Penurunan Harga Saham Sebagai Implikasi Dari Rasio Likuditas Dan Rasio Leverage Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2014

(1)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sebelum melakukan investasi, investor dihadapkan pada keinginan untuk mendapatkan hasil pengembalian yang maksimal dari nilai investasi, dan tingkat resiko yang akan dihadapi. Karena aktivitas investasi dalam pasar modal merupakan aktivitas yang dihadapkan dengan berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sangat sulit untuk diprediksi, maka untuk mengurangi kemungkinan daripada tingkat resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor atau pemodal membutuhkan berbagai macam informasi sebagai pendukung yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan keputusan sebelum melakukan investasi.

Di dalam menganalisa prospek perkembangan dan profit perusahaan ada baiknya jika investor memahami dan mengerti informasi mengenai rasio keuangan . investasi yang baik sebaiknya dilakukan pada perusahaan yang tumbuh sesuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan perusahaan tersebut berada dalam tahap pengembangan. Perusahaan yang mampu tumbuh lebih baik dari pertumbuhan ekonomi harus diperhatikan oleh pemodal karena perusahaan – perusahaan yang beroperasi di dalam industry ini memiliki peluang besar untuk memperoleh profit lebih tinggi.

Dengan demikian menganalisis rasio – rasio keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan akan dapat dipakai oleh investor maupun analis keuangan


(2)

dalam memprediksi keuntungan investasi serta rasio keuangan suatu perusahaan. Apakah analisis rasio – rasio keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham dan pengembalian investasi dalam waktu yang panjang. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah rasio likuiditas dan rasio leverage.

Menurut Sutrisno (2009:215), Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Kewajiban yang harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.

Menurut Sutrisno (2009:217), Rasio leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang.

Harga saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas yang wujud sahamnya adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut porsi kepemilikannya ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.(Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5)


(3)

Pada tahun 2009 Indeks harga saham gabungan (IHSG) sepekan belakangan menampakkan penurunan. Penurunan ini berpengaruh terhadap harga saham perusahaan Investasi. Fenomena penurunan harga saham diatas berimbas pada perusahaan sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi subsektor perusahaan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun tabel data rasio likuiditas, rasio leverage dan harga saham yang dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1

Data Rasio Likuiditas (CR), Rasio Leverage(DER) dan Harga Saham Lima Perusahaan investasi Tahun 2009 – 2014

No Perusahaan Investasi Kode

Emiten Tahun

CR (Rp) DER (%) Harga Saham (Rp) 1. PT.MNC Capital, Tbk

BCAP

2009 3.55 64.27 400 2010 3.33 57.90 610 2011 2.87 28.73 560 2012 2.11 22.80 1600 2013 6.19 24.17 1340 2014 9.71 44.88 1005 2. PT. Bakrie & Brothers,

Tbk

BNBR

2009 0.79 453.68 85 2010 2.34 34.84 65 2011 1.00 107.22 66 2012 1.50 186.80 50 2013 0.72 57.78 50 2014 0.47 109.15 50 3. PT.Global Mediacom,

Tbk. BMTR

2009 3.03 60.21 220 2010 1.86 36.61 650 2011 3.32 39.71 990


(4)

2012 4.34 39.87 2350 2013 2.65 37.23 1900 2014 4.17 59.78 1500 4. PT. Multipolar, Tbk

MLPL

2009 1.63 531.10 236 2010 1.88 113.93 300 2011 1.48 75.66 151 2012 1.49 99.74 215 2013 1.54 125.63 360 2014 1.34 121.43 895 5. PT. Bumi Resources

Mineral,Tbk

BRMS

2009 1.23 48.30 660 2010 6.72 22.61 670 2011 4.59 24.25 530 2012 0.41 22.33 220 2013 0.02 44.27 199 2014 0.01 60.68 315 Sumber: Laporan Keuangan (www.idx.co.id), Yahoo Finance, data diolah.

Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukkan keadaan Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Harga saham perusahaan Investasi periode 2009-2014, yang tiap tahunnya mengalami fluktuasi.

PT. MNC Capital Tbk pada tahun 2011 nilai Rasio Leverage mengalami penurunan akan tetapi berbanding terbalik dengan harga saham yang mengalami penurunan. Penurunan harga saham ini diindikasikan karena menurunnya permintaan atas saham. Pada tahun 2013 dan 2014 nilai Rasio Likuiditas pada PT. MNC Capital Tbk mengalami peningkatan akan tetapi berbanding terbalik dengan harga saham yang mengalami penurunan, hal ini diindikasikan karena adanya konflik internal perusahaan MNC Group dan isu politik.


(5)

PT. Bakrie & Brothers Tbk pada tahun 2010 nilai Rasio Likuiditas mengalami peningkatan dan penurunan nilai Rasio Leverage akan tetapi berbanding terbalik dengan harga sahamnya mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan karena penurunan kinerja perusahaan. Pada tahun 2012 nilai Rasio Likuiditas mengalami peningkatan akan tetapi berbanding terbalik dengan harga sahamnya yang mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan karena penumpukan hutang pada tahun 2012.

PT. Global Mediacom Tbk pada tahun 2013 nilai Rasio Leverage mengalami penurunan akan tetapi berbanding terbalik dengan harga sahamnya yang mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan karena penurunan laba bersih perusahaan. Pada tahun 2014 nilai Rasio Likuiditas mengalami peningkatan akan tetapi berbanding terbalik dengan harga sahamnya mengalami penurunan, hal ini diindikasikan karena kerugian kurs mata uang asing pada PT. Global Mediacom Tbk.

PT. Multipolar Tbk pada tahun 2011 nilai Rasio Leverage mengalami penurunan akan tetapi berbanding terbalik dengan harga sahamnya yang mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan karena penurunan kinerja keuangan perusahaan.

PT. Bumi Resources Mineral Tbk pada tahun 2012 nilai Rasio Leverage mengalami penurunan akan tetapi berbanding terbalik dengan harga sahamnya yang mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan karena menurunnya marjin laba yang diakibatkan melonjaknya biaya produksi.


(6)

Fenomena penurunan harga saham pada perusahaan investasi ini juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari internal perusahaan, kenaikan atau penurunan saham dapat diakibatkan karena pergantian struktur manajerial/direksi, rasio keuangan, ataupun citra perusahaan. Pergantian struktur manajerial/direksi mempengaruhi return saham karena setiap adanya perubahan atasan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan nantinya. Apabila calon pengganti dianggap kurang cakap dalam mengganti nantinya, harga saham perusahaan akan cenderung turun. Sedangkan apabila calon pengganti dianggap cakap maka harga saham akan cenderung naik. Rasio keuangan juga dapat menjadi salah satu indikator dalam investor mengambil keputusan untuk melakukan investasi. Apabila rasio keuangan cenderung terus memburuk, maka para investor akan enggan berinvestasi di perusahaaan tersebut dan akan menyebabkan turunnya harga saham. Selain itu, perusahaan dengan citra yang buruk pun dapat membuat harga saham langsung jatuh seketika karena kehilangan kepercayaan dari investor sehingga investor menjual sahamnya sehingga harga saham langsung jatuh dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

(https://shareshareilmu.wordpress.com/2012/04/14/pergerakan-harga-saham-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/)

Dari dalam negeri, mulai dari Impor kita lebih banyak daripada ekspor (Defisit Neraca Perdagangan), Inflasi tidak terkendali dan di atas 8%, Pertumbuhan Ekonomi melambat dan dibawah 6%, kebijakan yang cenderung populis seperti kenaikan UMR tanpa koordinasi, dan harga komoditas yang turun sehingga pendapatan perusahaan dan masyarakat yang berbasis komoditas juga


(7)

ikut turun. Penurunan IHSG, harga obligasi dan pelemahan Kurs Rupiah merupakan efek dari rapor merah tersebut.

Dari luar negeri, pengetatan Quantitative Easing yang disebut juga dengan Tapering – Pengurangan nominal yang dikucurkan dalam QE dan membaiknya perekonomian US & Eropa membuat para investor besar memiliki opsi untuk mengalihkan uangnya ke negara yang kondisi ekonominya dianggap lebih baik. Faktor dari luar negeri, sebetulnya sudah diperhitungkan dan harusnya bersifat sementara, namun terus terang asumsi mengenai faktor dari dalam negeri banyak yang diluar perkiraan. Saya tidak menyangka rapor kita sedemikian buruk, padahal pada tahun - tahun sebelumnya pemerintah cukup berhasil dalam mengendalikan tingkat inflasi dan pertumbuhan perekonomian. Biangnya memang kenaikan BBM di waktu yang salah sehingga defisit sudah terlanjur memburuk dan akhirnya berdampak kemana-mana, hal ini diperparah lagi dengan harga minyak yang tetap tinggi dan harga bahan baku yang naik tidak terkendali. (http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/08/28/apakah-sekarang-saat-yang-tepat-untuk-berinvestasi-di-saham/)

Pada fenomena yang terjadi tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana menurut Tita Deitiana (2013:82-88), menyatakan bahwa semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga kinerja perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan pada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan harga saham.


(8)

Dan menurut Darsono dan Ashari (2005:76), Debt to equity ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dan sebaliknya, semakin rendah rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Hal ini menjadikan harga saham perusahaan akan naik.

Setiap perusahaan yang terdaftar pada bursa efek setiap tahunnya berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan (annual report) untuk keperluan para pemodal (investor). Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi yang mencerminkan kinerja perusahaan yang bersangkutan bagi pemodal (investor) dimana informasi itu bermanfaat sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

Setiap investor yang melakukan investasi di pasar modal mengharapkan keuntungan dari dana yang ditanamkan. Ada investor yang mempunyai tujuan untuk memperoleh deviden dan ada pula investor yang justru mengharapkan capital gain, yaitu selisih antara harga investasi sekarang dengan harga pada periode yang lalu. Tetapi investasi selalu mengandung unsur resiko, karena perolehan yang diharapkan baru akan diterima pada masa yang akan datang, resiko itu juga timbul karena return yang diterima, mungkin lebih besar ataupun lebih kecil dari dana yang di investasikan. Untuk investor yang menyukai resiko (risk lover) mereka memilih saham-saham yang mempunyai resiko yang tinggi agar di kemudian hari akan mendapatkan return yang tinggi pula. Sebaliknya investor yang tidak menyukai resiko (risk avester) merencanakan keuntungan


(9)

normal. Kekuatan analisis investor dalam menilai harga saham dapat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diterima, kekuatan analisis ini akan memberikan informasi kepada investor tentang waktu yang tepat membeli saham tertentu dan kapan menjual saham atau bahkan keluar dari pasar.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas masalah ini dan menjadikannya sebagai bahan untuk penelitian yang berjudul “PENURUNAN HARGA SAHAM SEBAGAI IMPLIKASI DARI

RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO LEVERAGE PADA PERUSAHAAN

INVESTASI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009 - 2014 ”

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka peneliti membatasi permasalahan dengan mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

Jika perusahaan nilai rasio likuiditas rendah serta terjadi peningkatan nilai rasio leverage hal ini akan mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan dananya di perusahaan investasi karena beresiko tinggi. Rendahnya tingkat rasio likuiditas dan tingginya nilai rasio leverage akan menurunkan kinerja saham (harga saham menurun).


(10)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana Rasio Likuiditas pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .

2. Bagaimana Rasio Leverage pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagaimana Harga Saham pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Seberapa Besar Implikasi Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan berbagai data - data dan informasi yang diperlukan mengenai Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage serta Harga Saham pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(11)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk Mengetahui Rasio Likuiditas pada Perusahaan Investasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk Mengetahui Rasio Leverage pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk Mengetahui Harga Saham pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk Mengetahui Besarnya Implikasi Rasio Likuiditas Dan Rasio Leverage Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis yang diharapkan sebagai berikut :

1. Bagi Bursa Efek Indonesia dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan pembentukan saham sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terkait perubahan saham.

2. Bagi perusahaan khususnya perusahaan investasi dalam menyikapi keterkaitan Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage dengan harga saham. 3. Bagi investor, kreditur, dan masyarakat sebagai bahan pertimbangan


(12)

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Agar menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya mengenai Implikasi Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham. 2. Sebagai bahan pembanding antara teori yang didapat dalam bangku kuliah

dengan pelaksanaan dilapangan.

3. Sebagai salah satu alat evaluasi terhadap kurikulum yang berlaku.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian pada Bursa Efek Indonesia Terkait dengan judul “Penurunan Harga Saham sebagai Implikasi dari Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage pada Perusahaan Investasi yang terdaftar di BEI periode 2009-2014”.

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2015 sampai dengan Agustus 2015. Secara lebih rinci waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini:


(13)

Tabel 1.2

Jadwal Pelaksanaan dan Realisasi Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Feb Maret April Mei Juni Juli Agust

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Persiapan

Studi Literatur Survey Ke BEI Penentuan Tema Penyusunan Usulan Penelitian

Revisi Usulan Penelitian 2 Pelaksanaan

Studi Data Primer Studi Data Sekunder

3 Pengolahan dan Analisis Data Olah Data Dari Hasil

Pengamatan

Menghitung Variabel Pengamatan dan Uji Signifikansi dengan SPSS 4 Penulisan

Penyusunan Skripsi Revisi Skripsi


(14)

14

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Rasio Likuiditas

2.1.1.1Pengertian Rasio Likuiditas

Menurut Sutrisno (2009:215):

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi. Kewajiban yang harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.

Menurut Irham Fahmi (2012:121):

“Rasio Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu.”

Berdasarkan teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2.1.1.2 Pengukuran Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas dapat diukur dengan rasio lancar atau Current Ratio. Menurut Sutrisno (2009:216):

Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.”


(15)

Menurut Irham Fahmi (2012:121):

“Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.”

Berikut ini rumus dari rasio lancar:

� � =� �

Harahap (1998:301), menyatakan bahwa:

Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100%.

2.1.1.3. Risiko Likuiditas

Menurut Irham Fahmi (2012:164):

Risiko Likuiditas merupakan bentuk risiko yang dialami oleh suatu perusahaan karena ketidakmampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga itu memberi pengaruh kepada terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secara normal.

Menurut Irham Fahmi (2012:164), Pada saat suatu perusahaan mengalam risiko likuiditas ada beberapa sebab yang melatar belakanginya,yaitu :

1. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. Extreme leverage artinya utang perusahaan sudah berada dalam kategori yang membahayakan perusahaan itu sendiri.

2. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang disaat jatuh tempo sudah begitu besar, baik utang di perbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang, termasuk dalam bentuk utang obligasi yang sudah


(16)

jauh tempo yang harus secepatnya dibayar, dan berbagai bentuk tagihan lainnya.

3. Perusahaan telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan jangka panjang.

4. Kepemilikan aset perusahaan tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan perusahaan, yaitu sudah terlalu banyak aset yang dijual sehingga jika aset yang tersisa tersebut masih ingin dijual maka itu juga tidak mencukupi untuk menstabilkan perusahaan. 5. Penjualan dan hasil keuntungan yang diperoleh adalah terjadi

penurunan yang sistematis serta fluktuatif. Jika penjualan dan keuntungan diperoleh bersifat fluktuatif, maka artinya perusahaan harus melakukan perubahan konsep sebelum terlambat. Karena jika terjadi keterlambatan akan menyebabkan perusahaan memperoleh profit secara fluktuatif, sementara kondisi profit yang baik adalah yang bersifat “konstan bertumbuh”. Konstan bertumbuh artinya penjualan dan keuntungan perusahaan mengalami pertumbuhan yang stabil dari waktu ke waktu tanpa mengalami fluktuatif yang membahayakan.

6. Perusahaan sering melakukan kebijakan gali lubang dan tutup lubang pada kewajiban jangka pendek. Seperti dana untuk memenuhi kewajiban atau menyelesaikan persoalan likuiditas dipakai dari dana untuk membayar utang, sehingga pembayaran


(17)

utang menjadi tertunda, dan begitu pula sebaliknya pada dana yang harusnya dialokasikan untuk membayar utang yang sudah jatuh tempo namun dipakai untuk membayar gaji karyawan, listrik, dan sejenisnya yang termasuk kategori short term liquidity.

2.1.2 Rasio Leverage

2.1.2.1 Pengertian Rasio Leverage

Menurut Sutrisno (2009:217):

Rasio leverage merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage faktornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang.

Menurut Irham Fahmi (2012:127):

”Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang.”

Berdasarkan teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan perusahaan dibiayai dengan hutang.

2.1.2.2 Pengukuran Rasio Leverage

Rasio leverage dapat diukur dengan rasio hutang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio.

Menurut Sutrisno (2009:218):

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit disbanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya


(18)

hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi.

Menurut Irham Fahmi (2012:128):

Debt to equity ratio adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.”

Berikut ini rumus dari rasio hutang terhadap modal:

� � � � =� � �× %

Irham Fahmi (2012:128), menyatakan bahwa:

Dalam persoalan debt to equity ratio ini perlu dipahami bahwa, tidak ada batasan berapa debt to equity ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk konservatif biasanya debt to equity ratio yang lewat 66 % atau 2/3 sudah dianggap berisiko.

2.1.3 Harga Saham

2.1.3.1 Pengertian Harga Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5):

Harga saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas yang wujud sahamnya adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut porsi kepemilikannya ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Menurut R.Agus Sartono (2001:41):

“Nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan diterima.”


(19)

Menurut Sunariyah (1999:28):

“Bahwa saham adalah penyertaan modal dan pemilikan suatu Perseroan Terbatas atau yang biasa disebut emiten.”

Dari uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga saham merupakan nilai dari penyertaan modal yang diharapkan diterima.

2.1.3.2Faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham

Menurut Marzuki Usman (1990:166), harga saham sebagai indikator prestasi perusahaan secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut :

1. Faktor - faktor fundamental

Meliputi kemampuan manajemen perusahaan, prospek perusahaan, prospek pemasaran, perkembangan teknologi, profitabilitas, manfaat terhadap perekonomian nasional, kebijakan pemerintah, dan hak-hak investor.

2. Faktor - faktor teknis

Meliputi perkembangan kurs, keadaan pasar, volume dan frekuensi transaksi, kekuatan pasar.

3. Faktor sosial, ekonomi, dan politik

Meliputi tingkat inflasi, kebijakan moneter, factor musim, neraca pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, dan kondisi politik.


(20)

2.1.3.3Efficient Market Hypotesis

Menurut Christian Adrianus Harijanto dan Sri Lestari Kurniawati (2013:224-225):

Efisiensi pasar dapat didefinisikan sebagai hubungan antar harga-harga sekuritas dengan informasi yang beredar. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh abnormal return, setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada

Menurut Jogiyanto (2008:503), mendefiniskan pasar yang efisien sebagai berikut:

“Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia (a security market is efficient if security prices fully reflect the information available)”.

Maka penulis menyimpulkan bahwa pasar yang efisien, fluktuasi harga saham dan surat berharga lainnya di pasar modal ditentukan oleh informasi yang tersedia. Jika informasi yang diterima investor adalah informasi yang bagus, mereka akan bereaksi positif dan akan menimbulkan kenaikan harga saham yang dihadapkan investor untuk memperoleh capital gain. Demikian juga sebaliknya, jika informasi itu dinilai jelek misalnya ada kerugian, harga saham akan turun.

Jogiyanto (2008:493) menjelaskan bentuk efisiensi pasar ditinjau dari ketersediaan informasinya dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Disini harga saham pada periode tertentu secara penuh merupakan refleksi dari informasi yang berasal dari harga saham masa lalu. Bentuk ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory).


(21)

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)

Harga saham secara penuh merupakan gambaran dari seluruh informasi yang tersedia kepada publik termasuk harga saham masa lalu. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Harga saham pada bentuk ini mencerminkan secara penuh seluruh informasi yang ada baik informasi harga saham yang lalu, informasi yang tersedia untuk publik, dan informasi lainnya seperti informasi dari dalam dan informasi pribadi lainnya.

2.1.4 Penelitian Terdahulu

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, dapat di sajikan daftar penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga dapat membedakan keorisinalitasan penelitian ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Nurjanti Takarini dan Hamidah Hendrarini, 2011

ISSN : 2088-7841

Rasio Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Harga Saham

Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Hasil analisis secara parsial Net Profit Margin (NPM)

berpengaruh positif tidak

signifikan atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga saham.

2. Hasil analisis secara parsial Quick Ratio (QR) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

3. Hasil analisis secara parsial Return On Equity (ROE) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham. 4. Hasil analisis secara parsial

Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif tidak

signifikan atau tidak berpengaruh

Menggunaka n model regresi linear berganda

Unit analisis penulis adalah bursa efek Indonesia sedangkan penelitan terdahulu unit analisisnya adalah Jakarta Islamic index.


(22)

secara nyata terhadap harga saham.

5. Hasil analisis secara parsial Debt to Equity Ratio (DER)

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham. 2 Meythi, Tan

Kwang En dan Linda Rusli, 2011 ISSN : 1693-8305

Pengaruh

Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Harga Saham

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian untuk menguji pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut: 1. Secara parsial, likuiditas yang

diukur dengan Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Current Ratio dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Current Ratio memiliki beberapa keterbatasan dan kelemahan sehingga investor akan berusaha mengimbanginya dengan menggunakan informasi lain sebagai bahan untuk mendukung keputusannya.

2. Secara parsial, profitabilitas yang diukur dengan Earnings Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Earnings Per Share (EPS) dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kemungkinan dikarenakan investor menyadari bahwa Earnings Per Share (EPS) memiliki beberapa kelemahan. Selain itu, faktor resesi ekonomi Oktober 2008 pada keseluruhan mempengaruhi keputusan investor dalam pasar modal sehingga pengaruh rasio sebagai ukuran kinerja keuangan tidak signifikan.

3. Secara simultan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Current Ratio dan Earnings Per Share (EPS) secara bersama-sama dapat berpengaruh terhadap harga saham karena investor akan menggunakan sebanyak mungkin informasi yang ada sebagai bahan pertimbangan dalam

Variabel Likuiditas sebagai variabel independen. Variabel dependen yaitu tahapan siklus kehidupan


(23)

pengambilan keputusan investasi. 3 Daniarto

Raharjo dan Dul Muid, 2013

ISSN : 2337-3806

Analisis

Pengaruh Faktor-faktor

Fundamental Rasio Keuangan terhadap

Perubahan Harga Saham

Hasil pengujian data secara simultan dengan menggunakan semua variabel independen yaitu ROE, ROA, DER, CR, EPS dan BVS menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham. Hasil pengujian data secara parsial dengan uji statistik t, menunjukkan bahwa variabel CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan variabel ROE, ROA, DER, EPS dan BVS tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Rasio keuangan CR adalah variabel independen yang paling dominan mempengaruhi perubahan harga saham. Dari hasil analisis model regresi, diperoleh nilai koefisien determinan (adjusted R2) sebesar 0,118. Hal ini menandakan bahwa 11,8% variasi dari harga saham dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen (ROA, ROE, DER, CR, EPS dan BVS), sedangkan 88,2% dijelaskan oleh variabel lain atau sebab-sebab diluar model regresi.

Variabel Harga Saham sebagai variable dependen Beberapa rasio keuangan yang digunakan dan subjek penelitian berbeda

4 Christine Dwi Karya

Susilawati, 2010

ISSN : 2085-8698

Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ 45

Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan :

1. Variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham LQ 45 adalah profitabilitas dengan indikator ROA (Return on Asset ) sebesar 40,2%.

2. Variabel penelitian solvabilitas menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham LQ 45 hanya pengaruhnya kecil hanya sebesar 7,5%.

3. Variabel penelitian likuiditas tidak menunjukkan pengaruh terhadap harga saham LQ 45.

Variabel Likuiditas sebagai variabel independen. Dan Harga Saham sebagai variable dependen. Terdapat banyak sumber data.

5 Reza Azianur dan

Abdurrahman, 2013

pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit di bursa efek indonesia (bei)

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut, yaitu Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa: 1. Current Ratio (CR) secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai

Variabel Likuiditas sebagai variabel independen. Dan Harga Saham sebagai variabel dependen.

Sumber data yang berbeda.


(24)

2011,

2. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa Net Profit Margin (NPM) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2011,

3. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa Total Aset Turn Over (TATO) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2011, 4. Hasil analisis yang dilakukan

dalam penelitian ini menunjukan bahwa Equity Multiplier (EM) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2011 5

5. Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Total Aset Turn Over (TATO) dan Equity Multiplier (EM) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2011.

6. Net Profit Margin (NPM) memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2011.

6 Martinus Robert Hutauruk, Hj. Sri Mintarti, H. Ardi Paminto, 2014

ISSN : 2223 - 9944

Influence of Fundamental Ratio, Market Ratio and Business

Performance to The Systematic Risk and Their Impacts to The Return on Shares

at The

Agricultural Sector

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa risiko fundamental yang diwakili oleh variabel manifes dari CR, DER, NPM, TATO, dan TDA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematis pada saham. Selanjutnya, rasio pasar yang terdiri dari EPS, PBV dan PER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematis pada saham. Kinerja bisnis, dalam hal ini diwakili oleh ROA, ROE dan ROI, secara signifikan mempengaruhi risiko

Sama – sama menganalisis Likuiditas(C R) dan Leverage(D ER). Beberapa rasio keuangan yang digunakan dan subjek penelitian berbeda


(25)

Companies a The Indonesia Stock Exchange for The Period of 2010 - 2013

sistematis pada saham.

7 Lievia Angela Pinkan dan Paskah Ika Nugroho, 2013

ISSN : 2155 - 7950

The Effects of Profitability Ratio, Liquidity, and Debt towards Investment Return

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disebutkan sebelumnya, kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. variabel ROE memiliki efek

negatif tetapi signifikan terhadap hasil investasi, CR memiliki negatif dan dampak tidak signifikan terhadap hasil investasi, dan DER memiliki dampak positif dan tidak signifikan terhadap hasil investasi.

2. Nilai R Square Adjusted dalam penelitian ini adalah sebesar 0.049. Ini berarti bahwa 4,9% dari variasi dalam variabel hasil investasi dijelaskan oleh ketiga variabel ROE, CR, dan DER secara bersamaan. Sementara sisanya 95,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Sama – sama menganalisis Likuiditas(C R) dan Leverage (DER). Beberapa rasio keuangan yang digunakan dan subjek penelitian berbeda

8 Rowland Bismark Fernando Pasaribu, 2008

ISSN : 1978 - 3116

The Influence of Corporate Fundamental to Its Stock Price in Indonesia Public Companies

Secara Simultan dan parsial, pertumbuhan, profitabilitas, posisi leverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan secara signifikan mempengaruhi harga saham di delapan industri. Sedangkan earning per share (EPS) adalah variabel yang memiliki pengaruh paling dominan di enam industri, profitabilitas (SALCA) hanya dominan di pertanian

industri, likuiditas (CashTA) dominan berpengaruh di properti dan real estate industri. Pertumbuhan, profitabilitas, posisi leverage, likuiditas, dan efisiensi Perusahaan mampu menjelaskan varians dari harga saham 85,41% di konsumen industri barang dan 77,83% di berbagai industri, sementara di enam industri lain rata-rata sebesar 46,32% sisanya sebesar 53,68% pengukuran yang lainnya tidak digunakan dalam penelitian ini.

Sama – sama menganalisis Likuiditas(C R) dan Leverage (DER). Beberapa rasio keuangan yang digunakan dan subjek penelitian berbeda


(26)

2.2 Kerangka Pemikiran

Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal atau dana pada bidang tertentu dengan harapan akan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Pasar modal merupakan salah satu wadah untuk mengumpulkan dana investasi secara tepat.

Dalam melakukan investasi saham, seorang investor dapat mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan tersebut baik atau tidaknya dapat dilihat melalui laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi para investor, karena mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual saham. Para pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka menilai kemampuan perusahaan membayar dividen, sehingga laporan keuangan merupakan informasi yang dibutuhkan investor dalam menentukan keputusan investasi.

Laporan keuangan tidak mempunyai arti bagi investor sebelum dilakukan analisa terhadapnya. Analisa terhadap laporan keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang umum digunakan, terutama dalam analisa saham adalah rasio keuangan. Tingkat kinerja keuangan perusahaan dapat dianalisis melalui rasio-rasio keuangan yang dapat menunjukan efektifitas pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuannya untuk menghasilkan laba.

Rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja atau keadaan laporan laba-rugi. Setiap kondisi keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu.


(27)

Terdapat banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai apakah perusahaan tersebut sehat secara financial atau tidak. Diantaranya rasio dapat kita gunakan adalah rasio likuiditas dan rasio leverage.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perhitungan rasio ini cukup memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan untuk menilai kinerja perusahaannya. Adapun pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti penyedia dana bagi perusahaan (calon investor). Rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar atau current ratio. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar meliputi kas, efek yang dapat diperdagangkan, piutang usaha, dan persediaan. Apabila suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan mulai lambat membayar tagihan (utang usaha), tagihan bank, dan kewajiban lainnya yang akan meningkatkan kewajiban lancar. Jika kewajiban lancar naik lebih cepat daripada aset lancar, rasio lancar akan turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah. Dengan menghitung rasio lancar atau current ratio dapat diketahui berapa banyak uang yang harus dimiliki untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Rasio kedua yang digunakan adalah rasio leverage. Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio leverage yang digunakan adalah rasio hutang terhadap modal atau debt to equity ratio. Rasio ini dihitung dengan


(28)

membandingkan jumlah hutang dengan modal. Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi.

Para investor dapat menjadikan kedua rasio tersebut sebagai salah satu gambaran untuk mengambil keputusan investasi sehingga para investor tau apa yang sedang terjadi pada perusahaan yang ingin diinvestasikan. Dengan demikian investor dapat memprediksi harga saham perusahaan melalui laporan keuangan.

2.2.1 Hubungan antara Rasio Likuiditas terhadap Harga Saham

Menurut Tita Deitiana (2013:82-88), menyatakan bahwa semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga kinerja perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan pada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan harga saham. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Reza Azianur, Abdurrahman (2013)

bahwa Rasio Likuiditas berimplikasi signifikan terhadap harga saham.

2.2.2 Hubungan antara Rasio Leverage terhadap Harga Saham

menurut Darsono dan Ashari (2005:76), Debt to equity ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dan sebaliknya, semakin rendah rasio ini


(29)

akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang, hal ini menjadikan harga saham perusahaan akan naik. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanti Takarini, Hamidah Hendrarini (2011) bahwa Rasio Leverage berimplikasi signifikan terhadap harga saham.

2.2.3 Hubungan Antara Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham

Semakin tinggi nilai Current Ratio berarti semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya berarti semakin kecil risiko likuidasi yang dialami perusahaan dengan kata lain semakin kecil risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham perusahaan. Informasi peningkatan Current Ratio akan diterima pasar sebagai sinyal baik yang akan memberikan masukan positif bagi investor dalam pengambilan keputusan membeli saham. Hal ini membuat permintaan akan saham meningkat sehingga harganya pun akan naik dan semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Sebaliknya, semakin rendah rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Hal ini membuat permintaan akan saham bertambah sehingga harganya pun akan naik. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniarto Raharjo, Dul Muid (2013) bahwa secara simultan Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage berimplikasi signifikan terhadap harga saham.


(30)

Dan berikut ini skema paradigma dari penelitian yang dilakukan:

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Rasio Likuiditas ()

- Aktiva Lancar

- Hutang Lancar

Rasio Leverage ()

- Total Hutang

- Modal

Harga Saham (Y)

- Harga Penutupan Saham


(31)

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Adanya implikasi Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(32)

32

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Husein Umar (2005:303) :

“ Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Objek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi dan yang mengakibatkan variabel terikat (Variable Dependent). Adapun variabel bebas yang digunakan peneliti adalah Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage.

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat yang digunakan peneliti adalah Harga Saham. Penelitian dilakukan pada Perusahaan Investasi di Bursa Efek Indonesia.


(33)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu (Umi Narimawati, 2008 :127).

Menurut Sugiyono (2009:4) adalah sebagai berikut :

Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai berikut:

Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan.


(34)

Menurut Mashuri (2008) dalam buku Umi Narimawati (2010:29): “Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang digunakan untuk menjelaskan kondisi Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Harga Saham. Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk mengetahui besarnya implikasi dari Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.

Menurut Umi Narimawati (2008) menyatakan bahwa:

“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.

Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.


(35)

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2011:30)

adalah :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. 3. Menetapkan rumusan masalah.

4. Menetapkan tujuan penelitian.

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan.

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data.

8. Melakukan analisis data.

9. Menyusun pelaporan hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain penelitian dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

No. Desain Penelitian

Tujuan Penelitian Metode yang digunakan Jenis Data

1. Rasio Likuiditas Deskriptif

Sekunder 2. Rasio Leverage Deskriptif

3. Harga Saham Deskriptif 4. Implikasi Rasio Verifikatif


(36)

Likuiditas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Kegunaan desain penelitian adalah untuk memperoleh suatu keterangan yang maksimum mengenai cara membuat penelitian dan bagaimana proses perencanaan serta pelaksanaan penelitian dilakukan.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati (2008:30) pengertian operasional variabel adalah:

Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep

Keterangan:

X1 = Rasio Likuiditas

X2 = Rasio Leverage

Y = Harga Saham

X

1

X

2


(37)

dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.

Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis yaitu Penurunan Harga Saham sebagai Implikasi dari Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage.

Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage ditentukan dengan skala rasio, data-data diperoleh dari hasil laporan keuangan perusahaan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu Harga Saham.


(38)

Agar lebih jelas indikator tersebut dapat dituangkan dalam tabel operasional di bawah ini:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio.

Menurut Efferin Sujoko, Darmadji, Stevanus Haddi, dan Tan Yuliawati (2004:87) pengertian skala rasio yaitu:

Ratio Scale adalah skala dimana angka mempunyai makna yang sesungguhnya sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar perhitungan dan pengukuran objek penelitian”.

Variabel/Konsep Formula

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukut kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

-Aktiva Lancar -Hutang Lancar

Cu���nt Rat�� =� � � � �� � � � � ��

Rasio Leverage

Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan perusahaan dibiayai dengan hutang.

-Total Hutang -Modal

� =� � � � � × %

Harga Saham

Harga saham adalah nilai dari penyertaan modal yang diharapkan diterima.

Harga Penutupan Saham (Closing Price)


(39)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa skala rasio adalah angka nol mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti.

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder. Menurut Husein Umar (2005:41):

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram.

Penelitian ini menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai data-data yang terkait dengan Perusahaan Investasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

3.2.3.2 Teknik Penentuan data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Umi Narimawati (2008:72):

“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.


(40)

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian maka populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009–2014.

Tabel 3.3 Populasi

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2008:77):

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.

Sampel penelitian diambil secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada beberapa tahapan dan beberapa kriteria tertentu. Menurut Sugiyono (2011:85) menjelaskan bahwa:

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Adapun dalam penelitian ini digunakan kriteria–kriteria sebagai berikut:

No Kode

Perusahaan

Nama Perusahaan

1 BCAP PT MNC Capital Tbk.

2 APIC PT Pasific Strategic Financial Tbk

3 BNBR PT Bakrie Brother Tbk.

4 BMTR PT Global Mediacom Tbk.

5 MLPL PT Multipolar Tbk.

6 BRMS PT Bumi Resources MineralTbk.

7 ABMM PT ABM InvestamaTbk.

8 MYRX PT Hanson Internasional Tbk

9 PLAS PT Polaris Investama Tbk

10 POOL PT Pool Advista Indonesia Tbk


(41)

1. Data yang diambil dari tahun 2009-2014 (enam tahun) yang dijadikan sample karena pada rentang periode ini terdapat fenomena yang menyebabkan harus adanya penelitian yang dilakukan.

2. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian periode 2009–2014.

3. Mencantumkan Harga saham kurun waktu penelitian periode 2009–2014.

Table 3.4

Daftar Perusahaan Investasi yang Dijadikan Sampel

Berdasarkan tabel 3.4 diatas, maka penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 5 perusahaan Investasi yaitu PT. MNC Capital Tbk, PT. Bakrie Brother Tbk, PT. Global Mediacom Tbk, PT. Multipolar Tbk, dan PT Bumi Resources Mineral Tbk. (data csoss section) dengan periode laporan keuangan selama 6 tahun (data time series). Total keseluruhan data yang dijadikan sampel adalah 30 buah panel data.

No Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 PT MNC Capital Tbk v v v v

2 PT Polaris Investama Tbk - - v -

3 PT. Bakrie Brother Tbk v v v v

4 PT Hanson Internasional Tbk - - v -

5 PT Multipolar Tbk v v v v

6 PT Bumi Resources Mineral Tbk v v v v

7 PT ABM Investama Tbk - - v -

8 PT Global Mediacom Tbk v v v v

9 PT Pasific Strategic Financial Tbk - - v -

10 PT Pool Advista Indonesia Tbk - - v -


(42)

3.2.4 Teknik Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data menggunakan cara non participant observation. Dengan demikian langkah yang dilakukan adalah dengan mencatat seluruh data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu Perusahaan Investasi selama periode tahun 2009–2014 sebagai mana yang tercantum di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2014.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010 :41) menyatakan bahwa:

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti.

3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2011:147) menyatakan bahwa:

Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Berdasarkan teori diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Harga Saham pada perusahaan investasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 - 2014.


(43)

Untuk menghitung Rasio Likuiditas dapat digunakan rumus Current Ratio sebagai berikut:

�� � � =� �

Untuk menghitung Rasio Leverage dapat digunakan rumus Debt to Equity Ratio sebagai berikut:

� =� � � � %

Sedangkan untuk perkembangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

� � � = �� − �� −�� − � %

Keterangan:

�� = Perkembangan Tahun Sekarang

�� − = Perkembangan Tahun Sebelumnya

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif

Menurut Sugiyono (2009:31) menyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris.”


(44)

Adapun langkah-langkah dalam pengujian statistik yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Andi Supangat (2007:352) garis regresi adalah:

Suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan seberapa besar implikasi Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham.

Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan variabel independen dan variabel dependen. Persamaan regresinya sebagai berikut:

= + + + �

Dimana:

Y = Variabel Terikat (Harga Saham) = Bilangan Berkonstanta

, = Koefisien Arah Garis

= Variabel Bebas (Rasio Likuiditas) = Variabel Bebas (Rasio Leverage)


(45)

2. Uji Asumsi Klasik

Dalam mencari keabsahan analisis regresi berganda, penelitian ini akan diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik, yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator yang baik. Adapun ke empat uji asumsi klasik itu adalah :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen (Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage) dan variable dependen (Harga Saham) mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal/mendekati normal. Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik adalah salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Analisis statistik adalah pendeteksian normalitas data yang dapat dilakukan melalui analisis statistik yang salah satunya dilihat melalui Kolmogorov-Smirnovtest (K-S).

Imam Gozali (2006:112)menyebutkan bahwa:

“Jika data menyebar di sekitar garis diagonal yang mengikuti arah garis diagonal, maka model reresi memenuhi asumsi normalitas.”


(46)

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Imam Ghozali (2006:95) bahwa :

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF).

Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:

1. Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika bebeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, (Imam Gozali 2006:105).

Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser dilakukan sebagai berikut:


(47)

1. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik, yang berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas.

2. Apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti data empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi, penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (Singgih Santoso, 2001). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi yaitu jika:

a. Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif. b. Nilai D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada

autokorelasi.

c. Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif.

3. Analisis Korelasi

Koefisien korelasi antara Rasio Likuiditas dengan Harga Saham, Rasio Leverage dengan Harga Saham, digunakan untuk mengetahui hubungan antara Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage dengan Harga Saham apakah bernilai positif atau negatif. Hubungan yang bernilai positif jikanilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel.


(48)

Menurut Sugiyono (2007:228) perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi

X = Variabel Bebas (Independen) Y = Variabel Terikat (Dependen)

Angka korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel ditentukan oleh besarnya kecilnya angka korelasi. Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana:

a. Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

b. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada hubungan sama sekali.

c. Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.

� = Σ

√Σ

� = Σ


(49)

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap seberapa kuat hubungan itu maka digunakan pedoman seperti tertera pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat

Sumber:Statistika untuk ekonomi dan Bisnis, Andi Supangat, 2006 4. Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi disebut sebagai koefisien penentu, karena varian yang terjadi pada Harga Saham dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage.

Menurut Sugiyono (2007: 231) untuk menghitung koefisien determinasi dilakukan dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi (r2).

a. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya pengaruh Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi.


(50)

Adapun rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah:

Keterangan :

Kd = Nilai koefisien determinasi r = Koefisien korelasi (pearson )

100% = Pengali yang dinyatakan dalam persentase

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah seberapa besar implikasi Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham. Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi linear berganda.

1. Uji Hipotesis Secara Simultan

Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Uji F dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi n = Jumlah Sampel


(51)

H0 : β1β2 = 0, Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage tidak berimplikasi

signifikan terhadap Harga Saham.

Hα : β1β2≠ 0, Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage berimplikasi signifikan

terhadap Harga Saham.

2. Uji Hipotesis Secara Parsial

uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, untuk menguji koefisien regresi secara Parsial, menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

r = Korelasi parsial yang ditentukan n = Jumlah sampel

t = thitung

a. Hipotesis parsial Rasio Likuiditas

H0 : β1 = 0, Rasio Likuiditas tidak berimplikasi secara signifikann

terhadap Harga Saham

Ha: β1 ≠ 0, Rasio Likuiditas berimplikasi secara signifikan terhadap

Harga Saham

b. Hipotesis parsial Rasio Leverage

Ha: β2 = 0, Rasio Leverage tidak berimplikasi secara signifikan terhadap


(52)

Ha: β2 ≠ 0, Rasio Leverage berimplikasi secara signifikan terhadap Harga

Saham

3. Kriteria pengujian

� ditolak apabila ℎ� �� < �� (α = 0,05). Kriteria penarikan pengujian :

Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,05) untuk diuji dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :

a. Jika ℎ� ���� maka � ada didaerah penolakan, berarti � diterima artinya antara variabel bebas dan variabel terikat ada hubungannya.

b. Jika ℎ� ���� maka � ada didaerah penerimaan, berarti � ditolak artinya antara variabel bebas dan variabel terikat tidak ada hubungannya.

Gambar 3.2

Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Sumber Sugiyono (dalam Umi Narimawati, 2010:54)

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

-t table 0 t tabel


(53)

4. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka � ditolak (diterima) dan � diterima (ditolak). Kesimpulannya, Rasio Likuiditas dan Rasio Leverage berimplikasi atau tidak berimplikasi terhadap Harga Saham yang diberikan. Tingkat signifikannya yaitu 5% (α = 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95%, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukan adanya (tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut.


(54)

54

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Bursa Efek Indonesia (BEI), atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Pada tahun 2004, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif untuk meningkatkan efektivitas operasional dan transaksi. Bursa Efek Indonesia mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Tahun 2009 sistem JATS digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG. Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, Bursa Efek Indonesia menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI mempunyai tujuh macam indeks saham antara lain IHSG, Indeks Sektoral, Indeks LQ45, .Indeks Individual, Jakarta Islamic Index, Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, dan Indeks Kompas100. Bursa Efek Indonesia berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend. Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Adapun dalam penelitian ini mengambil kasus pada perusahaan investasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan investasi


(55)

yang di maksud diantaranya adalah PT.MNC Capital Indonesia, Tbk, PT.Pacific Strategic Financial, Tbk, PT.Bakrie & Brother, Tbk, PT.Global Mediacom, PT.Multipolar Tbk, Tbk, PT.Bumi Resources Minerals, Tbk.

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah perusahaan yang dipaparkan dalam penelitian ini terkait dengan objek penelitian, yaitu perusahaan sektor properti perusahaan investasi. Berikut diantaranya yaitu:

1. PT. MNC Capital Indonesia, Tbk

MNC Group mulai menjalankan usaha pada industri jasa keuangan melalui perusahaan sekuritas di akhir tahun 1989 dan setelah itu mendirikan unit usaha manajemen aset pada tahun 1996.

Seiring dengan pertumbuhan yang cepat pada keseluruhan bisnis Group maka MNC Kapital Indonesia atau lebih dikenal dengan nama MNC Financial Services didirikan pada awal tahun 2000 untuk menampung semua unit bisnis yang bergerak dalam bidang keuangan yang di operasikan oleh Group termasuk ekspansi-ekspansi yang akan dilakukan di masa mendatang. Beberapa tahun setelah itu, Group mengakuisisi perusahaan yang bergerak pada pembiayaan untuk konsumer yang selanjutnya berganti nama menjadi MNC Finance.

MNC Financial Services memiliki komitmen yang tinggi untuk menyediakan produk dan jasa keuangan yang lengkap yang mengutamakan fokus pada sektor konsumer untuk menangkap peluang yang besar yang didasari oleh


(56)

besarnya penduduk di Indonesia, membesarnya golong kelas ekonomi menengah dan kalangan atas.

Dengan minimum pertumbuhan ekonomi sebesar 5 hingga 6%, tingkat penetrasi yang rendah, penduduk yang berusia muda dan kekayaan alam yang berlimpah, merupakan faktor-faktor yang memastikan berlanjutnya pertumbuhan yang kuat di sektor jasa keuangan dan pada industri yang berhubungan dengan konsumer.

Pada tahun 2001, MNC Financial Services mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pada periode antara 2010 dan 2014, MNC Financial Services menambahkan 4 jasa keuangan yang baru melalui akuisisi terhadap perusahaan asuransi jiwa, asuransi umum, bank yang memegang semua ijin kegiatan perbankan dan sebuah perusahaan leasing.

MNC Financial Services menyediakan produk dan jasa sebagai berikut: 1. MNC Life, unit asuransi jiwa milik Group yang menawarkan beragam

perlindungan yang luas yang mencakup asuransi tradisional yang terdiri dari asuransi jiwa dan kesehatan serta produk untuk mengakumulasi kekayaan dan produk unit link yang bekerja sama dengan MNC Asset Management. MNC Financial Services adalah pemegang saham sebesar 99.97% di MNC Life.

2. MNC Insurance, menyediakan beragam produk asuransi umum yang inovatif yang ditargetkan pada pelanggan ritel dan korporasi. MNC Financial Services adalah pemegang saham sebesar 99.97% di MNC Insurance.


(57)

3. MNC Finance berfokus pada pembiayaan untuk konsumer dengan mayoritas portofolio pada pembiayaan rumah bekas dan mobil bekas. MNC Financial Services adalah pemegang saham sebesar 99.99% di MNC Finance.

4. MNC Leasing, merupakan anggota terbaru dari Group jasa keuangan yang berfokus pada klien korporasi dengan jasa Sewa Guna Usaha (Financial Lease) untuk pembiayaan alat-alat berat, mesin dan peralatan kesehatan termasuk anjak piutang. MNC Financial Services adalah pemegang saham sebesar 100% di MNC Leasing.

5. MNC Securities, asal muasal Group memulai bisnis pada akhir tahun 1989, saat ini menyediakan jasa sebagai pialang saham dan instrumen berpendapatan tetap, jasa transaksi saham secara online, penjamin emisi dan penasehat jasa keuangan serta riset. MNC Financial Services adalah pemegang saham sebesar 99.99% di MNC Securities.

6. MNC Asset Management menyediakan beragam reksadana yang luas dengan profil risiko yang berbeda, reksa dana yang berbasis di luar negeri, private equity dan unit link manajemen aset yang bekerja sama dengan MNC Life. MNC Financial Services adalah pemegang saham sebesar 99.99% di MNC Asset Management.

7. MNC Bank, memiliki perijinan perbankan yang lengkap yang membidik pada pasar korporasi dan konsumer untuk memobilisasi dana pihak ketiga dan pinjaman. MNC Financial Services adalah pemegang saham sebesar 35.08% di MNC Bank.


(58)

Group memiliki komitmen untuk mendukung MNC Financial Services dalam hal keuangan dan sumber daya manusia serta promosi melalui media dan sinergi dengan unit-unit usaha di dalam Group untuk mempercepat pertumbuhan di masa-masa mendatang.

Kami sangat yakin bahwa MNC Financial Services memiliki potensi pertumbuhan yang besar karena didukung oleh manajemen yang kuat, modal dasar yang kuat yang telah dianggarkan oleh Group dan kondisi ekonomi Indonesia yang baik terutama pada sektor yang berhubungan dengan konsumer.

Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun dari sekarang, Indonesia di proyeksikan menjadi salah satu dari 5 ekonomi terbesar di dunia dan MNC Financial Services akan diuntungkan secara signifikan terhadap kondisi yang akan terjadi tersebut.

MNC Financial Services, institusi keuangan yang terpercaya dan dapat diandalkan yang menyediakan jasa yang lengkap. Perusahaan dikelola yang menjunjung tinggi visi, kualitas dan kecepatan.

2. PT. Bakrie & Brothers, Tbk

PT Bakrie & Brothers Tbk. merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia dengan lingkup bisnis yang mencakup bidang infrastruktur, telekomunikasi, dan perkebunan. Bakrie & Brothers telah menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yang tidak hanya memenuhi permintaan pasaran dalam negeri saja melainkan telah merambah hingga pasar internasional. Beberapa produk unggulan Bakrie & Brothers antara lain rangkaian pipa baja lengkap, jasa rekayasa


(59)

struktural kelas dunia, baja bergelombang, bahan bangunan, layanan telekomunikasi nirkabel, system integrator telekomunikasi, CPO serta karet alam. Perusahaan ini pertama kali didirikan sejak tahun 1942 dengan nama Bakrie & Brothers General Merchant & Commission Agent. Pada tahun 1959 perusahaan mulai mengembangkan industri pipa baja. Dalam hal ini Bakrie & Brothers merupakan salah satu pelopor pengembangan industri tersebut di Indonesia. Pertumbuhan perusahaan yang didirikan oleh Achmad Bakrie ini nyatanya menunjukkan perkembangan yang sangat cepat. Terbukti pada periode tahun 1973 hingga 1985 perusahaan mampu melakukan ekspansi dalam industri baja, logam

dan beberapa proyek infrastruktur lainnya.

Pada tahun 1986 perusahaan mulai mengakuisisi perusahaan yang bernama Uniroyal Sumatra Plantations dan mulai berkembang dalam sektor komunikasi pada tahun 1989. Pada tahun yang sama perusahaan mulai merubah statusnya menjadi perusahaan terbuka dengan berhasil mencatatkan saham untuk pertama kalinya di Bursa Efek Jakarta. Bakrie & Brother terus melakukan usaha-usaha demi mengembangkan sayap bisnis-nya. Pada tahun 1991, perusahaan ini menjalin kerjasama dengan Mitsubishi Kasei dalam proyek investasi strategis di PTA Plant. Kerja keras perusahaan akhirnya membuahkan hasil dengan diraihnya sertifikat ISO 9002. PT. Bakrie Pipe Industries merupakan perusahaan pipa baja pertama di


(60)

Bisnis jaringan telekomunikasi semakin berkembang seiring dengan dikantonginya izin untuk pengoperasian jaringan tetap nirkabel sejak tahun 1993. Dua tahun berikutnya tepatnya tahun 1995, perusahaan kembali mengakuisisi perusahaan yang berbasis di Australia yakni Link Communications. Proses akuisisi tersebut berjalan seiring dengan memperluas operasi telekomunikasi hingga ke Republik Uzbekistan. Perusahaan juga telah berhasil mengoperasikan Seamless Pipe Indonesia Jaya (SPIJ) di tahun 1996 serta South East Asia Pipe Industries (SEAPI) pada tahun 1999. Pada tahun 2000 Bakrie & Brothers telah menghasilkan penawaran umum hingga mencapai Rp. 1,9 triliun. Kemudian pada tahun 2008, Bakrie & Brothers telah mengumumkan bahwa akan memfokuskan dalam 7 sektor utama yakni infrastruktur, logam, agribisnis, telekomunikasi, batu bara & gas serta properti.

Bakrie & Brothers berkembang melalui anak-anak perusahaan yang di antaranya PT Bumi Resources Tbk (Bumi) yang terfokus pada bisnis minyak, gas alam dan pertambangan. Selanjutnya PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (BSP) yang bergerak dalam industri minyak kelapa sawit, PT Bakrie Metal Industries (BMI) yang menghasilkan produk logam serta kontruksi berat sejak tahun 2008, PT Bakrieland Development Tbk yang mengembangkan properti sejak tahun 1995, PT Bakrie Telecom Tbk (BTel) yang terkenal dengan merek Esia, Wifone, EsialTel, dan Wimode telah menawarkan layanan telekomunikasi nirkabel via layanan FWA Limited Mobility, PT Energi Mega Persada Tbk (EMP) yang mendistribusikan minyak dan gas hingga ke seluruh Indonesia, serta dalam bidang infrastruktur melalui PT Bakrie Indo Infrastructure (BIIN) yang telah menangani beberapa


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alan Nurfitra. 2012. Pergerakan Harga Saham dan Faktor yang Mempengaruhinya.https://shadeshareilmu.wordpress.com/2012/04/14/per gerakan-harga-saham-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/.

Christine Dwi Karya Susilawati. 2012. Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ 45. Volume 4 No.2

Christian Adrianus Harijanto & Sri Lestari Kurniawati. 2013. Pengujian Market Effiency:Pembuktian Anomali Pasar pada Strait Times Index di Bursa Efek Singapura. Volume 3 No.2

Daniarto Raharjo & dul muid. 2013. Analisis Pengaruh Faktor – faktor Fundamental Rasio Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham. Volume 2 No.2

Irham Fahmi. 2012. Analisis Laporan Keuangan.Alfabeta. Bandung.

Lievia Angela Pinkan Komala & Paskah Ika Nugroho. 2013. The Effect of Profitability Ratio, Liquidity, and Debt towards Investment Return. Volume 4 No.11

Martinus Robert Hutauruk, Hj. Sri Mintarti & H. Ardi Paminto. 2014. Influence of Fundamental Ratio, Market Ratio and Business Performance to The Systematic Risk and Their Impacts to The Return on Shares at The Agricultural Sector Companies at The Indonesia Stock Exchange for The Period of 2010 – 2013. Volume 5 No. 5

Meythi, Tan Kwang En & Linda Rusli. 2011. Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Volume 10 No.2


(2)

Nurjanti Takarini dan Hamidah Hendrarini. 2011. Rasio Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Volume 1 No.2

Reza Azianur & Abdurrahman. 2013. Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas dan Solvabilitas terhadap Harga Saham pada Sektor Industri Kelapa Sawit di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Rowland Bismark Fernando Pasaribu. 2008. The Influence of Corporate Fundamental to Its Stoch Price in Indonesia Public Companies. Volume 2 No.2

Rudiyanto. 2013. Apakah Sekarang saat yang tepat untuk Berinvestasi di Saham. http://rudiyanto.blog.kontan.co.id/2013/08/28/apakah-sekarang-saat-yang-tepat-untuk-berinvestasi-di-saham/.

Sutrino. 2009. Manajemen Keuangan : Teori, Konsep dan Aplikasi, EKONESIA. Yogyakarta

Umi Narimawati., Sri Dewi Anggadini & Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah:Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Genesis. Bekasi.


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Randy Afiyan

Tempat/tgl.Lahir : Padang, 15 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Tiban Indah Permai Blok F1 No.25 Sekupang - Batam Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi Nama Ayah : Hadi Hariyanto Nama Ibu : Fitra Yulis

B. PENDIDIKAN TERAKHIR

1. 1998 - 1999 : TK. Adhyaksa XXVI Padang

2. 1999 - 2000 : Sekolah Dasar Negeri 35 Mata Air - Padang

3. 2000 - 2005 : Sekolah Dasar Negeri 007 Tiban Indah, Sekupang - Batam 4. 2005 - 2008 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Batam

5. 2008 – 2011 : Sekolah Menengah Kejuruan Kartini Batam 6. 2011- : Terdaftar Sebagai Mahasiswa UNIKOM


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Leverage dan Rasio Aktivitas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Sektor Property dan Realestate yang Terdaftar di BEI 2009-2014

0 2 1

PENGARUH RASIO FINANSIAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI (2009-2013).

0 4 18

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 25 130

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011.

0 1 13

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011.

0 1 15

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, RASIO LEVERAGE DAN RASIO LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA SAHAM PADA PERUSAHAAN RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2014.

0 0 17

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18