Ekobiologi reproduksi ikan opudi Telmatherina antoniae (Kottelat, 1991) sebagai dasar konservasi ikan endemik di Danau Matano, Sulawesi Selatan

EKOBIOLOGI REPRODUKSI
IKAN OPUDI Telmatherina antoniae (Kottelat, 1991)
SEBAGAI DASAR KONSERVASI IKAN ENDEMIK
DI DANAU MATANO, SULAWESI SELATAN

FADLY Y. TANTU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul Ekobiologi
Reproduksi Ikan Opudi Telmatherina antoniae (Kottelat, 1991) Sebagai Dasar
Konservasi Ikan Endemik di Danau Matano, Sulawesi Selatan adalah karya saya
dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.


Bogor, Februari 2012

Fadly Y. Tantu
NRP C161050081

ABSTRACT
FADLY Y. TANTU. Reproductive Ecobiology of Telmatherina antoniae
(Kottelat, 1991) as the Base of the Endemic Fish Conservation in Lake Matano,
South Sulawesi. Under direction of SULISTIONO, M.F. RAHARDJO, DJADJA
S. SJAFEI, and ISMUDI MUCHSIN.
The research were aimed to describe characteristics of habitat, distribution
patterns, growth and reproduction of the endemic fish T. antoniae as the base of
endemic fish management in Lake Matano, South Sulawesi. This was conducted
from September 2010 to August 2011 in nine sampling stations. Fish were
collected by mini beach seine of 10 m length and 3 m depth with 3 mm mesh size.
The habitat conditions were described and physical chemical parameters of the
water were measured monthly. Results showed that temperature was 27.20 - 30.30
˚C, dissolved oxygen was 5.02 - 7.45 mg l-1, pH was 8.32 - 8.8, total suspended
solids was 0.3 - 3.6 mg l-1, total dissolved solids was 80 - 145 mg l-1, and water

transparency was 13 - 23 m. The habitat was in shallow areas along the lake sides
with clear waters, bottom substrate composed of sand to cobbles with rare aquatic
vegetation. Male‟s standard length (SL) ranged between 32.76 and 85.58 mm,
while female‟s ranged between 36.17 and 83.25 mm. Male and female population
was dominated by those of 41.58-54.80 mm SL and 37.17-54.80 mm,
respectively. Both male and female‟s growth patterns were allometric. Male‟s
growth equation was Lt = 87.64(1-e-0,36(t-0,11)) and female‟s was Lt = 85.43(1-e0,54(t-0,08)
). Conservation of the endemic fish need to be conducted by enhancing
the functions of nature recreation park of Lake Matano.
Keywords: ecobiology, reproduction, Telmatherina antoniae, conservation

RINGKASAN
FADLY Y. TANTU. Ekobiologi Reproduksi Ikan Opudi Telmatherina
antoniae (Kottelat, 1991) Sebagai Dasar Konservasi Ikan Endemik di Danau
Matano, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh : SULISTIONO, M.F. RAHARDJO
dan ISMUDI MUCHSIN.
Penelitian kajian ekobiologi ikan opudi Telmatherina antoniae sebagai
dasar pengelolaan ikan endemik di Danau Matano, Sulawesi Selatan bertujuan
untuk mengkaji karakter habitat, pola distribusi, pertumbuhan dan reproduksi ikan
endemik T. antoniae di daerah litoral Danau Matano untuk dijadikan dasar dalam

pengelolaan ikan endemik di Danau Matano.
Penelitian dilakukan di Danau Matano, Sulawesi Selatan. Sampling
dilakukan setiap bulan selama 12 bulan yaitu mulai bulan September 2010 sampai
dengan Agustus 2011. Sampling dilakukan pada sembilan stasiun penelitian.
Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda survei post facto. Stasiun
penelitian ditetapkan berdasarkan pertimbangan: (1) merupakan habitat dari ikan
T. antoniae, (2) kondisi stasiun penelitian memungkinkan untuk operasional
pelaksanaan sampling, dan (3) stasiun penelitian dapat mewakili keragaman
habitat dari ikan T. antoniae. Berdasarkan pertimbangan ini ditetapkan sembilan
stasiun penelitian yang dibagi dalam tiga zona yang secara spasial mewakili tiga
bagian danau utama yaitu: (1) Zona yang mewakili wilayah danau bagian hulu,
(2) zona yang mewakili wilayah danau bagian tengah, dan (3) zona yang mewakili
wilayah danau bagian hilir.
Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan alat tangkap yang
didisain khusus, yaitu pukat pantai berkantong berukuran panjang 10 meter dan
lebar 3 meter dengan mata jaring 3 mm. Pukat pantai ini dioperasikan di daerah
pinggiran pada kedalaman 0,5 – 3 m. Pengukuran parameter fisika kimia perairan
dilakukan secara in situ menggunakan water quality test-kit merek Horiba.
Parameter yang diukur in situ adalah suhu (⁰C), oksigen terlarut (mg l-1), pH.
Toatal padatan tersuspensi (mg l-1) dan Total padatan terlarut (mg l-1) diperiksa di

laboratorium. Transparansi perairan diukur dengan mengukur jarak pandang di
dalam air secara horisontal terhadap bidang berwarna putih berukuran 30 cm x 30
cm. Fluktuasi tinggi muka air danau di atas permukaan laut (dpl) dan curah hujan

rata-rata harian (mm) di sekitar danau dianalisis dari data yang dikoleksi secara
periodik dari stasiun pemantau PT. INCO yang ada di sekitar Danau Matano.
Hasil pengukuran parameter kualitas perairan Danau Matano selama
periode sampling menunjukkan dinamika dengan fluktuasi yang relatif sempit
baik secara spasial maupun temporal. Secara umum kisaran nilai hasil pengukuran
parameter lingkungan fisika kimiawi perairan Danau Matano sebagai berikut:
suhu 27,20 – 30,30 ˚C, oksigen terlarut 5,02 – 7,45

mg l-1, pH 8,32 – 8,8, TSS

0,3 – 3,6 mg l-1, TDS 80 – 145 mg l-1 dan transparansi 13 - 23 m.
Habitat T. antoniae pada sembilan stasiun penelitian memperlihatkan
bahwa T. antoniae di menempati daerah dangkal pinggiran danau yang memiliki
karakter habitat perairan jernih, substrat dasar berpasir sampai berbatu dengan
vegetasi dasar yang jarang. Ikan ini tidak menyukai substrat berlumpur.
Kisaran ukuran ikan jantan yang diperiksa adalah 32,76-85,58 mm,

sedangkan ikan betina 36,17-83,25 mm. Pola sebaran ukuran menunjukkan ikan
jantan dengan ukuran panjang baku (PB) 41,58–54,80 mm merupakan jumlah
terbanyak di dalam populasi (78,98%). Sedangkan pada ikan betina didominasi
oleh ikan-ikan dengan ukuran panjang baku 37,17-54,80 mm (87,80%).
Model hubungan panjang berat T. antoniae untuk individu jantan W =
0,000008L3,210 dan betina W= 0,00003L2,915 dengan pola pertumbuhan allometrik.
Sedang bentuk persamaan pertumbuhan ikan jantan Lt = 87,64(1-e-0,36(t-0,11)) dan
ikan Lt = 85,43(1-e-0,54(t-0,08)). Ukuran panjang baku ikan jantan terbesar yang
ditemukan 85,25 mm, sedang betina 83,25 mm. Ikan ini berpasangan dengan
perbandingan jantan dan betina seimbang. Pemijahan secara bertahap dan
berlangsung sepanjang tahun. Puncak pemijahan terjadi pada akhir musim hujan.
Starategi konservasi yang harus dibangun untuk konservasi ikan opudi adalah
dengan mengefektifkan status danau sebagai kawasan konservasi taman wisata
alam (TWA) sehingga pemanfaatan lahan-lahan sekitar danau yang berpotensi
merusak ekosistem danau dapat dikurangi.

Melalui pendekatan pemanfaatan

danau serta biota yang ada didalamnya sebagai objek wisata alam (ekowisata)
akan memberikan nilai manfaat bagi keberlanjutan ikan-ikan endemik dan biota

endemik lainnya yang hidup di Danau Matano.memiliki muatan ilmiah dan
sekaligus objek konservasi.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

EKOBIOLOGI REPRODUKSI
IKAN OPUDI Telmatherina antoniae (Kottelat,1991)
SEBAGAI DASAR KONSERVASI IKAN ENDEMIK
DI DANAU MATANO, SULAWESI SELATAN

FADLY Y. TANTU

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
1. Dr. Ir. Gadis Sri Haryani
2. Dr. Ir Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc.
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Soeroto, M.Sc.
2. Dr. Ir. Didik Wahju Hendro Tjahjo, M.Si.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya


kepada penulis,

sehingga

dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan disertasi berjudul
„Ekobiologi Reproduksi Ikan Opudi Telmatherina antoniae (Kottelat, 1991)
Sebagai Dasar Konservasi Ikan Endemik di Danau Matano, Sulawesi Selatan‟.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada komisi pembimbing
Bapak Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing; Bapak Prof. Dr.
Ir. M.F. Rahardjo dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ismudi Muchsin selaku anggota komisi
pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan disertasi ini. Penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada
Bapak Almarhum Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis pada tahap-tahap awal penelitian ini. Semoga amal
ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT.
Ucapan terima kasih kepada Penguji Luar Komisi dalam Ujian Tertutup
dan Ujian terbuka atas saran dan masukan guna memperkaya tulisan ini. Tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Enang Harris,
M.Sc. selaku ketua Program Studi Ilmu Perairan. Penulis juga menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan disertasi
ini.

Bogor, Februari 2012

Fadly Y.Tantu

UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas
bantuan beasiswa BPPS 2005 yang diberikan kepada penulis.

2.


Rektor Universitas Tadulako Palu dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako atas bantuan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan S3.

3.

Ayahanda Yasin Tantu (Alm.) dan Ibunda Quraisyin Abdulwali (Alm.) atas
doa dan harapan-harapan mereka kepada penulis agar mengedepankan
menuntut ilmu. Nasehat mereka yang melekat dalam ingatan penulis adalah
“Hanya dengan sekolah (memiliki ilmu pengetahuan) kita bisa mengubah
kehidupan ke arah yang lebih baik”.

4.

Kakanda Isma Y. Tantu, Muh. Roem Y. Tantu (Alm.), Ir. Ramly Y. Tantu,
M.Sc. (Alm.). Usman Y. Tantu SE. M.Si., Rukiyani Y. Tantu, Maryam Y.
Tantu, Adinda Isra Y. Tantu SH., Ir. Rizal Y. Tantu, M.Si., dan Irvan Y. Tantu,
dan seluruh keluarga besar Tantu-Abdulwali yang selalu memberikan
dukungan semangat, dorongan dan doa kepada penulis.


5.

Ayah dan Ibu Mertua E. Soeparman S.A. dan Ibunda Sunarmi atas semangat,
dorongan dan doa kepada penulis dalam menuntut ilmu. Dan kepada Adinda
Rizki Abdussalam, SH, Afiati Nurrohmah, SH, dan Arif Rachman Saleh atas
dukungan dan doa yang telah diberikan.

6.

Istri tercinta Ir. Jusri Nilawati, M.Sc. dan ananda Fauzia Noorchaliza, Fadhilah
Noor Nabiilah dan Fathan Noor Ilmi Fadly Tantu atas doa, kasih sayang,
pengertian, dukungan, dan pengorbanan bagi keberhasilan penulis.

7.

PT. INCO Tbk atas bantuan akomodasi di lapangan.

8.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Luwu Timur atas ijin
penelitian.

9.

The Stability of Rainforest Margins in Indonesia (Storma) atas bantuan dana
penelitian.

10.

Teman-teman Program Studi Ilmu Perairan atas dukungan semangat selama
masa studi.

11.

Berbagai pihak yang turut memberikan andil dalam keberhasilan penulis
menyelesaikan studi S3 di Program Studi Ilmu Perairan, SPs IPB, Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi
Sulawesi Tengah, pada tanggal 28 November 1962 dari orang tua Ayah Yasin
Tantu dan Quraisyin Abdulwali. Penulis adalah anak ketujuh dari 10 bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di jurusan Manajeman Sumberdaya Perairan
Universitas Sam Ratulangi dan lulus tahun 1990. Pada tahun 1995 penulis mulai
bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu.
Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan pascasarjana pada Program
Studi Ilmu Perairan Universitas Sam Ratulangi dan meraih gelar Magister Sains
pada tahun 2001. Pada tahun 1998 penulis menikah dengan Ir. Jusri Nilawati,
M.Sc. dan dikaruniai empat orang putera puteri yaitu Fauzia Noorchaliza (11
tahun), Fathimah Noorasysyifa (Alm.), Fadhilah Noor Nabiilah (7 tahun) dan
Fathan Noor Ilmi Fadly Tantu (2,5 tahun).
Kemudian pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan Doktor pada Program
Studi Ilmu Perairan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Karya ilmiah yang sudah dipublikasikan adalah:
Habitat dan distribusi ukuran ikan opudi (Telmatherina antoniae) di Danau
Matano, 2011 dalam Jurnal Agrisains 12(3) (in press).
Tingkah laku pemijahan Telmatherina antoniae di Danau Matano, Sulawesi
Selatan. 2012 dalam Jurnal Agrisains 13(1) (in press).

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................

Halaman
xxiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xxv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xxvii

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................................
Kebaruan ................................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Deskripsi Umum Danau Matano ............................................................
Telmatherina antoniae dan Distribusinya di Danau...............................
Reproduksi..............................................................................................
Status Konversi dan Ancaman Potensial Ikan-ikan Endemik
Air Tawar ...............................................................................................

5
5
7
10

METODE PENELITIAN ............................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
Metode dan Desain Penelitian ................................................................
Analisis Data ..........................................................................................

13
13
13
18

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Habitat Ikan T. antoniae .........................................................................
Hidrologi dan Lingkungan Fisik Kimiawi Perairan ...............................
Distribusi dan Kelas Ukuran Ikan T. antoniae .......................................
Hubungan Panjang-Berat dan Pertumbuhan T. antoniae .......................
Reproduksi..............................................................................................
Nisbah kelamin................................................................................
Komposisi warna jantan ..................................................................
Tingkat kematangan gonad .............................................................
Indeks kematangan gonad ...............................................................
Sebaran diameter telur.....................................................................
Fekunditas .......................................................................................
Musim pemijahan dan strategi reproduksi ......................................
Sifat dan tingkah laku reproduksi T. antoniae di perairan ..............
Pengelolaan dan Konservasi ...................................................................

23
23
24
29
38
48
48
51
53
60
62
63
64
65
67

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

71

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

73

LAMPIRAN ................................................................................................

81

11

DAFTAR TABEL
1.

Parameter fisik kimiawi perairan Danau Matano ................................

Halaman
27

2.

Nilai rata-rata dan simpangan baku jumlah ikan menurut stasiun
penelitian ..............................................................................................

31

Kelompok umur, rata-rata ukuran PB, standar deviasi, populasi
dan indeks pemisah (SI) dari individu T. antoniae jantan
berdasarkan bulan sampling .................................................................

45

Kelompok umur, rata-rata ukuran PB, standar deviasi, populasi
dan indeks pemisah (SI) dari individu T. antoniae betina
berdasarkan bulan sampling .................................................................

46

5.

Variasi spasial nisbah kelamin T. antoniae di Danau Matano .............

48

6.

Variasi temporal nisbah kelamin T. antoniae di Danau Matano..........

49

7.

Variasi nisbah kelamin T. antoniae menurut kelas ukuran ..................

50

8.

Ukuran rata-rata PB T. antoniae jantan berdasarkan warna ................

52

9.

Jumlah individu T. antoniae jantan dan betina menurut kondisi
TKG .....................................................................................................

57

3.

4.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Telmatherina antoniae jantan kuning (atas) dan betina (bawah) .........

9

2.

Danau Matano dan stasiun sampling ...................................................

13

3.

Keadaan curah hujan harian dan fluktuasi muka air Danau
Matano periode September 2010-Agustus 2011 ..................................

25

Dendogram pengelompokan stasiun penelitian berdasarkan
parameter fisik kimiawi perairan .........................................................

29

Histogram distribusi spasial ikan T. antoniae menurut stasiun
penelitian ..............................................................................................

30

6.

Sebaran kelas ukuran panjang baku T. antoniae jantan dan betina .....

31

7.

Distribusi spasial T. antoniae jantan berdasarkan stasiun
penelitian dan kelas ukuran di Danau Matano .....................................

33

Distribusi spasial T. antoniae betina berdasarkan stasiun
penelitian dan kelas ukuran di Danau Matano .....................................

34

Distribusi temporal T. antoniae jantan berdasarkan kelas ukuran
dan waktu sampling di Danau Matano .................................................

36

10. Distribusi temporal T. antoniae betina berdasarkan kelas ukuran
dan waktu sampling di Danau Matano .................................................

37

11. Hubungan panjang-berat T. antoniae di Danau Matano: (a) jantan
dan (b) betina .......................................................................................

39

12. Nilai rata-rata faktor kondisi relatif (FK) ikan T. antoniae jantan
dan betina menurut stasiun sampling ...................................................

41

13. Nilai rata-rata faktor kondisi relatif (FK) ikan T. antoniae jantan
dan betina menurut bulan sampling .....................................................

43

14. Kurva pertumbuhan Von Bartalanffy ikan T. antoniae jantan
dan betina berdasarkan data frekuensi panjang....................................

47

15. Histogram komposisi warna T. antoniae jantan warna biru dan
jantan warna kuning (a) menurut stasiun sampling dan
(b) menurut waktu sampling ................................................................

52

16. Struktur histologis gonad T. antoniae jantan .......................................

55

17. Struktur histologis gonad T. antoniae betina .......................................

56

18. Persentase jumlah ikan T. antoniae pada berbagai tingkat
kematangan gonad (TKG) berdasarkan stasiun penelitian ..................

58

19. Persentase jumlah ikan T. antoniae pada berbagai tingkat
kematangan gonad (TKG) berdasarkan waktu penelitian ....................

59

4.
5.

8.
9.

20. Persentase jumlah ikan T. antoniae pada berbagai tingkat
kematangan gonad (TKG) berdasarkan sebaran ukuran panjang ........

60

21. Nilai indeks kematangan gonad (TKG) ikan T. antoniae
menurut stasiun sampling ....................................................................

61

22. Nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan T. antoniae jantan
dan betina menurut waktu sampling ....................................................

62

23. Sebaran diameter telur T. antoniae pada TKG I-V ..............................

63

24. Hubungan antara fekunditas dengan panjang baku (PB) .....................

64

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Teknik pembuatan preparat histologis gonad ......................................

83

2.

Ragam habitat pemijahan T. antoniae di Danau Matano .....................

85

3.

Karakteristik habitat T. antoniae dan komunitas ikan di
sembilan stasiun sampling di Danau Matano .......................................

86

Rata-rata curah hujan harian dan fluktuasi tinggi muka air Dana
Matano selama periode September 2010 – Agustus 2011 ...................

89

Nilai rata-rata parameter fisik kimiawi perairan dan jumlah
ikan menurut stasiun penelitian ...........................................................

90

Nilai panjang baku (PB) rata-rata T. antoniae jantan dan betina
pada lokasi berbeda di Danau Matano .................................................

91

Nilai rata-rata panjang baku (PB) ikan T. antoniae jantan dan
betina di Danau Matano .......................................................................

92

Model hubungan panjang-berat dan pola pertumbuhan T.antoniae
jantan dan betina ..................................................................................

93

Sebaran frekuensi panjang baku T. antoniae jantan yang
dikoleksi mulai bulan September 2010 – Agustus 2011
di Danau Matano ..................................................................................

94

10. Sebaran frekuensi panjang baku T. antoniae betina yang
dikoleksi mulai bulan September 2010 – Agustus 2011
di Danau Matano ..................................................................................

95

11. Deskripsi karakter morfologi dan histologis tahap perkembangan
gonad T. antoniae jantan ......................................................................

96

12. Deskripsi karakter morfologi dan histologis tahap perkembangan
gonad T. antoniae betina ......................................................................

97

4.
5.
6.
7.
8.
9.

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sulawesi terletak di dalam kawasan Wallacea yang telah lama dikenal sebagai
pusat biodiversitas. Hal ini disebabkan oleh tingginya derajat endemisme di antara
fauna aslinya (Myers et al. 2000; Whitten et al. 2002). Danau Matano adalah salah
satu danau tua di dunia yang terdapat di Pulau Sulawesi yang terbentuk sekitar 1,7
juta tahun lalu (Haffner et al. 2001). Danau ini dihuni oleh biota akuatik endemik.
Saat ini terdapat lebih dari 35 spesies ikan di danau tersebut, lima belas spesies
diantaranya adalah endemik yang digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu:
Telmatherinidae (sembilan spesies), Gobiidae (empat spesies), Oryziidae dan
Hemiramphidae (masing-masing satu spesies) (Tantu & Nilawati 2007a).
Telmatherina

antoniae

(Kottelat

1991)

adalah

salah

satu

dari

sembilan

Telmatherinidae yang ditemukan di Danau Matano. Ikan ini berukuran relatif kecil
dengan panjang baku kurang dari 100 mm dan memiliki warna yang cerah. Individu
jantan memiliki dua bentuk warna yaitu biru dan kuning, memiliki tingkah laku yang
atraktif dan berwarna indah. Warna yang indah dan tingkah laku atraktif tersebut
membuat ikan ini sangat berpotensi untuk dijadikan ikan hias yang memiliki nilai
ekonomi. Masyarakat sekitar danau menyebut ikan T. antoniae dan umumnya ikanikan famili Telmatherinidae dengan nama opudi.
Saat ini ikan opudi tidak dieksploitasi untuk tujuan konsumsi maupun ekonomi
oleh masyarakat, tetapi ikan ini sedang menghadapi beberapa masalah karena
aktivitas yang intensif di perairan maupun di daratan sekeliling danau. Beberapa
aktivitas yang diprediksi memiliki potensi mengganggu habitat dan kelangsungan
hidup ikan antara lain: perluasan lahan pertambangan yang terus mendekati tepian
danau, pembangunan konstruksi jalan lingkar danau, perluasan permukiman,
konstruksi dan pengoperasian dam, perubahan badan sungai, pembalakan di sekitar
daerah aliran sungai, pembukaan lahan perkebunan, limbah rumah tangga dan
buangan minyak dari mesin-mesin perahu transportasi.

2

Dampak nyata dari aktivitas tersebut di atas secara kualitatif dapat dilihat dari
semakin meningkat dan meluasnya daerah litoral yang terpapar bahan-bahan
tersuspensi. Secara fisik, dampak itu ditandai oleh meningkatnya kekeruhan perairan
dan perubahan sistem hidrologis dari kondisi alami ke kondisi buatan akibat adanya
pengoperasian dam di aliran sungai keluar danau (outlet). Peningkatan aktivitas di
sekeliling danau menimbulkan kekhawatiran tentang kelangsungan ikan ini di
habitatnya.
Aktivitas-aktivitas lain yang mengancam keberadaan T. antoniae di Danau
Matano adalah budidaya dan introduksi ikan yang dilakukan oleh masyarakat dan
pemerintah. Jumlah ikan eksotik di danau terus meningkat setiap tahun. McKinnon et
al. (2000) dan Hadiaty & Wirjoatmodjo (2002) mencatat lima spesies, sementara
Tantu & Nilawati (2007b) mendokumentasikan 20 spesies ikan bukan asli.
Keberadaan spesies ikan bukan asli di habitat spesies ikan endemik dikhawatirkan
menimbulkan tekanan terhadap spesies endemik baik melalui predasi maupun
kompetisi (Wijeyaratne & Perera 2001). Selain itu, spesies ikan bukan asli bisa
menyebabkan penurunan populasi spesies endemik (Leyse et al. 2003). Ikan bukan
asli di Danau Matano umumnya melakukan aktivitas mencari makan, membangun
sarang dan bereproduksi di daerah litoral. Apabila masalah degradasi habitat dan
peningkatan populasi ikan eksotik di danau ini berakumulasi, kelangsungan T.
antoniae diprediksi terganggu.
Beberapa topik penelitian mengenai ikan Danau Matano yang telah dilakukan
antara lain: radiasi adaptif dan hibridisasi (Herder et al. 2006a); keragaman dan
evolusi (Herder et al. 2006b); pemeriksaan pendahuluan “sailfin silversides”
(Teleostei: Telmatherinidae) di Danau-danau Malili Sulawesi (Indonesia), dengan
sinopsis sistematika dan ancaman-ancamannya (Herder et al. 2008); radiasi adaptif
dan genetika populasi (Heath et al. 2006); pemeliharaan polimorfisme warna jantan
pada telmatherinid (Gray et al. 2006); deskripsi perbandingan tingkah laku kawin
ikan Telmatherinidae dari danau-danau Malili Sulawesi (Gray & McKinnon 2006);
dan seleksi seksual pada ikan yang ditampilkan melalui polimorfisme warna yang
dipengaruhi oleh lingkungan (Gray et al. 2008a); serta makan telur secara sembunyi-

3

sembunyi pada Telmatherina sarasinorum, ikan endemik dari Sulawesi (Gray et al.
2008b). Studi-studi tersebut difokuskan pada biologi evolusi dan ekologi tingkah laku
untuk menelaah mengenai asal dan keragaman biologi dari danau-danau ini. Studi
mengenai aspek reproduksi T. antoniae dilaporkan oleh Sumassetiyadi (2003).
Penelitian ini menelaah ekobiologi untuk memetakan aspek habitat, biologi
reproduksi, dan ancaman yang dihadapi oleh T. antoniae untuk mendapatkan konsep
pengelolaan ikan-ikan T. antoniae di Danau Matano.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakter habitat, pola
distribusi, pertumbuhan dan reproduksi ikan endemik T. antoniae di daerah litoral
Danau Matano. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar
pengelolaan ikan endemik di danau tersebut.

Kebaruan
Kebaruan penelitian ini adalah penggunaan ikan endemik opudi T. antoniae
dalam kajian hubungan habitat, pola distribusi, pertumbuhan, dan reproduksi di
Danau Matano.

4

5

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Umum Danau Matano
Danau Matano adalah salah satu danau yang berada dalam wilayah ‟Wallacea‟.
Danau ini berada di bagian tengah Pulau Sulawesi, yang termasuk dalam wilayah
administrasi Provinsi Sulawesi Selatan. Danau Matano merupakan hulu dari
rangkaian tiga danau besar yang berdekatan yaitu Danau Matano, Mahalona dan
Towuti. Dua danau lain yang juga bertetangga dengan ketiga danau ini yaitu Danau
Lantoa dan Danau Masapi. Kelima danau ini membentuk satu kompleks danau yang
dikenal dengan sebutan ‟Kompleks Danau Malili‟. Sistem aliran dari kompleks danau
ini berhubungan dengan Teluk Bone melalui Sungai Malili (Tantu & Nilawati
2007a).
Danau Matano dan dua danau tetangganya di bagian hilir (Danau Mahalona dan
Danau Towuti) merupakan kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA).
Penetapan sebagai kawasan konservasi TWA telah relatif lama dilakukan yaitu tahun
1979 melalui Surat Keputusan Mentan No. 274/Kpts/Um/4/1979 tanggal 24 April
1979. Luas kawasan ini mencapai 98.500,00 ha (termasuk perairan danau), dengan
rincian luas masing-masing: TWA Matano 30.000 ha, TWA Towuti 65.000 ha, dan
TWA Mahalona 3.500 ha (Tantu & Nilawati 2007b). Walaupun kompleks danaudanau Malili ini telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi TWA, namun TWA ini
tidak dikelola sebagaimana mestinya sebuah kawasan TWA. Padahal danau ini
memiliki keunikan dilihat dari sisi biota yang tercermin pada keragaman dan
endemisitas biotanya. Danau Matano diidentifikasi sebagai sumber utama kehadiran
spesies-spesies endemik dalam kompleks danau-danau Malili (Hafner et al. 2001).
Keindahan, keunikan dan keragaman ikan endemik Danau Matano dan danau lainnya
di kompleks Malili saat ini menarik perhatian banyak naturalis dari berbagai negara
di dunia untuk menjadikan kompleks danau-danau Malili sebagai obyek penelitian
(Tantu & Nilawati 2007b). Kawasan ini juga merupakan pusat perhatian
keanekaragaman ikan endemik perairan tawar Sulawesi (Tantu & Nilawati 2007a).

6

Walaupun

danau-danau

ini

kaya

akan

spesies

endemik,

namun

produktifitasnya sangat renda dibandingkan dengan danau-danau tropis lain. Menurut
Haffner et al. (2006), biomassa fitoplankton di Danau Matano, Mahalona dan Towuti
berturut-turut adalah 0,013; 0,008; dan 0,09 mg l-1. Sementara biomassa di Danau
Malawi, Tanganyika dan Victoria berturut-turut adalah 0,3; 0,9; dan 5 mg l-1.
Studi sebelumnya yang dilakukan oleh Widhiasari (2003) menunjukkan bahwa
kelimpahan fitoplankton di daerah litoral Danau Matano berkisar antara 27 dan 1287
ind. l-1; nilai ini berada dalam kisaran kategori oligotrof (0 – 2000 ind. l-1). Studi
Widhiasari (2003) ini juga mencatat bahwa jenis fitoplankton yang dominan adalah
Chlorophyceae. Sementara Haffner et al. (2006) yang melakukan studi di kompleks
Danau Malili melaporkan bahwa komunitas fitoplankton yang dominan adalah
cyanobacteria kecil. Taksa yang lebih besar seperti Staurastrum dan Peridinium
jarang ditemukan. Demikian pula dengan komunitas zooplankton terdiri atas
beberapa spesies terutama calanoid (Eodiaptomus wolterecki), copepoda cyclopoid
(Tropocyclops spp.) dan rotifer (Horaella brehmi).
Parameter fisik kimiawi perairan dideskripsikan oleh Bramburger et al. (2006)
sebagai berikut: kisaran suhu tahunan 27–31ºC; pH 7,7-8,3; konduktivitas 143-175
µS cm-¹; dan total fosfor kurang dari 5 µg l-¹.
Secara fisik Danau Matano memiliki keunikan: terjadi secara tektonik; berada
pada ketinggian 396 m di atas permukaan laut (dpl); luas 164 km2 dan kedalaman
kurang lebih 590 m (Haffner et al. 2001); dan merupakan danau terdalam kedelapan
di dunia. Danau Matano dideskripsikan oleh Haffner et al. (2001) sebagai danau
oligotrofik; perairan sangat jernih dengan kecerahan mencapai 23 m; daerah litoral
relatif sempit yang dibatasi oleh dinding-dinding danau yang curam. Walaupun danau
ini berhubungan dengan dua danau di hilirnya, namun danau ini terisolasi oleh elevasi
89 m, dan arus aliran keluar yang kuat, yaitu berkisar 25-30 m³det-¹. Kondisi ini
diduga sebagai rintangan fisik bagi penyebaran ikan dari danau-danau yang ada di
bagian hilir (Haffner et al. 2001).
Soeroto (1997) menyatakan bahwa ikan-ikan endemik Danau Matano
merupakan anggota dari famili ikan laut yang diduga telah menempati danau itu sejak

7

awal kejadiannya. Mayoritas ikan air tawar Sulawesi adalah ikan sekunder, yaitu ikan
yang mampu mentolerir kandungan garam. Contoh ikan-ikan sekunder adalah
Oryziidae dan Adrianichthyidae, sedangkan anggota dari famili ikan laut adalah
Gobiidae, Eleotridae, Atherinidae dan Hemiramphidae (Soeroto 1997). Ikan T.
antoniae adalah salah satu jenis ikan endemik Danau Matano yang terdistribusi di
sepanjang tepian danau Matano (Kottelat 1991). Ikan ini menempati daerah litoral
danau (Heath et al. 2006; Nilawati & Tantu 2007).
Zona litoral yang dihuni oleh T. antoniae terbatas pada perairan dangkal yang
kedalamannya kurang dari 10 m. Zona litoral dikenal merupakan zona penting bagi
juvenil dan ikan-ikan dewasa di banyak sistem danau. Sementara itu struktur
komunitas, preferensi habitat dan pola-pola musiman pemanfaatan zona litoral oleh
komunitas ikan danau di daerah tropis belum banyak dipahami. Zona ini merupakan
daerah pengasuhan dan mencari makan yang penting (Vono & Barbosa 2001). Posisi
spesies di dalam suatu komunitas sangat bergantung kepada ketersediaan sumber
daya dan proses-proses ekologis seperti kompetisi interspesifik atau predasi (Piet
1998). Ada tiga dimensi penting dalam pembagian sumber daya komunitas ikan
yaitu: dimensi trofik, spasial dan temporal. Dimensi trofik merupakan dimensi paling
penting untuk memisahkan spesies ikan di danau, sedangkan dimensi spasial yang
penting di danau adalah distribusi vertikal di dalam kolom air (Ross 1986).

Telmatherina antoniae dan Distribusinya di Danau
Famili Telmatherinidae (Kottelat 1991) adalah ikan-ikan kecil dari Kompleks
Danau Malili dengan ciri warna yang cerah. Telmatherinidae yang ditemukan di
Danau Matano adalah endemik (Gray et al. 2008). Saat ini kelompok ikan ini menjadi
perhatian untuk studi yang berkaitan dengan biologi evolusi dan ekologi tingkah laku
serta untuk penelaahan asal dan keragaman biologi dalam Kompleks Danau Malili
(Herder et al, 2006a, 2006b, 2008; Heath et al. 2006; Gray et al. 2006; Gray &
McKinnon 2006; Gray et al. 2008a; 2008b).
Deskripsi taksonomik beberapa spesies Telmatherinidae pertama kali
dipublikasikan oleh Boulenger pada tahun 1897, dan telah direvisi oleh Kottelat

8

(1990b, 1991) dan Aarn & Kottelat (1998). Telmatherina antoniae adalah salah satu
dari sembilan spesies anggota Telmathernidae yang hidup di Danau Matano (Nilawati
& Tantu 2007). Ikan ini pertama kali diidentifikasi dan dinyatakan sebagai spesies
baru dari Danau Matano oleh Kottelat (1991). Klasifikasi T. antoniae menurut
Kottelat (1991) adalah sebagai berikut:
Kingdom

:

Animalia

Phylum

:

Chordata

Class

:

Actinopterygii

Order

:

Atheriniformes

Family

:

Telmatherinidae

Genus

:

Telmatherina

Spesies

:

Telmatherina antoniae Kottelat, 1991

T. antoniae mudah dibedakan dari spesies Telmatherina lain dengan karakter
sebagai berikut: sirip dorsal kedua dan sirip anal membulat ke arah posterior, ada dua
bentuk warna jantan (biru dan kuning), tubuh coklat kebiru-biruan, dan bagian kepala
berwarna lebih muda. Suatu garis lebar yang warnanya lebih muda terletak di antara
sirip dorsal kedua dan sirip anal. Dua buah garis yang lebih tipis dan lebih muda
terletak agak di depan dan agak di belakang permulaan sirip ventral. Sirip dorsal
pertama berwarna kehitam-hitaman dengan ujung putih kebiru-biruan. Sirip dorsal
kedua, sirip anal dan sirip ventral berwarna sangat biru muda. Sirip pektoral dan sirip
kaudal transparan. Ikan jantan warna kuning memiliki pola warna yang sama dengan
ikan jantan warna biru, tetapi tubuhnya coklat dengan garis-garis coklat kekuningkuningan. Ikan betina berwarna abu-abu kebiru-biruan (Gambar 1), dengan garisgaris lebih muda seperti garis-garis pada ikan jantan dan satu pita aksial tipis
kehitam-hitaman (Kottelat 1991).
Secara morfometrik, T. antoniae memiliki karakter sebagai berikut: lebar
moncong 0,88-1,05 kali panjang baku; 14-17 sisik predorsal; 33-34 sisik pada baris
longitudinal; dan 14-17½ jari-jari anal bercabang. Jari-jari sirip dorsal pertama (D1)
V-VII, dorsal kedua (D2) I,8-11½; jari-jari sirip kaudal bercabang 8+7; jari-jari sirip
anal I,14-17½; jari-jari sirip pektoral 15-16; dan jari-jari sirip pelvik I,5. Sisik pada

9

baris longitudinal 33-36. Sisik pada baris transversal ½8½, sisik predorsal 14-17;
sisik preoperkulum 4-5; sisik operkulum 4-6. Gill-raker pada lengkungan pertama 2731 (Kottelat 1991).

Gambar 1. Telmatherina antoniae jantan kuning (atas) dan betina (bawah)

Ikan T. antoniae dewasa reproduktif memiliki dua kelompok ukuran tubuh
yaitu ukuran besar dan kecil (Gray et al. 2006). Perbedaan yang nyata pada kedua
kelompok ikan dewasa reproduktif ini yaitu tinggi tubuh yang mencolok meningkat
pada ikan-ikan yang berukuran panjang baku (PB) kira-kira 53 mm (Kottelat 1991).
Studi yang dilakukan McKinnon et al. (2000) pada T. antoniae jantan yang
melakukan pemijahan pada dua lokasi berbeda yaitu di Old Camp dan Pump masingmasing memiliki ukuran rata-rata PB 47,2 mm dan 50,16 mm. Sementara itu
McKinnon et al. (2000) juga menemukan bahwa ukuran rata-rata PB jantan biru dan
kuning masing-masing adalah 49,8 mm dan 49,7 mm.
Ikan T. antoniae hidup di daerah litoral; daerah ini dijadikan sebagai habitat
pemijahan (Kottelat 1991; Gray & McKinnon 2006; Nilawati & Tantu 2007).

10

Pasangan yang memijah meletakkan telurnya pada substrat dasar (Gray & McKinnon
2006; Nilawati & Tantu 2007), seperti di antara batuan, di atas batuan beralga, kerikil
atau pasir yang tidak memiliki tumbuhan air, dan pada tumbuhan air, pada batang
pohon atau kayu-kayuan beralga yang tenggelam di dasar perairan. Ikan ini bahkan
dapat memijah di perairan yang dangkal dengan kedalaman kurang lebih 0,5 m
(Soeroto et al. 2004; Nilawati & Tantu 2007). Sementara itu Sumassetiyadi (2003)
menyatakan bahwa ikan T. antoniae memijah di daerah bervegetasi dan meletakkan
telur-telurnya pada substrat tumbuhan air (fitofil).

Reproduksi
Gray & McKinnon (2006) meneliti tingkah laku kawin tujuh Telmatherinidae
dan menemukan bahwa secara umum ikan-ikan tersebut memperlihatkan tingkah laku
sebagai berikut: tidak mempunyai kepedulian induk (non parental care), pemijah
pada substrat, tidak menunjukkan teritorialitas, dan sering berganti pasangan
memijah. Deskripsi tingkah laku lain dari T. antoniae dan T. albolabiosus telah
dijelaskan masing-masing oleh Nilawati & Tantu (2007) dan Tantu & Nilawati
(2006).
Studi mengenai pemeliharaan polimorfisme warna pada ikan jantan T.
antoniae oleh Gray et al. (2006) menunjukkan bahwa frekuensi bentuk warna jantan
T. antoniae yang memijah di daerah litoral pada kedalaman 0,5 sampai 2,0 m lebih
berhubungan dengan parameter-parameter temporal, dibandingkan dengan parameterparameter spasial. Nilawati & Tantu (2007) mendeskripsikan ritual pemijahan T.
antoniae. Ikan jantan dewasa mencari pasangan dengan cara mendekati ikan betina
dewasa dari sisi kiri atau kanan. Kemudian ikan betina akan memperlambat
kecepatan renangnya apabila ia tertarik pada ikan jantan yang mendekati. Setelah
berada di dekat ikan betina, ikan jantan melakukan gerakan ‟seperti menari‟ di
samping betina kemudian pasangan ini akan berenang beriringan dengan posisi jantan
‟selalu‟ berada di bawah abdomen ikan betina. Ikan jantan yang agresif melakukan
gerakan-gerakan tarian menyilang atau membentuk lingkaran di samping betina. Ikan
jantan tampak memandu dan melindungi pasangannya untuk mendapatkan substrat

11

pemijahan. Bila ikan betina mendapatkan substrat pemijahan, ikan jantan akan segera
mendekat, dan membentuk formasi posisi sejajar dengan betina. Selanjutnya
pasangan ikan ini saling mendekatkan abdomen dan secara bersamaan menekannya
ke arah substrat, dengan posisi tubuh membentuk sudut kira-kira 30º terhadap
substrat. Ikan betina kemudian melepaskan telur dan ikan jantan melepaskan sperma.
Pada posisi ini tubuh pasangan memijah ini tampak bergetar.
Sumassetiyadi (2003) yang mempelajari aspek reproduksi ikan T. antoniae
menyatakan bahwa nisbah kelamin antara jantan dan betina tidak seimbang, dan
populasi ikan ini didominasi oleh ikan jantan. Menurut Sumassetiyadi, ikan betina
pertama kali matang gonad pada ukuran panjang total 70 mm (panjang baku ≈ 52,50
mm) dan untuk jantan pada ukuran 77 mm (panjang baku ≈57,75mm).
Status Konservasi dan Ancaman Potensial Ikan-ikan Endemik Air Tawar
IUCN telah menyusun 10 kategori konservasi untuk status spesies langka
yakni: (1) Punah: spesies (atau taksa lain, seperti subspesies dan varietas) yang telah
punah dan tidak ditemukan dimanapun. (2) Punah di alam: spesies yang hanya ada di
dalam pemeliharaan, dalam kurungan, atau sebagai populasi alam di luar kisaran
asalnya. (3) Kritis: spesies yang menghadapi resiko kepunahan yang sangat tinggi di
alam dalam waktu dekat. Peluang punah di alam minimal 50% dalam waktu 10 tahun
atau 3 generasi. (4) Genting: spesies menghadapi resiko kepunahan yang sangat
tinggi di alam dalam waktu dekat, dan beresiko menjadi kritis. (5) Rentan: spesies
yang menghadapi resiko kepunahan tinggi di alam dalam jangka menengah, dan
beresiko menjadi genting. Spesies dalam golongan ini dalam waktu 100 tahun
mempunyai resiko kepunahan lebih dari 10%. (6) Tergantung usaha konservasi:
spesies tidak sedang terancam kepunahan, tetapi kelangsungan hidupnya tergantung
pada program konservasi, dan spesies itu bisa terancam punah. (7) Mendekati
terancam punah: spesies mendekati kualifikasi rentan. (8) Kekhawatiran rendah:
spesies tidak dimasukkan ke dalam kriteria tergantung usaha konservasi maupun
kriteria mendekati terancam punah. (9) Kurang data: informasi yang ada tidak cukup
untuk menentukan resiko kepunahan untuk spesies itu. Dalam banyak hal, spesies

12

belum terlihat selama bertahun-tahun atau dekade karena tidak ada ahli biologi yang
telah berusaha untuk mencarinya. Lebih banyak informasi diperlukan sebelum spesies
ini bisa digolongkan ke dalam kategori terancam. (10) Tidak di evaluasi: spesies
belum dinilai kategori keterancamannya (Primack 2000). Ikan T. antoniae
digolongkan berstatus rentan di dalam Red List Data Book of Threatened Animals
tahun 1996 dari IUCN (International Union For Conservation of Nature and Natural
Resources) (WCMC 2006).
Ricciardi (2001) memperkirakan laju kepunahan hewan air tawar pada masa
yang akan datang hampir lima kali lebih besar daripada hewan darat, dan tiga kali
untuk mamalia laut. Status spesies air tawar di Amerika Utara menunjukkan kondisi
krisis pertumbuhan dan kurang lebih 28% ikan air tawar asli telah dimasukkan ke
dalam kriteria genting, rentan atau punah oleh World Conservation Union.
Kepunahan keanekaragaman hayati antara lain disebabkan oleh: (1) kerusakan
habitat, (2) eksploitasi jenis secara berlebihan, (3) introduksi jenis eksotik, (4)
gangguan habitat termasuk pencemaran, (5) penyebaran penyakit, (6) persaingan, dan
(7) pemanasan global (Reid & Miller 1989; Moyle & Leidy 1992).
Danau-danau di dunia telah mengalami introduksi spesies eksotik yang
menyebabkan perubahan besar pada komposisi fauna ikannya (Ogutu-Ohwayo 1990).
Hal ini berhubungan dengan aktivitas manusia, preferensi masyarakat dan kebijakan
pemerintah (Hall & Mills 2000). Meningkatnya introduksi spesies bukan asli dipicu
oleh meningkatnya kebutuhan pangan, nilai ekonomis dan rekreasi (Welcomme
1988). Introduksi spesies bukan asli telah dijadikan sebagai strategi umum dalam
pengelolaan perikanan danau yang mengalami degradasi stok (Olowo et al. 2004).
Berbagai alasan introduksi spesies bukan asli yaitu: (1) olah raga atau rekreasi, (2)
budidaya, (3) manipulasi ekologi dan perbaikan stok liar, (4) mengendalikan
organisme-organisme yang tidak diinginkan, (5) sebagai ikan hias; (6) transfer tidak
disengaja (Welcomme 1984; 1986; 1988; Mills et al. 1993), dan (7)
menggantikan stok yang mengalami penurunan (Olowo et al. 2004).

untuk

13

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Danau Matano, Sulawesi Selatan. Sampling dilakukan
setiap bulan selama satu tahun yaitu mulai bulan September 2010 sampai dengan
Agustus 2011. Sampling dilakukan pada sembilan stasiun penelitian (Gambar 2).

Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei post facto. Stasiun
penelitian ditetapkan berdasarkan pertimbangan: (1) merupakan habitat ikan T.
antoniae, (2) kondisi stasiun penelitian memungkinkan untuk operasional
pelaksanaan sampling, dan (3) stasiun penelitian dapat mewakili keragaman habitat
ikan T. antoniae. Berdasarkan pertimbangan ini ditetapkan sembilan stasiun
penelitian yang dibagi dalam tiga zona. Secara spasial pembagian zona ini mewakili
tiga bagian danau yaitu: (1) Zona yang mewakili wilayah danau bagian hulu, (2) zona
yang mewakili wilayah danau bagian tengah, dan (3) zona yang mewakili wilayah
danau bagian hilir.

Gambar 2. Danau Matano dan stasiun sampling.
Ket.: Zona hulu: (1) Sungai Lawa, (2) Paku, (3) Pulau Wotu Pali;
Zona tengah: (4) Bubble Beach, (5) Salonsa, (6) Tanah Merah; dan
Zona hilir: (7) Otuno, (8) Sungai Petea dan (9) Sungai Soluro

14

Deskripsi Stasiun Penelitian
Sembilan stasiun penelitian di Danau Matano ditetapkan sebagai tempat
pengambilan sampel ikan, serta parameter fisik, kimiawi dan biologis perairan.
Masing-masing stasiun memiliki ciri dan karakter berbeda.
Zona Hulu
Zona hulu adalah zona yang terdapat di bagian barat Danau Matano. Tiga
stasiun penelitian di zona ini yaitu stasiun Sungai Lawa, Stasiun Paku, dan
Stasiun Pulau Wotu Pali. Secara umum zona hulu mewakili kawasan yang
relatif belum banyak terganggu. Hutan dan lahan yang ada di sekitarnya belum
dijadikan lahan tambang. Ciri-ciri ketiga stasiun penelitian di zona ini
dideskripsikan sebagai berikut.
1.

Stasiun Sungai Lawa
Sungai Lawa merupakan sungai utama yang sepanjang tahun mengalirkan
airnya masuk ke Danau Matano. Lokasi yang dipilih sebagai tempat
pengambilan sampel berada di bagian sebelah kanan muara sungai. Perairan
litoral di tempat ini mempunyai kedalaman berkisar antara 0,50 – 3,0 m dengan
jarak tepi danau ke bibir tubir berkisar antara 20 – 25 m. Pada kondisi air surut
terendah, sebagian daerah litoral mengering berubah menjadi daratan.

2.

Stasiun Paku
Stasiun Paku berada di sisi selatan danau. Bagian daratan di sepanjang
pinggiran danau adalah daerah rawa. Kontur dasar perairan relatif datar dan
meluas ke tengah danau. Kedalaman perairan di daerah litoral stasiun ini
berkisar antara 0,30 dan 6,0 m; kisaran jarak tepi danau ke bibir tubir adalah 30
– 40 m.

3.

Stasiun Pulau Wotu Pali
Pulau Wotu Pali adalah salah satu pulau dalam gugusan pulau yang terletak di
sisi selatan bagian barat Danau Matano. Pulau ini terdiri atas batuan besar,
dengan daerah litoral pulau yang relatif sempit (kisaran bibir tubir 5,0 – 7,0 m
dari tepi danau), dengan kisaran kedalaman 0,75 – 4,0 m. Dasar perairan yang
kedalamannya lebih dari 5 m di sekitar pulau ini terdapat banyak pecahan

15

tembikar. Menurut cerita masyarakat setempat, pulau ini adalah pulau yang
terbentuk akibat kejadian tektonik dan pulau ini merupakan bagian dari daratan
yang tenggelam (kata “wotu pali” dari bahasa daerah setempat berarti batu yang
terbalik atau daratan yang terbalik).
Zona tengah
Zona tengah adalah daerah yang mewakili bagian tengah danau yang terletak di
sisi bagian selatan dan utara danau. Daerah di sisi selatan danau merupakan
daerah permukiman, pusat kota dan kawasan industri pertambangan nikel.
Sementara sisi utara danau merupakan kawasan bekas perkebunan dan daerah
rawa.
4.

Stasiun Bubble Beach
Stasiun Bubble Beach adalah sebuah teluk yang berada di sisi selatan danau
(sebelah barat Pantai Kupu-kupu). Lokasi ini disebut Bubble Beach karena dari
dasar perairannya banyak keluar gelembung gas.

5.

Stasiun Pantai Salonsa
Pantai Salonsa terletak di depan kompleks permukiman perumahan karyawan
PT Inco. Pantai ini diperuntukkan sebagai salah satu taman rekreasi pantai.
Sebagai tempat rekreasi lokasi ini ramai dikunjungi masyarakat pada hari-hari
libur. Selain itu tempat ini dimanfaatkan sebagai tempat menambatkan rakit
wisata (raft).

6.

Stasiun Tanah Merah
Stasiun Tanah Merah terletak di bagian tengah sisi utara Danau Matano.
Stasiun ini adalah sebuah teluk kecil dengan daerah dangkal yang relatif luas.
Perairan di daerah litoral memiliki kisaran kedalaman 0,50 – 2,00 m. Jarak tepi
pantai ke bibir tubir 40 – 60 m. Substrat dasar bervariasi mulai dari lumpur
sampai pasir dengan formasi batuan besar di dekat bibir tubir.
Zona hilir
Zona hilir adalah kawasan bagian Timur Danau Matano. Zona ini memiliki
teluk yang relatif besar dengan beberapa pulau yang ada di dalamnya. Terdapat
dua sungai di zona ini, yaitu Sungai Soluro di sisi utara dan Sungai Petea di

16

bagian paling timur danau. Sungai Soluro adalah sungai yang mengalirkan
airnya masuk ke danau, sementara Sungai Petea adalah sungai yang
mengalirkan air keluar dari danau (out let). Sebuah bendungan yang berfungsi
untuk mengatur kestabilan muka air danau terletak di Sungai Petea. Zona ini
juga mewakili daerah yang lahan atasnya merupakan lahan tambang terbuka.
Terdapat tiga stasiun penelitian di zona ini dengan ciri sebagai berikut.
7.

Stasiun Otuno
Stasiun Otuno terletak di sisi selatan bagian timur Danau Matano. Daerah ini
adalah sebuah teluk dekat gugusan pulau di daerah Otuno. Kisaran kedalaman
perairan litoral 0,50 – 3.0 m. Jarak bibir tubir dari tepi 20 - 30 m. Substrat dasar
perairan bervariasi mulai dari substrat tanah keras, berpasir sampai berbatu.

8.

Stasiun Sungai Petea
Stasiun Sungai Petea terdapat di bagian timur Danau Matano