeda untuk tujuan yang berbeda pula. Namun dalam bidang keuangan, konsep ini didefinisikan pada aspek informasi. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010, p219). Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Jogiyanto, 2013, p547).

Fama (1970) dalam Jogiyanto (2013) membagi efisiensi pasar modal dalam tiga tingkatan, yaitu :

1. Efisiensi Bentuk Lemah (Weak-Form Efficiency)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga – harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi secara lemah ini berkaitan dengan teori acak (random-walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai – nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Implikasinya adalah investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.

2. Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semistrong-Form Efficiency)

Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga – harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (allpublicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan–laporan keuangan perusahaan emiten. Implikasinya adalah tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. Teori ini sejalan dengan yang diuraikan oleh Kutchu (2012) bahwa dalam pasar yang efisiensi semi-kuat, harga sekuritas mencerminkan semua informasi publik yang tersedia. Pasar efisiensi semi-kuat mengatakan bahwa investor tidak dapat memperoleh abnormal return dengan pengetahuan informasi publik yang tersedia.

3. Efisiensi Bentuk Kuat (Strong-Form Efficiency)

Pasar modal yang efisien dalam bentuk kuat merupakan tingkat efisiensi pasar yang tertinggi. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga – harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Implikasinya adalah bahwa tidak ada individual investor atau grup dari investor, meskipun dengan kemampuan yang superior, mampu memperoleh abnormal return dengan menggunakan semua informasi yang relevan, baik historis, yang dipublikasikan, maupun yang tidak dipublikasikan.

Gambar 2.1

REAKSI HARGA PASAR TERHADAP BERITA PENGUMUMAN

9 Price 0

-6 -3 0 3 6

D Overreaction and correction Efficient market reaction Delayed reaction ays relative to news announcement

Sumber: Diolah penulis

Pada Gambar 2.1, Jordan dan Miller (2008, p212-213) menjelaskan bahwa reaksi harga pasar terhadap berita suatu pengumuman terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Efficient market reaction

Yaitu harga secara instan menyesuaikan, dan secara menyeluruh menggambarkan informasi. Tidak ada kemungkinan untuk terjadinya kenaikan atau penurunan harga di kemudian hari.

2. Delayed reaction

Yaitu umumnya harga akan menyesuaikan dengan informasi baru yang diterima tersebut, tetapi dibutuhkan waktu beberapa hari sebelum harga tersebut benar-benar mencerminkan informasinya.

3. Overreaction and correction

Yaitu harga melakukan penyesuaian namun terlalu berlebihan terhadap informasi baru tersebut. Harga baru yang ditetapkan menyimpang dari harga yang seharusnya, namun pada waktu yang akan datang harga tersebut akan menyesuaikan diri ke harga yang seharusnya.

Agar pasar efisien ada dalam kehidupan nyata, terdapat beberapa kondisi yang idealnya harus terpenuhi atau didekati oleh kenyataan yang ada di pasar (Jogiyanto, 2013, p569-570) :

  1. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. Harga dari suatu sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan demand dan supply. Hal ini dapat terjadi jika pelaku – pelaku pasar terdiri dari sejumlah besar individu dan institusi rasional yang mampu mengartikan dan menginterpretasikan informasi dengan baik untuk digunakan menganalisis, menilai, dan melakukan transaksi.

  2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. Informasi yang ada dapat dengan mudah diperoleh dan hampir setiap saat sama seperti halnya informasi yang disampaikan lewat radio atau televisi. Fleksibilitas dan bervariasinya sumber dan jenis informasi memungkinkan investor untuk mendapatkan informasi secara gratis.

  3. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap – tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi baru yang penting, kapan perang akan terjadi, atau kapan pemogokan tenaga kerja akan terjadi. Walaupun ada ketergantungan terhadap beberapa informasi sepanjang waktu, tetap saja bahwa pengumuman suatu peristiwa, misalnya adanya corporate actions, adalah independen dan dapat muncul setiap saat, dengan kata lain acak.

  4. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru yang masuk di pasar, yang menyebabkan harga sekuritas segera mengalami penyesuaian untuk mencapai keseimbangan yang baru.

Lebih lanjut, Fama (1991) dalam Tandelilin (2010), telah mengemukakan penyempurnaan terhadap klasifikasi tersebut. Efisiensi bentuk lemah disempurnakan menjadi suatu klasifikasi yang lebih bersifat umum untuk menguji prediktabilitas return (return predictability). Efisiensi bentuk setengah kuat diubah menjadi studi peristiwa (event study). Pengujian efisiensi pasar dalam bentuk kuat disebut sebagai pengujian informasi privat (private information).

2.1.3 Saham

2.1.3.1 Pengertian Saham

Darmadji dan Fakhrudin (2012, p5) mendefinisikan saham sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

2.1.3.2 Jenis-jenis Saham

Darmadji dan Fakhrudin (2012, p6) menyatakan ada beberapa sudur pandang untuk membedakan saham, yaitu sebagai berikut:

  1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

  1. Saham biasa (common stocks), yaitu merupakan saham yang pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

  2. Saham Preferen (preferred stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: (i) mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di lembar saham tersebut; (ii) membayar dividen. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: (i) ada klaim atas laba dan aset sebelumnya; (ii) dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham; memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Walaupun demikian, obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen. Saham biasa merupakan efek yang paling populer di pasar modal. Umumnya pembicaraan seputar saham selalu mengacu pada saham biasa, kecuali bila disebut secara khusus saham preferen.

  1. Dilihat dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas:

  1. Saham atas unjuk (beared stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

  2. Saham atas nama (register stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

  1. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:

  1. Saham unggulan (blue-chip stocks), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

  2. Saham pendapat (income stocks), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham (P/E ratio).

  3. Saham pertumbuhan (growth stocks-well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

  4. Saham spekulatif (speculative stocks), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

  5. Saham Siklikal (counter cyclical stocks), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok dan barang-barang kebutuhan sehari-hari (consumer goods).

2.1.4 Abnormal Return

Reaksi pasar akibat terjadinya suatu peristiwa biasanya mengamati perubahan harga saham yang diukur dengan adanya abnormal return. Sebagaimana disebutkan dalam Jogiyanto (2013, p609) bahwa jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang memiliki kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar.

Abnormal return menurut Jogiyanto (2013, p609) adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Abnormal return atau excess return ini merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return yang diharapkan oleh investor dengan mempertimbangkan tingkat risikonya.

Brown & Warner (1985) dalam Jogiyanto (2013, p610) menyatakan bahwa expected return dapat dihitung dengan menggunakan tiga model estimasi, yaitu :

1. Mean-adjusted Model

Model disesuaikan rata – rata (mean-adjusted model) ini menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata – rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period).

2. Market Model

Model pasar (market model) merupakan bentuk dari model indeks tunggal yang didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham gabungan naik, begitu juga sebaliknya.

3. Market-adjusted Model

Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return dari indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

2.1.5 Variabilitas Tingkat Keuntungan

Selain abnormal return, perubahan harga saham juga dapat diukur dengan indikator Variabilitas Tingkat Keuntungan (Security Return Variability, SRV). Dengan SRV dapat dilihat apakah pasar secara agregat menilai suatu peristiwa informatif, dalam arti apakah peristiwa tersebut mengakibatkan perubahan pada distribusi return saham. Apabila abnormal return dirata-rata, ada kemungkinan nilai positif dan negatif saling menghilangkan. Sedangkan pada indikator SRV, semua nilai menjadi positif. Dengan demikian heterogenitas informasi bisa dihilangkan. Dampak dari informasi yang heterogen tersebut bisa dideteksi dengan SRV, meskipun arah pergerakan tidak bisa dilihat (Husnan et al, 1996).

Penggunaan SRV yang tidak melihat arah pergerakan harga mempunyai keuntungan karena pada kenyataannya kita sering kesulitan menentukan apakah suatu berita ditafsirkan sebagai berita baik atau buruk. Misalnya pada pengumuman laporan keuangan, kenaikan laba barangkali bisa ditafsirkan sebagai berita buruk apabila kenaikan tersebut tidak sebesar yang diantisipasi oleh pasar. Sebaliknya, penurunan laba barangkali merupakan berita baik apabila penurunan tersebut tidak sebesar yang diperkirakan oleh pasar (Husnan et al, 1996).

2.1.6 Indeks LQ-45

Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tangal 24 Februari 1997. Hari dasar perhitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Indeks ini diperkenalkan sebagai alternatif indeks lain selain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pasar modal di Indonesia tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), sehingga sebagian besar sahamnya kurang aktif diperdangkan. IHSG memuat keseluruhan saham termasuk yang sebagian besar sahamnya kurang aktif diperdagangkan. Hal ini menyebabkan perkembangan dan tingkat likuiditas IHSG menjadi kurang mencerminkan kondisi nyata di bursa. Indeks LQ45 ini dibuat untuk memecahkan persoalan tersebut. Indeks LQ 45 menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang dipergunakan sebagai kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah:

  1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.

  2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi.

  3. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler.

  4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.

  5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.

(www.idx.co.id, diakses pada tanggal 6/10/2016)

Perhitungan indeks LQ45 ini menggunakan metode rata-rata tertimbang (weighted average) dengan rumus Paasche:


Dimana:

Indeks LQ 45 = Indeks harga saham LQ45

= Harga saham

=Jumlah saham yang beredar

= Harga dasar saham

Setiap enam bulan sekali Bursa Efek Indonesia mengadakan evaluasi terhadap saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ45. Apabila terdapat saham yang tidak lagi memenuhi kriteria seleksi, maka saham tersebut akan digantikan dengan saham lain yang memenuhi persyaratan. Penggantian saham tersebut diberlakukan secara efektif setiap awal bulan Februari dan Agustus. Proses evaluasi dan penyeleksian saham-saham LQ45 melibatkan komite penasihat yang terdiri dari para ahli yang berasal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), universitas dan profesional bidang pasar modal yang independen. Hal itu dilakukan demi menjamin kewajaran (fairness) selama proses penyeleksian.

2.1.7 Identifikasi Peristiwa

Penelitian ini menguji peristiwa – peristiwa ekonomi dan sosial-politik yang terjadi di dalam negeri yang diyakini memiliki kandungan informasi yang berarti bagi pasar. Karena berbagai keterbatasan, sebagai sampel diambil 3 (tiga) peristiwa ekonomi dan 7 (tujuh) peristiwa sosial-politik yang terjadi sepanjang periode 2014- 2016.

2.1.7.1 Peristiwa Ekonomi

Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas (Widjajanta et.al (2007)).

Tidak dapat dipungkiri bahwa pasar modal kini telah memainkan peranan penting dalam perekonomian negara maju maupun berkembang. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pasar modal merupakan potensi perekonomian. Pasar modal mampu menawarkan solusi bagi permasalahan permodalan yang sering dihadapi dalam rangka pembangunan nasional. Terlebih ketika upaya perolehan tambahan modal melalui pinjaman dirasa semakin tidak menguntungkan (Purba, 2011).

Pronayuda (2006; dalam Kabela dan Hidayat, 2009) berpendapat bahwa semakin pentingnya sebuah pasar modal dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa di sekitarnya, baik berkaitan atau tidak berkaitan secara langsung dengan isu ekonomi.

Peristiwa ekonomi yang digunakan sebagai peristiwa acuan dalam penelitian ini adalah Otoritas Jasa Keuangan Mengeluarkan Paket Kebijakan Stimulus Industri Keuangan RI, Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi, dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengesahkan Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty.

Tabel 2.1

PERISTIWA-PERISTIWA EKONOMI

No

Tanggal Peristiwa

Peristiwa-Peristiwa Ekonomi




1

24-Jul-15

Otoritas Jasa Keuangan Mengeluarkan Paket Kebijakan Stimulus Industri Keuangan RI

2

09-Sep-15

Pengumuman Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi

3

1 Juli 2016.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengesahkan Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty

Sumber: Diolah penulis, 2016

2.1.7.2 Peristiwa Sosial-Politik

Menurut Easton (1962; Budiarjo, 2008) politik adalah studi mengenai terbentuknya kebijakan umum. Kehidupan politik mencakup bermacam-macam kegiatan yang mempengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang, yang diterima untuk suatu masyarakat, dan yang mempengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan itu. Kebijakan dan peristiwa sosial-politik yang diterima masyarakat dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh masyarakat dalam kehidupannya, termasuk keputusan investasi.

Peristiwa-peristiwa politik merupakan salah satu bagian dari lingkungan non ekonomi yang dapat berpengaruh pada kondisi pasar modal, karena dinamika situasi politik pada dasarnya juga berkaitan dengan stabilitas perekonomian suatu negara (Alkaff, 2010:2). Lebih jauh dijelaskan bahwa dalam lingkungan politik, berbagai peristiwa politik seperti pemilihan umum, pergantian kepala negara, ataupun berbagai kerusuhan politik, cenderung akan mendapat respon dari pelaku pasar. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa politik tersebut dapat berdampak positif maupun negatif bagi kestabilan iklim kondusif yang di inginkan para investor untuk melakukan transaksi di pasar modal. Hal ini dipertegas oleh Permana, dkk (2013) mengemukakan bahwa peristiwa politik seperti pergantian presiden, kerusuhan politik, pengumuman kabinet menteri, peperangan dan peristiwa politik lainnya dapat mempengaruhi kestabilan perekonomian negara yang berdampak pada fluktuasi harga dan volume perdagangan pada bursa efek.

Peristiwa sosial-politik yang digunakan sebagai peristiwa acuan dalam penelitian ini adalah Pemilu Legislatif , Pemilu Presiden, Pengesahan RUU Pilkada, Pengumuman Kabinet Kerja Jokowi, Reshuffle Kabinet 1, Bom Sarinah Thamrin, dan Reshuffle Kabinet 2.

Tabel 2.2

PERISTIWA-PERISTIWA SOSIAL-POLITIK

No

Tanggal Peristiwa

Peristiwa-Peristiwa Sosial-Politik




1

09-Apr-14

Pemilu Legislatif

2

09-Jul-14

Pemilu Presiden

3

26-Sep-14

Pengesahan RUU Pilkada

4

26-Okt-14

Pengumuman Kabinet Kerja Jokowi

5

12-Agust-15

Reshuffle Kabinet 1

6

14-Jan-16

Bom Sarinah Thamrin

7

27-Jul-16

Reshuffle Kabinet 2

Sumber: Diolah penulis, 2016

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

PENELITIAN TERDAHULU

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147