2.2 Tinjauan Pustaka
Hangga Hiranandani Tanusekar, Alexander Tunggul Sutanhaji 2014 merancang dan menguji kinerja alat desalinasi sistem penyulingan menggunakan
panas matahari dengan pengaturan tekanan udara. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membuat alat desalinasi air laut yang dapat digunakan untuk
penjernihan atau pemurnian air dengan memanfaatkan energi matahari dan melakukan uji kinerja alat yang dirancang. Tujuan dari menurunkan tekanan
adalah menurunkan titik didih zat cair untuk mempercepat laju penguapan. Pengujian ini menggunakan alat desalinasi yang telah dibuat, alat desalinasi ini
memiliki daya tampung bahan 80 liter dengan dimensi 100 cm x 80 cm x 20 cm. Selama pengujian, tekanan udara alat desalinasi diatur pada tekanan -5 cmhg, -7,5
cmhg, -10 cmhg. Hasil pengujian alat desalinasi selama 6 hari dengan titik pengambilan data pada pukul 10.00 WIB, 11.00 WIB, 12.00 WIB dan 13.00 WIB
diperoleh hasil maksimal pada perlakuan volume air laut 40 liter dan suhu air laut 47
ᵒC dengan tekanan -10 cmhg didapatkan laju penguapan 305,76 mljam. Galuh. R. W 2013 pada penelitiannya yang berjudul Penggunaan Refrigeran
R22 Dan R134a pada Mesin Pendingin dikatakan refrigeran memiliki sifat
karakteristik yang berbeda yang mempengaruhi efek refrigerasi dan koefeisien prestasi yang dihasilkan. R22 adalah refrigeran yang memiliki karakteristik yang
baik pada mesin pendingin, sedangkan R134a adalah refrigeran yang lebih ramah terhadap lingkungan. Kedua refrigerant tersebut banyak digunakan karena dapat
menghasilkan efek refrigerasi dan COP koefisien prestasi yang cukup baik. Dan hasil yang didapat adalah pertambahan beban berpengaruh pada naiknya kerja
kompresi tetapi tidak diiringi kenaikan kapasitas evaporasi yang signifikan sehingga COP yang dihasilkan tiap penambahan beban mengalami penurunan dan
karakteristik dari R22 dan R134a yang berbeda berpengaruh pada prestasi kerja masing- masing refrigeran. R22 dari segi prestasi kerjanya lebih baik daripada
R134a, tetapi R22 tidak ramah lingkungan, sebaliknya, R134a lebih ramah lingkungan tetapi prestasi kerjanya lebih rendah dari R22.
Suryadimal dan Marthiana 2013 meneliti performa mesin pendingin menggunakan refrigeran R22 dan R134a dengan variasi bukaan katup pada fan
kondensor 14, 24, 34, dan 44. dengan mengamati nilai COP yang dihasilkan dari refrigeran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan nilai COP tertinggi untuk
R22 terdapat pada bukaan katup 14 dengan nilai COP 3,66 dan nilai terendah terdapat pada bukaan katup 34 dengan nilai COP 3,53. Nilai COP tertinggi untuk
R134a terdapat pada bukaan katup 14 dengan nilai 3,82 dan nilai terendah terdapat pada bukaan katup 44 dengan nilai COP 3,59. Hasil ini menunjukkan bahwa
penggunaan R22 lebih baik digunakan dengan variasi bukaan katup fan kondensor 14 karena menghasilkan nilai COP yang tinggi.
Prasetya dan Putra 2013 meneliti laju pendinginan kondensor pada mesin pendingin difusi absorpsi R22-DMF dengan cara mendesain ulang generator pada
mesin pendingin difusi absorpsi yang menggunakan refrigeran R22-DMF serta penambahan fan di kondensor. Variasi laju pendinginan pada kondensor menjadi
pembanding dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh dari pengujian untuk variasi laju pendinginan dari 0,711 ms hingga 2,291 ms yaitu semakin tinggi laju
pendinginan maka semakin baik performa pada sistem. Kapasitas pendinginan
optimal ialah 143 W, COP tertinggi 0,96, laju alir massa refrigeran terbesar ialah 0,72 grams, dan circulation ratio terendah yaitu 2,11.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin penghasil air aki dengan sistem kompresi uap mempergunakan pipa pencurah air dengan jarak antar lubang
8 mm yang dibuat dalam 1 satu rangka. Panjang mesin 1,85 m, lebar mesin 0,5 m dan tinggi mesin 0,71 m. Gambar 3.1 menunjukkan skematik dari mesin penghasil
air aki yang digunakan untuk penelitian.
Gambar 3.1 Skematik mesin penghasil air aki.
Keterangan Gambar 3.1 adalah berkut : a.
Kom
p
resor b.
Kondensor c.
Pipa kapiler Air
c b
f
a d
h e
e g