Latar Belakang Evaluasi Lahan Pertimbangan Faktor-Faktor Pertanian Guna Optimalisasi Lahan.
sumberdaya alam dan kualitas lingkungan. Keadaan tersebut lebih diperburuk lagi dengan adanya penduduk miskin di suatu wilayah. Untuk sekedar mempertahankan hidupnya,
penduduk miskin cenderung akan mengeksploitasi sumberdaya alam, baik yang dalam penguasaannya maupun milik bersama common property resources yang akan dapat
mengakibatkan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Berdasarkan perhitungan BPS Kabupaten Pasuruan, pada tahun 2003 masih terdapat 81.999 KK yang berada di pada
tahapan keluarga pra sejahtera. Jumlah ini merupakan 21,38 dari total rumah tangga di Pasuruan. Dari jumlah ini sebanyak 65,4 berada di pedesaan, yang berarti 14,3 dari
penduduk pedesaan tergolong miskin. Karena ekonomi pedesaan masih berciri dominan agraris, maka penduduk miskin tersebut umumnya berpenghasilan utama dari pertanian.
Lokasi penduduk miskin pada umumnya berada di daerah dengan kualitas sumberdaya alam yang rendah karena tidak mampu bersaing untuk menguasai sumberdaya dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai. Mereka akan terdesak ke lokasi dengan sumberdaya lahan yang kemampuan daya dukungnya rendah, seperti lahan kering, lahan marjinal, atau daerah yang
terisolasi secara ekonomis. Kemampuan mereka sangat terbatas hanya pada pemanfaatan sumberdaya tersebut tanpa mampu meningkatkan kelestarian produktivitasnya. Seringkali
pemanfaatan lahan tersebut dilakukan sangat intensif karena dorongan kebutuhan hidup yang tinggi. Hal ini mengakibatkan sumberdaya lahan yang sudah marjinal ini akan mengalami
degradasi yang cepat. Keadaan ini dalam tahap berikutnya berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup di sekitarnya.
Walaupun lahan yang dimilikinya telah dimanfaatkan sangat intensif, petani berlahan sempit akan sulit memperoleh pendapatan pada tingkat yang cukup untuk keluar dari lingkungan
kemiskinan. Sementara itu bagi buruh pertanian, kesempatan kerja di luar pertanian masih terbatas, dan kemampuan mereka untuk masuk ke pasar tenaga kerja non pertanian ini juga
sangat terbatas. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mempertahankan hidup adalah dengan memanfaatkan sumberdaya milik bersama seperti lahan kering, bukit-bukit dan hutan
di sekitarnya. Oleh karena itu, maka pengembangan pertanian hendaknya memperhatikan sedini mungkin aspek lingkungan hidup, dalam arti pemanfaatan sumberdaya dilaksanakan
dalam batas-batas daya dukung lingkungan, sehingga produktivitas sumberdaya tersebut di masa datang dapat tetap dipertahankan.
Isu strategis lain pada pembangunan sektor pertanian adalah semakin terbatasnya ketersediaan sumberdaya alam, khususnya lahan pertanian di Jawa yang disebabkan oleh alih
fungsi lahan yang terjadi secara terus-menerus sebagai akibat dari proses industrialisasi Sumaryanto dkk., 1996 dalam Suryana, 2003. Gejala kelangkaan yaitu terjadinya
kecenderungan penggunaan lahan-lahan marjinal dengan produktivitas sangat rendah akan terus berlanjut karena lahan subur yang ada sudah terpakai seluruhnya. Meningkatnya
kelangkaan lahan pertanian yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk akan memperberat tekanan terhadap lahan pertanian yang lebih lanjut dapat menyebabkan
marjinalisasi petani. Jumlah petani yang mempunyai lahan sempit dan kurang subur dan petani yang tidak mempunyai lahan akan semakin banyak yang akhirnya dapat memperburuk
ketimpangan penguasaan sumberdaya lahan dan pendapatan antar kelompok dalam masyarakat
Adanya kebutuhan lahan yang semakin meningkat di satu sisi dan langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial di sisi lainnya, serta adanya persaingan penggunaan lahan yang
subur dengan sektor non pertanian, memerlukan adanya teknologi tepat guna dalam mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya lahan secara berkelanjutan diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya,
serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai nilai ekonomis cukup baik. Pengetahuan tentang sifat fisik lahan ini sangat
penting dan merupakan dasar bagi perencanaan penggunaan lahan yang rasional Sitorus, 1985:89. Data mengenai sifat lingkungan fisik tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan
pemetaan sumberdaya lahan yang kemudian diikuti dengan kegiatan evaluasi lahan.