Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator Sim

(1)

Skripsi

Diajukan Kapada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

YUNUS PRIYONGGO KARTIKO NIM: 109051100037

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435H/2014M


(2)

(3)

(4)

(5)

Analisis Semiotik Terhadap Sampul Majalah Tempo Pada Kasus Korupsi Simulator SIM Majunya industri media cetak di Indonesia, membuat eksistensi penggunaan gambar ilustrasi pada media cetak semakin kuat. Pentingnya gambar pada sampul majalah adalah untuk menarik minat pembaca agar membeli, karena didalamnya mengandung unsur kritik. Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud di dalamnya. Tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbeda-beda. Majalah Tempo merupakan salah satu media cetak yang menggunakan gambar ilustrasi dalam penyampaian berita kepada pembacanya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi suatu usaha yang unik dalam menyampaikan informasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan kajian semiotik Charles Sanders Peirce. Pada empat sampul majalah Tempo yang menampilkan kasus korupsi simulator SIM. Gambaran bagaimana konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (Polri). Peneliti merumuskan pertanyaan yakni: Petanda apa saja yang terdapat dalam sampul majalah Tempo pada kasus simulator SIM?

Melihat konteks penelitian ini, tinjauan teoritis yang digunakan adalah seiotika Charles Sanders Peirce, yaitu dengan melihat makna atas sign (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretan. Ikon merupakan tanda yang dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan tanda yang dirancang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif model diskriptif. Data yang didapatkan dalam sampul majalah Tempo, serta dengan buku-buku referensi, wawancara dan dokumentasi.

Setelah melihat empat sampul majalah yang diteliti, maka kesimpulanya petanda yang muncul pada sampul majalah Tempo berkaitan erat dengan kasus korupsi Simulator SIM. Pada empat sampul terdiri tiga kategori, yaitu sosok Irjen Djoko Susilo dengan simbol pemegang proyek Simulator, gambaran petugas KPK yang menyidik Polisi, dan gambaran empat anggota DPR yang menerima suap proyek simulator kemudi. Sehingga Interpretasi peneliti ketika melihat gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul adalah mengambarkan rangkaian peristiwa kasus korupsi Djoko Susilo dalam proyek Simulator kemudi.


(6)

i

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada allah yang telah memberikan rahmat, dan nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak perubahan kepada para umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmiyah seprti apa yang kita rasakan sekarang.

Peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian sekripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.A, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, M.A, Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan II Bidang Akademik Umum, Drs. Mahmud Jalal, M.A, Serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Wahidin Saputra, M.A.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah, M.A serta Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Ade Rina Farida, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.


(7)

ii

Alhamdulillah selesai dengan baik tanpa suatu halangan apapun.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.

5. Segenap Staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Teruntuk yang saya hormati kedua orang tuaku , Ibunda (Alm), dan Ayahanda, dan kakak yang senantiasa memberikan doa, dan kasih sayangnya dikala susah ataupun senang. Membantu dengan segenap kemampuan doa-doa, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Sahabat peneliti. Jefrri Kaharsyah, Eko Ramanudin, Andrianto, Indi Hikami, Ibnu Muhajir Saputra, Maulana Adi Subqi, Reza Arga Putra dan Siti Rhohani. semoga persahabatan ini dan persaudaraan kita akan terus terjalin, sukses selalu untuk kita. Untuk sahabat Polar, terimakasih atas segala dukunganya.

8. Semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung dan mendoakan.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta ,15 Januari 2014


(8)

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR………....iii

DAFTAR ISI………..…vii

DAFTAR TABEL………..vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….………....1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………...7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………...8

D. Metodologi Penelitian………..9

E. Tinjauan Pustaka………11

F. Sistem Penulisan………....12

BAB II KERANGKA TEORI A. Majalah………..14

B. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah……….19

1. Sampul Majalah………...19

2. Komunikasi visual………...23

3. Warna………...…26

4. Tipografi………...29

5. Karikatur………..33

C. Semiotika Charles Sanders Peirce………..……...35

BAB III PROFIL MAJALAH TEMPO A. Sejarah Singkat Majalah Tempo………51

B. Perkembangan Sirkulasi / Distribusi……….55

C. Perkembangan perusahaan………55

D. Visi Dan Misi Majalah Tempo………...56

1. Visi Majalah Tempo……….56

2. Misi Majalah Tempo………57

E. Prestasi Majalah Tempo………..……...57

F. Sampul Majalah Tempo Terkait Simulator SIM………. 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Semiotik Sampul Majalah Tempo ……….66

B. Hasil Temuan Dalam Sampul Majalah Tempo……….…….…..…...67 BAB V PENUTUP


(9)

(10)

Gambar 2.1 Semiotika Charles Sanders Peirce………...……42 Gambar 4.1 Sampul Majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012…………...……….…...67 Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo edisi 12 Agustus 2012……….….….75 Gambar 4.3 Sampul Majalah Tempo edisi 8 Oktober 2012……….83 Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo edisi 11 Maret 2013………...………...89


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Penyebaran informasi identik dengan teknologi komunikasi. Berbicara tentang teknologi komunikasi berkaitan dengan alat-alat yang digunakan untuk menyebarkan informasi tersebut ke khalayak luas, dan alat-alat tersebut lah yang kerap kita sebut sebagai media komunikasi massa.

Media komunikasi massa adalah media komunikasi modern yang bersifat massal, yaitu komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar secara heterogen dan anonim melalui media cetak ataupun elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.1

Media massa yang berperan sebagai penyebar informasi mengalami perkembangan dalam penyampaian dan penyajian informasinya. Banyaknya media yang bermunculan membuat sebuah media harus ekstra bersaing untuk mendapatkan tempat di masyarakat, terutama untuk media cetak seperti majalah.

Majalah merupakan media yang terbit secara berkala, yang isinya meliputi bermacam-macam artikel, cerita, gambar, dan iklan.2 Majalah mempunyai fungsi tidak hanya menyebarkan informasi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat tetapi juga memberikan hiburan, baik dalam bentuk tekstual maupun visual seperti gambar.

1

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h.189.

2


(12)

Semula gambar ilustrasi pada media massa hanya merupakan selingan belaka. Namun pada perkembanganya gambar ilustrasi yang juga merupakan salah satu bentuk komunikasi visual dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik. Penyampaian kritik dilakukan melalui gambar-gambar lucu dan menarik, sehingga, tidak jarang juga membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Coretan kreatif dalam bentuk gambar ilustrsi tersebut ternyata mampu mengkritik secara efektif.

Media verbal gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal.3 Kehadiran gambar ilustrasi dalam media massa menjadi sebuah warna. Majalah akan terasa tidak lengkap tanpa keberadaan gambar ilustrasi didalamnya. Gambar ilustrasi menyajikan informasi dengan cara unik. Berbeda dengan produk jurnalistik lainya yang menyajikan informasi melalui kata-kata dan kalimat dan paragraf.

Peneliti melihat bahwa gambar ilustarasi ternyata memiliki kekuatan yang cukup hebat dalam mempengaruhi opini bahkan tindakan publik. Padahal ia hanya merupan coretan-coretan pada kertas atau semacamnya. simbol-simbol yang digunakan pada gammbar ilustrasi sebaiknya mudah dicerna oleh kalayak luas. Agar sebuah gamabar ilustrasi dapat dimakanai secara tepat maka simbol, tanda dan hal-hal semacamnya yang tampil dalam gambar ilustrasi hendaknya adalah yang

3

Heru Dwi Waluyanto, “Karikatur Sebagai Karya Komunikasi Visual Dalam Menyampaikan Kritik Sosial”, Nirmana, Volume 2 No.2, Juli 2000, h.128


(13)

dimengerti bagi audience. Artinya simbol yang dipilih harus memiliki makna yang sama atau setidaknya mendekati di mata komunikator maupun komunikan. Perbedaan persepsi mengenai tanda atau simbol antara si pembuat dan pembaca karikatur merupakan hambatan komunikasi.

Visualisasi adalah cara untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi jelas secara visual yang mampu menarik emosi pembaca, dan dapat menolong seseorang untuk menganalisa, merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengimajinasikan pada kejadian yang sebenarnya.4

Pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis yang menarik. Meskipun ilustrasi merupakan attention-getter (penarik perhatian) yang paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga mampu menunjang pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar dari pada kata-kata (teks). Dalam sampul pemilihan judul harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung dalam buku atau majalah tersebut.5

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna sosial di balik tindakan manusia. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik tindakan

4

Artini Kusmiati, Sripudji Astuti dan Pamudji Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan, 1999), h.36.

5


(14)

manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing-masing tindakan.6

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal). Pada dasarnya simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada untuk sesuatu yang lain, kebanyakan di antaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan dan banyak hak lain.7 Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat di gali. Dengan kata lain, bahasa simbolis memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.

Pada penelitian ini peneliti memilih majalah Tempo sebagai objek yang akan diteliti, karena majalah tersebut merupakan media massa (cetak) yang sering menampilkan beberapa ilustrasi karikatur sebagai sampul yang sifatnya kritis dalam memberikan informasi yang selalu terbaru (update) untuk khalayak di segala bidang (sosial, politik, dan ekonomi). Sehingga menjadikan Tempo majalah yang terbaik pada industri penerbitan majalah di Indonesia.

Peneliti menaruh perhatian terhadap gambar ilustrasi sampul majalah Tempo

pada edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Karena pada sampul tersebut mengangkat isu yang sedang meresahkan masyarakat. Sejak dimulainya penyelidikan kasus simulator SIM (Surat Izin Mengemudi) di Lembaga kepolisian Lalu lintas yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada awal tahun 2012 lalu hingga pertengahan tahun 2013, memang belum

6

Kuss Indarto, Sketsa di Tanah Mendeka, Kumpulan Karikatur. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1999), h.1

7


(15)

menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Namun beberapa bulan kemudian, sejak Majalah Tempo mengangkat berita tentang kasus tersebut dengan judul “SIMSALABIM”, Polisi Repulik Indonesia (POLRI) sebagai pihak yang dirugikan lantas bergerak memulai penyelidikan dengan memeriksa beberapa saksi terkait. Sayangnya, penyelidikan yang dilakukan masih berjalan di tempat, hingga KPK kemudian pada akhir bulan Juli lalu menetapkan seorang tersangka kasus korupsi dan tindak pidana pencucian uang proyek simulator kemudi di kepolisian Lalu Lintas. Djoko Susilo dikenal memiliki banyak aset berupa rumah hasil dari pencucian uang.

Masalah kemudian timbul ketika tim Penyidik KPK menggeledah kantor kepolisian Lalulintas untuk mencari barang bukti. Usai melakukan penggeledahan dan mendapatkan beberapa barang bukti, Tim Penyidik KPK tidak diperkenankan keluar meninggalkan gedung tersebut. Sikap dan keberanian KPK yang menggeledah kantor kepolisian lalulintas dan menetapkan tersangka seorang Jenderal aktif, kontan saja mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) pegiat anti korupsi.

Selain itu peneliti ingin meneliti gambar ilustrasi sampul tersebut dimana pada sampul tersebut sosok tersebut sangat berbeda dengan sosok polisi yang sebenarnya. Polisi merupakan penegak hukum yang bertugas menjaga dan mengayomi masyarakat serta menjaga keamanan Negara. Justru pada gambar sampul majalah Tempo terlihat lucu. Pada gambar ilustrasi tersebut sosok polisi digambarkan Djoko Susilo lengkap dengan seragam yang sedang berdiri dengan muka melas dan sedih. Dengan posisi tangan memegang pelat nomer bertuliskan “Djoko Susilo D 1 BUI”. Biasanya posisi seperti itu adalah gaya dari narapidana yang sedang difoto. Selain itu


(16)

juga ilustrasi yang lain digambarkan seorang polisi yang ditilang oleh petugas KPK dengan ekspresi muka polisi yang marah, Padahal menilang adalah tugas dari seorang polisi. Pada gambar lain juga menunjukan sosok seorang polisi lengkap dengan seragam mengemudikan motor simulator namun pada layar TV terlihat jalan berliku-liku yang diportal bertuliskan KPK. Agak susah dimengerti maksud dari gambar ilustrasi tersebut.

Kesan lucu dan menggelitik jika dilihat bagi yang tidak mengetahui maksud di dalamnya. Karena tidak semua pembaca dapat dengan mudah mengerti makna dibalik gambar ilustrasi tersebut karena tingkat pemahaman seseorang yang berbeda-beda. Setiap edisinya majalah Tempo selalu memuat gambar ilustrasi yang tersaji dalam sampulnya. Tentu saja selalu mengandung makna-makna yang secara sengaja ingin disampaikan. Simbol dan tanda dalam sebuah karya gambar ilustrasi menjadi suatu usaha yang unik dalam mentrasformasikan informasi.

Maka peneliti akan meneliti bagaimana semiotika korupsi simulator SIM pada sampul majalah Tempo. Peneliti ingin mengupas lebih dalam mengenai tanda-tanda yang ada pada gambar ilustrasi kaver majalah Tempo. Peneliti melihat fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan bentuk tanda-tanda, dimana ada aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti. Dalam kasus ini adalah majalah Tempo.

Untuk dapat merepresentasikan kasus silmulator SIM pada sampul majalah

Tempo di ke-empat edisi tersebut penulis menggunakan pendekatan teori semiotika. Melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu diklasifikasikan


(17)

berdasarkan tanda-tanda visual dan kata-kata yang terkandung. Dengan tujuan untuk mengungkap makna dan tanda-tanda atau simbol yang ada.8

Dalam penelitian ini akan dibahas simbol, tanda, lambang dan gambar. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan analisis semiotik. Peneliti akan mencoba membaca tanda melalui analisis semiotik. Semiotik atau semiologi adalah ilmu tanda. Semiotik berasal dari bahasa yunani semion yang berarti tanda. Semiotika diperkenalkan oleh Charles sanders pierce dan Ferdinand de Saussure yang juga merupakan bapak semiotika. Meskipun semiotika merupakan ilmu dalam sastra penggunaanya tidak lepas dari bidang seni dan komunikasi visual.

Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Pierce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks dan simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi kaver majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Oleh karena itu, menarik kiranya penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan oleh penulis di atas, maka penulis membatasi penelitian pada sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus

8


(18)

2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013. Yang menampilkan gambar ilustrasi kasus korupsi simulator SIM.

2. Rumusan Masalah

Merujuk batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana petanda yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus

simulator SIM?

b. Bagaimana objek yang terdapat pada sampul majalah Tempo terkait kasus simulator SIM?

c. Bagaimana interpretasi peneliti menganai sampul majalah Tempo terkait kasus simulator SIM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui petanda pada sampul majalah Tempo terkait kasus korupsi simulator SIM

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kajian ilmu komunikasi. Terutama dalam konteks analisis semiotika korupsi pada sampul majalah Tempo terkait kasus Simulator SIM.


(19)

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset, terutama bidang komunikasi massa dengan fokus pada analisis semiotik Sampul majalah.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi komunikasi, terlebih Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, agar lebih kritis dalam melihat gambar ilustrasi yang mengandung berita.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Paradigma Penelitian

Agar memudahkan dalam proses penelitian, maka metodologi yang digunakan adalah Analisis semiotika dengan jenis kualitatif. Metode semiotik yang peneliti lakukan memakai metode analisis semiotika teori Charles Sanders pierce. Dengan berdasarkan kepada paradikma kritis yaitu usaha untuk melakukan analisis secara tajam dan teliti terhadap realitas yang terjadi. Pendekatan kritis ini lebih menggunakan fakta-fakta yang terjadi dan lebih menggunakan logika dalam pemahaman makna.

2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Dalam masalah ini subjek penelitian adalah sampul majalah Tempo Edisi 6 Agustus 2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012 dengan judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul


(20)

Herman Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Empat edisi tersebut mengangkat pemberitaan tentang kasus korupsi Simulator SIM. pemberitaan ini ditunggu-tunggu masyarakat, karena merupakan sejarah baru ketika Inspektur Jendral Djoko Susilo ditetapkan sebagai tersangka korupsi pada proyek Simulator kemudi.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah mengenai kasus korupsi simulator SIM pada sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Data Primer

Sumber data primer dari penelitian yaitu majalah Tempo Edisi 6 Agustus 2012 dengan judul Simsalabim Jendral SIM, 12 Agustus 2012 dengan judul Mengapa Polisi Bertahan, 8 Oktober 2012 dengan judul Mengapa Polisi Kalap, dan 11 Maret 2013 dengan judul Aziz syamsuddin, Herman Herry, Nazaruddin, Bambang Soesatyo Terseteret Simulator. Dari data yang sudah dikumpulkan tersebut maka penelitian dapat dilakukan.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder dari penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara kepada tim redaksi majalah Tempo, untuk mendapatkan


(21)

informasi yang berkaitan dengan penelitian. Dimana wawancara adalah metode yang digunakn untuk memperoleh informasi secara langsung, mendalam, tidak terstruktur, dan individual.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dengan semiotika model Charles Sanders Peirce tiga dari elemen utama tersebut, yang disebut peirce sebagai teori segitiga makna triangle meaning.9 yang membagi tanda atas representamen, Object

dan interpretant. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sehingga, yang akan dianalisis sign dan object terkait gambar ilustrasi sampul majalah Tempo. Sementara interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda khususnya peneliti.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul penelitian ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Peneliti belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang peneliti teliti, diantaranya:

9


(22)

Analisis Semiotik Komik Strip Benny & Mice di Harian Kompas edisi 1 Bulan Desember 2007 yang disusun oleh Nasuri mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Selain itu peneliti juga skripsi berjudul “Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo karya Angga Rizal Nurhuda mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Prodi Konsentrasi Jurnalistik.

Dengan begitu maka maka peneliti mengambil mengambil kesimpulan belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo pada Kasus Simulator SIM di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan desertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development And Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembahasan dan penelitian dibagi ke dalam V bab. Dalam setiap babnya akan dibagi ke dalam sub bab, adapun sistematika penulisanya adalah sebagai berikut:

BAB I : Latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, tinjauan kepustaka dan sistematika penulisan.


(23)

BAB II : Pengertian Majalah, Pemaknaan Dalam Sampul Majalah, Semiotika Charles Sanders Peirce.

BAB III: Gambaran umum dan sejarah singkat majalah Tempo, perkembangan Sirkulasi / distribusi, Perkembangan perusahaan Tempo, visi dan misi majalah Tempo, Prestasi Majalah Tempo, sampul majalah tempo tekait kasus simulator SIM.

BAB IV: Temuan dan analisis data, analisis makna dibalik gambar ilustrasi sampul majalah Tempo edisi 6 Agustus 2012, 12 Agustus 2012, 8 Oktober 2012, dan 11 Maret 2013.


(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Majalah

Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagi liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca. Dan menurut waktu penerbitanya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya. Dan menurut penkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, wanita remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya (KBBI,2002:698)

Sementara pandagan Dewitt Wallace bahwa majalah merupakan media massa terbesar adalah karena majalah ini berusaha melayani audien massal.1 Majalah menyajikan ringkasan berita berdasarkan kategori seperti persoalan-persoalan kehidupan manusia yang aktual. Karena para pembaca biasanya menyukai majalah yang menampilkan berita yang fokus pada orang sukses dan terkenal. Selain itu kategori terbesar adalah persoalan-persoalan politik seperti, Majalah Tempo yang terbit seminggu sekali.

Majalah merupakan medium yang pervasife. Bukan hanya untuk orang atas tetapi banyak juga majalah yang diterbitkan untuk kalangan bawah, yang berarti bahwa peran medium majalah melintasi hampir seluruh lapisan masyarakat. Bahkan

1

John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 112.


(25)

orang buta huruf dapat memperoleh kesenangan dan manfaat dari majalah yang umumnya dapat memuat gambar dan warna.

Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll.2

Menurut Muchtar Lubis, majalah dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1. Majalah Umum

Majalah yang berisikan tentang politik, kebudayaan, fiksi, karangan, pengetahuan umum, pelipur lara, hiburan, olahraga, film, dan sebagainya.

2. Majalah Khusus

Majalah yang hanya berisikan mengenai bidang khusus, seperti majalah wanita, majalah pria, majalah remaja, dan anak-anak. Majalah yang demikian memiliki perasaan yang cukup luas terutama dikota-kota besar.3

Menurut pendapat Muchtar Lubis di atas, secara umum dapat dipahami bahwa majalah menciptakan pasar sendiri untuk suatu produk, maka hubungan majalah dengan khalayaknya dapat diterima karena setiap majalah lebih diarahkan untuk kepentingan khalayak tersebut.

2

Kurnia Efendi, Ensiklopedia Pers Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h.154-155

3


(26)

Dapat dipahami pula secara khusus bahwa majalah memiliki jangkauan khalayak yang cukup luas. Namun jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing dapat mewakili berbagai kepentingan atau selera pembaca.

Dari penggabungan definisi majalah umum dan khusus, majalah dapat didefinisikan sebagai suatu media massa yang berfungsi sebagai media informasi yang diberikan kepada khalayak secara luas, karena berita bersifat universal, dengan kata lain isi berita yang disampaikan berkaitan dengan kehidupan manusia dari berbagai aspek.

Menurut Wilbur Schram yang dikutip oleh Asep Syamsul M. Romli mengatakan bahwa khalayak pembaca akan terpikat minatnya, manakala, apa yang mereka baca berkaitan dengan kebutuhan dan menyajikan sarana tentang cara memperoleh kebutuhan itu.4

Jurnalisme memuat berita meliput secara menyeluruh, dengan menggunakan wawancara kepada berbagai sumber bukan hanya bicara dengan tokoh yang diangkat profilnya, tetapi juga dengan orang-orang yang dapat memberi komentar, tentang sang tokoh yang termaksud kawan dan lawannya. Upaya semacam ini kerap memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewa, pria dewasa, atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa.

4

Asep Syamsul m. romli, Jurnalistik Praktis: Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2001), h.2-4


(27)

Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail.5

Menurut Elvinari Ardianto dan Lukiati Erdinaya Majalah mempunyai karakteristik yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:

a. Penyajian lebih dalam

Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasan untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasi dapat dibahas secara lebih dalam.

b. Nilai aktualitas lebih lama

Nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Karena dalam mebaca majalah tidak akan pernah tuntas sekaligus. Pada hari pertama mungkin hanya membaca topik yang disenangi atau topik yang relevan dengan profesi, hari esok dan seterusnya membaca topik lain sebagai referensi.

c. Gambar atau foto lebih banyak

Majalah juga mempunyai gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik

d. Cover (sampul) sebagai daya tarik

Sampul majalah merupakan daya tarik tersendiri, karena sampul majalah menggunakan kertas yang bagus dengan gambar yang menarik.6

Majalah mempunyai sampul atau sampul untuk menarik perhatian konsumen, agar terpengaruh oleh tanda-tanda yang terdapat pada sampul. Peneliti mengkaitkan kajian semiotika dengan sampul yang terdapat pada Majalah Tempo edisi yang memuat sampul tentang kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan petinggi

5

Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-30

6

Elviano Ardianto dan Lukianti Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 113-114.


(28)

kepolisian. Banyak tanda-tanda yang terdapat pada sampul Majalah Tempo tersebut, setiap tanda memiliki makna yang akan disampaikan kepada khalayak. Sampul Majalah Tempo sebagai bahan penelitian bagi peneliti, dan merupakan suatu tanda yang mempunyai pesan terhadap khalayak dalam sampul tersebut.

Majalah yang terbitan berkala yang berisi berbagai macam artikel dalam subyek yang berisi seperti informasi, cerita, tips, fashion, hobi dan sebagainya. Majalah biasanya ditrbitkan mingguan, dwi mingguan, atau bulanan. Majalah memiliki artikel mengenai topik populer yang ditunjukan pada masyarakat umum dan ditulis dalam gaya bahasa yang menarik dan mudah dimengerti oleh orang banyak.

Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, menurut bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam dua jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang membuat karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibu, gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, seperti majalah wanita, majalah keluaraga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen,dll.7

Eksistensi majalah muncul karena kebutuhan masyarakat akan informasi beragam sesuai gaya hidup masyarakat saat ini. Maka tak heran banyak berbagai macam ragam majalah beredar saat ini, yang disesuaikan dengan segmentasinya.

Majalah juga berperan sebagai penyampai dan penafsiran pesan. Terlepas dari segala kekuranganya, majalah memilki kelebihan diantaranya adalah:

1. Analisis beritanya lebih panjang lebar (jurnalisme Interpretative)

7

Kurnia Efendi, Ensiklopedia Pers Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h.154-155


(29)

2. Dibanding Koran, majalah lebih kuat mengikat emosi pembacanya 3. Memiliki perspektif (pandangan) nasional sehingga terbatas dari

sentiment kedaerahan.

4. Ia merupakan sumber rujukan sehari-hari yang murah. Majalah membahas segala macam masalah dari yang kecil sampai masalah yang penting

5. Interpretasi berita oleh majalah bisa menjadi sumbar pendidikan umum. Artikel tentang sejarah, biografi, ds, bisa menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat.

Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan publikasi yang beraneka ragam . ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami atau dihaval sampai mendetail.8

B. Pemaknaan Dalam Sampul Majalah 1. Sampul Majalah

Salah satu ciri khas dari majalah berita adalah desain sampul atau halaman 1. Majalah berita menampilkan satu berita utama atau satu fokus utama. Ukuran publikasi, yang biasanya berukuran tabloid atau 8.5 x 11 inci, menyebabkan fokus harus seperti itu. Sampul sering juga dilengkapi dengan teaser headline tentang berita lain yang ada di publikasi.9

8

Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: logos, 1999), h.26-30

9


(30)

pada sebuah majalah terdapat ruang lingkup desain, yaitu tentang sampul majalah. Elemen visual pada sampul majalah saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tipografi, ilustrasi, dan warna adalah beberapa elemen visual untuk menciptakan komposisi yang menarik pada sebuah sampul majalah.

Sampul majalah adalah sampul halaman depan yang membuat identitas perusahaan dan menghinpun isi pemberitaan verbal dan visual yang berkaitan dengan materi pemberitaan agar menarik pembaca. Unsur- unsur yang harus ada pada sebuah sampul majalah adalah ukuran dasar dari majalah tersebut (ukuran saku atau ukuran tabloid), logo, fotografi, warna dasar, keterangan mengenai jadwal penerbitan, pencamtuman harga, headline (judul artikel dan sub judul artikel). Unsur-unsur ini memiliki fungsi praktis dan fungsi komunikasi yang mewakili konsep yang diberikan perusahaan majalah untuk selanjutnya diterbitkan.

Pengertian sampul menurut Dja’far H.Assegaf sebagai sampul “lembaran kertas paling luar depan belakang pada buku yang lebih tebal dari kertas isinya”.10

Sedangkan sampul sebagai kulit dijelaskan Assegaf sebagai “Lapisan depan atau belakang dari suatu majalah yang lazimnya memuat judul majalah dan berisikan gambar yang menarik”.11

Kemudian Onong Uchjana mendefinisikan sampul sebagai “lembaran bagian luar dari majalah atau buku dimana tertera nama atau judul dan media yang yang bersangkutan”.12

10

Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 127.

11

Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktekan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 125.


(31)

Dari beberapa definisi di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa sampul adalah lembaran kertas yang lebih tebal dari kertas isinya, terdapat di halaman paling luar depan atau belakang, dan dibuat untuk menarik perhatian pembaca. Sampul juga dapat membuat citra dan karakter penerbit yang membuatnya.

Sampul dalam sebuah majalah seperti halnya etalase sebuah toko yang akan mendorong pembaca untuk mengetahui isi kedalamannya. Karena itu, halaman depan sampul majalah itu harus menarik perhatian pembaca.

Pentingnya sebuah sampul merupakan bagian dari suatu strategi yang tidak dapat dipandang remeh. Posisi sampul justru menentukan penilaian pembacanya dalam memaknakan sampul tersebut. Karena sampul dapat mempengaruhi calon pembaca dan tentunya dapat menumbuhkan kesan terhadap identitas media yang bersangkutan. Cara media menghiasi sampul salah satunya menggunakan informasi bergambar.

Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi (melulu) tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dibandingkan media verbal, gambar merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Gambar berdiri sendiri, memiliki subyek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol “ yang jelas dan mudah dikenal. Pembuatan suatu “gambar komunikasi “, dimaksudkan untuk mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk gambar komunikasi, antara lain ilustrasi, logo, atau karikatur.

12

Onong Uchjana Efendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju komunikasi, 1999), h. 79.


(32)

Dalam hal ini adalah sampul berbentuk gambar karikatur Majalah Tempo

yang disajikan kepada khalayak yang mempunyai makna.

Selain itu sampul adalah halaman pertama yang ditampilkan oleh sebuah majalah yang berisi foto atau gambar ilustrasi, headline dan warna. Foto atau ilustrasi adalah gambar yang menjelaskan apa isi dari majalah tersebut, biasanya selalu berhubungan dengan headline. Headline adalah judul artikel yang sedang dibahas oleh majalah dalam setiap edisisnya.

Sampul dalam sebuah buku atau majalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Peranan sampul sangat penting, karena pada saat akan membeli buku atau majalah yang pertama kali dilihat adalah sampul atau gambar ilustrasinya. Pemilihan judul (teks) harus singkat, mudah dibaca, mudah dimengerti, dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung didalamnya. Jika tampilan sampul dibuat menarik makan akan membuat seseorang tertarik untuk membeli majalah tersebut. Informasi berita yang panjang di sampul harus menarik bagi banyak pembaca. Focus berita ini harus dilaporkan dan disajikan dengan amat cermat dan ditulis serta disunting dengan baik.13

Sampul dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal pemahaman pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penulis tentang apa yang ada didalamnya. Melalui gambar ilustrasi pada sampul, seorang penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya sebagai salah satu kesatuan dari karya sastra yang dihasilkan, selain itu ada misi tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada khalayak umum. Gambar secara visual pada sampul mampu mengomunikasikan pesan dengan cepat

13


(33)

dan berkesan, sebuah gambar ilustrasi yang tepat pemilihanya maka bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata. Visualisasi adalah cara atau sarana yang tepat untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas, penampilan secara visual selalu mampu menarik emosi pembacanya.

Banyak penerbitan yang digunakan sebagai media, tetapi penggunanya disesuaikan dengan tujuan bidang-bidang tertentu. Kapan akan digunakanya, tergantung pada jenis, serta jumlah artikel yang akan ditulis. Tetapi yang paling penting adalah bentuk perwajahan penerbitan, sehingga perlu adanya perencanaan desain yang baik dari setiap unsur yang akan ditampilkan.

Unsur-unsur penerbitan antara lain berupa tanda simbol, gunanya untuk membantu pembaca untuk mengikuti alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol, gunanya untuk membantu pembaca alur suatu tulisan. Jika tanda-tanda atau simbol memilki bentuk yang sama semua, tentu pembaca akan sulit membedakan serta memahami apa yang dimaksud dengan simbol tersebut.

2. Komunikasi visual

Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komuniksi visual adalah sistem semiotika khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem, semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi. Yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (massage) dari sebuah pengirim pesan (sender) kepada para penerima ( receiver) tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu.


(34)

Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studi semiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidikan terhadap segala jenis makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses).14

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam karya desain komunikasi visual disosialisasikan kepada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Danda verbal adalah aspek bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggabarkanya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estetinya. Tanda-tanda yang dilihat dan dibaca dari dua aspek seecara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.15

Agar pesan mampu menarik perhatian calon konsumen, maka karya desain komunikasi visual harus menawarkan ekskusivisme, keistimewaan, dan kekhususan yang kemudian dapat memberikan akhibat berupa ketertarikan calon konsumen untuk membeli. Contohnya dalah sampul majalah, sampul majalah harus dibuat semenarik mungkin agar calon pembaca tertarik untuk membeli majalah tersebut, karena biasanya sebelum membeli calon pembaca melihat dahulu sampulnya, apakah menarik atau tidak. Strategi semacam ini sengaja dilakukan karena produk desain komunikasi visual, yang salah satunya adalah sampul majalah hanyalah sekedar “alat pembius” bagi produsen untuk berburu konsumen.16

14

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, Dan Problem Ikonsitas, (Yogyakarta:Jalasutra, 2011), h.9.

15

Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual, (Yogyakarta:Jalasutra,2008)h.9-10.

16


(35)

Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.17

Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantarnya mengasumsikanya dalam adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima, kode pesan, saluran komunikasi dan acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya suatu konteks tertentu.18 Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerimaan. Tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya, karena tujuan dari komunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan.

Ketika semua bentuk komunikasi adalah tanda, maka dunia ini penuh dengan tanda. Ketika kita berkomunikasi, kita mencipatakan tanda sekaligus makna. Dalam perpektif semiotika, pada akhirnya komunikasi akan menjadi suatu ilmu untuk mengungkapkan pemaknaan dari tanda yang diciptakan oleh proses komunikasi itu sendiri.

3. Warna

Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kewajiban pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat, dan lain-lain. Secara visual, warna

17

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h.12

18


(36)

memiliki kekuatan yang mempu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing–masing warna mampu memberikan respon secara psikologis. Warna selalu dipakai orang di semua segi kehidupan. Hal itu membuktikan bahwa warna benar-benar menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan manusi.19

Penggunaan warna yang tidak tepat di headline akan mempengaruhi persepsi pembaca terhadap isi berita dan nilai berita. Teks isi yang berwarna akan menyebakan pembaca lambat dalam memproses informasi dan bahkan menyebabkan mereka enggan emembacanya.

Beberapa warna tidak tepat dipakai. Warna seperti kuning adalah sulit dibaca dan akan menciptakan isi yang samar dan sulit dibaca. Sedangkan warna yang kuat dan hangat, seperti merah adalah warna yang lebih baik untuk teks yang baik adalah hitam diatas putih. Tipe sebaliknya, putih diatas hitam, akan memperlambat pembaca dan menciptakan area tulisan padat di majalah.20

1. Merah

Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan.

2. Putih

Menunjukkan kedamaian, Permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan.

3. Hitam

Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak

19

Adi Kusrianto, pengantarDesain Komunikasi Visual,( penerbit ANDI, Yogyakarta,2007), h.46-47

20

Tom E.Rolnicki,dkk., Pengantar Dasar Jurnalisme (scholastic journalism)”, Jakarta: Kencan Prenada Media Group, 2008, h.274


(37)

bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri, anti kemapanan.

4. Biru

Memberikan kesan Komunikasi, Peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari adlam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang. 5. Hijau

Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. 6. Kuning

Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian,resah dan curiga.

7. Ungu

Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.

8. Cokelat

Menunjukkan Persahabatan, kejadian yang khusus, bumi, pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras. 9. Abu-Abu

Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.

10. Emas

Mencerminkan prestis (kedudukan), kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.21

4. Tipografi

Tipografi dalam dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat.22

21


(38)

Pengorganisasian disini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk atau anotomi huruf yang sebaiknya memiliki perbedaan dengan angka, missal huruf “i” capital sebaiknya tidak sama dengan angka 1.

Huruf dan tipografi dalam perkembanganya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang, bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

Dalam perkembanganya, ada lebih dari seribu macam huruf Romawi atau latin

yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf tersebut sejatinya merupakan hasil perkawinan silang lima jenis huruf berikut ini23:

1. Huruf Romein. Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara teba-tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiapbatang hurufnya. Jenis huruf ini meliputi: Baskerville, Garamond, perpetua.

2. Huruf Egyptian. Garis hurufnya memiliki ukuran sama tebal pada setiap sisinya, kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku. Jenis huruf ini meliputi:

Calibri,Century, Verdana.

3. Huruf Sans Serif. Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait. Jenis huruf ini meliputi: Bookman, Candara.

22

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual,(Yogyakarta:Jalasutra, 2008), h.98 23


(39)

4. Huruf Miscellaneous. Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya daripada nilai komunikasinya. Bentuknya senantiasa mengedepankan aspek dekoratif dan ornamental. Jenis huruf ini meliputi: Chiller, Curlz, Gigi

5. Huruf Script. Jenis huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan. Jenis huruf ini meliputi: Brush Script, French Script Monotype.

Sementara itu, Danton Sihombing mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya24:

1. Old Style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamond.

2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : Baskerville, Perpetua, Times New Roman.

3. Modern, jenis huruf ini meliputi: Bodoni

4. Egyptian, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa

5. Sans erif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Gothic, Future, Gill Sans, Optima.

Huruf-huruf tertentu dalam melakukan aktivitas perancangan. Ia harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya. Tetapi lebih dari itu, seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. sebab, perencanaan dan pemilihan tipografi yang tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal tersebut.

24


(40)

Tipografi dalam konteks komunikasi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat yang sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin disampaikan.25

Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran.

Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan sosial ataupun komersial. Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital. Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Hal ini diyakini dapat memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik. Sedangkan bentuk-bentuk tipografi itu sendiri dapat dipergunakan secara terpisah atau dapat pula dikomposisikan dengan materi lain seperti ilustrasi hand drawing ataupun image.

Danton Sihombing mengelompokkan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya:

1. Old Style, jenis huruf ini meliputi : Bembo, Caslon, Galliard, Garamond.

2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : baskerville, Perpetua, Times New Roman.

3. Modern, jenis huruf ini meliputi : Bodoni

4. Egyptian atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi : Bookman, Serifa.

25


(41)

5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi : Franklin Gothic, Futura, Gill Sans, Optima.26

Sejatinya masing-masing huruf harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar bisa dibaca dan dimengerti maknanya. Tetapi lebih dari itu, seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi visual. Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. Sebab, perencanaan dan pemilihan tipografi yang tepat, baik ukuran, warna, maupun bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal desain komunikasi visual tersebut.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di antaranya: pertama, latar belakang, yakni warna dasar dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsur utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan warna huruf dan latarnya cukup kontras

Kedua, besar huruf yang digunakan. Ukuran standar teks adalah antara 6 sampai 10 point, tergantung luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya teks yang akan ditampilkan, juga menyesuaikan keluarga huruf yang ingin ditampilkan.

Selain itu, keluarga huruf terdiri dari kembangan yang berakar dari struktur bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan huruf masih memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan : (1)kelompok berat terdiri atas light, regular,

26

Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 96.


(42)

dan bold. (2) Kelompok proporsi condesed, regular, dan extended. (3) kelompok kemiringan yaitu italic. Ketiga, spasi antarhuruf, kata, maupun jarak antar baris kalimat. Keempat, faktor-faktor subjektif seperti jarak baca maupun kualitas penerangan ketika membaca.27

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir mengusai tipografi yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu memposisikan dirinya sebagai kurir komunikasi (visual) yang bertanggung jawab kepada masyarakat luas yang dijadikan target.

Dalam Social Communication seperti dikutip Bebe Idah Maryam28, ada beberapa factor yang mempengaruhi mudah tidaknya ketersampaian sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, di antaranya: latar belakang, yakni warna dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsure utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan huruf dan latarnya cukup kontras.

5. Karikatur

Karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa pesan kritik sosial,

27

Danton Sihombing, Tipografi Dalam Desan Grafis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),, h. 28.

28


(43)

yang muncul disetiap penerbitan media massa political cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar humor.29

Menurut Sudarta, kartun adalah semua gambar humor, termaksud karikatur itu sendiri sedangkan karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek.30

Kartun Opini atau kartun editorial dalam media pers harus sejalan dengan kebijakan media dan konteks di masyarakat. Redaksi menganggap penting kartun opininya karena sebagai cermin kualitas media. Sudut pandang redaksi dan bagian yang peka ada misi yang diemban, yaitu dalam jurnalistik, media, dan humor.

Alex sobur mengatakan bahwa sebagian kartun opini setidaknya adalah empat hal teknis yang harus diingat. Pertama, harus informatif dan komunikatif; Kedua

harus situasional dengan pengungkapan yang hangat; Ketiga cukup memuat kandungan humor; Keempat harus mempunyai gambar yang baik.31

Media memakai tanda-tanda visual berupa gambar yang dituangkan dalam bentuk kartun. Sebuah gambar memiliki makna tertentu seperti halnya teks tulisan. Terlebih gambar tersebut ditambah humor dengan bobot cerita yang menarik.

Jika dikaitkan dengan karikatur pada sampul Majalah Tempo dalam penelitian ini. Maka yang dimaksud kartun disini adalah karun opini atau kartun editorial yang isi kartunnya biasanya mengangkat situasi politik, sosial, dan sebagainya. Kartun

29

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 138-139. 30

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003),,h. 138. 31


(44)

dibuat dengan lelucon dan sarat dengan kritik tajam terhadap prilaku serta kebijakan tokoh. Sifat kartun yang harus informatif, komunikatif, situasional dengan mengungkapkan yang hangat, memuat humor dan memiliki gambar yang baik, sehingga memberikan keuntungan dalam penyampaian kritik dengan sasaran pembaca. Kartunis harus mampu menyampaikan pesan dengan sedikit rangkaian kata kepada pembaca, agar kritik tersebut dapat dipahami pembaca dan pesan dapat tersampaikan. Tugas kartunis adalah mengangkat masalah secara unik agar pembaca dapat mengungkap sisi lain dalam memandang suatu masalah dengan ciri khasnya tertentu. Namun, pembaca tentu dapat menafsirkan sendiri suatu masalah yang diangkat dan tidak sesuai dengan pandangan kartunis.

C. Semiotika Charles Sanders Peirce

Berdasarkan pandangan semiotika, bila diseluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.

Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhugungan denganya: cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakanya.32

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.33 semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda, lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.34

32 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika. (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1992) , h.5


(45)

Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks,iklan, berita). Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.35

Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika, Charles Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dapat dianggap sebagai pemuka-pemuka semiotika modern. Kedua kedua tokoh inilah yang muncul dua aliran utama semiotika modern, yang satu menggunakan konsep Peirce dan yang lain menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan ini mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Saussure adalah cikal-bakal linguistik umum kedua tokoh tersebut menggunakan ilmu semiotika secara terpisah dan saling mengenal satu sama lain. Pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak bagi mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dasar tentang semiotika.

Semiotika menurut Charles Sanders Peirce adalah tidak lain dari pada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.36 Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda melainkan dunia itu sendiri terkait

33

Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), hal.15 34

Puji Santosa, Ancangan Semiotika Dan Pengkajian Susastra,( Bandung:Angkasa, 1931), h.3

35

Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta:Kencana,2006), h.262.

36


(46)

dengan pikiran manusia.37 penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.

Sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiotika adalah sebuah ilmu umum tentang tanda,”suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Tujuanya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.

Sausure tidak pernah berprestasi menjadi semiotikus karena pusat minatnya bahasa. Namun dialah orang yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk melihat bahasa sebagai sistem tanda. Saussure yang ditetapkan pada tanda: penanda dan petanda akhirnya mempengaruhi banyak semiotikus Eropa. Sedikitnya ada tiga aliran yang diturunkan dari tanda Saussure.

Pertama, semiotik komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari proses komunikasi. Kedua, semiotika konotasi, yaitu yang mempelajari makna konotatif dari tanda. ketiga, yang sebenarnya merupakan aliran didalam semiotik komunikasi adalah semiotik ekspansif dengan tokoh yang paling terkenal Julia Kristeva. Dalam semiotika jenis ini,pengertian tanda kehilangan tempat sentral karena digantikan oleh pengertia produksi arti. Tujuan semiotika ekspansif adalah mengejar ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.38

Semiotika menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan konvensi yang

37

Alek Sobur, Semiotika Komunikasi,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2009), h.2. 38


(47)

memungkinkan makna itu. Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah sebuah cabang dari filsafat, sedangkan bagi Saussure semiotika adalah bagian dari disiplin psikologi sosial.39

Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatanya didalam berbagai bidang, seperti antropologi, sosiologi politik, kajian agama, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan, semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual.

Semiologi menurut Saussure, didasarkaan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai stand, harus ada dibelakangnya system perbedaan dan konvensi yang memungkinkan makana itu. Dimana ada tanda disana ada sistem.40

Ada lima pandangan Saussure tentang prinsip dasar semiotika yaitu pertama,

signifer (penanda) dan signified (petanda); kedua, from (bentuk) dan content (isi); ketiga, langue(bahasa) dan parole (tutran, ujaran); keempat, syinchronic (sinkronik), dan diachronic (diakronik); dan kelima, syntagmatik (sintagmatik) dan assosiative

(paradikamatik).41

Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunya semiotika (semiotic). Bagi peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam fikirannya, logika

39

Kris Budiman,Semiotika Visual: Konsep Visual: Konsep ,Isu, Dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,2011), h.3.

40

Sumbo Tinarbuko, Seminar Komukasi Visual,((Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.12 41


(48)

sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda (Berger,2001:11-22). Dalam perkembangan selanjutnaya, istilah semiotika lebih popular dibandingkan dengan semiologi. Semiotika menurut Peirce adalah tidak lain dari sebuah nama dari logika yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.42

Semotika adalah ilmu yang mempelajari tentang (sign), berfungsinya tanda, dan produksi makna. Anda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pendangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda.

Sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, suatu keheningan, suatu kebiasaan makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf , peristiwa memerahnya wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap, setangkai bunga, rabut uban, sikap diam membisu. Gagap, berbicara cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk, bersudut tajam, kecepatan kesabaran, kegilaan, kekawatiran, kelengahan, semuanya itu dianggap sebagai tanda.43

Sampai sejauh ini, bidang-bidang studi semiotika sangatlah beragam, mulai dari kajian perilaku komunikasi hewan sampai dengan analisis atas system-sistem pemaknaan seperti komunikasi tubuh (kinesik dan proksemik), tanda-tanda berbauan , teori estika, retorika, dan seterusnya. Ruang lingkup studi semiotika, dengan demikin,

42

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta:penertbit Buku Baik,2004), h.3 43


(49)

sangatlah luas sehingga mungkin akan menimbulkan kesan sebagai suatu ilmu dengan, meminjam istilah Umberto Eco (1979:6).

Semiotika pada dasarnya dapat dibedakan kedalam tiga cabang penyelidikan (branches of inquiry), yakni sintaktik, sematik dan pragmatik.

1. Sintaktik (syntactic) atau sintaksis (syntax): suatu cabang semiotika yang mengkaji ”hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain”. Dengan kata lain, karena hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yangmengendalikan tuturan dan interpretasi, pengertian sintaktik kurang lebih adalah semacam “gramatika”.

2. Sematik (semantics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “ hubungan dia antara tanda-tanda dengan designate atau objek-objek yang diacunya”. Bagi Morris, yang dimaksud dengan desgnata adalah makna tanda-tanda sebelum digunakan didalam tuturan tertentu.

3. Pragmatic (pragmatics): suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari “hubungan antara tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau pemakainya”- pemakaian tanda-tanda. Pragmatik secara khusus berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situsional yang melatari tuturan.44

44


(50)

Charles Sanders Peirce ialah seorang ahli matematika dari Amerika Serikat yang sangat tertarik pada persoalan lambang-lambang. Peirce terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Peirce, sebagimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.

Sebuah tanda atau representamen (representamen) menurut Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama yang pada giliranya mengacu pada ubjek (object). Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi tradik langsung dengan interpretan dan objenya. Apa yang disebut sebagai proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses semiosis ini sering juga disebut sebagai signifikasi (signification).45

Peirce menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (triangle meaning). Menurutnya, semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign atau representamen), acuan tanda (object), pengguna tanda (interpretan). Yang dikupas teori segitiga adalah bagaimana muncul dari sebuah tanda digunakan orang pada waktu berkomunikasi.46

a. Tanda

45

Kris Budiman, Semiotika Visual:Konsep, Isu, Dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta: jalasutra, 2011),h.17

46


(51)

Adalah suatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia, dan merupakan suatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain luar tanda itu sendiri. Acuan tanda disebut objek

b. Acuan Tanda (Objek)

Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda

c. Penggunaan Tanda (Interpretan)

Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkanya ke suatu makna tertentu atau makana yang ada di dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Peirce dikenal dengan teori segitiga maknanya (triangle meaning). Menurutnya, semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yaitu tanda (sign atau

represetamen), acuan tanda (object), pengguna tanda (interpretant). Yang dikupas teori segitiga adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.47

Gambar 2.1 Semiotika Peirce48 Ground

Interpretant Object

47

Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.263.

48


(52)

Karena proses semiosis seperti tergambarkan pada skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak berkesudahan, maka pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen , menjadi interpretan lagi, menjadi representamen lagi, dan seterusnya. Gerakan yang tak berujung-pangkal ini oleh Umberto Eco dan Jacques Derrida kemudian dirumuskan sebagai proses semiosis tanpa batas.49

Menurut Peirce, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Ground adalah suatu yang digunakan agar tanda dapat berfungsi. Berdasarkan ground-nya Peirce membagi menjadi qualisign (kualitas yang ada pada tanda), sinsign (eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda) dan legisign (norma yang dikandung oleh tanda). Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda menjadi icon (tanda yang hubungan antara penanda dan pertandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah), index (tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan penandaannya yang bersifat klausal), dan symbol (tanda yang menunjukan hubungan arbiter antara penanda dengan petandanya). Dan berdasarkan interpretant-nya dibagi atas rheme

(tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan), dicent sign

49

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h.18.


(53)

(tanda sesuai kenyataan) dan argument tanda yang langsung memberikan alasan sesuatu.50

Bagi Peirce, tanda “is something which stands to some body for something in some some respect or capacity” menurutnya, tanda adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu.51 Atas hubungan dasar ini Peirce mengadakan klasifikasi tanda:

Ground Objek Interpretan

1. Qualisign (suatu

kualitas yang

merupakan suatu

tanda)

2. Singsign (“sign”:

“hanya sekali”

peristiwa yang

merupakan tanda ) 3. Legisign

(hukum yang berupa tanda. setiap tanda konfensional adalah Legisign).

1. Ikon yaitu tanda

yang memiliki

kualitas objek yang didenotasikan.

2. Indeks (petunjuk)

yaitu tanda yang mendenotasikan suatu obyek melalui terpengaruhnya kepada objek itu 3. Symbol yaitu sebuah

tanda yang

konvensional.

1. Rheme yaitu tanda sebuah kemungkinan kualitas yaitu bahwa ia mewakili suatu obyek yang mungkin ada.

2. Design yaitu tanda eksistensial suatu objek.

3. Argument yaitu

tanda suatu hukum.

 Ground

Tanda yang berkaitan dengan ground dibaginya menjadi:

. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lembut, lemah, dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign

50

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h.41-42. 51


(54)

adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan manusia.52

 Objek

Menurut Pierce (Noth, 1995:45), maka tanda-tanda objek dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotika. Diantaranya: ikon, indeks dan simbol.

Table 2.1 ( Semiotika Peirce) Sumber: Marcel Danasi (2010)

Jenis Tanda (Representamen)

Hubungan Antar Tanda Dan Sumber Acuan

Contoh

Ikon Tanda dirancang untuk

mempresentasikan sumber

acuan melalui simulasi atau persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar dan seterusnya, dalam ikon)

Segala macam gambar

(bagian, diagaram dan lain-lain), photo, kata-kata dan seterusnya

Indeks Tanda dirancang untu

mengidentifikasikan sumber

acuan atau saling

menghubungkan sumber

acuan

Jari yang menunjuk, kata keterangan seperti di sini, di sana, kata ganti seperti aku, kau, ia dan seterusnya

simbol Tanda dirancang untuk

menyandingkan sumber

acuan melalui kesepakatan atau persetujuan

Simbol sosial seperti mawar,

simbol matematika dan

seterusnya

52


(55)

1. Ikon

Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance) sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai “kesamaan dalam beberapa kualitas”. Suatu pete atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan objeknya sejauh di antara keduanya terdapat keserupaan.53

Ikon adalah tanda yang mewakili sumber acuan melalui sebuah bentuk replikasi, simulasi, imitasi atau persamaan,. Simbolisme bunyi adalah salah satu contoh ikonisitas dalam bahasa. Namun, ikonitas dapat pula ditemukan dalam wilayah representasi non verbal misalanya,sebuah foto mirip dengan sumber acuan secara visual, begitu pula dengan lukisan pemandangan alam.54 Ikonisitas adalah upaya untuk memanipulasikan sifat indrawi yang direpresentasikan dalam berbagai tanda.

Pada dasarnya icon merupakan tanda yang bisa menggambarkan cirri utama sesuatu meskipun Sesutu yang lzim disebut objek acuan tersebut tidak hadir. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks,

.53 Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu Dan Problem ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011)h.20

54


(56)

namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik ( dua atau tiga dimensi ) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Misalnya gambar Djoko Susilo adalah ikon Djoko susilo.

2. Indeks

Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Didalam indeks hubungan antara tanda dan objeknya sifatnya konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kasual. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yanhg mewakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti.55

Misalnya, jejaka telapak kaki di atas permukaan tanah merupakan indeks dari seseorang yang telah lewat disana; ketukan pada pintu merupakan indeks dari kehadiran atau kedatangan seseorang dirumah kita. Kata rokok, misalanya memiliki indek asap. Hubungan indeksial antara rokok dan asap terjadi karena terdapatnya hubungan cirri yang bersifat tetap ‘rokok’ dengan ‘asap’. Kata yang memiliki Indeksikalitas masing masing memiliki ciri utama individual. Ciri yang satu dengan yang lain berbeda dan tidak saling menggantikan. Ciri utama pada rokok misalnya, berbeda dengan asap.

55

Kris Budiman. Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011),h.201


(57)

Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengidentifikasikan sumber acuan atau saling menghubungkan sumber acuan.56misalnya, bisa berupa hal-hal semacam zat atau material ( asap adalah indeks dari adanya api), gejala fisik ( kehamilan adalah indeks dari sudah terjadi pembuahan), gejala alam (jalan becek adalah indeks dari hujan yang turun beberapa saat lalu).

3. Simbol

Simbol adalah tanda yang dirnacang untuk menjadikan sumber acuan melalui kesepakatan atau persetujuan dalam konteks spesifik.57 Misalnya, mawar adalah simbol cinta di beberapa kebudayaan: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adlah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda misalnya seperti Eskimo, Garuda Pancasila dipandang sebagai burung elang biasa.

Simbol adalah tanda yang representamen merujuk pada objek tertentu tanpa motivasi; simbol terbentuk melalui konvensi-konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung di antara

representamen dan objeknya.58 Simbolisme adalah hasil dari kesepakatan historis dan sosial, persetujuan atau fakta.

56

Marcel danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2004), h.38. 57

Marcel danesi. Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2004) h.38.

58

Kris Budiman. Semiotika Visual konsep, Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta; Jalasutra, 2011),h.22


(58)

 Tanda yang berkaitan dengan interpretan adalah:

Pertama, (rheme) adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda apapun yang tidak betul dan tidak pula salah pula. Reme merupakan tanda yang mungkin orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata dimasukin insekta, atau baru bangun atau ingin tidur

Kedua, tanda disen (decentsign) adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.

Ketiga, argument (argument) adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Lalu Lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.

Berdasarkan objeknya, peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya, ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkan.59 Misalnya, model gambar ilustrasi yang ditampilkan pada sampul majalah Tempo adalah ikon dari sebuah kasus terkait korupsi simulator SIM. indeks adalah tanda yang memilki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. Misalnya teks pada majalah Tempo yang mewakili atau disebut juga tanda sebagai bukti. Misalnya, teks yang ada pada sampul majalah Tempo.yang mewakili

59


(59)

keterangan atas gambar ilustrasi kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan Djoko Susilo dan KPK.

Menurut interpretan, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument.60 Pertama, rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda ataupun yang tidak betul dan tidak pula salah.61 Rema merupakan tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdassarkan pilihan.62 Misalnya gambar ilustrasi pada sampul majalah Tempo menandakan bahwa gambar tersebut adalah ilustrasi kasus simulator SIM. kedua decisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, pada sampul majalah tersebut menambahkan teks yang menyatakan gambar tersebut adalah kaitanya dengan kasus simulator SIM. ketiga,

argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Misalnya teks yang menyatakan bahwa itu adalah gambar ilustrasi kasus simulator SIM.

60

Alek Sobur, Semiotika Komunikasi, (bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),h.42.

61

Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, (Yogyakarta:Jalasutra,20011), h.81.

62


(1)

(2)

(3)

(4)

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Kendra Paramita

Jabatan : Ilustrator

Tanggal wawancara : kamis 23 Januari 2014

Tempat : PT Tempo Inti Media Tbk. Jalan Palmerah barat no. 8 Jakarta

Pukul : 14.20 WIB

1. Bagaimana pendapat Tim Redaksi majalah Tempo tentang sampul yang baik dan layak disuguhkan masyarakat?

Sampul secara keseluruhan , kita punya beberapa standar yang paling utama adalah menjual, jadi orang tidak sekedar megang mau lihat aja tapi meraka mau membeli, itu adalah tujuan pertama. Dan memiliki nilai berita yang berkualitas. Gambar dan teks dalam sampul tak hanya harus disusun agar enak di mata, tetapi juga menarik perhatian/eyecatching.

2. Apa alasan mendasar majalah Tempo menampilkan sampul mengenai kasus Simulator SIM?

Ok kalau alasan sebenarnya ini berkaitan tentang kami kerja tim, dan memang pada saat itu pemberitaan simulator ini yang dipilih. Karna memang dimana-mana pemberitaan ini menjadi konsumsi masyarakat. Apalagi menyangkut petinggi kepolisian seperti Djoko Susilo.


(5)

3. Mengapa ada edisi yang lain pada pemberitaan Simulator SIM?

Tentu saja hal-hal itu sudah dibahas dalam forum sebelumnya kan, yang kami buat dan sudah kami pertimbangkan, karena kita punya tim. Dan memang pada saat itu pemberitaan tentang korupsi Djoko Susilo yang menjadi perhatian di masyarakat tentunya. Jadi kami pikir tepat ketika kita mengangkat kasus ini.

4. Apakah makna simbol-simbol pada gambar ilustrasi masing-masing sampul majalah Tempo tersebut?

Untuk gambar pertama ini. ini mengambarkan kasus dari Djoko susilo paling awal itu terlibat dalam kasus korupsi Simulator SIM, gambar ini kami gambarkan mirip djoko dengan sabuk putih itu identik dengan polantas dan gambar motor simulator ini kami sesauikan dengan gambar aslinya. Dan untuk tulisan KPK dilayar ini untuk menunjukan komisi pemberantasan korupsi

Gambar kedua ini tentang pertahanan polisi habis-habisan untuk membela institusinya, memang untuk pangkat bintang dua ini menunjukan inspektur Djendral Dojo Susilo, dan gambar ini menggambarkan pertahanan untuk melawan KPK.

Untuk gambar ketiga kami mencoba untuk mengambarkan seorang narapidana kan modelnya kayak gini ketika masuk penjara.

Kalau gambar ini saya mencoba untuk menampilkan sosok mafia, dan saya mencari inpirasi lewat gambar-gambar dari internet untuk mencari gambar yang cocok tentang gambaran mafia itu seperti apa, sebelum menentukan yang cocok.

5. Apa yang ingin disampaikan majalah Tempo kepada masyarakat, terkait kasus Simulator SIM?


(6)

Lewat gambar ini saya mencoba untuk membuka mata masyarakat tentang kasus simulator SIM ini, lewat gambar tentunya. Dari edisi pertama tentang simulator terus merambat ke proyek lain Plat nomor juga. tapi tujuan utamanya agar intitusi kepolisian ini mulai sadar, mau berubah, sudah saatnya untuk berbenah, karena nama meraka sudah tidak baik dimata masarakat, ditambah lagi dengan kasus ini melibatkan petinggi polri lagi kan.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013

0 6 119

Solusi Kasus Simulator SIM.

0 0 2

Representasi Dugaan Korupsi Tiga Petinggi PKS dalam Sampul Majalah Berita Mingguan Tempo.

0 0 2

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM (Analisis Framing Berita Tentang Kasus Korupsi Simulator SIM Yang Melibatkan Djoko Susilo Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi Desember 2012 – Maret 2013 ).

0 1 110

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM (Analisis Framing Berita Tentang Kasus Korupsi Simulator SIM Yang Melibatkan Djoko Susilo Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi Desember 2012 – Maret 2013 ).

0 1 110

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

Pemaknaan karikatur “Artalyta Suryani” Pada Cover Majalah Tempo (Studi semiotik Terhadap Cover Majalah Tempo Edisi Januari 2010). SKRIPSI.

2 9 79

PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL DEPAN MAJALAH TEMPO (Analisis Semiotik Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret Sampai 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru Penebar Teror).

1 4 93

PEMAKNAAN ILUSTRASI SAMPUL DEPAN MAJALAH TEMPO (Analisis Semiotik Ilustrasi Sampul Depan Majalah Tempo Edisi 22 Maret Sampai 28 Maret 2010 Yang Berjudul Angkatan Baru Penebar Teror)

0 0 19

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM (Analisis Framing Berita Tentang Kasus Korupsi Simulator SIM Yang Melibatkan Djoko Susilo Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi Desember 2012 – Maret 2013 )

0 0 17