Dinamika total factor productivity perikanan budidaya air tawar dan dampaknya terhadap perekonomian Jawa Barat

DINAMIKA TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY
PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PEREKONOMIAN
JAWA BARAT

ASEP AGUS HANDAKA SURYANA
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Dinamika Total
Factor Productivity Perikanan Budidaya Air Tawar dan Dampaknya terhadap
Perekonomian Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Asep Agus Handaka Suryana
NIM H162080051


RINGKASAN
ASEP AGUS HANDAKA SURYANA. Dinamika Total Factor Productivity
Perikanan Budidaya Air Tawar dan Dampaknya terhadap Perekonomian Jawa
Barat. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI sebagai ketua komisi, BAMBANG
JUANDA, dan ERNAN RUSTIADI sebagai anggota komisi.
Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kondisi eksisting perikanan
budidaya air tawar paling dominan di Indonesia. Provinsi ini memiliki luas areal
kolam, mina sawah, karamba jaring apung, dan jumlah pembudidaya perikanan air
tawar paling besar dibanding provinsi lain di Indonesia. Disisi lain perlu
diantisipasi adanya kecenderungan penambahan output yang semakin menurun
dibanding penambahan output. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya
pengembangan dalam perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat. Arah
pengembangan yang strategis adalah pengembangan dengan meningkatkan
produktivitas, terutama dalam peningkatan kualitas input yang dikenal dengan
Total Factor Productivity (TFP). Peningkatan TFP ini akan secara signifikan
berpengaruh terhadap produksi dan terhadap perekonomian wilayah Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan: Pertama, mendapat gambaran mengenai dinamika
produktivitas perikanan budidaya air tawar baik perkembangan tingkat
produktivitas maupun tingkat produktivitas perikanan budidaya air tawar di Jawa

Barat saat ini. Kedua, mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
produktivitas budidaya perikanan air tawar tersebut. Ketiga, mengetahui
implikasi dinamika produktivitas terhadap perekonomian wilayah Jawa Barat.
Metode analisis pertama yang digunakan adalah analisis perubahan indeks
Total Factor Productivity. Metode ini digunakan untuk mengukur besaran
perubahan indeks TFP suatu kabupaten dalam dua waktu berbeda. Metode
analisis kedua yang digunakan adalah analisis indeks interspatial TFP. Metode
ini digunakan untuk mengukur tingkat TFP diantara kabupaten yang ada di Jawa
Barat. Analisis ekonometrik digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produktivitas perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat.
Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan dua median populasi
diantara data TFP.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam periode yang dianalisis,
kecepatan besaran perubahan indeks TFP perikanan budidaya yang menggunakan
media kolam, sawah dan Karamba Jaring Apung (KJA) tidak mengalami
perubahan. Hal ini diperkuat dengan temuan yang didapat dalam analisis
interspatial TFP. Dari aspek tingkatan nilai interspatial TFP perikanan budidaya
ikan di sawah memiliki nilai perubahan indeks TFP dan indeks interspatial TFP
yang paling kecil, berikutnya diikuti perikanan budidaya ikan di kolam, dan
terbesar di KJA. Hal ini sesuai dengan tingkat intensifikasi yang digunakan.

Aspek dinamika tingkatan nilai interspatial TFP, indeks interspatial TFP dalam
perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat mengalami kenaikan pada periode
1997-2002 kemudian menurun dalam periode 2002-2011. Hal ini diduga karena
menurunnya kualitas lingkungan perairan serta tidak adanya peningkatan
teknologi yang dipraktekkan para pembudidaya.
Berbagai input produksi dalam perikanan budidaya sangat mempengaruhi
produktivitas perikanan budidaya itu sendiri. Harga input produksi serta harga jual

ikan juga akan mempengaruhi produktivitas budidaya perikanan secara
keseluruhan. Hasil analisis menunjukkan faktor yang secara signifikan
mempengaruhi tingkat indeks TFP adalah kualitas benih dan kualitas pakan.
Semakin tinggi kualitas benih dan pakan, maka semakin besar pula indeks TFP.
Kualitas benih dicerminkan dalam tingginya angka kelangsungan hidup benih
ikan sampai dapat dipanen sebagai ikan konsumsi, dan tingginya tingkat
pertumbuhan ikan itu sendiri. Kualitas pakan tercermin dari rasio jumlah pakan
yang diberikan terhadap daging ikan yang dihasilkan. Kualitas pakan dan kualitas
benih itu sendiri akan sangat terkait pula dengan kualitas lingkungan perairan
sebagai media hidup ikan.
Dinamika dalam Total Factor Productivity akan berpengaruh terhadap
potensi naik atau turunnya produksi ikan yang dihasilkan. Naik atau turunnya

produksi akan berpengaruh langsung terhadap tinggi atau rendahnya nilai
produksi perikanan. Dinamika dalam produksi dan nilai produksi itu akan
berpengaruh terhadap dinamika kontribusi perikanan budidaya air tawar terhadap
beberapa aspek perekonomian wilayah seperti kontribusi terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor
perikanan budidaya air tawar.
Perikanan budidaya air tawar dalam KJA memiliki pangsa lebih dari
sepertiga produksi perikanan iar tawar Jawa Barat. Oleh karena itu sangat penting
menjaga keberlanjutan perikanan yang menggunakan media KJA ini. Over
capacity yang terjadi dalam perikanan budidaya yang menggunakan media KJA
akan mengancam keberlanjutan perikanan budidaya dalam KJA. Oleh karena itu
harus segera diantisipasi dengan jalan merasionalisasi jumlah KJA yang
beroperasi dan mempersiapkan peningkatan produksi perikanan melalui media
budidaya yang lain. Meningkatkan produktivitas dan luasan budidaya kolam dapat
dipertimbangkan untuk menjadi pilihan untuk mengganti penurunan produksi
KJA.
Kata kunci: budidaya perikanan, karamba jaring apung, kolam, mina sawah, total
factor productivity

SUMMARY

ASEP AGUS HANDAKA SURYANA. Dynamics of Total Factor Productivity in
Freshwater Aquaculture and their Impact on West Java Economy. Under
supervision of AKHMAD FAUZI as chair of supervisory committee, BAMBANG
JUANDA, and ERNAN RUSTIADI as member of supervisory committee.
West Java is one of the provinces in Indonesia that has the most dominant
existing producer of freshwater aquaculture. West Java has an area of pond, fish
paddy rice pond, floating net cages (KJA), and the amount of freshwater fishery
farmers greater than most other provinces in Indonesia. On the other hand, the
share of freshwater aquaculture from West Java to Indonesia’s aquaculture, tends
to be stagnant in the last five years. Therefore it is necessary to exert efforts to
develop of freshwater aquaculture in West Java. Strategic development direction
is development by increasing productivity, especially in improving the quality of
inputs, known as Total Factor Productivity (TFP). Increase in TFP will
significantly affect production and will increase contribution to the economy of
West Java.
This study have three objectives: first, get explaining of the dynamics of
Total Factor Productivity, both productivity growth rate and the level of
productivity, in freshwater aquaculture on West Java. Second, find out what are
the factors that affect the productivity of freshwater aquaculture. Third, know the
implications of the dynamics of productivity to the economy of West Java.

This study employs four methods: first analytical method was used the
analysis of changes in Total Factor Productivity index. This method was used to
measure the amount of change in a district TFP index in two different times. The
second analytical method used was analysis interspatial TFP index. This method
was used to measure the level of TFP among the districts in West Java. Third,
econometric analysis was used to identify the factors that affect the productivity
of freshwater aquaculture in West Java. Fourth, Mann-Whitney test was used to
compare the data between the populations of the two median TFP.
The result showed that in the period analyzed, the amount of speed change
TFP index that uses media aquaculture ponds, rice fields and KJA has not
changed. This is reinforced by the findings in the analysis of TFP interspatial.
From the aspect of TFP levels interspatial value of aquaculture fish in rice fields
have a value of TFP change index and the index of the smallest interspatial TFP,
followed next aquaculture fish in the pond, and the largest in the KJA. This is
consistent with the level of intensification is used. From the aspect of dynamics
interspatial grade level TFP, TFP index interspatial in freshwater aquaculture in
West Java has increased in the period 1997-2002 and then declined in the period
2002-2011. This is presumably due to the declining quality of the aquatic
environment and the absence of an increase in the input of new technologies such
as a new strain of fish that excel in the last ten years.

Various inputs in aquaculture production was greatly affected the
productivity of aquaculture itself. Factors that significantly affect the level of TFP
index is the quality of the seed and feed quality. The higher the quality of the seed
and feed, the greater the TFP index. Seed quality is reflected in the high number

of fish seed survival until they can be harvested as a food fish, and the high
growth rate of the fish itself. Feed quality is reflected in the ratio of the amount of
feed given to the fish meat is produced.
Increase or decrease of Total Factor Productivity will affect to the increase
or decrease in fish production. Increase or decrease in production will directly
influence the high or low value of fisheries production. Dynamics in the
production and value of production that would affect the dynamics of freshwater
aquaculture contribution to some aspect of the economy of the region as
contributing to the Regional GDP and own source revenue (PAD) from freshwater
aquaculture sector.
Freshwater aquaculture in the KJA has a share of more than a third of
West Java freshwater fish production. It is therefore very important to maintain
the sustainability of fisheries that use this KJA media. Over capacity occurring in
aquaculture that uses media KJA would threaten the sustainability of aquaculture
in KJA. Therefore, it should be anticipated by rationalizing the number of

operating KJA and prepare increasing fish production through aquaculture other
media. With some consideration, pond culture media is the alternative choice to
replace declining production by increasing productivity KJA and pond culture
area. Required an expansion of the pool area as well as an increase in productivity
that can replace potential lost production through rationalization of KJA.
Keywords: aquaculture, floating net cages, pond, fish paddy rice, total factor
productivity

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

DINAMIKA TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY
PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA BARAT

ASEP AGUS HANDAKA SURYANA
 
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Disertasi

Dinamika Total Factor Productivity Perikanan
Budidaya Air Tawar dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Jawa Barat

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok

Asep Agus Handaka Suryana
H162080051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

セ@

Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc
Ketua

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Pogram Studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS
Tanggal Ujian: 5 Juli 20] 3

Tanggal Lulus:

3 1 JUL 2013

Judul Disertasi

: Dinamika Total Factor Productivity Perikanan
Budidaya Air Tawar dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Jawa Barat

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok

: Asep Agus Handaka Suryana
: H162080051

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc
Ketua

Dr Ir Ernan Rustiadi, MAgr
Anggota

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Pogram Studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 5 Juli 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
Disertasi yang berjudul Dinamika Total Factor Productivity dalam Perikanan
Budidaya Air Tawar dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Wilayah Jawa Barat
merupakan syarat untuk meraih gelar doktor di Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Disertasi ini dapat selesai atas bantuan dan kerjasama banyak pihak, oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai ketua komisi
pembimbing, Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS dan Dr. Ir. Ernan Rustiadi,
M.Agr sebagai anggota komisi pembimbing, yang semuanya telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan disertasi ini.
Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada pimpinan Unpad yang telah memberi kesempatan
melanjutkan studi. Pimpinan dan rekan kerja di FPIK Unpad yang banyak
membantu. Depdiknas yang telah memberikan beasiswa BPPS. Rekan seangkatan
2008, kakak dan adik angkatan di Program Studi PWD atas kebersamaan selama
menempuh studi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda Hj.
Dra. Hasanah, keluarga besar Pangkur dan Garut, khususnya kepada keluarga
Bang Tigor Sihite dan Ceu Ida yang telah banyak membantu. Istriku Lia
Fakhriyah, S.P., M.P. serta anak-anaku, Fathiyya Mumtazah, Muhammad Furqon
Shiddiq, dan Faqiha Muhtadiyah. Semoga Allah SWT. membalas amal
kebaikannya dengan pahala yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangan,
namun demikian semoga dapat memberikan manfaat khususnya bagi
pengembangan dunia perikanan.
Bogor, Juli 2013

Asep Agus Handaka Suryana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Penelitian
Kebaruan Penelitian
Hipotesis Penelitian

1
1
1
7
7
8
11
11

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Perdesaan
Akuakultur
Produksi dan Permintaan Ikan.
Peranan Akuakultur terhadap Ketahanan Pangan dan Kemiskinan
Total Factor Productivity (TFP)
Penelitian Terdahulu

12
12
16
20
22
25
29

3 METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Rancangan Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data

31
31
32
32
36

4 KERAGAAN UMUM USAHA PERIKANAN BUDIDAYA JAWA
BARAT
Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat
Perkembangan Jenis Ikan dan Teknologi Produksi Perikanan Budidaya
Air Tawar di Jawa Barat
Luas Areal Budidaya dan Jumlah Pembudidaya
Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Jawa Barat
Konsumsi Per Kapita
Keragaman Jenis Ikan
Indeks Diversitas Entropy
5 ANALISIS PRODUKTIVITAS PERIKANAN BUDIDAYA AIR
TAWAR DI JAWA BARAT
Produktivitas Parsial Perikanan Budidaya Air Tawar di Jawa Barat
Perubahan Indeks TFP
Perubahan Indeks TFP Sistem Budidaya dalam Kolam di Jawa Barat
Perubahan Indeks TFP Sistem Budidaya dalam Sawah di Jawa Barat
Perubahan Indeks TFP Sistem Budidaya dalam Kolam Jaring Apung
(KJA) di Jawa Barat
Analisis Indeks Interspatial TFP Perikanan Budidaya di Jawa Barat

39
39
39
43
46
47
48
48
50
50
50
51
53
55
58

Analisis Indeks Interspatial TFP Perikanan Budidaya dalam kolam di
Jawa Barat
Analisis Indeks Interspatial TFP Perikanan Budidaya dalam sawah di
Jawa Barat
Analisis Indeks Interspatial TFP Perikanan Budidaya dalam KJA di
Jawa Barat
Analisis Indeks Interspatial TFP Individual Perikanan Budidaya di
Jawa Barat
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Interspatial TFP
Perikanan Budidaya di Jawa Barat

58
60
63
68
70

6 DINAMIKA PRODUKTIVITAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEREKONOMIAN JAWA BARAT
Implikasi Dinamika nilai Indeks Interspatial TFP terhadap Produksi
Perikanan Budidaya di Jawa Barat
Implikasi Dinamika nilai Indeks Interspatial TFP terhadap PDRB
Perikanan Jawa Barat
Implikasi Dinamika nilai Indeks Interspatial TFP terhadap PAD
Perikanan Jawa Barat
Implikasi Dinamika nilai Indeks Interspatial TFP terhadap Tenaga
Kerja Perikanan Jawa Barat
Rasionalisasi Jumlah KJA

81
85

7 IMPLIKASI KEBIJAKAN DALAM PERIKANAN BUDIDAYA DI
JAWA BARAT
Kebijakan Peningkatan Kualitas Pakan
Kebijakan Peningkatan Kualitas Benih
Kebijakan Pengembangan Perikanan Budidaya dalam Sawah
Kebijakan Pengembangan Perikanan Budidaya dalam KJA
Kebijakan Antisipasi Rasionalisasi Jumlah KJA

90
91
91
92
92
93

8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Implikasi Kebijakan
Saran

95
95
96
96

DAFTAR PUSTAKA

98

LAMPIRAN

105

RIWAYAT HIDUP

184

72
72
75
78

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Pengelompokkan komoditas akuakultur berdasarkan karakter
morfologi dan jenis habitat
Jenis-jenis akuakultur berdasar tingkat teknologi dan produksi
Tingkat pertumbuhan indeks TFP (%) beberapa negara Asia Tenggara
1962-1981 dan 1981-2001
Total factor productivity dalam budidaya polikultur ikan jenis carp
1998-99
Indeks TFP berdasarkan lokasi
Indeks TFP berdasarkan sistem budidaya
Kisaran angka indeks TFP pada berbagai tingkat teknologi
Tujuan, data, sumber data dan analisis data
Jenis ikan atau udang dan waktu domestikasi atau introduksinya
Perkembangan teknologi dan kebijakan perikanan di Jawa Barat
Kualitas air waduk Cirata tahun 2012
Produktivitas parsial perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat
Perubahan indeks TFP perikanan budidaya dalam kolam di Jawa
Barat
Hasil uji Mann-Whitney nilai tengah perubahan indeks TFP kolam
Perubahan indeks TFP perikanan budidaya dalam sawah di Jawa
Barat
Hasil uji Mann-Whitney nilai tengah perubahan indeks TFP sawah
Perubahan indeks TFP perikanan budidaya dalam KJA di Jawa Barat
Hasil uji Mann-Whitney nilai tengah perubahan indeks TFP di KJA
Indeks interspatial TFP perikanan budidaya dalam kolam
Hasil uji Mann-Whitney nilai tengah indeks interspatial TFP kolam
Indeks interspatial TFP perikanan budidaya dalam sawah
Hasil uji Mann-Whitney nilai tengah indeks interspatial TFP sawah
Indeks interspatial TFP perikanan budidaya dalam KJA
Hasil uji Mann-Whitney nilai tengah indeks interspatial TFP KJA
Jumlah kematian ikan di waduk Cirata, 2002-2011
Perbandingan indeks TFP berdasarkan sistem budidaya, jenis ikan
dan lokasi.
Hasil regresi model pengaruh berbagai faktor terhadap indeks
interspatial TFP individual pembudidaya di Jawa Barat
Permasalahan yang dihadapi pembudidaya di lapangan
Simulasi kenaikan produksi karena penurunan atau kenaikan
produktivitas dalam perikanan budidaya kolam
Simulasi kenaikan produksi karena penurunan atau kenaikan
produktivitas dalam perikanan budidaya sawah
Simulasi kenaikan produksi karena kenaikan produktivitas dalam
perikanan budidaya KJA
Kenaikan produksi karena dinamika produktivitas
Pangsa penambahan produksi terhadap produksi air tawar
Simulasi kenaikan PDRB perikanan Jawa Barat karena kenaikan
produktivitas budidaya di kolam

17
18
29
30
30
30
31
32
40
42
45
50
51
53
54
55
56
57
58
60
61
62
63
65
68
69
70
71
72
73
73
74
74
75

35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

Simulasi kenaikan PDRB perikanan Jawa Barat karena kenaikan
produktivitas budidaya di sawah
Simulasi kenaikan PDRB perikanan Jawa Barat karena kenaikan
produktivitas budidaya di KJA
Kenaikan kontribusi terhadap PDRB perikanan karena dinamika
produktivitas
Pangsa penambahan kontribusi terhadap PDRB perikanan Jawa Barat
dalam budidaya perikanan air tawar
Simulasi kenaikan PAD perikanan Jawa Barat karena kenaikan
produktivitas budidaya kolam
Simulasi kenaikan PAD perikanan Jawa Barat karena kenaikan
produktivitas budidaya sawah
Simulasi kenaikan PAD perikanan Jawa Barat karena kenaikan
produktivitas budidaya KJA
Kenaikan kontribusi terhadap PAD perikanan karena dinamika
produktivitas
Pangsa penambahan kontribusi terhadap PAD perikanan Jawa Barat
Simulasi kenaikan tenaga kerja perikanan budidaya karena kenaikan
produktivitas budidaya perikanan budidaya di kolam
Simulasi kenaikan tenaga kerja perikanan budidaya karena kenaikan
produktivitas budidaya perikanan budidaya di sawah
Simulasi kenaikan tenaga kerja perikanan budidaya karena kenaikan
produktivitas budidaya perikanan budidaya di KJA
Kenaikan tenaga kerja karena dinamika produktivitas
Pangsa penambahan tenaga kerja dalam budidaya perikanan air tawar
Simulasi implikasi rasionalisasi KJA terhadap produksi dan nilai
produksi
Simulasi implikasi rasionalisasi KJA terhadap permintaan pakan dan
nilai pakan
Simulasi implikasi rasionalisasi KJA terhadap permintaan benih dan
nilai benih
Simulasi implikasi rasionalisasi KJA terhadap PDRB perikanan Jabar
Simulasi implikasi rasionalisasi KJA terhadap PAD perikanan Jabar
Simulasi implikasi rasionalisasi KJA terhadap jumlah tenaga kerja
perikanan Jawa Barat
Simulasi peningkatan produktivitas dan luas kolam untuk
mengantisipasi rasionalisasi KJA

76
77
77
78
79
79
80
80
81
82
83
83
84
84
86
86
87
88
89
90

94

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Volume produksi perikanan tahun 2005-2009 (ton)
Pangsa perikanan Jawa Barat tahun 2009
Trend pangsa perikanan budidaya air tawar Jawa Barat
Kerangka pemikiran penelitian
Perbandingan antara beberapa sistem budidaya ikan
Ekspektasi pertumbuhan permintaan ikan dalam 8 tahun dari 2007
sampai 2015
Laju pertumbuhan tahunan produksi akuakultur yang diperlukan
untuk memenuhi ekspektasi permintaan ikan dari 2007-2015
Fungsi Produksi yang menggambarkan Total Factor Productivity
Pendekatan Pengukuran Total Factor Productivity (TFP)
Tahapan Analisis Penelitian
Grafik perkembangan luas areal perikanan budidaya tahun 19692011
Luas waduk Cirata yang ditempati KJA
Grafik perkembangan luas areal budidaya KJA di Cirata 19982011
Grafik perkembangan jumlah RTP perikanan budidaya di Jawa
Barat
Jumlah pembudidaya perikanan air tawar di Jawa Barat
Grafik perkembangan produksi perikanan di Jawa Barat
Grafik perkembangan per kapita konsumsi ikan Jawa Barat tahun
1983-2011
Grafik trend pangsa jenis ikan utama terhadap produksi ikan Jawa
Barat
Trend indeks diversitas entropi
Boxplot trend perubahan indeks TFP budidaya perikanan di kolam
Boxplot trend perubahan indeks TFP budidaya perikanan di sawah
Boxplot trend perubahan indeks TFP budidaya perikanan di KJA
Boxplot trend indeks interspatial TFP budidaya perikanan di
kolam
Boxplot trend indeks interspatial TFP budidaya perikanan di
sawah
Boxplot trend indeks interspatial TFP budidaya perikanan di KJA
Dinamika rata-rata indeks interspatial TFP perikanan budidaya di
Jawa Barat
Kualitas DO, COD, dan BOD waduk Cirata tahun 2011
Unsur hara (ammoniak, nitrit, dan nitrat) di Waduk Cirata tahun
2011
Histogram indeks interspatial TFP individual pembudidaya

2
3
6
10
19
21
21
26
27
34
43
44
45
46
46
47
48
48
49
52
55
57
60
62
64
65
67
68
70

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Produksi beberapa negara produsen utama akuakultur dunia
Neraca keseimbangan makanan beberapa negara tahun 2007
Jenis bahan baku pakan yang diimpor
Kuesioner penelitian
Data pembudidaya sampel pembudidaya (KJA: Karamba Jaring
Apung, MP: Mina Padi/Sawah, KAT: Kolam Air Tenang)
Tabel keragaan produksi prikanan kolam Jawa Barat 1997-2011
Tabel keragaan produksi prikanan sawah Jawa Barat 1997-2011
Tabel keragaan produksi prikanan KJA Jawa Barat 1997-2011
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
kolam Jawa Barat tahun 1997
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
sawah Jawa Barat tahun 1997
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
KJA Jawa Barat tahun 1997
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
kolam Jawa Barat tahun 2002
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
sawah Jawa Barat tahun 2002
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
KJA Jawa Barat tahun 2002
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
kolam Jawa Barat tahun 2007
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
sawah Jawa Barat tahun 2007
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
KJA Jawa Barat tahun 2011
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
kolam Jawa Barat tahun 2011
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
sawah Jawa Barat tahun 2011
Penghitungan interspatial TFP perikanan budidaya air tawar dalam
KJA Jawa Barat tahun 2011
Penghitungan interspatial TFP individual pembudidaya
Penghitungan indeks entropy 2005-2011
Uji asumsi klasik multikolinieritas dan autokorelasi

105
106
107
109
111
121
126
131
136
138
140
141
143
145
146
148
150

151
153

155
156
174
178

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang melibatkan
berbagai perubahan dalam banyak aspek kehidupan manusia yang bertujuan
dan memberi harapan kepada perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang lebih merata agar berlangsung secara berkelanjutan. Untuk mencapai
tujuan-tujuan pembangunan yang diinginkan, upaya-upaya pembangunan
harus diarahkan kepada efisiensi (efficiency), kemerataan (equity) dan
keberlanjutan (sustainability) (Anwar, 2005)
Pembangunan di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan,
hingga sekarang. Berbagai pencapaian pembangunan telah dapat diraih,
demikian juga berbagai permasalahan muncul selama proses pembangunan
berlangsung. Diantara masalah-masalah yang ada selama pelaksanaan
pembangunan antara lain masih tingginya jumlah penduduk miskin. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 11,05 juta di perkotaan dan 18,97 juta di perdesaan.
Salah satu potensi potensial di perdesaan banyak negara berkembang
umumnya dan Indonesia khususnya adalah usaha perikanan, baik perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya. Hal ini terlihat dari potensi perikanan
yang besar dan terus berkembang. Pada tingkat dunia pada tahun 1980
produksi baru mencapai 71,9 juta ton, maka tahun 2009 produksi perikanan
dunia mencapai 144,6 juta ton ikan, krustasea dan moluska. Indonesia sendiri
merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur
dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar
sebagai produsen perikanan akuakultur di dunia.
Pengembangan akuakultur ini sangat strategis karena pengembangan
produksi dari perikanan tangkap sudah mendekati titik jenuhnya. Menurut
FAO (2011) produksi perikanan tangkap sejak tahun 2001 tidak mengalami
peningkatan, stagnan sekitar 90 juta ton tiap tahunnya. Sebaliknya dengan
perikanan yang berasal dari akuakultur. Menurut FAO (2011) produksi
akuakultur terus memperlihatkan peningkatan yang kuat, peningkatan tiap
tahunnya rata-rata mencapai 1,6 persen. Produksi akuakultur meningkat dari
32,4 ton pada tahun 2000 sampai 55,7 juta ton pada tahun 2009. Besarnya
kondisi eksisting dan peluang pengembangan ke depan menjadikan
akuakultur ini sebagai salah satu sektor yang dapat diharapkan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perumusan Masalah
Pembangunan berbasis perdesaan merupakan alternatif untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan yang cenderung
urban biased seperti disebutkan di atas. Oleh karenanya perubahan
paradigma terhadap pembangunan nasional juga harus diikuti dengan
perubahan orientasi terhadap pembangunan ekonomi dan wilayah perdesaan.

2

Perubahan paradigma ini sebenarnya bukan monopoli negara berkembang
semata. Bahkan konsep teori pembangunan ekonomi pun kini tidak lagi
dimonopoli oleh konsep pembangunan yang dianut berdasar teori
pertumbuhan (Growth Theory) semata (Fauzi, 2010a).
Salah satu sektor yang dapat diandalkan dalam mendorong
perekonomian wilayah, baik berupa penyediaan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan, yang bermuara pada pengentasan kemiskinan adalah perikanan
budidaya sebagaimana uraian di atas. Secara nasional Indonesia sendiri terus
menerus mengalami peningkatan produksi perikanan. Gambar 1 berikut
menunjukkan tren produksi perikanan di Indonesia.
Volume produksi perikanan Indonesia
6.000.000
5.000.000

(ton)

4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
0
2005

2006

2007

2008

2009

Penangkapan 4.705.869 4.806.112 5.044.737 5.196.328 5.285.020
Budidaya

2.163.674 2.682.596 3.193.565 3.855.200 4.780.100

Gambar 1 Volume produksi perikanan tahun 2005-2009 (KKP, 2011)
Sebagaimana fenomena perikanan dunia, maka di Indonesia juga
perikanan tangkap cenderung mengalami stagnasi sementara perikanan
budidaya/akuakultur terus mengalami kemajuan.
Pentingnya pengembangan perikanan ini juga terlihat dari makin
banyaknya orang yang menggantungkan mata pencahariannya pada sektor ini.
Bila pada tahun 2005 tercatat 5,4 juta orang jumlah tenaga kerja pada bidang
perikanan, maka pada tahun 2009 telah meningkat menjadi 6,43 juta jiwa.
Sisi lain pentingnya pengembangan perikanan ini adalah karena hasil
produksi perikanan ini juga menjadi komoditas ekspor. Pada saat yang sama
harus diwaspadai adanya impor produk perikanan juga terus mengalami
peningkatan.
Jawa Barat termasuk salah satu provinsi yang cukup maju di Indonesia
namun masih memiliki masalah kemiskinan. Angka kemiskinan di daerah
perdesaan Jawa Barat masih menunjukkan angka yang cukup tinggi dan lebih
tinggi dibanding dengan daerah perkotaan. Angka kemiskinan secara umum
di Jawa Barat mencapai angka 4.782.720 orang, sedangkan untuk daerah
perdesaan sendiri mencapai 2.432.190 orang atau mencapai 13,88% dari
seluruh penduduk Jawa Barat (BPS 2011).
Salah satu sektor yang dapat diandalkan Jawa Barat dalam mendorong
pembangunan terutama daerah perdesaan adalah sektor perikanan. Hal ini
karena Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kondisi eksisting dan

potensi perikanan yang besar dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa.
Gambaran pangsa perikanan Jawa Barat terhadap perikanan Pulau Jawa dan
Indonesia dapat dilihat dalam Gambar 2.
Pangsa Perikanan Jawa Barat Tahun 2009
100
90
80

Persen (%)

70
60
50
40
30
20
10
0
Produksi BD Pembudidaya Luas Kolam Luas Saw ah

Luas KJA

Luas BD
Laut

Variabel
% Jabar Thdp Indonesia

% Jabar Thdp Jawa

Gambar 2 Pangsa perikanan Jawa Barat tahun 2009
Di Jawa Barat sendiri budidaya perikanan air tawar telah dikenal sejak
lama bahkan sebelum kemerdekaan. Areal budidaya perikanan air tawar yang
eksisiting mencapai 28.176 hektar dari lahan potensial seluas 86.700 hektar.
Lahan potensial yang sudah dikembangkan baru mencapai 32,5%, sehingga
masih sekitar 67,5% lahan potensial yang masih bisa dikembangkan.
Besarnya potensi budidaya perikanan air tawar yang umumnya berada di
perdesaan ini merupakan peluang untuk mengembangkan wilayah dengan
mengembangkan budidaya perikanan.
Sumbangan perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terus mengalami kenaikan.
Demikian juga tenaga kerja yang dapat diserap dalam sektor perikanan ini
menunjukkan bahwa masih banyak orang yang hidupnya tergantung pada
usaha budidaya perikanan.
Meskipun angka sumbangan perikanan terhadap PDB tidak terlalu
besar, namun sektor perikanan ini merupakan hal yang penting. Menurut
Fauzi (2010b) kelemahan utama penggunaan PDB sebagai alat indikator
adalah indikator ini mengabaikan semua keterkaitan antar industri, khususnya
industri perikanan yang banyak terkait dengan komponen lainnya. PDB tidak
membedakan apakah industri tersebut bersifat industri primer seperti
perikanan atau sekunder seperti jasa. Padahal ekspansi dan kontraksi yang
terjadi pada industri primer tersebut akan sangat berdampak pada industri
turunannya.
Menurut Fauzi (2010b), alasan lain yang patut menjadi perhatian adalah
dalam konteks perikanan di negara berkembang seperti di Indonesia, industri
perikanan banyak dilakukan oleh perikanan skala kecil yang tersebar di
berbagai wilayah pesisir. Peran perikanan skala kecil ini meski sangat vital

4

untuk ketahanan pangan rumah tangga maupun ekonomi rumah tangga
wilayah pesisir, kontribusinya dalam perikanan nasional sering tidak tercatat
karena berbagai alasan teknis pengukuran indikator. Oleh karenanya
sebagian besar kontribusi perikanan di negara berkembang sering menjadi
tidak terukur dan tidak tercatat karena berbagai kendala di atas.
Pengembangan sektor perikanan ini masih terbuka lebar, karena
disamping potensi lahan yang masih luas juga didorong oleh permintaan
produk perikanan untuk konsumsi yang besar. Besarnya potensi permintaan
produksi perikanan dapat dilihat dari angka konsumsi ikan per kapita
Indonesia yang masih rendah sehingga masih terbuka peningkatannya.
Pengembangan akuakultur ini dapat menjadi salah satu upaya dalam
mengentaskan kemiskinan. Tacon (2001) menjelaskan bahwa pengembangan
akuakultur penting karena akuakultur menyediakan protein hewani kualitas
tinggi dan berbagai nutrien esensial lainnya dengan harga terjangkau.
Akuakultur juga penting karena menyediakan kesempatan kerja, pendapatan
tunai dan merupakan komoditas ekspor berharga.
Edward (1999)
menguatkan bahwa akuakultur di perdesaan berkontribusi terhadap
pengentasan kemiskinan secara langsung melalui budidaya perikanan skala
kecil untuk konsumsi dan pendapatan. Kontribusi secara tidak langsung
melalui penyediaan lapangan kerja bagi orang-orang miskin dalam usaha
budidaya komersial.
Pengembangan akuakultur juga berperan dalam memperluas lapangan
kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. World Bank (2007)
menjelaskan bahwa di China lebih dari tiga juta penduduknya mendapatkan
pekerjaan dalam bidang akuakultur sejak tahun 1974. Bene (2006)
menjelaskan bahwa perikanan air tawar dan ekspor komoditas terkait serta
perdagangan regional, dapat memainkan peran penting dalam perekonomian
wilayah dan negara. Sektor ini memberikan kontribusi 7% terhadap PDB di
kamboja, dan 4% di Bangladesh. Di Afrika, perikanan air tawar dapat
menyediakan lapangan kerja dan pendapatan bagi beberapa juta orang. Worl
Bank (2007) dalam studinya mendapatkan bahwa pembudidaya ikan skala
kecil di Central Luzon, rata-rata pendapatannya 48-49% lebih tinggi
dibanding petani padi. Di Vietnam, para pekerja dalam pembudidayaan
catfish mendapatkan pendapatan yang stabil, dan mampu mengirim sebagian
pendapatannya pada keluarga. Di Bangladesh, budidaya mina padi telah
meningkatkan pendapatan sampai 20% dan meningkatkan produksi padi
sampai 8 % dengan mereduksi pestisida dan penggunaan pupuk.
Oleh karena itu pengembangan perikanan baik skala besar maupun
skala kecil penting terus dilakukan. Pengembangan budidaya perikanan ini
secara umum menghadapi kendala-kendala. Diantaranya kendala karena
sarana prasarana seperti saluran air irigasi yang terbatas, dan infrastruktur di
wilayah budidaya perikanan yang masih terbatas. Hal ini karena umumnya
wilayah budidaya perikanan berada di perdesaan. Kendala berikutnya adalah
degradasi lingkungan perairan.
Kendala lain adalah lemahnya saling
keterkaitan diantara komponen-komponen yang menunjang industri
perikanan.
Misalnya antara komponen lembaga litbang perikanan,
pembenihan, pembuatan pakan, pembesaran dan pengolahan yang seringkali
berjalan sendiri-sendiri. Sumberdaya manusia yang memiliki kapasitas

terbatas dalam penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam
budidaya perikanan. Permasalahan lain yang cukup dominan adalah adanya
degradasi kualitas lingkungan perairan. Degradasi lingkungan perairan
menjadikan budidaya ikan-ikan yang lebih tahan seperti dari kelomopk
cichlidae dan pangasiidae lebih berkembang di tengah masyarakat.
Muara dari berbagai permasalahan tersebut adalah rendahnya
produktivitas budidaya perikanan di Indonesia. Produktivitas ini dapat
diukur secara langsung berupa hasil produksi per luas lahan budidaya, rasio
antara biaya dengan keuntungan (BC ratio), rate of return terhadap biaya,
serta biaya per kg produk yang dihasilkan. Dari berbagai indikator tersebut,
budidaya perikanan air tawar di Indonesia memiliki nilai produktivitas yang
lebih rendah dibanding negara-negara lainnya di Asia bahkan Asia Tenggara.
Peningkatan produktivitas ini penting dilakukan. Sebagaimana menurut
Hafsah (2006) salah satu tujuan praktis dari upaya pembangunan perdesaan
adalah meningkatkan produktivitas ekonomi desa dan meningkatkan
kesempatan kerja dan pedistribusian kesejahteraan yang merata. Sejalan
dengan Hafsah, Sadjad (2006) berpendapat bahwa seharusnya desa dibangun
sebagai industri pertanian.
Perubahan sikap demikian akan membawa
petani/pembudidaya kita memiliki orientasi yang berbasis kontinuitas produk,
kualitas produk, volume produk, standarisasi produk, efisiensi usaha,
rasionalisasi proses, dan akhirnya keprofesionalannya berproduksi.
Secara konseptual, pengukuran produktivitas suatu usaha ekonomi dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu produktivitas faktor produksi parsial dan
produktivitas total faktor produksi (Total Factor Productivity). Produktivitas
faktor produksi parsial adalah produksi rata-rata dari suatu faktor produksi
yang diukur sebagai hasil bagi total produksi dan total penggunaan suatu
faktor produksi. Apabila faktor produksi lebih dari satu, maka produktivitas
parsial suatu faktor produksi akan dipengaruhi oleh tingkat penggunaan faktor
produksi lainnya (Maulana, 2004).
Penelitian produktivitas secara parsial telah banyak dilakukan.
Penelitian dengan pendekatan penghitungan Total Factor Productivity ini
masih belum banyak digunakan, terutama dalam bidang perikanan air tawar.
Oleh karena itu penting sekali untuk meneliti produktivitas dalam budidaya
perikanan ini.
Hal ini karena dengan penelitian tersebut dapat
membandingkan produktivitas antar berbagai wilayah budidaya atau berbagai
jenis komoditas. Selain itu penelitian Total Factor Productivity dalam
perikanan budidaya ini juga dapat menjadi data pembanding yang dapat
digunakan peneliti-peneliti berikutnya di kemudian hari.
Selama ini pemerintah telah melakukan berbagai program dalam upaya
mengembangkan perikanan budidaya ini.
Diantaranya tahun 2002
dilaksanakan program intensifikasi pembudidayaan ikan (Inbudkan).
Berikutnya diluncurkan program peningkatan produksi perikanan untuk
ekspor (Propekan) pada tahun 2005. Program terbaru yang dilaksanakan
mulai tahun 2010 adalah program pengembangan wilayah berbasis perikanan
Minapolitan. Pengukuran yang berkesinambungan terhadap dampak berbagai
program pengembangan perikanan budidaya ini penting dilakukan.
Melihat data produksi selama ini nampak bahwa berbagai program
tersebut belum mencapai hasil optimal. Khususnya untuk Jawa Barat,

6

Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan proyeksi produksi
perikanan budidaya di Jawa Barat sebesar 653.878 ton pada tahun 2010.
Produksi perikanan budidaya di Jawa barat pada tahun 2010 baru mencapai
614.412,16 ton. Hal ini sejalan dengan tren pangsa perikanan Jawa Barat
dalam lima tahun terakhir mengalami stagnasi, bahkan dalam beberapa
parameter mengalami penurunan. Tren pangsa perikanan budidaya air tawar
Jawa Barat terhadap Indonesia dapat dilihat dalam Gambar 3.

60.00

Jumlah
Pembudidaya
50.00

Produksi Total

(%)

40.00

Produksi Ikan Mas
Produksi Ikan Nila

30.00

Produksi Ikan Lele
20.00

Produksi Ikan
Gurame

10.00

Produksi Ikan Patin
0.00
2005

2006

2007

2008

2009

Tahun

Gambar 3 Pangsa perikanan budidaya air tawar Jawa Barat terhadap Indonesia
Mengingat besarnya pangsa perikanan air tawar Jawa Barat terhadap
perikanan nasional, maka tren penurunan ini harus diantisipasi untuk
menghindari gangguan terhadap produksi ikan nasional.
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan jalan ekstensifikasi dan
intensifikasi. Mengingat keterbatasan sumberdaya, terutama lahan dan air,
maka upaya ekstensifikasi akan sulit dilakukan. Pilihan yang tepat dalam
meningkatkan produksi perikanan di Jawa Barat adalah intensifikasi.
Peningkatan intensifikasi berarti harus meningkatkan produktivitas
perikanan.
Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah dinamika produktivitas perikanan budidaya air tawar
di Jawa Barat.
b. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi produktivitas budidaya
perikanan air tawar tersebut.
c. Bagaimanakah
implikasi
dinamika
produktivitas
terhadap
perekonomian wilayah Jawa Barat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
a. Mendapat gambaran mengenai dinamika produktivitas perikanan
budidaya air tawar di Jawa Barat.
b. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi
produktivitas budidaya perikanan air tawar tersebut.
c. Mengetahui implikasi dinamika produktivitas terhadap perekonomian
wilayah Jawa Barat.
Hasil penelitian ini secara keseluruhan diharapkan dapat menjadi salah
satu masukan dalam menyusun kebijakan pengambangan perikanan yang
mendorong produktivitas dan perekonomian wilayah.

Ruang Lingkup Penelitian
Ada berbagai jenis perikanan budidaya, baik perikanan budidaya yang
berbasis air tawar, air payau dan air laut. Dalam penelitian ini, ruang
lingkupnya dibatasi pada perikanan budidaya yang berbasis air tawar.
Pembatasan pada perikanan air tawar karena di Jawa Barat perikanan
budidaya air tawar adalah perikanan budidaya yang dominan. Bila dilihat
dari aspek produksi, maka budidaya perikanan air tawar berkontribusi sebesar
66,3 persen. Jauh dibandingkan dibanding kontribusi budidaya payau yang
sebesar 27,8 dan budidaya laut yang sebesar 1,3 persen.
Dalam akuakultur air tawar dikenal beberapa jenis sistem budidaya, ada
berupa kolam, sawah, karamba, kolam air deras, dan jaring apung. Dalam
penelitian ini difokuskan pada sistem budidaya kolam, sawah dan keramba
jaring apung (KJA) di waduk. Hal ini karena budidaya ikan air tawar di
kolam dan sawah merupakan jenis budidaya yang dominan dilakukan di Jawa
Barat. Data menunjukkan bahwa persentase jumlah kolam dan sawah sebagai
tempat budidaya mencapai 77,9 % dari total tempat budidaya lainnya.
Disamping itu kolam dan sawah merupakan jenis budidaya yang ada di
mayoritas kabupaten, hal ini berbeda dengan kolam air deras yang hanya
terdapat di beberapa kabupaten saja. Budidaya dengan sistem budidaya
kolam dan sawah dimiliki oleh mayoritas pembudidaya perikanan air tawar.
Alasan lain karena kolam dan sawah umumnya dimiliki oleh masyarakat
lokal. Sementara itu pilihan KJA karena sistem budidaya ini merupakan
sistem budidaya intensif yang mendominasi produksi perikanan air tawar
Jawa Barat (35,9% produksi budidaya air tawar).
Adapun komoditas yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada ikan
mas, nila dan lele untuk penelitian yang berbasis data primer. Penelitian yang
berbasis data sekunder memakai data produksi data ikan air tawar secara
keseluruhan. Ikan mas sebagai ikan yang menjadi komoditas utama budidaya
perikanan di Jawa Barat. Selain ikan mas juga ikan nila dan lele sebagai ikan
yang juga mulai banyak dibudidayakan di Jawa Barat. Pemilihan ikan nila
dan lele juga karena ikan nila dan lele memiliki beberapa perbedaan dengan
ikan mas, terutama dalam daya tahan terhadap perubahan lingkungan.

8

Faktor-faktor yang digunakan dalam analisis produktivitas dalam
penelitian ini dibatasi sesuai dengan penelitian Corderro et al. (1999) yaitu
berupa benih, pakan, dan jumlah tenaga, biaya input dan jumlah penerimaan.
Tingkat pendidikan dan umur tenaga kerja sebagai salah satu ukuran
produktivitas tenaga kerja tidak dimasukan dalam analisis produktivitas. Hal
ini karena sesuai penelitian Latifah et al. (2013) dan Sugiharti et al. (2013)
yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan umur tenaga kerja dalam
perikanan budidaya tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas.
Kerangka Pemikiran
Sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di
kawasan perdesaan. Menurut data BPS cakupan kawasan perdesaan pada
tahun 2009 mencakup hampir sekitar 82 persen wilayah Indonesia, yang
didalamnya sekitar 131,8 juta jiwa atau lebih dari 56,86 persen penduduk di
Indonesia bertempat tinggal dan menggantungkan hidupnya di perdesaan.
Disisi lain jumlah penduduk miskin di kawasan perdesaan juga lebih banyak
dibanding kawasan perkotaan. Menurut data Statistik Indonesia dari BPS,
jumlah penduduk miskin di kawasan perdesaan Indonesia mencapai angka
18,97 juta atau sekitar 15,72 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Untuk
provinsi Jawa Barat sendiri penduduk miskin di kawasan perdesaan mencapai
2,4 juta jiwa.
Melihat luasnya wilayah serta banyaknya masyarakat yang tercakup
dalam wilayah perdesaan, maka pembangunan perdesaan memiliki posisi
startegis dalam pembangunan nasional. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah 2010-2014 mengamanatkan bahwa arah kebijakan pembangunan
perdesaan adalah memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan desa,
pembangunan dan kemasyarakatan, meningkatkan ketahanan desa sebagai
wilayah produksi, serta meningkatkan daya tarik perdesaan melalui
peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan seiring
dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan lingkungan.
Salah satu sumberdaya yang dapat dioptimalkan untuk menggerakan
perekonomian perdesaan di Jawa Barat adalah perikanan budidaya air tawar.
Jawa Barat sendiri merupakan salah satu provinsi yang memiliki areal
budidaya perikanan air tawar terluas di Indonesia. Budidaya perikanan
merupakan usaha yang telah lama dikenal di Jawa Barat. Baik budidaya yang
sifatnya subsisten maupun yang bersifat komersial. Salah satu permasalahan
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan perikanan di Jawa Barat adalah
adanya tren penurunan kualitas lingkungan perairan, serta tingkat adopsi
teknologi pembudidaya yang belum optimal. Permasalahan tersebut dapat
menjadikan stagnasi dalam peningkatan produktivitas perikanan budidaya
perikanan air tawar. Sebagaimana penelitian Latifah (2013) yang
menunjukkan adanya stagnasi produksi per unit KJA di Waduk Cirata. Oleh
karena itu perlu dilakukan berbagai upaya pengembangan dalam perikanan
budidaya air tawar di Jawa Barat.
Pengembangan perikanan budidaya pada saat ini sangat strategis jika
pengembangannya ke arah peningkatan produktivitas.
Produktivitas
merupakan sebuah ukuran efisiensi, yakni konsep teknis yang mengacu pada

perbandingan output terhadap input (Supriyanto, 2005). Hal ini karena
berbagai keterbatasan yang ada terutama lahan dan air sehingga
pengembangan yang bersifat ekstensif sulit dilakukan. Intensifikasi dapat
dilakukan melalui dua pendekatan. Pertama dengan meningkatkan tangible
input dalam unit luas yang sama. Kedua dengan meningkatkan intangible
input yang digunakan dalam perikanan budidaya air tawar.
Input perikanan budidaya air tawar yang bersifat tangible adalah jumlah
benih, pakan, dan tenaga kerja. Faktor-faktor intangible yang mempengaruhi
produktivitas perikanan budidaya diantaranya adalah kualitas air, kualitas
pakan, kualitas benih dan kualitas sumberdaya manusia. Kualitas lingkungan
perairan sangat dipengaruhi oleh sumber air yang digunakan untuk budidaya
ikan. Kualitas benih dicerminkan dalam tingginya angka kelangsungan
hidup benih ikan sampai dapat dipanen sebagai ikan konsumsi, dan tingginya
tingkat pertumbuhan ikan itu sendiri. Secara praktis kualitas benih merupakan
rasio dari produksi yang dihasilkan terhadap jumlah benih yang ditanam.
Kualitas pakan tercermin dari rasio jumlah daging ikan yang dihasilkan
terhadap pakan yang diberikan.
Variabel yang digunakan untuk mengukur dampak terhadap keluaran
(output) total yang tidak disebabkan oleh tangible inputs (capital input dan
labor input) yang terpakai dalam proses produksi disebut Total Factor
Productivity (Lakitan, 2010) Dengan kata lain Total Factor Productivity
menaksir dampak dari intangible input.
Penggunaan teknologi secara optimal dan perubahan teknologi
memegang peran penting dalam meningkatkan produktivitas. Menurut
Latruffe (2010) sebuah perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya
dibandingkan perusahaan lain dengan meningkatkan tiga faktor. Pertama,
efisiensi penggunaan teknologi yang sudah tersedia. Kedua, peningkatan
skala optimal operasi. Ketiga, kemajuan teknologi sehingga mampu
menghasilkan lebih banyak output dengan menggunakan tingkat input yang
sama. Menurut Lipsey et al. (1995) ada tiga jenis perubahan teknologi yang
cenderung mendominasi produksi dan biaya dalam jangka panjang. Pertama,
penemuan teknik-teknik baru dalam berproduksi. Kedua, penemuan barang
dan jasa baru yang memudahkan proses produksi. Ketiga, perbaikan input
seperti peningkatan kesehatan dan pendidikan yang meningkatkan mutu
tenaga kerja atau perbaikan kualitas bahan baku.
Berbagai penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa peran
teknologi ini sangat dominan terhadap tingkat Total Factor Productivity
usaha pertanian. Penelitian Ludena et al. (2010) di Amerika Latin dan Karibia
menunjukkan bahwa peningkatan efisiensi dan pengenalan teknologi baru
dalam pertanian menjadi pendorong pertumbuhan TFP. Demikian juga
penelitian Jin et al. (2001) tentang TFP di China untuk padi, gandum dan
jagung periode 1980-1995 menunjukkan bahwa nilai TFP tumbuh sangat
pesat seiring peningkatan adopsi teknologi baru. Teknologi baru menjadi
faktor pendorong utama tumbuhnya produktivits. Demikian juga dalam
perikanan budidaya air tawar yang memiliki kesamaan dengan pertanian pada
umumnya, peran perubahan teknologi menjadi faktor penting dan d