ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERIODE 1982-2015
ANALYSIS OF THE INFLUENCING FACTORS TOWARD PADDY PRODUCTION IN GUNUNGKIDUL REGENCY
PERIODE 1982-2015
Oleh
MAILANA WULANDARI PURWANINGTYAS 20130430133
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(2)
i
ANALYSIS OF THE INFLUENCING FACTORS TOWARD PADDY PRODUCTION IN GUNUNGKIDUL REGENCY
PERIODE 1982-2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
MAILANA WULANDARI PURWANINGTYAS 20130430133
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
(3)
iv
Nama : Mailana Wulandari Purwaningtyas Nomor Mahasiswa : 20130430133
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI DI KABUPATEN
GUNUNGKIDUL PERIODE 1982-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu naskah ini dan disebut dalam Daftar Pustaka. Apabila teryata dalam skripsi ini terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 19 April 2017 Materai, 6.000,-
(4)
v
(HR. At-Tirmidzi)
”Tak ada tantangan yang tidak dapat terselesaikan, selagi kita mempunyai komitmen untuk menyelesaikannya”.
“Kebanggaan akan terlahir,
Jika kita mengerjakan tidak hanya angan-angan semata”.
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah menunjukkan jalan ke surga kepadanya”.
(5)
vi
junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu Terimakasih selalu memberikan doa, semangat,
dan dorongan untuk anakmu. Hanya hadiah kecil untuk kalian semua yang penulis dapatkan.
2. Adikku yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk
selalu berusaha menyelesaikan.
3. Seluruh angkatan 2013 yang penulis sayangi.
(6)
vii
Penelitian ini mengambil data per tahun dari tahun 1982 sampai 2015. Penelitian ini menggunakan sampel 34 data dengan menggunakan metode analisis Error Correction Model (ECM). Berdasarkan dari analisis yang dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa variabel luas panen dalam jangka pendek dan harga beras berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul, dan jumlah penduduk berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul. Sektor pertanian menjadi salah satu sumber perekonominan yang sangat penting karena penduduk makanan pokoknya beras peningkatan produksi dapat menunjang kebutuhan hidup dan kesejahteraan penduduknya. Sehingga dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh bersama-sama veriabel bebas terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul.
(7)
viii
Regency. This research compiled the annual data ranging from 1982 to 2015. This research benefited 34 data sample using analysis method of Error Corection
Model (ECM). Based on the analysis, the result shows that the variable of harvest
area in the short term and the price of rice have a positive and significant effect to paddy production in Gunungkidul Regency, and the population has negative and insignificant effect on rice production in Gunungkidul Regency. The agricultural sector becomes one of the most important sources of economy because the population of food staple of rice increased production can support the needs of life and the welfare of its inhabitants. So from the research can be concluded that the influence of together veriabel free of paddy production in Gunungkidul Regency.
Keyword: Harvested area, Population number, Paddy price, and Paddy production.
(8)
ix
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi di Kabupaten Gunungkidul Periode 1982-2015”.
Skripsi merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membimbing penulis.
2. Alm. Bapak Masyhudi Muqorobin, M.Ec., Ph.D., Akt. yang dari awal telah sabar memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan.
3. Bapak Dr. Imammudin Yuliadi, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas ekonomi dan Bisnis dan selaku dosen pembimbing yang bersedia untuk membimbing penulis dengan berbagai saran, dukungan, dan waktu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Yuli Utami, SE.i, M.Ec.selaku penguji dan telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
(9)
x
maupun materil serta memberikan dukungan dan semangat dalam proses penulisan sehingga dapat terselesaikan.
7. Adikku yang selalu memberikan semangat.
8. Teman-teman angkatan 2013 yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk penulis.
9. Teman dan sahabat: Naning, Prapti, Eva, Dini, Wilda, dan Heni yang telah memberikan semangat, saran, bantuan, dan dukungan.
10. Anak-anak Kos Puspita yang selalu bersedia membantu penulis. 11. Seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan segala kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan dari penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi dan pembaca sekaligus demi menambah pengetahuan mengenai topik ini.
Yogyakarta, 19 April 2017
(10)
xi
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Pertanian ... 12
2. Pertanian di Gunungkidul ... 14
3. Luas Lahan ... 15
4. Luas Panen ... 17
5. Produksi ... 18
(11)
xii
B. Penelitian Terdahulu ... 33
C. Hipotesis Penelitian ... 35
D. Model Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Objek Penelitian ... 37
B. Jenis Data dan Sumber Data ... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ... 37
D. Definisi Oprasional Variabel Penelitian ... 38
E. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 39
1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) ... 41
2. Uji Derajat Integrasi ... 42
3. Uji Kointegrasi ... 42
4. Uji Error Correction Model (ECM) ... 43
5. Uji Asumsi Klasik ... 44
BAB IV GAMBARAN UMUM PENETITIAN ... 49
A. Letak Geografi ... 49
B. Keadaan Penduduk ... 51
C. Keadaan Pertanian ... 53
D. Harga ... 57
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Uji Model Dinamik ... 59
1. Uji Stasioneritas ... 59
2. Uji Derajat Integrasi ... 61
3. Uji kointegrasi ... 62
(12)
xiii
4. Uji Linearitas... 74
5. Uji Normalitas ... 75
C. Pembahasan ... 76
1. Variabel Luas Panen ... 77
2. Variabel Jumlah Penduduk ... 78
3. Variabel Harga Beras ... 79
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 81
A. Simpulan ... 81
B. Saran ... 83
C. Keterbatasan Penelitian ... 84 DAFTAR PUSTAKA
(13)
xiv
Tahun 2011-2015 ... 4
1.2. Luas Panen dan Produktivitas Padi di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011-2015 ... 6
1.3. Luas Panen dan Produksi Padi Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 ... 8
4.1. Jumlah penduduk dan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2001-2015 ... 51
4.2. Luas Panen Padi Sawah dan Ladang Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2001-2015 ... 53
4.3. Produksi Palawija di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2001-2015... 55
4.4. Harga Kebutuhan Pokok di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2001-2015 ... 57
5.1. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Level ... 60
5.2. Hasil Uji Derajat Integrasi Tingkat Firs Difference ... 62
5.3. Hasil Uji Kointegrasi Estimasi Persamaan PP Jangka Panjang ... 63
5.4. Uji unit Root Terhadap Residual Persamaan PP Jangka Panjang ... 66
5.5. Hasil Estimasi dengan Model ECM ... 68
5.6. Hasil Uji Langrange-Multiplier (LM) ... 72
5.7. Hasil Uji Breusch-Pagan ... 73
5.8. Hasil Uji Matrik Korelasi (Correlation Matrix) ... 74
5.9. Hasil Uji Ramsey-RESET Test ... 74
(14)
xv
2.1.Proses Produksi ... 21 2.2. Hubungan antara Produksi Total, Produksi Marginal, dan
Produksi Rata-rata dari Faktor TK ... 23 2.3.Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian ... 36 5.1. Uji Normalitas ... 75
(15)
(16)
Regency. This research compiled the annual data ranging from 1982 to 2015. This research benefited 34 data sample using analysis method of Error Corection
Model (ECM). Based on the analysis, the result shows that the variable of harvest
area in the short term and the price of rice have a positive and significant effect to paddy production in Gunungkidul Regency, and the population has negative and insignificant effect on rice production in Gunungkidul Regency. The agricultural sector becomes one of the most important sources of economy because the population of food staple of rice increased production can support the needs of life and the welfare of its inhabitants. So from the research can be concluded that the influence of together veriabel free of paddy production in Gunungkidul Regency.
Keyword: Harvested area, Population number, Paddy price, and Paddy production.
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah tropis karena letak geografisnya diantara 6oLU – 11oLS dan 95oBT – 141oBT. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan pertanian dimana pembangunan ini merupakan pembangunan nasional yang kontribusinya untuk penyediaan pangan nasional karena pembangunan di sektor pertanian memiliki nilai yang setrategis. Dalam kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil dari pertanian, selain itu juga kegiatan pertanian ini sebagian besar usaha tani milik keluarga dengan lahan garapan yang sempit kurang dari 0,5 ha (Dharmawan, Suwarto, & Sundari, 2012).
Perekonomian di Indonesia salah satu penghasilannya dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini merupakan sektor yang diandalkan dalam mencapai kebutuhan hidup serta kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian. Sebagian penduduk di Indonesia mata pencariannya dalamsektor pertanian.
Dalam perekonomian negara kita berperan dalam sektor pertanian terutama dalam penghasil bahan makanan, negara ini merupakan penghasil bahan baku sebagai sumber devisa didalam persaingan global dan sumber investasi,
(18)
selain itu juga sebagai pemasok tenaga kerja. Oleh karena itu dari sektor pertanian menjadi pasar yang berpotensial besar dalam berbagai produk yang ada didalam negeri, baik dalam barang yang konsumsi maupun barang produksi terutama dalam sektor pertanian khususnya bahan makanan.
Sektor pertanian diharapkan selalu berperan penting dalam perekonomian nasional melalui beberapa hal yang ada diantaranya dari adanya pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), pendapatan devisa, penyediaan bahan baku dan pangan, pencegahan kemiskinan, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat Nurhidayah (2016).
Kesempatan kerja dapat diciptakan dari sektor pertanian karena kemampuan dan sebagian pendapatannya dari sektor pertanian, selain itu juga dari sektor pertanian dapat dilihat semakin tahun semakin meningkat dalam usaha pertanian tersebut. Di Indonesia usaha pertaniannya pertahun mengalami peningkatan dengan diiringi dengan perbaikan penambahan luas panen padi dan itu dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi penduduknya.
Peningkatan produksi padi di Indonesia terutama untuk bahan makanan memberikan kontribusi secara langsung terhadap peningkatan ketahanan pangan nasional. Pertumbuhan produksi pertanian menjadi salah satu cara dalam upaya untuk penyediaan lapangan kerja dan untuk menurunkan tingkat kemiskinan dari pada sektor ekonomi yang lainnya, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan produksi pertanian cara efektif yang dapat dilakukan. Produksi yang mengalami peningkatan juga dapat menyebabkan dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
(19)
Banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai kalangan untuk meningkatkan produksi padi. Akan tetapi fakta yang diperoleh dalam pelaksaannya bahwa potensi hasil produksi padi berbeda dengan hasil yang diperoleh petani. Ada dua faktor yang menyebabkannya yaitu faktor teknis dan non teknis. Dimana faktor teknis seperti pengadaan saluran irigasi, sedangkan faktor non teknis yaitu dihalanginya petani untuk menggunakan teknologi yang direkomendasikan. Pada hal ini meliputi pengalaman petani yang menggeluti bidang usahatani, kemudian alat transportasi sebagai alat sarana dari lahan ke tempat tinggal. Keduanya akan mempengaruhi pemikiran petani dalam menentukan penggunaan benih, pupuk, tenaga kerja, dan pembasmi hama.
Pemberdayaan sumber daya pertanian dapat meningkatkan produktivitas pertanian oleh karena itu harus digunakan secara efisien. Sumber daya sendiri terdiri dari berbagai unsur yaitu lahan, air atau irigasi, dan tenaga kerja. Semua itu sumberdaya yang selalu digunakan dalam kehidupan. Apabila pengelolaannya tidak efisien maka dapat menyebabkan menurunnya kualitas sumberdaya tersebut sehingga akan mempengaruhi produktifitas pertanian. Oleh karena itu kita harus menjaga dan mempergunakan sumber daya yang ada secara efisien dan dapat meningkatkan produksi pertanian. Dengan memilih kombinasi yang baik antara tenaga kerja, pupuk, benih, dan mengolahan lahan serta modal dan teknologi yang tepat maka produktivitas pertanian padi akan mengalami peningkatan.
Menurut UU No.7 Tahun 1996, tanaman pangan menjadi komoditas yang terpenting, karena di Indonesia pangan menjadi kebutuhan pokok bagi penduduk dalam meningkatkan kualitas pembangunan nasional. Tersedianya pangan ini
(20)
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan beras menjadi bahan pokok makanan di Indonesia.
Penduduk di Indonesia sebagian besar pendapatannya berasal dari pertanian karena tanaman pangan menjadi usaha dari masyarakat tersebut. Di Indonesia ini masyarakatnya masih banyak mengandalkan pertaniannya sendiri untuk memenuhi konsumsi sehari-hari didalam keluarga. Hasil panen yang mereka peroleh dari pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Di sektor pertanian, padi merupakan pilihan utama petani yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), karena dapat dilihat bahwa perekonomian dari sektor pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mayoritas masyarakatnya penghasilannya dari bidang pertanian. Selain itu juga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) makanan pokoknya beras oleh karena itu mereka kebanyakan mengandalkan dari sektor pertanian. Karena lahan yang banyak penghasilannya dari pertanian padi dan luas lahannya juga memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan msayarakat sehari-hari dengan luas panen padi tanaman padi di DIY dapt dilihat dari tabel 1.1.
TABEL 1.1
Luas Panen padi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun 2011-2015
Kabupaten DIY
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Kulon Progo 21455 19823 18402 19131 18696 Bantul 30699 30205 32692 30190 28642 Gunungkidul 57375 56416 58924 57201 57014 Seleman 41080 46299 49083 52232 50356
Yogyakarta 218 169 165 0 130
(21)
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luas panen cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
Berdasarkan dari data BPS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) salah satu hasil pertanian yang besar yaitu di Kabupaten Gunungkidul. Di Kabupaten tersebut sebagian masyarakatnya bergantung pada sektor pertanian. Dapat dilihat dari Pantauan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultural Kabupaten Gunungkidul selama tahun 2014 jumlah hari hujan rata-ratanya 91,22 hari/tahun dengan jumlah curah hujan rata-ratanya sebesar 1.881,94 mm/tahun. Selain itu tercatat bahwa rata-rata hari hujan terbanyak 18 hari pada bulan Desember dengan rata-rata curah hujan tertinggi 471,78 mm. Selain itu juga di Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah pegungungan atau perbukitan dengan kondisi tanahnya yang tipis dimana hal ini terbagi menjadi beberapa zona dengan arah pengembangan sendiri-sendiri. Salah satunya pengembangannya dalam sektor pertanian yaitu berada dalam Zona Utara di Kecamatan Patuk, Nglipar, gedangsari, Ngawen, Semin, dan Ponjong Utara dengan ketinggian 200-700 meter diatas permukaan laut (dpl). Daerah ini merupakan daerah berbukit-bukit dan terdapat sungai di atas permukaan tanah tersebut, oleh karena itu di daerah tersebut cocok di kembangkan dalam sektor pertanian karena sumber daya airnya banyak.
Akan tetapi setiap wilayah yang berada di Kabupaten Gunungkidul mempunyai ketinggian dan lereng yang berbeda-beda sehingga setiap wilayah yang berada di Kabupaten Gunungkidul penghasilan pertaniannya berdeda sesuai dengan kondisi dan usaha yang dilakukan setiap petani. Oleh karena itu sektor andalan di Kabupaten Gunungkidu di sektor pertanian.
(22)
TABEL 1.2
Luas Panen dan Produktivitas Padi di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011-2015.
No. Uraian Luas Panen
(ha)
Produksi (ton) 2011
1. Padi Sawah 15.629 91.666
2. Padi Ladang 41.746 186.145
Jumlah 57.375 277.811
2012
1. Padi Sawah 14.164 87.006
2. Padi Ladang 42.252 204.689
Jumlah 56.416 291.695
2013
1 Padi Sawah 15.563 93.957
2 Padi Ladang 43.361 195.563
Jumlah 58.924 288.520
2014
1 Padi Sawah 14.886 92.601
2 Padi Ladang 42.315 197.184
Jumlah 57.201 289.785
Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Dapat dilihat semakin tahun semakin meningkat produktivitas dari pertanian padi tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa dalam perkembangannya cukup baik dengan luas lahan yang ada dapat maksimal menghasilkan produksi yang dapat dikatakan tidak mengalami penurunan yang tinggi .
Dari data dapat dilihat luas lahan tidak menjamin tingginya produksi yang diperoleh di daerah tersebut, karena semua itu tergantung dari iklim dan kondisi dari suatu daerah tersebut. Bisa jadi apabila daerah terebut hanya luas lahannya tidak terlalu luas tapi perairan dan tanahnya subur maka dapat meningkatkan produksi padi tersebut.
(23)
Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) GAMBAR 1.1
Produksi Padi Tahun 2011-2015
Berdasarkan Gambar 1.1 dan Tabel 1.2 data dari BPS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan bahwa produksi padi di Kabupaten Gunungkidul setiap tahun mengalami peningkatan dilihat pada tahum 2013 tercatat sebesar 288.520 ton mengalami peningkatan menjadi 289.78 ton dari tahun 2014 dengan rincian 93.957 ton produksi dari lahan sawah dan 197.18 dari lahan, serta masing – masing mempunyai luas lahan sebesar 14.88 ha dan 42.31 ha. Selisihnya hanya karena faktor-faktor yang terjadi seperi pergantian musim yang sedang terjadi atau mungkin faktor yang lain.
Berdasarkan data BPS pada tahun 2014, di Kabupaten Gunungkidul sebagian besar masyarakatnya pengasilan padinya dari jenis lahan yang berada diladang. Pada jenis padi ini penghasilannya lebih besar dibandingkan dengan padi dari lahan sawah. Produksi padi dari jenis lahan diladang dapat memenuhi
270000 275000 280000 285000 290000 295000
2011 2012 2013 2014 2015
Produksi Padi (Ton)
(24)
kebutuhan karena lahan sawah tidak terlalu luas serta tekstur tanahnya tidak selalu cocok untuk ditanami. Dibeberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pendapatan yang mereka peroleh dari pertanian padi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mencapai kesejahteraan. Dapat dilihat dari tabel 1.3 data dari beberapa kecamatan di Kabupaten Gunungkidul yang pendapatannya dari pertanian.
TABEL 1.3
Luas Panen dan Produksi Padi berdasarkan kecamatan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014
No. Kecamatan
Padi Sawah Padi Ladang
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Panggang 21 114,11 2.439 11.375,50 2. Purwosari 162 924,67 1.825 7.533,60 3. Paliyan 42 227,32 2.055 8.682,38 4. Saptosari 0 0,00 3.985 16.458,05
5. Tepus 0 0,00 2.164 8.798,82
6. Tanjungsari 0 0,00 1.904 8.901,20 7. Rongkop 0 0,00 2.426 11.443,44 8. Girisubo 0 0,00 2.330 10.666,74 9. Semanu 184 1.165,58 3.197 15.080,25 10 Ponjong 1.547 9.957,56 3.537 15.521,75 11. Karangmojo 1.271 8.339,93 2.755 13.527,96 12. Wonosari 157 950,51 3.120 17.024,42 13. Playen 476 2.845,83 2.535 13.096,10 14. Patuk 2.457 15.252,08 1.109 5.439,58 15. Gedangsari 2.501 15.520,54 1.477 6.912,89 16. Nglipar 533 3.346,29 1.767 8.919,82 17. Ngawen 1.988 11.898,76 1.593 7.069,91 18. Semin 3.547 22.042,01 2.097 10.732,45 Jumlah 14.886 92.601,75 42.315 197.181,85 Sumber : BPS Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Dari tabel 1.3 Luas panen di Kabupaten Gunungkidul dari Luas panen sawah 14.886 ha dan dari luas panen ladang 42.315 ha jika di hitung keseluruhan luas panen pertanian padi sawah maupun ladang yaitu 57.201 ha. Disini lebih luas
(25)
panen ladang karena tidak semua lahan yang ada bisa di garap sawah. Dari tabel 1.3 dimana tiap tahunnya produksi padi berbeda-beda antar kecamatan tergantung pada kondisi daerah dan iklim daerah tersebut, diketahui produksi padi di Kabupaten Gunungkidul sebesar 289.783,6 ton berasal dari jenis padi sawah yang luasnya 14.886 ha dan padi ladang yang luasnya 42.315 ha.
Dari uraian diatas menurut data-data dan isu yang ada dalam perekonomian maka penulis ingin meneliti mengenai “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi di Kabupaten Gunungkidul”. Dalam hal ini kaitanya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi diantaranya, luas panen, harga beras, dan jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul.
B. Batasan Masalah Penelitian
Dengan menyadari bahwa keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dengan itu penulis memandang perlu adanya batasan masalah secara lebih jelas, yaitu:
1. Didalam penelitian ada 3 faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Gunungkidul antara lain, luas panen, jumlah penduduk dan harga beras.
2. Wilayah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kabupaten Gunungkidul Tahun 1982-2015.
(26)
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan dari uraian diatas terdapat beberapa rumusan masalah yang ingin disampaikan sebagai dasar dari kajian dalam penelitian, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh luas panen terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul?
2. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul?
3. Bagaimana Pengaruh harga beras terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari uraian permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh luas panen terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul.
2. Mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul.
3. Mengetahui pengaruh harga beras terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul.
(27)
E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan memberi manfaat, sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, sebagai sarana untuk memberikan pemikiran bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam produksi padi di Kabupaten Gunungkidul sehingga dalam perekonomian dapat meningkatkan hasil yang diperoleh khususnya petani karena mayoritas masyarakatnya bergerak dalam sektor pertanian.
2. Bagi Fakultas
Hasil dari penelitian ini dapat menambah perpustakaan yang ada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atau untuk dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya dan dapat memberikan sumber informasi bagi berbagai pihak yang memerlukannya sehingga dapat memberikan gambaran terhadap penelitian selanjutnya yang memiliki permasalahan yang kaitannya dengan pertanian.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini adalalah penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh penulis selama dalam proses pembelajaran di perkuliahan, selain itu juga melihat keadaan di sekitar lingkungan penulis selama penelitian ini, oleh karena itu ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dapat di implementasikan sebaik-baiknya dan tidak merugikan pihak-pihak lain dan dapat menambah pengetahuan yang belum didapatkan sebelumnya.
(28)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pertanian.
Menurut Msoser (1996) pertanian merupakan bentuk produksi yang dasarnya dari proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Dalam hal ini peran petani sangatlah penting yaitu petani dalam proses mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dan hewan dalam usaha tani, dalam hal ini produksi, pendapatan, dan pengeluaran sangat diperhatikan.
Pertanian sangat memperhatikan sistem menajemen produksinya yang tujuannya untuk meningkatkan dan mengembangkan keberhasilan usaha pertanian tersebut, baik dari kesuburan tanah maupun dari siklus biologi serta aktivitas biologi tanah. Dalam sistem pertanian merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah dan bebas dari bahan-bahan kimia. Apabila tanah terbebas dari bahan kimia dapat mengembalikan kesuburan tanah, meningkatkan keuntungan dan secara kesehatan makanan yang diproduksi juga sehat.
Sistem pertanian merupakan aspek yang jelas dapat menghasilkan keuntungan bagi pertanian dan menjaga lingkungan hidup, termasuk pada sumber daya lahan tetapi hal ini tidak mudah karena banyak kendala yang dihadapi berupa bahan dan takaran pupuk yang (Astuti, 2014).
(29)
Dalam pertanian saat ini pupuk yang digunakan dari bahan kimia sedangkan bahan kimia itu sendiri mempunyai kandungan yang berbahaya idalamnya, apabila terlalu banyak mengkonsumsi tanaman yang menggunakan pupuk kimia dapat membahayakan kesehatan.
Dengan kata lain sebagai upayanya yaitu harus lebih efektif pengolahan pertanian agar hasilnya meningkat khususnya pada tanaman padi yang menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk yang ada di Indonesia, selain itu juga dapat melindungi keseimbangan ekosistem yang ada dialam dengan cara membatasi penggunaan pupuk kimia tersebut.
Di Indonesia pertanian sangat lah bervariasi, ada beberapa bentuk pertaniannya, diantaranya:
1) Sawah merupakan pertanian yang lahannya basah dan air yang dibutuhkan dalam pertanian ini sangat banyak dari berbagai macam sumber air seperti dari aliran irigasi, dan dari aliran air hujan.
2) Tegalan merupakan pertanian yang lahannya kering dan pertanian ini juga tergantung dari air hujan, biasanya lahan ini penanamannya tidak setiap tahun karena tergantung pada musim dan dilihat dari kondisinya baik atau tidak untuk ditanami tanaman. Selain itu juga lahan tegalan ini pada musim kemarau sulit dalam pengairannya karena biasanya lahan ini kering dan sulit untuk ditanami.
3) Pekarangan merupakan lahan yang berada disekitar lingkungan rumah yang biasanya juga dapat digunakan untuk pertanian.
(30)
4) Ladang merupakan pertanian yang berasal dari hutan yang sudah beberapakali ditanami sehingga tahannya tidak subur oleh karena itu perlu berpindah ke lahan yang lain.
Dengan adanya pertanian tersebut maka perlunya pengelolaan yang baik dari segi memelihara tanah, pemberian pupuk dan perawatan pertanian tersebut agar kedepannya terhindar dari bahan-bahan kimia yang berbahayaa serta kesehatan dapat terjaga, serta dapat meningkatkan perekonomian dari sektor pertanian.
2. Pertanian Gunungkidul.
Kabupaten Gunungkidul sebagai penyangga pangan di Provinsi DIY karena produksi pangannya selalu meningkat khususnya dibidang pertanian padi. Sehingga masyarakatnya hidupnya bergantung pada bidang pertanian. Di Kabupaten Gunungkidul dari segi pertaniannya khususnya padi memang sangat subur dan luas panennya lebih luas dan hasil produksinya relatif stabil. Tanah di Kabupaten gunungkidul sebenarnya tidak hanya ditanami padi karena tanahnya bermacam-macam, yaitu:
1. Tanah tidak subur, terbentuk dari pelapukan batu kapur, sulit dalam ketersediaan air.
2. Tanah berbukit kasar dari matrial gunung api.
3. Tanah berwarna merah hingga kuning cocok untuk ditanaami padi , palawija dll.
(31)
5. Tanahnya hasil dari pelapukan batu kapur pada daerah yang curah hujannya tinggi, warnanya hitam dan zat haranya sedikit.
Di Kabupaten Gunungkidul di sektor pertanian mereka hasil produksi padinya lebih banyak pada lahan ladang dibandingkan dengan lahan sawah. Karena cenderung lebih luas pada lahan ladang. Kondisi alam dan iklim juga sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh khususnya dalam pertanian padi. Selain ditanami padi di Kabupaten Gunungkidul juga subur ditanami kacang tanah dan palawija yang lain karena tanahnya merah dan didaerah perbukitan.
Produksi padi dari jenis lahan diladang dapat memenuhi kebutuhan karena lahan sawah tidak terlalu luas serta tekstur tanahnya tidak selalu cocok untuk ditanami. Dibeberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pendapatan yang mereka peroleh dari pertanian padi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mencapai kesejahteraan.
3. Luas Lahan.
Lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait dengan tanah. Tanah merupakan syarat mutlak bagi petani untuk dapat memproduksi padi. Dengan memiliki lahan yang cukup berarti petani sudah mempunyai modal utama sebagai seorang petani karena pada lahan inilah petani akan melakukan proses produksi sehingga menghasilkanpadi.
(32)
Muhammad Utomo (1992) menyatakan bahwa lahan sebagai modal alami yang melandasi kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:
1. Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi dan lain-lain.
2. Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan budidaya.
Martua, S (2004) dalam penggunaan tanah dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.
2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidakmemanfaatkan tenaga kerja buruh tani. 3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak
memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.
Menurut Soekartawi (2005) faktor penyebab konversi Lahan pertanian, yaitu: 1. Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf kehidupan.
(33)
2. Lokasi lahan pertanian yang strategis diminati untuk kegiatan non-pertanian.
3. Fragmentasi lahan pertanian.
4. Kepentingan pembangunan wilayah yang seringkali mengorbankan sektor pertanian.
Sehingga Efek dalam jangka panjang dengan adanya peningkatan jumlah penduduk maka akan mengurangi lahan pertanian karena lahan fungsi alihkan ke perumahan, infrastruktur, dan untuk industri-industri. Hal itu menyebabkan lahan untuk pertanian semakin berkurang atau sempit. Pertumbuhan aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita. Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan dari sektor -sektor primer khususnya dari sektor-sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktifitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa).
Efek jangka pendeknya dengan meningkatkan produksi dengan cara mengatasi masalah hama yang dapat memicu gagal panen. Dengan berbagai pupuk dan perawatan serta penambahan tenaga kerja dan mesin juga dapat dilakukan untuk mendukung meningkatkan produksi padi tersebut.
4. Luas Panen.
Luas panen merupakan jumlah seluruh lahan yang dapat memproduksi padi. Luas panen yang menjadi salah satu syarat untuk terjaminnya produksi beras yang mencukupi. Meningkatnya luas panen secara tidak langsung akan meningkatkan produksi padi. Karena sangat dipengaruhi oleh keadaan alam pada saat musim
(34)
tanam. Apabila keadaan alam baik maka tidak akan terjadi banjir maupun kekeringan oleh karena itu diharapkan luas panen meningkat sehingga hasil produksinya juga akan meningkat.
5. Produksi.
Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dimana tujuannya untuk menambah nilai guna atau menciptakan benda baru dan dapat memenuhi kebutuhan serta memberikan manfaat yang diinginkan. Dalam hal ini penambahan nilai guna tidak merubah bentuk dari nilainya disebut juga dengan kata lain produksi jasa, dan yang merubah bentuk dari nilai guna tersebut yaitu produksi barang sehingga dapat bermacam-macam bentunya. Kegiatan produksi yang berperan dan melakukan produksi disebut juga dengan produsen dimana produsen ini memproduksi berbagai macam barang yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan (Boediono, 1989).
Proses produksi dalam pertanian, lahan, bibit, pupuk, dan pestisida merupakan input yang sangat diperlukan dalam menghasilkan output, yang bergerak pada bidang ini adalah petani. Disini petani sangat berperan dalam pengelolaan dan melakukan produksi yang efisien dengan biaya yang minim atau dengan biaya yang rendah dan dengan harapan produksi tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi (Susilowati, 2016).
Keputusan yang diambil oleh produsen untuk memaksimalkan produksi agar mendapatkan keuntungan masksimal merupakan salah satu usaha dalam suatu produksi. Dimana dalam kegiatan produksi ini petani biasanya banyak
(35)
menghadapi berbagai masalah yang ada dan selain itu juga petani mengalami kesulitan dalam menentukan banyak input yang akan diproduksi.
Kurun waktu jangka pendek adalah menunjukkan kurun waktu di mana salah satu faktor produksi atau lebih bersifat tetap. Jadi, dalam kurun waktu itu output dapat diubah jumlahnya dengan jalan mengubah faktor produksi variabel yang digunakan dan dengan peralatan mesin yang ada. Jika dalam jangka pendek igin menembah produksinya, maka dapat dilakukan dengan cara menambah jam kerja dan dengan tingkat skala perusahaan yang ada (dalam jangka pendek peralatan mesin perusahaan ini tidak mungkin untuk ditambah).
Dalam jangka panjang, perubahan output dapat dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat kombinasi yang seoptimal mungkin. Dengan cara lebih ekonomis baginya bila dengan menambah skala perusahaan (peralatan mesin), sehingga akan meningkatkan produksi yang diperoleh.
6. Fungsi Produksi.
Fungsi produksi berkaitan dengan teknik, tenaga kerja, alat, dan pupuk akan menghasilkan produksi yang dihasilkan dari sebidang tanah. Dilihat dari pernyataan itu maka dapat di sederhanakan bahwa atara jumlah input yang dibutuhkan dan jumlah output yang dihasilkan merupakan fungsi produksi. Dengan kata lain fungsi produksi juga dapat dikatakan kemungkinan produksi yang akan dihasilkan.
Fungsi produksi juga dapat diartikan bahwa hubungan jumlah output maksimum yang diproduksi dan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut dengan pengetahuan teknik yang dimiliki (Samuelson &
(36)
Nordhaus, 1999). Oleh karena itu fungsi produksi merupakan kurva dasar dari suatu biaya produksi dalam suatu perusahaan. Masukan pada proses produksi dengan hasil yang di didapatkan dapat digambarkan dengan fungsi produksi yaitu Q output yang dihasilkan dari produksi suatu perusahaan untuk kombinasi yang dihasilkanatau dapat dilihat dari asumsi ada dua masukan, tenaga kerja (Labor) L, modal (capital) K, kekayaan alam (R), dan penggunaan teknologi (T).
Q= F(K, L, R, T)
Produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan teknologi yang digunakan. Faktor produksi mempunyai peran penting dalam pertanian. Biaya yang digunakan untuk menyewa lahan pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan faktor produksi yang lain.
Metode produksi merupakan kombinasi dari faktor-faktor produksi yang dibutuhkan dalam memproduksi suatu produk. Untuk menghasilkan satu satuan produk dapat menggunakan berbagai macam metode produksi. Misal bahan X dapat diproduksi oleh tiga macam proses.
Proses P1 Proses P2 Proses P3
Tenaga Kerja 3 4 2
Modal 5 4 6
Satuan tidak sama dengan satu karena menggambarkan 100-an, 100-an, atau jutaan, panjang, ataupun berat, dan sebagainya. Dapat dilihat hubungan mengenai modal dan tenaga kerja dalam faktor produksi. Dalam jangka pendek
(37)
tenaga kerja merupakan faktor produksi yang variabel penggunaannya dapat berubah sesuai dengan volume produksi dan modal sebagai variabel tetap dimana jumlahnya tidak berubah dan tidak terpengaruh volume produksi.
Modal
4 P2
3 P1
2 P3
1
0 1 2 3 4 5 6 Tenaga Kerja
GAMBAR 2.1 Proses Produksi
Dari kombinasi antara faktor tenaga kerja dan modal dapat menghasilkan produk. Karena hubungan keduanya merupakan faktor produksi. Proses produksi yang sebanding (fixed proportion), dimana produsen dapat menghasilkan 10 kali lipat asalkan kuantitas tenaga kerja dan modal dikalikan dengan kelipatan yang sama sehingga perbandingan antara keduanya tetap sama. Produsen dapat mengurangi satuan didalam produksinya menjadi setengahnya tetapi konsekuensinya tenaga kerja dan modal harus dikurangi dan masing-masing hanya setengahnya yang dapat dipakai.
(38)
Produksi Total, Produksi Rata-rata, dan Produksi Marginal
Poduksi total (TP) dapat menunjukkan hubungan jumlah produksi dengan satu input variabel dan input yang lainnya dianggap tetap.
Produksi rata-rata (AP) merupakan total produksi dibagi jumlah faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi. Oleh karena itu produksi rata-rata merupakan perbandingan antara output dalam faktor produksi dalam setiap output.
Produksi Marginal (MP) merupakan tambahnya produksi yang diakibatkan oleh bertambahnya satu tenaga kerja. Disini ∆L merupakan tambahan tenaga kerja, dan ∆TP merupakan penambahan produksi total.
Oleh karena itu produksi marginal berlaku hukum Law Of Diminishing
Returns yaitu apabila salah satu input ditambah penggunaanya sedangkan input
yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan mula-mula mengalami peningkatan, tapi pada titik tertentu akan mengalami penurunan atau hasil yang diperoleh akan berkurang.
Dilihat dari kurva tersebut memiliki beberapa tahapan yaitu dalam kurva total produksi bebentuk cekung keatas jika tenaga kerja yang digunakan sedikit. Dalam keadaan seperti itu produksi marginal semakin tinggi dapat dilihat dari kurva MP yang mengalami kenaikan. Penggunaan faktor Tenaga kerja lebih sedikit dari TKR dimana lereng garis sinar lebih rendah dari kurva produksi total
(39)
sehingga dapat dilihat bahwa kurva produksi marginal terletak diatas kurva produksi rata-rata.
TP, MP, AP
TPL
APL
O MPL L
GAMBAR 2.2
Hubungan antara Produksi Total, Produksi Marginal, dan Produksi Rata-rata dari penggunaan faktor TK
Dari persamaan tersebut dapat dilihat terdapat beberapa tahapan (Tati & Fathorrozi, 2002):
1. Tahap awal dimulai dari tenaga kerja (L) = 0 sampai MPL = APL atau
dari L = 0 sampai ke APL maksimum. Oleh karena itu menunjukkan
keadaan nilai elastisitas produksi > 1 (elastis).
2. Tahap kedua mulai dari MPL = APL atau APL maksimum sampai MPL
(40)
(inelastis), tetapi saat MPL = APL atau APL maka elastisitas produksi =
1.
3. Tahap ketiga dari MPL = 0 atau MPL negatif, menunjukkan nilai
elasitisitas produksi negatif.
7. Fungsi Produksi Cobb-Douglas.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas atau juga disebut dengan fungsi produksi eksponensial merupakan fungsi atau persamaaan yang melibatkan dua atau lebih variable, dimana variable yang satu disebut dengan variable dependen (dependent
variable), yang di jelaskan (Y), dan yang lain di sebut variable independen
(independent variable), yang menjelaskan (X), (Soekartawi, 2003).
Dalam penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas memerlukan banyak asumsi yaitu diantaranya:
1) Sampel yang digunakan harus secara acak
2) Adanya persaingan dari masing-masing sampel, Y dan X diperoleh secara bersaing dari harga yang berbeda-beda.
3) Teknologi diasumsikan netral dimana intercept bisa berubah akan tetapi selop dari garis Cobb-Douglas sama yang menyebabkan kenaikan output yang dihasilkan dengan tidaak merubah faktor produksi yang digunakan. 4) Fungsi ini mudah diselesaikan dalam fungsi logaritma oleh karena it tidak
(41)
Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut:
Y = α Tβ1 TKβ1 Kβ1 Dimana:
Y = Output
T, TK, K = Faktor-faktor produksi
β1, β2, β3 = parameter yang ditarik nilainya
Dari persamaan tersebut dapat dipermudah dengan estimasi dengan cara mengubah bentuk linier berganda yaitu dengan menjadikan bentuk linier menjadi bentuk logaritma, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :
Fungsi tersebut dapat diubah menjadi bentuk linier yang mengambil logaritma kedua sisi persamaan sehingga menjadi fungsi logaritma linier.
Log Y = β0 + β 1 Log X1 +….+ β n Log n Xn
a. α menunjukkan tingkat efisiensi proses produksi secara keseluruhan. Semakin besar α maka semakin efisien organisasi produksi.
b. Parameter β mengukur elastisitas produksi untuk masingmasing faktor produksi.
c. Jumlah β menunjukkan tingkat skala hasil.
d. Parameter β dapat digunakan untuk mengukur intensitas penggunaan faktor produksi.
(42)
Dimana β menunjukkan koefisien elastis dari masing-masing variable akan dapat dilihat apakah proses produksi berada dalam keadaan skala hasil yang meningkat, konstan atau menurun. Fungsi produksi berada dalam kondisi constan return to scale apaila jumlah koefisien elastis dari masing-masing variable sama dengan satu, apabila lebih kecil dari satu maka dapat dinyatakan dalam kondisi decreasing return to scale dan apabila lebih besar dari satu dapat dinyatakan berada dalam kondisi increasing return to scale.
a. Fungsi tersebut dapat diubah kedalam bentuk linier yang mengambil log pada kedua sisi persamaan sehingga menjadi fungsi log linier seperti:
Ln Y = Ln β0 + β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5ln X5 + μ
b. Fungsi produksi ini lebih mudah apabila digunakan dalam perhitungan angka elastisitas produksi, dengan cara melihat koefisien dalam produksi (β1).
c. Jumlah koefisien dalam produksi (β1) maksudnya yaitu sebagai tolak ukur dalam ekonomis skala usaha.
d. Karena variable input kadang-kadang lebih besar dari tiga dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas akan lebih mudah karena lebih sederhana.
Fungsi produksi dalam model Cobb-Douglass dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar aspek dalam produksi, seperti yang telah dijelaskan diatas yaitu produksi marginal (marginal product), produksi rata-rata (average
(43)
substitution), intensitas penggunaan faktor produksi (factor intensity), dan efisiensi produksi (efficiency of production).
Faktor produksi yang jumlahnya disebut dengan input tetap dimana jumlahnya tidak berubah. Dan input yang jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai dengan volume perubahan produksi sebagai input variable merupakan perubahan terhadap output yang dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat yang sangat optimal.
8. Efisiensi Produksi.
Efisiensi dalam teori ekonomi mikro didefinisikan untuk mendapatkan produksi yang mmaksimal dari penggunaan input yang sekecil-kecilnya. Teknologi produksi merupakan fungsi produksi dalam pencapaian output maksimal darinkontinasi-kombinasi input (Nurhidayah, 2016). Oleh karena itu efisiensi produksi merupakan perbandingan antara utput dan input.
Efisiensi terdiri dari dua komponen yaitu efisiensi teknis (Technical efficiency) dan efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi teknis digunakan untuk mengukur produksi yang dapat dicapai suatu input tertentu, dan keadaan teknis tersebut dapat dilihat dari besarnya produksi yang dicapai dengan modal tetap yang dikuasai oleh produsen. Dalam usaha yang lebih efisien secara teknis menggunakan input yang sama dengan hasil yang lebih tinggi.
(44)
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi.
Menurut Soekartawi (2003) fungsi produksi dapat berfungsi ketika terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tersebut. Oleh karena itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi dalam pertanian, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Lahan Pertanian
Lahan pertanian dapat menentukan pengaruh faktor produksi karena semakin luas lahan pertanian maka jumlah produsi yang dihasilkan semakin tinggi, selaain itu juga lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat dibutuhkan dalam pertanian. Menurut Widiyawati dan Setiawan (2015), lahan pertanian menjadi penentu dalam faktor produksi karena apabila lahan yang ditanami semakin luas lahan yang ditanami maka semakin besar produksi yang akan dihasilkan.
Dalam islam tahan atau tanah harus di budidayakan dengan baik dan islam juga mementingkan kesuburan tanah sehingga tanah juga harus dijaga kadar airnya sehingga dapat meningkatkan produksi dalam pertanian.
b. Faktor Modal
Segala sesuatu usaha yang dilakukan membutuhkan modal terutama dalam kegiatan produksi pertanian. Modal dalam produksi dibagi menjadi dua, yaitu: pertama, modal tetap (fixed cost) yang terdiri dari tanah, mesin, dan peralatan dalam pertanian yang biaya dalam proses tersebut tidak akan habis dalam sekali produksi. Kedua, modal tidak tetap (variable cost) yang terdiri dari benih, pupuk, dan upah untuk tenaga kerja.
(45)
c. Faktor Bibit
Benih merupakan penentu dari penanaman, karena apabila benih yang ditanam kualitasnya baik maka produk yang dihasilkan dari penanaman tersebut juga akan berkualitas.
d. Faktor Pupuk
Pupuk merupakan yang diberikan ketanah dari bahan organik maupun anorganik yang tujuannya untuk menyuburkan tanaman serta meningkatkan produksi dalam pertanian.
Tanaman juga membutuhkan nutrisi seperti halnya manusia. Oleh sebab itu tanaman di beru pupuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman supaya dapat tumbuh dan nengalami perkembangan secara optimal. Di Negara ini pupuk yang sering digunakan yaitu pupuk organik (limbah ternak atau limbah sayuran)., dan pupuk anorganik (bahan kimia).
e. Faktor Pestisida
Dalam penanaman juga dibutuhkan karena pestisida untuk mencegah dan membasmi hama penyakit pada tanaman. Petani merasa diuntungkan dengan adanya pestisida tersebut tetapi apabila penggunaannyaa tidak teratur maka juga dapat merusa tanaman, selain itu juga apabila banyak mengkonsumsi makanan yang menggunakan pestisida juga mempengaruhi kesehatan.
f. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja. Di Indonesia sebagian besar penduduknya masih menggantungkan hidupnya disektor pertanian, dalam usaha pertanian ini tenaga kerja yang digunakan berasal dari keluarga
(46)
sendiri yang merupakan keuntungan yang diperoleh secara tidak langsung tenaga kerja ini tidak dinilai dengan uang.
g. Faktor manajemen atau organisasi
Manajemen berperan dari unsur produksi didalam usaha produksi dari industri, perdagangan dan pertanian yang tujuannya untuk menghasilkan keuntungan. Selain itu juga manajemen merupakan upaya yang dilakukan untuk menghasilkan ide-ide dalam usaha, barang apa yang dibutuhkan dalam produksi, dan manajemen dapat mengetahui mengenai kualitas produksi tersebut.
10. Analisis Usahatani.
Menurut Soekartawi (2003) dalam menganalisis usaha tani dapat menggunakan tiga data yang biasanya dipakai. Data tersebut diantaranya penerimaan, biaya, dan pendapatan usaha tani. Cara menganalisisnya terhadap tiga variable tersebut disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis).
Ilmu usahatani juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dikuasai sebaik-baiknya, dan dikatakan efidien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).
Jika ditinjau dari segi pembangunan, yang penting dalam usaha tani yaitu kondisi yang hendaknya berubah baik dalam ukuran maupunsusunannya,
(47)
sehingga dalam usaha tani senantiasa mengalami perkembangan yang lebih efisien.
a. Penerimaan Usahatani.
Perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jualnya. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
...(1) Dimana :
TR =Total Revenue
Px = Harga X
Qx = Produksi X yang diperoleh dalam suatu usahatani
b. Biaya Usahatani
Biaya dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang terdiri dari tanah, bangunan, mesindan peralatan lainnya dalam hal ini biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi tidak habis dalam sekali produksi. Sedangkan biaya tidak tetap merupakan sesuatu yang berhubungan dengan bibit, pupuk , dan pestisida yang dalam proses produksinya hanya dalam sekali pemakaian. Dalam menghitung biaya usahatanidapat diguakan dengan rumus sebagai berikut:
(48)
Dimana:
TC = Pendapatan Usahatani FC = Total Revenue
(49)
B. Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(tahun) Judul
Variabel Penelitian/Metode
Analisis
Hasil Temuan 1 Klivesi
Ilona Mafor, (2015).
Analisis faktor produksi padi sawah di desa Tompasobaru
dua Kecamatan Tompasobaru.
Luas lahan, pupuk urea, pupuk ponska, dan tenaga
kerja. Luas lahan berpengaruh terhadap produksi padi, pupuk ponska tidak berpengaruh terhadap produksi
padi, dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi
padi. 2 Fridolin
Gratio P. Raya Ola, dan Andreas Sukamto, (2013) Pendapatan dan Fungsi Produksi jagung, Usahatani Jagung Di padukuhan Sawah, Monggol, Saptosari Gunungkidul.
Luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk.
Luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi
jagung.
3 Siti Abdillah Nurhidayah, (2016) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kedelai Di Daerah Istimewa Yogyakarta 1985-2014.
Luas panen, harga kedelai, jumlah penduduk. Luas panen berpengaruh signifikan terhadap produksi kedelai, harga tidak berpengaruh terhadap produksi kedelai, dan jumlah penduduk berpengaruh tapi tidak signifikan terhadap produksi kedelai.
(50)
4 Sri Harjanti Nugraeni, (2007) Analisis permintaan dan penawaran beras di Indonesia. Permintaan beras, penawaran beras, harga beras, jagung, kedalai rata-rata di tingkat konsumen, harga kedelai, jagung rata-rata ditingkat produsen, pendapatan perkapita, jumlah penduduk, selera konsumen, harga dasar gabah, harga beras internasional, produktifitas padi,
dan luas panen dengan menggunakan
analisis
Two Stages Least
Square (TSLS).
Permintaan beras secara signifikan dipengaruhi oleh perubahan harga jagung pada tingkat konsumen, kedelai pada tingkat konsumen, dan pengadaan pangan. Serta penawaran beras dipengaruhi oleh harga kedelai di tingkat produsen, harga dasar gabah. produktivitas padi,
dan luas panen padi.
5 Opralis Tri Widiyani ngsih, (2010) Efisiensi Usaha tani padi organik di Desa
Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul. Lahan, benih, pupuk, tenaga kerja. Lahan berpengaruh terhadap produksi padi organik, pupuk berpengaruh terhadap produksi
padi organik, dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi
padi organik. 6 Hasyrul
Aziz Harahap, (2011). Analisis permintaan beras di Sumatera Utara Harga beras, harga jagung, jumlah penduduk dan PDRB. Harga beras berpengaruh negative dan signifikan terhadap permintaan beras, jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras,
(51)
sedangkan harga jagung berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap permintaan beras. 7. Reata Lupja Roma Dona, (2016) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Indonesia Tahun
2009-2013
Luas lahan, tenaga kerja,
harga beras.
Luas lahan, tenaga kerja, harga beras
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produksi padi di Indonesia.
C. Hipotesis
Berdasarkan dari teori terdahulu, maka dapat dibuatkan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Diduga luas panen berpengaruh positif terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul.
2. Diduga jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul.
3. Diduga harga beras berpengaruh positif terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul.
D. Model Penelitian
Berdasarkan dari pemikiran teoritis dan dari berberapa penelitian terdahulu. Untuk menyusun penelitian ini serta dalam menganalisa masalah dalam penelitian ini maka mengenai hubungan variabel independen diantaranya luas panen, harga padi, dan jumlah penduduk dengan variabel dependennya yaitu produksi padi.
(52)
Diduga bahwa luas panen, jumlah penduduk, dan harga beras berpengaruh positif terhadap produksi padi. Maka dapat digambarkan mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Gunungkidul dengan model sebagai berikut:
GAMBAR 2.5
Kerangka Hipotesis Pemikiran Luas Panen (+)
Jumlah Penduduk (+)
Harga Beras (+)
(53)
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek/Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode 1982-2015.
B. Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder merupakan data (time series) selama periode 1982-2015, data dini dapat diperoleh dari suatu instansi atau lembaga yang mempunyai hubungan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode Error Corection Model (ECM).
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah studi pustaka oleh karena itu penulis mendapatkan informasi dari berbagai lembaga yang terkait, catatan, dokumentasi dan sebagainya. Data yang diperoleh dari institusi yang terkait adalah BPS, Dinas Pertanian, dan instansi di Daerah Kabupaten Gunungkidul.
(54)
D. Definisi Oprasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan Variabel dependen yaitu produksi padi dan variabel independen diantaranya luas panen, jumlah penduduk, dan harga beras.
1. Jumlah Produksi Padi
Dalam penelitian ini jumlah produksi padi dalam kurun waktu satu tahun mengalami masa panen tiga kali panen dengan satuan (kg) dari dari periode tahun 1982-2015.
2. Luas panen
Luas panen merupakan jumlah seluruh lahan yang dapat memproduksi padi. Luas panen yang menjadi salah satu syarat untuk terjaminnya produksi beras yang mencukupi tahun 1982-2015.
3. Jumlah Penduduk
Data dalam penelitian ini menggunakan data jumlahnya penduduk di Kabupaten Gunungkidul dari periode tahun 1982-2015.
4. Harga beras
Di daerah perdesaan rata-rata harga beras per kilogram dari berbagai jenis padi dalam kurun waktu selama satu tahun dengan satuan Rp/Kg, penelitian padi yang dikonsumsi di Daerah kabupaten Gunungkidul dari periode tahun 1982-2015.
(55)
E. Uji Hipoteis dan Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor produksi padi dikabupaten Gunungkidul dengan variabel yang mempengaruhinya yaitu menggunakan metode penelitian Error Corection Model (ECM). Dalam analisis yang menggunakan metode Error Corection Model (ECM) merupakan model ekonometrika dinamis selain itu juga dapat digunakan juga dengan metode analisis diskriptif. Dengan menggunakan metode ini tujuannya untuk mengidentifikasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang yang terjadi akibat adanya kointegrasi antara variabel didalam penelitian tersebut.
Langkah-langkah yang digunakan dalam merumuskan model ECM yaitu:
1) Melakukan spesifikasi hubungan yang diharapkan dalam model penelitian ini. PPt = 0 + 1 LPt + 2 JPt + 3 HBt ... (1)
Dimana :
PPt : Produksi padi pada periode t
LPt : Luas panen pada periode t
JPt : Jumlah penduduk periode t
HBt : Harga beras pada periode t
0123 : Koefisien jangka pendek
2) Membentuk fungsi biaya tunggal dalam metode koreksi kesalahan yaitu: Ct = b1 (PPt – PPt *) + b2 {( PPt - PPt-1)– ft (Zt - Zt-1)}2 ... (2)
Berdasarkan dari persamaan diatas Ct mrupakan fungsi biaya kuadrat, PPt
(56)
mempengaruhi produksi padi selain itu juga secara linear dianggap dapat mempengaruhi Luas panen, Harga beras, dan Jumlah penduduk. Sedangkan b1 dan
b2 merupakan vektor baris yang memberikan bobot kepada Zt - Zt-1.
3) Memiminumkan fungsi biaya persamaan terhadap Rt, yaitu:
PPt = PPt + (1- e) PPt-1– (1 – e) ft (1-B) Zt ... (3)
4) Mensubtitusikan PPt – PPt-1 akan diperoleh:
LnPPt= β0+ β1Ln LPt+ β2Ln JPt+ β3Ln HBt ... (4)
Dimana :
PPt : Produksi padi pada periode t
LPt : Luas panen pada periode t
JPt : Jumlah penduduk periode t
HBt : Harga beras pada periode t
β0β 1β 2β 3 : Koefisien jangka pendek
Dalam hubungan jangka pendek dinyatakan dengan persamaan :
DLnPPt = 1 DLnLPt + 2 DLnJPt + 3 DLnHBt ... (5)
DLnPPt = JPt - (Ln PPt-1–β0–β1Ln LPt-1+ β2Ln JPt-1 + β3LnHPt-1) + t ... (6)
Berdasarkan hasil persamaan dalam jangka pendek tersebut dapat diperoleh bentuk persamaan yang baru yang dikembangkan dari persamaan sebelumnya yang digunakan untuk mengukur persamaan dalam jangka panjang dengan menggunakan model ECM sebagai berikut :
DLnPPt = β0 + β1 DLnLPt + β2 DLn JPt + β3 DLnHBt + β4 DLnLPt-1 + β5DLn JPt-1
(57)
ECT = LnLPt-1 + Ln JPt-1 + L HBt-1 ... (8)
Dimana :
DLnPPt : Produksi padi per tahun (ton)
DLnLPt : Luas panen per tahun (ha)
DLnJPt : Jumlah penduduk per tahun (jiwa)
DLnHBt : Harga beras per tahun (Rp)
DLnLPt-1 : Kelambanan luas panen
DLnJPt-1 : Kelambanan jumlah penduduk
DLnHBt-1 : Kelambanan harga beras
t : Residual
D : Perubahan
t : Periode waktu
ECT : Error Correction Term 1. Uji Akar Unit (unit root test)
Dalam konsep ini yang dipakai untuk menguji stasioner suatu data runtut waktu adalah uji akar unit. Apabila dalam menguji suatu data runtut dan hasilnya tidak stasioner maka data tersebut mengalami permasalahan akar unit. Uji unit root problem ini dapat dilihat dengan cara perbandingan antara nilai t-statistik dari hasil regresi dengan nilai test Augmented Dickey Fuller. Dengan model persamaan sebagai berikut :
PPt = a1 + a2+ ΔPPt-1+ αi∑ t-1 + et ... (9)
Dimana :
(58)
m : panjang time-lag i = 1, 2, 3, 4,...,m. Hipotesis nol tetap δ = 0 atau ρ = 1.
Nilai t-statistik ADF sama dengan nilai t-statistik DF. 2. Uji Derajat Integrasi.
Jika dalam uji akar unit dengan data runtut waktu yang diamati belum stasioner, langkah selanjutnya dengan uji derajat kointegrasi untuk mengetahui pada derajat berapa integrasi tersebut akan stasioner, Oleh karena itu diuji derajat integrasi dengan model sebagai berikut:
PPt = β1+ δΔPPt-1+ αi∑ t-1 + et ... (10)
PPt = β 1 + β 2 + δΔPPt-1 + αi∑ t-1 + et ... (11)
Nilai t-statistik dari hasil regresi keduanya tersebut dibandingkan dengan nilai t-statistik pada tabel DF. Jika nilai δ dari persamaan hasilnya sama dengan satu variabel PPt dikatakan stasioner pada derajat satu, atau disimbolkan PPt ~I(1).
Tetapi jika nilai δ tidak berbeda dengan nol variabel PPt belum stasioner derajat
integrasi pertama. Oleh karena itu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi kedua, ketiga dan sebagainya hingga variabel PPt stasioner.
3. Uji Kointegrasi.
Dalam Uji Kointegrasi sering digunakan uji Engle-Granger (EG), uji
Augmented EngleGranger (AEG) dan uji cointegrating regression Durbin-Watson
(CRDW). Apabila ingin mendapatkan nilai dari EG, AEG dan CRDW hitung,
maka data yang digunakan harus berintegrasi pada derajat yang sama. Uji OLS terhadap suatu persamaan sebagai berikut:
(59)
Berdasarkan persamaan tersebut disimpan residual (error terms)-nya kemudian menaksirkan dalam model persamaan autoregressive dari persamaan diatas dengan persamaan sebagai berikut:
Δt = λt-1 ... (13)
Δt= λt-1 + i ∑ t-1 ... (14)
Dengan uji hipotesisnya:
H0 : = I(1), tidak ada kointegrasi Ha : I(1), ada kointegrasi
Dari hasil uji regresi dengan OLS pada persamaan (12) diperoleh nilai CRDW hitung (nilai DW pada persamaan tersebut) untuk kemudian dibandingkan dengan CRDW tabel dan pada persamaan (13) dan (14) diperoleh nilai EG dan AEG hitung yang akan dibandingkan dengan nilai DF dan ADF tabel.
4. Error Correction Model (ECM)
Jika lolos diuji kointegrasi maka kemudian akan diuji dengan model linier dinamis untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan dalam strukturalkarena hubungan jangka panjang dengan variabel bebas dan variabel terikat dari uji kointegrasi tidak berlaku setiap saat. Dalam model ECM persamaan produksi padi sebagai berikut:
(60)
5. Uji Asumsi Klasik
Tujuan adanya uji asumsi klasik ini dapat mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik dari penelitian yang telah dilakukan . Meliputi Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokolerasi, dan Uji Normalitas.
1) Uji Multikolinearitas.
Berkaitan dengan masalah multikoliniearitas, (Sumodiningrat ,1994: 281-182 dalam Agus Tri 2014) mengemukakan bahwa ada 3 hal yang perlu dibahas terlebih dahulu:
a. Multikoliniearitas merupakan sampel. Dalam model fungsi regresi populasi (Population Regression Function = PRF) diasumsikan seluruh variabel bebas termasuk dalam model tersebut mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel tak bebas Y, tetapi mungkin terjadi bahwa dalam sampel tertentu.
b. Multikoliniearitas adalah persoalan derajat dan bukan persoalan jenis . Oleh karena itu dalam masalah Multikoliniearitas bukanlah masalah mengenai apakah korelasi di antara variabel-variabel bebas negatif atau positif, melainkan mengenai persoalan adanya korelasi di antara variabel-variabel bebas.
c. Masalah Multikoliniearitas hanya mempunyai kaitan dengan hubungan linier antar variabel-variabel bebas.
(61)
Multikonearitas merupakan adanya hubungan yang pasti linier antar variabel penjelas. Terjadi apabila nilai R2 tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai F tinggi.
Dalam uji Multikonearitas Konsekuensi adalah invalidnya signifikansi variable maupun besaran koefisien variable dan konstanta. Apabila dalam uji multikonearitas estimasinya hasil nilai R kuadrat yang tinggi (lebih dari 0.8), nilai F tinggi, dan nilai t-statistik tidak signifikan (lihat Agus Tri 2014).
2) Uji Heteroskedasitas.
Heteroskedasitas terjadi jika distribusi probabilitas tidak berubah dalam semua observasi x, dan varian setiap residual sama. Jika nilai t statistik signifikan, maka dapat hipotesisnya adalah heteroskedastisitas tidak dapat ditolak.
Sehingga Heteroskedasitas merupakan suatu masalah dalam regresi yang faktor gangguannya tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan. Disebabkan oleh variabel yang digunakan dalam memprediksi nilainya beragam sehingga nilai residu yang dihasilkan tidak konstan.
Konsekuensi dari heteroskedastisitas yaitu penaksir OLS tetap tak bias dan konsisten tetapi tidak lagi efisien dalam sampel kecil dan besar serta variansnya tidak lagi minimum. Situasinya tidak konstan oleh karena itu konsekuensinya biasnya varians hingga uji signifikansinya invalid. Apabila nilai Obs* R-squared
lebih besar dari 5% atau sama dengan 5% dapat disimpulkan tidak dapat permasalahan heteroskedasitas dalam model uji ECM.
(62)
3) Uji Autokorelasi.
Dalam uji autokorelasi tujuannya untuk mendeteksi pada model regresi apakah ditemukan korelasi. Apabila terjadi korelasi maka dapat dikatakan itu mengalami gejala autokorelasi.
Apabila dalam model ini mempunyai korelasi maka parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya tidak lagi minimum sehingga model menjadi tidak efisien, saat melakukan penelitian jika ingin megetahui ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Lagrunge Multiplier (LM)
proseddur dalam pengujian LM yaitu nilai dari Obs* R-squared lebih kecil dari nilai tabel oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak mengandung autokorelasi dan juga dilihat dari nilai probabilitasnya dibawah 5% maka tidak ada autokorelasi(lihat Agus Tri,2014).
Dalam pengujian menggunakan model LM ini diperlukan lag atau sering disebut juga kelambanan, lag yang digunakan dalam metode ini dengan model trial error perbandingan antara nilai absolut yang nilainya paling kecil.
Mekanisme dalam uji Durbin Waston sebagai berikut
1. Melakukan regresi OLS dan dapatkan residualnya. 2. Menghitungitung nilai d (Durbin Watson).
3. Dapatkan nilai kritis dL dan du.
4. Jika hipotesis nol adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika d < dL, tolak Ho
(63)
dL= d = du, pengujian tidak menyakinkan
5. Jika hipotesis nol adalah bahwa tidak ada serial korelasi baik negatif, maka jika
d > 4-dL, tolak Ho d < 4-du, terima Ho
4-du = d = 4-dL, pengujian tidak menyakinkan
6. Apabila Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial korelasi baik positif maupun negatif, maka jika
d < dL, tolak Ho d > 4-dL, tolak Ho du < d < 4-du, terima Ho
dL = d = du, pengujian tidak menyakinkan 4-du = d = 4-dL, pengujian tidak menyakinkan 4) Uji Normalitas.
Uji normalitas dalam regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen mempunyai distribusi normal ataukah tidak, hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan probability Jarque-Bere (JB) dengan X2 tabel yaitu:
1. Jika probabilitas F statistic > 0,05, maka residunya berdistribusi normal. 2. Jika probabilitas F-statistic < 0,05, maka residunya berdistribusi tidak
(64)
5) Uji Linieritas.
Dalam pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang dilakukan dalam penelitian tersebut sudah bermodel linier ataukah belum. Cara yang digunakan dengan membandingkan nilai F-statistic dengan F tabel yaitu:
1. Jika probabilitas F-statistic > 0,05, maka hipotesisnya modelnya linear. 2. Jika probabilitas F-statistic < 0,05, maka hipotesisnya modenya tidakl linear.
(65)
49
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Letak Geografi
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dari 4 Kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Kabupaten Gunungkidul disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Sleman, sebelah utara berbaatasan dengan kabupaten Kelaten dan Sukoharjo, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, dan disebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7o.46’ - 8o.09’ Lintang Selatan dan 110o.21’ - 110o.50’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau 46,63% dari luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa.
Secara Tipologi Kabupaten Gunungkidul terbagi menjadi 3 zona diantaranya:
1) Zona Utara (Pegunungan Baturagung) ketinggiannya 200m-700m dpl, pengembangannya ke bidang pertanian karena merupakan daerah konservasi sumber daya air.
(66)
2) Zona Tengah (Pengembangan Ledok wonosari) ketinggiannya 150m-200m dpl, pengembangannya ke pertanian, eko-wisata, industri rumah tangga, namufaktur, tanaman hutan, dan wisata prasejarah.
3) Zona Selatan (Pegunungan Seribu) ketinggiannya 100m-300m dpl, pengembangannya diarahkan pada budidaya lahan kering, perikanan laut, eko-wisata karst, dan akomodasi wisata (hotel, penginapan, dan restoran).
Kabupaten Gunungkidul jenis tanahnya ada 5 macam diantaranya: Mediteran, Litosol, Latosol, Grumosol, dan Rendzina.
No. Jenis Tanah Deskripsi
1. Mediteran Tanah tidak subur, terbentuk dari pelapukan batu kapur, sulit dalam ketersediaan air.
2. Litosol Tanah berbukit kasar dari matrial gunung api. 3. Latosol Tanah berwarna merah hingga kuning cocok
untuk ditanaami padi , palawija dll.
4. Grumosol Tanahnya berlempung warnanya kelabu hitam dan subur.
5. Rendzina Tanahnya hasil dari pelapukan batu kapur pada daerah yang curah hujannya tinggi, warnanya hitam dan zat haranya sedikit.
Kabupaten Gunungkidul faktor iklim sangat mempengaruhi kondisi alam dan kehidupan masyarakat karena mereka bergantung dalam bidang pertanian. Pada
(67)
tahun 2015 Jumlah curah hujan rata-rata 2.964,2 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 136 hari/tahun. Curah hujan tertinggi 662 mm terjadi pada bulan Maret dan rata-rata hari hujannya 28 hari terjadi pada bulan Januari. Curah hujan minimal rata-rata 60 mm selama 7 bulan dan bulan kering selama 5 bulan sedangkan tanpa hujan pada bulan Agustus dan September.
B. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan sumber daya manusia salah satu subyek pembangunan dan harul mengetahui karakteristiknya. Selain itu juga penduduk mempunyai modal sosial seperti gotong royong, tekad, semangat bersama, kepercayaan, nilai dan norma untuk menjapai tujuan dalam pembangunan.
Tabel 4.1
Jumlah penduduk dan menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul Periode 2001-2015 (Jiwa/Tahun)
Tahun Jumlah
Penduduk Laki-laki Perempuan
2001 746.451 365.439 381.012
2002 749.875 367.307 382.568
2003 753.008 368.760 384.248
2004 755.941 370.298 385.643
2005 681.554 335.929 345.625
2006 683.389 335.676 347.713
2007 685.210 335.411 349.799
2008 686.772 335.013 351.759
2009 688.145 334.519 353.626
2010 675.382 326.703 348.679
2011 677.998 327.878 350.157
2012 680.406 328.878 351.528
2013 683.735 330.461 353.274
2014 698.825 337.920 360.905
2015 704.026 340.531 363.495
(68)
Dari tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa di Kabupaten Gunungkidul tiap tahun jumlah penduduknya mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah penduduk tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya seperti laju tingkat kelahirannya tinggi, kesehatan masyarakat meningkat sehingga angka kematinya menurun, dan perbaikan dalam perekonomian seperti mencari pekerjaan. Selain itu juga disebabkan oleh penduduk yang berpindah (out-migran) dan penduduk yang datang (in-migran).
Jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2015 mencapai 704.026 dengan kepadatan penduduk 473 jiwa per km2.
Laju pertumbuhan penduduk per tahun dari tahun 2010-2015 mencapai 0,78 % dan pertumbuhan penduduk pada tahun 2015 sebesar 0,74% lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang pertumbuhan penduduknya mencapai 2,21%. Rata-rata anggota rumah tangga (ART) 3 jiwa per rumah tangga.
Jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul menurut golongan umur dan jenis kelamin. Dari data tersebut penduduk di Kabupaten Gunungkidul mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut stabil dan penduduk di Kabupaten Gunungkidul menurut jenis kelamin pertumbuhan penduduk lebih tinggi perempuan di bandingkan dengan laki-laki. Pada tahun 2014 jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Gunungkidul sebesar 337.920 jiwa sedangkan penduduk perempuan 360.905 jiwa sehingga lebih banyak penduduk perempuan di banding laki-laki. Pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 340.541 penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 363.495. Semakin tahun mengalami peningkatan pertumbuhan penduduknya.
(69)
C. Keadaan Pertanian
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi DIY selain itu sebagai penyangga pangan karena produksi pangannya selalu meningkat khususnya dibidang pertanian padi. Sehingga masyarakatnya hidupnya bergantung pada bidang pertanian. Luas panen di Kabupaten Gunungkidul dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Luas Panen padi di Sawah dan Ladang di Kabupaten Gunungkidul Periode 2001-2015 (Ha/Tahun)
Tahun Luas Panen Sawah Ladang
2001 48.750 11.426 37.324
2002 47.641 11.573 36.068
2003 45.694 10.328 35.366
2004 45.147 9.886 35.261
2005 43.409 8.246 35.063
2006 47.041 12.915 34.126
2007 48.315 13.299 35.016
2008 52.707 13.583 39.124
2009 52.970 14.133 38.837
2010 53.803 14.586 39.217
2011 57.375 15.164 42.252
2012 56.416 14.164 42.252
2013 58.924 15.563 43.361
2014 57.201 14.886 42.315
2015 57.014 14.936 42.078
Sumber : Badan Pusat Statistik DIY
Luas panen adalah jumlah keseluruhan lahan yang memproduksi dari hasil pertanian tiap komuditi, area yang memadai merupakan syarat untuk terjaminnya hasil produksi. Meningkatnya jumlah luas area panen dapat meningkatkan pula produksi pertanian yang akan dihasilkan. Kondisi alam juga dapat mempengaruhi
(70)
produksi pertanian, apabila tidak terjadi kekeringan ataupun banjir diharapkan meningkatnya luas panen tersebut dapat meningkatkan produksi pertanian.
Di Kabupaten Gunungkidul dari segi pertaniannya khususnya padi memang sangat subur dan luas panennya lebih luas dibandingkan dengan Kabupaten lain yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta karena mayoritas penduduknya bergerak dalam bidang Pertanian.
Luas panen di Kabupaten Gunungkidul tiap tahun relatif setabil. Dan dapat dilihat dari tabel bahwa luas panen padi ini selalu mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit. Sehingga dari beberapa Kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul yang mempunyai luas panen terbesar dibanding kabupaten yang lain di DIY. Dengan luas panen padi ladang 42.078 dan padi sawah 14.936.
Dari tabel dapat dilihat antara luas panen sawah dan ladang lebih luas di area ladang karena tergantung dari alam jika tidak terjadi kekeringan maka produksi yang dihasilkan juga akan mengalami peningkatan. Secara umum di Kabupaten Gunungkidul secara umum dalam bidang pertanian memadai, karena mempunyai luas panen yang semakin meningkat dan tanahnya juga subur. Selain itu juga dapat dilihat produksi padinya di Kabupaten Gunungkidul yaitu sebagai berikut:
(71)
Tabel 4.3
Produksi Palawija di Kabupaten Gunungkidul Periode 2001-2015 (Ton/Tahun)
Tahun Padi Jagung Kedelai Kacang Tanah 2001 176.363 130.271 37.614 41.128 2002 168.688 119.248 44.118 45.059 2003 168.542 134.178 25.244 44.456 2004 182.803 146.532 24.461 47.082 2005 164.996 178.330 24.923 47.252 2006 214.139 156.435 29.466 54.802 2007 204.058 180.881 21.306 45.898 2008 243.846 191.007 22.764 52.105 2009 260.363 220.275 27.890 56.034 2010 258.482 256.443 30.654 49.466 2011 277.813 206.353 26.476 53.511 2012 291.696 248.252 24.221 52.069 2013 289.521 207.623 25.540 59.562 2014 289.787 227.013 13.465 59.251 2015 289.571 201.396 13.551 69.532 Sumber : Badan Pusat Statistik DIY
Dilihat dari tabel 4.3 bahwa produksi padi tahun 2015 sebesar 289.571 ton mengalami penurunan dari tahun 2014 sebesar 285.787. Rata-rata produksi padi semakin tahun mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit peningkatannya. Tetapi ada pula yang megalami penurunan, penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti pupuk yang kurang ataupun kelebihan pupuk, terserang hama dan faktor cuaca yang selalu berubah-ubah sehingga dapat menurunkan produksi tanaman padi tersebut.
Kabupaten Gunungkidul juga terkenal dengan kesuburannya sehingga dapat dilihat pula selain produksi padi yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tanaman palawija yang lain juga mengalami peningkatan seperti jagung hasil produksinya meningkat dari tahun 2013 sebesar 207.623 dan naik pada tahun
(1)
Hasil Uji Error Correction Model (ECM) atau Jangka Pendek
Dependent Variable: D(LOG(PP)) Method: Least Squares
Date: 02/22/17 Time: 11:34 Sample (adjusted): 1983 2015
Included observations: 33 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.000918 0.001026 0.895073 0.3784
D(LOG(LP)) 0.095388 0.013838 6.893344 0.0000 D(LOG(JP)) 0.062569 0.051493 1.215094 0.2345 D(LOG(HB)) 0.007716 0.004521 1.706778 0.0989 ECT(-1) -0.987248 0.166086 -5.944188 0.0000
R-squared 0.710099 Mean dependent var 0.002377 Adjusted R-squared 0.668685 S.D. dependent var 0.009018 S.E. of regression 0.005191 Akaike info criterion -7.545202 Sum squared resid 0.000754 Schwarz criterion -7.318459 Log likelihood 129.4958 Hannan-Quinn criter. -7.468910 F-statistic 17.14620 Durbin-Watson stat 1.498642 Prob(F-statistic) 0.000000
(2)
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.946979 Prob. F(2,26) 0.1630
Obs*R-squared 4.298549 Prob. Chi-Square(2) 0.1166
Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/22/17 Time: 11:48 Sample: 1983 2015
Included observations: 33
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.000140 0.000996 -0.140720 0.8892
D(LOG(LP)) 0.007427 0.014139 0.525267 0.6038 D(LOG(JP)) -0.026847 0.054224 -0.495114 0.6247 D(LOG(HB)) 0.000949 0.004423 0.214507 0.8318 ECT(-1) -0.374363 0.259946 -1.440155 0.1618 RESID(-1) 0.620098 0.319899 1.938415 0.0635 RESID(-2) -0.023574 0.204103 -0.115499 0.9089 R-squared 0.130259 Mean dependent var -6.77E-19 Adjusted R-squared -0.070450 S.D. dependent var 0.004855 S.E. of regression 0.005023 Akaike info criterion -7.563550 Sum squared resid 0.000656 Schwarz criterion -7.246109 Log likelihood 131.7986 Hannan-Quinn criter. -7.456741 F-statistic 0.648993 Durbin-Watson stat 1.858925 Prob(F-statistic) 0.690508
(3)
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.620109 Prob. F(14,18) 0.8157
Obs*R-squared 10.73741 Prob. Chi-Square(14) 0.7065
Scaled explained SS 7.727288 Prob. Chi-Square(14) 0.9030
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares
Date: 02/22/17 Time: 11:47 Sample: 1983 2015
Included observations: 33
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.71E-05 1.53E-05 1.768830 0.0939
D(LOG(LP)) 0.000164 0.000370 0.441974 0.6638
(D(LOG(LP)))^2 -0.000906 0.001832 -0.494364 0.6270 (D(LOG(LP)))*(D(LOG(JP))) -0.050989 0.068687 -0.742333 0.4675 (D(LOG(LP)))*(D(LOG(HB))) -0.001253 0.001477 -0.847976 0.4076 (D(LOG(LP)))*ECT(-1) -0.011221 0.024502 -0.457939 0.6525
D(LOG(JP)) -0.002200 0.002549 -0.862902 0.3995
(D(LOG(JP)))^2 -0.068549 0.079399 -0.863359 0.3993 (D(LOG(JP)))*(D(LOG(HB))) 0.019569 0.044576 0.438997 0.6659 (D(LOG(JP)))*ECT(-1) 0.384357 0.414033 0.928325 0.3655
D(LOG(HB)) 4.10E-05 0.000202 0.203170 0.8413
(D(LOG(HB)))^2 -0.000168 0.000114 -1.469759 0.1589 (D(LOG(HB)))*ECT(-1) -0.012638 0.011617 -1.087907 0.2910
ECT(-1) 8.20E-05 0.002356 0.034794 0.9726
ECT(-1)^2 0.163257 0.264946 0.616191 0.5455
R-squared 0.325376 Mean dependent var 2.29E-05
Adjusted R-squared -0.199332 S.D. dependent var 3.28E-05 S.E. of regression 3.59E-05 Akaike info criterion -17.32607 Sum squared resid 2.33E-08 Schwarz criterion -16.64584 Log likelihood 300.8802 Hannan-Quinn criter. -17.09720
F-statistic 0.620109 Durbin-Watson stat 1.564111
(4)
Hasil Uji Multikolinearitas
LOG(LP) LOG(JP) LOG(HB)
LOG(LP) 1.000000 -0.409607 0.741936
LOG(JP) -0.409607 1.000000 -0.171747
(5)
Uji Linearitas
Ramsey RESET Test Equation: UNTITLED
Specification: D(LOG(PP)) C D(LOG(LP)) D(LOG(JP)) D(LOG(HB)) ECT(-1)
Omitted Variables: Squares of fitted values
Value df Probability
t-statistic 0.486450 27 0.6306
F-statistic 0.236633 (1, 27) 0.6306 Likelihood ratio 0.287958 1 0.5915
(6)
Uji Normalitas
0 2 4 6 8 10
-0.010 -0.005 0.000 0.005 0.010
Series: Residuals Sample 1983 2015 Observations 33
Mean -6.77e-19 Median -0.000182 Maximum 0.009773 Minimum -0.011744 Std. Dev. 0.004855 Skewness -0.279589 Kurtosis 2.999261
Jarque-Bera 0.429936 Probability 0.806567