Perjanjian atau pengikatan kredit di bawah tangan atau akta di bawah Perjanjian atau pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan

Dasar hukum pengaturan perjanjian kredit yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Perbankan 1992 1998. 1. Jenis Perjanjian Kredit. Secara yuridis ada 2 jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang digunakan bank dalam memberikan kredit, yaitu:

a. Perjanjian atau pengikatan kredit di bawah tangan atau akta di bawah

tangan. Perjanjian kredit di bawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara mereka kreditur dan debitur tanpa Notaris. Lazimnya dalam penandatanganan akta perjanjian kredit, saksi turut serta membubuhkan tanda tangannya karena saksi merupakan salah satu alat pembuktian dalam perkara perdata.

b. Perjanjian atau pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan

Notaris notariil atau akta otentik. Akta perjanjian kredit notariil otentik adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris. 2. Bentuk Perjanjian Kredit dan Permasalahannya. Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada umumnya mempergunakan bentuk perjanjian baku standar contractz. Kelemahan dari perjanjian baku ini ialah mengenai sifat karakternya, karena ditentukan secara sepihak dan di dalamnya ditentukan sejumlah klausul yang membebaskan kreditur dari kewajibannya eksonerasi klausul. 21 21 Ibid., hlm. 112-113. Ciri khas dari bentuk perjanjian baku yaitu perjanjian yang disusun secara sepihak. Dalam perjanjian kredit, dibuat oleh bank. Masalah yang timbul ialah sejauh mana kepentingan debitur peminjam dilindungi karena debitur tidak mempunyai hak untuk mengubah atau memodifikasi perjanjian baku itu. Perjanjian ini dapat disebut sebagai perjanjian paksaan atau ‘all size contract’ atau ‘take it or leave it contract’. 22 Sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata, bahwa salah satu syarat dari sahnya perjanjian yaitu adanya syarat kesepakatan. Apabila perjanjian tidak memenuhi syarat-syarat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri atau tidak memenuhi kecakapan untuk membuat suatu perikatan, perjanjian akan menjadi tidak sah. Menurut teori hukum perjanjian maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Namun dalam perjanjian kredit, dalam hal telah di tandatangani, berarti merupakan tanda sepakat, hal ini disebabkan karena debitur cenderung pada posisi penawaran yang lebih rendah. Untuk dapat mengatasi masalah-masalah tersebut, maka perlu ada pembahasan yang mendasar dan umum, agar pihak-pihak yang membuat perjanjian lebih berhati-hati terhadap syarat-syaratnya. Dengan demikian tidak akan timbul kekecewaan antara para pihak, dan bagi masyarakat pada umumnya. 3. Fungsi Dan Isi Perjanjian Kredit. Perjanjian kredit perlu mendapat perhatian yang khusus, baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pelaksanaan kredit itu sendiri. 22 H.Budi Untung, op. cit., hlm. 35. Perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi, fungsi tersebut diantaranya: 23

a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.