FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) ( Studi Kasus di Manding, Kabupaten Bantul, Yogyakarta )

(1)

( The Case Studies In Manding, Bantul District Of Yogyakarta ) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

INDRA SETIAWAN 20090430032

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

menghadapi cobaan. Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. “Always be yourself no matter what they say

and never be anyone else if they look better thank you “.

PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya sembah sujud serta syukur kepada allah SWT yang telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu dan memperkenalkanku dengan cinta.

Terima kasih untuk ayah dan ibunda tercinta sebagai tanda bukti dan hormatku kupersembahkan tugas akhir ini untukmu dan terima kasih atas segala kasih sayangmu,doa dan dukunganmu selama ini sehingga aku dapat menyelesaikan tugas akhir

ini dan melewati segala suka duka dalam hidupku.

Dan terima kasih juga buat kamu My sweet heart “ Riska Trifena Naulita Silalahi “ Atas dukungan, cinta, sayang, perhatian dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga engkau yang terbaik untukku

dan masa depanku. Thanks Riska …

Terima kasih juga kuhaturkan kepada dosen pembimbing bapak Agus Tri Basuki, SE.M.Si atas segala bimbingan, arahan dan ilmu yang telah diberikan, sehingga saya dapat


(4)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTOPERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN INTISARI ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. BatasanMasalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LandasanTeori ... 9

a. Devinisi UMKM ... 9

b. Perandan Fungsi Usaha Kecil dan Menengah ... 15

c. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah ... 16

d. Ketenagakerjaan ... 19

e. Pendapatan ... 20

f. Sebab-Sebab Ketimpangan pendapatan ... 24

g. Kebijakan PemerintahTentang Usaha Kecil dan Menengah ... 25

h. Peran Usaha Kecil dan Menengah Dalam Meningkatkan Pendapatan ... 31

B. Penelitian Terdahulu ... 32

C. Kerangka Pikir ... 37

D. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 40


(5)

F. Teknik Pengambilan Data ... 44

G. Definisi Oprasional Variabel ... 44

H. Teknik Pengukuran Data ... 47

I. Model Penelitian ... 48

J. Uji Kualitas Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 55

1. Sejarah Singkat Usaha Kecil dan Menengah ... 55

2. Peran dan Fungsi Lembaga... 56

a. Visi ... 56

b. Misi ... 56

c. Perkembangan Industri Kulit Manding ... 57

d. Profil Usaha Kecil dan Menengah Industri Kulit Manding ... 58

3. Tenaga Kerja... 58

a. Pendidikan Tenaga Kerja ... 58

b. Kemampuan Tenaga Kerja ... 59

c. Lama Kerja Tenaga Kerja ... 59

d. Jenis Kelamin Tenaga Kerja ... 60

e. Usia Tenaga Kerja ... 60

BAB V ANALISIS DATA A. Deskriptif Variabel ... 61

B. Uji Validitas ... 62

C. Uji Reliabilitas ... 63

D. Uji Multikolinearitas ... 64

E. Uji Heterokedastisitas ... 64

F. Uji T dan Interpretasi Variabel-variabel Penelitian ... 65

G. Uji F ... 71

H. Uji R2 ... 73

I. Pembahasan ... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Tabel 5.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 61

Tabel 5.2 Uji Validitas ... 63

Tabel 5.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 63

Tabel 5.4 Hasil Uji Wald ... 64

Tabel 5.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 65


(7)

Gambar 5.1 Kurva Pengujian T Lama Pendidikan Pada Pendapatan

Pekerja Manding ... 67 Gambar 5.2 Kurva Pengujian T Lama Bekerja Pada Pendapatan

Pekerja Manding ... 68 Gambar 5.3 Kurva Pengujian T Jenis Kelamin Pada Pendapatan

Pekerja Manding ... 70 Gambar 5.4 Kurva Pengujian T Usia Pada Pendapatan Pekerja

Manding ... 71 Gambar 5.5 Kurva Pengujian F ... 72


(8)

(9)

1 A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan Indonesia selain jumlah yang relatif besar, alokasi yang tidak merata, serta tingkat pendidikan yang rendah, hal ini terlihat dengan rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pembangunan nasional karena menimbulkan peningkatan angkatan kerja yang akan memasuki pasar tenaga kerja, sedangkan rata-rata mereka memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah atau merupakan tenaga kerja tidak terdidik, sedangkan lapangan kerja yang tersedia relatif kecil.

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang semakin terpuruk, sementara Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta Koperasi relatif masih dapat mempertahankan kegiatan usahanya (Soeharto, 2001).


(10)

2

hal penyerapan tenaga kerja. Disamping itu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga memiliki potensi penghasil

devisa yang cukup besar melalui kegiatan ekspor komoditas tertentu dan memberikan kontribusi terhadap Product DomestikBruto (PDB).

Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Indonesia Tahun 2011 - 2012

sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

UMKM selalu mengalami kenaikan secara signifikan setiap tahunnya. Hal ini terbukti dari peningkatan jumlah UMKM tiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah UMKM sebanyak 55.206.444 unit dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 56.534.592. Dengan Meningkatnya jumlah UMKM diikuti oleh peningkatan jumlah tenaga kerja. Pada tahun 2011 tenaga kerja UMKM sebanyak 101.722.458 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 107.657.509.

Secara umum Usaha Kecil dan Menengah memiliki kedudukan yang sangat potensial dalam perekonomian nasional, kenyataannya masih banyak masalah yang menghadang dalam pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Dalam hal ini, adalah kelemahan akses pada informasi dan perluasan pangsa pasar, kelemahan akses dan pemupukan modal, kelemahan akses pada informasi dan teknologi, kelemahan dalam manajemen organisasi,

No Indikator Satuan 2011 2012

1 Jumlah UMKM Unit 55.206.444 56.534.592

2 Pertumbuhan Jumlah UMKM Persen 2,57 2,41

3 Jumlah Tenaga Kerja UMKM Orang 101.722.458 107.657.509 4 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Persen 2,33 5,83


(11)

3

berdampak pada rendahnya kualitas produk dan jasa sehingga kurang memiliki daya saing, baik dalam pasar lokal maupun nasional dan internasional.

Kondisi tersebut tentu harus segera diperbaiki dalam menghadapi pasar global agar Usaha Kecil dan Menengah mampu bersaing. Kunci didalam memenangkan persaingan adalah peningkatan produktivitas dan efisiensi. Untuk itu maka setiap Usaha Kecil dan Menengah harus mempersiapkan diri antara lain memproduksi atau menghasilkan suatu produk yang berkualitas tinggi, melakukan deferensiasi supaya memiliki daya saing tinggi. Dengan kata lain, Usaha Kecil dan Menengah harus menghasilkan produk yang berbeda dengan yang lain agar mempunyai pangsa pasar, bergerak dalam satu jenis tertentu, konsentrasi dalam satu cabang usaha dan mencari pasar yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kegiatan usaha tersebut juga harus mampu menangkap peluang usaha yang berbasis sumberdaya setempat terutama yang dapat meraih peluang ekspor.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, UKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor Usaha Kecil dan Menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor


(12)

4

Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selam krisis ekonomi, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM.

Dapat kita lihat seperti yang ada di Daerah Isimewa Yogyakarta (DIY), Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan kepadatan penduduk yang sedemikian rupa memiliki potensi di bidang UKM yang cukup besar dalam meningkatkan perkembangan ekonomi daerah itu sendiri. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terdiri dari lima (5) kabupaten yaitu Sleman, Bantul, Kota Yogya, Gunungkidul dan Kulonprogo masing-masing memiliki UKM yang tersebar di berbagai wilayah dan sudut dari kabupaten masing-masing, yang dimana UKM tersebut mampu menunjang pendapatan penduduk


(13)

5

promosi dan kerja sama investasi serta program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. Capaian investasi total pada tahun 2010 mencapai

Rp. 4.580.972.827.244,00 oleh sebab itu dengan rincian PMDN sebesar Rp. 1.884.925.869.797,00 dan PMA sebesar 2.696.046.957.447,00. Unit

usaha di DIY pada tahun 2012 ada sekitar 78.122 unit dengan penyerapan

tenaga kerja sebesar 292.625 orang dan nilai investasi sebesar Rp. 878.063.496.000,00. (wikipedia,2012).

Tabel 1.2

Jumlah UKM di DIY Berdasarkan Willayah (Unit Usaha) 2009-2013

Sumber : www.umkm-yogya.com (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan bahwa provinsi D.I.Yogyakarta memiliki total 639 UKM yang dikelompokkan menjadi 4 sektor usaha. Dan dapat dilihat sektor usaha kerajinan terbanyak terdapat di kabupaten Sleman dan Bantul yaitu masing-masing sejumlah 100 dan 90 unit usaha. Sedangkan Furniture terbanyak terdapat di bantul dan kulonprogo. Sedangkan Sandang dan Pangan terbanyak berada di Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo.

No Sektor Usaha Sleman Bantul Yogyakarta Gunungkidul Kulonprogo

1 Kerajinan 100 90 61 17 37

2 Furniture 26 42 7 19 34

3 Sandang 27 2 17 4 9


(14)

6

mempunyai nilai ekspor tertinggi. Namun demikian secara umum ekspor ke mancanegara didominasi oleh produk-produk yang dihasilkan dengan nilai seni dan kreatif tinggi yang padat karya (labor intensive).

Dari sekian banyak industri yang berkembang di DIY terdapat beberapa sentra kerajinan, diantaranya adalah sentra kerajinan Manding,kerajinan tanah liat di Kasongan, kerajinan bambu di Jipangan dan kerajinan batu di Lemahdadi.

Dari banyaknya sentra UKM yang bergerak di bidang kerajinan menimbulkan dampak yang bagus terhadap perkembangan Usaha Kecil dan Menengah yang ada di DIY. Salah satunya adalah kerajinan kulit Manding yang berada di Kabupaten Bantul. Saya memilih Manding karena Manding adalah objek dari penelitian yang saya lakukan. Selain itu sentra kerajinan Manding adalah entra kerajinan terbesar di DIY dimana barang-barang yang dihasilkan semua berasal daribahan dasar kulit yang dimana barang-barang dengan bahan dasar kuli masih menjadi tren dikalangan masyarakat.

Kerajinan kulit Manding pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1970an hingga 1980an. Walaupun tidak sejaya dulu, tetapi saat ini kerajinan kulit Manding masih menjadi sentra desa wisata kerajinan kulit di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kawasan Manding memiliki sekitar 40 usaha kulit tradisional yang dikerjakan oleh ratusan warga sekitar. Kawasan Manding bisa disamakan dengan kawasan Cibaduyut yang berada di Bandung Jawa


(15)

7

Manding, Sabdodadi, Bantul, sekitar 15 km dari pusat kota Jogja ke arah selatan menuju Pantai Parangtritis. Akses menuju Manding mudah karena Jalan Parangtritis ini dilalui oleh banyak kendaraan umum seperti bis. Atau jika mengendarai kendaraan pribadi, maka perjalanan ke Manding akan lebih mudah.(wikipedia,2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah pendidikan pekerja UKM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding?

2. Apakah kemampuan pekerja UKM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding?

3. Apakah lama bekerja dari pekerja UKM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding?

4. Apakah jenis kelamin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding?

5. Apakah usia pekerja UKM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding?


(16)

8 kawasan Bantul yakni daerah Manding.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dari permasalahan di atas, maka penilitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan pekerja terhadap pendapatan pekerja UKM Manding.

2. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan pekerja terhadap pendapatan pekerja UKM Manding.

3. Untuk mengetahui pengaruh lama bekerja pekerja terhadap pendapatan pekerja UKM Manding.

4. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin pekerja terhadap pendapatan pekerja UKM Manding.

5. Untuk mengetahui pengaruh usia pekerja terhadap pendapatan pekerja UKM Manding.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan selain memiliki manfaat bagi penulis yaitu sebagai syarat pengajuan skripsi dan kelulusan di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan meningkatkan wawasan mengenai dunia usaha dalam lingkup kecil dan menengah, juga


(17)

9

1. Untuk menambah pengetahuan penulis dan dapat dijadikan pendorong untuk mengembangkan ilmu yang diperoleh, sehingga dapat bermanfaat bagi sesama.

2. Sebagai bahan telaah lanjutan terhadap penelitian lain yang relevan dengan masalah tersebut.

3. Sebagai masukan bagi Usaha Kecil dan Menengah untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan usaha yang telah mereka jalankan.


(18)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori a. Definisi UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung


(19)

11

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro yaitu:

1. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).


(20)

12

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UKM berdasarkankuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang (Susanti, 2009).

Nurhayati (2011) menyebutkan definisi UMKM memiliki beragam variasi yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara yaitu: 1. World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30

orang, pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.

2. Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

3. Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, dikategorikan usaha rumah tangga.

4. Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail/ service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50 juta – 300 juta.

5. Di Korea Selatan : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤


(21)

13

6. Di beberapa Asia Tenggara : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5 – 10 orang (Malaysia), atau 10 -99 orang (Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.

Bank Indonesia (2011) mengemukakan terdapat beberapa negara yang mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja, diantaranya yaitu:

a. El Salvador (kurang dari empat orang untuk usaha mikro, antara lima hingga 49 orang untuk usaha kecil, dan antara 50 – 99 orang untuk usaha menengah)

b. Ekuador (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro)

c. Kolombia (kurang dari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10 – 50 orang untuk usaha kecil, dan antara 51 – 200 orang untuk usaha menengah)

d. Maroko (kurang dari 200 orang) e. Brazil (kurang dari 100 orang)

f. Algeria (institusi non formal memiliki jumlah karyawan kurang dari 10 orang)

Beberapa negara memiliki standar yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kombinasi dari berbagai tolok ukur dalam mendefinisikan UMKM berkaitan dengan dasar hukum. Afrika Selatan contohnya, menggunakan kombinasi antara jumlah karyawan, pendapatan usaha, dan total aset sebagai ukuran dalam kategorisasi usaha. Peru mendasarkan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah karyawan dan tingkat penjualan


(22)

14

per tahun. Costa Rica menggunakan sistem poin berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan, dan total aset sebagai dasar klasifikasi usaha. Bolivia mendefinisikan UMKM berdasarkan tenaga kerja, penjualan per tahun, dan besaran asset. Sedangkan Republik Dominika menggunakan karyawan dan tingkat penjualan per tahun sebagai tolok ukur. Tunisia memiliki klasifikasi yang berbeda di bawah peraturan yang berbeda, namun terdapat konsensus umum yang mendefinisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan. Selain itu, ada pula beberapa negara yang menggunakan standar ganda dalam mendefinisikan UMKM dengan mempertimbangkan sektor usaha. Afrika Selatan membedakan definisi UMKM untuk sektor pertambangan, listrik, manufaktur, dan konstruksi. Sedangkan Argentina menetapkan bahwa sektor industri, ritel, jasa, dan pertanian memiliki batasan tingkat penjualan berbeda dalam klasifikasi usaha. Malaysia membedakan definisi UMKM untuk bidang manufaktur dan jasa, masing-masing berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah penjualan tahunan (Bank Indonesia, 2011).

Adapun pengertian UKM menurut Suhardjono dalam Rafika (2010) mendefinisikan Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil,dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sertakepemilikan sebagaimana diatur dalam undang – undang. Kriteriaperusahaan di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang sebagaiusaha rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5 – 19 sebagai usahakecil, perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 20 - 99 sebagai


(23)

15

industrimenengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orangsebagai usaha besar.

Menurut SK Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal05

Juni 1994 adalah “perorangan atau badan usaha yang melakukankegiatan

usaha dengan nilai penjualan atau omset senilai Rp. 66 juta atausetinggi-tingginya Rp. 600 juta di luar tanah dan bangunan yangditempati”. Apabila kita mengacu dari UU No. 9 tahun 1995 yangdigunakan oleh Departemen

Koperasi menetapkan kriteria “ usaha kecilsebagai usaha yang memiliki

kekayaan bersih maksimum Rp 200 juta, diluar tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan palingbanyak Rp. 1 milyar dan dimiliki

oleh warga Indonesia” tentang usahakecil. Usaha sendiri, bukan anak

perusahaan dari bentuk usahaperseorangan. Usaha kecil merupakan usaha informal oleh individu sepertiusaha rumah tangga, pedagang kecil, kaki

lima maupun asongan”. Istilahusaha kecil diartikan sebagai suatu segmen

pengusaha dengan usahanyadilihat dari permasalahan ekonomi domestik (Faisal,2002).

Menurut Martin (2000), Ciri-ciri usaha kecil – menengah antara lain : a. Pendidikan formal yang rendah

b. Modal usaha kecil c. Miskin

d. Upah rendah


(24)

16

b. Peran dan fungsi Usaha Kecil dan Menengah

Fungsi dan peran Usaha Kecil dan Menengah sangat besar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Fungsi dan peran itu meliputi:

a. Penyediaan barang dan jasa b. Penyerapan tenaga kerja c. Pemerataan pendapatan

d. Sebagai nilai tambah bagi produk daerah e. Peningkatan taraf hidup masyarakat

Bentuk pembinaan bagi Usaha Kecil dan Menengah sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan Sebagai sarana, bantuan serta bentuk nyata pembinaan usaha kecil yang tercatat selama ini diantaranya adalah : a. Sistem kemitraan usaha.

b. Dana pembinaan BUMN 1-5 persen dari keuntungan bersih. c. Pembentukan lembaga penjamin kredit usaha kecil.

d. Fasilitas kredit perbankan khususnya untuk pengusaha kecil. e. Kredit tanpa agunan (kredit kelayakan usaha).

f. Pembentukan proyek pengembangan usaha kecil.

g. Pembentukan proyek pengembangan hubungan bank dengan kelompok swadaya masyarakat.

h. Pembentukan forum komunikasi perbankan untuk pengembangan usaha kecil.


(25)

17

c. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah 1. Kelebihan usaha kecil dan menengah:

Pada kenyataanya, Usaha Kecil dan Menengah mampu tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang mengakibatkan inflasi maupun berbagai faktor penyebab lainya. Tanpa subsidi dan proteksi Usaha Kecil di Indonesia mampu berperan sebagai

buffer (penyangga) dalam perekonomian masyarakat lapisan bawah.

Menurut Harimurti (2009), secara umum perusahaanskala kecil baik perorangan maupun kerjasama memiliki kelebihan antara lain seperti : 1. Pemilik merangkap manajer perusahaan yang bekerja sendiri dan

memiliki gaya manajemen sendiri, (merangkap semua fungsi manajerial seperti marketing , finance dan administrasi).

2. Perusahaan keluarga, dimana pengelolaanya mungkin tidak memiliki keahlian manajerial yang handal.

3. Sebagian besar mebuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.

4. Resiko usaha menjadi beban pemilik.

5. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan prematur.

6. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki rencana jangka panjang.

7. Independen dalam penentuan harga produksi atau barang atau jasajasanya.


(26)

18 8. Prosedur hukumnya sederhana. 9. Pajak relatif ringan.

10.Kontak – kontak dengan pihak luar bersifat pribadi. 11.Mudah dalam proses pendirianya.

12.Mudah di bubarkan setiap saat jika dikehendaki. 13.Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. 14.Pemilik menerima seluruh laba.

15.Umumnya mempunyai kecenderungan mampu untuk survive.

16.Merupakan tipe usaha yang paling cocok untuk mengelola poduk, jasa atau proyek perintisan yang sama sekali baru atau belum pernah ada yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing.

17.Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya usaha kecil di Indonesia.

18.Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senantiasa tergali melalui kreatifitas pengelola.

19.Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang tidak terlalu mahal.

20.Meskipun tidak terlihat nyata, masing-masing usaha kecil dengan usaha kecil yang lain saling ketergantungan secara moril dan semangat berusaha.


(27)

19

Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan guna meningkatkan kinerja dan daya saing Usaha Kecil dan Menengah. Pendekatan pertama, adalah memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah agar mampu menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas. Beberapa dimensi kualitas produk adalah:

a. Kinerja. Dimensi ini mengenai seberapa baik suatu produk melakukan apa yang semestinya dilakukan.

b. Features. Menggambarkan pernik-pernik yang melengkapi atau meningkatkan fungsi dasar produk.

c. Keandalan. Dimensi kualitas ini berkaitan dengan kemampuan prduk untuk bertahan selama penggunaan yang biasa.

d. Kesesuaian. Dimensi ini berkaitan dengan seberapa baik produk tersebut sesuai dengan standar. Untuk konsumen individu, kesesuaian lebih pada tercapainya standar – standar subyektif.

e. Daya tahan. Daya tahan adalah ukuran umur produk, dan teknologi modern.

f. Kemudahan perbaikan. Produk yang digunakan untuk jangka waktu lama sering harusdiperbaiki atau dipelihara dan rancangan produk yang memudahkan perbaikan menambah nilai produk.

g. Keindahan. Kualitas tidak selalu bergantung pada kemampuan fungsional. Keindahan suatu produk bagaimana produk tersebut dilihat dan dirasakan dapat menjadi dimensi yang penting.


(28)

20

h. Persepsi terhadap kualitas. Dimensi ini tidak didasarkan pada produk itu sendiri tetapi pada citra atau reputasinya. Iklan, peringkat dari para pakar, dan pendapat teman dan keluarga dapat mempengaruhi persepsi kita pada kualitas produk.

d. Ketenagakerjaan

Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang berumur di dalam batas lama bekerja. Batas lama bekerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur maksimum. Batas lama bekerja versi Bank Dunia adalah antara 15 hingga 64 tahun (Dumairy, 1996). Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam lama bekerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam lama bekerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan.

Selanjutnya, angkatan kerja di bedakan pula menjadi sub kelompok yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai dan saat ini memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang


(29)

21

tidak bekerja. Adapun yang dimaksud dengan penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.

e. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan sebagai sejumlah uang yang telah diterima pada pelanggan dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Yang dimaksud dengan pendapatan adalah jumlah penghasilan baik dari keluarga maupun perorangan dalam bentuk uang, yang diperolehnya dari jasa setiap bulan yang baik dari sebelumnya, atau dapat juga diartikan sebagai suatu hasil yangsedikit keberhasilan usaha, maka jumlah tersebut akan menjadi besar dan meningkat (Tohar, 2000).

Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari seluruh anggota keluarga yang disambungkan untuk memenuhi kebutuhan bersama ataupun perorangan dalam rumah tangga.

Pendapatan rumah tanggga dapat berasal dari satu macam sumber pendapatan, sumber pendapatan yang beragam tersebut dapat terjadi karena anggota rumah tangga yang bekerja melakukan lebih dari satu jenis kegiatan yang berbeda satu sama lain, faktor lain yang mempengaruhi terhadap keragaman sumber pendapatan adalah penguasa faktor produksi, pendapatan ini sendiri diperoleh sebagai


(30)

22

hasil bekerja atau jasa dan aset-aset sumbangan dari pihak lain. Kumpulan dan pendapatan dari berbagai sumber pendapatan tersebut merupakan total pendapatan rumah tangga.

Selain dari sektor sumber pendapatan rumah tangga, petani mungkin pula berasal dari sektor pertanian. Pendapatan sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utama diperoleh rumah tangga dengan melakukan kegiatan usaha tani atau berburu tani, kegiatan diluar sektir pertanian dapat berupa kegiatan usaha berburu atau usaha sendiri. Kegiatan ini pada umumnya membutuhkan sejumlah modal dan ketrampilan seperti dagang, jasa, dan usaha lain yang biasanya dilakukan apabila kegiatan pertanian sedang sepi atau mengisi waktu luang.

2. Sumber-sumber Pendapatan

Salah satu cara untuk mengetahui sumber pendapatan adalah dengan melihat sumber angka pendapatan nasional. Sumber angka pendapatan nasional dapat di bagi kedalam beberapa sektor. Menurut Tohar (2000), sektor-sektor pendapatan ini antara lain sebagai berikut : a. Pertanian, misalnya buah-buahan, susu sapi, perikanan dan lainya. b. Industri, misalnya batik, keramik,garment, marmer dan lainya. c. Pertambangan, misalnya biji besi, gas bumi, minyak tanah dan

lainya.

d. Pariwisata, seni, dan budaya, misalnya obyek wisata dan hasil seni. e. Transportasi, misalnya travel, taxi, angkutan laut, angkutan udara.


(31)

23

f. Telekomunikasi, misalnya jasa telepon.

g. Perdagangan, misalnya eksportir, importir, pedagang besar dan pedagang eceran.

h. Jasa-jasa, misalnya konsultasi hukum, perbengkelan, dan restoran. i. Jasa Kontruksi, misalnya kelistrikan, jembatan, dan kontraktor

bangunan.

3. Komponen – komponen Pendapatan

Sebenarnya pendapatan sama besarnya dengan uang yang dibelanjakan ditambah dengan uang yang di investasikan (modal) dan yang ditabung. Oleh karena itu pendapatan dalam arti luas (nasional) terdiri dari komponen – komponen sebagai berikut:

a. Konsumsi seluruh lapisan masyarakat (rumah tangga, bisnis, dan pemerintah).

b. Investasi untuk mendirikan atau memperluas usahanya. c. Tabungan akibat pengeluaran konsumsi yang diinvestasikan.

Bagi usaha kecil dan menengah yang tingkat pendapatanya rendah, tentu harus melakukan penghematan secara ketat terhadap segala bentuk pengeluaran, sehingga sangat keil kemungkinan untuk menabung. Sebaliknya, pada usaha kecl dan menengah yang tingkat pendapatanya sedang berarti ada kesinambungan antara pendapatan dan pengeluaran. Amun pada tingkat ini juga belum dapat berbuat banyak untuk meningkatkan suatu tabungan sebagai investasi.


(32)

24

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Komponen Pendapatan a. Stock aktiva lancar

Sebagian besar orang memiliki aktiva lancar, seperti saham, obligasi, uang, dan tabanas. Semakin besar nilai aktiva lancar yang dimiliki konsumen, umumnya semakin besar pula keinginan konsumen untuk membeli barang dan jasa pada arus pendapatan yang siap pakai.

b. Utang

Besarnya utang dapat mempengaruhi kesediaan untuk berkonsumsi.

c. Sikap berhemat

Apabila konsumen beranggapan bahwa menabung itu baik, maka kan muncul kecenderungan untuk mengurangi pengeluaran konsumsi pada setiap arus pendapatan yang siap pakai.

d. Perpajakan

Pajak mengurangi pendapatan, maka pajak yang tinggi akan mengurangi besarnya pendapatan siap pakai. Dengan demikian akan berkurang pula pengeluaran konsumsinya.

e. Stock barang tahan lama yang dikuasai.

Jika banyak orang mampu membeli barang – barang tahan lama seperti mobil, rumah, lemari es, dan televisi misalnya, untuk sementara mereka tentu tidak ingin membeli lagi barang yang serupa. Karena hal tersebut pada umumnya konsumen akan lebih


(33)

25

suka menambah tabungannya atau mengurangi pengeluaranya untuk konsumsi pada setiap arus pendapatan siap pakainya.

f. Pengharapan

Pengharapan rumah tangga individu mengenai harga, pendapatan uang, dan ketersediaan barang dan jasa di masa depan, mempunyai pengaruh terhadap pengeluaran. Misalnya, apabila mengharapkan harga barang naik ataupun penipisan ketersediaan barang dan jasa, maka mereka cenderung menambah pengeluaran konsumsinya agar tidak perlu membayar harga yang lebih tinggi atau mengalami kesulitan untuk memperoleh barang yang diperlukan di kemudian hari ataupun sebaliknya.

f. Sebab-sebab ketimpangan pendapatan

Usia, pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja seseorang, lewat dari batas itu, prtambahan usia akan diiringi dengan penurunan pendapatan (Miller, 2000).

Sebagian besar penyebab perbedaan tingkat pendapatan bersumber dari banyak sedikitnya investasi sumberdaya manusia pada masing-masing pekerja. Istilah investasi sumber daya manusia memiliki banyak makna. Secara umumnya istilah itu berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang pekerja atau calon pekerja dalam rangka meningkatkan produktivitas marjinalnya, sekarang atau di masa mendatang (Miller, 2000). Wujud kegiatan itu antara lain adalah:


(34)

26 a. Magang atau latihan kerja. b. Pendidikan formal.

c. Pendidikan informal.

d. Kegiatan-kegiatan dalam rangka memelihara dan mempertahankan kesehatan, serta:

e. Migrasi.

g. Kebijakan Pemerintah tentang Usaha Kecil Dan Menengah

Berikut ini akan di paparkan kebijakan pemerintah tentang Usaha Kecil dan Menengah berkaitan dengan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan, pembiayaan dan jaminan, dan iziin usaha (Tohar, 2000) yaitu sebagai berikut:

1. Iklim Usaha

Pemerintah menumbuhkan iklim usaha bagi Usaha Kecil dan Menengah melalui penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan. Perundang-undangan dan kebijaksanaan tersebut mencakup tujuh aspek. Ketujuh aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Pendanaan

Penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan aspek pendanaan itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan berikut :

1) Memperluas sumber pendanaan, dengan berbagai upaya memperbanyak jenis dan meningkatkan alokasi pendanaan yang dapat dimanfaatkan Usaha Kecil dan Menengah.


(35)

27

2) Meningkatkan akses terhadap sumber pandangan yang mencakup berbagai upaya penyederhanaan tata cara dalam memperoleh dana.

3) Memberikan kemudahan dalam pendanaan dalam berbagai upaya pemberian keringanan persyaratan dalam pendanaan. b. Persaingan

Penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan aspek persaingan itu dimaksudkan untuk tujuan - tujuan berikut :

1) Meningkatkan kerja sama sesama usaha kecil dan menengah dalam bentuk koperasi, asosiasi dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar - menawar usaha kecil dan menengah.

2) Mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoli

dan monopsoni yang merugikan usaha kecil dan menengah.

3) Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan usaha kecil menengah.

c. Prasarana

Penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan aspek prasarana itu dimaksudkan untuk tujuan - tujuan berikut :

1) Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan usaha kecil dan menengah.


(36)

28

2) Memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi usaha kecil dan menengah.

d. Informasi

Penetapan praturan perundang-undangan dan kebijaksanaan aspek informasi itu dimaksudkan untuk tujuan - tujuan berikut :

1) Membentuk dan memanfaatkan bank data dan jaringan informasi bisnis.

2) Mengadakan dan menyebarkan informasi mengenai pasar, teknologi, desain dan mutu.

e. Kemitraan

Penetapan peraturan perundang - undangan dan kebijaksanaan aspek kemitraan itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan berikut.

1) Mewujudkan kemitraan.

2) Mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan usaha kecil dan menengah dalam pelaksanaan transaksi usaha dengan usaha menengah dan besar.

f. Perizinan Usaha

Penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan aspek perizinan usaha itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan berikut:

1) Menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan dengan mengupayakan sistem pelayanan satu atap.

2) Memberikan kemudahan persyaratan untuk memperoleh perizinan.


(37)

29 g. Perlindungan

Penetapan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan aspek perlindungan itu dimaksudkan untuk tujuan - tujuan berikut:

1) Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi setra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima serta lokasi lainnya.

2) Mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai nilai seni budaya yang bersifat khusus dan turun menurun.

3) Mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan usaha kecil dan menengah melalui pengadaan secara langsung dari usaha kecil dan menengah.

4) Mengatur pengadaan barang atau jasa dan pemborongan tenaga kerja pemerintah.

5) Memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan. 2. Pembinaan dan Pengembangan

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah oleh pemerintah terutama ditujukan pada bidang - bidang berikut ini.

a. Produk dan pengolahan

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah dibidang produk dan pengelolaan dilakukan dengan cara - cara:


(38)

30

1) Meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan pengelolaan.

2) Meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan. 3) Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana

produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan.

b. Pemasaran

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah dibidang pemasaran dengan cara-cara berikut:

1) Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran.

2) Meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran. 3) Menyediakan sarana serta dukungan promosi dan uji coba pasar. 4) Mengembangkan lembaga pemasaran dan jaringan distribusi. 5) Memasarkan produk usaha kecil dan menengah.

c. Sumber Daya Manusia

Pembinaan dan pengembangan uasaha kecil dan menengah dibidang sumber daya manusia dengan cara - cara berikut:

1) Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan. 2) Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial.

3) Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan dan konsultasi usaha kecil dan menengah.

4) Menyediakan tenaga penyuluh dan konsultan usaha kecil dan menengah.


(39)

31 d. Teknologi

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah dibidang teknologi dengan cara-cara berikut:

1) Meningkatkan kemampuan di bidang teknologi produksi dan pengendalian mutu.

2) Meningkatkan kemampuan di bidang penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru.

3) Memberikan insentif kepada usaha kecil dan menengah yang menerapkan teknologi baru dan melestarikan lingkungan hidup. 4) Meningkatkan kerjasama dan alih teknologi.

5) Meningkatkan kemampuan memenuhi standarisasi teknologi. 6) Menumbuh kembangkan lembaga penelitian dan pengembangan

di bidang desain dan teknologi bagi usaha kecil dan menengah. 3. Pembiayaan dan Penjaminan

Penyediaan pembiayaan oleh pemerintah terhadap usaha kecil dan menengah antara lain meliputi:

a. Kredit perbankan.

b. Pinjaman lembaga keuangan bukan bank.

c. Pinjaman dari dana penyisihan sebagaian laba Badan Usaha Milik Negara.

d. Hibah, dan jenis pembiayaan lainnya.

Adapun untuk meningkatkan aset usaha kecil dan menengah terhadap pembiayaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(40)

32

a. Meningkatkan kemampuan dalam pemupukan modal sendiri. b. Meningkatkan kemampuan menyusun studi kelayakan. c. Meningkatkan kemampuan manajemen keuangan. d. Menumbuh kembangkan lembaga penjamin. 4. Izin Usaha

Perzinan usaha merupakan alat untuk membina, mengarahkan, mengawasi, dan melindungi pengelolaan usaha. Bantuan yang diberikan pemerintah bisa berupa kemudahan dalam mengurus surat – surat izin usaha. Surat izin usaha ini antara lain sebagai berikut:

a. Surat Izin Tempat Usaha (SITU). b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

h. Peran Usaha Kecil dan Menengah dalam Meningkatkan Pendapatan Upaya untuk meningkatkan wirausaha, khususnya pengembangan usaha kecil di Indonesia telah lama dilakukan berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta. Berbagai kebijakan maupun bantuan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendorong perkembangan usaha-usaha kecil ini. Keseriusan pemerintah untuk menangani usaha kecil ini terlihat dengan dibentuknya menteri Koperasi dan Pemberdayaan Usaha Kecil dalam kabinet pembangunan VI.


(41)

33

Peranan usaha kecil terhadap pembangunan ekonomi sebuah Negara tidaklah kecil. Di AS, Jerman, Jepang serta beberapa negara maju lainya, sejumlah usaha besar tumbuh melalui pembagian kerja dengan ribuan jenis usaha kecil, yang memproduksi bagian-bagian produksi yang dibutuhkan oleh pengusaha besar tersebut. Peranan usaha-usaha kecil di Indonesia juga tidaklah kecil. Bagi Indonesia, secara politis usaha kecil berperan dalam pemerataan pendapatan ekonomi masyarakat. Sertamampu menjadi penampung atau tempat yang berfungsi untuk mengatasi masalah pengangguran yang kian merebak.

Menurut Koencoro (2003), Usaha kecil dalam rumah tangga mempunyai peran yang besar terhadap pemerataan pendapatan tenaga kerja di Indonesia, yang secara otomatis mampu menyerap tenaga kerja.

B. Peneliti Terdahulu Dari

hasilpenelitiansebelumnyatelahdilakukanpenelitiandengananalisis,

variabeldanpendekatan yang digunakanolehpenelitisekarang, yang dimanapenelitisebelumnyamenggunakanmetode yang samadiantaranya penelitian yang dilakukan oleh:


(42)

34

No PENELITI JUDUL MODEL HASIL

1. Herawati (2013) AnalisiPengaruh Pendidikan,Upa h, PengalamanKerj a,JenisKelamin Dan UmurTerhadapP roduktivitasIndu stri Shuttlecock Di Kota Tegal

Mengunakan analisiregresi linier berganda Hasildaripenelitianin imenunjukkanbahwa pendidikan, upah, pengalamankerja, jeniskelamindanumu rberpengaruhsignifik anterhadapproduktivi tastenagakerja

2. Mahendra (2014) AnalisiPengaruh Pendidikan, Upah,JenisKela min, UsiadanPengala manKerjaTerhad apaProduktivitas TenagaKerja di Semarang Mengunakan analisiregresi linier berganda Hasildaripenelitianter sebutmenunjukkanbah wapendidikan, upah, jeniskelamin, usiadanpengalamanke rjaberpengaruhpositif dansignifikandalamm eningkatkanproduktif vitastenagakerja 3. Ninik

Hariyati (2010)

Peran Bank Syariah Dalam Mengoptimalka n UMKM Kota Yogyakarta Pendekatan analis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis usaha rata-rata adalah kerajinan, dengan lama usaha 1 sampai 2 tahun.


(43)

35

No PENELITI JUDUL MODEL HASIL

4. Dian Andhiny Paramasari (2009) Strategi Dinas Koperasi Dan UKM Kota Surakarta Dalam Pengembangan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pendekatan deskriptif kualitatif.

Dari hasil analisis penelitian, dapat diketahui bahwa Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta hanya menjalankan strategi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yang dituangkan dalam Rencana Strategis Kementrian Koperasi dan UKM. Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta melakukan kegiatankegiatan yaitu Sosialisasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan Bagi UMKM, Penyelenggaraan Promosi Produk UMKM, Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan, Penyusunan Kebijakan Tentang UMKM, dan Fasilitasi Pengembangan UMKM.


(44)

36

No PENELITI JUDUL MODEL HASIL

5. Adelia Rosarindy Poetri (2010)

Adopsi E-Commercy

dengan Pendekatan

Technologi Acceptance Model (Tam) Bagi UKM Pendekatan Technology of Acceptance Model (TAM).

Hasil pengujian yang dilakukan

mengindikasi bahwa

computer self

efficacy berpengaruh positif terhadap

perceived usefulness

dan perceived ease of use, perceived usefulness

berpengaruh positif pada attitude towards using dan

intention to use,

attitude towards using berpengaruh positif terhadap

intention to use, serta

intention to use

berpengaruh positif terhadap actual usage.

Hasil pengujian juga mengindikasikan bahwa perceived ease of use

berpengaruh secara negatif terhadap

perceived usefulness

dan attitude towards using.


(45)

37

No PENELITI JUDUL MODEL HASIL

6. Evanofalita (2007)

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah Sebagai Upaya Perluasan Kesempatan Kerja Pendekatan Kualitatif

Hasilnya adalah : 1. UKM yang ada di Kota Malang

tersebar secara merata di 5

Kecamatan dan 57 Kelurahan.

2 .Kelebihan UKM yang ada di Kota Malang adalah mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup signifikan hampir 1.5% dari jumlah penduduk di Kota Malang, dengan nilai usaha pertahun mencapai 10-50 juta perunit usaha, modal yang digunakan untuk membuka usaha merupakan modal pribadi, segmen pasarnya menjangkau kalangan menengah ke atas dan

menengah ke

bawah baik yang ada di dalam maupun di luar kota.


(46)

38

No PENELITI JUDUL MODEL HASIL

7. Sutrisni (2010) Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Desain Produk, Harga dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas Pelanggan Indosat Im3 pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang Pendekatan analisis kuantitatif dan pendekatan analisis kualitatif. Hasil analisis mendapatkan bahwa kelima faktor kualitas produk, kualitas pelayanan, desain produk, harga dan kepercayaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan.

C. Kerangka Pikir Pendidikan pekerja berpengaruh signifikan

Kemampuan pekerja berpengaruh signifikan

Lama bekerja berpengaruh signifikan

Jenis kelamin berpengaruh signifikan

Usia berpengaruh signifikan


(47)

39 D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan maka dapat dibuat suatu hipotesis sebagai berikut :

1. Bahwa pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

2. Bahwa kemampuan pekerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

3. Bahwa lama bekerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

4. Bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

5. Bahwa usia berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.


(48)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 1. Sejarah singkat Usaha Kecil dan Menengah

Usaha Kecil dan Menengah kerajinan kulit manding adalah usaha yang bergerak dibidang sentra kerajinan kulit dengan kulit berkualitas dunia . Bermula dari keprihatinan seorang pemuda yang melihat banyaknya pengangangguran di desa manding, yang mayoritas pekerjaannya adalah petani penggarap dengan lahan yang sempit. Akhirnya pemuda tersebut yang tak lain adalah Prapto Sudarmo bertekad untuk meningkatkan taraf hidup di desanya dan bercita-cita untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Kemudian beliau bertekad bulat untuk menimba ilmu tepatnya belajar proses pembuatan kerajinan kulit di tempat saudaranya di daerah Rotowijayan (sebelah barat alun-alun yogyakarta), bertahun-tahun beliau belajar dengan tekun, serius. Setelah dirasa cukup pengetahuannya akhhirnya beliau memutuskan untuk kembali kedesanya untuk mengembangkan dan mengamalkan pengetahuannya.

Usaha ini berdiri pada tahun 1953 dengan hanya terdiri dari beberapa pekerja yang memulai memproduksi kerajinan kulit berupa sepatu, tas, ikat pinggang, hingga akhirnya berkembang pesat.


(49)

56

Industri kulit Manding ini terletak di Yogyakarta tepatnya berada di Jl.parangtritis Km.11, Dusun Manding, Desa Sabdodadi,Kecamatan Bantul, Yogyakarta. Desa wisata Manding merupakan salah satu tujuan para wisatawan yang berkunjung ke Bantul. Tidak hanya itu masyarakat Yogyakarta sendiri menjadikan desa wisata Manding sebagai tempat untuk mencari berbagai aksesoris yang terbuat dari bahan kulit.

2. Peran dan Fungsi Lembaga a. Visi

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana instansipemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi tidak lain adalah suatu gambaran yangmenantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Adapun Visi dari didirikannya sentra Industri Kerajinan Manding adalah menjadi perusahaan kecil,menengah yang mampu menyediakan kerajinan yang bernilai estetika tinggi dengan berorientasi pad kulit dan bahan-bahan alami sehingga mampu bersaing dalam pasar inernational.

b. Misi

Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi (Instansi Pemerintah) agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan Misi yang ditetapkan ini, diharapkan


(50)

57

seluruh pegawai danpihak yang berkepentingan dapat mengenal UKM dan UMKM. Adapun misi dari didirikannya sentra industri kerajinan Manding yaitu :

1. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa sekitar lokasi usaha sehingga mampu meingkatkan taraf hidup warga. 2. Mengembangkan potensi sumber daya alam dengan memanfaatkan

bahan-bahan yang tersedia untuk keperluan manusia.

3. Menjadi industri kecil, menengah yang mampu bersaing di pasar international dengan meningkatkan ualitas dan kuantitas produk sehingga berkesinambungan.

4. Membantu pemerintah dalam melakukan pembangunan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang adil dan merata.

c. Perkembangan Industri Kulit Manding

Industri kulit Manding merupakan kategori industri kecil/rumah tangga. Industri kulit Manding yang bermula berdiri tahun 1959 yang dirintis oleh 3 (tiga) pemuda Manding itu telah berkembang pesat. Para pelaku usaha kerajian Manding ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu rumah produksi kerajinan kulit dan aneka kerajinan dan pengusaha showroom yang ada di sepanjang jalan, yang menjual aneka kerajinan dari berbagai kota di luar Manding, masing-masing berkembag sesuai pasarnya.

Kerajinan kulit yang dihasilkan di Manding berbeda dengan kerjainan kulit yang dihasilkan di daerah lain. Kerajinan kulit seperti


(51)

58

tas, sepatu, ikat pinggang, sendal, jaket memiliki ciri tersendiri dengan kualitas yang baik dan mampu bersaing di pas lokal maupun international. Untuk kerajinan kulit ini sudah melakukan eksport ke berbagai negara sejak tahun 1976, tapi sayang sampai saat ini design dan label masih tergantung pada pembeli/ buyer.

d. Profil Usaha Kecil dan Menengah Industri Kulit Manding

Dalam penyusunan penelitian ini menggunakan obyek penelitian para pengusaha kulit Manding di desa Manding Kabupaten Bantul. Jumlah pengusaha kulit yang dijadikan sampel adalah 32 (tiga puluh dua) unit usaha.Penelitian ini mencakup data mengenai seberapa besar pengaruh pendidikan terhadap pendapatan, kemampuan terhadap pendapatan, lama kerja terhadap pendapatan, jenis kelamin terhadap pendapatan, usia terhadap pendapatan. Data-data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung.

3. Tenaga Kerja

a. Pendidikan Tenaga Kerja

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang yang diukur oleh pemilikan ijazah. Tingkat pendidikan ikut berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh tenaga kerja yang dimana semakin tinggi pendidikan yang diraih semakin tinggi pula pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja.


(52)

59

Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidak sesuaian dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja dengan kualifikasi yang dibutuhkan dapat memicu rendahnya penyerapan tenaga kerja.

b. Kemampuan Tenaga Kerja

Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian yang dimiliki seorang tenaga kerja, dimana kemampuan atau keahlian seorang tenaga kerja ikut memberi pengaruh terhadap pendapatan tenaga kerja. Semakin banyak kemampuan yang dikuasai seseorang semakin tinggi pendapatan yang dia peroleh, hal ini tidak lepas dari sebarapa tingkat kemampuan seorang pekerja terhadap bidang yang ia tekuni dan sebarapa banyak keahlian yang dikuasai seseoarang.

c. Lama Kerja Tenaga Kerja

Lama kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dimana seorang tenaga kerja telah bekerja di tempat ia bekerja selama bertahun-tahun dan dalam kurun waktu tersebut seorang tenaga kerja telah memberikan kontribusi bagi tempat usaha yang ia tempati bekerja.

Dari lama bekerja inilah pendapatan seorang pekerja dapat diukur, artinya lama bekerja juga mempengaruhi pendapatan seorang pekerja secara signifikan.


(53)

60 d. Jenis Kelamin Tenaga Kerja

Dalam penggunaan tenaga kerja pengusaha juga mempertimbangkan jenis kelamin tenaga kerja. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan seperti spesialisasi kerja yang akan maksimal jika dikerjakan oleh jenis kelamin tertentu. Seperti pekerjaan yang membutukan tenaga besar atau menggunakan kekuatan fisik biasanya diberikan kepada pekerja laki-laki, sebaliknya pekerjaan yang menggunakan keterampilan atau membutuhkan konsentrasi tinggi atau keuletan biasanya diberikan kepada pekerja wanita walaupun tidak menutup kemungkinan pekerja laki-laki juga dapat melakukan pekerjaan tersebut.

e. Usia Tenaga Kerja

Dalam penggunaan tenaga kerja juga harus memperhatikan usia tenaga kerja, dengan alasan untuk penggunaan tenaga kerja yang produktif dan efisien. Dengan standart usia yang memadai dari seorang tenaga kerja dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang lebih produktif dalam menghasilkan sesuatu dan dapat bekerja dengan lebih efisien sesuai dengan tingkat usia yang dimiliki tenaga kerja.

Hal ini disebabkan karena setiap pekerja dituntut untuk mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.


(54)

61 A. Deskripsi Variabel

Di dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha kecil dan menengah (UKM) yang telah dilakukan dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan stusi kasus kerajinan kulit Manding yangdi uraikan dengan variabel-variabel penelitian berdasarkan tabel di bawah ini :

Tabel 5.1.Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PENDAPATAN 2 6 4,19 1,330

Pendidikan 4 8 5,31 1,378

SDM / Kemampuan 2 6 4,09 1,353

Lama Bekerja 4 8 4,97 1,177

Jenis Kelamin 4 8 4,84 1,051

Usia 4 6 4,62 ,942

Valid N (listwise) 23 35 28,03 3,560

Sumber :Lampiran 5

Dari tabel 5.1 dapat dijelaskan bahwa variabel Pendapatan memiliki jawaban terendah (minimum) sebesar 2dan jawaban tertinggi (maksimum) sebesar 4. Rata-rata jawaban dari variabel tersebut adalah 4,19dan standar deviasi 1,330sehingga standar deviasi lebih kecil dari rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa sebaran data akan jawaban responden terhadap variabel Pendapatan baik.

Pendidikanmemiliki rata-rata skor jawaban responden adalah 5,31dan standar deviasi 1,378. Karena standar deviasi lebih besar dari rata-rata maka


(55)

62

SDM / kemampuan memiliki skor rata-rata skor jawaban responden sebesar 4,09dengan standar deviasi sebesar 1,353. Skor standar deviasi lebih kecil dari pada skor rata-rata jawaban responden. Hal ini megindikasikan bahwa jawaban responden terhadap variabel frekuensi kunjungan tidak baik.

Lama bekerja memiliki skor rata-rata jawaban responden sebesar 4,97 dan standar deviasi sebesar 1,177. Karena skor standar deviasi lebih kecil dari skor rata-rata jawaban responden, maka sebaran data jawaban responden terhadap variabel lama kunjungan baik.

Jenis kelamin memiliki rata-rata 4,84 dengan standar deviasi 1,051. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data dengan jawaban responden terhadap variabel pendidikan baik.

Usia memiliki rata rata 4,62 dengan standar deviasi 0,942 karena standar deviasi lebih kecil dari rata-rata jawaban responden maka sebaran data dengan jawaban responden terhadap variabel umur baik.

B. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pertanyaan yang dipakai dalam kuesioner apakah pendidikan, SDM, lama bekerja, jenis kelamin, usia mempengaruhi pendapatan usaha kecil dan menengah (UKM) ? Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pada penelitian Faktor-Faktor Yang


(56)

63

Tabel 5.2. Hasil Uji Validitas

Variabel R Signifikan Keterangan

Pendidikan 0,669 0,000 Valid

SDM / Kemampuan 0,796 0,000 Valid

Lama Bekerja 0,362 0,042 Valid

Jenis Kelamin 0,148 0,419 Valid

Usia 0,367 0,031 Valid

Sumber : Lampiran 4

Dalam Tabel 5.2 telah ditunjukkan bahwa 5 variabel diatas Pendidikan, SDM, Lama bekerja, Jenis kelamin dan Usia memiliki korelasi

pearson positif dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga instrumen variabel adalah valid.

C. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kestabilan alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang sama bila dipakai untuk mengukur ulang obyek yang sama. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s

Alpha Keterangan Pendidikan, SDM / Kemampuan, Lama Bekerja,

Jenis Kelamin, Usia 0,671 Reliabel

Sumber : Lampiran 6

Tabel 5.3 menunjukkan variabel-variabel memiliki nilai Cronbach’s

Alpha sebesar 0,671> 0,6sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian reliabel.


(57)

64

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Tahapan pengujian multikolinearitas menggunakan program EViews dengan melakukan uji Wald.

Uji Wald digunakan untuk mengeluarkan variabel dari model. Langkah pengujian dengan melakukan regresi model awal, kemudian dengan melakukan Wald test terhadap variabel yang paling tidak signifikan pada regresi awal. Apabila probabilitas tidak signifikan, berarti variabel tersebut (yang paling tidak signifikan) bisa dikeluarkan dari model. Persamaan model regresi adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4 Hasil Uji Wald

Variabel F-statistik Probabilitas

Pendidikan 3.446626 0.047474

SDM / Kemampuan 1.850903 0.185357

Lama Bekerja 31.50677 0.000007

Jenis Kelamin 29.27597 0.000011

Usia 34.78475 0.000003

Sumber : Lampiran 16

Tabel 5.5 menunjukkan hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji wald yang menunjukkan probabilitas semua variabel lebih kecil dari 0,05. Sehingga variabel-variabel tersebut tidak dikeluarkan dari model, artinya tidak terjadi multikolinearitas.

E. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan


(58)

65

Obs*R Square yang dihasilkan lebih besar dari 5 persen, maka dapat dikatakan tidak adanya heterokedastisitas dalam model regresi ini. Pada tabel 5.6 berikut tersaji Hasil Uji White.

Tabel 5.5 Hasil Uji Heterokedastisitas

Nilai Obs*R Square Probability Kesimpulan

18.79354 0,070072 Bebas Heterokedastisitas

Sumber : Lampiran 14

Pada tabel 5.6 di atas, nilai Obs*R Square memiliki nilai probabilitas sebesar 0,070072> α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bebas heterokedastisitas.

F. Uji T dan Interpretasi Variabel-variabel Penelitian

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah :

Pendapatan = 14.717+ 0,338X1 + 1,190X3 + 1,169X4+ 1,937X5 + εi

Hasil uji t disajikan pada tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.6 Hasil Uji t

Variabel Probabilitas Signifikan

Konstanta 14,717 0.000

Pendidikan 0,338 0.014

Lama Bekerja 1,190 0.000

Jenis Kelamin 1,169 0.000

Usia 1,937 0.000


(59)

66

apabila semua variabel bebas (Pendidikan, SDM / Kemampuan, Lama Bekerja, Jenis Kelamin,Usia) dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan, maka Pendapatanpekerja Manding akan sebesar 2,932.

2. Variabel Pendidikan

Hipotesis nol (H0) menyebutkan bahwa Pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat Manding Kabupaten Bantul. Hipotesis alternatif (Ha) menyebutkan bahwa pendidikanberpengaruh signifikan terhadap pendapatan Masyarakat Manding.

Dengan derajat kebebasan (db)32-1-4 = 27 dan taraf signifikan 5% ( = 5%) diperoleh nilai ttabel sebesar±2,021. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Ho diterima atau Ha ditolak bila thitung>ttabel Ho ditolak atau Ha diterima bila thitung<ttabel

Nilai thitung yang diperoleh pada tabel 5.10 sebesar 2,633 lebih besar dari ttabel 2,021 dan tingkat probabilitas sebesar 0,014< 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya menerima hipotesis bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadappendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul. Hasil pengujian tersebut dapat digambarkan ke dalam kurva sebagai berikut:


(60)

67

- Interprestasi nilai koefisien β1variabel pendidikan

Variabel pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan karena tingkat pendidikan yang semakin tinggi berdampak pada pendapatan. Hal ini akan berdampak pada jumlah pendapatan yang diterima menurut tinggi rendahnya pendidikan yang ditempuh dalam upaya meningkatkan pendapatan yang diperoleh pekerja di Manding Kabupaten Bantul.Variabel pendidikan meningkat satu persen, maka pendapatan pekerja Manding akan mengalami kenaikan sebesar 0,338 persen, asumsi variabel yang lain tetap.

3. Variabel Lama Bekerja

Hipotesis nol (H0) menunjukkan bahwa lama bekerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding. Hipotesis alternatif (Ha)menyebutkan bahwa lama bekerjaberpengaruh signifikan

Gambar 5.1

Kurva Hasil Pengujian ttest pada Pendidikan Terhadap Pendapatan Pekerja Manding

2,633

2,021 -2,021


(61)

68

Dengan derajat kebebasan (db) 32-1-4 = 27 dan taraf signifikan 5% ( = 5%) diperoleh nilai ttabel sebesar ±2,021. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Ho diterima atau Ha ditolak bila thitung> ttabel Ho ditolak atau Ha diterima bila thitung< -ttabel

Nilai thitung yang diperoleh pada tabel 5.9 sebesar 5,557 lebih besar dari ttabel 2,021dan tingkat probabilitas sebesar 0,000 < 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya menerima hipotesis bahwa lama bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadapan peningkaan pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul. Hasil pengujian tersebut dapat digambarkan ke dalam kurva sebagai berikut:

Gambar 5.2

Kurva Hasil Pengujian ttest pada Lama Bekerja Terhadap Pendapatan Pekerja

Manding Daerah Diterima

5,557

Ditolak

2,021 -2,021


(62)

69

bekerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.Variabel lama bekerja meningkat satu persen, maka pendapatan pekerja Manding akan mengalami kenaikan sebesar 1,190 persen, asumsi variabel yang lain tetap.

4. Variabel Jenis Kelamin

Hipotesis nol (H0) menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul. Hipotesis alternatif menyebutkan bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Dengan derajat kebebasan (db) 32-1-4 = 27 dan taraf signifikan 5% ( = 5%) diperoleh nilai ttabel sebesar±2,021. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Ho diterima atau Ha ditolak bila thitung> ttabel Ho ditolak atau Ha diterima bila thitung< -ttabel

Nilai thitung yang diperoleh pada tabel 5.9 sebesar 5,380lebih besar dari ttabel2,021 dan tingkat probabilitas sebesar 0,039 < 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya menerima hipotesis bahwa jenis kelaminberpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul. Hasil pengujian tersebut dapat digambarkan ke dalam kurva sebagai berikut:


(63)

70

- Interpretasi nilai koefisien β3 atau variabel jenis kelamin

Koefisien variabel lama pendidikan bernilai positif, maka lama pendidikan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

5. Variabel Usia

Hipotesis nol (H0) menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul. Hipotesis alternatif (Ha) menyebutkan bahwa usiaberpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Dengan derajat kebebasan (db) 32-1-4 = 27 dan taraf signifikan 5% ( = 5%) diperoleh nilai ttabel sebesar±2,021. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Ho diterima atau Ha ditolak bila thitung> ttabel Ho ditolak atau Ha diterima bila thitung< -ttabel

Nilai thitung yang diperoleh pada tabel 5.9 sebesar 6,613lebih besar dari ttabel2,021 dan tingkat probabilitas sebesar 0,003< 0,05, maka Ho

Gambar 5.3

Kurva Hasil Pengujian ttest pada Jenis Kelamin Terhadap Pendapatan Pekerja

Manding 5,380

2,021 -2,021


(64)

71

Bantul. Hasil pengujian tersebut dapat digambarkan ke dalam kurva sebagai berikut:

- Interpretasi nilai koefisien β3 atau variabel usia

Koefisien usia bernilai positif, maka variabel usia mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.Variabel frekuensi kunjungan meningkat satu persen, maka pendapatan pekerja Manding akan mengalami kenaikan sebesar 1,973 persen, asumsi variabel yang lain tetap.

G. Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terkait/independen.

Gambar 5.4

Kurva Hasil Pengujian ttest pada Usia Terhadap Pendapatan Pekerja Manding

Daerah Diterima 6,613

Ditolak

2,021 -2,021


(65)

72

pendidikan, SDM /kemampuan, lama bekerja, jenis kelamin, dan usia secara bersama-sama terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Ha = 1 : 2 : 3 : 4 ≠ 0 artinya ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan, SDM / kemampuan, lama bekerja, jenis kelamin, dan usia secara bersama-sama terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Hasil perhitungan pada tabel 5.7 diperoleh nilai Fhitung sebesar 11,330dan tingkat probabilitas sebesar 0,000. Dengan taraf signifikan 95% ( = 5%) dan derajat kebebasan (db = k-1 = 3, n-k = 32-4), maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,14. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan, SDM / kemampuan, lama bekerja, jenis kelamin,dan usia secara bersama-sama terhadap pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Gambar 5.5

Kurva Hasil Pengujian Ftest pada Variabel – variabel Penelitian

2,14 11,33 Ditolak


(66)

73

model dalam menerangkan variabel independent. Pada tabel 5.7 menunjukkan besarnya Adjusted R square 0,571hal ini berarti 57,1persen variasi pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul dijelaskan oleh variasi dari variabel bebas pendidikan, SDM/Kemampuan, lama bekerja, jenis kelamin, usia. Sedangkan sisanya sebesar 42,9 persen dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model penelitian ini.

I. Pembahasan

Hasil penelitian yang membahas tentang pengaruh pendidikan, SDM/ Kemampuan, jenis kelamin, lama bekerja dan usia terhadap pendapatan pekerja Manding menunjukkan bahwa telah terjadi pengaruh yang positif dan signifikan dimana telah ditunjukan dengan nilai t-statistik variabel < 0,05 yang ditunjukkan pada lampiran 3.

Penelitian yang menyatakan pendidikan mempengaruhi pendapatan terjadi secara positif dan signifikan. Dimana pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menunjang peningkatan pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul. Semakin tinggi pendidikan semakin besar dampak yang ditimbulkan dalam peningkatan pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Penelitian yang menyatakan bahwa SDM/ Kemampuan memiliki dampak yang positif dan signifikan dalam upaya peningkatan pendapatan


(67)

74

Kemampuan terhadap pendapatan. Artinya semakin banyak kemampuan yang dimiliki akan sangat berdampak pula terhadap peningkatan pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Penelitian yang menyatakan bahwa lama bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul. Hal ini dapat dilihat dari data yang telah dijelaskan diatas bagaimana pengaruh lama bekerja berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Manding. Semakin lama pekerja bekerja di tempat tersebut semakin besar pula dampak yang ditimbulkan dalam upaya peningkatan pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.

Penelitian yang menyatakan bahwa jenis kelamin akan berdampak pada peningkatan pendapatan pekerja Manding. Hal tersebut sesuai penelitian yang dilakukan dapat dilihat dengan adanya pebagian pekerjaan bagi tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan kemampuannya bagi pekerja laki-laki di khususkan untuk bekerja dengan hal-hal yang lebih banyak menggunakan tenaga atau fisik, sebaliknya tenaga kerja wanita lebih banyak menggunakan keterampilan atau pekerjaan yang menggunakan banyak tenaga atau menggunakan fisik. Dari data diatas dan dari penelitian yang telah dilakukan telah diketahui bahwa jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Kabupaten Bantul.


(68)

75

mempengaruhi peningkatan pendapatan pekerja Manding. Semakin bertambah usia pekerja semakin tinggi pendapatan yang diperolehnya.


(69)

76 A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas telah disimpulkan bahwa variabel pendidikan, kemampuan pekerja, lama bekerja, jenis kelamin dan usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkataan pendapatan. Dan dapat dilihat dari hasil olah data tersebut maka kesimpulan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Variabel pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding di Manding Kabupaten Bantul. Semakin tingginya jenjang pendidikan pekerja Manding maka akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding.

2. Variabel kemampuan pekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding di Manding Kabupaten Bantul. Dimana kemampuan-kemampuan pekerja yang semakin banyak yang dikuasai dan kemampuan pekerja untuk dapat bekerja secara konsisten dan profesional makaakan mempengaruhi pendapatan pekerja Manding.

3. Variabel lama bekerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding Di Manding Kabupaten Bantul. Dengan adanya perbedaan jam kerja dari pekerja Manding dapat memberikan dampak yang berbeda dalam peningkatan pendapatan pekerja. Hal ini


(70)

77

4. Variabel jenis kelamin berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding. Dimana jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan mempunyai bobot pekerjaan yang berbeda yaitu laki-laki condong kepada pekerjaan yang menggunakan fisik dibanding dengan pekerja wanita. Hal inilah yang mempengaruhi angka pendapatan pekerja Manding Di Manding Kabupaten Bantul.

5. Variabel Usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding di Manding Kabupaten Bantul. Usia pekerja mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan pekerja Manding dimana usia pekerja memiliki bobot pekerjaan tersendiri sesuai dengan usia dari pekerja tersebut. Oleh karena itu usia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja Manding.

B. SARAN

1. Dari hasil penelitian yang di lakukan menunjukkan bahwa semua variabel menunjukkan nilai positif dan signifikan dalam peningkatan pendapatan pekerja Manding di Manding Kabupaten Bantul. Oleh karena itu untuk lebih mendukung pengaruh pendapatan terhadap usaha kecil dan menengah (UKM) diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pihak-pihak yang terkait untuk lebih mendukung pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM).


(1)

Uji corelasi

Correlations

Y x1 x2 x3 x4 x5 total

Y Pearson Correlation 1 -.033 .313 .086 .091 .315 .618**

Sig. (2-tailed) .858 .082 .639 .621 .079 .000

N 32 32 32 32 32 32 32

x1 Pearson Correlation -.033 1 .486** .364* .013 -.056 .669**

Sig. (2-tailed) .858 .005 .041 .946 .761 .000

N 32 32 32 32 32 32 32

x2 Pearson Correlation .313 .486** 1 .063 -.057 .408* .796**

Sig. (2-tailed) .082 .005 .733 .755 .020 .000

N 32 32 32 32 32 32 32

x3 Pearson Correlation .086 .364* .063 1 -.056 -.564** .362*

Sig. (2-tailed) .639 .041 .733 .760 .001 .042

N 32 32 32 32 32 32 32

x4 Pearson Correlation .091 .013 -.057 -.056 1 -.550** .148

Sig. (2-tailed) .621 .946 .755 .760 .001 .419

N 32 32 32 32 32 32 32

x5 Pearson Correlation .315 -.056 .408* -.564** -.550** 1 .367

Sig. (2-tailed) .079 .761 .020 .001 .001 .031

N 32 32 32 32 32 32 32

total Pearson Correlation .618** .669** .796** .362* .148 .167 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .042 .419 .361

N 32 32 32 32 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Y 32 2 6 4.19 1.330

X1 32 4 8 5.31 1.378

X2 32 2 6 4.09 1.353

X3 32 4 8 4.97 1.177

X4 32 4 8 4.84 1.051

X5 32 4 6 4.62 .942

TTL 32 23 35 28.03 3.560

Valid N (listwise) 32

Lampiran 3

Uji R square

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

2 .792b .627 .571 .871

a. Predictors: (Constant), x5, x1, x4, x3

Lampiran 4

Uji f

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 34.388 4 8.597 11.330 .000b

Residual 20.487 27 .759

Total 54.875 31

a. Predictors: (Constant), x5, x1, x4, x3 b. Dependent Variable: Y


(3)

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 17.401 3.496 4.977 .000

x1 .258 .139 .268 1.857 .075

x2 .242 .178 .246 1.360 .185

x3 1.344 .240 1.190 5.613 .000

x4 1.337 .247 1.056 5.411 .000

x5 2.334 .396 1.652 5.898 .000

2 (Constant) 14.717 2.932 5.019 .000

x1 .338 .128 .350 2.633 .014

x3 1.190 .214 1.053 5.557 .000

x4 1.169 .217 .923 5.380 .000

x5 1.973 .298 1.397 6.613 .000

a. Dependent Variable: Y

Lampiran 6

Uji reliabelitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.671 7

Lampiran 7

Uji multikol

Wald Test: Equation: Untitled Null Hypothesis: C(1)=0

F-statistic 24.76669 Probability 0.000036 Chi-square 24.76669 Probability 0.000001


(4)

Equation: Untitled Null Hypothesis: C(2)=0

F-statistic 3.446626 Probability 0.047474 Chi-square 3.446626 Probability 0.063381

Lampiran 9

Wald Test: Equation: Untitled Null Hypothesis: C(3)=0

F-statistic 1.850903 Probability 0.185357 Chi-square 1.850903 Probability 0.173678

Lampiran 10

Wald Test: Equation: Untitled Null Hypothesis: C(4)=0

F-statistic 31.50677 Probability 0.000007 Chi-square 31.50677 Probability 0.000000

Lampiran 11

Wald Test: Equation: Untitled Null Hypothesis: C(5)=0

F-statistic 29.27597 Probability 0.000011 Chi-square 29.27597 Probability 0.000000

Lampiran 12

Wald Test: Equation: Untitled Null Hypothesis: C(6)=0

F-statistic 34.78475 Probability 0.000003 Chi-square 34.78475 Probability 0.000000


(5)

HETEROKEDASTISITAS

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 3.478582 Probability 0.008178

Obs*R-squared 18.79354 Probability 0.070072 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 10/07/15 Time: 00:14 Sample: 1 32

Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.88302 5.132965 2.509860 0.0199

X1 -0.693296 1.331556 -0.520666 0.6078 X1^2 0.054762 0.117037 0.467902 0.6445 X2 -1.824264 0.700189 -2.605386 0.0162 X2^2 0.205537 0.090102 2.281150 0.0326 X3 -0.897520 1.488417 -0.603003 0.5527 X3^2 0.092465 0.131010 0.705787 0.4877 X4 -0.870941 1.274227 -0.683505 0.5014 X4^2 0.052246 0.120988 0.431826 0.6701 X5 -0.345894 0.323273 -1.069975 0.2962 R-squared 0.587298 Mean dependent var 0.597666 Adjusted R-squared 0.418465 S.D. dependent var 0.823125 S.E. of regression 0.627702 Akaike info criterion 2.156805 Sum squared resid 8.668225 Schwarz criterion 2.614848 Log likelihood -24.50888 F-statistic 3.478582 Durbin-Watson stat 1.361364 Prob(F-statistic) 0.008178


(6)

Y

XI

X2

X3

X4

X5

total

4

8

5

4

4

6

31

5

4

4

6

5

4

28

4

7

4

5

6

4

30

5

8

6

4

8

4

35

2

4

4

6

4

4

24

2

5

2

4

6

4

23

4

4

2

4

5

4

23

4

6

6

4

4

6

30

4

6

6

4

4

6

30

6

4

4

6

6

4

30

5

4

4

4

4

6

27

4

5

5

5

6

4

29

4

6

4

6

5

4

29

6

8

5

8

4

4

35

4

4

2

4

6

4

24

2

6

2

6

4

4

24

2

5

4

5

4

4

24

6

4

4

4

4

6

28

6

4

4

4

4

6

28

4

6

6

6

6

4

32

4

4

2

4

5

4

23

4

6

6

4

4

6

30

4

6

6

4

4

6

30

6

4

4

6

6

4

30

5

4

4

4

4

6

27

4

5

5

5

6

4

29

4

6

4

6

5

4

29

6

8

5

8

4

4

35

4

4

2

4

6

4

24

2

6

2

6

4

4

24

2

5

4

5

4

4

24