7
1. Pendahuluan
Pada tahun 2009, Dewan Ketahanan Pangan DKP dan Badan Ketahanan Pangan BPK Provinsi bekerja sama dengan United Nations World Food
Programme WFP meluncurkan Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan Food Security and Vulnerability Atlas FSVA yang mencangkup 346 kabupaten dari
32 provinsi. Berdasarkan Peta Komposit Ketahanan dan Kerentanan Pangan Jawa Tengah Per Kabupaten Tahun 2010 menunjukan bahwa Kabupaten Brebes
memiliki status Tahan Pangan. Berbeda dengan seluruh kabupaten maupun kota di provinsi Jawa Tengah yang memiliki status Sangat Tahan Pangan. Hal tersebut
menjadi ide untuk melakukan penelitian dengan membuat aplikasi FSVA yang merujuk pada Kabupaten Brebes dengan mempersempit variabel dan meneliti
setiap kecamatan agar pemetaan lebih rinci dan jelas. Pengembangan FSVA tingkat kecamatan dianggap hal yang penting, dimana kondisi ekologi dan
kepulauan yang membentang dari timur ke barat. Kondisi iklim yang dinamis dan keragaman sumber penghidupan masyarakat menunjukkan adanya perbedaan
situasi ketahanan pangan dan gizi di masing-masing wilayah [1].
2. Tinjauan Pustaka Oracle Spatial
Oracle Database 10G11G menyediakan manajemen data berbasis geografis yang disebut dengan Oracle Spatial. Oracle Spatial merupakan bagian
dari Oracle Database 10G11G Enterprise Edition. Oracle Spatial digunakan untuk mengembangkan sistem informasi geografis berbasis web yang
memerlukan manajemen data spasial yang komplek [2]. Oracle menyediakan objek SDO_GEOMETRY untuk menyimpan data spasial ke dalam database.
Objek SDO_GEOMETRY, dapat digunakan untuk menyimpan berbagai jenis geometri yang sederhana maupun yang kompleks ke dalam database. Pada versi
Oracle 10G, Oracle Spatial mendukung tipe data vektor dan georaster [3].
8
Mapviewer dan Mapbuilder
Aspek lain
yang dimiliki
oleh Oracle
Spatial adalah dapat memvisualisasikan data spasial kedalam peta sebuah peta. Oracle menggunakan
visualisasi berbasis peta pada data spasial dengan bantuan Oracle Mapviewer dan didukung oleh sebuah tool yang bernama Oracle Mapbuilder [2].
Oracle Mapviewer merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk menampilkan data spasial yang dikelola oleh Oracle Spatial. Oracle Mapviewer
bertindak sebagai map server yang menunggu permintaan peta oleh pengguna melalui HTTP dan mengirimkan kembali respon berupa peta. Data spasial yang
berada dalam database diolah dan disusun menjadi sebuah peta. Oracle Mapviewer bekerja langsung pada Oracle Spatial melalui JDBC [3]. Oracle
Mapbuilder merupakan aplikasi yang berdiri sendiri yang mana memungkinkan database untuk menyimpan dan mengelola metadata pemetaan seperti style, tema
dan peta dasar. Selain menangani metadata, Oracle Mapbuilder menyediakan antarmuka untuk melihat metadata, salah satu contohnya adalah dapat melihat
garis atau style yang muncul di peta dan juga informasi mengenai data spasial [4].
Clustering
Proses failover akan berjalan ketika server-server bekerja menjadi satu kesatuan atau disebut juga sebagai clustering. Availibilitas yang tinggi adalah
salah satu keuntungan dari clustering [5]. Untuk mencapai aspek availibiltas tinggi, penulis melakukan simulasi dengan melakukan cluster pada instance di
dalam application server. Secara umum definisi Cluster adalah sejumlah komputer PC ataupun workstation yang digabungkan sebagai satu kesatuan
dengan bantuan piranti lunak dan jaringan komputer [6]. Failover merupakan keadaan dimana terjadi proses pendistribusi data diantara server sehingga satu
server dapat menggantikan server lainnya jika dalam keadaan down [7]. Dalam hal ini, jika salah satu instance yang melayani request dari klien mengalami
down, maka instance yang lainnya bertugas melanjutkan proses request klien Managed server dapat bertindak sebagai proxy server yang digunakan
sebgai ujung tombak penerima request user. Proxy server hanya menyediakan
9 jalur untuk menampung user. HttpClusterServlet merupakan aplikasi yang
dipasang pada instance yang bertindak
HTTP atau proxy server. HttpClusterServlet menyediakan proses failover dan load balance untuk request
yang melalui HTTP. Ketika melakukan konfigurasi pada Weblogic server untuk meneruskan atau memberi jalur tersendiri pada request user maka setiap request
yang melalui proxy dialihkan ke sebuah URL atau alamat lain. Model failover yang digunakan adalah HTTP Sessions State Replicating dengan menggunakan
metode in-memory replication. Weblogic Server menyalin sessions state dari satu instance ke instance yang lain. Instance utama membuat sessions state utama di
instance yang pertama kali melayani request dan membuat secondary sessions state di instance yang lain [5].
Web Application
Definisi Aplikasi Web adalah aplikasi yang diakses melalui jaringan seperti Internet atau Intranet yang dikodekan dalam bahasa yang didukung oleh browser
seperti Java Script, dikombinasikan dengan sebuah bahasa markup yang diberikan seperti browser- HTML dan bergantung pada browser web umum
untuk mengesekusi aplikasi. Application server WebLogic Server, menggunakan teknologi Servlet dan JSP Java Server Page. Servlet merupakan bahasa
pemrogaman Java yang didalamnya dimasukan kode HTML. Sedangkan JSP Java Server Page merupakan kode Java yang dimasukan ke halaman HTML.
Java Server Pages JSP adalah bahasa scripting untuk web programming yang bersifat server side seperti halnya PHP dan ASP. JSP dapat berupa gabungan
antara baris HTML dan fungsi-fungsi dari JSP itu sendiri [5].
Food Security and Vulnerability Atlas
FSVA merupakan pemetaan ketersediaan dan kerawanan pangan pada suatu wilayah. Ketersediaan pangan adalah kemampuan penyediaan pangan secara fisik
di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh
produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme
10 pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan
pemerintah dan bantuan pangan dari pemerintah atau oraganisasi lain [1]. Kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis menghasilkan indeks
ketahanan pangan komposit IFI yang digunakan sebagai hasil akhir atau keluaran untuk FSVA. Indikator kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis
terdiri dari 9 variabel. Ketersediaan Pangan
1. Rasio konsumsi normative per kapita terhadap ketersediaan bersih tanaman padi, jagung dan ubi.
Akses Terhadap Pangan dan Penghidupan 2. Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
3. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai.
4. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik. Pemanfaatan Pangan
5. Angka harapan hidup pada saat lahir. 6. Berat badan balita di bawah standar Underweight.
7. Perempuan Buta Huruf. 8. Rumah tangga tanpa akses ke air bersih.
9. Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas
kesehatan. Rumus
Indeks Ketahanan
Pangan Komposit
didapat dengan
menggabungkan 9 indikator Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Kronis.
IFI merupakan rata-rata penjumlahan dari 9 indikator ketersediaan pangan, indikator akses terhadap pangan serta pemanfaatan pangan. Ranges yang
digunakan untuk Indeks Ketahanan Pangan Komposit [1]: 1. Prioritas 1: = 0,80
Sangat Rentan Pangan 2. Prioritas 2: 0,64
– 0,80 Rentan Pangan
3. Prioritas 3: 0,48 – 0,64
Cukup Rentan Pangan 4. Prioritas 4: 0,32
– 0,48 Cukup Tahan Pangan
11 5. Prioritas 5: 0,16
– 0,32 Tahan Pangan
6. Prioritas 6: 0,16 Sangat Tahan Pangan
Gambar 2.1 FSVA Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.1 merupakan FSVA Provinsi Jawa Tengah yang dikeluarkan oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011. Kabupaten
Brebes memiliki status tahan pangan, berbeda dengan daerah lain yang memiliki status sangat tahan pangan. Daerah dengan status Tahan Pangan memiliki 4
faktor penyebab yaitu tidak memadainya produksi pangan pokok, balita dengan berat badan dibawah normal, kemiskinan dan keluarga tanpa akses terhadap air
bersih. Sedangkan daerah dengan status sangat tahan pangan memiliki 3 faktor penyebab yaitu kecuali keluarga tanpa akses terhadap air bersih [1]. FSVA yang
dikeluarkan oleh BPK melakukan penghitungan indeks dari semua kecamatan dalam satu provinsi, dengan mempersempit variable yaitu melakukan
penghitungan indeks dalam satu kabupaten akan semakin memperjelas pemetaan ketahanan dan kerentanan pangan.
3. Metode Penelitian