Program Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Universita s Pembangunan Nasional “Veteran”Jatim
tekanan tinggi dapat bersifat seperti perekat atau pengikatnya sendiri. Berbagai macam pengikat yang sering digunakan dalam pembuatan briket
adalah molase molasses, kanji starch, kapur lime, tanah liat clay, semen cement, aspal. Selain jenis
– jenis diatas, pengikat lain yang juga bisa digunakan adalah daun lamtoro, daun kapuk randu dan tepung sagu. Setiap
jenis pengikat mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun syarat utama dari pengikat adalah harus ikut terbakar dan dapat menambah nilai kalor,
penambahan pengikat yang tidak semestinya baik jenis maupun komposisinya akan dapat mengurangi nilai kalor dari briket Prasetyo, 2000.
II.6. Landasan Teori
Daun dan ampas tebu terbentuk dari zat – zat organik seperti sellulosa,
hemisellulosa, lignin, pentosan, silika dan lain – lain. Sedangkan unsur
pembentuknya sebagian besar terdiri dari Karbon C , Hydrogen H , Nitrogen N , Oksigen O
2
, abu serta unsur – unsur lainnya.
Pemanasan tanaman hingga suhu sedikit diatas 100
o
C sudah menyebabkan peruraian thermal. Sekitar 270
o
C peruraian thermal ini tidak membutuhkan sumber panas eksternal lagi karena proses menjadi
eksotermis. Kayu terurai secara bertahap, hemisellulosa terdegradasi pada kisaran suhu 200
– 260
o
C, sellulosa pada suhu 240 – 350
o
C, dan lignin pada 280
– 500
o
C. Eero Sjostrom, 1995 .
II.2.1 Cara Pembuatan Briket
Proses pembuatan briket diawali dengan cara mengeringkan ampas dan daun tebu, kemudian di ayak dengan alat pengayak dengan ukuran partikel 30
mesh, setelah itu campuran ampas dan daun tebu dipirolisis dengan alat pirolisis. Arang yang telah terbentuk dari hasil pirolisis dicampur dengan perekat lignin
setelah itu dicetak dengan alat pres. Perkembangan kebutuhan arang di Indonesia Selama lima tahun, dimulai dari
tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada Tabel 1.1.
dapat dilihat pada tahun 2008 mengalami peningkatan dengan total 2.084.919 kg
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Universita s Pembangunan Nasional “Veteran”Jatim
dengan nilai perdagangan sebesar 595.233 dibandingkan dengan tahun – tahun
sebelumnya. Hal ini dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak yang tiap tahunnya selalu melambung tinggi.
II.2.2 Mekanisme Reaksi
Mekanisme pembuatan briket ampas tebu dan daun : Ampas tebu kering + NaOH
lignin …………………………………1
Dipisahkan menggunakan ayakan sehingga memisahkan antara lignin dan cellulosnya. Ampas tebu dan daun di pirolisis dengan suhu sekitar 300-400°C.
Ampas tebu+daun kering+lignin briket
………………………….2 Kemudian briket dikeringkan kedalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam.
II.2.3 Pirolisis Pirolisis
adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material
mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrem, yang hanya meninggalkan
karbon sebagai residu, disebut karbonisasi. Briket batubara terkarbonisasi adalah briket yang sebelumnya mengalami suatu proses karbonisasi. Karbonisasi adalah
proses pemanasan batubara sampai suhu dan waktu tertentu berkisar 200oC – di
atas 1000oC pada kondisi miskin oksigen untuk menghilangkan kandungan zat terbang batubara sehingga dihasilkan padatan yang berupa arang batubara atau
kokas atau semi kokas dengan hasil samping tar dan gas. Fungsi utama karbonisasi adalah meningkatkan nilai kalor, karena
pelepasan kandungan air, juga pembentukan tar yang bis berfungsi sebagai coating film yang mencegah penyerapan kembali kandungan air. Cara lain yang
lazim digunakan adalah high pressure pneumatic grinding, yang konon katanya bias mereduce sampai dengan 75 kandungan air dari jumlah semula. Untuk batu
bara tiadanya komponen pengikatbending akan membuat pressure yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Universita s Pembangunan Nasional “Veteran”Jatim
dibutuhkan semakin besar, karena itulah ditambahkan komponen pengikat untuk menurunkan tekanan. Beberapa pengujian untuk karbonisasi adalah sebagai
berikut: 1. Free Swelling Index Tes ini dilakukan untuk menentukan angka pelebuaran
dengan cara memanaskan sejumlah sampel pada temperatur peleburan normal kira-kira 800o C. Lalu setelah pemanasan atau sampai volatile dikeluarkan,
sejumlah coke tersisa dari peleburan. Swelling number dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel dan kecepatan pemanasan.
2. Tes karbonisasi Gray-king dan tipe coke Tes Gray king menentukan jumlah padatan, larutan dan gas yang diproduksikan akibat karbonisasi. Tes dilakukan
dengan memanaskan sampel di dalam tabung tertutup dari temperatur 300o C menjadi 600oC selama 1 jam untuk karbonisasi. Temperatur rendah dan dari 300o
menjadi 900oC selama 2 jam untuk karbonisasi temperatur tinggi. 3. Tes Karbonisasi Fischer Prinsipnya sama dengan metode Gray-king, perbedaan
terletak pada peralatan dan kecepatan pemanasan. Pemanasan dilakukan di dalam tabung alumanium selama 80 menit. Tar dan liquor dikondensasikan kedalam air
dingin. Akhirnya didapatkan persentase coke, tar, dan air. Sedangkan jumlah gas didapat dengan cara mengurangkannya. Tes fischer umum digunakan untuk
batubara range rendah Brown coal lignite untuk karbonisasi temperatur rendah. 4. Plastometer gieseler Plastometer gieseler adalah viskometer yang memantau
viscositas sampel batubara yang lebih telah dileburkan. Briket batubara yang dikarbonisasi lebih sehat, higienis dan mudah digunakan. Selain itu, harganya
relative murah. Keuntungan dari briket terletak pada penggunaan batubaranya. Batubara yang digunakan untuk briket justru batubara yang berkualitas rendah.
Proses karbonisasi akan memengaruhi karakteristik pembakaran. http:id.wikipedia.orgwikiPirolisis
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Program Program Studi S-1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
Universita s Pembangunan Nasional “Veteran”Jatim
Kondisi – kondisi yang berpengaruh terhadap proses ini adalah :
1. Suhu pemasakan Suhu pemasakan yang tinggi lebih dari 180
o
C akan menyebabkan degradasi sellulosa atau dapat mempersingkat waktu pemasakan. Sedangkan
bila suhu pemasakan kurang dari 170
o
C kualitas yang akan dihasilkan dan rendemen akan menjadi turun untuk bahan baku tertentu. Untuk suhu
pemasakan 170
o
C, Sodium Hydroxide NaOH melarutkan lignin sebanyak 87 . Casey, vol 2, 1980 .
2. Waktu Pemasakan Waktu pemasakan pada pembuatan pulp batang rami dengan proses
soda anthraquinon diperoleh hasil yang optimum pada 3,5 jam dan 4 jam Casey, vol. 2, 1980.
3. Penambahan Bahan Kimia Pembuatan lignin dengan proses soda memiliki kelemahan, yaitu
rendahnya selektifitas delignifikasi yang memungkinkan terjadinya degradasi komponen karbohidrat secara berlebihan, sehingga dapat menurunkan sifat
– sifat dan rendemen lignin.
II.3 Hipotesa