FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Program Studi Agribisnis (AGB)

PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

Program Studi Agribisnis (AGB)

Disusun Oleh : AGUNG PRASETYO

H 0808003

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Alhamdulillah, penulis panjatkan segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala petunjuk dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Mohd. Harisudin, SP, MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP., selaku Pembimbing Akademis dan Pembimbing Utama yang telah membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan masukan.

4. Widiyanto, SP., MSi., selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan masukan.

5. Bapak Agung Wibowo, SP, MSi selaku Penguji Tamu yang telah membimbing dan meluangkan waktu serta memberikan masukan

6. Bapak Camat beserta para pegawai Kecamatan Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat dan Tasikmadu yang telah banyak membantu dan memberikan informasi serta data-data guna terselesaikannya skripsi ini.

7. Kepala Desa Ngijo, Pulosari, Nangsri, Kemiri, Selokaton, Wonorejo Paulan, Blulukan, dan Klodran di kecamatan yang terkait beserta para pegawai kelurahan yang telah banyak membantu dan memberikan informasi serta data- data guna terselesaikannya skripsi ini.

8. Keluarga Penulis Bapak Wagiman, Ibu Suwarni dan Mbak Tini yang telah memberikan doa, semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Legimin, Ibu Sumarti, Mas Santo, Mas Sulis, Haris, Handoyo, Dina, Tomo, Rachel, Jalu yang telah memberikan doa, semangat serta dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

bantuan, dan dukungannya kepada penulis, dan semoga segera menjadi dokter gigi yang baik.

11. Teman-teman Fusabi 2008 dan supporter setianya, Nandika, Tajudin, Lilik, Heru, Bayu, Hendro, Rendi, Budi, Nova Gopel, Aziz, Nanda, Fatahu, Hendra, Tata, Machalie, Ami, Abid, Nur, Ragil, Heri, Karyo, Bundo, Erlina, Gea, Fitri, Wulan, Tami, dan kawan-kawan. Semoga Fusabi tetap exis saja

12. Teman-teman keluarga besar Si Joyo Anag Malayu, Sidik, Joko, Yosa, Angga, Maryono, Alfin dan Yulia, terima kasih atas bantuan, dan dukungan, kepada penulis, semoga kekeluargaan tetap terjalin diantara kita semua.

13. Teman-teman agribisnis 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas persahabatannya, perhatian, bantuan, dan dukungannya kepada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak bisa disebut satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, Amin. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang disebabkan keterbatasan penulis dan mengharapkan kritik dan saran membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

A. Keadaan Geografis .............................................................................

32

B. Keadaan Penduduk ............................................................................

32

C. Keadaan Perekonomian .....................................................................

39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ....................................................................

41

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ....

46

C. Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ............................................................................................

69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................

78

B. Saran .................................................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

80

LAMPIRAN ....................................................................................................

83

Tabel 1 Luas Wilayah, Tanah Sawah dan Tanah Kering di Kab.

Karanganyar Tahun 2009 ...............................................................

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten

Karanganyar, 2009 .........................................................................

Tabel 3 Luas Lahan Sawah, dan Lahan Tegal di Kabupaten Karanganyar

1998-2010 ......................................................................................

Tabel 4 Penentuan Jumlah Sampel Responden di Kabupaten

Karanganyar ...................................................................................

Tabel 5 Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian .......................................

Tabel 6 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ............................................

Tabel 7 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Jenis

Kelamin, 1990-2010.......................................................................

Tabel 8 Penduduk Karanganyar Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin, 2010 ................................................................................

Tabel 9 Banyaknya Penduduk Lima Tahun ke atas Menurut Tingkat

Pendidikan di Kabupaten Karanganyar ..........................................

Tabel 10 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten

Karanganyar, 2010 .........................................................................

Tabel 11 Banyaknya Pasar dan Jenis Pasar di Kabupaten Karanganyar ......

Tabel 12 Karakteristik Responden Alih Fungsi Lahan di Kabupaten

Karanganyar Berdasarkan Kelompok Umur, 2012 ........................

Tabel 13 Karakteristik Responden Alih Fungsi Lahan di Kabupaten

Karanganyar Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2012 ....................

Tabel 14 Karakteristik Responden Alih Fungsi Lahan di Kabupaten

Karanganyar Berdasarkan Jenis Pekerjaan, 2012 ..........................

Tabel 15 Luas Lahan dan Perubahan Luas Lahan Sawah dan Tegal ............

Tabel 16 Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten

Karanganyar ...................................................................................

(dalam jutaan rupiah) .....................................................................

52

Tabel 18 Panjang Jalan Aspal dan Kerikil di Kabupaten Karanganyar ........

55

Tabel 19 Nilai Sewa Lahan Pertanian Sawah dan Tegal di Kabupaten

Karanganyar ...................................................................................

56

Tabel 20 Harga Jual dan Alasan Menjual Lahan Pertanian Responden .......

58

Tabel 21 Kawasan Penggunaan Lahan Kabupaten Karanganyar Menurut

RTRW 1997-2006 ..........................................................................

63

Tabel 22 Hasil Estimasi Faktor-Faktor Penentu Luas Lahan Sawah di

Kabupaten Karanganyar, 1996-2010 .............................................

70

Tabel 23 Hasil Estimasi Faktor-Faktor Penentu Luas Lahan Tegal di

Kabupaten Karanganyar, 1996-2010 .............................................

74

Gambar 1 Kerangka Teori Pendekatan Masalah untuk Meneliti Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian di Kabupaten Karanganyar ...................

18 Gambar 2

Prosentase Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ....

36 Gambar 3

Prosentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian .......

38 Gambar 4

Prosentase Status Asal Tanah Responden ...............................

52 Gambar 5

Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Karanganyar ....................

67

Lampiran 1. Identitas Responden ....................................................................

83

Lampiran 2. Tabulasi Data ..............................................................................

90

Lampiran 3. Output Perhitungan Analysis Regresi ........................................

94

Lampiran 4. Peta Kabupaten Karanganyar ..................................................... 103 Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian .................................................................... 104 Lampiran 6. Foto Penelitian ............................................................................. 111 Lampiran 7. Kuisioner Penelitian ................................................................... 82

Agung Prasetyo H0808003, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Sektor Non Pertanian Di Kabupaten

Karanganyar”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP dan Widiyanto, SP, MSi.

Secara nasional sumberdaya pertanian mempunyai peranan penting dalam memproduksi bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Namun, pada perkembangannya luas lahan sawah di Indonesia semakin menyusut, salah satu penyebabnya adalah konversi (alih fungsi) lahan pertanian menjadi non pertanian. Masalah konversi lahan yang semakin meningkat akan membawa dampak semakin sempitnya lahan pertanian, hal ini disebabkan sebagian besar lahan pertanain berubah fungsi ke sektor non pertanian seperti untuk industri, perumahan dan komplek perkantoran. Perkembangan sektor non pertanian yang semakin meningkat membutuhkan lahan yang tidak sedikit, maka untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut dilakukan dengan mengkonversi lahan pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian (sawah dan tegal) ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survey. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kabupaten Karanganyar. Penarikan sampel menggunakan metode judgment sampling sebanyak 40 responden dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Colomadu, Kebakkramat, Gondangrejo dan Tasikmadu. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (Ordinary least Square).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara parsial laju tingkat perkembangan rata-rata lahan sawah -0.31% per tahun dan tingkat perkembangan rata-rata luas lahan tegal 0,45% per tahun dan secara kontinu sejak tahun 1996-2010, laju tingkat perkembangan alih fungsi lahan sawah dan lahan tegal di Kabupaten Karanganyar sebesar -2.73% dan 0.55%. Artinya terjadi alih fungsi lahan sawah ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar, kemudian sebagai bagian dari proses alih fungsi lahan sawah tersebut, luas lahan tegal akan meningkat sebagai akibat pengurusan proses pengeringan (IPPT) dan izin mendirikan bangunan (IMB). Akan tetapi luas lahan tegal tersebut akan menurun sebagai akibat pemberian ijin pembangunan (IP) dan IMB. Berdasarkan analisis regresi linier berganda (Ordinary least Square) dengan taraf kepercayaan 95% dapat diketahui adanya hubungan yang sangat signifikan antara luas lahan sawah dan tegal dengan PDRB, panjang jalan, sewa lahan dan kebijaksanaan pemerintah untuk mencegah alih fungsi lahan, secara individu luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh sewa lahan sawah dan secara individu luas lahan tegal di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh PDRB dan panjang jalan.

Agung Prasetyo H0808003, "The Factors That Influencing Transfer Function Of Agriculture Land Into Non Agriculture Sector In Karanganyar

Regency". Agricultural Faculty of Sebelas Maret University in Surakarta. Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP and Widiyanto, SP, MSi.

Nationally the agriculture resources has an important role in producing food to comply with the food of public need. However, the development of land area of rice fields in Indonesia is increasingly shrinking, one reason is the conversion (transfer function) agricultural land to non agricultural land. The problem of increasing land conversion will bring the limited impact agricultural land, it is because most of the existing agricultural land are transferred into non agriculture sector like industry, housing complex and office complex. The development of non agriculture sector which increasing are needs much land, so to fulfill of land needs has done with agriculture land conversion.

This research aims to calculate the rate of the agriculture land (low land and up land) conversion and the determinant of the agriculture land conversion in Karanganyar Regency. The basic method that used is a quantitative approach with survey techniques. The determination of research location have done by purposive in Karanganyar Regency. The sampling using judgment sampling method by 40 respondents from four district, namely Colomadu,, Kebakkramat, Gondangrejo and Tasikmadu. The methods of data analysis that used was multiple linier regression (Ordinary Least Square).

Based on the research results can be seen that in partly condition the growth rate of the low land and up land area in Karanganyar Regency were - 0,31% and 0,45% per year and in continues condition during 1996-2010, the growth rate of the low land and up land area in Karanganyar Regency were - 2,73% and 0,55%. It means that low land conversion is happen on Karanganyar Regency, after that as a part the process of the low land conversion, the width of up land area will increased that caused process of drying land (IPPT) and the building build procedure (IMB). But the width of the up land area will be decreased because of build procedure (IP) and IMB. Based on multiple linier regression analysis on 95% confidence level can be known a very significant relationship between low land and up land area with Gross Domestic Regional Bruto, the road length, land rent and the government policy to prevent good agriculture land conversion. In individualistic, low land area in Karanganyar Regency influenced by land rent of low land area and up land area in Karanganyar Regency influenced by Gross Domestic Regional Bruto, and the road length.

Prof. Dr. Ir. Hj. Suprapti Supardi, MP 2 Widiyanto, SP, MSi 3

ABSTRAK

Perkembangan sektor non pertanian yang semakin meningkat membutuhkan lahan yang tidak sedikit, maka untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut dilakukan dengan mengkonversi lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian (sawah dan tegal) ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar. Metode dasar yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survey. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kabupaten Karanganyar. Penarikan sampel menggunakan metode judgment sampling sebanyak 40 responden dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Colomadu, Kebakkramat, Gondangrejo dan Tasikmadu. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (Ordinary least Square).

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial laju tingkat perkembangan rata-rata lahan sawah -0.31% per tahun dan tingkat perkembangan rata-rata luas lahan tegal 0,45% per tahun dan secara kontinu sejak tahun 1996-2010, laju tingkat perkembangan alih fungsi lahan sawah dan lahan tegal di Kabupaten Karanganyar sebesar -2.73% dan 0.55%. Artinya terjadi alih fungsi lahan sawah ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar, kemudian sebagai bagian dari proses alih fungsi lahan sawah tersebut, luas lahan tegal akan meningkat sebagai akibat pengurusan proses pengeringan (IPPT) dan izin mendirikan bangunan (IMB). Berdasarkan analisis regresi linier berganda (Ordinary least Square) dengan taraf kepercayaan 95% dapat

diketahui adanya hubungan yang sangat signifikan antara luas lahan sawah dan tegal dengan PDRB, panjang jalan, sewa lahan dan kebijaksanaan pemerintah untuk mencegah alih fungsi lahan, secara individu luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh sewa lahan sawah dan secara individu luas lahan tegal di Kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh PDRB dan panjang jalan.

Kata Kunci : Alih fungsi, Lahan sawah, Lahan tegal, Sektor non pertanian

1. Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0808003 2. Pembimbing Utama dengan NIP 19480808 197612 2 001 3. Pembimbing Pendamping dengan NIP 19810221 200501 1 003

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian memiliki arti yang sangat strategis, tidak hanya untuk negara-negara berkembang, bahkan untuk negara maju pertanian tetap mendapat perhatian dan perlindungan yang lebih mengingat arti penting pertanian dalam menjaga kelangsungan hidup manusia di mana pertanian sebagai penyedia bahan pangan, bahan sandang dan bahkan bahan papan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengedepankan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang mendukung struktur perekonomian negara. Pembangunan pada sektor pertanian di Indonesia pada dasarnya merupakan bagian yang integral dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang bekerja di sektor pertanian.

Salah satu kegiatan pertanian yang menjadi tumpuan hidup masyarakat pedesaan adalah padi sawah. Selama periode 1990-2005 laju pertumbuhan produksi padi cukup tajam, rata-rata 4,3% per tahun (Iqbal, 2007:287) sehingga mampu menopang kebutuhan pangan nasional, namun pada perkembangan selanjutnya pertumbuhan produksi tersebut tidak mampu mengimbangi pertumbuhan kebutuhan konsumsi beras nasional, hal ini disebabkan laju pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang yang memungkinkan terjadinya penyusutan lahan sawah.

Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akan berimplikasi pada peningkatan kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatan setiap penduduk dalam suatu wilayah, dan salah satunya dimanifestasikan dalam wujud lahan. Diatas lahan inilah kemudian penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik secara individual maupun kelompok, sehingga pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Permintaan akan lahan tersebut terus bertambah, sedangkan untuk Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akan berimplikasi pada peningkatan kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatan setiap penduduk dalam suatu wilayah, dan salah satunya dimanifestasikan dalam wujud lahan. Diatas lahan inilah kemudian penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik secara individual maupun kelompok, sehingga pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan. Permintaan akan lahan tersebut terus bertambah, sedangkan untuk

Alih fungsi lahan merupakan konsekuensi logis dari peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya. Alih fungsi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada kenyataannya alih fungsi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan sawah yang masih produktif. Sensus Pertanian Indonesia 2003 menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan, alih fungsi lahan sawah selama tahun 1995- 2002 mencapai 563.000 hektar atau rata-rata sekitar 188.000 hektar per tahun. Dengan luas sawah 7,75 juta hektar pada tahun 2002, pengurangan luas sawah akibat alih fungsi lahan mencapai 7,27% selama 3 tahun atau rata-rata 2,42% per tahun (Deptan, 2003:46).

Korbanan ekonomi dan sosial alih fungsi lahan pertanian dinilai sangat besar mengingat tingginya biaya investasi yang harus dikeluarkan sejak awal pembentukan lahan pertanian sampai timgkat produktivitas yang cukup tinggi, baik itu pada areal lahan sawah maupun tegal ataupun pada areal lahan yang lain. Beban alih fungsi lahan pertanian bagi pembangunan sektor pertanian dirasa semakin berat karena menyangkut pemanfaatan lahan pertanian produktif serta terjadi pada daerah dengan aksesbilitas fisik dan ekonomi yang baik.

Fenomena alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian secara Fenomena alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian secara

Kabupaten Karanganyar yang terletak di Provinsi Jawa Tengah mempunyai wilayah pedesaan yang berada dipinggiran perkotaan seperti Kecamatan Colomadu, Kecamatan Kebakkramat dan Kecamatan Gondangrejo yang masih memiliki banyak lahan pertanian yang produktif. Selama periode tahun 1998-2010 pada Kecamatan Colomadu, Kecamatan Kebakkramat dan Kecamatan Gondangrejo mengalami alih fungsi lahan pertanian secara berturut-turut sebesar 231.830 Ha, 198.310 Ha dan 171.392 Ha . Hal ini menunjukkan luasan lahan sawah dan tegal di Kabupaten Karanganyar yang semakin berkurang dan disebabkan oleh semakin maraknya fenomena alih fungsi lahan sawah dan tegal ke sektor industri maupun perumahan di wilayah Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah

Alih fungsi lahan merupakan suatu kegiatan merubah fungsi sebidang tanah atau lahan yang secara sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh manusia. Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi selama ini merupakan faktor yang sangat merugikan dalam sektor tersebut, sebab dalam kenyataannya pertanian selalu membutuhkan lahan untuk berproduksi. Korbanan ekonomi dan sosial alih fungsi lahan pertanian dinilai sangat besar mengingat tingginya biaya investasi yang harus dikeluarkan sejak awal pembentukan lahan pertanian sampai tingkat produktivitas yang cukup tinggi, baik itu pada areal lahan sawah maupun tegal ataupun pada areal lahan yang lain. Beban alih fungsi lahan pertanian bagi pembangunan sektor pertanian dirasa semakin berat karena menyangkut pemanfaatan lahan pertanian produktif serta terjadi Alih fungsi lahan merupakan suatu kegiatan merubah fungsi sebidang tanah atau lahan yang secara sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh manusia. Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi selama ini merupakan faktor yang sangat merugikan dalam sektor tersebut, sebab dalam kenyataannya pertanian selalu membutuhkan lahan untuk berproduksi. Korbanan ekonomi dan sosial alih fungsi lahan pertanian dinilai sangat besar mengingat tingginya biaya investasi yang harus dikeluarkan sejak awal pembentukan lahan pertanian sampai tingkat produktivitas yang cukup tinggi, baik itu pada areal lahan sawah maupun tegal ataupun pada areal lahan yang lain. Beban alih fungsi lahan pertanian bagi pembangunan sektor pertanian dirasa semakin berat karena menyangkut pemanfaatan lahan pertanian produktif serta terjadi

Pengalihfungsian lahan sawah produktif di Provinsi Jawa Tengah setiap tahun mencapai luasan 2.000-2.500 hektar. Kondisi tersebut dinilai cukup mengkhawatirkan lantaran dapat berdampak pada penurunan produksi pangan lokal. Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan non sawah dapat menimbulkan dampak negatif secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Bagi ketahanan pangan nasional, konversi lahan sawah merupakan ancaman yang sangat serius, mengingat konversi lahan tersebut sulit dihindari. Kegiatan alih fungsi lahan pertanian di Provinsi Jawa Tengah mengarah kepada daerah-daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang berlangsung dengan baik dan Kabupaten Karanganyar termasuk ke dalam kabupaten yang menghadapi ancaman serius alih fungsi lahan. Berikut ini adalah perkembangan luas lahan di Kabupaten Karanganyar dalam beberapa tahun terakhir.

Tabel 1. Luas Wilayah, Tanah Sawah dan Tanah Kering di Kab. Karanganyar,

Tahun

Luas Lahan

Luas Lahan Kering (Ha)

Padang Gembala

Lain-lain Jumlah 2005 22.844,26 20.732,44 17.937,02

219.67 15.647,68 77.378,64 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, 2011 Berdasarkan tabel tersebut luas lahan sawah di Kabupaten

Karanganyar semakin menurun dari tahun ke tahun. Menurut data statistic, kondisi ini juga mengakibatkan penurunan produksi padi dan jagung dari 224.381 ton dan 31.827 ton pada tahun 2005 menjadi 223.284 ton dan 26.314 ton pada tahun 2006. Kemudian masalah alih fungsi lahan yang semakin meningkat ini akan membawa dampak semakin sempitnya lahan sawah dan Karanganyar semakin menurun dari tahun ke tahun. Menurut data statistic, kondisi ini juga mengakibatkan penurunan produksi padi dan jagung dari 224.381 ton dan 31.827 ton pada tahun 2005 menjadi 223.284 ton dan 26.314 ton pada tahun 2006. Kemudian masalah alih fungsi lahan yang semakin meningkat ini akan membawa dampak semakin sempitnya lahan sawah dan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa besar tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian di Kabupaten Karanganyar.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman peneliti terkait bidang penelitian yang diteliti, di samping itu untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bahan informasi bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan terkait alih fungsi lahan di Kabupaten Karanganyar.

3. Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan masyarakat sebagai pertimbangan dalam memanfaatkan lahan sawah dan tegal yang mereka miliki.

4. Memberikan bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Afriani (2007:14-45) dengan judul ”Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Terhadap Alih Fungsi Lahan Perkebunan di Kota Semarang (Kasus di PT. Karyadeka Alam Lestari)” bertujuan untuk mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan di PT. Karyadeka Alam Lestari. Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk mengindentifikasi dan mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan, sedangkan untuk menguji apakah variabel yang digunakan secara bersama-sama mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian digunakan uji

F hitung dengan tingkat signifikansi 95%. Variabel-variabel penduga yang mempengaruhi alih fungsi lahan perkebunan PT. Karyadeka Alam lestari adalah land rent (harga lahan) (X 1 ), produktivitas lahan (X 2 ), Jumlah penduduk Kota Semarang (X 3 ), PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Semarang (X 4 ). Untuk menguji masing - masing variabel X yang mempengaruhi variabel alih fungsi lahan (Y) digunakan uji keberartian koefisien regresi dengan uji t dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel harga lahan, produktivitas lahan, jumlah penduduk, dan PDRB Kota Semarang secara bersama-sama berpengaruh terhadap alih fungsi lahan. Sedangkan variabel PDRB secara individu berpengaruh nyata terhadap alih fungsi lahan.

Tiger (2005:20-44) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah di Kabupaten Karanganyar” bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga lahan, jumlah penduduk, produktivitas lahan dan PDRB Kabupaten Karanganyar terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Karanganyar. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa selama tahun 1991- 2005 luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami penurunan. Tahun 1991 luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar seluas 23.360,5678 Tiger (2005:20-44) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah di Kabupaten Karanganyar” bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga lahan, jumlah penduduk, produktivitas lahan dan PDRB Kabupaten Karanganyar terhadap alih fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Karanganyar. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa selama tahun 1991- 2005 luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami penurunan. Tahun 1991 luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar seluas 23.360,5678

Berdasarkan kedua penelitian diatas, variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, meliputi jumlah penduduk, PDRB, sewa lahan dan panjang jalan aspal dan kerikil agar memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dapat ditinjau dari lebih banyak aspek, kemudian dengan melihat pengaruh dikeluarkannya kebijaksanaan mencegah alih fungsi lahan pertanian subur (PP No 16 tahun

2004 tentang penatagunaan lahan) oleh pemerintah terhadap perkembangan alih fungsi lahan.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Lahan

Lahan pertanian adalah lahan yang digenangi air secara periodik dan atau terus-menerus, atau lahan yang ditanami tanaman tebu, tembakau, sayur-sayuran, buah-buahan atau tanaman semusim lainnya. Lebih lanjut disebutkan lahan pertanian adalah lahan yang dipergunakan untuk kegiatan pertanian, pada umumnya hanya meliputi pertanian lahan basah (persawahan) dan pertanian lahan kering yaitu tegalan dan ladang (Iqbal, 2007:287).

Lahan merupakan kebutuhan manusia. Manusia dengan aktifitasnya menggunakan dan memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Ritohardoyo (2002:121), lahan adalah bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola. Lahan terdiri dari gabungan unsur-unsur permukaan dan dekat dengan permukaan bumi yang penting bagi Lahan merupakan kebutuhan manusia. Manusia dengan aktifitasnya menggunakan dan memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Ritohardoyo (2002:121), lahan adalah bentang permukaan bumi yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola. Lahan terdiri dari gabungan unsur-unsur permukaan dan dekat dengan permukaan bumi yang penting bagi

Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2004:16). Swastika et al . (2007:38), mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklik yang berbeda di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan sekarang, yang semuanya berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa mendatang.

2. Penggunaan Lahan

Lindger (1984:91) dalam Wardani (2000:11), mengemukakan tentang penggunaan lahan adalah semua jenis penggunaan atas lahan oleh manusia, yang meliputi antara lain penggunaan untuk pertanian, hingga lapangan olah raga, rumah mukim hingga rumah makan, rumah sakit hingga kuburan. Lebih lanjut penggunaan lahan menurut Karyana dalam Wardani (2000:13), penggunaan lahan merupakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya, sehingga dalam beberapa hal, penggunaan lahan mempunyai hasil akhir yang dapat dimanfaatkan sebagai indikator dalam keseimbangan kebutuhan serta kecakapan manusia dan keseimbangan lingkungan.

Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Penggunaan lahan juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi industri,

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan-peraturan pokok-pokok Agraria, terutama pasal 14 yang berbunyi:

a) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat 2 dan 3, pasal 9 ayat 2 serta pasal 10 ayat 1 dan 2 Pemerintah dalam rangka Sosialisasi Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya:

1. Untuk keperluan Negara

2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya, sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa

3. Untuk keperluan-keperluan pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan, dan lain-lain kesejahteraan

4. Untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian, peternakan dan perikanan serta sejalan dengan itu

5. Untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi, dan pertambangan.

b) Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat 1 pasal ini dapat mengingat peraturan-peraturan yang bersangkutan, Pemerintah Daerah mengatur persediaan, peruntukan, penggunaan bumi, air serta ruang angkasa untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan daerah masing-masing.

3. Sumber Daya Lahan

Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik, yaitu (1) memiliki luas yang relatif tetap, dan (2) memiliki sifat fisik, kimia dan biologi serta jenis batuan, kandungan mineral, topografi, iklim dan lain sebagainya. Lahan memerlukan arahan dalam pemanfaatannya dengan kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya, kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa lahan merupakan bagian dari bentang alam dimana lingkungan fisik seperti iklim, topografi, tanah, hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang meliputinya serta secara potensial akan mempengaruhi penggunaan lahan. Penggunaan lahan Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik, yaitu (1) memiliki luas yang relatif tetap, dan (2) memiliki sifat fisik, kimia dan biologi serta jenis batuan, kandungan mineral, topografi, iklim dan lain sebagainya. Lahan memerlukan arahan dalam pemanfaatannya dengan kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya, kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa lahan merupakan bagian dari bentang alam dimana lingkungan fisik seperti iklim, topografi, tanah, hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang meliputinya serta secara potensial akan mempengaruhi penggunaan lahan. Penggunaan lahan

Kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan sering kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun, di lain pihak permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita (Rustiadi dalam Iqbal dan Sumaryanto, 2007:168)

4. Alih Fungsi Lahan

Menurut Kustiawan (1997:15-32) pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan kepenggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang (hanya mengejar pertumbuhan) menyebabkan beberapa sektor ekonomi terutama industri tumbuh dengan cepat namun disisi lain memperlambat sektor lain, yakni pertanian. Pertumbuhan tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas, apabila lahan pertanian letaknya berada dekat sumber pertumbuhan ekonomi seperti pinggiran perkotaan maka dengan pertumbuhan ekonomi tersebut akan menggeser penggunaan lahan pertanian kebentuk lain seperti perumahan, lokasi pabrik, jasa, perdagangan, perkotaan, jalan dan lain-lain. Hal ini juga dipengaruhi karena rente lahan persatuan luas yang diperoleh Menurut Kustiawan (1997:15-32) pengertian konversi atau alih fungsi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan kepenggunaan lainnya. Konversi lahan pertanian ini tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang (hanya mengejar pertumbuhan) menyebabkan beberapa sektor ekonomi terutama industri tumbuh dengan cepat namun disisi lain memperlambat sektor lain, yakni pertanian. Pertumbuhan tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas, apabila lahan pertanian letaknya berada dekat sumber pertumbuhan ekonomi seperti pinggiran perkotaan maka dengan pertumbuhan ekonomi tersebut akan menggeser penggunaan lahan pertanian kebentuk lain seperti perumahan, lokasi pabrik, jasa, perdagangan, perkotaan, jalan dan lain-lain. Hal ini juga dipengaruhi karena rente lahan persatuan luas yang diperoleh

Demikian juga menurut Cardenas (1995:24) transfer lahan dari lahan pertanian selama tahun 1986-1994 adalah sebesar 45% dimana transfer ke lahan industri, penggunaan campuran dan lahan untuk rekreasi, komersial dam institusi sebesar 16, 21 dan 6 %, 2% untuk penggunaan lain terjadi sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk kota secara alamiah maupun karena urbanisasi. Uraian-uraian sebelumnya dapat menjelaskan bahwa dengan meningkatnya kebutuhan lahan di luar sektor pertanian, menyebabkan terjadinya pergeseran lahan pertanian, misalnya peningkatan penggunaan lahan perkotaan seperti pemukiman, jasa, perdagangan, perkantoran, industri, prasarana jalan dan sebagainya, menyebabkan makin sempitnya areal pertanian di sekitar perkotaan. Situasi kegiatan transformasi lahan pertanian yang terus berlanjut akan menyebabkan lahan pertanian makin sempit bahkan kemungkinan habis.

Luas lahan pertanian yang ada di Inggris rata-rata berkurang sebesar 15.400 ha per tahun dari tahun 1993 sampai dengan 2008, atau sebesar 1 persen per dekade. Selama periode waktu yang sama luas lahan pertanian menurun dengan cepat, luasnya sebanding dengan transfer lahan pertanian

ke sektor pertanian tanaman keras (Bibby, 2009:11-12). Menurut Nasoetion dan Winoto (1996:71) ada dua faktor yang langsung menentukan proses alih fungsi lahan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: (1) sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan (2) sistem non-kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain direpresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi lahan.

Proses alih fungsi lahan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu

Perubahan yang dimaksud tercermin dengan adanya (1) pertumbuhan aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan perkapitanya; serta (2) pergeseran kontribusi sektor-sektor pertanian dan pengelolaan sumberdaya alam ke aktivitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa). Menurut hukum ekonomi pasar, konversi lahan berlangsung dari aktifitas dengan land rent yang lebih rendah ke aktivitas-aktivitas dengan land rent yang lebih tinggi. Land rent dapat diartikan sebagai nilai keuntungan bersih dari aktivitas pemanfaatan lahan persatuan luas lahan dan waktu tertentu (Rustiadi dalam Iqbal dan Sumaryanto, 2007:170 ).

5. Penduduk dan Lahan

Menurut Desman (2007:39-45) jumlah penduduk yang meningkat berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan pangan dan perumahan. Kebutuhan lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan perumahan telah menyebabkan pergeseran pola penggunaan lahan seperti pertanian semusim di daerah-daerah yang semestinya tidak diperbolehkan. Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan kesesuaian lahan menyebabkan dampak lingkungan yang kurang menguntungkan, seperti terjadi erosi, menurunnya fungsi hidrologis hutan, terjadinya degradasi lahan dan meningkatnya lahan kritis serta kerusakan lingkungan.

Baker et al. ( 2010:255) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan skala dan agrerat jumlah penduduk secara mendasar akan merubah estimasi kepadatan penduduk, akibatnya akan berpengaruh pada perkiraan jumlah total penduduk yang tidak menyesuaikan pada batas skala yang digunkan. Hal ini mengindikasikan bahwa metode perkiraan untuk tidak memasukkan jumlah penduduk ke dalam agregat merupakan hal yang penting dan akan menguntungkan dalam manajemen penggunaan lahan, kemudian beberapa pengelola lahan diijinkan untuk menguasai area dimana akses kepada pelayanan lingkungan lebih kuat mempengaruhi tekanan Baker et al. ( 2010:255) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan skala dan agrerat jumlah penduduk secara mendasar akan merubah estimasi kepadatan penduduk, akibatnya akan berpengaruh pada perkiraan jumlah total penduduk yang tidak menyesuaikan pada batas skala yang digunkan. Hal ini mengindikasikan bahwa metode perkiraan untuk tidak memasukkan jumlah penduduk ke dalam agregat merupakan hal yang penting dan akan menguntungkan dalam manajemen penggunaan lahan, kemudian beberapa pengelola lahan diijinkan untuk menguasai area dimana akses kepada pelayanan lingkungan lebih kuat mempengaruhi tekanan

6. Pertumbuhan Ekonomi

Widodo (1983:18) menjelaskan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan PDRB pada daerah tersebut. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal. Lebih lanjut dijelaskan bahwa laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses pertumbuhan karena mengandung unsur dinamis, perubahan, atau perkembangan diperlukan pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tetentu, misalnya tahunan. Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi atau dengan kata lain mengkaitkan laju pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk akan memberi indikator yang lebih realistis.

Faried W (1992) dalam Arsyad (2006:134) menerangkan dua konsep pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan pendapatan nasional riil. Perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang apabila terjadi pertumbuhan output riil. Output riil suatu perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan. Perubahan ekonomi meliputi pertumbuhan, statis ataupun penurunan, dimana pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat positif sedangkan

b. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila ada kenaikan output perkapita dalam hal ini pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup yang diukur dengan output total riil perkapita. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tingkat kenaikan output total riil lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk, sebaliknya terjadi penurunan taraf hidup aktual bila laju kenaikan jumlah penduduk lebih cepat daripada laju pertambahan output total riil. Pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

7. Sewa Lahan (Land Rent)

Nilai keuntungan yang dimiliki suatu lahan dapat dilihat dari jenis penggunaan lahan tersebut dalam periode setahun seperti hasil penelitian (Sitorus, et al., 2007:557-565) mengenai perhitungan nilai land rent sembilan usaha dan perbandingannya terhadap nilai land rent terendah di Kecamatan Karangpandan dan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Sembilan usaha yang dihitung antara lain : villa, tanaman hias, padi-padi, padi-padi-padi, padi-palawija, padi-palawija-palawija, bawang putih- wortel-bawang merah-wortel-daun bawang, wortel-bawang putih-wortel- kubis-sawi, dan bawang merah-wortel-bawang putih-wortel-bawang merah. Penggunaan lahan dengan pola tanaman padi-padi memiliki nilai land rent terendah karena biaya input seperti tenaga kerja, pestisida, pupuk dan pengolahan tanah yang relatif tinggi dibandingkan dengan usaha lain.

Konversi mempunyai arti yang sama dengan perubahan. Menurut konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Konversi lahan merupakan perubahan penggunaan tertentu dari suatu lahan menjadi penggunaan Konversi mempunyai arti yang sama dengan perubahan. Menurut konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Konversi lahan merupakan perubahan penggunaan tertentu dari suatu lahan menjadi penggunaan

8. Dampak Alih Fungsi Lahan

Menurut Sembiring (2004:33) yang melakukan penelitian di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan menunjukan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan telah mampu meningkatkan daya serap terhadap tenaga kerja yang ditandai dengan berkembangnya atau bertambahnya unit-unit usaha baik di sektor jasa, industri dan perdagangan. Kepadatan penduduk di kelurahan yang lebih banyak mengalami perubahan lahan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelurahan yang sedikit perubahan lahannya. Alih fungsi lahan menggeser mata pencaharian penduduk dari bertani ke sektor dagang, industri rumah tangga dan jasa, yang secara umum adalah dari penggunaan lahan yang kurang produktif ke penggunaan lahan yang lebih menguntungkan dari segi peningkatan pendapatan keluarga di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan.