Strategi dalam Mengatasi Ancaman Militer Strategi dalam Mengatasi Ancaman Non Militer

BAB VII MENATAP TANTANGAN INTEGRASI NASIONAL

A. Mewaspadai Ancaman terhadap Integrasi nasional

Negara Indonesia berada pada posisi silang dunia yang sangat strategis, baik dari aspek kewilayahan maupun aspek kehidupan sosial : - Aspek kewilayahan : Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia serta dua Samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik - Aspek kehidupan kehidupan sosial : Indonesia diapit oleh negara berpenduduk padat utara dan jarang selatan, ideologi komunisme dan liberalisme, demokrasi rakyat dan demokrasi liberal, ekonomi sosialis utara dan ekonomi kapitalis selatan, masyarakat sosialis dan masyarakat individualis, kebudayaan timur dan kebudayaan barat, sistem pertahanan continental pakta warsawa dan sistem pertahanan maritim NATO

1. Ancaman Militer

Ancaman adalah segala sesuatu yang membahayakan kedaulatan nasional, kepribadian bangsa, keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa dan negara, serta kehidupan demokrasi di Indonesia Contoh ancaman militer : - agresiinvansi - sabotase - spionase - pelanggaran wilayah oleh negara lain, - pemberontakan bersenjata, - gerakan separatis bersenjata, - aksi teror bersenjata,

2. Ancaman Non Militer

Contoh ancaman non militer : - ancaman di bidang ideologi : paham komunis, zionis, liberalis - ancaman di bidang politik : adanya intimidasi, provokasi, blokade politik eksternal, adanya separatisme, pergerakan masa, aksi radikal, teroris internal - ancaman di bidang ekonomi : free fight liberalism, etatisme, monopoli - ancaman di sosial budaya : adanya budaya konsumtif, hedonisme, individualisme, westernisasi, KKN, narkoba

B. Strategi Untuk Mengatasi Berbagai Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

1. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Militer

Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta pada hakikatnya merupakan segala upaya menjaga pertahanan dan keamanan negara dan seluruh rakyat serta segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh Strategi bangsa Indonesia menghadapi ancaman militer adalah - memperkuat sishankamrata, yaitu dengan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama TNI dan POLRI , komponen cadangan Sumber daya manusia, alam dan buatan dan komponen pendukung rakyat - mendayagunakan dan mengerahkan seluruh kekuatan nasional dengan pertahanan berlapis yang diwujudkan melalui fungsi-fungsi diplomasi dan perlawanan tanpa senjata 4 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 : Pasal 27 ayat 3 “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara” Pasal 30 ayat 1 “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”

2. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Non Militer

Strategi bangsa Indonesia menghadapi ancaman non militer, yaitu ancaman dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya adalah : - memperkokoh 4 pilar negara : Pancasila, UUD Negara RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI , memperkuat rasa nasionalisme dan patriotisme ideologi - penegakkan demokrasi, kebebasan, keterbukaan, HAM, supremasi hukum politik - memperkuat sistem ekonomi kerakyatan, memperkuat produk dan pasar domestik, memprioritaskan pertanian, tidak tergantung pada IMF, WTO ekonomi - meningkatkan iman dan taqwa warga negara, keselarasan pundamental antara manusia – Tuhan – alam – masyarakat, gerakan ‘aku cinta Indonesia’ sosial budaya Ideologi Pancasila tidak bisa dikatakan aman dari berbagai macam ancaman dalam pengimplementasian nilai-nilainya di masyarakat, karena pengaruh arus globalisasi melalui media informasi dan komunikasi antara lain ideologi liberalis, komunis dan sikap individualis, hedonis, materialistis, konsumeristis. Oleh karena itu, Pancasila harus menjadi landasan ideologi, falsafah, etika moral, serta alat pemersatu bangsa. Integrasi Nasional a. Pengertian Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia. b. Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut: - Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan. - Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. - Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan. - Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan. - Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia. c. Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut: 5 - Masyarakat Indonesia yang heterogen beraneka ragam dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya. - Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas. - Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. - Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan, gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. - Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. 6

BAB VIII MENELUSURI DINAMIKA KEHIDUPAN BERNEGARA DALAM KONTEKS

GEOPOLITIK INDONESIA

A. Mewaspadai Ancaman terhadap Integrasi nasional

1. Pengertian Geopolitik

Geopolitik secara etimologi bahasa Yunani : - geo berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. - polis berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara. - teia berarti urusan politik kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa Teori-teori mengenai geopolitik : a. Teori Frederich Ratzel 1844–1904 teori organisme atau teori biologis Negara itu seperti organisme yang hidup, identik dengan ruangan yang ditempati sekelompok masyarakat bangsa. Semakin luas ruang hidup maka negara akan semakin bertahan, kuat, dan maju. Jika negara ingin tetap hidup dan berkembang butuh ekspansi perluasan wilayah sebagai ruang hidup. b. Teori Rudolf Kjellen 1964–1922 Negara adalah suatu organisme, yaitu satuan dan sistem politik yang menyeluruh yang meliputi bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik, dan krato politik. Negara harus mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya dengan melakukan ekspansi. Paham ekspansionisme dikembangkan. Batas negara bersifat sementara karena bisa diperluas. c. Teori Karl Haushofer 1896–1946 Pandangan tentang ‘lebensraum’ hak suatu bangsa atas ruang hidup untuk dapat menjamin kesejahteraan dan keamanannya dan paham ekspansionisme. Jika jumlah penduduk suatu wilayah negara semakin banyak sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, maka negara tersebut harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup lebensraum bagi warga negara. d. Teori Halford Mackinder 1861–1947 Daerah Jantung Barang siapa menguasai ‘daerah jantung’ Eropa Timur dan Rusia maka ia akan menguasai pulau dunia Eropa, Asia, dan Afrika yang pada akhirnya akan menguasai dunia. e. Teori Alfred Thayer Mahan 1840–1914 Memperhatikan perlunya memanfaatkan serta mempertahankan sumber daya laut, termasuk akses laut. Pembangunan armada laut dan membangun kekuatan maritim. f. Teori Guilio Douhet 1869–1930, William Mitchel 1878–1939, Saversky, dan JFC Kekuatan dirgantara lebih berperan dalam memenangkan peperangan melawan musuh. Membangun armada atau angkatan udara lebih menguntungkan Berdasarkan hal ini maka muncullah konsepsi Wawasan Dirgantara atau konsep kekuatan di udara. 7