ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2015

a. Pertemuan Koordinasi 9 PPK Regional dan 2 Sub-Regional dengan Anggota PPK Regional/Sub-Regional

Setiap PPK Regional/Sub-Regional memiliki beberapa provinsi yang menjadi anggotanya. Sebagai sebuah kesatuan wilayah, maka perlu dijalin hubungan kerja dan harmonisasi tugas dan fungsi masing-masing anggota regional/sub-regional. Oleh karena itu diperlukan koordinasi yang baik antara anggota regional. Kegiatan ini diadakan untuk menyelaraskan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang terkoordinasi antar provinsi dalam lingkup PPK Regional/Sub- Regional. Manfaat lainnya adalah tiap anggota regional/sub-regional dapat menyamakan persepsi dan berbagi pengalaman serta pengetahuan tentang penanganan menghadapi situasi krisis kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan di provinsi ketua regional/sub-regional dengan pesertanya adalah dinas kesehatan provinsi anggota regional/sub-regional. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 88,72%.

b. Rapat Internalisasi Organisasi di 9 PPK Regional dan 2 PPK Sub-Regional

Salah satu kebijakan penanggulangan krisis kesehatan adalah pengarusutamaan penanggulangan krisis kesehatan dalam kebijakan maupun kegiatan baik di lintas- program maupun lintas-sektor dan masyarakat. Strategi yang dijalankan guna mendukung kebijakan tersebut adalah meningkatkan peran lintas program, lintas sektor dan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan. Oleh karena itu dijalankanlah kegiatan Rapat Internalisasi Organisasi di 9 PPK Regional dan 2 PPK Sub-Regional. Kegiatan ini dilaksanakan di provinsi ketua regional/sub-regional dengan perwakilan dari lintas program maupun lintas sektor terkait di provinsi ketua regional/sub-regional sebagai pesertanya. Kegiatan ini diadakan untuk menyelaraskan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang terkoordinasi antar satuan kerja di provinsi ketua regional/sub- regional. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 80,05%.

c. Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan.

Simulasi penanggulangan krisis kesehatan merupakan suatu bentuk latihan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan menanggulangi krisis kesehatan yang muncul akibat bencana. Simulasi ini dilaksanakan dalam rangka menguji sistem yang telah disusun sebelumnya oleh berbagai satuan kerja yang terlibat dalam penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan simulasi ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan, yaitu :

1) Rapat persiapan, guna menyusun rancangan skenario simulasi, Rencana Informasi Geladi (RIG), Rencana Operasional Geladi (ROG) dan struktur organisasi penyelenggara simulasi.

2) Geladi Posko (Table Top Exercise), guna menguji fungsi komando, koordinasi dan komunikasi antar satuan kerja.

3) Drill Teknis, guna melatih keterampilan penanggulangan krisis kesehatan dan operasionalisasi alat serta perlengkapan penanggulangan krisis kesehatan.

4) Simulasi dan Evaluasi Pelaksanaan Simulasi. Melalui simulasi, dapat dicapai peningkatan kemampuan dan ketrampilan teknis serta koordinasi dan komando yang lebih baik bagi satuan kerja penanggulangan krisis kesehatan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Rangkaian kegiatan ini dilaksanakan di PPK Regional DKI Jakarta dengan realisasi anggaran sebesar 94,11%.

d. Penataan Gudang di 9 PPK Regional dan 1 PPK Sub-Regional

Untuk mempercepat upaya penanggulangan krisis kesehatan, PK telah membentuk 9 regional dan 2 sub-regional yang berperan sebagai titik koordinasi dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan di wilayahnya masing-masing. Untuk menunjang peran tersebut dibutuhkan gudang penyimpanan peralatan penanggulangan krisis kesehatan yang hingga saat ini telah ada di 9 PPK Regional dan 1 PPK Sub-Regional. Dalam penanggulangan krisis kesehatan diperlukan sarana berupa perlengkapan penanggulangan krisis. Agar perlengkapan tersebut dapat dipelihara dan dioperasionalkan dengan baik dan benar, diperlukan tempat penyimpanan yang memadai, dalam hal ini gudang. Kegiatan ini bertujuan agar perlengkapan penanggulangan krisis kesehatan dapat difungsikan dengan baik ketika diperlukan. Terdapat beberapa aktivitas dalam kegiatan ini, diantaranya yaitu pembuatan peta posisi barang di gudang; melakukan penataan, pengelompokan, pengkodean dan pembersihan perlengkapan di gudang; pembuatan Aplikasi Penyimpanan

Barang di gudang PPK; serta pelatihan singkat penggunaan Aplikasi Penyimpanan Barang. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 97,77%.

e. Pengadaan CCTV di 9 PPK Regional/Sub-Regional

Guna mendukung tugasnya dalam penanggulangan krisis kesehatan di wilayahnya, PPK Regional dan Sub-Regional dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana penanggulangan krisis kesehatan. PPK Regional dan Sub-Regional tersebut juga dilengkapi dengan sarana penunjang lain yang nilai perolehannya tidak kecil. Agar sarana dan prasarana tersebut aman, dapat terpelihara dengan baik dan tidak mengalami kerusakan atau hilang, maka diperlukan pemantauan terus- menerus dengan menggunakan sarana pemantauan CCTV (Closed Circuit- Television). Di tahun 2015, 9 PPK Regional dan 1 PPK Sub-Regional telah dilengkapi dengan CCTV. Realisasi anggaran untuk kegiatan ini adalah sebesar 305,57%.

3. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan

Pada dasarnya, alokasi anggaran di PK dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu alokasi anggaran untuk kegiatan yang telah direncanakan yang besarnya adalah Rp.57.308.664.000,- (93,95% dari total anggaran) dan alokasi anggaran untuk kegiatan yang bersifat insidentil terkait dengan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang besarnya adalah Rp.3.690.048.000,- (6,05% dari total anggaran). Kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan meliputi upaya kesiapsiagaan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, pengadaan fasilitas dan perlengkapan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana, serta penyelenggaraan tupoksi lain. Sedangkan kegiatan yang bersifat insidentil meliputi upaya tanggap darurat krisis kesehatan. Penyerapan anggaran untuk kegiatan yang telah direncanakan adalah sebesar 55,14%. Sedangkan penyerapan anggaran untuk kegiatan yang bersifat insidentil adalah sebesar 56,97%. Apabila dianalisa berdasarkan siklus bencana, selama tahun 2015 PK telah menyelenggarakan semua kegiatan dalam siklus bencana dan telah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi PK seperti yang tertuang dalam Permenkes No. 14 tahun 2010. Sesuai siklus bencana, kegiatan tersebut dibagi ke dalam 3 fase, yaitu:

a. Fase prabencana. Kegiatan selama fase prabencana terbagi menjadi:

1) Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penanggulangan krisis kesehatan, berupa: - Penyusunan Revisi Permenkes Nomor 64 Tahun 2013

- Penyusunan Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bidang Kesehatan Tahun 2015 - Penyusunan Pedoman

Kesehatan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan - Revisi Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan - Penyusunan Kurikulum dan Modul ITC-DRR - Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Penanggulangan Krisis

Implementasi Klaster

Kesehatan

2) Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan, melalui kegiatan : - Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan - Upaya Peningkatan Kinerja dan Kompetensi Pegawai - TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen Penanggulangan

Krisis Kesehatan - Penyelenggaraan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Rangka Sail Tomini 2015 - TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan - Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan - Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana (Internasional)

3) Pemantauan, pelaporan dan penyajian informasi pelaksanaan tugas di bidang penanggulangan krisis kesehatan, seperti : - Penyusunan Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2014 - Pameran Penanggulangan Krisis Kesehatan - Penyusunan Buku Penanggulangan Krisis Kesehatan Erupsi Gunung Api

(Pembelajaran dari Permasalahan Erupsi Gn. Sinabung, Gn. Kelud dan Gn. Merapi)

- Penyusunan Buku dan Film Dokumentasi Penanggulangan Krisis Kesehatan - Pengembangan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan (SI-PPKK)

Berbasis Android - Penyusunan Buku Penanggulangan Krisis Kesehatan 2009 – 2014 - Penyusunan Buku Kinerja Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2014 - Pemantauan Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan - Penyusunan Dokumen Perencanaan

- Penyusunan Dokumen Penganggaran - Penyusunan Dokumen Keuangan - Penyusunan Dokumen Evaluasi - Penyusunan Laporan Barang Milik Negara (BMN)

4) Koordinasi dan pelaksanaan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan krisis kesehatan, seperti : - Kajian Manajemen Kebencanaan - Executive Meeting Forum Fasilitas Kesehatan Aman Bencana - Experts support to monitor and evaluate safe health facilities policy research - Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan - Rapat Koordinasi Sub Klaster Kesehatan - Rapat Koordinasi Kajian Kebutuhan Pemberdayaan Masyarakat - Pertemuan Koordinasi 9 PPK Regional dan 2 Sub-Regional dengan Anggota

PPK Regional/Sub-Regional - Rapat Internalisasi Organisasi di 9 PPK Regional dan 2 PPK Sub-Regional - Pengadaan Alat Pengolah Data PPPKK Sub-Regional Sumatera Barat - Pengadaan Perlengkapan Alat Dokumentasi - Pengadaan Alat Pengolah Data PPPKK - Rapat-Rapat Teknis/Workshop - Pendampingan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan - Pengembangan MOU Bidang Penanggulangan Krisis Kesehatan - Penataan Gudang di 9 PPK Regional dan 2 Sub-Regional - Upaya Peningkatan Kinerja dan Kompetensi Pegawai - Pengadaan Perlengkapan Penanggulangan Bencana - Penyelenggaraan Operasional Perkantoran - Pengadaan CCTV di 9 PPPKK Regional/Sub-Regional - Pengadaan Rak Penyimpanan Barang di Gudang PPPKK

5) Pelaksanaan administrasi pusat.

b. Fase Tanggap Darurat. Kegiatan selama fase tanggap darurat terbagi menjadi:

1) Koordinasi dan Pelaksanaan Tanggap Darurat dan Pemulihan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan. Pemantauan bencana dilakukan selama 1 tahun penuh (365 hari) selama 24 jam yang terbagi dalam 2 shift sehari. Di hari kerja, shift pertama berada di jam kerja (07.30-16.00 WIB) dan dan shift kedua di luar jam kerja (16.00-07.30 WIB). Di hari libur (Sabtu, Minggu dan libur nasional), juga berlaku 2 shift, sama 1) Koordinasi dan Pelaksanaan Tanggap Darurat dan Pemulihan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan. Pemantauan bencana dilakukan selama 1 tahun penuh (365 hari) selama 24 jam yang terbagi dalam 2 shift sehari. Di hari kerja, shift pertama berada di jam kerja (07.30-16.00 WIB) dan dan shift kedua di luar jam kerja (16.00-07.30 WIB). Di hari libur (Sabtu, Minggu dan libur nasional), juga berlaku 2 shift, sama

v No

Jenis Krisis

A g Sep ON De Total

Bencana Alam

1 Banjir

2 Letusan Gunung Api

3 Gempa Bumi

4 Gempa Bumi dan

Tsunami 5 Tanah Longsor

6 Banjir Bandang

7 Kekeringan

8 Angin Puting Beliung

9 Gelombang

Pasang/Badai 10 Banjir dan Tanah

Bencana Non Alam

1 Kebakaran

2 Kebakaran Hutan

dan Lahan 3 Kecelakaan

Transportasi 4 Kecelakaan Industri

5 Kejadian Luar Biasa

(KLB) - Penyakit 6 Kejadian Luar Biasa

(KLB) - Keracunan 7 Gagal Teknologi

8 Wabah Penyakit

(Epidemi - Pandemi)

TOTAL

Bencana Sosial

1 Konflik Sosial atau

Kerusuhan Sosial 2 Aksi Teror dan

Sabotase

2 6 3 8 11 3 6 8 0 2 3 5 57 GRAND TOTAL

TOTAL

Kejadian bencana alam merupakan kejadian paling dominan (54,5%) dengan didominasi oleh kejadian banjir diikuti oleh kejadian bencana non alam (39,4%) dan bencana sosial (6,1%). Kejadian bencana terbanyak sepanjang tahun 2015 terjadi pada bulan Februari yang didominasi oleh kejadian banjir. Hal yang sama terjadi juga di bulan Maret dan April, dimana frekuensi bencana tinggi dan didominasi juga oleh kejadian banjir. Frekuensi bencana juga tinggi di bulan Agustus, namun didominasi oleh kejadian kebakaran hutan dan lahan. Hal ini sejalan dengan pola cuaca di Indonesia.

FREKUENSI KEJADIAN BENCANA DI TIAP PROVINSI SEPANJANG TAHUN 2015

Gambar 3.3. Frekuensi Kejadian Bencana di tiap provinsi selama Tahun 2015

Kejadian bencana selama tahun 2015 paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Timur (180 kejadian) diikuti oleh Provinsi Jawa Barat (87 kejadian) dan Provinsi Jawa Tengah (68 kejadian).

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

JUMLAH KORBAN MENINGGAL, LUKA BERAT DAN HILANG AKIBAT

BENCANA SEPANJANG TAHUN 2015

FREKUENSI BENCANA

LUKA BERAT

Gambar 3.4. Jumlah korban meninggal, luka berat dan hilang akibat bencana per-bulan selama tahun 2015

Dari gambar di atas, terlihat bahwa kuantitas korban meninggal, luka berat maupun hilang tidak selalu berbanding lurus dengan frekuensi kejadian bencana. Kuantitas korban jiwa jumlahnya tinggi di bulan Mei dan Juni. Di bulan-bulan tersebut, korban luka berat tinggi jumlahnya diakibatkan karena KLB Keracunan Makanan.

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

JUMLAH KORBAN LUKA RINGAN DAN PENGUNGSI AKIBAT BENCANA SEPANJANG TAHUN 2015

LUKA RINGAN 50000

Gambar 3.5. Jumlah korban luka ringan dan pengungsi akibat bencana per-bulan selama Tahun 2015

Dari gambar di atas, terlihat bahwa kuantitas korban luka ringan maupun pengungsi tidak selalu berbanding lurus dengan frekuensi kejadian bencana. Kuantitas korban jiwa jumlahnya tinggi di bulan Juli, Agustus dan September. Di bulan-bulan tersebut, korban luka ringan tinggi jumlahnya diakibatkan karena bencana Kabut Asap Kebakaran Hutan dan Lahan.

Pusat penanggulangan krisis kesehatan Kementerian Kesehatan

2) Pelaksanaan Administrasi Pusat Dukungan tenaga, logistik maupun dana operasional diberikan untuk membantu mengatasi krisis kesehatan. Dukungan tenaga dilakukan pada saat tanggap darurat bencana maupun pasca bencana. Dukungan tenaga pada saat tanggap darurat bencana untuk melakukan kegiatan Rapid Health Assessment (RHA) yaitu sebesar Rp 752.439.700,- atau 70,3% dari pagu. Sedangkan pasca bencana untuk mendukung kegiatan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pasca bencana yaitu sebesar Rp 135.018.800,- atau 64,5% dari pagu.

Bantuan operasional dapat berupa handling cost, bahan habis pakai, serta klaim perawatan pasien korban bencana. Pada tahun 2015 bantuan operasional, pembayaran klaim serta pengadaaan obat dan bahan habis pakai yang diberikan kepada daerah yang mengalami kejadian krisis kesehatan adalah sebesar Rp 202.681.746,- atau 19,8% dari pagu .

4. Keberhasilan

Sampai dengan akhir tahun 2015, PK telah mencapai target kinerja sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kinerja tahun anggaran 2015, dengan capaian 34

Kabupaten/Kota mampu melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya dan 6 provinsi mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya.

PK berhasil mencapai keberhasilan lainnya sebagai berikut :

a. Menyusun 3 Pedoman yang diajukan untuk menjadi Permenkes yaitu : - Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Bencana Bidang Kesehatan - Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana - Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis

Kesehatan

b. Menyusun draft revisi Permenkes No. 64 tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan dan saat ini sedang diajukan untuk disahkan menjadi Permenkes.

c. Mengoptimalkan kerjasama lintas-program dan lintas-sektor dalam upaya kesiapsiagaan melalui rapat koordinasi klaster kesehatan dan sub klaster kesehatan serta geladi penanggulangan krisis kesehatan akibat kecelakaan transportasi laut dalam rangka persiapan Sail Tomini 2015.

d. mengoptimalkan kerjasama dengan EHA-WHO (Emergency and Humanitarian Action) melalui kegiatan penelitian “Analisis Kesenjangan antara Peraturan Perundangan dan Program Nasional terkait Fasilitas Epalayanan Kesehatan yang Aman terhadap Bencana dengan Kerangka Kerja Internasional”.

e. terlibat dalam proses Rapid Health Assessment (RHA) serta penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya kesehatan pasca bencana bersama-sama lintas program Kemenkes, di bawah koordinasi BNPB.

5. Permasalahan

a. Belum optimalnya upaya monitoring dan evaluasi kegiatan. Hal ini disebabkan karena belum adanya instrumen monitoring yang dikembangkan dan digunakan untuk mengontrol pelaksanaan kegiatan. Selain itu, hasil evaluasi belum digunakan seoptimal mungkin untuk perbaikan perencanaan kegiatan berikutnya.

b. Belum berjalannya mekanisme koordinasi yang optimal antara Kementerian Kesehatan (melalui PPKK) dengan BNPB dalam hal pemanfaatan dana tanggap darurat (Dana Siap Pakai) yang dialokasikan pada DIPA BNPB untuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan krisis kesehatan pada kondisi tanggap darurat bencana.

c. Masih belum optimalnya peran dan tanggung jawab pemerintah daerah yang tercermin dalam perencanaan dan pengalokasian penganggaran yang sangat minim. Hal ini menyebabkan pusat harus mengakomodir hal-hal yang seharusnya ditangani oleh daerha.

d. Belum selesainya proses hibah barang milik negara (BMN) yang berada dalam pencatatan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi BMN PK kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

e. Masih terkendalanya proses pelembagaan PPK Regional/Sub-Regional. Saat ini, semua aktivitas PPK Regional/Sub-Regional masih dijalankan oleh Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Sehingga Dinkes Provinsi menjalankan 2 fungsi yaitu sebagai Dinas Kesehatan dan sebagai perpanjangan pusat di PPK Regional/Sub Regional sehingga fungsi PPK Regional/Sub Regional tidak optimal.

f. Realisasi anggaran belum optimal karena revisi baru selesai pada bulan Agustus 2015.

6. Usulan Pemecahan Masalah

Terkait permasalahan yang teridentifikasi, usulan pemecahan masalah yang diajukan adalah perlu dilakukannya koordinasi untuk, antara lain:

a. Mengoptimalkan upaya monitoring dan evaluasi dengan cara menyusun alat bantu monev yang disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

b. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 105 Tahun 2013 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Penanggulangan Bencana, dana yang dipergunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan tanggap darurat (Dana Siap Pakai), dialokasikan pada DIPA BNPB. Guna mengoptimalkan mekanisme koordinasi antara Kementerian Kesehatan (melalui PPKK) dengan BNPB dalam hal pemanfaatan dana tanggap darurat tersebut, perlu ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran Pembantu di satker PK yang bertanggungjawab khusus untuk kegiatan tanggap darurat bidang kesehatan.

c. Perlu dilakukan sosialisasi dan advokasi tentang peran pemerintah daerah dalam penanggulangan krisis kesehatan.

d. Membentuk satuan tugas atau kelompok kerja khusus guna mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan dalam proses hibah BMN yang berada dalam pencatatan PK kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

e. Membentuk satuan tugas atau kelompok kerja khusus guna melanjutkan proses pelembagaan PPK Regional/Sub-Regional menjadi perwakilan PK di daerah dan yang menjalankan aktivitas sehari-hari adalah pegawai PK bukan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi.