PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI Oleh HERLINA

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi. Kecakapan manajerial diukur menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang mengukur tingkat efisiensi manajer. Manajemen laba diukur dengan

menggunakan discretionary accrual dengan menggunakan model Modified Jones. Kepemilikan manajerial dihitung dengan cara membandingkan jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh direktur dan atau komisaris dengan jumlah total saham yang beredar.

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur selama tahun 2011-2013 dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI. Terdapat 90 perusahaan selama tahun 2011-2013 yang memenuhi kriteria. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba (earnings management) tidak dipengaruhi oleh kecakapan manajerial, sedangkan kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba (earnings management).

Kata kunci: Manajemen Laba, Kecakapan Manajerial, Kepemilikan Manajerial, Data Envelopment Analysis (DEA).


(2)

ABSTRACT

INFLUENCE OF MANAGERIAL ABILITY ON EARNINGS MANAGEMENT WITH MANAGERIAL OWNERSHIP AS A

MODERATING VARIABLE

By HERLINA

The purpose of this study is to examine the influence of managerial ability on earning management by managerial ownership as a moderating variable. Managerial ability is measured using Data Envelopment Analysis (DEA) to measure the level of efficiency manager. Earning management is measured with discretionary accrual using modified Jones model. Managerial ownership is performed as percentage of outstanding shares held by directors and or commissioners.

This study used a sample of manufacturing companies during the years 2011-2013 by using purposive sampling method. The data used were optained from annual reports listed manufacturing companies BEI. There are 90 companies during the years 2011-2013 that meet the criteria. The method of analysis used in this study is multiple regression analysis.

The result shows that earning management is not influenced by managerial ability, while managerial ownership did not have any effect on the relationship between managerial ability and earning management.

Keywords: earning management, managerial ability, managerial ownership, Data Envelopment Analysis (DEA).


(3)

PENGARUH KECAKAPAN MANAJERIAL TERHADAP

MANAJEMEN LABA DENGAN KEPEMILIKAN

MANAJERIAL SEBAGAI VARIABLE PEMODERASI

Oleh

HERLINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

Pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kota Metro pada tanggal 02 September 1991, sebagai putri keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Sukardi Alwi (Alm) dan Ibu Hindun Diana (Alm).

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN 12 Merto pada tahun 1998. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Metro sampai lulus pada tahun 2007 dan menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Kartikatama Metro dengan jurusan IPS hingga lulus pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan

Akademik dan Bakat (PKAB) dan berhasil lulus ujian komprehensif tanggal 19 Juni 2015.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah menjadikan segala sesuatu yang sulit ini menjadi mudah.

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi yaitu Keluarga Besar (Alm Ayah, Almh Ibu, Susi, Kyai, Ayuk Ema, Abang Ijal, Bong Hendra, Anita, Eka, Rahma, Arifin, Savina, Pujian, Amelia, Ridho, Raihan, dan Ammara) tercintaku, yang telah menjadi penyemangatku untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dengan khusus kupersembahkan karya kecilku ini untuk semua kakak-kakakku, yang telah mencurahkan cinta, kasih sayang, perhatian, doa, selalu memberikan motivasi, menghibur dikala sedih, selalu ada disaatku membutuhkan, memberiku semangat agar tetap kuat, tegar, sabar, dan selalu menyisihkan rezekinya untuk keberhasilanku. Merekalah penyemangat serta penerang hidupku semenjak kepergian Ayah dan Ibuku untuk selama-lamanya.


(9)

MOTO

Wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi

Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya

kesungguhan itu adalah untuk dirinya sendiri

(Q.S. Al-Ankabut [29]: 6)

Sesungguhnya kesulitan yang paling sulit di Hidup ini adalah

menjadi Pribadi yang baik dihadapan

ALLAH SWT


(10)

SANWACANA

Bissmillahirahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabatnya. Alhamdulillah atas Kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S. E., M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S. E., M. Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(11)

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

4. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing Akademik penulis atas kesediaanya membantu, mengarahkan dan memberi masukan selama penulis menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt., selaku Pembimbing I (satu) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc., Akt., selaku Pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty D, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembahas yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini. 8. Seluruh Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan juga pembelajaran berharga bagi penulis selama menempuh program pendidikan S1. Khususnya untuk staf karyawan di jurusan Akuntansi pak Sobari, mbak Sri, mpok, mas Yana, mas Yono, mas Leman, yang telah banyak membantu selama proses pengerjaan skripsi dan selalu berbagi canda tawa sehari-hari. 9. Orang tuaku tercinta ayah Sukardi Alwi (Alm) dan ibu Hindun Diana (Almh),

kakak, adik, kakak ipar dan keponakan yang selalu menyayangi, mendoakan dan menjadi penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi.


(12)

10. Sahabatku sedari lahir Indri Lestari yang selalu bersama dalam suka dan duka, selalu membantu dan menemani, selalu memberikan nasehat, memberikan semangat disaat putus asa, mendoakan serta memberi bantuan moril, semoga kita selalu menjadi sahabat yang saling mendukung baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Dan untuk Andri sebagai orang terdekatku, yang selalu mendoakan, menyemangati, mendukung, menenangkan disaat gunda, selalu memberikan nasehat serta arahan, mengajarkan untuk tidak mudah marah, dan selalu ada setiap kali aku membutuhkannya.

11. Teman-teman akuntansi angkatan 2010 (Yobel, Rica, Sharon, Elza, Yoga, Ben, Jirry, Ari, Ferry, Mareta, Nanda, Bella, Apri, Hana, Mila, Deni, Citra, Iga, Ivona, Eka Chandra, Alfudifarrah, Marwanto, Mahmut, Anas, Egi, Wahyu, Ridho, Fajar) dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, Kakak Tingkatku (mbak Nur, mbak Anis, mbak Meiza, mbak Mutia, kak Sadam, dll), Adik Tingkatku (Feni, Nico, Viana, Mutia dll), terima kasih telah memberikan motivasi, semangat, canda dan tawa selama berada di Universitas Lampung, semoga kita bisa berjumpa lagi dihari mendatang dengan kesuksesan yang kita punya.

12. Sahabat-sahabatku tersayang semasa SMA (Indri, Devi, Ceen, Yani, Linda, Tiara hesti, Tiara shandi, Arinda, Agus, Mila, Fitri Liani, Lia Cheche, Febri, Ocha, Adi Sentot, Rio, David, Rama, Mufti, Jhonzel, Yoga, Wahyu), Sahabat-sahabatku tersayang semasa SMP (Mela, Tazkia, Galuh, Widi, Nofrida) yang telah memberikan nasehat, kritik, saran, bantuan, doa dan


(13)

dukungan terima kasih telah menjadi penyemangatku baik bertemu secara langsung maupun hanya lewat Handphone.

13. Teman-teman KKN-ku (Mona, Inez, Septi, Dina, Ade, Adi, Faisal, Fais, pramana) serta keluarga besar Bapak dan Ibu Samingan tuan rumah yang memberikan kenangan indah selama menjalankan KKN selama 40 Hari di Desa Mataram Marga, Sukadana dan terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan pendidikanku.

14. Orang-orang yang telah memberiku kesempatan memiliki pengalaman kerja sebagai Asisten Auditor Bapak Agus Salim, Mbak Vina di KAP Bapak Zubaidi dan Bapak Komarudin, serta pegawai-pegawai Puskesmas Simpur, Puskesmas Gedong Air, Puskesmas Palapa, Puskesmas Kedaton, Puskesmas Raja Basa Indah yang telah memberiku banyak ilmu dan pengalaman, serta mengajarkanku saling menghormati kepada semua orang dilingkungan kerja. 15. Almamaterku tercinta.

16. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, serta penulis sangat mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar lampung, 19 Juni 2015 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 7

2.1Landasan Teori ... 7

2.1.1 Teori Keagenan ... 7

2.1.2 Asimetri Informasi ... 9

2.1.3 Kecakapan Manajerial ... 10

2.1.4 Kepemilikan Manajerial ... 12

2.1.5 Manajemen Laba ... 14

2.1.6 Data Envelopment Analysi ... 15

2.2Penelitian Terdahulu ... 16

2.3Kerangka Pemikiran ... 18

2.4Pengembangan Hipotesis ... 19

2.4.1 Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba ... 19

2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Hubungan Kecakapan Manajerial Dengan Manajemen Laba ... 21


(15)

III.METODE PENELITIAN ... 23

3.1Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.2Data Penelitian ... 24

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 24

3.2.2 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.3Operasional Variabel Penelitian ... 25

3.3.1 Variabel Terikat (Dependen) ... 25

3.3.2 Variabel Bebas (Independen) ... 26

3.3.3 Variabel Pemoderasi ... 29

3.4 Metode Analisis Data ... 30

3.4.1 Uji Statistik Deskriptif ... 30

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 30

3.4.2.1Uji Normalitas ... 30

3.4.2.2Uji Multikolinieritas ... 31

3.4.2.3Uji Heteroskedastisitas ... 31

3.4.2.4Uji Autokorelasi ... 32

3.5 Pengujian Hipotesis ... 32

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1Data dan Sampel ... 34

4.2Statistik Deskriptif ... 35

4.3Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 37

4.3.1 Uji Normalitas ... 37

4.3.2 Uji Multikolinieritas ... 38

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 39

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 40

4.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 42

4.5 Pembahasan ... 45

4.5.1 Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba ... 45

4.5.2 Kepemilikan Manajerial Memoderasi Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba ... 47


(16)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1Kesimpulan ... 50

5.2Keterbatasan Penelitian ... 52

5.3Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Kriteria Penerimaan Sampel ... 34

4.2 Statistik Deskriptif atas Variabel Penelitian ... 35

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 37

4.4 Hasil Uji Multikolonearitas ... 38

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 39

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 40

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 41

4.8 Hasil Uji ANOVA ... 42

4.9 Hasil Uji Hipotesis ... 42


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nama Sampel Perusahaan Manufaktur

Lampiran 2 Data Perhitungan Data Envelopment Analysis (DEA) Lampiran 3 Data Discretionary Accruals Perusahaan Manufaktur Lampiran 4 Data Kepemilikan Manajerial

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 7 Hasil Uji Multikolinieritas Lampiran 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Lampiran 9 Hasil Uji Autokorelasi Lampiran 10 Koefisien Korelasi Lampiran 11 Hasil Uji Determinasi Lampiran 12 Hasil Uji ANOVA


(19)

0

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di dalam perusahaan informasi laba sangat penting, informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, informasi tersebut selalu menjadi target rekayasa para agensi yaitu manajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya, tetapi dapat merugikan para pemegang saham atau investor yang sering disebut pihak prinsipal. Tindakan oportunis ini dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur dan dimanipulasi, dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginannya. Tindakan oportunis ini bertujuan untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya dan dikenal dengan istilah manajemen laba (earnings management). Tindakan oportunis ini biasa dilakukan oleh manajer-manajer yang tidak memiliki keahlian lebih dalam mengatur dan mengelola perusahaan sehingga laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan.

Laporan keuangan merupakan output akhir dalam proses akuntansi. Laporan keuangan mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Menurut IAI ( 2011 ) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan,


(20)

2

serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan yang berkualitas, terbebas dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya dibutuhkan dan digunakan oleh banyak pihak.

Informasi yang sering menjadi perhatian pemakai laporan keuangan untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ( Mulyadi,2002). Dalam menggunakan laporan keuangan, para pemakai laporan keuangan mendasarkan keputusan – keputusan mereka atas hasil analisis mereka terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Informasi laba yang disajikan dalam laporan keuangan berguna untuk membantu pengambilan keputusan investasi para pelaku pasar modal atau investor (Wahyuningsih, 2007 ). Perhatian utama terhadap earnings power perusahaan yang dicerminkan angka laba perusahaan dan informasi yang tersaji pada laporan keuangan selalu dilakukan investor dalam memprediksi keadaan usaha pada masa yang akan datang dan mengambil keputusan ekonomis. Jika informasi yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut bermanfaat maka akan mendapatkan reaksi dari pelaku pasar atau investor (Wahyuningsih, 2007).

Ball dan Brown (1968) menyatakan bahwa pengumuman laporan keuangan memiliki kandungan informasi, yang reaksinya ditunjukkan dengan naiknya perdagangan saham dan variabilitas return saham. Hendrikson dan Van Breda (1992 ) menyatakan bahwa informasi laba atau laba historis berguna untuk mengukur efisiensi manajemen, membantu memprediksi keadaan usaha, dan


(21)

3

distribusi dividen di masa yang akan datang serta sebagai acuan pengambilan keputusan ekonomis di masa yang akan datang.

Manajemen laba merupakan salah satu topik penelitian yang banyak menarik perhatian peneliti. Berbagai hasil penelitian terdahulu membuktikan manajer menggunakan kebijakan pengelolaan akrual untuk berbagai alasan. Healy (1985) menemukan bahwa manajer menggunakan akrual diskresioner ini untuk

meningkatkan kompensasi yang ingin mereka terima. Manajer juga menggunakan manajemen laba untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara menurunkan pajak ataupun mengurangi regulatory costs (Healy, 1996).

Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan adalah memiliki manajer yang cakap. Stakeholder tentu menginginkan perusahaannya dikelola oleh manajer yang memiliki kemampuan dalam

mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan andal dan tepat yang memberi nilai tambah bagi perusahaan.

Menurut Demerjian et al. (2012) manajer yang cakap adalah manajer yang mampu mengambil dan menerapkan keputusan-keputusan yang dapat mengantarkan perusahaan ke tingkat efisiensi yang tinggi. Seperti yang

dinyatakan oleh Salvatore (2005:17) bahwa laba adalah ganjaran dari efisiensi, dengan memiliki manajer yang cakap, maka perusahaan akan mampu

menghasilkan laba yang optimal. Oleh karena itu dalam mencapai kesuksesan perusahaan, manajer yang cakap tidak perlu melakukan manajemen laba untuk mencapai target yang ditentukan perusahaan. Manajer yang cakap akan lebih mempertimbangkan untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan


(22)

4

menggunakan sumber daya secara tepat dan optimal yang selanjutnya akan memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada harus melakukan manajemen laba yang berisiko menurunkan nilai perusahaan yang pada akhirnya gagal mempertahankan kepercayaan publik dan stakeholder.

Berbeda dengan hasil penelitian Isnugrahadi dan Kusuma (2009), hasil penelitian yang dilakukan Lina (2012) menunjukkan bahwa kecakapan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Menurut Lina (2012), terdapat variabel-variabel selain kecakapan manajerial yang lebih berperan dalam mempengaruhi manajemen laba, antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris dan sebagainya.

Manajer yang merangkap sebagai pemilik cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba karena manajer sebagai pemilik yang juga mengendalikan perusahaan tidak membutuhkan manipulasi laba sebagai strategi pertahanannya (Milani S, 2008:88). Isnugrahadi dan Kusuma (2009) mengungkapkan bahwa salah satu prasyarat yang akan menjamin manajemen selalu mendasarkan

tindakannya demi kepentingan para pemegang saham adalah apabila manajer dan pemegang saham memiliki informasi dengan jumlah dan kualitas yang sama. Kepemilikan manajerial dapat menjadi salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya manajemen laba.

Kepemilikan saham oleh manajer dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya kesenjangan informasi mengenai kondisi perusahaan yang ditampilkan oleh agen (manajer) sehingga permasalahan ketidaksejajaran kepentingan antara


(23)

5

(dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Kesejajaran penerimaan informasi dan akses penuh terhadap informasi yang diperlukan akan meminimalisir terjadinya rekayasa laba yang dilakukan pihak manajemen karena pengelola yang berperan sebagai pemegang saham dapat melakukan kontrol lebih intensif dibandingkan stakeholder lainnya yang berada di luar perusahaan (pihak eksternal).

Penelitian ini merupakan ekstensi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Lina (2012) serta Saputra (2013) untuk menggunakan variabel pemoderasi lainnya guna melihat variabel pemoderasi manakah yang signifikan mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, salah satunya adalah kepemilikan manajerial. Penelitian ini menguji kembali pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dan menambahkan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi karena diduga kepemilikan saham oleh manajer dapat mengendalikan praktik manajemen laba.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Pemoderasi.”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:


(24)

6

2. Apakah kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dan kepemilikan manajerial dalam mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan-tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang penulis peroleh selama dibangku kuliah maupun dari hasil membaca literatur – literatur dengan kenyataan praktis yang ada pada perusahaan.

2. Manfaat teoritis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama

penelitian yang berkaitan dengan peran manajer pada praktik manajemen laba, selain itu penelitian ini memberikan informasi mengenai karakteristik

perusahaan yang melakukan manajemen laba dari sisi keuangan.

3. Bagi praktisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian mendatang mengenai peran kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Terutama faktor kecakapan manajerial yang belum banyak diteliti di Indonesia dan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pemilik


(25)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Theory Agency)

Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

manajemen (agen). Menurut Hendrikson dan Michael (1992) agen bekerja untuk prinsipal dan akan melakukan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh prinsipal. Prinsipal akan memberikan imbalan tertentu kepada agen atas tugas yang telah dilaksanakannya. Namun prinsipal dan agen mempunyai kepentingan yang berbeda sehingga dapat menimbulkan konflik. Keduanya sama-sama menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan juga sama-sama

menghindari risiko. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan konflik keagenan.

Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingannya.


(26)

8

Sebagai pengelola perusahaan, manajer perusahaan memiliki informasi internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang yang lebih

dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntasi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi pengguna eksternal karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002).

Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi (information asymmetry). Informasi yang dimiliki oleh manajer lebih banyak dibanding informasi yang diketahui oleh pemilik perusahaan. Banyaknya informasi yang dimiliki oleh manajer bisa memicu manajer untuk melakukan manajemen laba. Hal ini karena informasi yang dimiliki oleh pemilik tidak sebanyak informasi manajemen sehingga manajemen bisa memanfaatkan kelebihan informasi tersebut. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi

ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik

sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut.

Kesimpulan dari teori agensi ini adalah teori yang mencoba menjabarkan hubungan antara pihak prinsipal dan agen, dimana terdapat penyerahan otorisasi dari pemilik kepada agen untuk menjalankan aktivitas perusahaan.


(27)

9

2.1.2 Asimetri Informasi

Laporan keuangan digunakan oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang sebenarnya paling berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal (pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat). Para pengguna internal (para manajemen) mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada perusahaan, sedangkan pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan secara langsung, tidak mengetahui informasi tersebut sehingga tingkat ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Salah satu kendala yang akan muncul antara agent dan principal adalah adanya asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.

Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana agent mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang dibandingkan dengan principal. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agent menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya. Menurut Scott (2009), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek 12 perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang tidak


(28)

10

2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor (pemegang saham, kreditor), sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Dalam tindakan ini seorang agent memiliki wewenang untuk mempengaruhi angka dalam laporan keuangan demi mencapai tujuan pribadinya. IAI (2011) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dengan adanya kondisi yang asimetri, maka agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

2.1.3 Kecakapan Manajerial

Salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan adalah adanya manajer yang berhasil mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. Di samping itu, manajer juga mempunyai kewajiban untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan kepada pihak luar perusahaan (stakeholders) yang berkepentingan dengan perusahaan. Wadah yang paling tepat bagi manajer untuk mengkomunikasikan kinerja

perusahaan adalah laporan keuangan yang disusun pada setiap perioda pelaporan. Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009) kunci kesuksesan sebuah perusahaan adalah keberhasilan manajer mendesain proses bisnis yang efisien. Selain itu


(29)

11

manajer juga harus mampu membuat keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. Sehingga dibutuhkan manajer yang cakap, yaitu manajer yang memiliki kemampuan yang memadahi dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya.

Badan standar akuntansi memperbolehkan manajer menggunakan judgment dalam membuat laporan keuangan dengan tujuan agar laporan tersebut sesuai dengan kondisi bisnis masing-masing perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai dari akuntansi sebagai suatu bentuk komunikasi. Healy dan Wahlen (1999)

mencontohkan beberapa bentuk dari judgment manajer dalam laporan keuangan tersebut, misalnya adalah pengestimasian kejadian-kejadian yang mengandung nilai ekonomis di masa datang seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai sisa dari aktiva jangka panjang. Manajer juga harus memilih dari seperangkat metoda akuntansi yang diperbolehkan untuk melaporkan transaksi-transaksi ekonomis yang sama seperti penggunaan metoda garis lurus atau metoda percepatan dalam pencatatan depresiasi, ataupun memilih LIFO atau FIFO dalam penilaian sediaan.

Penelitian yang membahas mengenai kecakapan manajerial dalam bidang akuntansi keuangan belum banyak dilakukan. Hal ini mungkin disebabkan

kesulitan untuk mengukur variabel kecakapan manajerial tersebut. Demerjian dkk (2006) mengenalkan DEA sebagai alat pengukur kecakapan manajerial. Dalam penelitiannya tersebut, Demerjian dkk. (2006) mencoba menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap kualitas laba. Kecakapan manajerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keefisienan relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input-input (faktor-faktor sumber daya dan operasional) untuk


(30)

12

meningkatkan output (penjualan). Tingkat keefisienan relatif ini kemudian disimpulkan sebagai hasil dari kecakapan manajer. Semakin efisien perusahaan dibanding dengan perusahaan lainnya dalam subsektor industri pemanufakturan yang sama, maka semakin cakap manajer yang berada diperusahaan tersebut (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009).

2.1.4 Kepemilikan Manajerial

Menurut Melinda (2008), kepemilikan manajerial didefenisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan, hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan terhadap kinerja manajer yang bersifat internal.

Jensen dan Meckling (1976) dalam Melinda (2008) menyatakan bahwa masalah keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol. Kepemilikan manajerial harus dapat disesuaikan dengan kepentingan pemegang saham agar dapat meminimumkan biaya keagenan yang muncul dari adanya pemisahan antara kepemilikan dan kontrol tersebut. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham termasuk mereka sendiri. Kepemilikan manajer yang tinggi menyebabkan manajer tidak hanya memiliki kontrol

manajemen namun juga kontrol voting di dalam perusahaan.

Ada beberapa pengertian kepemilikan manajerial yang diuraikan oleh beberapa peneliti, yaitu antara lain:


(31)

13

1. Wahidahwati (2002) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan.

2. Lemons dan Lins (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat diartikan semakin tinggi proporsi kepemilikan manajerial akan

menurunkan market value, penurunan ini diakibatkan karena tindakan opportunistik yang dilakukan oleh pemegang saham manajerial. 3. Marcus, Kane dan Bodie (2006:8) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsiders ownership), sehingga akan memperoleh manfaat

langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notebene adalah dirinya sendiri.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proporsi

kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), serta akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta konsekuensi bila terjadi kesalahan pengambilan keputusan.

Jensen Meckling (1976) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006). Pemegang saham yang sekaligus sebagai pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi dan


(32)

14

bonus, sejalan dengan teori bonus plan hypothesis yang menyatakan bahwa perusahaan akan memberikan bonus kepada karyawan atau manajer yang memiliki kinerja baik.

2.1.5 Manajemen Laba

Terdapat beberapa pandangan mengenai manajemen laba. Wolk et al. (dalam Astuti, 2005) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Selanjutnya, Healy dan Wahlen (dalam Sulistyanto, 2008:50) mengemukakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan sehingga menyesatkan penilaian stakeholder mengenai kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang bergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.

Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menyimpulkan bahwa praktek manajemen laba akan mengurangi kredibilitas laporan keuangan sebagai suatu bentuk komunikasi antara manajer dengan pihak eksternal perusahaan.

Scott (2009: 403) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan bagi manajer atas kebijakan akuntansi dari berbagai kebijakan yang diperbolehkan dalam standar, untuk mencapai tujuan khusus. Scott (2009: 402) memandang manajemen laba dari dua perspektif, yaitu perspektif pelaporan keuangan (financial reporting perspective) dan perspektif kontraktual (contracting perspective). Dari perspektif pelaporan keuangan, manajer menggunakan


(33)

15

manajemen laba untuk kepentingan analisis peramalan laba, sehingga akan terhindar dari rusaknya reputasi dan reaksi harga saham yang negatif akibat kegagalan dalam memenuhi harapan para investor. Dari perpektif kontraktual, manajemen laba dapat digunakan untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Sugiri (dalam Widyaningdyah, 2001) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit

Manajemen laba didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.

2. Definisi Luas

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit di mana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Dari beberapa definisi manajemen laba yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan tindakan untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan sesuai dengan kepentingan.

2.1.6 Data Envelopment Analysis (DEA)

Data Envelopment Analysis (DEA) dikembangkan sebagai model dalam pengukuran tingkat kinerja atau produktifitas dari sekelompok unit organisasi. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan penggunaan


(34)

16

sumber daya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan output yang optimal. Produktifitas yang dievaluasi dimaksudkan adalah sejumlah penghematan yang dapat dilakukan pada faktor sumber daya (input) tanpa harus mengurangi jumlah output yang dihasilkan, atau dari sisi lain peningkatan output yang mungkin dihasilkan tanpa perlu dilakukan penambahan sumber daya (Septianto, 2009).

DEA (Data Envelopment Analysis) biasanya dinyatakan dalam Decision Making Unit atau Unit Kegiatan Ekonomi (UKE). DEA merupakan alat yang digunakan untuk mengukur efisiensi relatif suatu organisasi. Efisiensi UKE dapat diketahui dengan membandingkan efisiensi UKE suatu perusahaan dengan UKE dari perusahaan lainnya dalah suatu satuan populasi atau sempel. Namun terdapat syarat bahwa jenis input dan outputnya sama (Utami, 2013).

UKE dinilai efisien apabila rasio perbandingan input/output sama dengan 1 atau 100%. Maksudnya adalah UKE tersebut mampu memanfaatkan inputnya secara maksimal untuk menghasilkan output tertentu dan tidak lagi melakukan

pemborosan sehingga mampu mencapai titik yang efisien. Sedangkan UKE yang tidak efisien apabila rasio perbandingan antara input/output adalah antara 0 ≤ input/output 1 atau nilainya kurang dari 100%. Menurut Karsinah (dalam Isnugrahadi, 2009) hal tersebut berarti perusahaan belum mampu mengelola input-input yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang optimal atau masih melakukan pemborosan dalam menggunakan inputnya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Francis dkk, 2006 (dalam Isnugrahadi dan Kusuma, 2009) menemukan hubungan negatif antara reputasi CEO dengan kualitas laba. Mereka berkesimpulan bahwa


(35)

17

ketidakpastian lingkungan operasional perusahaan yang menyebabkan rendahnya kualitas laba, bukannya tindakan manajemen.

Demerjian dkk (2006) menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap kualitas laba. Hasil dari penelitan Demerjian dkk (2006) menemukan hubungan positif antara kecakapan managerial dengan kualitas laba. Dengan kata lain semakin cakap seorang manager maka laba yang dihasilkan semakin berkualitas.

Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan kualitas auditor sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian ini, kecakapan manajerial berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan variabel pemoderasi sendiri yang berupa interaksi antara kecakapan manajerial dan kualitas auditor tidak berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba.

Saputra (2013) menguji pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan komposisi dewan komisaris sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian ini, kecakapan manajerial berpengaruh positif secara signifikan terhadap

manajemen laba, sedangkan komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba.

Shleifer dan Vishny (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Siallagan dan Machfoedz (2006) mengungkapkan bahwa secara teoritis ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan semakin tinggi.


(36)

18

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menjelaskan tentang alur berfikir dan hubungan yang

menunjukkan kaitan antara veriabel-variabel yang ada dalam penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian antara lain manajemen laba, kecakapan manajerial, dan kepemilikan saham oleh manajerial (kepemilikan manajerial)

Demerjian et al. (2006) adalah yang pertama kali menguji hubungan antara kualitas laba dengan kecakapan manajerial. Penelitian Demerjian et al. (2012) menemukan hubungan positif antara kecakapan manajerial dan kualitas laba, yang artinya semakin cakap manajer maka semakin tinggi kualitas laba. Penemuan ini sesuai dengan premis bahwa semakin cakap manajer, maka semakin baik

kemampuannya dalam mengestimasi akrual. Hasil penemuan ini dapat diartikan pula bahwa semakin cakap manajer, maka laba yang dihasilkan semakin

berkualitas karena tidak mengandung manajemen laba..

Namun terdapat faktor yang dapat mempengaruhi intensitas hubungan antara variabel kecakapan manajerial dan variabel manajemen laba yaitu kepemilikan manajerial. Adanya kepemilikan saham oleh manajer di sebuah perusahaan, maka diharapkan manajer akan lebih bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Kaitan antara variabel-variabel dalam penelitian ini, dapat dilihat melalui gambar berikut:


(37)

19

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

(+) (-) 2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Manajemen Laba. Demerjian et al. (2006) adalah yang pertama kali menguji hubungan antara kualitas laba dengan kecakapan manajerial. Penelitian Demerjian et al. (2012) menemukan hubungan positif antara kecakapan manajerial dan kualitas laba, yang artinya semakin cakap manajer maka semakin tinggi kualitas laba. Penemuan ini sesuai dengan premis bahwa semakin cakap manajer, maka semakin baik

kemampuannya dalam mengestimasi akrual. Hasil penemuan ini dapat diartikan pula bahwa semakin cakap manajer, maka laba yang dihasilkan semakin

berkualitas karena tidak mengandung manajemen laba.

Manajer yang cakap tidak membutuhkan manajemen laba untuk memperbagus laba. Manajer yang cakap mampu mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang tepat dan mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengelola sumber daya perusahaan karena mereka memiliki pengalaman, tingkat intelegensia dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Dengan mencapai tingkat efisiensi yang

VARIABEL PEMODERASI Kepemilikan Manajerial

VARIABEL INDEPENDEN Kecakapan Manajerial

VARIABEL DEPENDEN Manajemen Laba


(38)

20

tinggi, perusahaan akan meraih laba yang optimal. Manajer yang cakap akan lebih mempertimbangkan untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan

menggunakan sumber daya secara tepat sehingga akan memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada harus melakukan manajemen laba yang berisiko gagal mempertahankan kepercayaan publik dan stakeholder. Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda pula, seperti antara manajer yang sekaligus merupakan pemegang saham dengan manajer yang tidak menjadi pemegang saham.

Dari paparan di atas dapat dikemukakan bahwa manajer yang cakap tidak membutuhkan manajemen laba untuk melakukan tindakan oportunistis yang bertujuan memperbagus laba. Manajer yang cakap mampu mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang tepat dan mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengelola sumber daya perusahaan karena mereka memiliki pengalaman, tingkat intelegensia dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Dengan mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, perusahaan akan meraih laba yang optimal. Manajer yang cakap akan lebih mempertimbangkan untuk terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan menggunakan sumber daya secara tepat sehingga akan memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada harus melakukan manajemen laba yang berisiko gagal mempertahankan kepercayaan publik dan stakeholder.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: : Kecakapan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba


(39)

21

2.4.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Hubungan Kecakapan Manajerial Dengan Manajemen Laba

Dalam penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba, hasil penelitian Setiyarini dan Purwanti (2011) menemukan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka manajemen laba akan semakin rendah.

Ujiyantho dan Pramuka (2007) meneliti bahwa kepemilikan manajerial adalah salah satu mekanisme good corporate governance yang dapat menghindarkan pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) bahwa semakin besar kepemilikan manajerial maka discretionary accrual semakin rendah.

Hasil penelitian-penelitian tersebut selaras dengan penelitian Jensen dan Meckling dalam Setiyarini dan Purwanti (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan

pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya.Siallagan dan Machfoedz, 2006 (dalam Septiana, 2012).

Manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda pula, seperti antara manajer yang sekaligus merupakan pemegang saham dengan manajer yang tidak menjadi pemegang saham. Manajer yang merangkap sebagai pemegang saham atau pemilik cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba.


(40)

22

Manajer yang berperan sebagai pemegang saham akan menghindari penyusunan laporan keuangan yang tidak benar karena mereka berperan pula sebagai investor dan pengawas perusahaan, yang menginginkan laporan keuangan yang disajikan relevan dan dapat dipertanggungjawabkan melalui return atas investasi yang ditanamkan. Dengan kata lain, kepemilikan manajerial akan menghindarkan terjadinya penginformasian laporan yang tidak sesuai sehingga mensejajarkan penerimaan informasi yang diterima pihak manajemen sebagai pihak internal dan dengan pihak stakeholder sebagai pihak eksternal. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005).

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti mencoba untuk mengajukan hipotesis kedua sebagai berikut:

: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba.


(41)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia (Utami, 2013). Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa laporan keuangan yang akan diambil elemen-elemen tertentu yang

digunakan dalam pengukuran variabel kecakapan manajerial dengan metode DEA (Data Envelopment Analysis ) serta variabel manajemen laba. Data tersebut diambil dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan termasuk dalam kategori perusahaan pemanufaktur selama periode 2011 sampai dengan 2013 berturut-turut.

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode 2011 sampai dengan 2013 berturut-turut, komponen penyusun laporan keuangan merupakan hasil dari aktivitas


(42)

24

tahunan secara parsial.

3. Selama periode 2011-2013 perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan dalam mata uang rupiah.

4. Laporan keuangan berisi informasi yang lengkap, meliputi komponen kecakapan manajerial, kepemilikan manajerial, dan manajemen laba.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan tahunan (annual report) periode 2011-2013. Sumber data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan website Bursa Efek Indonesia.

3.2.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas. Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Tinjauan Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk mempelajari lebih dalam konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga mendapatkan landasan teori yang memadai untuk melakukan penelitian.


(43)

25

Metode ini digunakan untuk mencari dan melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai sumber informasi, antara lain: Indonesian Capital Market Directory (ICMD) , IDX, Bursa Efek Indonesia. Data yang terkumpul kemudian akan dilanjutkan dengan pencatatan , perekapan dan penghitungan sehingga mendapatkan hasil penelitian.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan tiga macam variabel yaitu variabel dependen, veriabel independen, variabel pemoderasi.

3.3.1 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain (Indriantoro, 2002). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Pengukuran manajemen laba dilakukan dengan dengan cara menghitung discretionary accrual. Pengukuran discretionary accrual sebagai proksi manajemen laba menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow, dkk. (1995). Model ini digunakan karena dinilai merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba. Untuk mendapatkan nilai

discretionary accrual dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini (Dechow, dkk. 1995):

1. Menghitung total accrual :

Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating).


(44)

26

2. Menghitung nilai nondiscretionary accrual (NDA) : ( ) + + ( ) + ( )

Keterangan :

: non discretionary accruals pada tahun t.

: total aset untuk sampel perusahaan i pada tahun t-1.

: perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t. : Perubahan piutang bersih ( net receivable ) perusahaan i pada

tahun t-1 ke tahun t.

: aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t.

3. Menghitung nilai discretionary accruals:

Keterangan :

: discretionary accruals perusahaan i pada periode t.

3.3.2 Variabel Bebas (Independen)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2012). Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecakapan manajerial. Indikator yang digunakan untuk mengukur kecakapan manajerial adalah efisensi. Tingkat keefisienan relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input-input (faktor-faktor sumber daya dan operasional) untuk meningkatkan output (penjualan).


(45)

27

Kecakapan manajerial diukur dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Prinsip kerja model DEA adalah membandingkan input dengan output dari suatu perusahaan (decision making unit, DMU) dengan data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis dan input dan output yang digunakan sama. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi. Output dan input yang digunakan dalam penelitian ini direplikasi dari penelitian Isnugrahadi dan Kusuma (2009). Output dan input tersebut adalah sebagai berikut:

Output:

Output yang digunakan hanya satu, yaitu penjualan. Penjualan yang dipakai sebagai output karena penjualan merepresentasikan nilai nominal dari produk perusahaan yang merupakan output mendasar dari perusahaan.

Input:

Item-item yang dijadikan input dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor sumber daya (total aset dan jumlah tenaga kerja) dan faktor operasional (Days COGS in Inventory dan Days Sales Outstanding).

a. Total Aset

Total aset dimasukkan sebagai input karena aset merupakan faktor sumber daya yang sangat penting dalam menghasilkan penjualan (output). Seorang manajer yang cakap akan mampu mengelola besaran aset yang diperlukan untuk menghasilkan penjualan yang maksimal.

b. Jumlah Tenaga Kerja

Disamping aset, faktor sumber daya lain yang berperan menghasilkan penjualan adalah tenaga kerja. Secara umum, untuk nilai penjualan yang


(46)

28

tertentu (given), semakin kecil jumlah tenaga kerja untuk menghasilkan penjualan tersebut maka semakin efisien perusahaan tersebut.

c. Days COGS in Inventory (DCI)

Variabel ini mengukur besaran kecepatan perputaran sediaan perusahaan dalam satuan hari. Semakin kecil waktu (hari) yang diperlukan untuk perputaran sediaan maka semakin efisien perusahaan tersebut. Manajer yang handal diharapkan mampu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk

meminimalkan besaran DCI ini. Rumus untuk menghitung besaran DCI adalah sebagai berikut (Garrison, Noreen dan Brewer, 2009:603):

DCI

d. Days Sales Outsatanding (DSO)

DSO mengukur waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk mendapatkan kas setelah melakukan penjualan. Semakin cepat perusahaan mendapatkan kas semakin baik. Rumus untuk menghitung DSO adalah sebagai berikut

(Garrison, Noreen dan Brewer, 2009:603): DSO

Model yang digunakan untuk menghitung efisiensi dengan pendekatan DEA adalah sebagai berikut (Purwanti, 2012):

MaxӨ = ∑ ∑ Keterangan:

Ө : nilai efisiensi perusahaan k


(47)

29

Yik : jumlah output i dari perusahaan k dan dihitung dari i=1 hingga s Vj : bobot j yang digunakan dalam perusahaan

Xjk : jumlah input j dari perusahaan k dan dihitung dari j=1 hingga m Rasio efisiensi Ө kemudian didapatkan dengan persamaan:

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tidak akan melebihi 1 (100%) dan input output yang dianalisis harus positif.

3.3.3 Variabel Pemoderasi

Variabel pemoderasi adalah variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel dependen dan independen (Ghozali, 2006). Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Imanta, 2011).

Kepemilikan Manajerial


(48)

30

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang digunakan dalam penelitian namun tidak

bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan statistik deskriptif ini meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2006). Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data bersangkutan bervariasi dari rata-rata.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak pada semua data dapat diterapkan regresi. Pengujian yang

dilakukan adalah uji normalitas, uji mutikolenieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji auto korelasi.

3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada


(49)

31

sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi.

3.4.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006). Untuk menguji multikolinearitas dengan cara melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel independen, jika nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan data bebas dari gejala multikolinearitas.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi tersebut terjadi heteroskedastisitas atau tidak, maksudnya untuk mengetahui terjadinya varian tidak sama untuk variabel bebas yang berbeda (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda (heteroskedastisitas).

Terjadi tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatter Plot. Ketentuan adalah sebagai berikut:


(50)

32

a. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka menunjukkan terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atau dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Selain menggunakan grafik scatterplots, uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Gleyser. Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi diperlukan untuk menguji dalam sebuah model regresi terjadi autokorelasi atau tidak. Tujuannya adalah menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, dapat dikatakan terdapat problem autokorelasi (Ghozali, 2006). Autokorelasi terjadi karena penelitian yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pada penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson (DW test). Jika d lebih kecil

dibandingkan dengan dl atau lebih besar dari 4-dl, maka Ho ditolak yang berarti terdapat autokorelasi. Jika DW terletak di antara DU dan 4-DU, berarti tidak terjadi autokorelasi.

3.5. Pengujian Hipotesis

Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi berganda menggunakan


(51)

33

taraf signifikansi pada level 5% ( =0,05). Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. diuji dengan analisis regresi linear sederhana (simple regression analysis) Saputra, 2013.

Keterangan :

: Akrual diskresioner pada tahun t

: Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t

2. diuji dengan uji nilai selisih mutlak. Frucot and Shearon, 1991 (dalam Ghozali, 2006) mengajukan model regresi yang agak berbeda untuk menguji pengaruh moderasi yaitu dengan model nilai selisih mutlak dari variabel independen dengan rumus persamaan regresi.

Keterangan:

: Akrual diskresioner pada tahun t

: Kecakapan manajerial perusahaan pada tahun t : Kepemilikan Manajerial perusahaan pada tahun t : Interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan


(52)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap hubungan kecakapan manajerial denga manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini tidak dapat memberi bukti bahwa kecakapan manajerial yang diukur melalui tingkat efisiensinya dalam mengelola sumber daya perusahaan dapat mempengaruhi tindakan manajemen melakukan manajemen laba, kecakapan manajerial hanya memiliki pengaruh sebesar 7,7% terhadap manajemen laba.

Terdapat beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan

manajemen laba dalam bentuk penurunan laba diantaranya dapat disebabkan karena motivasi perusahaan untuk menghemat pajak (taxation motivation). Dengan mengurangi laba yang dilaporkan, maka perusahaan dapat

meminimalkan besarnya pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

Pengurangan laba juga dapat disebabkan oleh adanya political motivation. Perusahaan melakukan pengurangan laba untuk memperoleh kemudahan dan


(53)

51

fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi, dan perlindungan dari pesaing luar negeri, meminimkan tuntutan serikat buruh dan untuk mengurangi tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.

Hasil ini tidak dapat memberikan bukti bahwa tingkat efisiensi yang tinggi dapat menjamin bahwa manajer tidak akan melakukan praktik manajemen laba. Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009) hal ini terjadi diduga karena seorang manager yang cakap yang paham akan kondisi bisnis perusahaannya akan bisa melihat peluang dari komponen akrual yang ada untuk melakukan managemen laba demi memenuhi kepentingan pribadinya. Manager yang cakap semakin leluasa untuk bermain-main dengan komponen akrual karena standar akuntansi keuangan sendiri memperbolehkan manager untuk memilih satu metoda pencatatan dari beberapa alternatif yang tersedia.

2. Hasil penelitian tidak dapat memberi bukti bahwa adanya kepemilikan

manajerial dalam suatu perusahaan bisa menjamin pihak manajemen terhindar dari tindakan manajemen laba, karena dalam penelitian ini kepemilikan

manajerial hanya memiliki pengaruh sebesar 1% terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba. Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009) hal ini terjadi diduga karena kepemilikan saham manajerial oleh manajer dapat memaksa manajer melakukan tindakan manipulasi laba untuk meningkatkan laba jangka pendek dan juga perusahaan belum benar-benar menegakkan good corporate governance.


(54)

52

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian yaitu:

1. Pengklasifikasian sub sektor industri pemanufakturan sebagai dasar pengelompokan perusahaan-perusahaan yang akan diukur efisiensinya (dinisbahkan sebagai kecakapan managerial) hanya mengikuti

pengklasifikasian dalam ICMD. Penulis tidak melakukan evaluasi lebih lanjut apakah pengelompokan tersebut mencerminkan realitas operasi utama

perusahaan.

5.3 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1 Di Indonesia, variabel kecakapan manajerial yang diukur dengan menggunakan DEA ini relatif masih baru. Untuk penelitian yang akan datang, variabel

kecakapan manajerial ini dapat diuji pengaruhnya terhadap variabel-variabel lain seperti kualitas laba, kinerja perusahaan, harga saham dan lain-lain. 2 Terkait dengan tidak signifikannya interaksi antara kepemilikan manajerial dan

kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, penelitian yang akan datang bisa mencari variabel-variabel pemoderasi lainnya untuk melihat variabel pemoderasi manakah yang signifikan mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Sesuai dengan saran Isnugrahadi dan Kusuma (2009) bahwa variabel-variabel yang dapat diuji sebagai variabel pemoderasi misalnya adalah porsi kepemilikan manager atas saham perusahaan, good corporate governance, komposisi dewan komisaris, kepemilikan institusional, perspektif etis manajemen dan lain-lain.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Irfan, 2002. “Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan

Agensi”, Lintasan Ekonomi, Vol. XIX. No.2. Juli 2002.

Astuti, Dewi Saptantinah Puji. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue. Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

Ball, R dan P Brown 1968, An Empirical Evalution of Accounting Income Numbers, Journal of Accounting Research Vol.6, Hal. 159-178. Bodie, Alex Kane dan Alan J. Marcus. 2006. Investments. Buku 1 dan 2,

Terjemahan Zulaini Dalimunthe dan Budi Wibowo. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan

Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Dechow, P., Sloan, R., Sweeny, A. 1995. Detecting Earnings Management.The

Accounting Review, 7(2), April

Demerjian, Peter, Baruch Lev, Sarah McVay. 2006. Managerial Ability and Earnings Quality. Working paper.

Demerjian,P. M.Lewis.Lev,B.McVay. 2012. Managerial Ability and Earnings Quality. Emory University.

Eisenhardt, K.M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review, Academy of Management Review.Vol. 14. No. 1: 57-74.

Garrison, Noreen, dan Peter C. Brewer. 2009. Managerial Accounting. Buku 2,Terjemahan Nuri Hinduan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Healy, Paul M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics 7, 85-107. North-Holland.


(56)

Healy, P. 1996. Discussion of a Market-based Evaluation of Discretionary Accrual Models. Journal of Accounting Research 34.

Healy, P., dan Wahlen J. 1999. A Review of The Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizon Vol. 12 No.4.

Hendriksen & Van Breda. (1992). Accounting Theory (5th ed). Irwin Professional Publishing.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba Empat.

Imanta, D., & Satwiko, R. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Manajerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 3(1), 78-80. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.

Isnugrahadi, I., dan Indra, W.K. 2009. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang, 4-6 November 2009. Jensen, Michael C and William H. Meckling.1976.Theory of the Firm:Managerial

Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Intrnational Journal of Accounting and Information and Management.

Lemons, Michael L., Karl V. Lins, 2003, Ownership Structure, Corporate

Governance, and Firm Value, Journal of Finance vol LV III, p. 1445-1468. Lina. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Praktik Manajemen Laba

dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Persahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008-2010). Skripsi. Malang:

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Melinda, F.I, dan Bertha S. Sutejo. 2008. Interdependensi Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional serta Pengaruhnya terhadap Kinerja Keuangan. Jounal Manajemen dan Bisnis. Vol 7 No.2

Milani S. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Periode 2005-2007. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri.

Mulyadi. 2002. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Purwanti. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial, Kualitas Auditor, Komite Audit, Firm Size dan Leverage Terhadap Earnings Management. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.


(57)

Purwanti, L. 2012. Kecakapan Managerial, Skema Bonus, Managemen Laba, dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen, 8(2), pp-430.

Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Economic. Jakarta: Salemba Empat. Saputra, David. 2013. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen

Laba dengan Komposisi Dewan Komisaris Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Lampung.

Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. Canada: Prentice Hall. Septiana, Heryn. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial dan Kepemilikan

Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Septianto, H. 2009. Data Envelopment Analysis (DEA) dan Terapannya (Studi Kasus Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Semarang Tahun 2009). Skripsi. Semarang: Program Studi Statistika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Diponegoro.

Setiyarini, dan Lilik Purwanti. 2011. Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Brawijaya.

Siallagan, Hamonangan, dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Metode Penelitian. CV Alfabeta: Bandung. Sulistyanto, Sri H. 2008, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, Grasindo,

Jakarta.

Ujiyantho, Muh. Arief, dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar.

Untung Wahyudi dan Hartini Prasetyaning Pawestri, (2006), Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening, Simposium Nasional Akutansi 9 Padang. Utami, Radityas. 2013. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen

Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Wahidahwati, 2002, Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5 no. 1.


(58)

Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Thesis S2, Universitas Dipenogoro yang tidak di publikasikan.

Wicaksono, Annas Budi. 2013. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel

Pemoderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomik dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di

Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 2, November 2001: 89 – 101.

www.google.com

www.idx.co.id

www.dea.com.


(1)

51

fasilitas dari pemerintah, misalnya subsidi, dan perlindungan dari pesaing luar negeri, meminimkan tuntutan serikat buruh dan untuk mengurangi tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Hasil ini tidak dapat memberikan bukti bahwa tingkat efisiensi yang tinggi dapat menjamin bahwa manajer tidak akan melakukan praktik manajemen laba. Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009) hal ini terjadi diduga karena seorang manager yang cakap yang paham akan kondisi bisnis perusahaannya akan bisa melihat peluang dari komponen akrual yang ada untuk melakukan managemen laba demi memenuhi kepentingan pribadinya. Manager yang cakap semakin leluasa untuk bermain-main dengan komponen akrual karena standar akuntansi keuangan sendiri memperbolehkan manager untuk memilih satu metoda pencatatan dari beberapa alternatif yang tersedia.

2. Hasil penelitian tidak dapat memberi bukti bahwa adanya kepemilikan

manajerial dalam suatu perusahaan bisa menjamin pihak manajemen terhindar dari tindakan manajemen laba, karena dalam penelitian ini kepemilikan

manajerial hanya memiliki pengaruh sebesar 1% terhadap hubungan kecakapan manajerial dengan manajemen laba. Menurut Isnugrahadi dan Kusuma (2009) hal ini terjadi diduga karena kepemilikan saham manajerial oleh manajer dapat memaksa manajer melakukan tindakan manipulasi laba untuk meningkatkan laba jangka pendek dan juga perusahaan belum benar-benar menegakkan good corporate governance.


(2)

52

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian yaitu:

1. Pengklasifikasian sub sektor industri pemanufakturan sebagai dasar pengelompokan perusahaan-perusahaan yang akan diukur efisiensinya (dinisbahkan sebagai kecakapan managerial) hanya mengikuti

pengklasifikasian dalam ICMD. Penulis tidak melakukan evaluasi lebih lanjut apakah pengelompokan tersebut mencerminkan realitas operasi utama

perusahaan. 5.3 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1 Di Indonesia, variabel kecakapan manajerial yang diukur dengan menggunakan DEA ini relatif masih baru. Untuk penelitian yang akan datang, variabel

kecakapan manajerial ini dapat diuji pengaruhnya terhadap variabel-variabel lain seperti kualitas laba, kinerja perusahaan, harga saham dan lain-lain. 2 Terkait dengan tidak signifikannya interaksi antara kepemilikan manajerial dan

kecakapan manajerial terhadap manajemen laba, penelitian yang akan datang bisa mencari variabel-variabel pemoderasi lainnya untuk melihat variabel pemoderasi manakah yang signifikan mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Sesuai dengan saran Isnugrahadi dan Kusuma (2009) bahwa variabel-variabel yang dapat diuji sebagai variabel pemoderasi misalnya adalah porsi kepemilikan manager atas saham perusahaan, good corporate governance, komposisi dewan komisaris, kepemilikan institusional, perspektif etis manajemen dan lain-lain.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Irfan, 2002. “Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi”, Lintasan Ekonomi, Vol. XIX. No.2. Juli 2002.

Astuti, Dewi Saptantinah Puji. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue. Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

Ball, R dan P Brown 1968, An Empirical Evalution of Accounting Income Numbers, Journal of Accounting Research Vol.6, Hal. 159-178. Bodie, Alex Kane dan Alan J. Marcus. 2006. Investments. Buku 1 dan 2,

Terjemahan Zulaini Dalimunthe dan Budi Wibowo. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan

Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. Dechow, P., Sloan, R., Sweeny, A. 1995. Detecting Earnings Management.The

Accounting Review, 7(2), April

Demerjian, Peter, Baruch Lev, Sarah McVay. 2006. Managerial Ability and Earnings Quality. Working paper.

Demerjian,P. M.Lewis.Lev,B.McVay. 2012. Managerial Ability and Earnings Quality. Emory University.

Eisenhardt, K.M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review, Academy of Management Review.Vol. 14. No. 1: 57-74.

Garrison, Noreen, dan Peter C. Brewer. 2009. Managerial Accounting. Buku 2,Terjemahan Nuri Hinduan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Healy, Paul M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics 7, 85-107. North-Holland.


(4)

Healy, P. 1996. Discussion of a Market-based Evaluation of Discretionary Accrual Models. Journal of Accounting Research 34.

Healy, P., dan Wahlen J. 1999. A Review of The Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizon Vol. 12 No.4.

Hendriksen & Van Breda. (1992). Accounting Theory (5th ed). Irwin Professional Publishing.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba Empat.

Imanta, D., & Satwiko, R. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemilikan Manajerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 3(1), 78-80. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi.

Isnugrahadi, I., dan Indra, W.K. 2009. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi 12 Palembang, 4-6 November 2009. Jensen, Michael C and William H. Meckling.1976.Theory of the Firm:Managerial

Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Intrnational Journal of Accounting and Information and Management.

Lemons, Michael L., Karl V. Lins, 2003, Ownership Structure, Corporate

Governance, and Firm Value, Journal of Finance vol LV III, p. 1445-1468. Lina. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Praktik Manajemen Laba

dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Persahaan Manufaktur di BEI Tahun 2008-2010). Skripsi. Malang:

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Melinda, F.I, dan Bertha S. Sutejo. 2008. Interdependensi Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional serta Pengaruhnya terhadap Kinerja Keuangan. Jounal Manajemen dan Bisnis. Vol 7 No.2

Milani S. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Periode 2005-2007. Skripsi. Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri.

Mulyadi. 2002. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Purwanti. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial, Kualitas Auditor, Komite Audit, Firm Size dan Leverage Terhadap Earnings Management. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.


(5)

Purwanti, L. 2012. Kecakapan Managerial, Skema Bonus, Managemen Laba, dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen, 8(2), pp-430.

Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Economic. Jakarta: Salemba Empat. Saputra, David. 2013. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen

Laba dengan Komposisi Dewan Komisaris Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Lampung.

Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. Canada: Prentice Hall. Septiana, Heryn. 2012. Pengaruh Kecakapan Manajerial dan Kepemilikan

Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Septianto, H. 2009. Data Envelopment Analysis (DEA) dan Terapannya (Studi Kasus Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Semarang Tahun 2009). Skripsi. Semarang: Program Studi Statistika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Diponegoro.

Setiyarini, dan Lilik Purwanti. 2011. Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Brawijaya.

Siallagan, Hamonangan, dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Metode Penelitian. CV Alfabeta: Bandung. Sulistyanto, Sri H. 2008, Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris, Grasindo,

Jakarta.

Ujiyantho, Muh. Arief, dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar.

Untung Wahyudi dan Hartini Prasetyaning Pawestri, (2006), Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening, Simposium Nasional Akutansi 9 Padang. Utami, Radityas. 2013. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen

Laba dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Wahidahwati, 2002, Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5 no. 1.


(6)

Wahyuningsih, Dwi Retno. 2007. Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Thesis S2, Universitas Dipenogoro yang tidak di publikasikan.

Wicaksono, Annas Budi. 2013. Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel

Pemoderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomik dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di

Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 2, November 2001: 89 – 101.

www.google.com

www.idx.co.id

www.dea.com.