69
Bab 3 Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Uji Pemahaman Kew arganegaraan Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar.
1. Deskripsikan apa pengertian keadilan itu. 2.
Deskripsikan apa itu keadilan komutatif. 3.
Deskripsikan pengertian keadilan sosial. 4.
Deskripsikan mengapa diperlukan lembaga-lembaga untuk memberikan jaminan atas keadilan.
5. Deskripsikan makna keadilan dalam sila kelima Pancasila.
BERPI KI R KRI TI S
Setelah kamu mempelajari dan memahami materi keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, coba kamu berikan gambaran mengenai perlakuan adil dan ketidakadilan
di lingkungan sekitarmu.
Kegiatan 3
C. Pentingnya Mewujudkan Penyelenggaraan Peme-
rintahan yang Terbuka
1. Sejauh mana lembaga-lembaga itu memberikan perhatian secara konkrit terhadap adil tidaknya pranata-pranata dan praktik-praktik kelembagaan yang
ada dalam masyarakat. 2.
Sejauh mana prinsip-prinsip keadilan membimbing lembaga-lembaga tersebut dalam mengembangkan kebijakan-kebijakan dan aturan untuk mengoreksi
ketidakadilan dalam struktur masyarakat. Keterbukaan dan jaminan keadilan harus selalu dipupuk dan diperhatikan
sehingga dapat menghasilkan suatu kebijakan publik dan peraturan umum yang mengatur masyarakat dengan baik. Dengan keterbukaan dan jaminan keadilan,
masyarakat akan lebih mudah menyampaikan aspirasi dan pendapat yang membangun. Aspirasi masyarakat tersebut dapat disalurkan melalui lembaga
perwakilan yang mengawasi realisasi dan aspirasi masyarakat tersebut.
Negara wajib mewujudkan keadilan sosial dan keterbukaan. Hal tersebut tercantum dalam Pancasila sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
1 . Pengertian Penyelenggara Pemerintahan
Penyelenggara negara dalam arti luas meliputi bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Adapun pengertian dalam arti sempit adalah pemerintah
eksekutif. Menurut UUD 1945 penyelenggara negara meliputi penyelenggara negara dalam berbagai bidang pemerintahan.
Penyelenggara negara menurut undang-undang RI No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
70
dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyeleng- garaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jadi, penyelenggara negara meliputi: a.
Pejabat negara pada lembaga negara b. Menteri
c. Gubernur
d. Hakim e.
Pejabat negara yang lain, misalnya duta besar, wakil gubernur, bupatiwalikota f.
Pejabat lain yang memiliki fungsi strategi dalam kaitannya dengan penye- lenggaraan negara, misalnya Gubernur Bank Indonesia, Kapolri, rektor
perguruan tinggi negeri. Penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya berpijak pada asas-asas
umum penyelenggaraan negara yang baik. Asas umum penyelenggaraan yang baik adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, norma kepatuhan,
dan norma hukum untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Asas-asas itu meliputi
a.
Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
b. Asas kepastian hukum, yaitu asas yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara. c.
Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dengan
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
d. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara
negara. e.
Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. f.
Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
g. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggung-
jawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggara negara yang baik harus dapat menerapkan asas keterbukaan,
yakni kesediaan penyelenggara negara untuk memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggara negara kepada rakyatnya. Dengan keterbukaan
itu, rakyat akan percaya dan mendukung penyelenggaraan negara.
Kunjungi alamat situs www.infokorupsi.com untuk mengetahui beragam kasus KKN di I ndonesia
Cek Link
Di unduh dari : Bukupaket.com
71
Bab 3 Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
2 . Dampak Penyelenggaraan Pemerintahan yang Tidak Terbuka
Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang ini belum ada pemerintahan yang diselenggarakan secara terbuka dalam arti yang sebenarnya. Pemerintahan
dijalankan secara tertutup dan penuh rahasia. Ada pembatasan yang sangat ketat dan sistematis terhadap akses berbagai informasi penting yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pemerintahan. Bahkan, tidak jarang pembatasan itu disertai dengan represi dan kekerasan aparat pemerintah terhadap masyarakat.
Penyelenggara negara tertutup berarti, ketidaksediaan para pejabat
negara untuk memberitahukan hal-hal publik kepada masyarakat luas.
Informasi, keterangan, dan kebijakan tidak dipublikasikan kepada masya-
rakat luas, tetapi hanya diketahui terbatas di lingkungan pejabat negara
saja.
Akibat langsung dari penyeleng- garaan pemerintahan yang tidak
terbuka adalah terjadinya korupsi politik, yakni penyalahgunaan jabatan
publik untuk keuntungan pribadi atau kelompok.
Korupsi politik di Indonesia telah terjadi di hampir semua tingkatan pemerintahan, yakni dari tingkat pemerintahan desa sampai dengan
pemerintahan tingkat pusat. Karena ketertutupan penyelenggaraan pemerintahan telah berlangsung lama, korupsi politik telah menjadi sebuah jaringan yang
beroperasi sangat rapi dari pusat sampai daerah. Korupsi politik telah membawa akibat lanjutan, yakni krisis di berbagai bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan, dan keamanan.
Dalam bidang politik, lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif tidak dapat berfungsi secara optimal. Lembaga eksekutif sangat sedikit menghasilkan
kebijakan yang berpihak pada kepentingan umum. Bahkan, tak jarang kebijakan hanya sebagai proyek untuk memperkaya diri para pejabat yang terlihat di
dalamnya. Lembaga legislatif jarang menghasilkan perundang-undangan yang sungguh-sungguh konsisten dengan pesan konstitusi sekaligus menjawab
kebutuhan masyarakat. Hal ini terjadi karena proses pembahasan perundang- undangan diwarnai oleh kompromi-kompromi dengan imbalan uang. Lembaga
yudikatif juga sering menghasilkan putusan-putusan yang kontroversial, yang bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena hukum
dapat dibeli, siapa yang memiliki uang, dialah yang akan menang di pengadilan.
Dalam bidang ekonomi, semua kegiatan ekonomi khususnya yang bersing- gungan dengan birokrasi pemerintahan diwarnai dengan uang pelicin. Hal ini
mengakibatkan bahwa kegiatan ekonomi menjadi berbelit-belit sehingga para investor pun enggan berinvestasi. Kegiatan ekonomi berjalan lambat dan peng-
Sumber: www.pu.go.id
Gambar 3.5
Penyelenggaraan pemerintahan yang tidak terbuka dalam bidang ekonomi menimbulkan kesenjangan
ekonomi yang sangat lebar.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pendidikan Kewarganegaraan SMA MA Kelas XI
72
angguran terjadi di mana-mana. Bidang sosial budaya dan agama diwarnai oleh pendewaan materi dan budaya konsumtif. Hidup semata-mata hanya untuk
memperoleh kekayaan dan kenikmatan hidup tanpa memedulikan moral dan etika. Hidup keagamaan hanya bersifat formalistik. Di satu sisi orang rajin
beribadah dan menyukai simbol-simbol keagamaan, tetapi bersama dengan itu orang tidak merasa bersalah ketika melakukan korupsi dan berbagai tindakan
yang tidak mendeteksi secara dini, mencegah dan mengatasi berbagai gejolak sosial dan gangguan keamanan yang terjadi di dalam masyrakat.
Penyelenggaraan negara yang tertutup dapat merenggangkan hubungan antara pemerintah dan rakyat. Hal tersebut dapat menimbulkan krisis keper-
cayaan karena rakyat makin tidak percaya pada pemerintah. Ketidakpercayaan ini menimbulkan kesulitan untuk menciptakan partisipasi dan dukungan rakyat
dalam pembangunan sehingga dapat melemahkan persatuan dan proses kemajuan bangsa.
Ketertutupan mengakibatkan ketidakmampuan mencegah berbagai patologi sosial, ekonomi, politik, korupsi, dan nepotisme. Ketertutupan juga berakibat pada
matinya peluang untuk mengembangkan daya kreatif dan kemampuan bersaing secara terbuka dan adil, penyalahgunaan kekuasaan secara luas dan
ketidakmampuan rakyat melakukan pengawasan dan pengendalian secara efektif.
Akibat penyelenggaraan negara yang tidak transparan dapat terjadi hal-hal berikut.
a. Persatuan bangsa melemah.
b. Tidak terwujudnya negara demokrasi. c.
Tidak jujurnya pemerintah dan tidak bertanggung jawab. d. Terhambatnya prakarsa dan partisipasi rakyat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Sumber: matanews.com
Gambar 3.6
Aksi demonstrasi merupakan dampak dari penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan
Di unduh dari : Bukupaket.com
73
Bab 3 Keterbukaan dan Keadilan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
e. Renggangnya hubungan antara pemerintah dan rakyat.
f. Penurunan kepercayaan dan dukungan rakyat pada pemerintah.
g. Timbulnya prasangka dan kecurigaan rakyat terhadap pemerintah. h. Rentan terhadap penyimpangan kebijakan sebab rakyat tidak tahu dan tidak
dapat mengawasinya. i.
Kebijakan dan informasi bersifat publik hanya diketahui para pejabat atau orang-orang tertentu, sedangkan rakyat banyak tidak tahu.
Pemerintahan yang tidak transparan akan memunculkan ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan yang bermuara pada terancamnya kelestarian
kehidupan berbangsa.
3. Mew ujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Terbuka