SIMULATOR DOULE SURFACE PHOTOTHERAPY

(1)

SIMULATOR DOULE SURFACE

PHOTOTHERAPY

TUGAS AKHIR

Oleh

BAYU SETYAWAN

NIM. 20133010041

PROGRAM STUDI

D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

POLITEKNIK MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

Diajukan Kepada Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.)

Program Studi D3 Teknik Elektromedik

Oleh

BAYU SETYAWAN

NIM. 20133010041

PROGRAM STUDI

D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

POLITEKNIK MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

v

PERNYATAAN

Penulis menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diaujukan untuk memperoleh derajat profesi ahli madya atau gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 25 Agustus 2016

Yang menyatakan,


(4)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Simulator Double Surface Phototherapy”. Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi D3 Teknik Elektromedik Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, bersama para sahabat yang telah berjuang keras dengan semangat dakwah islam dan ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat merasakan zaman yang penuh dengan peradaban islam dan ilmu pengetahuan. Semoga para sahabat, keluarga dan kita sebagai umat Muhammad SAW, mendapatkan syafa’atnya di yaumil Qiyamah.

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini penulis telah mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr.Sukamta, S.T., M.T. selaku Direktur Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta dan Tatiya Padang Tunggal, S.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Elektromedik Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta yang memberikan izin kepada penulis untuk belajar.

2. Bambang Giri Atmaja, SST. selaku dosen pembimbing utama, dan Nur Hudha Wijaya, S.T., selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah dengan penuh


(5)

vii

kesabaran dan ketulusan memberikan ilmu dan bimbingan terbaik kepada penulis.

3. Para Dosen Program Studi Teknik Elektromedik Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis.

4. Seluruh staff, karyawan dan dosen-dosen pembantu di Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta, terutama Prodi Teknik Elektromedik yang selalu memberikan bantuan dikala penulis menemui kesulitan tentang perkuliahan, dan telah memberikan dorongan semangat untuk kuliah.

5. Keluarga, terutama orang tua yaitu Ibu dan Bapak atas kasih sayang, do’a, dukungan, dan bimbingan yang tidak pernah ada kata lelah dan bosan. “Terima kasih telah menjadi panutan, menjadi guru, merawat tanpa pamrih dari penulis lahir sampai waktu sekarang ini”.

6. Kepada kekasih tercinta Eka Puspita Sari, yang selalu memberikan motivasi dan support sangat besar bagi penulis agar cepat dalam menyelesaikan tugas akhir ini, dan juga selalu memberikan dorongan, bantuan demi terselesaikanya tugas akhir penulis dengan cepat.

7. Seluruh Teman-teman angkatan 2013 dan TEM-B 013 (Rahayu Suci A, Fajar Ahmad, Muhammad Nasrulah, Innes D P, Flamy Puspa, Hasti ningsih, Miladdina Tribuana, Shohifah Nurul Imnani, Ika Nurcahyani, Muhammad Deni Setyawan, Dian Lutfi, Deliana Harun, Dyannova, Riski wulandari, Abdul Haris, Angger Maharesi, Diah Ayu, Wiharja, Bambang) Teknik Elektromedik Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta yang banyak memberikan


(6)

masukan-masa depannya, yang juga selalu memberikan saran, dorongan, dukungan kepada penulis. Semangat dan jangan menyerah sebelum perang, manfaatkan waktu sebaik-baiknya, walaupun itu hanya satu detik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu semua jenis saran, kritik dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Yogyakarta, Agustus 2016


(7)

ix

MOTTO

1. Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi orang lain, walaupun dia terlihat lebih baik dari kita.

2. Tiada doa, dan usaha yang lebih indah selain doa agar Tugas Akhir ini cepat selesai.

3. Pantang menyerah walaupun banyak cobaan dari pembuatan modul tugas akhir ini.

4. Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan.Istiqomah dalam menghadapi cobaan.


(8)

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

PERN YATAAN ...v

KATA PENGAN TAR ... vi

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL... xv

ABSTRAK... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Batasan Masalah... 2

1.3. Rumusan Masalah ... 2

1.4. Tujuan... 3

1.4.1. Tujuan Umum... 3

1.4.2. Tujuan Khusus ... 3

1.5. Manfaat... 3

1.5.1. Mafaat Teoritis ... 3

1.5.2. Manfaat Praktis... 3


(9)

xi

2.1. Penelitian Terdahulu ... 4

2.2. Bayi Kuning ... 7

2.3. Mekanisme Terjadi Penyakit... 8

2.4. Patofisiologi ... 9

2.5. Penanganan Bayi Kuning ... 10

2.6. Microcontroller ... 12

2.6.1. Arsitektur ATMEGA8535 ... 13

2.6.2. Konfigurasi Pin ATMega8535... 14

2.6.3. Deskripsi Microcontroller ATMega8535 ... 15

2.7. LCD 2x16 ... 16

2.8. Trafo Ballas ... 18

2.9. Sensor LDR ... 19

2.10. Hourmeter ... 20

2.11. Lampu... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Diagram Blok Sistem ... 22

3.2. Diagram Alir ... 23

3.3. Diagram Mekanisme Alat ... 24

3.4. Perakitan Rangkaian Minimum Sistem... 25

3.5. Perakitan Rangkaian Driver Lampu... 27

3.6. Perakitan Power Supply ... 29

3.7. Perakitan LDR ... 31


(10)

4.2. Cara Kerja Alat... 39

4.3. Variabel Penelitian ... 39

4.3.1. Variabel Independen(Bebas) ... 39

4.3.2. Variabel Dependen (Tergantung) ... 39

4.3.3. Variabel Terkendali (kontrol)... 39

4.4. Pengujian Sistem ... 40

4.4.1. Teknik Pengujian dan Pengukuran ... 40

4.4.2. Hasil pengukuran ... 40

4.5. Analisis ... 41

4.5.1. Analisis pengukuran timer dngan stopwatch waktu 6 jam ... 41

4.5.2. Analisis pengukuran timer dngan stopwatch waktu 12 jam ... 43

4.5.1. Analisis pengukuran timer dngan stopwatch waktu 18 jam ... 45

4.5.2. Analisis pengukuran timer dngan stopwatch waktu 24 jam ... 47

BAB V PENUTUP ... 50

5.1 Kesimpulan... 50

5.2 Saran ... 51


(11)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 IC Microcontroller ATMega 8535 ... 12

Gambar 2.2 Pin-pin ATMega 8535 ... 13

Gambar 2.3 LCD 2X16 ... 17

Gambar 2.4 Trafo... 18

Gambar 2.5 Sensor LDR ... 19

Gambar 3.1 Diagram Blok... 22

Gambar 3.2 Diagram alir ... 23

Gambar 3.3 Diagram Mekanis... 24

Gambar 3.4 Sistematik Minimum System ... 25

Gambar 3.5 Layout Minimum System ... 26

Gambar 3.6 Minimum System ... 26

Gambar 3.7 Sistematik Rangkaian Driver Lampu ... 27

Gambar 3.8 Layout Driver Lampu ... 28

Gambar 3.9 Driver Lampu ... 28

Gambar 3.10 Sistematik Power Supply ... 29

Gambar 3.11 Layout Power Supply ... 30

Gambar 3.12 Power Supply ... 30

Gambar 3.13 Sistematik LDR ... 31

Gambar 3.14 Layout LDR ... 32

Gambar 3.15 LDR ... 32


(12)

Gambar 3.15 Centang interrupt dan ubah value ... 36 Gambar 4.1 Alat Simulator Double Surface Phototherapy ... 38


(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses alamiah bayi kekuningan... 7

Tabel 2.2 Penyakit pada bayi kekuningan ... 8

Tabel 2.3 Fitur periperal ... 13

Tabel 3.1 Alat dan bahan perakitan Minimum System... 25

Tabel 3.2 Alat dan bahan perakitan driver lampu ... 27

Tabel 3.3 Alat dan bahan perakitan power supply... 29

Tabel 3.4 Alat dan bahan perakitan LDR... 31

Tabel 4.1 Hasil pengukuran pada tampi;an dengan stopwatch... 40

Tabel 4.2 Test poin driver lampu ... 41

Tabel 4.3 Uji coba LDR ... 41

Tabel 4.4 Test poin driver buzzer ... 41

Tabel 4.5 Hasil penelitian ... 49


(14)

(15)

(16)

cahaya, dan area permukaan bayi yang terkena sinar fototerapi.”Simulator Double Surface Phototherapy” merupakan salah satu alat foto terapi yang memiliki keunggulan yaitu dengan penyinaran dari dua sisi, permukaan atas bayi dan bawah bayi. Sehingga area permukaan yang tersinari cahaya maka semakin luas.

Spectrum cahaya didapat dari tiga buah lampu bluelight, 2 di bagian atas dan 1 bi bagian bawah dengan jarak penyinaran 10 cm dari bawah permukaan tubuh bayi dan 35 cm dari permukaan atas bayi. Alat ini memiliki empat pilihan waktu terapi yaitu 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam yan di pilih melalui tombol up dan down.

”Simulator Double Surface Phototherapy” ini menggunakan alat ukur stopwatch untuk mengetahui keakuratan waktu penyinaran. Nilai error yang didapat dari pengukuran pewaktu adalah sebesar 0,07 pada 6 jam 0,08, pada 12 jam, 0,09 pada 18 jam, 0,1 pada 24 jam. Berdasarkan hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa alat ”Simulator Double Surface Phototherapy”bisa di gunakan.


(17)

ii

ABSTRACT

Phototherapy is a treatment method for treating jaundice or Hiperbilirubin. The effectiveness of phototherapy depends on three factors: the spectrum of light, the energy output of the light, and infans in areas exposed to phototherapy. "Simulator Double Surface Phototherapy" is one means of photo therapy has the advantage that the radiation from the two sides, the top surface of infant and under baby. So that the surface area of light illuminated the more spacious.

Spectrum of light obtained from three lamps bluelight, two at the top and one bi bottom with irradiation distance of 10 cm from the bottom surface of the baby's body and 35 cm from the top surface of the baby. This tool has four options of therapy time is 6 hours, 12 hours, 18 hours and 24 hours yan selected via buttons up and down.

"Double Surface Phototherapy Simulator" uses a stopwatch measuring tool to determine the accuracy of exposure time. Values obtained from measurement error timer is equal 0,07 to 6 hours, 0,08 at 12 hours, 0,09 at 18 hours, 0,1 at 24 hours. Based on the measurement results can be concluded that the tool "Simulator Double Surface Phototherapy" can be used.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hyperbilirubin adalah suatu penyakit saat kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilai lebih tinggi dari normal. Hal ini dikarenakan pada minggu-minggu pertama produksi bilirubin bayi akan meningkat. Bilirubin adalah pigmen kekuningan yang dilepaskan ketika sel-sel darah merah dipecah. Bilirubin diproses dan dikeluarkan oleh hati. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini merupan proses normal yang terjadi pada kehidupan manusia. Siklus sel darah merah pada bayi lebih pendek dari pada orang dewasa, ini berati lebih banyak bilirubin yang dilepaskan oleh organ hati bayi. Organ hati pada bayi terkadang masih belum cukup matang untuk mengatasi jumlah bilirubin yang berlebihan. Bilirubin yang berlebih yang tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh kemudian berkumpul di jaringan bawah kulit bayi sehingga menimbulkan warna kunig pada kulit yang disebut Hiperbilirubin (Dennery AP, seid Man DM, Stevenson KD).

Phototherapy adalah terapi dengan menggunakan penyinaran sinar dengan intensitas tinggi yaitu 425-475 nm (biasa terlihat sebagai sinar biru) untuk menghilangkan bilirubin tak langsung dalam tubuh(mantrinews2011). Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan phototherapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air


(19)

2

tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat sehingga menimbulkan resiko yang lebih fatal.

Sejalan dengan perkembangan teknologi maka dibuatkan alat foto terapi dengan menggunakan lampu blue light. Biasanya Phototherapy hanya untuk menyinari satu sisi saja, sehingga harus membalik badan bayi selama 6 jam sekali untuk menggapai seluruh bagian tubuh. Agar penyinaran menjangkau bagian seluruh bagian bayi maka lampu tersebut di letakkan di atas dan di bawah tubuh bayi, agar menjangkau seluruh bagian tubuh dan lebih efisien. Dengan alasan itu penulis akan membuat alat “SIMULATOR DOUBLE SURFACE PHOTOTHERAPY sebagai tugas akhir diploma III. 1.2. Batasan Masalah

Agar dalam pembahasan alat tidak terjadi pelebaran masalah dalam pembahasan, penulis membatasi pokok-pokok batasan permasalahan yang aan dibahas yaitu :

1. Penulis menggunakan 3 buah lampu blue light dengan pemasangan 2 buah lampu di bagian atas dan 1 buah lampu di bagian bawah .

2. Waktu yang ditentukan untuk terapi maksimal selama 24 jam 3. Tampilan timer dengan menggunakan LCD

1.3. Rumusan Masalah

Dapatkah dibuat alat Simulator Double Surface Phototherapy mengetahui life time lampu dengan presisi menggunakan hoursmeter?


(20)

1.4. Tujuan

1.4.1.Tujuan Umum

Mendesain dan membuat alat simulasi alat terapi Double Surface Phototherapy unit.

1.4.2.Tujuan Khusus

Dengan acuan permasalahan diatas, maka secara oprasional tujuan khusus pembuatan alat ini antara lain :

1. Membuat rangkaian microcontroler 2. Membuat driver lampu

3. Membuat software/program timer dan push button

1.5. Manfaat

1.5.1.Mafaat Teoritis

Meningkatkan wawasan pengetahuan dibidang alat-alat kesehatan, terutama pengaplikasian, penyempurnaan dan mendesain alat.

1.5.2.Manfaat Praktis

Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat memudahkan user dalam melakukan pekerjaan dan menyesuaikan tugas dengan cepat, efisien waktu, dan aman.


(21)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan fototerapi intensif sebagai fototerapi yang mengunakan intensitas sinar sedikitnya 30 μW/cm2/nm sampai 40 μW/cm2/nm dan panjang gelombang yang dapat mencakup seluruh permukaan tubuh neonatus. Intensitas sinar dapat ditingkatkan dengan pemberian fototerapi ganda atau double fototerapi. Hal ini dapat dicapai dengan meletakkan sumber sinar di atas dan di bawah neonatus. Penggunaan fototerapi intensif dapat menurunkan kadar bilirubin 30% sampai 40 % atau bilirubin serum total 1 sampai 2 mg/dL dalam waktu 4 sampai 6 jam (Repository, 2015).

Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya (iradiasi), luas permukaan tubuh, ketebalan kulit dan pigmentasi, lama paparan cahaya, kadar bilirubin total saat awal fototerapi. Fototerapi yang intensif seharusnya dapat menurunkan kadar bilirubin total serum 1-2 mg/dL dalam 4-6 jam, sehingga kadar bilirubin harus dimonitor setiap 4-12 jam. Pemeriksaan kadar bilirubin pada neonatus hiperbilirubinemia yang mendapat fototerapi di dilakukan tiap 12-24 jam. Semakin lama fototerapi semakin cepat penurunan kadar bilirubin, namun perlu diperhatikan efek samping yang dapat timbul berupa eritema, kerusakan oksidasi, dehidrasi (kehilangan cairan transepidermal), hipertermi, diare dan kerusakan retina.


(22)

Selama ini belum ada penelitian yang membahas lama pemberian fototerapi yang optimal untuk menurunkan kadar bilirubin (Eprints, 2016).

Intensitas yang dicapai menentukan efektivitas fototerapi, semakin tinggi intensitas sinar maka semakin cepat penurunan kadar bilirubin serum. Intensitas sinar lebih tinggi pada fototerapi menggunakan tirai putih dari pada tanpa menggunakan tirai. Penelitian yang dilakukan di Kelantan, Malaysia memberikan hasil peningkatan intensitas sinar yang signifikan pada fototerapi tunggal menggunakan tirai putih pemantul sinar dibanding dengan fototerapi tunggal tanpa tirai. Fototerapi ganda dengan menggunakan dengan menggunakan lampu blue light (panjang gelombang 430-490 nm) dengan intensitas 30 uW/cm2 (diperiksa dengan radiometer, atau diperkirakan dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar dan kulit bayi yang terpajan lebih luas) sangat efektif menurunkan kadar bilirubin (Saripediatri 2016). Hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi lumirubin dan intensitas sinar. Pada penelitian kami didapati perbedaan intensitas sinar yang signifikan pada fototerapi menggunakan tirai dengan fototerapi ganda di awal, 12 jam dan 24 jam fototerapi. Intensitas sinar yang dihasilkan dari fototerapi ganda lebih dari dua kali lipat intensitas sinar yang dihasilkan pada fototerapi yang menggunakan tirai putih pemantul sinar. Penelitian uji klinis acak di Thailand mendapatkan fototerapi ganda lebih aman dan efektif menurunkan kadar bilirubin dibandingkan fototerapi tunggal. Fototerapi ganda merupakan model alternatif untuk fototerapi intensif yang sangat efektif, ekonomis dan mudah


(23)

6

digunakan. Hasil yang sama dijumpai pada penelitian yang dilakukan di Amerika dengan menggunakan fototerapi ganda terbukti lebih aman dan efektif dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan fototerapi tunggal dan selama penelitian tidak dijumpai efek samping. Didapatkan pola penurunan kadar bilirubin yang bermakna setelah fototerapi selama 12 dan 24 jam pada kelompok fototerapi ganda dibandingkan dengan kelompok fototerapi tunggal yang menggunakan tirai. Namun penurunan kadar bilirubin pada kelompok fototerapi ganda tidak sebanding dengan intensitas sinar yang dihasilkan yang mencapai lebih dari dua kali lipat intensitas sinar kelompok fototerapi yang menggunakan tirai putih pemantul sinar (Saripediatri, 2016).

Penulis mengamati alat phototherapy di sebuah rumah sakit di DIY yang hanya single terapi yang artinya dengan metode penyinaran dari sisi atas saja. Kelebihan alat ini adalah dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah bayi. Kekurangan alat ini adalah alat ini tidak mempunyai control dan hanya bisa menyinari bayi dari atas saja.

Dengan bebrapa kelebihan dan kekurangan dalam beberapa jurnal penelitian, penulis akan memberikan suatu solusi alat yang sudah ada dan di kembangkan agar waktu penyinaran lebih efisien karena menggunakan fototerapi ganda dan penulis menggunakan pewaktu 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam karena penulis bertanya kepada bidan di sebuah klinik di DIY yang sering menggunakan fototerapi dan harus membolak balik bayi dan mengecek kadar bilirubin pada bayi.


(24)

2.2. Bayi Kuning

Bayi kuning atau jaundice adalah keadaan dimana tingginya kadar bilirubin dalam darah dan terjadi pada minggu pertama kehidupan bayi. Kadar bilirubin dalam darah bersifat toksik (racun) bagi perkembangan sistem saraf pusat bayi, hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang tidak bisa diperbaiki lagi. Oleh karena itu, butuh penanganan dokter dengan segera dan tepat. Hampir 60-70% bayi yang baru lahir akan terlihat kuning pada minggu pertama setelah lahir (klinik anak online, 2009). Sekitar 5-10% dari mereka membutuhkan penanganan khusus karena kadar bilirubinnya yang secara signifikan tinggi, sehingga dibutuhkan fototerapi.

Kuning pada bayi adalah suatu masalah yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir dan kuning pada bayi baru lahir terkadang sulit untuk mendeteksi atau menilai secara benar. Secara umum penilaian kuning bisa dilihat pada warna putih mata dan kulit yang berwarna kekuning-kuningan. Warna kekuning-kuningan ini dapat dilihat dengan lebih jelas apabila kulit bayi ditekan lembut, biasanya tampak kelihatan kekuningan.

Warna kekuningan pada bayi baru lahir adakalanya merupakan keadaan alamiah (fisiologis) dan adakalanya menggambarkan suatu penyakit (payologis). Disebut alamiah jika, warna kekuningan muncul pada hari kedua atau ke empat setelah kelahiran, dan berangsur menghilang (paling lama) setelah 10 hingga 14 hari. Ini terjadi karena fungsi hati belum sempurna dalam memproses sel darah merah. Selain itu, pada pemeriksaan


(25)

8

laboratorium kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi batas yang ditetapkan.

Tabel 2.1 Proses alamiah bayi kekuningan

No Kekuningan bayi baru lahir karena proses alamiah 1 Warna kekuningan terlihat pada hari kedua sampai keempat. 2 Secara kasat mata bayi masih terlihat sehat

3 Warna kekuningan berangsur hilang setelah 10-14 hari 4 Kadar bilirubin dalam darah kurang dari 12 mg.

Tabel 2.2 penyakit pada bayi kekuningan

No Penyakit pada bayi kekuningan

1 Warna kekuningan napak pada bayi sebelum umur 36 jam. 2 Warna kekuningan cepat menyebar kesekujur tubuh bayi. 3 Warna kekuningan lebih lama menghilang, biasanya lebih dari

2 minggu.

4 Adakalanya disertai dengan kulit memucat.

5 Kadar bilirubin melebihi 10 mg pada neonates cukup bulan atau lebih 12 mg pada bayi premature.

2.3. Mekanisme Terjadi Penyakit

Pada dasarnya warna kekuningan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain:

1. Proses pemecahan sel darah merah yang berlebihan. 2. Gangguan proses transportasi bilirubin.


(26)

4. Gangguan proses pengeluaran bilirubin bersama air.

Hal lain yang berpengaruh adalah pembuangan sel darah merah yang sudah tua atau rusak dari aliran darah dilakukan oleh empedu. Selama proses tersebut berlangsung. Hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Bilirubin kemudian dibawa ke dalam hati dan di buang kedalam usus sebagai bagian dari empedu. Gangguan dalam pembuangan mengakibatkan penumpukan bilirubin dalam aliran darah yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang menimbulkan perubahan warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran darah tersebut. Kadar bilirubin akan menumpuk bila produksinya melampaui metabolisme dan eksresinya.

2.4. Patofisiologi

Bilirubin normal dibersihkan dari tubuh dengan konjugasi hepatik dengan asam glukoronat dan dihilangkan dalam empedu dalam bentuk bilirubin glukoronat. Ikterik neonatus berkembang dari defisiensi konjugasi sementara (eksarserbasi pada bayi preterm) digabung dengan peningkatan pemecahan sel darah merah. Kondisi patologik yang dapat meningkatkan produksi bilirubin meliputi isoimunisasi, kelainan hemolitik diturunkan, dan ekstravasasi darah (misal dari memar dan cephalhematoma). Kelainan genetik konjugasi bilirubin, khusus sindrom Gillbert yang berkontribusi pada hiperbilirubinemia neonatus. Sebagian besar bayi sehat yang beresiko terjadi hiperbilirubinemia adalah bayi kurang bulan dan yang tidak disusui


(27)

10

ASI baik. Penyusuan ASI dan asupan kalori yang buruk dipikirkan dapat menyebabkan peningkatan sirkulasi Bilirubin enterohepatik.

2.5. Penanganan Bayi Kuning

Pada dasarnya pengobatan dilakukan untuk mengurangi bilirubin pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:

2.5.1 Terapi Sinar

Fototerapi dilakukan dengan cara menyinari bayi dengan lampu yang memancarkan spektrum cahaya hijau-biru dengan panjang gelombang antara 400-500 nm (Repository, 2015). Pada prosesnya penyinaran yang baik dilakukan adalah dengan memaparkan sinar ke seluruh bagian tubuh bayi. Jika hasil pemeriksaan dokter menyatakan kadar bilirubin sudah turun dan berada di bawah amabang batas bahaya, maka proses terapi sudah dapat dihentikan.

2.5.2 Terapi Tranfusi

Terapi ini dilakukan apabila kadar biliruin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih setelah dilakukan fototerapi (Repository,2015). Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak. Efek inilah yang harus di waspadai karena anak bisa mengalami gangguan perkembangan, misalnya keterbelakangan mental, gangguan motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu darah bayi yang sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang


(28)

bersumber dari darah yang dimasukan ke dalam tubuh bayi. Meski demikian, terapi tranfusi terbilang lebih efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.

2.5.3 Terapi Obat-Obatan

Misalnya, obat phonobarbital atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah menjadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak membail maka terapi ini akan dikurangi bahkan dihentikan. Efek samping dari metode ini adalah mengantuk. Akibatnya bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar bilirubin dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Efek terapi obat-obatan akan muncul setelah 3 hari pemberian obat sehingga terapi ini bukan pilihan tama untuk menangani hiperbilirubin.

2.5.4 Menyusui bayi dengan ASI

Bilirubin juga bisa pecah apabila bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecil. Akan tetapi pemberian ASI huga harus di bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus,


(29)

12

ASI justru meningkatkan kadar bilirubin bayi. Di dalam ASI terdapat hormon pregnandiol yang dapat mempengaruhi kadar bilirubinnya. 2.6. Microcontroller

Microcontroller adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu serpih (chip). Microcontroller lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau berisikan ROM (Read-Only Memory), RAM (Read-Write Memory), beberapa bandar masukan maupun keluaran, dan beberapa peripheral seperti pencacah/pewaktu, ADC (Analog to Digital converter), DAC (Digital to Analog converter) dan serial komunikasi.

Gambar 2.1 IC Microcontroller ATMega 8535

Salah satu microcontroller yang banyak digunakan saat ini yaitu microcontroller AVR. AVR adalah microcontroller RISC (Reduce Instuction Set Compute) 8 bit berdasarkan arsitektur Harvard. Secara umum microcontroller AVR dapat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan secara internal microcontroller ATMega8535 terdiri atas unit-unit fungsi-fungsi Arithmetic and Logical Unit (ALU), himpunan register kerja, register dan dekoder


(30)

instruksi, dan pewaktu beserta komponen kendali lain. Berbeda dengan mikroprosesor, microcontroller menyediakan memori dalam serpih yang sama dengan prosesor (iswanto, 2008).

2.6.1.Arsitektur ATMEGA8535

Microcontroller ini menggunakan arsitektur Harvard yang memisahkan memori program dari memori data, baik bus alamat maupun bus data, sehingga pengaksesan program dan data dapat dilakukan secara bersamaan (concurrent). Secara garis besar microcontroller ATMega8535 terdiri dari :

1. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16 Mhz.

2. Memiliki kapasitas Flash memori 16 Kbyte, EEPROM 512 Byte, dan SRAM 1 Kbyte

3. Saluran I/O 32 buah, yaitu Bandar A, Bandar B, Bandar C, dan Bandar D.

4. CPU yang terdiri dari 32 buah register. 5. User interupsi internal dan eksternal.

6. Bandar antarmuka SPI dan Bandar USART sebagai komunikasi serial.

7. Fitur Peripheral Tabel 2.3 Fitur Periperal

No Fitur peripheral

1 Dua buah 8-bit timer/counter dengan prescaler terpisah dan mode compare


(31)

14

No Fitur peripheral

2 Satu buah 16-bit timer/counter dengan prescaler terpisah, mode compare, dan mode capture

3 Empat kanal PWM dan Antarmuka komparator analog

4 8 kanal, 10 bit ADC

5 Byte-oriented Two-wire Serial Interface 6 Watchdog timer dengan osilator internal.

2.6.2.Konfigurasi Pin ATMega8535

Konfigurasi Pin microcontroller Atmega16 dengan kemasan 40-Pin dapat dilihat pada Gambar di bawah. Dari gambar tersebut dapat terlihat ATMega8535 memiliki 8 Pin untuk masing-masing PORTA, PORTB, PORTC, PORTD


(32)

2.6.3.Deskripsi Microcontroller ATMega8535

1. VCC dan GND berfungsi sebagai inputan atau tegangan yang menyuplai microcontroller agar bisa bekerja dengan inputan sebesar +5 volt dan ground.

2. PORTA (PA7..PA0) berfungsi sebagai input analog pada konverter A/D. PORTA juga sebagai suatu bandar I/O 8-bit dua arah, jika A/D konverter tidak digunakan. Pin-Pin PORT dapat menyediakan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk masing-masing bit). PORTA output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan sink tinggi dan kemampuan sumber. Ketika pena PA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal ditarik rendah, pena–pena akan memungkinkan arus sumber jika resistor internal pull-up diaktifkan. Pin PORTA adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

3. PORTB (PB7..PB0) adalah suatu PORT I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). PORTB output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin PORTB yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin PORTB adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.


(33)

16

4. PORTC (PC7..PC0) adalah suatu PORT I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). PORTC output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan sink tinggi dan kemampuan sumber.

5. PORTD (PD7..PD0) adalah suatu PORT I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk beberapa bit). PORTD output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin PORTD yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin PORTD adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

6. RESET (Reset input) 7. XTAL1 (Input Oscillator) 8. XTAL2 (Output Oscillator)

9. AVCC adalah pena penyedia tegangan untuk bandar A dan Konverter A/D.

10. AREF adalah pena referensi analog untuk konverter A/D. 2.7. LCD 2x16

LCD (Liquid Cristal Display) berfungsi untuk menampilkan karakter angka, huruf ataupun simbol dengan lebih baik. LCD dot matrik M1632

merupakan modul LCD buatan hitachi. Modul LCD dot matrik M1632


(34)

karakter dan bagian sistem prosesor LCD dalam bentuk modul dengan

microcontroller yang diletakan dibagian belakan LCD tersebut yang berfungsi untuk mengatur tampilan LCD serta mengatur komunikasi antara

LCD dengan microcontroller yang menggunakan modul LCD tersebut. LCD

M1632 merupakan modul LCD dengan tampilan 2×16 (2 baris x 16 kolom) dengan konsumsi daya rendah (ilearning.me, 2015).

Gambar 2.3 LCD 2x16

2.7.1 Fungsi Pin LCD (Liquid Cristal Display) Dot Matrix 2×16 M1632

1. DB0 – DB7 adalah jalur data (data bus) yang berfungsi sebagai jalur komunikasi untuk mengirimkan dan menerima data atau instruksi dari microcontroller ke modul LCD.

2. RS adalah pin yang berfungsi sebagai selektor register (register sellect) yaitu dengan memberikan logika low (0) sebagai register

perintah dan logika high (1) sebagai register data.

3. R/W adalah pin yang berfungsi untuk menentukan mode baca atau tulis dari data yang terdapat pada DB0 – DB7. Yaitu dengan memberikan logika low (0) untuk fungsi read dan logika high (1) untuk modewrite.


(35)

18

4. Enable (E), berfungsi sebagai Enable ClockLCD, logika 1 setiap kali pengiriman atau pembacaan data.

2.8. Trafo Ballas

Pada kondisi tertentu tegangan sumber AC normal tidak mampu untuk melakukan start pada lampu, maka digunakan trafo ballast untuk menaikan tegangan untuk membangkitkan gas-gas yang ada di dalam tabung lampu supaya ionisasi bisa terjadi. Edward (1983) mengemukakan bahwa ballast elektik adalah jenis ballast yang menggunakan rangkaian komponen aktif dan pasif dalam pengoprasian trafo tersebut. Prinsip kerja ballast PLN menjadi tegangan listrik AC 220 volt PLN menjadi tegangan AC 220 volt PLN menjadi Tegangan AC 500 volt-800 volt dengan frekuensi 20-60 KHz untuk menyalakan lampu (elektronika dasar, 2015).

Gambar 2.4 Trafo Ballast

kelebihan ballast dibandingkan model biasa ialah :

1. mengurangi berat total dari lampu, sehingga lampu lebih ekonomis. 2. Menghilangkan venomena lampu berkedip.


(36)

3. Mengurangi noise suara yang terjadi pada ballast. 4. Mampu mengontrol tegangan dan arus akurat.

5. Mempersingkat waktu yang di butuhkan untuk start dan restart lampu. 2.9. Sensor LDR

Gambar 2.5 Sensor LDR

Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis resistor yang nilai hambatan atau nilai resistansi tergantung pada intensitas cahaya yang diterima oleh sensor. Nilai hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai hambatan akan menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Fungsi LDR adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (kondisi terang) dan hambatan arus listrik arus listrik dalam kondisi terang (teknik elektronika, 2015).

Naik turun nilai Hambatan akan sebanding dengan jumlah cahaya yang diterima. Nilai Hambatan LDR akan mencapai 200 Kilo Ohm (kΩ) pada kondisi gelap dan menurun menjadi 500 Ohm (Ω) pada Kondisi Cahaya Terang.


(37)

20

LDR (Light Dependent Resistor) yang merupakan Komponen Elektronika peka cahaya ini sering digunakan atau diaplikasikan dalam Rangkaian Elektronika sebagai sensor pada Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur, Rangkaian Anti Maling, Shutter Kamera, Alarm dll.

2.10. Hourmeter

Hourmeter adalah salah satu penghitung waktu yang menggunakan tegangan AC sebagai suplply. Hourmeter berfungsi untuk menunjukan jumlah lama pemakaian lampu (glosrium, 2015).

2.11. Lampu

Blue light therapy bertujuan untuk mengendalikan kadar Bilirubin serum agar tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan ensefalopati bilirubin atau kernikterus.

Bila bayi kuning memerlukan terapi untuk menurunkan kadar bilirubin nya, maka salah satu terapinya adalah dengan fototerapi berupa penyinaran bayi dengan lampu TL sinar biru atau blue light. Pada terapi secara alami maka bayi dijemur dengan sinar matahari pagi (dibawah jam 10 pagi).

Perlu diperhatikan bahwa sinar biru itu berbeda dengan sinar ultraviolet. sinar ultraviolet bahkan merusak kulit, sebetulnya sinar biru juga tidak bagus bila kena mata, makanya ketika dilakukan dengan sinar biru ini mata bayi harus ditutup dengan kain (biasanya kain dengan lapisan karbon). demikian juga bagian alat vital bayi harus ditutup.


(38)

Bila anda ingin melakukan fototerapi di rumah belilah lampu TL (bukan lampu bohlam) jenis sinar biru (bukan lampu ultraviolet, lampu ultraviolet biasanya digunakan untuk mendeteksi uang palsu). lampu TL sinar biru atau blue light dikenal juga dengan lampu TL bayi. warnanya putih tetapi sinarnya biru , berbeda dengan sinar ultra violet yang fisik lampunya juga berwarna ungu.

Jenis lampu yang sering diapakai untuk terapi bayu kuning adalah Lampu TL philips 20W/52. sedangkan untuk dudukan dan balasnya bisa memakai balas lampu TL biasa.


(39)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Blok Sistem

Tegangan PLN AC 220 akan diturunkan dengan menggunakan trafo step down untuk memberikan tegangan ke seluruh rangkaian. Timer ditentukan dengan menggunakan tombol UP dan DOWN dengan pilihan waktu selama 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam. Waktu terapi akan ditampilkan pada display LCD. Kemudian tekan tombol start untuk memulai proses terapi. Microcontroller akan mengirimkan data untuk mengaktifkan driver lampu. Dan sensor pun menerima cahaya sehingga hourmeter bekerja. Kemudian timer akan menghitung sesuai waktu yang ditentukan. Saat waktu sudah habis maka driver lampu akan dimatikan oleh microcontroller dan akan mengaktifkan buzzer sebagai pertanda waktu habis.

Gambar 3.1 Diagram Blok UP

DOWN

ENTER

RESET

Microcontroller

LCD

BUZZE R

DRIVER LAMPU

HOURMETER

SENSOR LDR


(40)

3.2. Diagram Alir

ketika On ditekan, pertama kali mikro akan memulai inisialisasi, kemudian setting timer waktu melalui tombol-tombol dan waktu akan ditampilkan pada LCD. Saat tombol ditekan maka lampu menyala, dan sensor LDR mendeteksi cahaya dari lampu lalu hourmeter bekerja, dan timer aktif dan bekerja. Ketika timer habis maka lampu akan mati dan sensor LDR tidak dapat cahaya maka akan mematikan hourmeter. Proses terapi selesai.

Gambar 3.2 Diagram Alir Inisialisasi

Push button start

Seting timer

Lampu

Hourmeter

Lampu OFF, buzzer ON,

Sensor LDR mendeteksi

Waktu habis?

Begin

end NO


(41)

24

3.3. Diagram Mekanisme Alat Keterangan :

1. Bagian atas

2. Tempat lampu bagian atas 3. Hourmeter

4. Tempat lampu bagian bawah 5. Tombol

1) UP 2) Down 3) Reset 4) Enter 6. LCD

Gambar 3.3 Diagram Mekanis Alat 70

15

40 75

70


(42)

3.4. Perakitan Rangkaian Minimum Sistem 3.4.1.Alat dan Bahan

Table 3.1 Alat dan bahan perakitan minimum sitem

Alat Bahan

1. Papan PCB 2. Timah 3. Solder

4. Penyedot timah 5. Bor listrik

1. ATMega 8535

2. Kapasitor polan dan non polar 3. Pin sisir

4. Crystal 5. Multitune 6. Push button 7. Resistor

3.4.2.Langkah Perakitan

1. Untuk gambar sistematik rangkaian minimum sistem dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.4 Sistematik Minimum Sistem

Rangkaian power supply ini dalam menentukan R1 dengan cara R=(VS-VL)/L tegangan LED biru di dalam dirangkaian power supply

adalah 4,5 volt untuk tegangan Vs dan arus yang di butuhkan 20 PB0/T0/XCK 1 PB1/T1 2 PB2/AIN0/INT2 3 PB3/AIN1/OC0 4 PB4/SS 5 PB5/MOSI 6 PB6/MISO 7 PB7/SCK 8 RESET 9 XTAL2 12 XTAL1 13 PD0/RXD 14 PD1/TXD 15 PD2/INT0 16 PD3/INT1 17 PD4/OC1B 18 PD5/OC1A 19 PD6/ICP1 20 PD7/OC2 21 PC0/SCL 22 PC1/SDA 23 PC2/TCK 24 PC3/TMS 25 PC4/TDO 26 PC5/TDI 27 PC6/TOSC1 28 PC7/TOSC2 29 PA7/ADC7 33 PA6/ADC6 34 PA5/ADC5 35 PA4/ADC4 36 PA3/ADC3 37 PA2/ADC2 38 PA1/ADC1 39 PA0/ADC0 40 AREF 32 AVCC 30 U1 ATMEGA16 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 X1 CRYSTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 10k LED R2 330

22P 22P 100N


(43)

26

mA=0,020 A. Pengambilan R itu yang mendekati perhitungan tersebut. 2. Setelah sistematik rangkaian jadi, tahap selanjutnya membuat lay out

nya dan ditempelkan ke papan PCB. Untuk gambar lay out minimum sistem pada papan PCB dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.5 Lay Out Rangkaian Minimum Sistem

3. Rakit komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan solder. Untuk gambar minimum sistem dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.6 Minimum Sistem

Rangkaian minimum sistem pada modul ini berfungsi sebegai kontrol kerja modul secara keseluruhan. Cara kerja rangkaian minimum


(44)

sistem ini dengan memanfaatkan kapasitas penyimpanan yang dimiliki oleh IC ATMega 8535. Pada IC ATMega 8535 ini diberi program yang akan mengontrol sistem kerja modul secara keseluruhan. Adapun program yang digunakan pada modul ini adalah program timer sebagai pengendali waktu pada modul.

3.5. Perakitan Rangkaian Driver Lampu 3.5.1.Alat dan bahan

Table 3.2 Alat dan bahan perakitan driver lampu

Alat Bahan

1. Papan PCB 2. Timah 3. Solder

4. Penyedot timah 5. Bor listrik

1. Relay 12 volt 2. IC ULN 2803 3. T-block 4. Pin sisir

3.5.2.Langkah Perakitan

1. Melihat rangkaian sistematik rangksisn driver ULN 2803 dapat dilihat di bawah ini


(45)

28

2. Setelah melihat sistematik rangkaian, tahap selanjutnya membuat layout dan menempelkannya di papan PCB. Untuk gambar layout driver lampu pada papan PCB dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 3.8 Layout Driver Lampu

3. Rakit komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan solder. Untuk gambar minimum sistem dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.9 Driver Lampu

Rangkaian driver pada modul ini berfungsi sebagai kontak dari tegangan DC ke tegangan AC. Prinsip kerjanya dengan memanfaat kan fungsi kerja ULN 2803 kaki satu dari IC mendapat tegangan maka akan mengontak dan menghidupkan Relay 12 VDC dengan kontak AC, dan sebaliknya.


(46)

3.6. Perakitan Power Supply 3.6.1 Alat dan bahan

Table 3.3 Alat dan bahan perakitan power supply

Alat Bahan

1. Papan PCB 2. Timah 3. Solder

4. Penyedot timah 5. Bor listrik

1. Diode 2A 2. Trafo 2 A

3. Kapasitor polar dan non polar 4. IC regulator

5. T-block

3.6.2 Langkah Perakitan

1. Melihat rangkaian sitematik power supply dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.10 Sitematik power supply

Rangkaian power supply ini dalam menentukan R1 dan R2 dengan cara R=(VS-VL)/L tegangan LED merah dan biru di dalam

dirangkaian power supply adalah 1,5 dan 4,5 volt untuk tegangan VR

dan arus yang di butuhkan 20 mA=0,020 A. Pengambilan R itu yang mendekati perhitungan tersebut.


(47)

30

2. Setelah sitematik rangkain jadi, tahap selanjutnya membuat layout nya dan ditemple di papan PCB. Untuk gambar layout power supply dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 3.11 Layout Power Supply

3. Rakit komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan solder. Untuk gambar power suppy dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.12 Power Supply

Rangkaian power supply pada modul ini berfungsi sebagai supply tegangan ke semua rangkaian yang menggunakan tegangan DC. Prinsip kerja power supply adalah merubah tegangan AC menjadi tegangan DC.


(48)

3.7. Perakitan LDR 3.7.1.Alat dan bahan

Tabel 3.4 Alat dan bahan komponen perakitan LDR

Alat Bahan

1. Papan PCB 2. Timah 3. Solder

4. Penyedot timah 5. Bor listrik

1. Transistor BC107 2. Relay 12 VDC 3. Resistor 4. T-block 5. LDR

6. Potensiometer 3.7.2.Langkah Perakitan

1. Melihat rangkaian sitematik LDR dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.13 Sistematik LDR

Fungsi R3 diatas adalah sebagai pembanding saja dan fungsi potensio diatas digunakan untuk memposisikan teganan pada LDR upaya pada titik kritis dan sampai membuat transistor aktif. Dalmam menentukan VLDR menggunakan rumus RG/RTot.


(49)

32

2. Setelah sitematik rangkain jadi, tahap selanjutnya membuat layout nya dan ditempel di papan PCB. Untuk gambar layout LDR dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 3.14 Layout LDR

3. Rakit komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan solder. Untuk gambar LDR dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.15 LDR

Rangkaian LDR pada modul ini berfungsi untuk mengotak hoursmeter ketika lampu menyala.peinsip kerjan LDR adalah ketika ada


(50)

cahaya yang mengenai LDR dengan itensitas tertentu maka akan mengontak relay 12 VDC dengan kontak AC akan menghidupkan hoursmeter.

3.8. Rangkaian Keseluruhan

Rangkaian ini tersusun dari beberapa blok-blok PCB yang sudah terpasang komponen-komponen sesuai fungsi dari blok tersebut dan di jadikan satu secara elektrik agar menjadi sebuah sistem yang dapat di gunakan sesuai maksud perancang modul. Ada beberapa blok dan rangkaian komponen yang terpasang dalam satu sistem ini antara lain adalah :

1. Block Power supply 2. BlockDriver lampu 3. BlockMinimum sistem 4. Rangkaian LCD

5. Rangkaian Push button 6. Buzzer


(51)

34


(52)

3.9. Pembuatan Program

Untuk pembuatan program pada modul ini menggunakan aplikasi AVR dengan bahasa C. program yang digunakan adalag program timer sebagai pengontrol waktu.

Berikut langkah-langkah setting timer :

1. Pilih timer yang akan digunakan terlebih dahulu.

Gambar 3.17 Pilih timer yang digunakan

2. Setelah memilih timer, kemudian pilih timer 1. Dan atur settingan didalamnya.


(53)

36

3. Kemudian pilih clock source, setelah itu atur clock dengan memilih 625.000kHz.

Gambar 3.19 Pemilihan clock 4. Centang interrupt on ubah value dengan 0bdc.


(54)

Berikut adalah program timer yang digunakan :

Listing 3.1 Listing program timer.

Listing program timer ini digunakan sebagai pengatuan timer waktu saat sistem bekeja, waktu yang diatur dalam listing program ini yaitu 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam dengan metode counter down.

void setting_timer() { if(b==0) { if(PINB.0==0) { a++;delay_ms(500);lcd_clear(); } if(a<1) { a=1; } if(a>4) { a=4; } else if(PINB.1==0) { a--;delay_ms(500);lcd_clear(); } if(a==1) { jam=6; } else if(a==2) { jam=12; } else if(a==3) { jam=18; } else if(a==4) { jam=24; }


(55)

38

BAB IV PENELITIAN

4.1. Spesifikasi Alat

Alat terapi ini menggunakan lampu blue light yang diletakkan dibagan atas dan bawah, dengn 1 buah lampu di bagian bawah dan 2 buah lampu di bagian atas. Dengan jarak penyinaran 10 cm dari bawah permukaan tubuh bayi dan 35 cm dari permukaan tubuh bayi. Alat ini memiliki 4 pemilihan waktu terapi yaitu 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam yang dipilih melalui tombol up dan down.

Nama Alat : Simulator Douuble Surface Phototherapy Tegangan : 220 V

Frekuensi : 50-60 Hz

Daya : 60 Watt

Gambar 4.1 Simuator Double Surface Phototherapy


(56)

4.2. Cara Kerja Alat

Tegangan PLN AC 220 akan diturunkan dengan menggunakan trafo step down untuk mensuplly rangkaian. Timer ditentukan dengan menggunakan tombol UP dan DOWN dengan pilihan waktu selama 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam. Waktu terapi akan ditampilkan pada display LCD. Kemudian tekan tombol start untuk memulai proses terapi. Microcontroller akan mengirimkan data untuk mengaktifkan driver lampu. Dan sensor pun menerima cahaya sehingga hourmeter bekerja. Kemudian timer akan menghitung sesuai waktu yang ditentukan. Saat waktu sudah habis maka driver lampu akan dimatikan oleh microcontroller dan akan mengaktifkan buzzer sebagai pertanda waktu habis.

4.3. Variabel Penelitian

4.3.1.Variabel Independen(Bebas)

Sebagai vaiabel bebas merupakan variable terikat yang muncul, dan menjadi variable bebas dalam pembuatan alat ini adalah lampu.

4.3.2.Variabel Dependen (Tergantung)

Sebagai variabel tergantug yaitu sensor LDR akan bekerja tergantung pada lampu yang menyala.

4.3.3.Variabel Terkendali (kontrol)

Variabel terkendali yaitu LCD dan Monitoring Timer menggunakan IC Microcontroller (ATMega 8535)


(57)

40

4.4. Pengujian Sistem

4.4.1.Teknik Pengujian dan Pengukuran

Penelitian dan pembuatan modul ini denggan menggunakan desain pre-ekperimental dengan jenis penelitian one group post test design yaitu merancang, merencanakan alat Simulator Double Surface Phototherapy unit.

4.4.2.Hasil pengukuran

Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul “Simulator Double Surface Phototherapy unit” dilakukan beberapa kali pengukuran dan perbandingan yaitu pengukuran timer/pewaktu dan dibandingkan dengan stopwatch.

1. Perbandingan Pengukuran waktu

Pengukuran waktu menggunakaan stopwatch dengan hasil pengukuran sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil pengukuran pada tampilan dengan stopwatch

No

Setting Waktu (detik)

Pengukuran waktu (detik) Ke-1 Ke-2 1 21600 21602 21601 2 43200 43204 43203 3 64800 64807 64805 4 86400 86409 86409

2. Pengukuran Test Point Driver Lampu

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan maka beberapa kondisi saat PORTD pin 2 diberi kondisi high dan low adalah sebagai berikut :


(58)

Tabel 4.2 Test point driver lampu Logika PORTD

pin 2 ULN 2803 Kondisi 1 Aktif Lampu nyala 0 Non aktif Lampu mati 3. Test keakurasian LDR

Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan beberapa kondisi saat lampu nyala dan lampu mati adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Uji coba LDR

Kondisi Lampu LDR Hoursmeter Lampu nyala Aktif Nyala

Lampu mati Mati mati 4. Pengukuran Test Poin Buzzer

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan maka beberapa kondisi saat PORTD pin 1 diberi kondisi high dan low adlah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Test poin driver buzzer Logika PORTD

pin 1

Kondisi

1 Buzzer nyala

0 Buzzer mati

4.5. Analisis

Setelah dilakukan pengukuran maka akan dilakukan perhitungan data yang diperoleh sehingga dapat dianalisis dengan menggunkan rumus, antara lain:

4.5.1.Analisa pengukuran timer dengan stopwatch dengan waktu 6 jam 1. Rata-Rata (X)


(59)

42

Dirumuskan sebagai berikut :

X = n

n X

( )

………(4-1)

X

=

2 21601 21602

X = 21601,5

2. Simpangan

Dirumuskan sebagai berikut :

Simpangan = XnX ………..………(4-2) Simpangan = 21600-21601,5

Simpangan = 1,5 3. Error (%)

Dirumuskan sebagai berikut :

% Error = x100% Xn

X Xn

………...……(4-3)

% Error = 100% 21600

1,5

x

% Error =0,007% 1. Standart Deviasi


(60)

 

1

1 2

n

X

X

SD

n i i ………..(4-4) Dimana :

SD = standart Deviasi = nilai yang dikehendaki n = banyak data

 

2 1 5 , 0 5 , 0 SD 2 2   

SD = 0,5

2. Ketidakpastian (Ua)

Dirumuskan sebagai berikut :

Ua = n SD ………..(4-5) Ua = 2 5 , 0 Ua =0,35

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 0,35 4.5.2.Analisis pengukuran timer dengan stopwatch waktu 12 jam

1. Rata-Rata (X )

Dirumuskan sebagai berikut : X


(61)

44 X = n n X

( ) ……….(4-6)

X

=

2 43203 43204

X = 43203,5

2. Simpangan

Dirumuskan sebagai berikut :

Simpangan = XnX ………(4-7) Simpangan = 43200-43203,5

Simpangan = 3,5 3. Error (%)

Dirumuskan sebagai berikut :

% Error = x100% Xn

X Xn

% Error = 100% 43200

3,5

x

% Error =0,008% 4. Standart Deviasi

Rumus standart deviasi (SD) adalah:

 

1

1 2

n

X

X

SD

n i i ...(4-9)


(62)

Dimana :

SD = standart Deviasi = nilai yang dikehendaki

n = banyak data

 

2 1 5 , 0 5 , 0 SD 2 2   

SD = 0,5

5. Ketidakpastian (Ua)

Dirumuskan sebagai berikut :

Ua = n SD ………..…(4-10) Ua = 2 5 , 0 Ua =0,35

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 0,35 4.5.3.Analisis pengukuran timer dengan stopwatch waktu 18 jam

1. Rata-Rata (X)

Dirumuskan sebagai berikut :

X = n n X

( ) ……….(4-11)

X

=

2 64805 64807

X = 64806 X


(63)

46

2. Simpangan

Dirumuskan sebagai berikut :

Simpangan = XnX ………(4-12) Simpangan = 64800-64806

Simpangan = 6 3. Error (%)

Dirumuskan sebagai berikut :

% Error = x100% Xn

X Xn

………...(4-13) % Error = 100%

64800 6

x

% Error =0,009% 4. Standart Deviasi

Rumus standart deviasi (SD) adalah:

 

1

1 2

n

X

X

SD

n i i ...(4-14) Dimana :

SD = standart Deviasi = nilai yang dikehendaki n = banyak data


(64)

 

2 1 1 1 SD 2 2   

SD = 1

5. Ketidakpastian (Ua)

Dirumuskan sebagai berikut :

Ua = n SD ………(4-15) Ua = 2 1 Ua =0,71

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 0,71 4.5.4.Analisis pengukuran timer dengan stopwatch waktu 24 jam

1. Rata-Rata (X)

Dirumuskan sebagai berikut :

X = n n X

( ) ……….(4-16)

X

=

2 86409 86409

X = 86409

2. Simpangan

Dirumuskan sebagai berikut :


(65)

48

Simpangan = 86409-86409 Simpangan = 9

3. Error (%)

Dirumuskan sebagai berikut :

% Error = x100% Xn

X Xn

……….(4-18) % Error = 100%

86400 9

x

% Error =0,1% 4. Standart Deviasi

Rumus standart deviasi (SD) adalah:

 

1

1 2

n

X

X

SD

n i i ...(4-19) Dimana :

SD = standart Deviasi = nilai yang dikehendaki n = banyak data

 

2 1 0 0 SD 2 2   

SD = 0

5. Ketidakpastian (Ua) X


(66)

Dirumuskan sebagai berikut :

Ua = n SD

………(4-20)

Ua = 2 5 , 0

Ua =0

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 0 Tabel 4.5 Hasil analisis

No Waktu X Simpangan Error SD Ua 1 21600 21601,5 1,5 0,07 0,5 0,35 2 43200 43203,5 3,5 0,08 0,5 0,35 3 64800 64806 6 0,09 1 0,71 4 86400 86409 9 0,1 0 0


(67)

50

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

setelah melakukan proses pembuatan dan perancangan, percobaan dan analisis data, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Rangkaian power supply dapat berfungsi dengan output sebesar 5 volt dan 12 volt sehingga rangkaian bekerja dengan baik.

2. Rangkaian microcontroller mampu mengaktifkan driver-driver yang digunakan dalam modul yan penulis buat.

3. LCD berfungsi dengan baik sehingga mampu menampilkan waktu untuk proses terapi.

4. Sensor LDR berjalan dengan baik sehingga ketika lampu menyala maka LDR akan mengaktifkan driver hoursmeter dan hoursmeter pun berjalan.

5. Berdasarkan hasil analisi pengukuran timer didapatkan nilai error yaitu saat 6 jam sebesar 0,07%, 12 jam sebesar 0,08%, 18 jam 0,9% dan 24 jam 0,1%.

Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka dapat dikatakan modul “Simulator Double Surface Phototherapy” ini berfungsi dengan baik dan memenuhi prasarat sebagai alat Fototerapi.


(68)

5.2. Saran

Setelah melakukan proses pembuatan, percobaan, analisis alat dan pendataan, penulis memberikan saran sebagai pengembangan peneliti ini : 1. Dalam setiap melakukan pekerjaan agar lebih memperhatikan

keselamatan terutama saat pembutan modul.

2. Pembuatan chasing dapat di desain agar lebih ergonomis dan modern. 3. Menambah tampilan suhu badan bayi dan mengganti lampu blue light

yang berbentuk lampu TL dengan LED

4. Menambah pembacaan kadar bilirubin agar dapat dimonitoring kadar bilirubin sebelum dan sesudah proses terapi.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Ambar Tri Utomo, Ramadani Syahputra, I., 2011. Implementasi Mikrokontroller Sebagai Pengukur Suhu Delapan Ruangan. Pengukur Suhu, 4(Pengukur Suhu Delapan Ruangan), pp.153–159.

Chamim, A.N.N., Ahmadi, D. & Iswanto, 2016. Atmega16 Implementation As Indicators Of Maximum Speed. International Journal of Applied

Engineering Research ISSN, 11(15), pp.8432–8435.

Chamim, A.N.N. & Iswanto, 2011. Implementasi Mikrokontroler Untuk Pengendalian Lampu Dengan Sms. In Prosending Retii 6.

Dennery AP, seid Man DM, Stevenson KD. Neonatal hiperbilirubinemia. NEngl Med. 2001

Erlangga ,INSTALASI LISTRIK DASAR, 2004, Jakarta

Hidayat, L., Iswanto & Muhammad, H., 2015. Perancangan Robot Pemadam Api Divisi Senior Berkaki. Jurnal Semesta Teknika, 14(2), pp.112–116.

Iswanto, 2008. Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroler ATMEGA8535 dengan Bahasa Basic, Yogyakarta: Gava Media.

Iswanto, I. & Raharja, N.M., 2010. Sistem monitoring dan peringatan dini tanah longsor. In Simposium Nasional RAPI IX 2010. pp. 54–62.

Iswanto, I., Raharja, N.M. & Subardono, A., 2009. Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor Berbasis Atmega8535. In Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009). pp. 53–57.

Iswanto, I. & Setiawan, R.D., 2013. Power Saver with PIR Sensor. Journal of Control & Instrumentation, 4(3), pp.26–34.

ISWANTO, JAMAL, A. & SETIADY, F., 2011. Implementasi Telepon Seluler sebagai Kendali Lampu Jarak Jauh. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 14(1), pp.81–85.

ISWANTO & MUHAMMAD, H., 2012. WEATHER MONITORING STATION WITH REMOTE RADIO FREQUENCY WIRELESS

COMMUNICATIONS. International Journal of Embedded Systems and Applications (IJESA), 2(3), pp.99–106.

Iswanto & Raharja, N.M., 2015. Mikrokontroller: Teori dan Praktik Atmega 16 dengan Bahasa C, Penerbit Deepublish.


(70)

Listrik. SEMESTA TEKNIKA, 13(2), pp.181–192.

SADAD, R.T.A., ISWANTO & SADAD, J.A., 2011. Implementasi

Mikrokontroler Sebagai Pengendali Lift Empat Lantai. JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA, 14(2), pp.160–165.

Suripto, S. & Iswanto, 2012. DESAIN AND IMPLEMENTATION OF FM RADIO WAVES AS DISTANCE MEASURING AC VOLTAGE. International Journal of Mobile Network Communications & Telematics (IJMNCT), 2(5), pp.13–24.

Tunggal, T.P., Latif, A. & Iswanto, 2016. Low-cost portable heart rate monitoring based on photoplethysmography and decision tree. In ADVANCES OF SCIENCE AND TECHNOLOGY FOR SOCIETY: Proceedings of the 1st International Conference on Science and Technology 2015 (ICST-2015). p. 090004. Available at:

http://scitation.aip.org/content/aip/proceeding/aipcp/10.1063/1.4958522. Wahyudianto, A., Iswanto & Chamim, A.N.N., 2013. ALAT PENGONTROL

LAMPU MENGGUNAKAN REMOTE TV UNIVERSAL. In SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013. pp. 112–116.

Yudha, Gede, double surface Phototherapy, 2014, Surabaya, Perpustakaan Elektromedik

Eprints.ums.ac.id > NASKAH_PUBLIKASI.20/06/2016 id.wikipedia.org/wiki/Hyperbilirubin

elektronika-dasar.web.id › Artikel Elektronika.10/08/2015

http://glosarium.org/bisnis/pelabuhan/arti/?k=hour%20meter.10/08/2015

http://kl801.ilearning./mepelajari-tentang-lcd-2x16-character-3/28/04/2015

http://mantrinews.blogspot.com/2011/06/phototherapy.html

http://teknikelektronika.com/pengertian-ldr-light-dependent-resistor-cara-mengukur-ldr/10/08/2015

https://klinikanakonline.com>2009/08/02


(71)

https://Saripediatri.idai.or.id > pdfile.20/06/2016

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22590/3/Chapter%20II.pdf

Richard E, Md. Behrman dkk. 2004. Nelson Texbook of Pediatrics 17th edition. USA: Elsevier Science


(1)

49

Dirumuskan sebagai berikut :

Ua = n SD

………(4-20)

Ua = 2 5 , 0

Ua =0

Nilai ketidakpastian yang didapat adalah sebesar 0 Tabel 4.5 Hasil analisis

No Waktu X Simpangan Error SD Ua

1 21600 21601,5 1,5 0,07 0,5 0,35 2 43200 43203,5 3,5 0,08 0,5 0,35

3 64800 64806 6 0,09 1 0,71


(2)

50

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

setelah melakukan proses pembuatan dan perancangan, percobaan dan analisis data, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Rangkaian power supply dapat berfungsi dengan output sebesar 5 volt dan 12 volt sehingga rangkaian bekerja dengan baik.

2. Rangkaian microcontroller mampu mengaktifkan driver-driver yang digunakan dalam modul yan penulis buat.

3. LCD berfungsi dengan baik sehingga mampu menampilkan waktu untuk proses terapi.

4. Sensor LDR berjalan dengan baik sehingga ketika lampu menyala maka LDR akan mengaktifkan driver hoursmeter dan hoursmeter pun berjalan.

5. Berdasarkan hasil analisi pengukuran timer didapatkan nilai error yaitu saat 6 jam sebesar 0,07%, 12 jam sebesar 0,08%, 18 jam 0,9% dan 24 jam 0,1%.

Berdasarkan dari kesimpulan diatas maka dapat dikatakan modul “Simulator Double Surface Phototherapy” ini berfungsi dengan baik dan memenuhi prasarat sebagai alat Fototerapi.


(3)

51

5.2. Saran

Setelah melakukan proses pembuatan, percobaan, analisis alat dan pendataan, penulis memberikan saran sebagai pengembangan peneliti ini : 1. Dalam setiap melakukan pekerjaan agar lebih memperhatikan

keselamatan terutama saat pembutan modul.

2. Pembuatan chasing dapat di desain agar lebih ergonomis dan modern. 3. Menambah tampilan suhu badan bayi dan mengganti lampu blue light

yang berbentuk lampu TL dengan LED

4. Menambah pembacaan kadar bilirubin agar dapat dimonitoring kadar bilirubin sebelum dan sesudah proses terapi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ambar Tri Utomo, Ramadani Syahputra, I., 2011. Implementasi Mikrokontroller Sebagai Pengukur Suhu Delapan Ruangan. Pengukur Suhu, 4(Pengukur Suhu Delapan Ruangan), pp.153–159.

Chamim, A.N.N., Ahmadi, D. & Iswanto, 2016. Atmega16 Implementation As Indicators Of Maximum Speed. International Journal of Applied

Engineering Research ISSN, 11(15), pp.8432–8435.

Chamim, A.N.N. & Iswanto, 2011. Implementasi Mikrokontroler Untuk Pengendalian Lampu Dengan Sms. In Prosending Retii 6.

Dennery AP, seid Man DM, Stevenson KD. Neonatal hiperbilirubinemia. NEngl Med. 2001

Erlangga ,INSTALASI LISTRIK DASAR, 2004, Jakarta

Hidayat, L., Iswanto & Muhammad, H., 2015. Perancangan Robot Pemadam Api Divisi Senior Berkaki. Jurnal Semesta Teknika, 14(2), pp.112–116.

Iswanto, 2008. Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroler ATMEGA8535 dengan Bahasa Basic, Yogyakarta: Gava Media.

Iswanto, I. & Raharja, N.M., 2010. Sistem monitoring dan peringatan dini tanah longsor. In Simposium Nasional RAPI IX 2010. pp. 54–62.

Iswanto, I., Raharja, N.M. & Subardono, A., 2009. Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor Berbasis Atmega8535. In Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009). pp. 53–57.

Iswanto, I. & Setiawan, R.D., 2013. Power Saver with PIR Sensor. Journal of Control & Instrumentation, 4(3), pp.26–34.

ISWANTO, JAMAL, A. & SETIADY, F., 2011. Implementasi Telepon Seluler sebagai Kendali Lampu Jarak Jauh. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 14(1), pp.81–85.

ISWANTO & MUHAMMAD, H., 2012. WEATHER MONITORING STATION WITH REMOTE RADIO FREQUENCY WIRELESS

COMMUNICATIONS. International Journal of Embedded Systems and Applications (IJESA), 2(3), pp.99–106.

Iswanto & Raharja, N.M., 2015. Mikrokontroller: Teori dan Praktik Atmega 16 dengan Bahasa C, Penerbit Deepublish.


(5)

International Journal of Mobile Network Communications & Telematics ( IJMNCT), 3(3), pp.1–8.

Sadad, R.T.A. & Iswanto, 2010. Implementasi Mikrokontroler Sebagai

Pengendali Kapasitor Untuk Perbaikan Faktor Daya Otomatis pada Jaringan Listrik. SEMESTA TEKNIKA, 13(2), pp.181–192.

SADAD, R.T.A., ISWANTO & SADAD, J.A., 2011. Implementasi

Mikrokontroler Sebagai Pengendali Lift Empat Lantai. JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA, 14(2), pp.160–165.

Suripto, S. & Iswanto, 2012. DESAIN AND IMPLEMENTATION OF FM RADIO WAVES AS DISTANCE MEASURING AC VOLTAGE. International Journal of Mobile Network Communications & Telematics (IJMNCT), 2(5), pp.13–24.

Tunggal, T.P., Latif, A. & Iswanto, 2016. Low-cost portable heart rate monitoring based on photoplethysmography and decision tree. In ADVANCES OF SCIENCE AND TECHNOLOGY FOR SOCIETY: Proceedings of the 1st International Conference on Science and Technology 2015 (ICST-2015). p. 090004. Available at:

http://scitation.aip.org/content/aip/proceeding/aipcp/10.1063/1.4958522. Wahyudianto, A., Iswanto & Chamim, A.N.N., 2013. ALAT PENGONTROL

LAMPU MENGGUNAKAN REMOTE TV UNIVERSAL. In SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013. pp. 112–116.

Yudha, Gede, double surface Phototherapy, 2014, Surabaya, Perpustakaan Elektromedik

Eprints.ums.ac.id > NASKAH_PUBLIKASI.20/06/2016 id.wikipedia.org/wiki/Hyperbilirubin

elektronika-dasar.web.id › Artikel Elektronika.10/08/2015

http://glosarium.org/bisnis/pelabuhan/arti/?k=hour%20meter.10/08/2015 http://kl801.ilearning./mepelajari-tentang-lcd-2x16-character-3/28/04/2015 http://mantrinews.blogspot.com/2011/06/phototherapy.html

http://teknikelektronika.com/pengertian-ldr-light-dependent-resistor-cara-mengukur-ldr/10/08/2015

https://klinikanakonline.com>2009/08/02


(6)

https://Saripediatri.idai.or.id > pdfile.20/06/2016

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22590/3/Chapter%20II.pdf

Richard E, Md. Behrman dkk. 2004. Nelson Texbook of Pediatrics 17th edition. USA: Elsevier Science