Jaringan Komunikasi, Dinamika Kelompok Dan Peningkatan Kapasitas Petani Dalam Agribisnis Padi Organik

JARINGAN KOMUNIKASI, DINAMIKA KELOMPOK
DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETANI
DALAM AGRIBISNIS PADI ORGANIK

SRI WAHYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Jaringan Komunikasi,
Dinamika Kelompok dan Peningkatan Kapasitas Petani dalam Agribisnis Padi Organik
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, September 2016

Sri Wahyuni
NIM I362110071

RINGKASAN
SRI WAHYUNI. Jaringan Komunikasi, Dinamika Kelompok dan Peningkatan
Kapasitas Petani dalam Agribisnis Padi Organik. Dibimbing oleh SUMARDJO,
DJUARA P. LUBIS, dan DWI SADONO
Tuntutan budidaya padi organik semakin meningkat sejalan dengan tingkat
kesadaran masyarakat untuk keamanan pangan. Pelaksanaan budidaya dan pemasaran
padi organik perlu dilakukan secara berkelompok guna efektivitas produksi dan
pemasaran serta peningkatan posisi tawar petani. Jaringan komunikasi potensial
berperan penting dalam pemberdayaan kelompok petani dalam mendukung proses
budidaya dan pemasaran padi organik. Untuk itu, penelitian ini menekankan pentingnya
jaringan komunikasi dalam produksi dan pemasaran padi organik melalui kelompok
petani.
Penelitian telah dilaksanakan dengan beberapa tahapan dimulai uji kuesioner di
Kecamatan Cigombong pada Desember 2014, dilanjutkan pengumpulan data pada

bulan Februari sampai April 2015. Unit analisis penelitian adalah petani padi organik
yang tergabung dalam kegiatan agribisnis di Gapoktan Simpatik Kabupaten
Tasikmalaya dan Gapoktan Dewi Sri Kabupaten Karawang. Total responden dalam
penelitian berjumlah 267 orang, tersebar 132 responden di Kabupaten Tasikmalaya dan
135 responden di Kabupaten Karawang. Analisa data untuk analisis jaringan
komunikasi menggunakan UCINET VI dan analisis hubungan antar variabel
menggunakan uji korelasi Pearson.
Tujuan pertama dari penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan jaringan komunikasi petani dalam agribisnis padi organik di
Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang. Jaringan komunikasi mengenai
budidaya dan pemasaran di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang bersifat
jaringan personal menyebar (radial personal network). Jaringan ini memiliki
keterbukaan terhadap lingkungan, namun kohesivitas rendah. Aktor yang berperan pada
jaringan budidaya di Kabupaten Tasikmalaya adalah anggota kelompok yang memiliki
kapasitas dalam budidaya padi organik, sedangkan aktor yang berperan pada pemasaran
adalah ketua kelompok yang juga merupakan pengurus gapoktan bidang pembelian.
Sebaliknya, di Kabupaten Karawang jaringan komunikasi budidaya diperankan oleh
ketua kelompok, dan jaringan pemasaran diperankan oleh anggota kelompok yang
mempunyai modal untuk membeli hasil produksi padi organik anggota kelompok
lainnya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jaringan komunikasi di Kabupaten

Tasikmalaya adalah pendidikan nonformal, dukungan penyuluh dalam bimbingan
teknis, dukungan LSM dalam sertifikasi dan pasar, serta dukungan koperasi berupa
modal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jaringan komunikasi di Kabupaten
Karawang adalah ketajaman informasi mengenai budidaya padi organik dan ketepatan
waktu informasi yang dibutuhkan petani.
Tujuan kedua penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
dengan dinamika kelompok petani dalam agribisnis padi organik. Kedinamisan
kelompok petani di Kabupaten Karawang lebih tinggi dibandingkan Kabupaten
Tasikmalaya, namun tidak dimanfaatkan untuk kegiatan agribisnis. Kedinamisan
kelompok di Kabupaten Tasikmalaya lebih didukung oleh kejelasan tujuan kelompok,
berjalannya fungsi kontrol kelompok terhadap standar sertifikasi serta adanya
pembinaan yang dilakukan oleh pembina teknis dan petugas Internal Control System
(ICS). Faktor-faktor yang berhubungan dengan dinamika kelompok di Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang adalah luas lahan, ketersediaan informasi

budidaya padi organik dan dukungan penyuluh. Luas lahan yang dimiliki oleh petani di
Kabupaten Tasikmalaya menentukan kedudukan seseorang dalam struktur
kepengurusan kelompok. Ketersediaan informasi budidaya padi organik pada kedua
kabupaten termasuk kategori tinggi, namun informasi tersebut lebih banyak
dimanfaatkan oleh petani di Kabupaten Tasikmalaya untuk menjalankan budidaya padi

organik sesuai standar sertifikasi yang ditetapkan oleh Institute Of Marcetology (IMO)
Swiss. Dukungan penyuluh pada kedua kabupaten juga termasuk tinggi, namun
penyuluh di Kabupaten Tasikmalaya lebih fokus pada budidaya padi organik
dibandingkan penyuluh di Kabupaten Karawang. Untuk itu kapasitas penyuluh dalam
budidaya padi organik perlu ditingkatkan.
Tujuan ketiga penelitian adalah menganalisis hubungan jaringan komunikasi
dan dinamika kelompok dengan kapasitas petani dalam agribisnis padi organik.
Kapasitas petani dalam agribisnis padi organik di Kabupaten Tasikmalaya lebih tinggi
dibandingkan kapasitas petani di Kabupaten Karawang. Hal ini didukung oleh
tingginya kemampuan petani dalam mengidentifikasi potensi agribisnis, kemampuan
mengatasi masalah dalam agribisnis serta mampu menjaga keberlanjutan agribisnis.
Kemampuan petani dalam memanfaatkan peluang agribisnis masih rendah, karena
petani mempercayakan pengelolaan agribisnis kepada Gapoktan Simpatik. Kapasitas
petani di Kabupaten Karawang hanya mampu mengidentifikasi potensi agribisnis dan
memanfaatkan peluang agribisnis padi organik. Hal ini disebabkan karena Gapoktan
Dewi Sri tidak mengelola pemasaran hasil budidaya anggota kelompok, serta tidak ada
kerjasama yang terjalin antara kelompok dengan perusahaan eksportir. Jaringan
komunikasi secara umum berhubungan nyata dan negatif dengan kapasitas petani
dalam agribisnis padi organik. Hal ini disebabkan jaringan komunikasi lebih
dimanfaatkan oleh kelompok untuk menjaga kualitas budidaya padi organik agar`

sesuai standar sertifikasi organik dan untuk menjalin kerjasama agribisnis dengan pihak
eksportir. Dinamika kelompok berhubungan nyata positif dengan kapasitas petani,
hubungan tersebut ada pada indikator tujuan kelompok, fungsi kelompok dan suasana,
kekompakkan kelompok, suasana kelompok dan tekanan kelompok. Dengan demikian
bahwa, kedinamisan kelompok mampu meningkatkan kapasitas petani budidaya padi
dan pemasaran padi organik.

Kata Kunci: Dinamika kelompok, dukungan kelembagaan pendukung, jaringan
komunikasi, kapasitas petani, karakteristik petani, dan ketersediaan
informasi

SUMMARY
SRI WAHYUNI. Network Communication, Group Dynamic and Improvement of
Organic Rice Farmers Capacity in Agribusiness. Supervised by SUMARDJO,
DJUARA P LUBIS and DWI SADONO.
Demands of organic rice cultivation are increasing in line with the level of
public awareness on food safety. Implementation of organic rice cultivation needs to be
done jointly by the farmers. Implementation of cultivation and marketing of organic
rice needs to be done in a gregarious manner to the effectiveness of the production and
marketing and the rise in their bargaining position .A communications network

potential play an important role in empowering farming communities in support of the
process of cultivation and marketing of organic rice .For that , this research emphasized
the importance of a communications network in the production and marketing of
organic rice through farming communities .
Research has been conducted to test the questionnaire in several stages starting
from Cigombong in December 2014, continued data collection from February to April
2015. The unit of analysis was organic rice farmers who are members of Gapoktan
Simpatik in Tasikmalaya and Gapoktan Dewi Sri in Karawang. Total respondents in
this study were 267 farmers, divided in Tasikmalaya with 132 respondents and
Karawang with 135 respondents. Analysis of communication networks was using
UCINET VI and relationship analysis between variables using Pearson correlation test.
The first objective of the study was to analyze faktors associated with the
communication network of organic farmers in rice agribusiness in Tasikmalaya and
Karawang. Communication network regarding production and marketing in
Tasikmalaya and Karawang is radial personal network. This network has higher
openness to the environment, but lower cohesiveness. The aktor who plays on
production network in Tasikmalaya is a member of the group that has the capacity in
organic rice cultivation, while the aktors who play a role in marketing is the team leader
who is also a board of Gapoktan in purchasing field. By contrast, in Karawang
communication network in production performed by the group leader, and marketing

networks played by of people who have capital to buy produce organic rice the other.
Faktors associated with the communication network in Tasikmalaya is non-formal
education, extension support, the support of NGOs and support of koperasi. Faktors
associated with the communication network in Karawang is the sharpness and
timeliness of information.
The second objective of this research was to analyze faktors associated with the
group dynamics of organic rice farmers in agribusiness. The dynamism of a group of
farmers in Karawang higher than Tasikmalaya, but not used for agribusiness activities.
Group dynamics in Tasikmalaya is supported by a group of clarity purposes, the
functioning of the kontrol group on certification standards and the existence of
fostering executed by a technical adviser and officer Internal Kontrol System (ICS).
Faktors associated with group dynamics in Tasikmalaya and Karawang are the land
area, the availability of organic rice cultivation information and extension support.
Land held by farmers in Tasikmalaya determine one's position within the management
structure of the group. Availability of information organic rice cultivation in the two
districts were high, but the information is more widely used by farmers in the district of
Tasikmalaya to run the organic rice cultivation according certification standard set by
Institute Of Marcetology (IMO) Switzerland. Support extension in both districts are

also high, but the extension in Tasikmalaya focus more on organic rice cultivation than

the extension in the Karawang.
The third objective was to analyze the relationship of network communication
and group dynamics with the capacity of farmers in organic rice agribusiness. The
capacity of organic rice farmers in agribusiness in Tasikmalaya was higher than the
capacity of farmers in Karawang. It is powered by a high capacity of farmers in
identifying potential agribusiness, coping skills in agribusiness and agribusiness is able
to maintain sustainability. The ability of farmers to take advantage of agribusiness
opportunities still low because farmers entrust the management of agribusiness to
Gapoktan Simpatik. Capacity of farmers in Karawang can only identify potential
agribusiness and agribusiness opportunities utilizing organic rice. This is because
Gapoktan Dewi Sri manage the marketing of products of group members, and none of
cooperation that exists between the exporter group. Communication network is
generally significant and negatifly associated with the capacity of farmers in organic
rice agribusiness. This is due to the communication network used by the group to
maintain the quality of organic rice cultivation agar` appropriate organic certification
standards and to establish cooperation with the agribusiness exporters. Group dynamics
significantly and positively associated with the capacity of farmers, the relationshipsare
the indicator of group interests, group functions, group atmosphere and grouppressures.
Thus, the dynamics of the group were able to increase the capacity of farmers in rice
cultivation and marketing of organic rice.

Keywords: availability of information, farmers capacity, farmers characteristics, group
dynamics, network communications, support institutional.

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

JARINGAN KOMUNIKASI, DINAMIKA KELOMPOK
DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETANI
DALAM AGRIBISNIS PADI ORGANIK

SRI WAHYUNI

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi:

Penguji pada Ujian Tertutup : 1.Dr Ir Resfa Fitri, M.Pl. St
(Fungsional Umum Direktorat Irigasi Pertanian
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
Kementerian Pertanian)
2. Dr Ir H. Amiruddin Saleh, MS
(Sekretaris Pusat Studi Hewan Tropika LPPM-IPB/
Dosen Departemen SKPM, FEMA-IPB)


Penguji pada Sidang Promosi: 1. Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS
(Dosen Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia IPB)

2. Dr Ir Ranny Mutiara Chaidirsyah
(Kepala Bidang Penyelenggara Penyuluhan,
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian, Kementerian Pertanian)

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia Nya disertasi yang berjudul “Jaringan Komunikasi,
Dinamika Kelompok dan Peningkatan Kapasitas Petani dalam Agribisnis
Padi Organik” ini dapat diselesaikan. Disertasi ini merupakan suatu langkah
awal yang sangat bermakna bagi penulis untuk mampu berprestasi lebih
lanjut dalam upaya pengembangan bidang ilmu tempat penulis
mengabdikan diri.
Penulis mendapat beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (DIKTI) berupa beasiswa BPPS sejak masa kuliah maupun dalam
penelitian ini. Kepada Dikti dan Pascasarjana IPB penulis sangat berkesan
dan secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Disertasi ini merupakan salah satu wujud penghargaan dan terima kasih
tersebut.
Dua kabupaten telah dipilih sebagai lokasi utama penelitian ini
mewakili dataran tinggi dan dataran rendah di Propinsi Jawa Barat. Jawa
Barat dipilih sebagai lokasi karena dinilai dapat menjadi model bagi
pengembangan padi organik masa depan. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah
pertanian yang didukung oleh fasilitas pemasaran pada tingkat yang sudah
mulai meluas, baik domestic maupun eksport.
Pembangunan pertanian di Indonesia dalam penelitian ini dilihat
sebagai upaya terencana yang mengarah pada pembangunan pertanian
berkelanjutan (sustainable agricultural), yakni suatu upaya pembangunan
pertanian yang mengarahkan pada peningkatan kapasitas petani.
Peningkatan kapasitas petani yang dimaksud disini adalah kemampuan
petani dalam menghadapai Masyarat Ekonomi Asean (MEA) atau
globalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menekankan pentingnya
kelompok sebagai wadah bagi petani dalam meningkatkan kapasitasnya,
serta pentingnya jaringan komunikasi yang kohesif dalam kelompok petani.
Kelompok petani yang dinamis yang dimaksud adalah kemampuan
kelompok memanfaatkan jaringan komunikasi yang ada di dalam kelompok
serta menempatkan individu-individu yang memiliki kapasitas untuk
mengembangkan kegiatan agribisnis yang dilakukan oleh kelompok.
Jaringan komunikasi pada kelompok petani padi organik menjadi penting
mengingat budidaya dan pemasaran padiorganik harus dilakukan secara
collective farming, yang menempatkan petani pada subsisten budidaya dan
kelompok/gapoktan pada subsisten pemasaran.
Manfaat hasil penelitian ini antara lain dari segi sumbangan teori
adalah menemukan dan menekankan pentingnya kelompok bagi
pengembangan budidaya dan pemasaran padi organik. Manfaat dari segi
praktis adalah menemukan dan menekankan pentingnya dukungan
kelembagaan pendukung, khususnya penyuluh dalam meberikan bimbingan
teknis kepada petani padi organik.
Dalam penyususnan disertasi ini, penulis mendapat bimbingan yang
sangat berharga dari para Dosen Pembimbing, yakni Prof Dr Ir Sumardjo
MS, Dr Ir Djuara P Lubis MS dan Dr Ir Dwi Sadono MSi. Kepada beliau
semua yang telah dengan tulus membimbing dengan baik, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya baik atas bimbingannya
selama menyusun disertasi ini maupun pada masa perkuliahan dan
kesempatan lainnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Ir Resfa Fitri
M.Pl. St, Dr Ir H. Amiruddin Saleh, MS, Dr Ir Ninuk Purnaningsih MS dan
Dr Ir Ranny Mutiara Chaidirsyah. Kepada beliau semua penulis
mengucapkan terima kasih atas arahan, masukan dan kritikan yang bersifat
membangun dan menyempurnakan disertasi penulis.
Selanjutnya, semoga penulis senantiasa mampu mensyukuri nikmat
yang telah Allah karuniakan ini, sehingga senantiasa diikuti melimpahnya
nikmat dari Allah SWT antara lain berupa terpeliharanya semangat
berprestasi di bidang akademik dan pengabdiannya dikemudian hari yang
dapat bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin.
Bogor, September 2016
Sri Wahyuni

UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berjasa dalam proses pengembangan kemandirian
penulis sebagi seorang akademisi maupun sebagai warga masyarakat dan
bangsa Indonesia. Ucapan terima kasih pertama-tama penulis sampaikan
kepada para pembimbing : (1) Prof Dr Ir Sumardjo, MS sebagai Ketua
Komisi Pembimbing, (2) Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku pembimbing
selaku Anggota Komisi Pembimbing dan (3) Dr Ir Dwi Sadono MSi selaku
Anggota Komisi Pembimbing.
Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Univerindalas yang
telah memberi kesempatan penulis untuk berkarya dan mengabdikan diri,
serta melanjutkan studi pada jenjang pendidikan tertinggi, khususnya
kepada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada IPB yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu, khususnya kepada Staf
Dosen dan Kependidikan di Jurusan Komunikasi Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan (KMP), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas bantuan beasiswa BPPS yang penulis
terima selama kuliah. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada DIKTI atas
bantuan Hibah Doktor yang penulis terima untuk penelitian di lapangan.
Kepada semua pihak, khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang atas izin penelitian yang diberikan
kepada penulis. Pihak-pihak yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, yaitu
Bapak Uuk Saeful Bahri, Kang Kribo, Mas Evan, Mas Hilmi, Purkonudin,
dan Arif. Terima kasih kepada pihak-pihak di Kabupaten Karawang yaitu
Bapak Akom, Siti Nurjanah, dan Endang Burhanudin. Terima kasih kepada
Enumerator dan responden penelitian di Kabupaten Tasikmalaya dan
Kabupaten Karawang.
Kepada Bapak dan Ibu yang bertindak selaku penguji luar komisi,
yakni Dr Ir Resfa Fitri, M.Pl. St (Fungsional Umum Direktorat Irigasi
Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian), Dr
Ir H. Amiruddin Saleh, MS (Sekretaris Pusat Studi Hewan Tropika LPPMIPB/Dosen Departemen SKPM, FEMA-IPB), Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS
(Dosen Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia IPB), Dr Ir Ranny Mutiara Chaidirsyah (Kepala
Bidang Penyelenggara Penyuluhan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian, Kementerian Pertanian) penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya atas masukan-masukan yang telah disampaikan demi
penyempurnaan disertasi ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang, Ayahandaku Syafri Salam dan Ibundaku Wahyu Lialni, juga terima
kasih kepada kedua Kakakku Laura Oktavia dan Roni Kurniawan serta
Kakak iparku Uda Ardizon dan Uni Eka. Terima kasih kepada dua buah
hatiku Muhammad Ibrahim Syah Nasution dan Alisha Sabrina Nasution,
serta keponakanku Muhammad Rafi Muwaffaq, Muhammad Mufid
Mubarak, Muhammad Faizan dan Muhammad Dafa Kurniawan. Terima

kasih kepada keluarga besarku, Mami Lamsiah Salam, Ibu Nursiah Salam,
Pak Ngah, Etek Surgaiyah, Etek Walyom, Mamanda Walfadli, Mamanda
Faria, Mamanda Zunwanus, Mamanda Ridwan, Etek Yuniaswita, Pak
Bustami, Bapak Alfi Sutan, Bapak Iklas, Bapak Ishak Majid, Uda Ben, Uni
Lusi, Uda Jimmy. Semoga seluruh keluarga besar senantiasa mendapat
rahmat Allah SWT berupa sehat, bahagia dan sejahtera. Amin.
Kepada teman-teman satu angkatan KMP 2011, Dame Trully
Gultom, Firdanianty, Rahmawati, Nurhayati, Natalina Nilam Sari, Budi
Waskito, Adi Iman Sulaiman dan Dwi Agus Susilo. Penulis ucapkan terima
kasih atas bantuan, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil
kepada penulis. Semoga teman-teman semua senantiasan dilindungi Allah
SWT dan silaturhami kita tetap terjalin dan tidak lekang dimakan zaman.
Amin. Terima kasih untuk teman-teman KMP lainnya antar lintas angkatan
dan antar lintas jurusan, yakni Iwan Setiawan, Darojat Prawiranegara, Maria,
Conny, Edi Puspito, Zulkarnaen, Riko Bintari, Dyah Gandasari, Serly
Silviyanti, Yenni Oktavia, Indah, Anuar Rasyid, Ikhsan, Ibu Teti, Mbak
Made Darawati, Mbak Nurul, Mbak Sri Yuni, Widya, Wina, Devi, Silvia
Permata, Dini, Aris, Eka dan Mimin. Adik-adik LSI yang sering membantu
penulis Nila Sari, Siti, Ike Wirdani, Lucy natami Figna dan lain-lain.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan teman-teman.

Bogor, September 2016
Sri Wahyuni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan Komunikasi
Analisis Jaringan Komunikasi
Analisis Jaringan Komunikasi Interpersonal
Analisis Jaringan Komunikasi Kelompok
Dinamika Kelompok
Agribisnis
Pengembangan Padi Organik
Pertanian Organik Dunia
Perkembangan Pertanian Organik diIndonesia
Pengembangan Agribisnis Padi Organik
Ketersediaan Informasi Pertanian
Kapasitas Kelembagaan Petani
Karakteristik dan Kapasitas Petani
Kelembagaan Pendukung Agribisnis
Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu dan State of The Art
Kerangka Berpikir dan Hipotesis

3

8
9
11
12
15
20
22
22
25
28
29
31
35
37
39
55
55
56
56
57
57
58
59

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM AGRIBISNIS
PADI ORGANIK
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

5

1
4
6
6
7

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Unit Analisis Penelitian
Data dan Instrumentasi
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional

4

xi
xiv
xvi

64
64
66
67
90

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DINAMIKA KELOMPOK PETANI PADI ORGANIK DALAM
AGRIBISNIS PADI ORGANIK
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian

91
91
92

Hasil dan Pembahasan
Simpulan

6

93
101

HUBUNGAN JARINGAN KOMUNIKASI DAN DINAMIKA
KELOMPOK DENGAN KAPASITAS PETANI DALAM
AGRIBISNIS PADI ORGANIK
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

102
102
103
103
115

PEMBAHASAN UMUM
SIMPULAN DAN IMPLIKASI

116
120

Simpulan dan Saran
Implikasi

120
121

DAFTAR PUSTAKA

123

DAFTAR LAMPIRAN

133

RIWAYAT HIDUP

135

7
8

DAFTAR TABEL
1

Persentase luas lahan pertanian organik terhadap total lahan organik 21
dunia

2

Luas area organik Indonesia

26

3

Tiga pilar kelembagaan

34

4

Hasil penelitian terdahulu

47

5

Distribusi responden penelitian sebagai unit analisis

57

6

Nilai validitas kuesioner penelitian

58

7

Indikator, definisi operasional, parameter peubah karakteristik petani

59

8

Indikator, definisi operasional, parameter peubah ketersediaan 60
informasi

9

Indikator, definisi operasional,
kelembagaan pendukung

10 Indikator, definisi
komunikasi

operasional,

parameter
parameter

peubah
peubah

dukungan 61
jaringan 61

11 Indikator, definisi operasional, parameter peubah dinamika kelompok

62

12 Indikator, definisi operasional, parameter peubah kapasitas petani

63

13 Jumlah klik dan karakteritik star dalam jaringan komunikasi petani 71
padi organik mengenai budidaya di Kabupaten Tasikmalaya
14 Jumlah klik dan karakteritik star dalam jaringan komunikasi petani 72
padi organik mengenai budidaya di Kabupaten Karawang
15 Jumlah klik dan karakteritik star dalam jaringan komunikasi petani 75
padi organik mengenai pemasaran di Kabupaten Tasikmalaya
16 Jumlah klik dan karakteritik star dalam jaringan komunikasi petani 78
padi organik mengenai pemasaran di Kabupaten Karawang
17 Indeks rata-rata, maksimum, minimum sentralitas lokal, sentralitas 81
global dan betweenees berdasarkan topik jaringan komunikasi
mengenai budidaya dan pemasaran
18 Nilai koefisien korelasi karakteristik petani dengan jaringan 86
komunikasi
19 Nilai koefisien korelasi ketersediaan informasi dengan jaringan
komunikasi
20 Nilai koefisien korelasi dukungan kelembagaan pendukung
dengan jaringan komunikasi
21 Karakterirtik petani padi organik

88

22 Persepsi petani tentang ketersediaan informasi padi organik

94

23 Persepsi petani tentang dukungan kelembagaan pendukung

95

24 Persepsi petani tentang dinamika kelompok

96

89
93

25 Nilai koefisien korelasi karakteristik petani dengan dinamika 97
kelompok
26 Nilai koefisien korelasi ketersediaan informasi dengan
kelompok

dinamika 99

27 Nilai koefisien korelasi dukungan kelembagaan dengan dinamika 100
kelompok
28 Kapasitas petani dalam agribisnis padi organik

105

29 Nilai koefisien korelasi sentralitas lokal dengan kapasitas petani

106

30 Nilai koefisien korelasi sentralitas global dengan kapasitas petani

107

31 Nilai koefisien korelasi betweeness dengan kapasitas petani

109

32 Nilai koefisien korelasi jaringan komunikasi dengan dinamika 111
kelompok
33 Nilai koefisien korelasi dinamika kelompok dengan kapasitas petani
113

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lima struktur jaringan komunikasi
Perkembangan luas pertanian organik dunia 1999-2013
Perkembangan jumlah pelaku pertanian organik di dunia 1999-2013
Sepuluh negara dengan pasar pangan organik terbesar di dunia 2013
Kerangka berpikir jaringan komunikasi, dinamika kelompok dan
peningkatan kapasitas petani dalam agribinis padi organik
Jaringan komunikasi petani padi organik mengenai budidaya di
Kabupaten Tasikmalaya
Jaringan komunikasi petani padi organik mengenai budidaya di
Kabupaten Karawang
Jaringan komunikasi petani padi organik mengenai pemasaran di
Kabupaten Tasikmalaya
Jaringan komunikasi petani padi organik mengenai pemasaran di
Kabupaten Karawang

10
23
24
24
55
70
74
77
80

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Lokasi Penelitian di Kabupaten Tasikmalaya
Lokasi Penelitian di Kabupaten Karawang

133
134

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuntutan budidaya padi organik semakin meningkat sejalan dengan
tingkat kesadaran masyarakat untuk keamanan pangan, khususnya di
Provinsi Jawa Barat. Menurut data statistik dari The Research Institute of
Organic Agriculture (FiBL) bekerjasama dengan the Internastional
Federation of Organic Movements (IFOAM) (2014) dinyatakan bahwa
Indonesia termasuk salah satu negara yang masuk dalam “The ten countries
with the largest organic area 2012” di Kawasan Asia. Walaupun Indonesia
memiliki lahan yang berpotensi bagus untuk pertanian organik tapi belum
mampu menjadi 10 besar negara yang mampu menembus pangsa pasar di
tingkat Asia. Hal ini mengindikasikan bahwa lahan pertanian di Indonesia
belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan pertanian organik.
Menurut Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Kementerian Pertanian (Dirjen PPHP) Tahun 2015, Indonesia mempunyai
banyak peluang untuk meningkatkan pertanian organik yang dapat
dilakukan dengan pemanfaatan lahan yang tersedia melalui peningkatan
daya saing produk organik. Terdapat 26 jenis komoditas produk organik
yang telah disertifikasi, salah satunya adalah beras organik, dengan luas
lahan yang telah dimanfaatkan sebanyak 1.537,16 Ha. Dirjen PPHP
menyatakan terdapat empat wilayah pengembangan padi organik di
Indonesia, yakni Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara.
Ekspor beras organik yang telah disertifikasi dari tahun 2009 sebesar 37 ton
dan tahun 2014 sebesar 73.55 ton, terjadi kenaikan sebesar 36.55 ton.
(IFOAM, 2014).
Peningkatan eskport beras organik mengindikasikan bahwa
kelompok petani padi organik sudah mulai berkembang di Indonesia.
Menurut Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian (2016)
menyebutkan bahwa kelompok petani yang telah tumbuh di Indonesia
sebesar 523,439 poktan dengan jumlah Gabungan Kelompok Petani
(Gapoktan) 297.520 gapoktan. Kelembagaan ekonomi petani yang
berkembang di Indonesia berjumlah 14,579 dengan rincian 6,531 berbentuk
koperasi, Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebanyak 4,093 dan Lembaga
Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) sebanyak 1,264, sedangkan sisanya
berbentuk badan usaha lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok
tani yang berkembang dalam bentuk kelompok usaha bersama masih kecil
(0.78%). Untuk itu, kelompok tani perlu diberdayakan dalam kelompok
usaha bersama.
Menurut data Pusat Penyuluhan Pertanian (2015) kelembagaan
ekonomi petani selama ini belum berfungsi sesuai dengan harapan, hal ini
antara lain disebabkan karena: (1) Kelembagaan petani belum berorientasi
usaha produktif; (2) Akses terhadap kelembagaan keuangan/perbankan
rendah; (3) Kelembagaan petani belum mampu melayani kebutuhan
kapasitas petani dalam agribisnis padi organik bagi anggotanya; dan (4)

Kelembagaan petani belum mampu menghubungkan dengan sumbersumber informasi, teknologi, dan pasar sehingga kelembagaan petani belum
mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya.
Kelembagaan petani perlu diarahkan pada kelembagaan agribisnis, hal
ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
19/Permentan/HK. 140/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pertanian 2015-2019 telah dinyatakan perlunya meningkatkan kapasitas
kelembagaan petani dan penyuluh. Selanjutnya Undang-Undang No.19
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
mengamanatkan petani perlu mendapat perlindungan dari permasalahan
petani, di samping itu ditegaskan bahwa pemberdayaan petani bisa
diupayakan dari penguatan kelembagaan petani, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan kapasitas petani serta kelembagaan petani
dalam menjalankan usahatani yang produktif, maju, modern dan
berkelanjutan. Selanjutnya pada Permentan No. 82/2013 tentang Pedoman
Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani mengamanatkan
pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani perlu diarahkan
pada peningkatan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Menurut Anantanyu (2009) kelembagaan petani akan memberi
kontribusi dalam akselerasi pengembangan sosial ekonomi petani,
aksesibilitas pada informasi pertanian, aksesibilitas pada modal,
infrastruktur, pasar dan adopsi inovasi pertanian. Kapasitas petani dan
kelembagaan petani diperlukan dalam upaya meningkatkan daya saing
petani dalam pengembangan sistem agribisnis di Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.
Suradisastra (2008) menyatakan dalam pembangunan perlu dilakukan
pemberdayaan kelembagaan petani, yang mana ini erat kaitannya dengan
kondisi sosio-teknis komunitas petani. Setiawan (2012) mengatakan bahwa
secara sosio-teknis, pemberdayaan komunikasi petani dapat dilakukan
dengan cara mengaktifkan dan mendinamiskan kelompok tani, organisasi
petani, gabungan kelompok tani atau koperasi tani, dan menciptakan
jaringan (jaringan komunikasi, jaringan kerjasama, dan jaringan usaha) antar
kelompok tani, gabungan kelompok tani dan atau koperasi tani dengan
lembaga pendukung dan sumber informasi pertanian. Pakpahan (2004)
menyatakan pentingnya membangun jaringan komunikasi dalam organisasi
petani (kelompok tani, asosiasi petani, serikat petani, dan sebagainya) untuk
meningkatkan posisi tawar petani. Hal ini telah terbukti di negara-negara
maju bahwa organisasi petani mengalami kemajuan dalam bidang pertanian.
Rangkuti (2009) membuktikan bahwa adopsi inovasi teknologi pertanian
lebih efektif dengan adanya jaringan komunikasi, karena melalui jaringan
komunikasi antar individu dan antar kelompok menyebabkan terjadi proses
sharing knowledge antar petani.
Menurut Tampubolon (2002) pengelolaan agribisnis ke depan
membutuhkan tiga hal utama, yaitu: (1) keakuratan informasi, baik yang
berasal dari luar maupun dari dalam; (2) kecepatan merespons dan
menganalisis informasi baru; dan (3) peningkatan sumber daya agribisnis
yang berbasis pada manajemen informasi. Lebih lanjut disampaikan bahwa
sistem informasi yang efektif secara prinsip mempunyai tiga peran utama

dalam sistem agribisnis, yaitu: (1) menunjang kegiatan (bisnis) operasional,
(2) menunjang manajemen dalam pengambilan keputusan, dan (3)
menunjang keunggulan strategi kompetitif agribisnis.
Inovasi di bidang pertanian salah satunya pengembangan Metode
System of Rice Intensification (SRI), melalui program-program pemerintah
metode SRI mulai diperkenalkan di seluruh Indonesia. Salah satu daerah
yang mengembangkan pertanian organik adalah Jawa Barat. Sugarda et al.
(2008) menyatakan bahwa di Jawa Barat pengembangan metode SRI
banyak dilakukan di daerah bagian selatan (Garut, Tasikmalaya, Ciamis),
dengan pendekatan kelompok, hingga tahun 2008 tercatat 220 kelompok
tani padi organik dengan jumlah anggota 5.506 orang petani dan rata-rata
SRI dikembangkan pada luasan 0,14-0,25 ha. Pendamping petani organik di
Jawa Barat tercatat hingga tahun 2008 sebanyak 102 orang. Melalui
Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) sudah mulai berperan di dalam
penampungan hasil usahatani anggota (pemasaran), sebagai penyedia input
organik (meskipun sifatnya hanya sebagai distributor) dan sumber informasi
bagi petani.
Menurut Rosyad et al. (2011) agribisnis padi organik merupakan
pilihan usaha yang tepat jika mengingat perubahan yang terjadi di
masyarakat, terutama di kalangan masyarakat menengah ke atas, yang
semakin memperhatikan kualitas keamanan bahan pangan. Dengan
mengusahakan padi organik, maka petani akan memperoleh harga padi yang
relatif lebih tinggi yang bisa berdampak pada perbaikan pendapatannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Widnyana (2011) bahwa
pendapatan petani padi organik lebih tinggi dibandingkan dengan petani
padi anorganik. Namun yang jadi persoalannya adalah rendahnya
kemampuan kelembagaan petani melakukan kegiatan agribisnis, itupun bagi
yang melakukan agribisnis tidak bersifat kolektif, dan tidak terbangun
jaringan komunikasi dari hulu sampai hilir. Hal ini menyebabkan agribisnis
padi organik tidak berkembang.
Purwasasmita dan Sutaryat (2012) menyatakan bahwa untuk
menjamin kesinambungan upaya peningkatan budidaya padi dan
kesinambungan peningkatan kesejahteraan petani, harus disadari pentingnya
pengembangan kelembagaan petani padi yang berangkat dari kepentingan
para pelaku tani padi itu sendiri. Untuk itu Nasdian (2014) mengungkapkan
perlu jaringan komunikasi dalam pengembangan masyarakat.
Jaringan komunikasi baik dalam maupun di luar kelompok sangat
berguna dalam membangun agribisnis padi organik. Jaringan komunikasi di
dalam kelompok berguna untuk penguatan kelompok, karena adanya
opiniorn leader, bridge dan liasion yang memberi penguatan ke dalam
kelompok (Rogers & Kincaid 1981). Aktor yang yang berperan pada
struktur komunikasi yang ada juga bisa melakukan hubungan atau
kerjasama dengan kelembagaan pendukung.
Swidan dan Hassaballah (2013) mengungkapkan bahwa dampak
teknologi informasi dan jaringan komunikasi dalam komunikasi pemasaran
terpadu untuk produk dan pelayanan menunjukkan bahwa perusahaan yang
selama ini melalukan pemasaran tradisional harus melakukan perubahan ke
komunikasi pemasaran terpadu yang sesuai dengan teknologi informasi. Hal

ini merupakan sebuah kesempatan untuk meningkatkan pangsa pasar.
Penggunaan jaringan komunikasi pemasaran terpadu akan lebih tepat untuk
produk-produk pertanian, karena produk pertanian yang cepat busuk
membutuhkan pemasaran yang cepat.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan
kapasitas petani bisa dicapai melalui jaringan komunikasi kohesif di dalam
kelompok petani padi organik,
Masalah Penelitian
Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan selama ini
menekankan pada subsistem budidaya. Petani dan kelompok petani selama
ini tidak menguasai subsistem hulu sampai hilir, karena hulu dan hilir
dipegang oleh pihak lain yang mendapatkan banyak keuntungan. Keadaan
petani tanaman pangan masih miskin dan terpinggirkan, keadaan ini sangat
kontras dengan tuntutan pemerintah agar petani mampu bersaing dengan
petani negara lain yang telah melakukan ekport produk-produk pangan,
khususnya beras organik.
Menurut Hafsah (2005) subsistem budidaya tanaman pangan (on
farm) merupakan subsistem yang penting dalam usaha agribisnis. Namun
demikian subsistem ini tidak akan dapat berkembang jika tidak didukung
oleh subsistem terkait lainnya yaitu subsistem sarana dan prasarana (hulu),
subsistem pengolahan dan pemasaran hasil (hilir) serta subsistem
pendukung/penunjang lainnya. Simatupang (2005) menjelaskan berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap sistem dan usaha agribisnis tanaman
pangan yakni meliputi aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal
meliputi sumber daya (manusia dan alam), kelembagaan (formal dan non
formal), teknologi budidaya tanaman pangan dan permodalan. Aspek
eksternal meliputi aspek pelayanan dan fasilitasi (pemerintah dan swasta)
serta kebijakan makro antara lain fiskal, moneter dan investasi.
Azahari (2005) mengatakan sebagai suatu sistem, pembangunan
agribisnis tanaman pangan sangat memerlukan koordinasi, sinkronisasi dan
dukungan seluruh stakeholder terkait atau masyarakat agribisnis tanaman
pangan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan pengawasan pada
berbagai tingkatan simpul pembangunan mulai dari pusat hingga daerah.
Bersamaan dengan itu, perlu dikembangkan dukungan kebijakan makro
serta regulasi pengaturan yang kondusif dan berpihak kepada petani seperti
kebijakan tarif dan non tarif, ekspor-impor, modal/kredit, pengamanan harga,
tataniaga dan fiskal agar seluruh subsistem agribisnis tanaman pangan dapat
berfungsi secara harmonis dan optimal.
Sejalan dengan kondisi lingkungan strategis yang berkembang dan
permasalahan yang dihadapi, maka pembangunan ke depan perlu
dititikberatkan pada upaya pemberdayaan petani (Sitorus 2005). Upaya itu
perlu dilakukan agar petani dapat mengembangkan sistem dan usaha
agribisnis secara berkelanjutan dan berdaya saing di atas kekuatannya
sendiri dalam rangka memasuki era persaingan bebas.
Hafsah (2005) menegaskan inisiatif untuk menggerakkan dan
melaksanakan pembangunan diharapkan timbul dari masyarakat, khususnya

pengusaha agribisnis yang bisa melihat peluang-peluang untuk
meningkatkan nilai tambah, terutama yang dapat diwujudkan dalam bentuk
kerjasama, kemitraan, konsorsium atau bentuk kerjasama lainnya.
Kerjasama antara petani/kelompok tani dengan pelaku agribisnis akan
berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila didasarkan kepada
kepercayaan, keadilan, dan kesadaran tentang pentingnya pembanguan
pertanian sebagai tanggung jawab bersama.
Sumardjo (2005) mempertegas untuk menggerakkan masyarakat
agribisnis perlu dibangun jaringan kerjasama kemitraan lumbung pangan
yang nyata berfungsi untuk kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi
pedesaan (khususnya agribisnis). Lebih lanjut dijelaskan Sumardjo (2005)
potensi lumbung pada masing-masing subsistem agribisnis yakni: (1)
subsistem input, peran yang dapat dikembangkan dalam kelembagaan
lumbung adalah pengadaan sarana budidaya, pengadaan bibit bersertifikat,
dan penyebar inovasi teknologi; (2) subsistem budidaya, peran lumbung
sebagai permodalan usahatani sehingga tidak terjerumus dalam sistem ijon
atau terjerat rentenir, penyedia teknologi budidaya; (3) subsistem
pascapanen dan pengolahan, berfungsi sebagai pengadaan teknologi
pascapanen, proses penggilingan gabah menjadi beras; (4) subsistem
pemasaran, berfungsi sebagai stok pangan dan penyangga harga gabah
melalui pola tunda jual, dan (5) subsistem lembaga penunjang, berfungsi
sebagai diseminasi informasi, dan diseminasi inovasi teknologi.
Ismawan dan Budi (2005) menyatakan pemberdayaan petani menjadi
penting dalam membangun agribisnis. Kemandirian petani relatif lebih cepat
prosesnya apabila melalui interaksi antara sesama petani dalam kelompok
(organisasi). Semakin terberdaya (mandiri) anggota kelompok yang menjadi
akar pondasi kekuatannya, maka hal ini akan berbanding lurus dengan
kemandirian kelompok dalam menentukan pilihan-pilihannya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi/kelompok masyarakat petani
merupakan (1) wadah belajar mengajar, yaitu wahana saling asah, asih dan
asuh sehingga akan terjadi saling pembelajaran dan peneguhan antara
anggota kelompok (learning organization); (2) wahana identifikasi masalah
dan pengambilan keputusan bersama, yaitu menjadi sarana pengambilan
keputusan untuk mencapai kebaikan bersama (common goods); (3) wahana
pooling of resources, yaitu tempat untuk memobilisasi sumber daya
individu (tenaga, pikiran, materi) yang mempunyai keunikan dan kelebihan
masing-masing, serta bisa menghasilkan sinergi; dan (4) wahana
berinteraksi pihak ketiga (representasi), merupakan sarana yang
representatif untuk memperjuangkan aspirasi para anggota kepada pihakpihak lain (pemerintah, lembaga keuangan, pasar dan lain-lain) dengan
posisi tawar yang lebih baik.
Sumardjo (2007) menyatakan dalam kebanyakan sistem agribisnis di
Indonesia, ditemukan terjadi hubungan asimetrik antara subsistem hulu
dengan subsistem hilir. Di sisi hulu menyembunyikan informasi bisnis
untuk dapat mendominasi pelaku di subsistem hilir, sehingga
berlangsunglah hubungan asimetris yang merugikan pelaku usaha agribisnis
di pihak yang lebih hulu (Sumardjo 1999). Keadaan seperti itu, tidak harus
terjadi bila berkembang hubungan komunikatif dan egalitarian antara para

pelaku dalam sistem agribisnis. Dalam sistem agribisnis hulu ke hilir
mengalir produk dan informasi tentang produk dan jasa usaha pertanian,
sebaliknya dari hilir ke hulu mengalir selain insentif (di antaranya berupa
uang) dan terutama adalah informasi tentang kualitas dan kuantitas produk.
Hubungan resiprokal cenderung menghasilkan sinergi dan keuntungan
bersama, serta kerjasama yang berkelanjutan dalam suasana saling
memperkuat dan saling dapat diandalkan (kemitraan). Keserasian dan
keberlanjutan hubungan kemitraan dalam sistem agribisnis akan
berlangsung manakala terjadi suatu proses komunikasi yang konvergen.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dipandang perlu adanya jaringan
komunikasi yang kohesif di dalam kelompok petani padi organik, agar
kegiatan budidaya dan pemasaran padi organik dapat dilakukan secara
efektif dan berkesinambungan. Untuk itu, dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan karakteristik petani, ketersediaan informasi padi
organik dan daya dukung kelembagaan pendukung dengan jaringan
komunikasi dalam agribisnis padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dan
Kabupaten Karawang?
2. Bagaimana hubungan karakteristik petani, ketersediaan informasi padi
organik dan daya dukung kelembagaan pendukung dengan dinamika
kelompok dalam agribisnis padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dan
Kabupaten Karawang?
3. Bagaimana hubungan jaringan komunikasi dan dinamika kelompok
dengan kapasitas petani dalam agribisnis padi organik di Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disusun
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis hubungan karakteristik petani, ketersediaan informasi padi
organik dan dukungan kelembagaan pendukung dengan jaringan
komunikasi dalam agribisnis padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dan
Kabupaten Karawang.
2. Menganalisis hubungan karakteristik petani, ketersediaan informasi padi
organik dan dukungan kelembagaan pendukung dengan dinamika
kelompok dalam agribisnis padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dan
Kabupaten Karawang.
3. Menganalisis hubungan jaringan komunikasi dan dinamika kelompok
dengan kapasitas petani dalam agribisnis padi organik di Kabupaten
Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang.

Manfaat Penelitian
Penelitian jaringan komunikasi, dinamika kelompok dan peningkatan
kapasitas petani dalam agribisnis padi organik diharapkan:
(1) Memberikan kontribusi kepada pihak terkait seperti Pemerintah
Daerah (PEMDA), Dinas Pertanian, BP4K, BP3K dan seluruh
stakeholder dalam pembangunan pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Karawang .
(2) Sebagai khazanah pengembangan ilmu pengetahuan dalam
komunikasi pembangunan dan perubahan sosial masyarakat serta
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
(3) Sebagai gambaran dan referensi bagi pembangunan pertanian tanaman
pangan khusus organik yang mampu melakukan kegiatan agribisnis
melalui pemberdayaan kelompok
Novelty/Kebaruan Penelitian
Berdasarkan hasil kajian dan temuan penelitian, dikemukakan
beberapa kebaruan penelitian sebagai berikut:
1.

2.

3.

Jaringan komunikasi mengenai budidaya dan pemasaran yang bersifat
jaringan personal radial (radial personal network) bermanfaat bagi
pengembangan budidaya padi organik dan pemasaran padi organik.
Jaringan personal radial memiliki keterbukaan dengan lingkungan, hal
ini diperlukan bagi pengembangan budidaya padi organik yang
membutuhkan usaha kolektif dalam menjaga standar sertifikasi
organik. Melalui jaringan personal network ketua kelompok sebagai
cosmopolite mampu membangun jaringan kerjasama dengan pihak
luar untuk pemasaran beras organik secara kolektif.
Kelompok petani memegang peran penting dalam pengembangan
agribisnis padi organik. Ketersediaan informasi budidaya dan
pemasaran padi organik serta dukungan penyuluh tersedia melalui
kelompok.
Kapasitas dalam membangun jaringan pemasaran padi organik
merupakan peran kelompok/gapoktan. Petani umumnya memiliki
kompetensi budidaya. Hal ini merupakan salah satu bentuk collective
farming dengan manajemen pengelolaan berada dalam wadah
kelompok tani.

2 TINJAUAN TEORITIS DAN EMPIRIS
Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi antara
individu dengan individu lainnya yang saling bertukar informasi untuk
mencapai tujuan. Banyaknya jaringan komunikasi yang dimiliki individu
menandakan kemampuan individu tersebut dalam berinteraksi dengan
individu lainnya. Menurut Usman (1991) suatu jaringan, dalam sosiologi
lazim dikonsepsikan sebagai suatu tipe hubungan antar aktor dengan
ditandai oleh bentuk interaksi timbal balik yang simetris. Setiap hubungan
antar aktor yang terjalin dalam masyarakat adalah suatu bentuk jaringan (the
building block of network), karena itu dasar hubungan sosial yang berbeda
akan melahirkan jaringan yang berbeda pula. Menurut DeVito (1997)
jaringan merupakan saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari
satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif.
Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya akan
mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur
jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi merupakan sistem komunikasi
umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari
satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi bisa dipandang
sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai
sarana komunikasi organisasi. Robins (2003) mengemukakan bahwa
jaringan komunikasi adalah dimensi vertikal dan horizontal dalam
komunikasi organisasi yang digabungkan dalam bermacam-macam pola.
Beberapa ahli telah menggambarkan definisi jaringan komunikasi
dalam berbagai sudut pandang. Menurut Gonzales (1993) jaringan
komunikasi adalah penggambaran “who say to whom”(siapa berbicara
kepada siapa) dalam suatu sistem sosial. Jaringan komunikasi
menggambarkan komunikasi interpersonal, dimana terdapat pemukapemuka opini dan pengikut yang saling memiliki hubungan komunikasi
pada suatu topik tertentu, yang terjadi dalam suatu sistem sosial tertentu
seperti desa, organisasi, perusahaan. Pengertian jaringan komunikasi
menurut Rogers (1983) adalah suatu jaringan yang terdiri dari individuindividu yang saling berhubungan, yang dihubungkan oleh arus komunikasi
yang terpola. Knoke dan Kuklinski (1982) melihat jaringan komunikasi
sebagai suatu jenis hubungan yang secara khusus merangkai individuindividu, obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa. Sedangkan Farace (Berger
& Chaffee 1987) melihat jaringan komunikasi sebagai suatu pola yang
teratur dari kontak antara person yang dapat diidentifikasi sebagai
pertukaran informasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya.
Lewin mengembangkan sebuah teori bahwasanya perilaku harus
digunakan dalam kedua fungsinya yaitu sebagai karakteristik pribadi
individu dan karakteristik lingkungan. Dalam konteks kelompok, hal ini
memperjelas bahwa faktor yang mempengaruhi karakteristik pribadi
termasuk lingkungan, yang terdiri dari corak kelompok, anggota kelompok

dan situasi. Semua faktor tersebut merupakan totalitas yang disebut
lifespace (Forsyth 2006).
Dalam suatu jaringan komunikasi, terdapat pemuka-pemuka opini,
yaitu orang yang mempengaruhi orang-orang lain secara teratur pada isu-isu
tertentu. Karakteristik pemuka-pemuka opini ini bervariasi menurut tipe
kelompok yang mereka pengaruhi, Jika pemuka opini terdapat dalam
kelompok-kelompok yang bersifat inovatif, maka mereka biasanya lebih
inovatif daripada anggota kelompok, meskipun pemuka opini seringkali
bukan termasuk inovator yang pertama kali menerapkan inovasi. Di pihak
lain, pemuka-pemuka opini dari kelompok-kelompok yang konservatif juga
bersikap agak konservatif (Gonzales, 1993).
Pada proses difusi, yaitu proses masuknya inovasi dalam suatu
kelompok sehingga t