Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik1

Halaman 39
Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik

❏ Haron Daud

AMIR HAMZAH SEORANG PENYAIR MISTIK1
Haron Daud
Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia

Abstract
Amir Hamzah knows poet of religious. However before following some activity, that Amir
Hamzah emphasizes something his love to human being. Because his failure Amir Hamzah
gives in himself to God with hesitate. However Amir Hamzah decided someone loyal
obeying order and believed in God.
Key words: Amir Hamzah, poetry, and mystic

1. PENDAHULUAN
Dalam konteks ini, unsur-unsur mistik yang akan
dibicarakan ialah hubungan dan rasa cinta seorang
insan yang tidak berubah terhadap Allah dan dia
sentiasa berusaha membersihkan prasangka yang

tidak baik menjadi baik dan mulia (Moh.Abdai
1981: 218). Sebagai ukuran, penulis juga
berpandukan kepada pendapat A. Hasjmy
berdasarkan faham para penyair sufi, bahwa
seseorang yang sangat mencintai orang yang lain,
pasti dia akan taat setia kepadanya, sama dengan
mancintai Allah sepenuh hati. Orang akan rela
mengorbankan apa saja dalam melaksanakan
segala perintah-Nya (Hasjmy,1976 :17). Apakah
rasa cinta dan kesanggupan sedalam itu terdapat
pada Amir Hamzah seperti yang tergambar dalam
puisi-puisinya?
Nama penuh Amir Hamzah ialah Tengku
Amir Hamzah bin Tengku Haji Adil. Ia merupakan
cucu Tengku Hamzah dan cicit Sultan Musa, Raja
Langkat pertama yang bergelar Sultan. Amir
Hamzah dilahirkan pada 28 Februari 1911 dan
mangkat pada 20 Maret 1946. Ia dipancung
(disembelih) di Kuala Begumit oleh seorang
tukang pancung (algojo) bernama Mandor Wijaya

Wiryosentono, pada saat meletusnya revolusi
sosial di daerah itu (Zakarian, 1974 : 40)
Puisi Amir Hamzah berjumlah 63 buah.
Sebanyak 25 buah puisi dimuat dalam Buah Rindu,
25 buah dimuat dalam Nyanyi Sunyi, dan 13 puisi
dan prosa irama dalam majalah Punjangga Baru
yang belum dimuat dalam dua buku kumpulan
puisinya (Jassin 1962: 44 - 52). Dari tiga
kumpulan puisi Amir Hamzah ini hanya Nyanyi
Sunyi yang lebih memperlihatkan adanya unsurunsur mistik. Inilah yang akan menjadi tumpuan
kajian penulis. Namun demikian, kumpulan yang
lain juga akan disentuh sebagai perbandingan.
Meninjau unsur-unsur mistik dalam puisipuisi Amir Hamzah, Jassin pernah bertanya.
Dapatkah Amir Hamzah disebut penyair mistik
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

religius
(religious)?
Mistik

merangkumi
pengertian bersatu dengan Tuhan. Menurutnya,
pada Amir ada tampak pengaruh pandangan
mistik, tapi dia bukanlah seorang mistikus dalam
pengertian telah mencapai penyatuan diri dengan
yang abadi. Alasannya antara lain, dalam
perjuangan antara yang terbatas dengan yang tak
terbatas Amir Hamzah sentiasa masih tertuju pada
yang terbatas dan dalam kesadarannya tetap ada
batas antara keduanya, yang tak mungkin
dilakukannya. Apa lagi dibuat menjadi bersatu,
hingga yang terbatas itu kehilangan artinya,
ditampung oleh yang tak terbatas. Bagi Jassin,
Amir Hamzah hanya berdiri di hadapan Tuhan
sebagai makhluk yang insaf akan kekecilannya dan
sebagai makhluk yang tidak diindahkan segala
permintaannya (Jassin 1962 : 26).Tanggapan
Jassin ini agak benar kalau kita perhatikan
sebahagian dari sajak ’Insaf’:
Segala kupinta tiada kauberi

Segala kutanya tiada kausahuti
Butalah aku berdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari
Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku di muka dewata
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana
(Nyanyi Sunyi:26)
Petikan di atas membayangkan Amir
Hamzah belum diperdulikan Tuhan, segala
permintaannya belum diberikan-Nya, segala
rintihan Amir Hamzah tidak didengar oleh Tuhan.
Inilah menyebabkan ia /buta tuli bisu kelu/ dan
hidup dalam kebuntuan. Namun begitu, Amir
Hamzah tetap mengingat Tuhan. Ia sadar akan
dosa dan hukuman. Hal ini tergambar dalam sajak
“Hari Menuai”. Penyair telah lama tidak menemui

Volume III No. 1 April Tahun 2007


Halaman 40
❏ Haron Daud
Tuhan untuk “berbicara”. Justeru itu, ia menilik
dirinya dan menyelami Tuhan, sehingga:
Insaf aku
Bukan ini perbuatan kekasihku
Tiada mungkin reka tangannya
Karena cinta tiada mendera
……………………………
Tahu aku
Kini hari menuai api
Mengetam ancam membelam redam
Ditulis dilukis jari tanganku
(Nyanyi Sunyi:28)
Dengan demikian, Amir Hamzah seolaholah tidak mendapat perhatian Tuhan karena dia
masih berdosa, balasannya neraka. Menuai api
menggambarkan memungut dosa yang seperti
yang tertulis di tangannya. Dari aspek ini, puisi
tersebut dapat digolongkan sebagai puisi religius,
memandangkan adanya kesadaran terhadap

Ketuhanan, terutama keinsafan penyair terhadap
dosa.
Mungkin akibat dari itu, lahir puisinya
yang memperlihatkan pengertian tasauf. Penyair
menyadari kekuasaan Tuhan dan hubungannya
dengan Tuhan itu.
Kaukurnia aku
Kelereng kaca cerah cuaca
Hikmat raya tersembunyi dalamnya
Jua bahaya dikandung kurnia
(Nyanyi Sunyi:18)
Petikan itu menggambarkan penyair
menyadari dalam hidup ini Allah memberikan
kebaikan-kelereng kaca cerah cuaca, tetapi di
sebalik hikmat yang besar itu terdapat juga bahaya.
Kekuasaan Tuhan itu benar-benar diinsafinya
berdasarkan;
Kutilik diriku dua sifat mesra satu:
Melangit tinggi, membumi keji,
(Nyanyi Sunyi;18)

Allah ittu Maha Tinggi, yang berkuasa
terhadap makhluk-Nya, seperti penyair yang lemah
(membumi) dan ”keji” (tidak sempurna).
Namun begitu, tidak semua pengkaji
sependapat dengan H.B.Jassin. Ada pengkaji yang
memuji puisi-puisi (sajak) Amir Hamzah karena
memperlihatkan adanya unsur-unsur mistik,
antaranya adalah Dada Meuraza. Menurutnya,
dalam buku Nyanyi Sunyi semua bisikan jiwa Amir
Hamzah itu dapat dirasakan, bernafaskan
Ketuhanan yang amat dalam. Almarhum Dr. Amir,
waktu beliau masih hidup menyamakan Amir
Hamzah dengan punjangga Arab yang tua-tua yang
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik
jiwanya tenggelam dalam memuja Tuhan (Amir
Hamzah, 1955:16).
Berhubung dengan pendapat ini, penulis

agak berat untuk menerima secara keseluruhan
karena tidak semua sajak Amir Hamzah yang
dimaksudkan itu berunsurkan ketuhanan. Misalnya
sajak ”Batu Belah” (hal:21-23). Ia mengisahkan
kehancuran hati seorang ibu setelah tiadanya telur
kemahang untuk dimakan bersama nasi dingin.
Justeru itu:
Diam ibu berfikir panjang
Lupa anak menangis hampir
Kalau begini sudahnya hidup
Biar di telan batu bertangkup
(Nyanyi Sunyi:22)
Demikian juga dengan sajak “Ibuku
Dahulu” (hlm: 25), sajak ini tidak memperlihatkan
unsur ketuhanan. Ia cuma mengisahkan
kekecewaan ibu karena sikap anaknya yang nakal.
Sajak ”Astana Rela” (hlm: 29) semata-mata
menggambarkan ilusi penyair bersama kekasihnya
yang terpaksa ditinggalkan, tetapi ia tetap setia dan
ingin bertemu di alam akhirat. Lukisan itu dapat

dilihat pada bait-bait berikut:
Tiada bersua dalam dunia
Tiada mengapa hatiku saying
Tiada dunia tempat selamanya
Layangkan angan meninggi awan
…………………………………..
Bersama kita mematah buah
Sempena kerja di muka bumi
Bunga cerca melayu lipu
Hanya bahagia tersenyum harum
Di situ baru kita berdua
Sama merasa, sama membaca
Tulisan cuaca rangkaian mutiara
Di mahkota gapura astana rela
(Nyanyi Sunyi:29)
Berhubung
dengan
pengangkatan
Dr.Amir bahwa Amir Hamzah setaraf dengan
pujangga Arab yang tua-tua dari segi memuji

Tuhan, ini agak sukar diterima karena
perbandingan itu agak kabur. Siapakah Pujangga
Arab itu, adakah ia Ibni Arabi yang bergelar
”failasut sufi” umpamanya? Lagipun kalau kita
terima pendapat Jassin seperti di atas, bahwa Amir
Hamzah bukanlah seorang sufi, lagi pula menurut
Ghajali Hassan dalam rencananya bertajuk ”Rasa
ketuhanan dalam keindahan sajak Amir Hamzah”
bahwa di dalam sajak-sajak yang terbesar dalam
Nyanyi Sunyi Amir Hamzah yang terkenal itu
bukan beliau mengikuti faham sufi yang terkenal
dalam peradaban Parsi dan Urdu, juga kebanyakan
dari
peradaban
timur
yang
lain(Amir

Volume III No. 1 April Tahun 2007


Halaman 41
Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik

❏ Haron Daud
Hamzah,1955:74). Apa yang ternyata, rasa
ketuhanan memunjak di jiwa Amir Hamzah adalah
setelah ia kecewa dalam percintaan dengan gadis
Solo.
Sebaliknya Baharudin Zainal berpendapat
bahwa Amir Hamzah lari ke dunia mistik dan
mengucapkan jiwanya melalui puisi mistik yang
erotik. Kelihatan begitu hebat dan tidak putus asa
ia untuk merindu dan menyatukan diri dengan
Tuhan.Gadis yang menjadi kekasihnya telah
menjelma dalam lambang nyang berkedok yaitu
Tuhan. Hal ini mungkin tidak disadari oleh
penyair. Dalam sublimasi ini gadis dan Tuhan
menjelma sekaligus dalam satu simbol karena
unconcionsnya turut berpartisipasi dalam kegiatan
seni Amir Hamzah (Baharuddin Zainal,1973:19).
Sangat sukar bagi Amir untuk melupakan gadis
solo (Dewi Sandari) yang dicintainya. Ia pernah
melukiskan dalam sajak ”Harum Rambutnya”
berikut ini:
Wangi tertebar membawaku ragu
Mengambang abang ke hari lampau
Harum sepadan wangi rambutmu
Kalau terurai kita bergurau
Melur! Duta rindu di purnama raya
Kawan sendu di sunyi mawar
Ratna rupa dihulu kemala
Penambah manis jiwa pendiam
(Buah Rindu:50)
Walaupun Amir Hamzah mencari Tuhan
karena ia kecewa dalam precintan, puisi-puisinya
masih memperlihatkan unsur-unsur ketuhanan
yang agak kuat. Umpamanya sajak ”Padamu Jua”
dalam sajak ini bagi Amir Tuhan adalah tempatnya
kembali setelah segala cintanya hilang. Tuhan
diibaratkan sebagai cahaya atau pelita yang
menerangkan kegelapan malam dan dia adalah
kekasih yang setia dan sabar selalu.Unsur mistik
dapat juga di lihat pada bait berikut:
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati]
(Nyanyi Sunyi:1)
Rasa rindu menyebabkan Amir Hamzah
mencari-cari Tuhan yang memang tidak dapat
dilihat dengan mata kasar (rupa tiada). Justru itu, ia
menjadi gila sasar. Susahnya untuk melihat Tuhan
diibaratkannya sebagai anak dara di balik tirai.

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Sajak “Padamu Jua” merupakan salah
satu sajak Amir Hamzah yang terpenting
memperlihatkan unsur-unsur mistik. Sehubungan
dengan itu, Abu Bakar Husny berpendapat bahwa
Amir Hamzah digelar “Raja penyair Zaman
Pujangga Baru” karena sajak-sajaknya yang indah
dengan irama dan gaya bahasa yang halus dan
merdu yang penuh dan berisi perasaan katuhanan
(Abu Bakar Husny,1961:31). Menurut Baharuddin
Zainal, sajak ini dan beberapa sajaknya yang lain
dalam Nyanyi Sunyi jelas memperlihatkan
persoalan dirinya dengan Tuhan, tetapi dari sudut
yang lain beliau mengaitkan sajak ”Padamu jua”
dengan penjelmaan ”the unconcious”. Ia adalah
mimpi di siang hari. Hal ini dapat dihubungkan
dengan pendekatan psikoanalisasi oleh Freud.
Amir Hamzah dikatakan mencari jalan keluar
dalam bentuk sublimasi yang diizinkan oleh
masyarakat untuk melepaskan keinginan seksnya
selepas ia gagal meneruskan cinta dan cita-citanya
seks dengan gadis pujaannya (Baharuddin
Zainal,19). Kalaulah benar tanggapan Baharuddin
itu, maka sajak ”Padamu Jua” tercipta dari unsurunsur mistik.
Bagi penulis, kalaupun benar anggapan
Baharuddin itu, terlalu sedikit, untuk alasan ciriciri seksnya, seperti cemburu, sayang, menarik,
dara, rindu, dan kasih-yang diberikan agak lemah.
Dengan demikian, bagi penulis dalam sajak ini
masih ada unsur-unsur ketuhanan. Cuma kita
mungkin kurang senang dengan sifat Tuhan yang
di gambarkan oleh penyair yaitu:
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
(Nyanyi Sunyi:1)
Ini menunjukan bahwa Tuhan itu zalim
dan memperlakukan. Tuduhan penyair itu
menggambarkan penyair belum benar-benar
mengenali atau mendapat kasih Tuhan. Abu Bakar
Husny pula berpendapat bahwa sajak itu adalah
pengaduan Amir Hamzah bila berhadapan dengan
Tuhan. Menurutnya, kekecewaan duniawi yang
pertama itu sangat berkesan di sanubari Amir,
tetapi dalam kegelapan jiwanya itu-dalam keputus
asaannya- Amir Hamzah mendapat pegangan dan
pergantungan yang teguh, yang tidak akan putus
yaitu tali keagamaan yang menghubungkannya
dengan Tuhan seperti dalam sajak tersebut (Abu
Bakar Husny,1961:31). Menurutnya lagi isi sajak
itu penuh perasaan tawakal, penyerahan diri
kepada Tuhan, dalam kekecewaan yang maha
berat ketika jiwa terhimpit dan terdesak oleh
kenangan yang tak terlupakan, tawakal itu terbalik
menjadi putus asa.

Volume III No. 1 April Tahun 2007

Halaman 42
❏ Haron Daud

Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik

Rasa kecewa Amir untuk mendapat kasih
Ilahi tergambar juga dalam sajak”Tetapi
Aku”antaranya:
Cahaya suci riwarna pelangi
Haru sekuntum bunga rahsia
Menyinggung daku terhantar sunyi
Seperti hauri dengan kepaknya
Rupanya ia mutiara jiwaku
Yang kuselam di laut masa
Gewang canggainya menyentuh rindu
Tetapi aku tidak merasa….
(Nyanyi Sunyi:8)
Namun begitu, Amir tetap mematuhi
Tuhan, patuh pada perintah Allah mengerjakan
sembahyang lima waktu. Dan untuk melihat
”rupa” Tuhan atau mendampingi-Nya, Amir
mengadakan sembahyang sunat-mungkin tahajjut
sebelum terbitnya fajar (sebelum cuaca menali
sutra). Walaupun berusaha bersungguh-sungguh
seperti dalam sajak ”kerana kasihmu”, tetapi masih
belum cukup untuknya mendampingi Tuhan:
Hatiku, hatiku
Hatiku sanyang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya
(Nyanyi Sunyi:9)
Kegagalan Amir Hamzah mendapatkan
kasih Tuhan menunjukan benar-benar mencintaiNya karena menurut Ibnu Arabi:
“Orang
yang
tidak
menghabiskan
kecintaannya kepada Allah Swt.dan tidak
memupuk cintanya kepada Allah tidak
mendapat rahsia hidup yang sebenarnya”
(lihat Hj.Zainal Arifin Abbas, 1979:234)
Justeru itu kebanyakan puisi Amir
Hamzah bermula dengan memuja dan mengakui
kebesaran-Nya tetapi digambarkan dengan nada
kekecewaan.contohnya sajak ”Taman Dunia”:
Kau masukan ke dalam taman-dunia, kekasihku!
Kau pimpin jariku, kau tunjukan bunga tertawa
Kuntum tersenyum
…………………..
Berbisik engkau:
“Taman swarga, taman swarga mutiara rupa”
Engkaupun lenyap
Termangu aku gilakan rupa
(Nyanyi Sunyi:13)
Bait tersebut menunjukkan Amir Hamzah
merasakan seolah-olah bisikan Tuhan itu sebagai
mempermainkannya. Ia hanya termanggu karna
gilakan rupa surga.

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Unsur-unsur mistik dapat juga dilihat
dalam sajak ”Tuhan Kembali”. Kata-kata dan
perlambangan yang digunakan oleh penyair
memperlihatkan kebesaran Tuhan-engkau raja,
maha raja. Tuhan adalah penaung dunia. Dengan
pertolongan Allah dapat juga Amir Hamzah
menemuinya:
Diterangi cahaya engkau sinarkan
Aku menaiki tangga mengawan
Kecapi firdausi melena telinga
Menyentuh gambuh dalam hatiku
(Nyanyi Sunyi:20)
Dalam sajak ”Mengawan” rasa ketuhanan
lebih mendalam sehingga Amir Hamzah hampir
mencapai ke puncak cita-citanya untuk menemui
Tuhan:
Naik aku mengawan rahman,mengikut
kawalku membawa warta.
Kuat, sayapku kuat, bawakan aku biar sampai
membidai-belai
cecah tersatuh, di kursi kesturi.
Dari dua petikan di atas rasa ketuhanan
Amir
mungkin
menghampiri
keperingkat
Muqqarabin. Tingkat ini menurut Al-Hallaj ialah
orang yang paling dekat dengan Tuhan. Di atas
dari tingkat Muqqarabin itu tibahlah mereka ke
puncak, sehingga bersatu dengan Tuhan. Tidak
dapat lagi dibedakan atau dipisahkan di antara
Asyik dengan Maksyuknya (Hamka 1980:121).
Sesudah tercapai taraf menemui Tuhan itu tidak
ada lagi baginya kasih akan diri sendiri hilanglah
kesakitan, ia memilih kesusahan bukan kekayaan
dan tidak mempunyai lagi kebebasan diri (Hamzah
Fansuri 1965:60). Di sini timbul persoalan apakah
Amir Hamzah sampai bersatu dengan Tuhan dan
sanggup melupakan kepentingan dunia. Bagi
penulis beliau belum mencapai ke tingkat itu. Ini
jelas sekali dalam bait akhir sajak ”Turun
Kembali”. Miskipun ia telah hampir ke tingkat
tersebut tapi kepentingan dunia tidak dapat di
lupakannya:
Terlihat ke bawah,
Kandil kemerlap
Melambai cempaka ramai tertawa
Hati duniawi melambung tinggi
Berpaling aku turun kembali
(Nynyi Sunyi:20)
Bait tersebut menunjukan cinta penyair
terhadap dunia terutama perempuan (cempaka)
mungkin gadis idamannya yang cantik menawan
yaitu Dewi Sandari - melebih cintanya kepada
Tuhan, malah cintanya kepada Tuhan karena ia

Volume III No. 1 April Tahun 2007

Halaman 43
Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik

❏ Haron Daud
mengharapkan syurga.di sana dia akan bertemu
dengan gadis pujaannya. Perhatikan sajak ”Di
Gapura Syurga”:
Nyanyi Firdausi mengasap naik
Macam malam sunyi suara
Perlahan-lahan menyeru waktu
Mengulang kenangan kemasa dunia
Merupa adinda di gapura
Mutu-mutiara menyinar-sinar
Satin-sundusin licin merapin
Badan intan dewi sendari
(H.B.Jassin,1962:45)
Terdapat beberapa buah puisi Amir
Hamzah yang menggambarkan keraguannya
terhadap Tuhan. Sajak-sajak yang bersangkutan
agak sukar dikaitkan denagan unsur-unsur
mistik.umpamanya sajak ”Tuhanku Apatah
Kekal”.
Selangkah gagak beralih warna
Semerbak cempaka sekali hilang
Apatah lagi laguan kasih
Hilang semata tidak ketara…
Tuhanku apatah kekal?
(Buah Rindu:22)
Akibat dari keraguan sifat abadi Tuhan
menyebabkan penyair tidak tetap pegangan.
Kenyakinannya masih berubah-ubah.atau cintanya
terbagi dua yaitu untuk orang di sanyangi dan
Tuhan. Ini terdapat dalam bait terakhir sajak ”Doa
Ponyangku”:
Aduh, kasih hatiku sayang
Alahai hatiku tiada bahagia
Jari menari doa semata
Tapi hatiku bercabang dua
(Nyanyi Sunyi:19)
Amir hamzah ternyata tidak ada pedoman
atau tidak dapat petunjuk Tuhan dalam perjalanan
hidupnya. Ia sendiri merasakan dirinya penuh dosa
seperti yang dilukiskan dalam sajak ”Di dalam
Kelam” antaranya:
Berjalan aku di dalam kelam
Terus lurus moal berhenti
Jantung dilebur dalam jahanam
Kerongkong hangus kering peteri
Meminta aku kekasihkan sayang:
Turunkan hujan embun rahmatmu
Biar padamu api membalam
Semoga pulih pokok percayaku
(Nyanyi Sunyi:24)

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Bait-bait tersebut sekali lagi menunjukan
bahwa penyair masik jauh dari Tuhan dan masih
mengharapkan pertolongan-Nya.
Rasa ketuhanan dari segi Islam makin
tergugat dalam puisi-puisi Amir Hamzah apabila
para pengkaji dapat memaitkannya dengan unsurunsur Kristen.Terdapatnya ungkapan berikut
dalam sajak ”Padamu Jua”.
Enkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
(Nyanyi Sunyi:1)
Bagi H.B.Jassin, tanggapan Amir
Hamzah dalam sesalnya kepada Tuhan itu
menunjukan ada pengaruh Bibel ialah Tuhan
berkata menurut Exodus 20,5: bermaksud jangan
kamu menyembah sujud atau berbuat bakti
kepadanya karena akulah Tuhan, Allahmu, Allah
yang cemburuan adanya, atau Exodus 34,14:
bermaksud karena tidak boleh kamu sujud kepada
ilah lain sebab nama Tuhan ia itulah cemburuan
dan Tuhanlah Allah yang cemburuan adanya
(H.B.Jassin 1962:34-35). Kalau kita tinjau dari
sudut Islam, sifat Tuhan adalah Maha Pengasih
dan Penyayang.
Selain itu, pandangan Amir Hamzah
kepada Nabi Musa dalam sajak ”Permainanmu”
juga dikatakan ia terlalu memberatkan ajaran Bibel
karena menurut Bibel, Musa diarahkan oleh Tuhan
supaya kembali ke Mesir untuk melepaskan atau
membebaskan umatnya dari kazaliman Firaun.
Selain dari pada Jassin. Bakti Seregar dalam
artikelnya berjudul ”Ulasan Sajak-Sajak Amir
Hamzah” juga berpendapat bahwa suasana Kristen
dalam sekolah yang mulai diikutinya pasti
pengaruhi jiwa Amir yang di bentuk oleh agama
Islam, umpamanya dalam sajak ”Hanya Satu”.
Kalaulah benar tanggapan mereka bahwa dalam
beberapa buah sajak Amir Hamzah terdapat unsur
Kristenn bagi penulis amat sedikit atau ia tercipta
di luar kesadaran penyair.
Jika pengunaan watak Musa dan sikap
Tuhan yang cemburuan dan ganas dijadikan
alasan, kita boleh pula mengatakan dalam sajak
Amir terdapat unsur-unsur Hidup, seperti dalam
sajak ”Ragu”:
Asap pujaan berulang-ulang
Naik melingkar kakimu dewa
Rasanya hati melambung-lambung
Restu ku pohonkan aku kurnia
Permaisurimu,uma sudah ku puja
Seroja putih beta sembahkan
Sekarang ini wahai siwa
Pada tuanku beta paparkan
(Buah Rindu:31)

Volume III No. 1 April Tahun 2007

Halaman 44
❏ Haron Daud
Unsur hindunya jelas, penyair menuju
dewa dan padanya ia meminta. Lebih khusus lagi
penyair menggambarkan kasihnya pada Siwa-satu
dari
Tuhan
Hindu-dan
menjadi
Umapermaisurinya. Malah dalam sajak ”Buah Rindu
IV” penyair juga menyembah Dewata mulia raya
dan padanya dia memohon.
Dalam konteks ini, walaupun terdapat
unsur-unsur hindu tapi apakah ia diutarakan
dengan kesadaran rasa kehinduannya atau cuma
sebagai ”pemilihan kata-kata” untuk ganti nama
(simbol) kepada Tuhan dalam Islam. Apakah
mungkin Amir Hamzah yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang taat beribadah dan dari
kecil mendapat didikan agama (Islam) (Abu Bakar
Husny 1961:34) masih terpengaruh dengan ajaran
Hindu.Tambahan pula, Amir Hamzah menuangkan
seluruh fitrahnya kepada kultus yang agung,
kerinduan kepada Tuhan di mana ia merindukan
damai dan sunyi (Djamalul Abidin Ass 1970:252).
Jadi, bagi penulis agak sukar menerima tanggapan
bahwa terdapatnya unsur-unsur Kristen dan Hindu
yang cukup kuat dalam sajak-sajak Amir di atas.
Kembali kita kepada pendapat Abu Bakar
Husny yaitu keindahan puisi Amir Hamzah juga
terletak pada bahasa dan iramanya. Ini memang
diakui karena kata-kata dan nada yang digunakan
sungguh menarik, kadang-kadang melahirkan rasa
halus-kearah ketuhanan. Umpamanya sajak
”Barangkali” (Nyanyi Sunyi : 3).Di dalam terdapat
kalimat “yang besar terangkan dunia, yang kecil
terlindung alis”. Ini menggambarkan kebebasan
Tuhan, oleh karena itu, meliputi seluruh dunia dan
tertutup alis manusia karna adanya dalam jiwa
seorang. Begitu juga dengan kata-kata, ”engkau
yang lena dalam hatiku” menggambarkan rasa
ketuhanan telah terpahat di dalam hati penyair.
Kalau kita teliti kata-kata ”akasa awarga nipis
tipis” terdapat penekanan pula konsonan’s’dan
vokal
‘i’.ini
seakan-akan
membayangkan
kehalusannya dan keghaiban Tuhan.
Sebagai kesimpulan, dalam puisi-puisi
Amir Hamzah memang terdapat sedikit unsurunsurmistik. Kekuatan unsur itu tidaklah dapat
disampaikan dengan apa yang terdapat dalam
puisi-puisi Hamzah Fansuri, Umar Qayam, Iqbal,
Jalaluddin Rumi, al Hallaj atau Filasut Islam yany
lain. Ini disebabkan Amir Hamzah bukanlah
seorang sufi. Malah sajak ”Doa” karya Chairil
Anwar lebih tebal kepasrahan penyairnya
dibandingan dengan karya-karya Amir Hamzah
termasuk ”Padamu Jua”. Lagipun beliau
mendampingi Tuhan atau mencari kasih dari
Tuhan karena dia kecewa dalam percintaan. Puisipuisi ketuhannya boleh saja dikatakan sebagai
bersifat pelarian. Di tempat-tempat tertentu ia
menggunakan imej Tuhan (Kekasih) sebagai
simbol buah hatinya (Dewi Sandari). Penggunaan
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik
itu perlu untuk menjaga hati istrinya atau untuk
mengelakan kekecohan dan tidak secara terangterangan dia memuja gadis tersebut. Namun
begitu, unsur-unsur ketuhanan digunakannya
dengan agak meluas berdasarkan pemahaman
agama yang ada padanya. Apa yang jelas Amir
Hamzah dalam memuja Tuhan tidak pernah dapat
menyatukan dirinya dengan Allah malah
kebanyakannya ia ”kecewa” dengan sifat Allah
yang seolah-olah tidak mempedulikan kasihnya.
Jadi, untuk mengatakan puisi-puisi Amir Hamzah
amat banyak mengandung unsur-unsur mistik
adalah sukar diterima. Kita hanya boleh
mengatakanpuisi-puisi itu khususnya tentang dosa
dan pahala.
------------------------------Makalah ini telah dipresentasikan pada
Seminar Intenasional Sastra MalaysiaIndonesia pada tanggal 6 Juni 2006 di
Fakultas Sastra USU dan disunting sesuai
keperluan LOGAT tanpa mengubah isi.

1

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Arifin. 1979. Ilmu Tasauf. Kota Bharu:
Pustaka Aman Press.
Anonim. 1955. Bara Api Kesusastraan Indonesia,
Catatan-Catatan tentang Amir Hamzah.
Yogyakarta: Bagian Kesenian Jawatan
Kebudayaan Kem. PP&K.
Ass, Jamalul Abidin. 1970. “59 Tahun Penyair
Amir Hamzah”. Dewan Sastra. Juni.
Hamka. 1980. Perkembangan Tasauf dari Abad ke
Abad. Kuala Lumpur: Pustaka.
Hamzah, Amir. 1991. Nyanyi Sunyi. Jakarta: PT.
Dian Rakyat.
Hamzah, Amir. 1992. Buah Rindu. Jakarta: PT
Dian Rakyat.
Hasmy, A. 1976. Rubai Hamzah Fansuri. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Husny, Abu Bakar. 1961. Pujangga Amir Hamzah.
Singapura: Qalam.
Isakandar, T. 1965.”Hamzah Fansuri”. Dewan
Bahasa. Februari.
Jassin, H.B. 1962. Amir Hamzah Raja Penyair
Pujangga Baru. Jakarta: Gunung Agung.

Volume III No. 1 April Tahun 2007

❏ Haron Daud
Passe, Zakaria M. 1974.”Matinya Penyair Amir
Hamzah. Dan Siksaan Batin Tengku
Tahura”.Dewan Sastra. Desember.
Rathomy, Moh. Abdai. 1981. Tiga Serangkai
Sendi Agama. Singapura: Solo Interprise.

LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA

Halaman 45
Amir Hamzah Seorang Penyair Mistik
Yaapar, Md Saleh. 1995. Mysticism & Poetry A
Hermeneutical Reading. Of the Poems of
Amir Hamzah. Kuala Lumpur: Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Zainal, Baharuddin. 1973. “ Satu Pembicaraan
Pendek. Karya Amir Hamzah ‘Padamu
Jua”. Dewan Sastra, Juni.

Volume III No. 1 April Tahun 2007