Patogenesis Mastitis Subklinis yang Disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada Mencit Berdasarkan Gambaran Histopatologi sebagai Hewan Model untuk Sapi Perah

PATOGENESIS MASTITIS SUBKLlNlS YANG DISEBABKAN OLEH
Staphylococcus aureus PADA MENCIT BERDASARKAN GAMBARAN
HISTOPATOLOGI SEBAGAI HEWAN MODEL UNTUK SAP1 PERAH

OLEH :

SAYU PUTU YUNl PARYATl

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2002

ABSTRAK
SAYU PUTU YUNl PARYATI. Patoaenesis Mastitii Subklinis vana Dibabkan oleh
Staphyiloooccus aureus pada en& Berdasarkan ~ a m b a r a ~ ~ i ~ o p a t o
sebagai
logi
Hewan Model untuk Sapi Perah. Dibawah bimbinaan
BAMBANG
PONTJO

PRIOSOERYANTO dan I WAYAN TEGUH WIBAWAN.
Kejadian mastitis pada sapi di Indonesia sangat tinggi, sebagian besar
merupakan mastitis subklinis. Berbagai penyebab mastitis subklinis, di antaranya
adalah bakteri. Salah satu bakteri yeng paling sering terisolasi dari sampel susu
penderita mastitii subklinis adalah S t a p h ~ o c o a maureus. Pada kasus mas%
subklinis, ambing sapi tidak memperlihatkan pe~bahan
atau tanda-tanda sakit, akan
tetapi dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedik'i, diintaranya karena
penurunan produksi dan kualiis susu, pengafkiran susu, biaya pengobatan dan jasa
dokter hewan.
Masalah mastitis pada sapi perah telah banyak dipelajari, baik secara in vitro
rnaupun in vivo, namun belum banyak diketahui mengenai patogenesis mastitis
subklinis. Berbagai kendala yang dihadapi untuk mempelajari patogenesis mastitis
subklinis secara histopatologi menggunakan sapi perah, maka dalam peneliian ini
diaunakan mencit sebaaai hewan model. Tuiwn dari peneliian ini adalah untuk
mkpelajari perubaha&rubahan
yang teiadi dalam jaringan kelenjar ambing
yang
- - diinfeksi oleh S. aureus berdasarkan gambaran histopatdogi.
Sebanyak 42 ekor mencit laktasi dcnfeksi dengan S. auius. Masing-masing

ambing dietesi 50 p1 suspensi yang rnengandungl~~
sel I ml melalui lubang puting
(orificium extema). Tiga ekor mencit sebagai kontml negatif (tidak diinfeksi). Mencit
yang diinfeksi dengan S. a u m s dibagi menjadi 14 kelompok sesuai tahapan waktu.
yaitu : 2,4,6,8, 12, 16.20.20, 24, 36.48.60.72, 84 dan 96 jam pasca infeksi (pi).
Mencit dieuthanasi sesuai perlakuan.- -iarinaan
- ambina diambil untuk pembuatan
preparat histopatologi. ~ e n ~ a m a t a nsecara histo$ologi
dilakukan dengan
pewarnaan Hematoksilin-Eosin, sedangkan
untuk
rnelihat
keberadaan
bakteri
digunakan pewamaan Watthin-Stany.
Pengamatan secara hiiopatologi menunjukkan, bahwa infeksi bakteri S.
aureus pada mencit tidak menyebabkan adanya perubahan jaringan arnbing secara
klinis. Patogenesis bakteri S. aureus dimulai dari puting ambing melalui ductus
lactive~smenuju alveol, diawali dengan menempelnya bakteri pada perrnukaan sel
epitel (12 jam p i ) , menyebabkan degenerasi dan nekrosis (24 jam p.i.). Selanjutnya

terjadi atrofi kelenjar dan penggantian jaringan nekrosis dengan 1-erbentuknyafat pad
mulai 48 jam p.i. Bakteri S. aureus dapat diiemukan pada jaringan interstiium (6 jam
p.i), fokus peradangan. PMN dan makrofag (8 jam p.i), lumen dan epitel ahreol (12
jam p.i) serta di antara jaringan lemak fat pad (mulai 48 jam p.i). Peradangantampak
nyata pada 8 hingga 16 jam p.i. Pe~bahanpada s t ~ k t u kelenjar
r
susu mencit yang
diinfeksi S. aureus tidak berbeda nyata (P>0.05) dibandingkan dengan kontrol,
namun teqadi penurunan jumlah ahreol yang aktf (P