Identifikasi bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembanan wisata di kawasan Danau Poso

(1)

SURAT KETERANGAN

PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF

Bertanda tangan di bawah ini, penulis bersedia:

“Bahwa hasil penelitian tugas akhir dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, Untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, April 2013

Richard Evans L NIM 10612700

Mengetahui, Pembimbing

Rifiati Safariah, ST., MT. NIP. 4127 70 17 002


(2)

Bandung, April 2013 Perihal: Plagiat Tugas Akhir

Bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Richard Evans Lamandasa

Nim : 1.06.12.700

Judul Tugas Akhir : IDENTIFIKASI BENTUK PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN DANAU POSO

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan meniru, menyalin atau menjiplak Tugas Akhir/karya ilmiah yang telah ada. Apabila terbukti melakukan kegiatan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi yang diberikan sesuai ketentuan yang ditetapkan dan berlaku di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia.

Yang memberikan pernyataan,


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Richard Evans Lamandasa Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Palu, 8 Desember 1987 Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Bahontula, Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali

Agama : Kristen

Telephone : 0853211470665

E-mail : r1chard_evans@yahoo.co.id

1993 - 1999 : SD GKST 2 Poso 2000 - 2003 : SMP Negeri 9 Palu 2003 - 2005 : SMA Negeri 1 Kolonodale

2005 - sekarang : Program Sarjana (S-1) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung

- SMP : OSIS (Anggota)

- SMA : Saka Wanabakhti

- Perguruan Tinggi : Himpunan Jurusan PWK DATA PRIBADI

PENDIDIKAN


(4)

- Studio Proses Perencanaan: Identifikasi Pariwisata di Kota Bandung dan Sekitarnya (2008).

- Studio Perencanaan Kota: Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Pacet (2010).

- Studio Perencanaan Wilayah: Pengembangan Konsep Cyber City di Kota Cimahi (2011). - Identifikasi Karakteristik Pengguna Kereta Api Jalur Padalarang-Cicalengka (2012).

Bahasa: Indonesia Komputer

- Microsoft office (Word, Excel, Powerpoint, Frontpage) - ArcGIS

- AutoCAD - ArchiCAD - Sketchup

PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN


(5)

IDENTIFIKASI BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN DANAU POSO

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program Studi Strata 1 (S1) Pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh :

RICHARD EVANS LAMANDASA 1.06.12.700

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

i ABSTRAK

Kawasan danau Poso merupakan kawasan wisata yang ada di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Kawasan danau Poso memiliki banyak obyek wisata seperti: Air Terjun Saluopa, Pantai Siuri, Gua Latea, dan Gua Pamona. Pengelolaan dan pengembangan obyek wisata danau Poso dikoordinir oleh Pemerintah Daerah, dengan melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di kawasan danau Poso.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode ini dimaksud untuk mengidentifikasi kondisi eksisting daya tarik wisata di kawasan danau Poso, mengidentifikasi kesediaan masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan, menganalisis bentuk partisipasi masyarakat, dan menganalisis keterkaitan partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Sangele, Kelurahan Tentena, Kelurahan Pamona, Desa Tonusu dan Desa Toinasa yang berada di wilayah Kecamatan Pamona Puselemba.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan kawasan wisata danau Poso yang tertinggi adalah pada aspek atraksi wisata yaitu 100% bersedia. Sementara dari aspek transportasi, aspek fasilitas pelayanan dan aspek promosi masing-masing beragam. Aspek fasilitas pelayanan 64% bersedia, aspek transportasi 50% bersedia dan aspek promosi 50% bersedia berpartisipasi. Bentuk partisipasi masyarakat pada umumnya dalam bentuk partisipasi nyata (untuk aspek atraksi wisata, fasilitas pelayanan dan promosi), sementara untuk aspek transportasi pada umumnya dalam bentuk abstrak. Pada penelitian ini pun dihasilkan pola keterkaitan antara bentuk partisipasi dengan karakteristik masyarakat (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan).

Kata kunci :


(7)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kasih dan karunia-Nya, laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat setelah menyelesaikan penelitian tentang objek wisata di danau Poso, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil sehingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir dapat terlaksana dengan baik. Demikian juga kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan serta bimbingan, saya menyampaikan terima kasih, dan secara khusus ucapan terima kasih saya sampaikan kepada, Yth:

1. Bapak Dr.Eddy Suryanto Soegoto, Ir. M.Sc; Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Rifiati Safariah, S.T, M.T; sebagai dosen pembimbing telah memberikan arahan dan bimbingan sejak persiapan penelitian hingga penyusunan laporan ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Romeiza Syahfriharti, Ir. MT. selaku Dosen wali.

4. Bapak dan Ibu para Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia.

5. Tante Sherly Lamandasa dan keluarga yang memberikan semangat dan banyak membantu selama penelitian di desa Tentena.

6. Jo Dongalemba yang turut membantu dalam survey penelitian.

7. Bapak Esra Menggilona selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Tentena yang banyak memberikan informasi obyek wisata di danau Poso. 8. Ibu Fitri Sekretaris Jurusan, yang telah memberikan dukungan kelancaran

pengurusan administrasi dan lain-lain berkaitan pelaksanaan penelitian tugas akhir ini.

9. Masyarakat Kelurahan Tentena, Kelurahan Sangele, Kelurahan Pamona, Desa Tonusu dan Desa Toinasa yang sudah memberikan waktu dan informasi bagi berlangsungnya penelitian ini,


(8)

iii 10. Kepada adik-adik planologi angkatan 2008, M.Budiman, Nilton, Babas, Botak (Ryan), Hegar, Dwi, William, Tendri, Giri, Dedy juga kepada rekan se-angkatan Shidik dan Aris terima kasih atas saran dan bantuannya selama proses penelitian,

11. Semua teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, saya ucapkan terima kasih banyak.

Penyusun sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik membagun, demi perbaikan laporan dimasa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.


(9)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….……….………..……… i

DAFTAR ISI……….……….……….. iii

DAFTAR TABEL……….……….. v

DAFTAR GAMBAR……….. vi

BAB I PENDAHULUAN……… 1.1 Latar Belakang……….………...…...……….……… 1

1.2 Rumusan Permasalahan.………..……….. 3

1.3 Tujuan dan Sasaran………..……….….……… 3

1.4 Manfaat Penelitian..………..……….…..……….. 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian……….…………. 4

1.5.1 Ruang Lingkup Studi……….……….……… 4

1.5.2 Ruang Lingkup Materi……….……….….. 5

1.6 Metodologi Penelitian……….……..…………. 5

1.6.1 Metode Pengumpulan Data………... 5

1.6.2 Metode Analisis……….………. 6

1.7 Bentuk Kerangka Pemikiran……….…. 7

1.8 Variabel Penelitian………. 8

1.9 Sistematika Penulisan……….… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..…......…... 2.1 Teori Pariwisata………..………..………..…… 10

2.2 Pengertian Pariwisata…..……….……….. 10

2.3 Jenis-Jenis Pariwisata...……….………. 12

2.4 Tinjauan Konsep Pengembangan Pariwisata……….. 13

2.4.1 Transportasi………. 13

2.4.2 Atraksi Wisata………. 14

2.4.3 Fasilitas Pelayanan……….. 16

2.4.4 Promosi dan Informasi……… 16

2.5 Partisipasi Masyarakat………..………..…………..…. 17


(10)

v

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi………..……..………….. 20

2.7.1 Usia……….. 21

2.7.2 Jenis Kelamin……….. 21

2.7.3 Pendidikan……….. 21

2.7.4 Pendapatan……….. 21

2.8 Analisis Deskriptif………...………..……..………….. 22

2.9 Teknik Tabulasi Silang………...………... 22

2.10 Identifikasi Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Poso………. 22

BAB III GAMBARAN UMUM……….. 3.1 Lokasi Penelitian……….……….…………. 24

3.1.1 Pemerintahan………..……….. 24

3.1.2 Batas dan Luas Wilayah……….……….. 25

3.1.3 Jarak Antar Desa dan Moda Transportasi..……….. 27

3.1.4 Sosial……….……….….. 28

3.1.5 Perhubungan dan Komunikasi………. 35

3.2 Profil Umum Kepariwisataaan……….…...……… 36

3.2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata……… 36

3.2.2 Obyek dan Daya Tarik Wisata………. 38

3.3 Pelaksanaan Survei……….. 46

BAB IV ANALISIS………. 4.1 Identifikasi Kondisi Aspek Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Poso……….. 47

4.1.1 Identifikasi Kondisi Aspek Atraksi Wisata di Kawasan Danau Poso….………..……… 47

4.1.2 Identifikasi Kondisi Aspek Transportasi Wisata di Kawasan Danau Poso…….………..……… 54

4.1.3 Identifikasi Kondisi Aspek Fasilitas Pelayanan Wisata di Kawasan Danau Poso………..………. 55

4.1.4 Identifikasi Kondisi Aspek Promosi Wisata di Kawasan Danau Poso………..………... 61


(11)

vi 4.2 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek

Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Poso…..…………..…… 62 4.2.1 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek

Atraksi Wisata...………..………. 62

4.2.2 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek

Transportasi...………..………. 64 4.2.3 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek

Fasilitas Pelayanan.………..………. 65

4.2.4 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek

Promosi...………..………... 65 4.3 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Pengembangan

Pariwisata di Kawasan Danau Poso... 66 4.3.1 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Atraksi

Wisata………... 66 4.3.1.1 Identifikasi Kesediaan Masyarakat untuk

Berpartisipasi dalam Aspek Atraksi Wisata……...….. 66 4.3.1.2 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam

Aspek Atraksi Wisata………... 67

4.3.1.3 Analisis Keterkaitan Bentuk Partisipasi Masyarakat

dalam Aspek Atraksi Wisata………. 68 4.3.2 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek

Transportasi………... 71 4.3.2.1 Identifikasi Kesediaan Masyarakat untuk

Berpartisipasi dalam Aspek Transportasi………. 71 4.3.2.2 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam

Aspek Transportasi………... 72

4.3.2.3 Analisis Keterkaitan Bentuk Partisipasi Masyarakat


(12)

vii 4.3.3 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Fasilitas

Pelayanan………... 76

4.3.3.1 Identifikasi Kesediaan Masyarakat untuk Berpartisipasi dalam Aspek Fasilitas Pelayanan……... 77

4.3.3.2 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Fasilitas Pelayanan………. 77

4.3.3.3 Analisis Keterkaitan Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Fasilitas Pelayanan……….. 78

4.3.4 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Promosi………... 81

4.3.4.1 Identifikasi Kesediaan Masyarakat untuk Berpartisipasi dalam Aspek Promosi……… 82

4.3.4.2 Identifikasi Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Promosi……….. 82

4.3.4.3 Analisis Keterkaitan Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Aspek Promosi………... 84

4.4 Pola Karakteristik Masyarakat dalam Bentuk Partisipasi pada Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Poso... 87

4.4.1 Kategori Usia……….... 87

4.4.2 Jenis Kelamin………...……….... 89

4.4.3 TingkatPendidikan…...……… 91

4.4.4 Tingkat Pendapatan……….……… 93

BAB V KESIMPULAN………. 5.1 Kesimpulan………... 95

5.2 Rekomendasi……… 96

5.3 Keterbatasan Studi……… 97

5.4 Studi Lanjutan………...………... 97

DAFTAR PUSTAKA ………


(13)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar .1.1 Peta ruang lingkup studi. ... 4

Gambar. 1.2 Bentuk Kerangka pemikiran ... 7

Gambar. 3.1 Peta Adminstrasi Kecamatan Pamona Puselemba ... 26

Gambar. 3.2 Cagar Budaya Gua Latea ... 40

Gambar. 3.3 Cagar Budaya Gua Pamona ... 41

Gambar. 3.4 Festival Budaya Poso ... 42

Gambar. 3.5 Obyek Wisata Pantai Siuri... 43

Gambar. 3.6 Obyek Wisata Air terjun Saluopa ... 44

Gambar. 3.7 Acara Adat Padungku... 45

Gambar. 3.8 Kegiatan Tarian Dero ... 45

Gambar. 4.1 Pertunjukan Tarian Dero dan Pertunjukan Pakaian Adat ... 48

Gambar. 4.2 Permainan Musik Khas Pamona dan Pemilihan Putra-Putri Danau Poso ... 48

Gambar. 4.3 Identifikasi Kegiatan Adat Padungku ... 49

Gambar. 4.4 Identifikasi Kegiatan Tarian Dero ... 51

Gambar. 4.5 Kondisi Obyek Wisata Pantai Siuri ... 51

Gambar. 4.6 Kondisi Obyek Wisata Air Terjun Saluopa ... 52

Gambar. 4.7 Kondisi Cagar Budaya Gua Latea ... 53

Gambar. 4.8 Kondisi Cagar Budaya Gua Pamona ... 53

Gambar. 4.9 Kondisi Sarana & Prasarana Transportasi Darat ... 54

Gambar. 4.10 Kondisi Sarana & Prasarana Transportasi Air ... 55

Gambar. 4.11 Kondisi Pelabuhan Perahu Motor ... 55

Gambar. 4.12 Fasilitas Rumah Makan ... 56

Gambar. 4.13 Petugas dan Angkutan Kebersihan ... 56

Gambar. 4.14 Pos Penjagaan Air terjun Saluopa dan Pos Penjagaan Pantai Siuri ... 57

Gambar. 4.15 Papan Petunjuk Lokasi Obyek Wisata ... 58

Gambar. 4.16 Lokasi Parkiran Obyek Wisata ... 59

Gambar. 4.17 Warung pada Lokasi Obyek Wisata ... 59

Gambar. 4.18 Tempat Peristrahatan pada Obyek Wisata ... 60


(14)

ix

Gambar. 4.20 Kondisi Toilet Umum pada Obyek Wisata ... 61

Gambar. 4.21 Kesediaan masyarakat dalam Aspek Atraksi Wisata ... 66

Gambar. 4.22 Bentuk Partisipasi masyarakat Aspek Atraksi Wisata ... 67

Gambar. 4.23 Partisipasi masyarakat Aspek Atraksi Wisata ... 68

Gambar. 4.24 Kesediaan masyarakat dalam Aspek Transportasi ... 72

Gambar. 4.25 Bentuk Partisipasi masyarakat Aspek Transportasi ... 72

Gambar. 4.26 Partisipasi masyarakat Aspek Transportasi ... 73

Gambar. 4.27 Kesediaan masyarakat Aspek Fasilitas Pelayanan ... 77

Gambar. 4.28 Bentuk Partisipasi masyarakat Aspek Fasilitas Pelayanan ... 78

Gambar. 4.29 Partisipasi masyarakat Aspek Fasilitas Pelayanan ... 78

Gambar. 4.30 Kesediaan masyarakat Aspek Promosi ... 82

Gambar. 4.31 Bentuk Partisipasi masyarakat Aspek Promosi ... 83


(15)

x DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Variabel yang diteliti. ... 8

Tabel II.1 Pemikiran tentang Bentuk Partisipasi ... 17

Tabel II.2 Jenis Partisipasi dan Pendekatan ... 18

Tabel II.3 Tipologi Partisipasi. ... 19

Tabel II.4 Aspek-Aspek Pengembangan Wisata. ... 23

Tabel III.1 Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa ... 27

Tabel III.2 Jarak antar Ibukota Kecamatan dengan Desa. ... 27

Tabel III.3 Banyaknya Sekolah, Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah.. ... 28

Tabel III.4 Banyaknya Murid, Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah.. ... 29

Tabel III.5 Banyaknya Guru, Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah. ... 29

Tabel III.6 Fasilitas Kesehatan Menurut Desa ... 30

Tabel III.7 Dokter dan Paramedis lainnya Menurut Desa ... 30

Tabel III.8 Toko/Kios dan Restoran/Rumah Makan Menurut Desa ... 31

Tabel III.9 Jumlah Prasana Pemasaran Menurut Desa ... 32

Tabel III.10 Jumlah Sarana Akomodasi Menurut Desa ... 33

Tabel III.11 Jumlah Industri Kecil/Kerajinan Rakyat Menurut Desa ... 33

Tabel III.12 Banyaknya Usaha Jasa Menurut Desa ... 34

Tabel III.13 Jumlah Angkutan Umum Menurut Desa ... 35

Tabel III.14 Jumlah Alat Komunikasi Menurut Desa ... 36

Tabel III.15 Rencana Pengembangan Struktur Pariwisata ... 37

Tabel III.16 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan Wisata ... 38

Tabel III.17 Sebaran Obyek Wisata Penelitian ... 39

Tabel IV.1 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Kelompok Usia ... 68

Tabel IV.2 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Jenis Kelamin. ... 69

Tabel IV.3 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Tingkat Pendidikan ... 70


(16)

xi Tabel IV.4 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan

Tingkat Pendapatan ... 70

Tabel IV.5 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Kelompok Usia ... 74

Tabel IV.6 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Jenis Kelamin ... 74

Tabel IV.7 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Tingkat Pendidikan ... 75

Tabel IV.8 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Tingkat Pendapatan ... 76

Tabel IV.9 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Kelompok Usia ... 79

Tabel IV.10 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Jenis Kelamin ... 80

Tabel IV.11 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Tingkat Pendidikan ... 80

Tabel IV.12 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Tingkat Pendapatan ... 81

Tabel IV.13 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Kelompok Usia ... 84

Tabel IV.14 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Jenis Kelamin ... 85

Tabel IV.15 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Tingkat Pendidikan ... 85

Tabel IV.16 Tabulasi Silang antara Bentuk Partisipasi dengan Tingkat Pendapatan ... 86

Tabel IV.17 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Usia 20-30 tahun ... 87

Tabel IV.18 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Usia 31-40 tahun ... 88

Tabel IV.19 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Usia 41-50 tahun ... 88

Tabel IV.20 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Usia >50 tahun ... 89

Tabel IV.21 Bentuk Partisipasi Masyarakat pada Kelompok Pria ... 90

Tabel IV.22 Bentuk Partisipasi Masyarakat pada Kelompok Wanita ... 90

Tabel IV.23 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Tingkat Pendidikan SMP ... 91

Tabel IV.24 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Tingkat Pendidikan SMA ... 92

Tabel IV.25 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi ... 92


(17)

xii Tabel IV.26 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan

Pendapatan <1.000.000 ... 93 Tabel IV.27 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan

Pendapatan 1.000.000-2.000.000 ... 94 Tabel IV.28 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan

Pendapatan 2.000.000-4.000.000 ... 94 Tabel IV.29 Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan

Pendapatan >4.000.000 ... 95 Tabel V.1 Keterkaitan Bentuk Partisipasi dengan Karakteristik


(18)

DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI BUKU

 Holil Soelaiman. 1980. Partisipasi Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial. Bandung.

 Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 Pitana, I Gde, dan Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

 Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.  Ross, Murray G., dan B.W. Lappin. 1967. Community Organization: theory,

principles and practice. Second Edition. NewYork: Harper & Row Publishers.

 Sulistyo, Joko. 2012. 6 Hari Jago SPSS 17, cetakan Ketiga. Yogyakarta: Cakrawala.

PENELITIAN

Adikampana, I made. Optimalisasi Kontribusi Pariwisata Ceking Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal, Kecamatan Tegallalang, Bali. 2009.

Adrianto, Bowo. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Prasarana Dasar Permukiman yang Bertumpu pada Swadaya Masyarakat di Kota Magelang. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang 2006.

Iskandar alam, Widya. Identifikasi Persepsi dan Preferensi Pengunjung tentang Obyek dan Daya Tarik Wisata Situ Bagendit Kabupaten Garut, Tugas Akhir, Jurusan PWK, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2009.


(19)

Muhammad, Ramlan Salam. Partisipasi Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas Permukiman di Kawasan Pusat Kota Palu, Universitas Tadulako, Palu 2010.

Nunu Rahmat Syah, Laode. Kajian Penggembangan Pariwisata Danau Napabale dan Danau Motonuno Berbasis Masyarakat, Universitas Komputer Indonesia, Bandung. 2012.

Permana, Aris. Identifikasi Arahan Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Kota Pagar Alam, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2011.

Ramadhan, Kukuh. Promosi Festival Danau Poso, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2011.

Taona Santo, Frans. Promosi Kawasan Wisata Danau Poso, Kabupaten Poso, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2007.

Yulianti, Yoni. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Solok, Universitas Andalas, Padang 2012.

PUBLIKASI TERBATAS

 Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Poso, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata.

 Badan Pusat Statistik. Kabupaten Poso dalam Angka, tahun 2011.  Kecamatan Pamona Pusalemba, Laporan Profil Kecamatan tahun 2011.  UPTD Tentena, Data Laporan Statistik Pengunjung 2011.

 Undang-undang nomor 32 dan nomor 33 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.


(20)

REFERENSI DARI MEDIA ELEKTRONIK

 http://jiunkpe/d3/pari/2000/jiunkpe-ns-d3-2009-91397072-10349-bande-chapter2.pdf

 http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Poso

 http://madebayu.blogspot.com/2009/03/sosial-budaya-pariwisata-2.html  Wikipedia 2009 (http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi)

 http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/  World Tourism Organization (WTO), 1999, International Tourism A Global

Perspective, Madrid, Spain.

 http://kalisongku.wordpress.com/2011/09/01/kualitas-destinasi-pariwisata-sapta-pesona-dan-pemasaran/

 http://pamonazone.blogspot.com/2008/01/tarian-dero-moende.html  http://jalan2.com/city/palu/padungku/

 http://bawgoreng.blogspot.com/2012/08/tarian-sulawesi-tengah.html

PERATURAN DAN UNDANG-UNDANG

 Undang-undang nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

 Peraturan Pemerintah nomor 67 tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan.

 Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor KM No.05/UM.209/MPPT89 tentang Sadar Wisata


(21)

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Danau Poso merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Tengah yang memiliki obyek wisata alam yang sangat indah dan menarik. Beberapa obyek wisata alam yang ada di kawasan danau Poso antara lain Air Terjun Saluopa, Pantai Siuri, Gua Latea, Gua Pamona, Taman Anggrek Bancea, dan Taman Wisata Wera. Keindahan alam yang merupakan daya tarik obyek wisata di kawasan Danau Poso lokasinya berada di sekitar pemukiman masyarakat setempat. Peranan pemerintah dan masyarakat setempat sangat menentukan tetap terpeliharanya daya tarik wisata alam tersebut.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 dan Nomor 33 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan dan mengoptimalkan segala potensi daerah yang dimiliki dalam peningkatan pembangunan kesejahteraan masyarakat. Potensi daerah yang secara tidak langsung ikut dikembangkan termasuk pariwisata. Pengembangan pariwisata mempunyai hubungan erat antara daya tarik wisata dan masyarakat. Pengembangan pariwisata ini secara jelas diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Melalui Keputusan Menteri Pariwisata dan Komunikasi KM no.05/UM.209/MPPT89, membuat suatu program pengembangan pariwisata yaitu Sapta Pesona. Sapta Pesona adalah tujuh unsur daya tarik wisata yang dapat mempengaruhi keinginan wisatawan untuk tinggal lebih lama di tempat yang dituju. Tujuh unsur dari Sapta Pesona itu meliputi: pesona aman, pesona tertib, pesona bersih, pesona sejuk, pesona indah, pesona ramah-tamah, pesona kenangan.

Pengembangan pariwisata di daerah yang dikoordinir oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran serta partisipasi masyarakat dan swasta, merupakan salah satu cara yang tujuannya untuk pengembangan ekonomi,


(23)

2 peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya alam. Dalam rencana induk pengembangan pariwisata Kabupaten Poso, kawasan terdapat 3 wilayah struktur pengembangan atau kawasan pengembangan pariwisata. Kawasan wisata danau Poso termasuk dalam kawasan pengembangan pariwisata (KPP 2), danau Poso dan sekitarnya. Kawasan pengembangan pariwisata pada danau Poso dan sekitarnya meliputi wilayah Kecamatan Pamona Utara, Kecamatan Pamona Selatan, dan Kecamatan Pamona Barat, juga termasuk beberapa obyek daya tarik wisata seperti Pantai Siuri, Pantai Pasir Putih, Pantai Tobim Bo’u, Pantai Tokeimbu, Siurri Cottage, Pantai Saluki, Pantai Omboa, dan Taman Anggrek Bancea.

Berdasarkan dari undang-undang pariwisata dan program Sapta Pesona bahwa masyarakat merupakan faktor yang penting sebagai daya dukung bagi pengembangan pariwisata sehingga pengembangan pariwisata pada kawasan Danau Poso dapat ditinjau dari peran masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat dimana masyarakat atau warga setempat memainkan peranan penting dan utama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan lingkungan (Gumelar S. Sastrayuda, 2010). Partisipasi masyarakat pada kawasan Danau Poso dilihat dengan adanya upaya dan kesediaan masyarakat untuk turut serta dalam berbagai acara wisata di kawasan Danau Poso.

Berdasarkan hal tersebut upaya-upaya masyarakat merupakan hal penting bagi kondisi lingkungan wisata di kawasan danau. Adapun terdapat berbagai macam upaya masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan dan keberlanjutan wisata di kawasan Danau Poso. Maka dalam penelitian ini akan mengkaji mengenai bentuk partisipasi masyarakat agar dapat mengambarkan potensi yang dikembangkan oleh masyarakat di kawasan Danau Poso.

1.2. Rumusan Permasalahan

Kabupaten Poso memiliki potensi obyek wisata danau Poso dan sekitarnya. Dalam pengembangan obyek wisata danau Poso dibutuhkan partisipasi masyarakat, untuk itu perlu diketahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam


(24)

3 aspek-aspek pengembangan pariwisata. Adapun pertanyaan penelitian yang perlu dijawab adalah:

1. Apakah masyarakat bersedia atau tidak untuk berpartisipasi pada pengembangan di kawasan Danau Poso?

2. Bagaimana bentuk parisipasi masyarakat pada pengembangan di kawasan Danau Poso?

3. Bagaimana keterkaitan antara bentuk partisipasi dengan karakteristik masyarakat?

1.3 Tujuan dan sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata di kawasan Danau Poso. Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang hendak dicapai sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi eksisting daya tarik wisata di kawasan Danau Poso.

2. Mengidentifikasi kesediaan masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan wisata di kawasan Danau Poso.

3. Menganalisis bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata di kawasan Danau Poso.

4. Menganalisis keterkaitan partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana pada pengembangan ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota mengenai partisipasi masyarakat khususnya pada pengembangan pariwisata. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran partisipasi masyarakat sehingga dapat diketahui bagaimana memberdayakan masyarakat dalam berpartisipasi mengembangkan obyek wisata di kawasan Danau Poso.


(25)

4 1.5 Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini dibagi 2 yaitu ruang lingkup studi dan ruang lingkup materi.

1.5.1 Ruang Lingkup Studi

Ruang lingkup studi adalah lokasi penelitian dilaksanakan yaitu pada Kecamatan Pamona Puselemba yang terdiri dari 2 desa dan 3 kelurahan : Desa Toinasa, Desa Tonusu, Kelurahan Sangele, Kelurahan Pamona dan Kelurahan Tentena.

Gambar 1.1


(26)

5 1.5.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang menjadi cakupan pembahasan pada penelitian ini dalam kaitannya untuk mengetahui kondisi eksisting, kesediaan partisipasi masyarakat serta mengetahui keterkaitan dan bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata di kawasan Danau Poso. Materi yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Potensi wisata di kawasan danau Poso dan sekitarnya b. Karakteristik masyarakat di sekitar danau Poso

c. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata danau Poso.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang menggambarkan kawasan Danau Poso. Selengkapnya langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metodologi pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh dari wawancara, dan observasi.

Survei Data Primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui teknik survei observasi langsung ke lapangan terhadap masyarakat. Observasi langsung dilakukan untuk melihat kondisi eksisting obyek wisata di kawasan Danau Poso dengan teknik wawancara dan penyebaran kuesioner pada responden. Adapun cara perolehan untuk menentukan responden, dilakukan secara acak sederhana dengan pengambilan sampel yang berasal dari masyarakat lokal.

Survei Data Sekunder dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan literatur, kebijakan dan peraturan-peraturan yang ada dari instansi terkait. Informasi yang diharapkan dari Instansi pemerintah adalah data profil Kecamatan Pamona Puselemba, statistik kepariwisataan Kabupaten Poso, data Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Poso.


(27)

6 1.6.2 Metoda Analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif dan didukung oleh teknik tabulasi silang. Analisis deskriptif Menurut Moh.Nazir (2003) adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Pendekatan analisis pada penelitian ini yaitu berkaitan dengan identifikasi potensi dan daya tarik wisata di kawasan Danau Poso, kesediaan masyarakat sebagai pendukung dalam berpartisipasi atau tidak pada pengembangan wisata di kawasan Danau Poso, analisis bentuk partisipasi dari masyarakat dan menganalisis keterkaitan partisipasi dengan karakteristik masyarakat seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pendapatan/penghasilan.

Teknik tabulasi silang adalah merupakan metode penyusunan data yang menggunakan data nominal dan ordinal untuk melihat hubungan antara dua variabel. Variabel yang dianalisa dalam metode ini merupakan variabel yang kualitatif, yang mempunyai nilai statistik. Teknik tabulasi silang digunakan pada proses menganalisa keterkaitan antara partisipasi masyarakat pada aspek-aspek pengembangan pariwisata dengan karakteristik masyarakat di kawasan danau Poso.

1.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang merupakan suatu alur singkat mulai dari latar belakang masalah hingga mencapai kesimpulan. Dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut.


(28)

7 Gambar 1.2

Kerangka Pemikiran

Potensi pariwisata di kawasan danau Poso

Identifikasi daya tarik wisata di kawasan danau Poso

menurut aspek pengembangan pariwisata

Karakteristik Masyarakat

Usia

Jenis Kelamin Pendidikan Pendapatan

Analisis bentuk Partisipasi masyarakat Masyarakat sebagai salahsatu

komponen utama dan pendukung dalam pengembangan pariwisata

Identifikasi bersediaan atau tidaknya masyarakat untuk

berpartisipasi

Kesimpulan & Rekomendasi

Analisis keterkaitan antara bentuk partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat


(29)

8 1.8 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan variasi tertentu yang ditetapkan untuk diketahui dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel yang ditelusuri dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel I.1 berikut.

Tabel I.1. Variabel yang diteliti

Sasaran Variabel

1. Identifikasi kondisi eksisting daya tarik wisata di kawasan danau Poso

 Atraksi Wisata  Transportasi  Fasilitas Pelayanan  Promosi

2. Identifikasi kesediaan partisipasi masyarakat dalam pengembangan

 Masyarakat bersedia atau tidak bersedia berpartisipasi

3. Analisis bentuk partisipasi masyarakat

 Bentuk Partisipasi yang diberikan oleh masyarakat.

a. Bentuk nyata b. Bentuk Abstrak

4. Analisis keterkaitan partisipasi masyarakat dengan karakteristik mayarakat

 Keterkaitan bentuk partisipasi masyarakat dengan faktor usia  Keterkaitan bentuk partisipasi

masyarakat dengan faktor jenis kelamin

 Keterkaitan bentuk partisipasi masyarakat dengan faktor pendidikan

 Keterkaitan bentuk partisipasi masyarakat dengan faktor pendapatan


(30)

9 1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini, adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup materi yang memuat batasan studi atau kajian subtansi, manfaat penelitian, serta ruang lingkup wilayah, kerangka pemikiran, metodologi studi yang meliputi metode pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori yang berhubungan dengan objek wisata danau, aspek pengembangan obyek wisata dan partisipasi masyarakat yang dapat dijadikan sumber untuk lebih menguatkan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan penelitian ini.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum kawasan wisata Danau Poso yang meliputi kebijakan pengembangan objek wisata, fungsi dan pemanfaatan danau Poso, dan keadaan atau kondisi wilayah Kecamatan Pamona Puselemba terkait danau Poso.

BAB IV ANALISIS BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan dilakukan identifikasi kesediaan partisipasi masyarakat dan analisis partisipasi masyarakat terhadap aspek pengembangan pariwisata dan keterkaitan antara bentuk partisipasi masyarakat dengan karakteristik masyarakat dalam tiap aspek pengembangan pariwisata.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab terakhir dalam penelitian ini menguraikan hasil analisis yang telah dilakukan dan menyampaikan rekomendasi dan saran yang bersifat membangun dan mengarahkan yang diharapkan dapat berguna dalam pengembangan wisata di kawasan Danau Poso.


(31)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pariwisata

Pada umumnya masyarakat mengenal tentang berwisata adalah kegiatan berlibur dan berekreasi untuk suasana santai dalam mencari kepuasan, namun sejauh ini istilah pariwisata yang proses berpergian sementara waktu, tidak hanya alasan bersantai saja adapun berbagai dorongan seseorang untuk berpariwisata seperti kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama dan pendidikan. Secara etymologis pariwisata adalah sebagai usaha promosi atau mendorong melaksanakan tour, dan akomodasi wisatawan. Adapun berbagai teori tentang pariwisata yaitu sebagai berikut:

 Kegiatan dari seseorang di luar lingkungan yang biasanya kurang dari jangka waktu tertentu, dan yang utama tujuan perjalanan adalah selain latihan suatu pekerjaan yang dibayar dari tempat yang dikunjungi. (Organisasi Perdagangan Dunia)

 Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan manusia yang melakukan pergerakan/perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggal ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang di dorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah tetap.

(Biro pusat statistik, 1986)

2.2 Pengertian Pariwisata

Ada beberapa pengertian berdasarkan pengertian pariwisata dan berbagai hal yang berkaitan dengan pariwisata yang akan dibahas, antara lain:

1. Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil karya manusia itu sendiri (Sujali, 1989).

2. Potensi internal obyek wisataadalah potensi wisata yang dimiliki obyek itu sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989).


(32)

11 3. Potensi eksternal obyek wisata adalah potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu obyek wisata yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap. (Sujali, 1989).

4. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. (Oka. A.Yoeti, 1982).

5. Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.

6. Obyek wisata adalah suatu tempat dimana orang atau rombongan melakukan perjalanan dengan maksud menyinggahi obyek karena sangat menarik bagi mereka. Misalnya obyek wisata pantai, obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan sebagainya.

7. Faktor-faktor adalah segala aspek dan unsur yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada sektor kepariwisataan, dan pada umumnya dibagi menjadi faktor pendukung seperti tersedianya obyek wisata dan daya tarik wisata dan faktor penghambat seperti obyek wisata yang belum dikelola dengan baik, rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata, sarana dan prasarana yang belum memadai, keamanan yang kurang mendukung dan sebagainya.

8. Sektor pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata.

9. Strategi adalah rencana-rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat untuk memajukan atau mengembangkan sektor pariwisata sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

10.Kontribusi sektor pariwisata adalah sumbangan yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

11. Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil karya manusia itu sendiri (Sujali, 1989).


(33)

12 12. Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.

13. Obyek wisata adalah suatu tempat dimana orang atau rombongan melakukan perjalanan dengan maksud menyinggahi obyek karena sangat menarik. Misalnya obyek wisata pantai, obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan sebagainya.

14. Faktor-faktor adalah segala aspek/unsur yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada sektor kepariwisataan, dan pada umumnya dibagi menjadi faktor pendukung seperti tersedianya obyek wisata dan daya tarik wisata dan faktor penghambat seperti obyek wisata yang belum dikelola dengan baik, rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata, sarana dan prasarana yang belum memadai, keamanan yang kurang mendukung dan sebagainya

15. Sektor pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata.

16. Strategi adalah rencana-rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat untuk memajukan atau mengembangkan sektor pariwisata sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

17. Kontribusi sektor pariwisata adalah sumbangan yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD).

2.3 Jenis-Jenis Pariwisata

Pada pengembangan pariwisata terdapat beberapa hal yang perlu ditinjau sebagai potensi yang perlu dikembangkan pada tujuan daerah wisata. Potensi ini berpengaruh dengan motivasi wisatawan yang akan menarik untuk datang berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut. Adapun berbagai jenis pariwisata berdasarkan motif perjalanan wisata (Spilane, 1985 dan Yoeti, 1996), yaitu:

1. Wisata budaya, motifasinya untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan tertentu.


(34)

13 2. Wisata perjalanan, umumnya berpergian menikmati keindahan alam. 3. Wisata kesehatan dan rekreasi, motifasinya mengunjungi lokasi untuk

bersantai dan menikmati serta menyegarkan wisatawan akankondisi jasmani dan rohani.

4. Wisata olahraga, motifasinya untuk berolahraga seperti mendaki gunung, berburu, atau ikut serta dalam kegiatan olahraga seperti Olympiade.

5. Wisata komersil untu urusan dagang, motifasinya mengunjungi pameran-pameran atau pekan raya atau festival yang bersifat komersial menyangkut kebutuhan atau profesi dari wisatawan tersebut.

6. Wisata maritim, motivasinya menyaksikan keindahan laut, pantai, sungai dan danau.

2.4 Tinjauan Konsep Pengembangan Pariwisata 2.4.1 Transportasi

Transportasi dalam bidang kepariwisataan sangat erat hubungannya dengan aksesibilitas. Aksesibilitas yang dimaksud yaitu frekuensi penggunaan kendaraan yang dimiliki dapat mempersingkat waktu dan tenaga serta lebih meringankan biaya perjalanan. Menurut Oka.A.Yoeti (1997) bahwa aksesibilitas adalah kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan tersebut. Kondisi transportasi itu seperti jalan, keberadaan moda angkutan, terminal, stasiun pengisian bahan bakar dan lainnya. Adapun teori menurut James.J.Spilane (1994), ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang berkaitan dengan transportasi yang dapat menjadi semacam pedoman termasuk berikut ini.

1. Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.

2. Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas.

3. Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan simbol-simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandar udara.


(35)

14 4. Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal termasuk jadwal dan tarif.

5. Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon. 6. Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.

7. Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan lokal.

8. Peta kota harus tersedia bagi penumpang.

2.4.2 Atraksi/obyek wisata

Menurut Oka.A.Yoeti (1997) ada tiga syarat dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan potensial dalam berbagai pasar, yaitu:

a. “something to see”.

Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbedadengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.

b. “something todo”.

Artinya di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betahtinggal lebih lama di tempat itu.

c. “something to buy”.

Artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.

Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan sebenarnya hendak mencapai sasaran agar lebih banyak wisatawan datang pada suatu daerah, lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang mereka kunjungi. Lebih lanjut lagi menurut Oka.A.Yoeti (2002) atraksi wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti:


(36)

15 a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam

istilahnya Natural Amenities. Termasuk kelompok ini adalah:  Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas dan salju.

 Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan gunung berapi.

 Hutan belukar

 Flora dan fauna yaitu tersedia di cagar alam dan daerah perburuan.  Pusat pusat kesehatan misalnya: sumber air mineral, sumber air panas,

dan mandi lumpur. Dimana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

b. Hasil ciptaan manusia, bentuk ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu sejarah, budaya, dan agama.

 Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau seperti artifak dan situs

 Museum, gedung kesenian, perpustakaan, kesenian rakyat dan kerajinan tangan

 Acara tradisional, pameran, festival, upacara adat, upacara keagamaan.

 Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, gereja, candi, kuil.

Menurut James.J.Spilane (1994), atraksi merupakan pusat dari industri pariwisata. Menurut pengertiannya atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah:

 Keindahan alam.  Iklim dan cuaca.  Kebudayaan.  Sejarah.


(37)

16  Accessibility atau kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat

tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa ada tiga jenis atraksi wisata, yaitu benda yang sudah tersedia di alam, hasil ciptaan manusia dan tata cara hidup dalam masyarakat.

2.4.3 Fasilitas pelayanan

Menurut Oka.A.Yoeti (1997) fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk tour and travel operation (disebut juga pelayanan penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya: restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cinderamata, bank, moneychanger, dan fasilitas pelayanan keuangan lainnya, informasi wisata, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum (kantor polisi dan pemadam kebakaran), pos penjagaan, rambu-rambu peringatan dan fasilitas perjalan untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai).

2.4.4 Informasi dan promosi

Menurut Oka.A.Yoeti (1997) hal terakhir yang diperlukan adalah publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya:

a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.

b. Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata.

c. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri.


(38)

17 d. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu yang akan datang.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan strategi pengembangan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah usaha-usaha terencana yang disusun secara sistimatis yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha meningkatkan dan memperbaiki daya tarik wisata sehingga keberadaan daya tarik wisata itu lebih diminati oleh wisatawan.

2.5 Partisipasi Masyarakat

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda(materi), partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif. Berdasarkan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

Penjelasan mengenai bentuk-bentuk partisipasi dan beberapa ahli yang mengungkapkannya dapat dilihat dalam tabel II.1 berikut.

Tabel II.1

Pemikiran tentang Bentuk Partisipasi

Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk

Partisipasi

Bentuk

(Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

Partisipasi dalam bentuk nyata

(Hamijoyo, 2007: 21; Holil, 1980: 81 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

Partisipasi dalam bentuk nyata

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat

Partisipasi dalam bentuk nyata


(39)

18

Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk

Partisipasi

Bentuk

menunjang keberhasilan suatu program. (Hamijoyo, 2007: 21

& Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Partisipasi dalam bentuk nyata

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Partisipasi dalam bentuk abstrak

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

Partisipasi dalam bentuk abstrak

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

Partisipasi dalam bentuk abstrak

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Partisipasi dalam bentuk abstrak

Sumber: http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/

Sehubungan dengan pendekatan partisipasi, (Mikkelsen, 2001) mendeskripsikan pendekatan-pendekatan dalam pelaksanaan partisipasi menjadi 2 jenis partisipasi yaitu partisipasi pasif dan partisipasi aktif, seperti dalam tabel II.2 berikut.

Tabel II.2

Jenis Partisipasi dan Pendekatan

No Jenis Partisipasi Pendekatan Keterangan

1 Partisipasi pasif, pelatihan dan informasi

Pendekatan” kami lebih tahu apa yang baik bagimu”

Komunikasi satu arah seperti antara guru dan murid yang diterapkan antara staff proyek dan masyarakat.

2 Partisipasi aktif Pendekatan

pelatihan dan

Dialog dan komunikasi dua arah memberikan


(40)

19

No Jenis Partisipasi Pendekatan Keterangan

Kunjungan”. kepada masyarakat kesempatan untuk berinteraksi dengan petugas penyuluh dan pelatih dari luar.

Sumber: (Mikkelsen, 2001) 2.6 Tipologi Partisipasi

Sekretariat Bina Desa (1999) mengidentifikasikan partisipasi masyarakat menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan karakteristiknya, yaitu partisipasi pasif/manipulatif, partisipasi dengan cara memberikan informasi, partisipasi melalui konsultasi, partisipasi untuk insentif materil, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, dan self mobilization. Adapun penjelasan tipologi partisipasi terdapat pada tabel II.3 berikut.

Tabel II.3 Tipologi Partisipasi

No. Tipologi Karakteristik

1. Partisipasi pasif/ manipulatif (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi;(b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat; (c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

2. Partisipasi dengan cara memberikan informasi

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya;(b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian; (c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi melalui konsultasi (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi;(b) Orang luar mendengarkan dan membangun pandangan-pandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan

pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat; (c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama;

(d) Para profesional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan)


(41)

20

No. Tipologi Karakteristik

untuk ditindaklanjuti. 4. Partisipasi untuk insentif

materil

(a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya;(b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperimen atau proses pembelajarannya; (c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang

disediakan/diterima habis.

5. Partisipasi fungsional (a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek;(b) Pembentukan kelompok (biasanya) setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati; (c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator, dll) tetapi pada saatnya mampu mandiri.

6. Partisipasi interaktif (a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baru atau penguatan

kelembagaan yang telah ada;(b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode inter-disiplin yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik; (c) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran kontrol atas keputusan-keputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan.

7. Self mobilization (a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil

inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan pihak luar) untuk mengubah sistem-sistem atau nilai-nilai yang mereka miliki;(b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang dibutuhkan; (c) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada.

Sumber: Sekretariat Bina Desa (1999: 32-33)

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu


(42)

21 keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Menurut Ross (1967) partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

2.7.1 Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Umumnya mereka dari kelompok usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2.7.2 Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan wanita yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

2.7.3 Pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

2.7.4 Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dengan pekerjaan. Karena umumnya pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan didapat. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan,


(43)

22 harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian, sehingga fokusnya lebih kepada pendapatan atau penghasilan dari masyarakat, bukan dari jenis pekerjaan. 2.8 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki. Menurut Sugiyono (2008) metode analisis deskriptif merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.

2.9 Teknik Tabulasi Silang

Tabulasi silang menurut Indriatno (1998) merupakan metode analisis kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval serta kombinasi diantaranya. Prosedur tabulasi silang digunakan untuk menghitung banyaknya kasus yang mempunyai kombinasi nilai-nilai yang berbeda dari dua variabel dan menghitung harga-harga statistik berserta ujinya.

Metode analisis tabulasi silang (Crosstab) memiliki beberapa metode pendekatan yang berbeda dan menggunakan uji statistik yang berbeda pula, bergantung pada banyaknya variabel yang akan diidentifikasi hubungannya satu sama lain. Jika hanya menggunakan dua variabel maka dapat menggunakan metode kontigensi, metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam analisis tabulasi silang. Tabulasi silang merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Hasil tabulasi silang disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel-variabel yang tersusun sebagai kolom dan baris.

2.10 Identifikasi Pengembangan Pariwisata di Kawasan Danau Poso

Identifikasi mengenai pengembangan wisata tidak lepas dengan aspek yang bersangkutan, hal ini dikarenakan akan menjadi keterkaitan antara aspek dengan hasil analisis. Untuk itu adapun aspek-aspek yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut.


(44)

23 Tabel II.4

Aspek-aspek Pengembangan Wisata Oka. A.Yoeti

(1997)

E.Inskeep (1991)

James.J.Spilane

(1994) Tinjauan Aspek

1. Wisatawan, 2. Transportasi 3. Atraksi 4. Fasilitas Pelayanan 5. Informasi dan Promosi

1. Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata

2. Akomodasi 3. Fasilitas dan

Pelayanan 4. Fasilitas dan

Pelayanan Transportasi 5. Elemen Kelembagaan 1. Atraksi 2. Fasilitas 3. Infrastruktur 4. Transportasi 5. Keramahtamahan

1. Atraksi Wisata 2. Sarana dan Prasarana

Transportasi 3. Fasilitas pelayanan

seperti

akomodasi, rumah makan,

toko souvenir,fasilitas kebersihan

4. Informasidan Promosi Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan tabel II.4 mengenai aspek-aspek tentang pengembangan wisata hampir semuanya memiliki kesamaan antara masing-masing aspek yang perlu dikembangkan atas pariwisata maka dari itu dapat diambil aspek-aspek yang untuk diteliti dalam penelitian ini diantaranya; aspek atraksi wisata, aspek transportasi, aspek fasilitas pelayanan (akomodasi, rumah makan, souvenir, kebersihan) dan aspek informasi dan promosi.


(45)

24 BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1. Posisi Geografis

Penelitian ini meliputi 3 kelurahan dan 2 desa yaitu Kelurahan Tentena, Kelurahan Pamona, Kelurahan Sangele, Desa Toinasa, dan Desa Tonusu. Secara geografis Kabupaten Poso terletak pada posisi 0º 06’ 56’’sampai dengan 3º 37’ 41’’ Lintang Selatan dan 123º 05’ 25’’ sampai dengan123º 06’ 17’’ Bujur Timur. Kecamatan Pamona Puselemba merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Pamona Utara pada tahun 2010 dengan ibukota kecamatan berletak pada Kelurahan Sangele dengan posisi koordinat geografis 1º 45’ 21.59’’ Lintang Selatan dan 120º 38’ 54.13’’ Bujur Timur.

3.1.1 Pemerintahan

Secara administratif wilayah Kecamatan Pamona Puselemba berada di sebelah selatan wilayah Kabupaten Poso yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Ibukota Kecamatan Pamona Puselemba terletak di Kelurahan Sangele, Wilayah Kecamatan terdiri dari 3 kelurahan dan 7 desa antara lain: Kelurahan Tentena, Kelurahan Sangele dan Kelurahan Pamona, Desa Tonusu, Desa Mayakeli, Desa Buyumpondoli, Desa Peura, Desa Dulumai, Desa Soe, Desa Leboni, yang didalamnya termasuk 17 Dusun, 42 Rukun Warga dan 128 Rukun Tetangga. Desa di Kecamatan Pamona Puselemba diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasi desa, yaitu Desa Swakarya dan Desa Swasembada. Desa Swakarya dengan jumlah 3 desa diantaranya Desa Dulumai, Desa Soe, Desa Leboni, dan Desa Swasembada dengan jumlah 4 desa diantaranya Desa Tonusu, Desa Mayakeli, Desa Buyumpondoli, Desa Peura.

Desa Swasembada adalah desa yang setingkat lebih tinggi dari Desa Swakarya. Desa Swasembada adalah desa yang telah mampu menyelenggarakan urusan keluarga sendiri dalam hal ini seperti administrasi desa telah terselenggarakan dengan baik dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/K) telah berfungsi dalam mengorganisasikan dan


(46)

25 menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu. Desa Swasembada disebut juga desa berkembang.

3.1.2 Batas Wilayah Dan Luas Wilayah

Kecamatan Pamona Puselemba yang terdapat di Kabupaten Poso memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kecamatan Pamona Utara

 Sebelah Selatan : Danau Poso, Kecamatan Pamona Tenggara  Sebelah Timur : Kecamatan Pamona Timur

 Sebelah Barat : Kecamatan Pamona Barat

Untuk memperjelas posisi keberadaan Kecamatan Pamona Puselemba dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.


(47)

26 Gambar 3.1

Peta Aministrasi Kecamatan Pamona Puselemba


(48)

27 Tabel III.1

Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa

No. Desa/

Kelurahan

Luas (Km2 )

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1. Tonusu 70,80 1488 21

2. Mayakeli 65,75 592 9

3. Buyumpondoli 62,37 1799 29

4. Pamona 40,90 5059 124

5. Tentena 27,77 1759 63

6. Sangele 13,82 2927 212

7. Peura 120,60 1028 9

8. Dulumai 111,39 509 5

9. Leboni 33,63 1622 48

10. Soe 13,02 1190 91

Jumlah 562,12 17.973 31

Sumber:BPS Kab.Poso 2010

Berdasarkan tabel III.1 luas wilayah Kecamatan Pamona Puselemba sekitar 562,12 Km2 dengan jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 17.973 jiwa, yang terdiri dari 4.231 rumah tangga. Total penduduk Kecamatan Puselemba terdapat 9.183 jiwa laki-laki dan 8.790 jiwa perempuan. Jika dilihat dari penyebaran penduduk, Desa Pamona mempunyai jumlah terbesar di Kecamatan Pamona Puselemba yaitu sebesar 5.059 dengan kepadatan penduduk 124 jiwa/km, dan jumlah penduduk terendah adalah Desa Dulumai yaitu sebesar 509 jiwa dengan kepadatan penduduk 5 jiwa/km.

3.1.3 Jarak antar Desa dan Moda Transportasi

Jarak antara desa dengan ibukota Kecamatan Pamona Puselemba dan jenis moda transportasi yang dapat digunakan secara jelasnya dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel III.2

Jarak Antara Ibukota Kecamatan dengan Desa

No. Desa/

Kelurahan

Moda transportasi

Jarak (Km)

1. Tonusu Mobil, motor 10

2. Mayakeli Mobil, motor 7

3. Buyumpondoli Mobil, motor 5

4. Pamona Mobil, motor 1

5. Tentena Mobil, motor 0


(49)

28

No. Desa/

Kelurahan

Moda transportasi

Jarak (Km)

7. Peura Mobil, motor 12

8. Dulumai Perahu motor 35

9. Leboni Mobil, motor 13

10. Soe Mobil, motor 6

Sumber: BPS Kab.Poso 2010 3.1.4 Sosial

Keadaan sosial pada Kecamatan Pamona Puselemba dalam hal ini berdasarkan lingkup pendidikan, kesehatan, agama, perdagangan, industri-jasa, perhubungan dan komunikasi yang diuraikan seperti berikut ini.

3.1.4.1 Pendidikan

Kecamatan Pamona Puselemba memiliki sarana pendidikan relatif cukup memadai namun masih perlu ditingkatkan fasilitas sekolah yang ada.Jumlah sekolah dasar di Kecamatan Pamona Puselemba sebanyak 30 unit sekolah, jika dibandingkan dengan jumlah desa terlihat bahwa setiap desa memiliki 1 unit sekolah. Sedangkan jumlah Sekolah Lanjut Tingkat Pertama sebanyak 9 unit sekolah dan jumlah Sekolah Menengah Umum/ Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 3 unit sekolah di Kecamatan Pamona Puselemba. Adapun data mengenai Pendidikan di Kecamatan Pamona Puselemba dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.3

Banyaknya Sekolah, Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah

No. Tingkat

Pendidikan NEGERI SWASTA JUMLAH

1 TK - 24 24

2 SD 23 7 30

3 SLTP 6 3 9

4. SMU/SMK 1 2 3

2010 30 32 66

2009 30 38 68

2008 30 38 68

Ket: masih bergabung dengan Kec.Pamona Utara

Sumber:Kantor SubDinas Pendidikan dan Pengajaran Kecamatan

Berdasarkan tabel III.3 menunjukan status sekolah menurut tingkat pendidikan pada Kecamatan Pamona Puselemba lebih banyak dikelola oleh pihak


(50)

29 swasta. Begitu juga mengenai jumlah pelajar yang ada menurut tingkat pendidikan dan status sekolah di Kecamatan Pamona Puselemba dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.4

Banyaknya Murid Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah

No. Tingkat

Pendidikan NEGERI SWASTA JUMLAH

1 TK - 621 621

2 SD 2510 1155 3665

3 SLTP 1255 465 1720

4. SMU/SMK 193 626 819

Jumlah 3958 2867 6825

Ket: masih bergabung dengan Kec.Pamona Utara

Sumber:Kantor SubDinas Pendidikan dan Pengajaran Kecamatan

Berdasarkan tabel III.4 menunjukan bahwa murid pendidikan TK, SD dan SLTP lebih banyak bersekolah di sekolah negeri dan murid SMU/SMK lebih banyak terdapat di sekolah swasta. Begitu juga mengenai jumlah tenaga pengajar yang ada menurut tingkat pendidikan dan status sekolah di Kecamatan Pamona Puselemba dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.5

Banyaknya Guru Menurut Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah

No. Tingkat

Pendidikan NEGERI SWASTA JUMLAH

1 TK - 81 81

2 SD 294 82 375

3 SLTP 105 55 160

4. SMU/SMK 30 55 85

Jumlah 429 273 702

Sumber:Kantor SubDinas Pendidikan dan Pengajaran Kecamatan*

Berdasarkan tabel III.5 menunjukan bahwa guru pendidikan SD dan SLTP lebih banyak bekerja di sekolah negeri dan guru SMU/SMK lebih banyak terdapat di sekolah swasta.

3.1.4.2 Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Pamona Puselemba terdiri dari Rumah Sakit sebanyak 1 unit, Puskesmas sebanyak 2 unit, Puskesmas Pembantu


(51)

30 sebanyak 3 unit dan pos Kesehatan/Posyandu/KB sebanyak 11 unit yang lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikuti ini.

Tabel III.6

Fasilitas Kesehatan Menurut Desa

No. Desa/Kelurahan Rumah

Sakit

Puskesmas Puskesmas

Pembantu Pos KB

1. Tonusu - 1 - 1

2. Mayakeli - - - 1

3. Buyumpondoli - - 1 2

4. Pamona - - - 1

5. Tentena - 1 - 1

6. Sangele 1 - - 1

7. Peura - - 1 1

8. Dulumai - - 1 1

9. Leboni - - - 1

10. Soe - - - 1

Jumlah 1 2 3 11

Sumber:Kantor Camat Tahun 2010

Berdasarkan tabel III.6 Kecamatan Pamona Puselemba memiliki Rumah Sakit sebanyak 1 unit, Puskesmas sebanyak 2 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 3 unit, dan Pos Kesehatan Desa sudah menyebar di setiap desa yang berada di Kecamatan Pamona Puselemba, dengan terbanyak berada di Desa Buyumpondoli. Jumlah tenaga medis menurut desa yang ada di Kecamatan Pamona Puselemba dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.7

Dokter dan Paramedis lainnya Menurut Desa

No. Desa/Kelurahan Dokter Mantri

Kesehatan Bidan

Dukun Bayi

1. Tonusu 1 6 2 2

2. Mayakeli - 1 1 1

3. Buyumpondoli - 1 1 -

4. Pamona 1 18 2 2

5. Tentena 3 19 4 -

6. Sangele 4 26 9 -

7. Peura - 1 1 1

8. Dulumai - 1 1 1


(1)

90 Tabel IV.21

Bentuk Partisipasi Masyarakat pada Kelompok Pria

ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

41% 29% 21% 9% 100%

TRANSPORTASI 24% 27% 41% 9% 100%

FASILITAS PELAYANAN

44% 21% 9% 27% 100%

PROMOSI 38% 21% 24% 18% 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.21 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berjenis kelamin pria paling banyak berpartisipasi dalam aspek fasilitas pelayanan dengan bentuk tenaga (sejumlah 44%). Pada aspek atraksi wisata kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 41%). Selain itu pada aspek transportasi kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk materi (sejumlah 27%), dan pada aspek promosi kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 38%).

b. Wanita

Pola menurut kelompok wanita dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.22.

Tabel IV.22

Bentuk Partisipasi Masyarakat Wanita

ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

38% 31% 19% 13% 100%

TRANSPORTASI 38% 50% 6% 6% 100%

FASILITAS PELAYANAN

25% 38% 19% 19% 100%

PROMOSI 19% 31% 38% 13% 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.22 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berjenis kelamin wanita paling banyak berpartisipasi dalam aspek transportasi dengan bentuk materi (sejumlah 50%). Pada aspek atraksi wisata kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 38%). Selain itu pada aspek fasilitas pelayanan kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk


(2)

91 materi (sejumlah 38%), dan pada aspek promosi kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk pikiran (sejumlah 38%).

4.4.3 Tingkat Pendidikan

Pola karakteristik masyarakat yang menjadi penilaian berdasarkan pendidikan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu berpendidikan akhir SMP, berpendidikan akhir SMA, dan berpendidikan akhir perguruan tinggi. Adapun uraian lebih jelas berdasarkan pendidikan yaitu sebagai berikut.

a. Pendidikan SMP

Pola menurut masyarakat berpendidikan SMP dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.23.

Tabel IV.23

Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Tingkat Pendidikan SMP ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

20% 20% 20% 40% 100%

TRANSPORTASI 20% 40% 40% - 100%

FASILITAS PELAYANAN

40% 20% 20% 20% 100%

PROMOSI 40% - 40% 20% 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.23 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berpendidikan SMP berpartisipasi merata pada masing-masing aspek. Pada aspek atraksi wisata kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk sosial (sejumlah 40%). Pada aspek transportasi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam 2 bentuk yaitu bentuk materi dan bentuk pikiran (sejumlah 40%). Pada aspek fasilitas pelayanan kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 40%), dan pada aspek promosi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam 2 bentuk yaitu bentuk tenaga dan bentuk pikiran (sejumlah 40%).

b. Pendidikan SMA

Pola menurut masyarakat berpendidikan SMA dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.24.


(3)

92 Tabel IV.24

Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Pendidikan SMA ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

40% 35% 15% 10% 100%

TRANSPORTASI 40% 25% 25% 10% 100%

FASILITAS PELAYANAN

40% 20% 15% 25% 100%

PROMOSI 30% 30% 20% 20% 100%

Berdasarkan tabel IV.24 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berpendidikan SMA berpartisipasi merata pada masing-masing aspek. Pada aspek atraksi wisata kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 40%). Pada aspek transportasi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 40%). Pada aspek fasilitas pelayanan kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 40%), dan pada aspek promosi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam 2 bentuk yaitu bentuk tenaga dan bentuk materi (sejumlah 40%).

c. Pendidikan Perguruan Tinggi

Pola menurut masyarakat berpendidikan perguruan tinggi dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.25.

Tabel IV.25

Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Pendidikan Perguruan Tinggi ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

44% 28% 24% 4% 100%

TRANSPORTASI 20% 40% 32% 8% 100%

FASILITAS PELAYANAN

36% 32% 8% 24% 100%

PROMOSI 32% 24% 32% 12% 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.25 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berpendidikan perguruan tinggi paling banyak berpartisipasi dalam aspek atraksi wisata dengan bentuk tenaga (sejumlah 44%). Selain itu pada aspek transportasi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam bentuk materi (sejumlah 40%). Pada aspek fasilitas pelayanan kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk


(4)

93 tenaga (sejumlah 36%), dan pada aspek promosi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam 2 bentuk yaitu bentuk tenaga dan bentuk pikiran (sejumlah 32%).

4.4.4 Tingkat Pendapatan

Pola karakteristik masyarakat yang menjadi penilaian berdasarkan pendapatan dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu masyarakat yang berpendapatan <1.000.000, masyarakat yang berpendapatan 1.000.000-2.000.000, masyarakat yang berpendapatan 2.000.000-4.000.000 dan masyarakat yang berpendapatan >4.000.000. Adapun uraian lebih jelas berdasarkan pendapatan yaitu sebagai berikut.

a. Masyarakat yang berpendapatan <1.000.000

Pola menurut masyarakat berpendapatan <1.000.000 dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.26.

Tabel IV.26

Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Pendapatan <1.000.000 ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

27% 33% 20% 20% 100%

TRANSPORTASI 33% 33% 33% - 100%

FASILITAS PELAYANAN

33% 21% 13% 33% 100%

PROMOSI 27% 20% 27% 27% 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.26 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berpendapatan <1.000.000 berpartisipasi merata pada masing-masing aspek. Pada aspek atraksi wisata kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk materi (sejumlah 33%). Pada aspek transportasi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam 3 bentuk yaitu bentuk tenaga, bentuk materi dan bentuk pikiran (sejumlah 33%). Selain itu pada aspek fasilitas pelayanan kelompok ini banyak berpartisipasi dalam 2 bentuk yaitu bentuk tenaga dan bentuk sosial (sejumlah 33%), dan pada aspek promosi kelompok ini pun berpartisipasi paling banyak merata dalam 3 bentuk yaitu bentuk tenaga, bentuk materi dan bentuk sosial (sejumlah 33%).


(5)

94 b. Masyarakat yang berpendapatan 1.000.000-2.000.000

Pola menurut masyarakat berpendapatan 1.000.000-2.000.000 dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.27.

Tabel IV.27

Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Pendapatan 1.000.000-2.000.000 ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

39% 22% 28% 11% 100%

TRANSPORTASI 22% 33% 28% 17% 100%

FASILITAS PELAYANAN

44% 33% 6% 17% 100%

PROMOSI 33% 17% 33% 17% 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.27 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berpendapatan 1.000.000-2.000.000 paling banyak berpartisipasi dalam aspek fasilitas pelayanan dengan bentuk tenaga (sejumlah 44%). Selain itu pada aspek atraksi wisata kelompok ini banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 39%). Pada aspek transportasi kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk materi (sejumlah 33%), dan pada aspek promosi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam 2 bentuk yaitu bentuk tenaga dan bentuk pikiran (sejumlah 33%).

c. Masyarakat yang berpendapatan 2.000.000-4.000.000

Pola menurut masyarakat berpendapatan 2.000.000-4.000.000 dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.28.

Tabel IV.28

Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Pendapatan 2.000.000-4.000.000

ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

47% 40% 13% - 100%

TRANSPORTASI 33% 40% 27% - 100%

FASILITAS PELAYANAN

40% 27% 20% 13% 100%

PROMOSI 33% 40% 20% 7% 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.28 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berpendapatan 2.000.000-4.000.000 paling banyak berpartisipasi dalam aspek


(6)

95 atraksi wisata dengan bentuk tenaga (sejumlah 47%). Selain itu pada aspek transportasi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam bentuk materi (sejumlah 40%). Pada aspek fasilitas pelayanan kelompok ini paling banyak berpartisipasi dalam bentuk tenaga (sejumlah 40%), dan pada aspek promosi kelompok ini banyak berpartisipasi dalam bentuk materi (sejumlah 40%).

d. Masyarakat yang berpendapatan >4.000.000

Pola menurut masyarakat berpendapatan >4.000.000 dalam bentuk berpartisipasi pada aspek pengembangan dapat dilihat seperti pada IV.29.

Tabel IV.29

Bentuk Partisipasi Masyarakat berdasarkan Pendapatan >4.000.000 ASPEK TENAGA MATERI PIKIRAN SOSIAL JUMLAH

ATRAKSI WISATA

100% - - - 100%

TRANSPORTASI - - 50% 50% 100%

FASILITAS PELAYANAN

- - - 100% 100%

PROMOSI 50% - 50% - 100%

(Sumber: Hasil Analisis)

Berdasarkan tabel IV.29 menunjukan bahwa kelompok masyarakat yang berpendapatan >4.000.000 berpartisipasi dalam 2 aspek yang dominan yaitu aspek atraksi wisata dengan bentuk tenaga (sejumlah 100%) dan aspek fasilitas pelayanan dengan bentuk sosial (sejumlah 100%).


Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

18 120 118

Identifikasi bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembanan wisata di kawasan Danau Poso

0 11 1

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

7 28 75

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 2 2

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 14

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN WISATA KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

0 0 12