Perilaku Air Tanah Di Bawah Tegakan Eucalyptus spp. dan Hutan Heterogen.

1

PERILAKU AIR TANAH DI BAWAH TEGAKAN Eucalyptus spp
DAN HUTAN HETEROGEN

ABC Lubis
061202008

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

2

PERILAKU AIR TANAH DI BAWAH TEGAKAN Eucalyptus spp
DAN HUTAN HETEROGEN

SKRIPSI


Oleh:
ABC Lubis
061202008

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

3

PERILAKU AIR TANAH DI BAWAH TEGAKAN Eucalyptus spp
DAN HUTAN HETEROGEN

SKRIPSI

Oleh:

ABC Lubis
061202008/KEHUTANAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011

Universitas Sumatera Utara

4

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian


Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi
Jurusan

: Perilaku Air Tanah di Bawah Tegakan Eucalyptus spp.
dan Hutan Heterogen
: ABC Lubis
: 061202008
: Kehutanan
: Budidaya Hutan

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
Ketua

Dr. Budi Utomo, SP, MP
Anggota


Mengetahui,

Siti Latifah, S. Hut, M. Si, Ph. D
Ketua program studi kehutanan

Universitas Sumatera Utara

5

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Parsoburan pada tanggal 30 Maret 1987 adalah anak
keempat dari lima bersaudara dari pasangan G. Lubis dan N. Marbun
Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Habinsaran dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian, Departemen Kehutanan Program Studi
Budidaya Hutan melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Kumpulan
Mahasiswa Kristen (KMK) dan selain itu penulis juga aktif dalam organisasi
ektrauniversitas. Tahun 2009 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan (P3H) di Pulau Sembilan dan hutan alam Aras Napal

Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Kemudian Melakukan Praktik

Kerja

Lapangan (PKL) di HPHTI PT. Sumatera Riang Lestari di Baganbatu Riau pada
tanggal 23 Juni-28 Juli 2010.

Universitas Sumatera Utara

6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perilaku Air Tanah Di Bawah Tegakan Eucalyptus spp. dan Hutan
Heterogen”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga mengucapan terima

kasih kepada Dr. Ir Edy Batara Mulya Siregar, MS dan Dr. Budi Utomo, SP. MP
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan berharga bagi penulis dari mulai menetapkan
judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak Rudi
di Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian, penulis menyampaikan banyak terima
kasih atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium
Tersebut.
Disamping itu, penulis juga mengucapakan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa
yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermamfaat.

Universitas Sumatera Utara

7

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACK ...................................................................................................

RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
KATA PENGANT ..........................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................
Hipotesis Penelitian .............................................................................
Mamfaat Penelitian .............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Daya Jerap Tanah ................................................................................
Sistem Perakaran .................................................................................
Air Tanah ............................................................................................
Kelembapan Tanah .............................................................................
Tekstur Tanah dan Struktur Tanah ......................................................
Kerapatan Lindak dan Porositas Tanah ...............................................
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pohon ...................
Sifat-Sifat Tanah .................................................................................
Infiltrasi ...............................................................................................

Letak dan Luas wilayah Penelitian .....................................................
Jenis Vegetasi ......................................................................................
Iklim ....................................................................................................
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................
Alat dan Bahan ....................................................................................
Metode Penelitian ...............................................................................
Posedur Penelitian ...............................................................................
Pengambilan Contoh Tanah ................................................................
Persiapan Tanah ..................................................................................
Parameter yang Diukur
Kadar Air Kapasitas Lapang ...............................................................
Kadar Air Kering Udara ......................................................................
Daya Jerap Tanah ................................................................................
Kandungan Air Tersedia .....................................................................
Analisis Tekstur Tanah .......................................................................
Analisis Bahan Organik ......................................................................
Permeabilitas Tanah ............................................................................

i

ii
iii
iv
v
vi
vii
1
2
3
3
4
5
5
7
8
10
11
12
13
15

15
16
17
17
18
18
19
19
19
19
20
21
22
23
24

Universitas Sumatera Utara

8


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ....................................................................................................
Pembahasan .........................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................
Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................

25
27
38
38
39
40

Universitas Sumatera Utara

9

ABSTRAK

ABC LUBIS, Perilaku air tanah di bawah tegakan Eucalyptus spp dan hutan
heterogen. Dibimbing oleh EDI BATARA MULYA SIREGAR dan BUDI
UTOMO.
Penelitian Perilaku air tanah di bawah tegakan Eucalyptus spp dan hutan
heterogen dilakukan di sektor Habinsaran dekat Balige, Sumatera Utara. Hutan
heterogen merupakan sumber air bagi kehidupan di sekitarnya. Sebaliknya air
sangat dibutuhkan oleh tanaman hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Air
tanah di absorbsi oleh akar untuk di translokasikan keseluruh jaringan tanaman.
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi perilaku air tanah di bawah tegakan
hutan heterogen dan hutan Eucalyptus spp dengan kedalaman tanah 0-30 cm dan
40-60 cm di Sektor Habinsaran. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan
(November 2010-Januari 2011). Pengambilan sempel tanah menggunakan bor
tanah, selama lima hari di Habinsaran. Untuk menganalisis tanah dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil
rata-rata yang di peroleh di uji dengan uji T.
Hasil penelitian menunjukkan jenis vegetasi dan kedalaman tanah tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang di amati. Kadar air kapasitas
lapang tertinggi sebesar 63.15% dan terendah 41%, kadar air kering udara
tertinggi 35.1% dan terendah 17.21%, daya jerap tanah tertinggi 0.59 cm/ menit
dan terendah 0.51 cm/menit, kandungan air tersedia tertinggi sebesar 42.14% dan
terendah 24.10%, bahan organik tertinggi sebesar 7.18% dan terendah 2.18%,
tekstur tanah berpasir dan permeabilitas tanah tertinggi sebesar 3.5cm/jam dan
terendah 2.29 cm/jam. Hutan heterogen memiliki kapasitas menyimpan air yang
lebih tinggi dibandingkan hutan Eucalyptus spp

Kata kunci: Eukaliptus, Hutan Heterogen, Kedalaman Tanah, Air Tanah

Universitas Sumatera Utara

10

ABSTRACT

ABC LUBIS, The state of gound water under the natural forest and Eucalyptus
spp and. Supervised by EDY BATARA MULYA SIREGAR and BUDI UTOMO.
The state of ground water under the Eucalyptus spp and natural forest at
the Habinsaran near Balige , North Sumatera. Natural forest is the source of
water for animals and plants in other living creatures surrounding it. On the other
hand, water is very much needed for plands in other to fulfil they are biological
needs. Grounds water is absorbed by the rooth and the translocated through out
the whole plant system.The purpose of this is research is to evaluate the state of
ground water under Eucalyptus spp and natural forest with the depth of the soil
between 0-30 cm and 40-60 cm in Habinsaran. This is reseach is conducted for
three months (November 2010-January 2011). Samples were taken using spade
for five days in Habinsaran. The analisation of soil conducted at the soil
laboratorium, Faculty of Agriculture, North Sumatera of University. Result the
analited measurement of T.
Research was to know the vegetation and depth not indicate with paradig
analisist. The highest field capacity is 63.15% while the lowet is 41%, the rate of
the highest dry soil water is 35.1% and the while the lowest is 17.21%, the rate of
the higest soil state is 0.59 cm/s and the while the lowest is 0.51cm/s, the rate of
the higest containable water is 42.14% while the lowest is 24.10%, the highest of
the organich is 7.18% and while the lowest is 2.18 %, the tecsture of the soil is be
sand and the highest of the permeability of soil is 3.5% while the lowest is 2.29
cm/s. The natural forest can be amount of water the biggest then of the Eucalyptus
spp forest.

Keyword: Eukaliptus, Stand of natural forest, Depth

Universitas Sumatera Utara

11

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1.

Kadar Air Kering Udara ...............................................................

25

2.

Kadar air Kapasitas lapang ...........................................................

26

3.

Daya Jerap Tanah .........................................................................

27

4.

Kandungan Air Tersedia ...............................................................

28

5

Analisis Tekstur Tanah .................................................................

29

6

Analisis Bahan Organik ................................................................

30

7

Klasifikasi Bahan Organik ............................................................

32

8

Permeabilitas Tanah ......................................................................

32

Universitas Sumatera Utara

12

DAFTAR LAMPIRAN

No

Hal

1. Kadar Air Kapasitas Lapang ............................................................... 41
2. Analisis Sidik Ragam Kadar Air Kapasitas Lapang ............................ 41
3. Kadar Air Kering Udara ...................................................................... 41
4. Analisis Sidik Ragam Kadar Air Kering Udara .................................. 41
5. Daya Jerap Tanah ................................................................................ 42
6. Analisis Sidik Ragam Daya Jerap Tanah ............................................ 42
7. Kandungan Air Tersedia ...................................................................... 42
8. Analisis Kandungan Air Tersedia ........................................................ 42
9. Bahan Organik ..................................................................................... 43
10.Analisis Sidik Ragam Bahan Organik ................................................. 43
11.Permeabilitas Tanah ............................................................................. 43
12.Analisis Sidik Ragam Permeabilitas Tanah ......................................... 43
13.Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 44

Universitas Sumatera Utara

13

DAFTAR GAMBAR

No

Hal

1.

Pengambilan Sampel Tanah……………………………

45

2.

Mengukur Daya Jerap Tanah...............................................

46

Universitas Sumatera Utara

9

ABSTRAK

ABC LUBIS, Perilaku air tanah di bawah tegakan Eucalyptus spp dan hutan
heterogen. Dibimbing oleh EDI BATARA MULYA SIREGAR dan BUDI
UTOMO.
Penelitian Perilaku air tanah di bawah tegakan Eucalyptus spp dan hutan
heterogen dilakukan di sektor Habinsaran dekat Balige, Sumatera Utara. Hutan
heterogen merupakan sumber air bagi kehidupan di sekitarnya. Sebaliknya air
sangat dibutuhkan oleh tanaman hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Air
tanah di absorbsi oleh akar untuk di translokasikan keseluruh jaringan tanaman.
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi perilaku air tanah di bawah tegakan
hutan heterogen dan hutan Eucalyptus spp dengan kedalaman tanah 0-30 cm dan
40-60 cm di Sektor Habinsaran. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan
(November 2010-Januari 2011). Pengambilan sempel tanah menggunakan bor
tanah, selama lima hari di Habinsaran. Untuk menganalisis tanah dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Hasil
rata-rata yang di peroleh di uji dengan uji T.
Hasil penelitian menunjukkan jenis vegetasi dan kedalaman tanah tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang di amati. Kadar air kapasitas
lapang tertinggi sebesar 63.15% dan terendah 41%, kadar air kering udara
tertinggi 35.1% dan terendah 17.21%, daya jerap tanah tertinggi 0.59 cm/ menit
dan terendah 0.51 cm/menit, kandungan air tersedia tertinggi sebesar 42.14% dan
terendah 24.10%, bahan organik tertinggi sebesar 7.18% dan terendah 2.18%,
tekstur tanah berpasir dan permeabilitas tanah tertinggi sebesar 3.5cm/jam dan
terendah 2.29 cm/jam. Hutan heterogen memiliki kapasitas menyimpan air yang
lebih tinggi dibandingkan hutan Eucalyptus spp

Kata kunci: Eukaliptus, Hutan Heterogen, Kedalaman Tanah, Air Tanah

Universitas Sumatera Utara

10

ABSTRACT

ABC LUBIS, The state of gound water under the natural forest and Eucalyptus
spp and. Supervised by EDY BATARA MULYA SIREGAR and BUDI UTOMO.
The state of ground water under the Eucalyptus spp and natural forest at
the Habinsaran near Balige , North Sumatera. Natural forest is the source of
water for animals and plants in other living creatures surrounding it. On the other
hand, water is very much needed for plands in other to fulfil they are biological
needs. Grounds water is absorbed by the rooth and the translocated through out
the whole plant system.The purpose of this is research is to evaluate the state of
ground water under Eucalyptus spp and natural forest with the depth of the soil
between 0-30 cm and 40-60 cm in Habinsaran. This is reseach is conducted for
three months (November 2010-January 2011). Samples were taken using spade
for five days in Habinsaran. The analisation of soil conducted at the soil
laboratorium, Faculty of Agriculture, North Sumatera of University. Result the
analited measurement of T.
Research was to know the vegetation and depth not indicate with paradig
analisist. The highest field capacity is 63.15% while the lowet is 41%, the rate of
the highest dry soil water is 35.1% and the while the lowest is 17.21%, the rate of
the higest soil state is 0.59 cm/s and the while the lowest is 0.51cm/s, the rate of
the higest containable water is 42.14% while the lowest is 24.10%, the highest of
the organich is 7.18% and while the lowest is 2.18 %, the tecsture of the soil is be
sand and the highest of the permeability of soil is 3.5% while the lowest is 2.29
cm/s. The natural forest can be amount of water the biggest then of the Eucalyptus
spp forest.

Keyword: Eukaliptus, Stand of natural forest, Depth

Universitas Sumatera Utara

14

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanah merupakan sistim dinamis, tersusun dari empat bahan utama yaitu
bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah
tersebut masing-masing berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air
dan perlakuan terhadap tanah (Yunus, 2004).
Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas-batas
tertentu. Kelebihan air pada tanah tidak beracun pada tanaman, akan tetapi
kelebihan air ini menyebabkan kerusakan pada tanah karena air yang berlebihan
ini menyebabkan tanah kekurangan udara, yang pada akhirnya akan berpengaruh
buruk terhadap pertumbuhan tanaman (Suin, 1997).
Daya jerap tanah terhadap air perlu diketahui karena sangat berpengaruh
terhadap kemampuan tanah dalam menjerap atau menahan dan menyimpan air
dalam partikel-partikel tanah. Dengan mempelajari daya jerap tanah dapat
diketahui kemampuan tanah dalam menjerap air pada berbagai tipe vegetasi yang
mana dapat dibandingkan tipe vegetasi mana yang paling lebih baik menyerap air.
Tanah yang memiliki daya jerap air yang baik yaitu tanah yang dapat menyerap
air yang berlebih yang dapat mengurangi bahaya banjir dan tanah longsor. Daya
jerap tanah terhadap air di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor
kedalaman tanah, jenis vegetasi, tekstur tanah, bahan organik tanah (Foth, 1984).
Hutan alami diyakini sebagai sumber air bagi kehidupan di sekitarnya. Air
diperlukan khususnya oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
antara lain untuk memenuhi transpirasi, dalam proses asimilasi untuk

Universitas Sumatera Utara

15

pembentukan karbohidrat, serta untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesisnya ke
seluruh jaringan tanaman. Di samping itu air juga merupakan bagian penyusun
tubuh tumbuhan. Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah
(Hakim, et al., 1986).
Kenyataan yang ada, hutan heterogen telah banyak di konversi menjadi
berbagai kepentingan untuk meningkatkan taraf hidup menusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hutan alam yang ada, telah dikonversi menjadi hutan
tanaman industri. Dikonversinya hutan alam menjadi hutan tanaman industri
diduga dapat menyebabkan perubahan tata air di sekitar hutan tersebut
(Mahardika, 2010).
Adanya kritik yang menyatakan bahwa vegetasi Eucalyptus spp
menimbulkan dampak negatif terhadap suplai air lokal. Selain bersaing dalam
menggunakan air, vegetasi Eucalyptus spp juga berkompetisi dengan tanaman
lain dalam penyerapan unsur hara, serta dapat menghambat perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman lain.
Dari pengertian di atas ingin dilihat bagaimana perilaku air tanah di bawah
tegakan Eucalyptus spp yang dibandingkan dengan perilaku air tanah di bawah
tegakan hutan heterogen yang diambil menurut kedalaman yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

16

Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi perilaku air tanah di bawah tegakan Eucalyptus spp
dan hutan heterogen pada kedalaman yang berbeda dengan kemiringan lapangan
dihomogenkan.

Hipotesis Penelitian
1. Interaksi antara jenis tegakan hutan dan kedalaman tanah berpengaruh
terhadap perilaku air tanah
2. Jenis tegakan hutan berpengaruh terhadap perilaku air tanah
3. Kedalaman tanah berpengaruh terhadap perilaku air tanah

Manfaat Penelitian
Memberikan informasi tentang perilaku air tanah di bawah tegakan hutan
Eucalyptus spp dan hutan heterogen.

Universitas Sumatera Utara

17

TINJAUAN PUSTAKA

Daya Jerap Tanah
Daya jerap tanah merupakan satu bagian dari bidang ilmu hidrologi hutan.
Daya jerap adalah kemampuan suatu tanah dalam menyimpan dan menahan air
dalam tanah yaitu di dalam partikel-partikel tanah seperti partikel debu, liat dan
pasir. Daya jerap tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor kedalaman
tanah, jenis vegetasi, tekstur tanah, dan lain-lain. Tanah akan memiliki daya jerap
terhadap air apabila di ukur dalam kedalaman yang berbeda, karena tanah yang
bagian atas lebih banyak mengandung partikel debu di mana debu adalah bagian
dari tanah yang dapat menyerap air secara cepat dan menyerap air lebih banyak.
Bagian bawah tadi yang lebih banyak liat dan pasirnya, maka daya jerapnya
lambat dan sedikit menjerap air (Foth, 1984).
Faktor yang mempengaruhi daya jerap tanah yang perlu diperhatikan
adalah jenis vegetasi, tekstur tanah dan bahan organik. Faktor kedalaman tanah,
dimana tanah itu akan memiliki daya jerap tanah yang berbeda apabila diambil
dalam keadaan yang berbeda. Jenis vegetasi, vegetasi dapat mempengaruhi daya
jerap dari suatu tanah. Seperti halnya dengan sistim perakaran tanaman yang dapat
mempengaruhi daya jerap dan ruang pori tanah. Tekstur tanah, dalam hal ini
dikaitkan dengan perbandingan partikel-partikel tanah dari fraksi debu, liat dan
pasir. Bahan organik tanah, bila tanah yang memiliki bahan organik yang tinggi,
maka daya jerap tanah itu akan tinggi juga (Yunus, 2004).
Dari beberapa penelitian mengatakan bahwa daya jerap itu dipengaruhi
oleh kedalaman dan jenis vegetasi serta tekstur tanah. Tekstur tanah yang

Universitas Sumatera Utara

18

mengandung liat dan debu yang banyak akan memiliki daya jerap yang baik. Daya
jerap tanah pada hutan heterogen selalu lebih baik dari hutan homogen, hal ini di
sebabkan di hutan alam memiliki vegetasi yang beraneka ragam dan tentunya
memiliki daya jerap yang berbeda (Yunus, 2004).

Sistem Perakaran
Sistim perakaran suatu jenis tanaman mempunyai bentuk yang khas,
meskipun kondisi lingkungan, seperti sifat-sifat fisik tanah dan banyaknya air
yang tersedia sangat mempengaruhi, baik bentuk sistim akar, maupun seberapa
jauh akar itu berkembang. Pada dasarnya hanya ada 2 tipe system perakaran
tanaman yaitu akar tunggang dan akar serabut. Sistem perakaran ini berpengaruh
terhadap daya jerap tanah terhadap air, Jika tanaman itu memiliki perakaran yang
rapat maka ruang tanah semakin banyak sehingga kemampuan tanah menyerap air
semakin tinggi (Harjadi, 1984).

Air Tanah
Air yang berada di wilayah penuh di bawah permukaan tanah disebut air
tanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi lebih
dari 97% terdiri dari atas air tanah. Tampak bahwa peranan air tanah di bumi
adalah penting. Air tanah dapat dijumpai hampir di seluruh permukaan bumi, air
dapat ditemukaan di gurun pasir yang paling kering sekalipun. Demikian juga di
dalam tanah yang membeku karena tertutup lapisan salju dan es. Sumbangan air
tanah yang terbesar dari daerah arid dan semiarid serta daerah lain yang
mememiliki formasi geologi paling sesuai untuk penampungan air tanah, dengan

Universitas Sumatera Utara

19

semakin berkembangnya industri serta permukiman dengan segala fasilitasnya
(Yunus, 2004).
Pengetahuan menyeluruh tentang sistim penampungan air (water storage)
dan gerakan air tanah dan dianggap penting untuk suatu pemahaman yang lebih
baik tentang proses dan mekanisme daur hidrologi. Air permukaan (aliran air
sungai, air danau dan genangan permukaan air lainnya). Air tanah pada prinsipnya
mempunyai keterkaitan yang erat serta keduanya mengalami proses pertukaran
yang langsung secara terus–menerus. Selama musim kemarau kebanyakan sungai
masih mengalirkan air. Selain faktor–faktor permukiman tanah yang ikut
mempengaruhi proses terbentuknya air tanah. Faktor tersebut adalah formasi
geologi, oleh karenanya penting untuk di pelajari karakteristiknya. Formasi
geologi tersebut dikenal sebagai arifer (Hakim et, al., 1986).
Perbedaan potensi kelembapan total dan kemiringan antar dua titik atau
lokasi dalam lapisan tanah dapat menyebabkan pergerakan air dalam tanah. Air
bergerak dari tempat dengan potensi kelembaban tinggi ke tempat dengan potensi
kelembaban tinggi ke tempat potensi kelembaban yang lebih rendah. Selanjutnya
air dapat bergerak mengikuti lapisan (lempengan) formasi geologi sesuai dengan
arah kemiringan lapisan formasi geologi tersebut. Kelembaban tanah tidak selalu
mengakibatkan pergerakan air dari tempat basah ketempat kering. Air dapat
bergerak dari tempat kering ke daerah basah seperti terjadi pada perkolasi air
tanah. Oleh pengaruh energi panas matahari air juga dapat bergerak ke permukaan
tanah, sampai tiba gilirannya menguap ke udara atau yang di sebut evaporasi
(Asdak, 1995).

Universitas Sumatera Utara

20

Dengan demikian makin tinggi kedudukan permukiman air tanah, tenaga
hisap potensial menjadi lebih kecil dengan kata lain makin besar tenaga hisap
tanah menjadi kering. Ketika tenaga hisap potensial bersifat negatif, tanah tidak
dikatakan dalam keadaan jenuh. Daerah di bawah pertumbuhan tanaman
mempunyai tekanan positif. Dalam hal ini permukaan air tanah didefenisikan
sebagai kedudukan titik-titik dengan potensial nol. Apabila daerah tersebut di atas
merupakan wilayah terisolasi maka disebut permukaan air tanah sementara
(Asdak, 1995)

Kelembapan Tanah
Pertumbuhan vegetasi memerlukan tingkat kelembapan tanah tertentu.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kelembapan tanah pada tingkat tertentu
dapat menentukan bentuk tata guna lahan. Peristiwa kekeringan yang terjadi di
suatu daerah juga lebih banyak berkaitan dengan berapa besar tingkat kelembapan
yang ada di dalam tanah daripada jumlah kejadian hujan yang turun. Namun
demikian, perlu juga diketahui bahwa tingkat kelembapan tanah yang tinggi dapat
menimbulkan permasalahan. Dengan demikian keadaan tanah yan terlalu lembab
dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan kegiatan pemanenan hasil
pertanian atau kehutanan yang menggunakan alat-alat mekanik. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa pada tingkat tertentu kelembaban tanah sangat penting
untuk mendukung kehidupan manusia (Asdak, 1995).

Universitas Sumatera Utara

21

Tekstur Tanah dan Struktur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi,
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertahanan Nasional). Dari ke tiga fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm,debu
degan ukuran 0.05 – 0.02 mm dan liat dengan ukuran < 0,02 mm. tekstur tanah di
bagi atas 12 kelas, tanah di sebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal
85% pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu, dan bertekstur
liat apa bila berkadar minimal 40% liat. Tanah yang berkomposisi ideal yaitu
22.5 – 52.5% debu dan 10 – 30% liat di sebut bertekstur lempung (Hanafiah
2005).
Ada 12 tekstur tanah yang dibedakan oleh sejumlah presentase ketiga
fraksi

tanah

tersebut.

Berdasarkan

kelas

teksturnya,

Hanafiah

(2005)

menggolongkan tanah menjadi:
1. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2. Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung
minimal 37.5% liat atau berstuktur liat, liat berdebu atau liat berpasir.
3. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempeng terdiri dari:
a. tanah bertekstur sedang tapi agak kasar meliputi tanah yang
bertekstur lempung pasir (Sandy loam)

atau lempung berpasir

halus.

Universitas Sumatera Utara

22

b. Tanah bertekstur sedang yang meliputi tekstur lempung berpasir
sangat halus lempung (Loam), lempung berdebu, (silty loam), atau
debu (silti)
c. Tanah bertekstur sedang tapi agak halus mencakup lempeng liat
(Clay loam), lempung liat berpasir (Sandy – clay loam), atau
lempeng liat berdebu, (Sandy – silt loam)
Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat
tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas, dan lain-lain.
Istilah tekstur di gunakan sehubungan dengan hubungan partikel tanah, tetapi
apabila susunan partikel dipertimbangkan, maka digunakan istilah struktur.
Struktur tanah adalah penyusunan partikel-partikel tanah primer
membentuk satu agregat-agregat, dimana satu agregat dengan yang lainnya
dibatasi oleh bidang belah alami lemah. Struktur dapat memodifikasi pengaruh
tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban, porositas, tersedianya unsur–
unsur hara kegiatan hidup jasad dan pertumbuhan akar. Struktur horizon–horizon
profil tanah yang berbedakan ciri penting tanah seperti halnya warna tekstur atau
komposisi kimia (Foth,1994). Menurut Hakim dkk. (1986) semakin besar ukuran
agrerat yang terdapat di dalam tanah maka semakin berkurang kemantapannya.
Berkaitan dengan kandungan bahan organik karena bahan organik bertindak
sebagai perekat antar partikel mineral primer (Foth, 1994).
Tekstur dan struktur tanah mempengaruhi penyebaran tanah dan pori-pori
tanah rada gilirannya dan mempengaruhi laju limpasan permukaan, semakin
banyak jumlah pori-pori tanah maka kemampuan air untuk menyerap air semakin
tinggi (infiltrasi) dan sebaliknya semakin sedikit jumlah pori-pori tanah maka

Universitas Sumatera Utara

23

semakin rendah kemampuan tanah menyerap air pada akhirnya meningkatkan laju
aliran permukaan (Asdak, 1995). Selain itu kedalaman atau solum, tekstur, dan
struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju aliran
permukaan dan laju penjenuhan tanah dan air. Pada tanah bersolum dalam
(>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan
terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil air limpasan permukaan.
Sebaliknya tanah yang bersolum dangkal, struktur padat dan penutupan lahan
kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebagian besar
yang menjadi aliran permukaan (Poerwowidodo, 1991).

Kerapatan Lindak (Bulk Density) dan Porositas Tanah
Kerapatan lindak (bulk density) adalah bobot persatuan volume tanah
kering oven, yang biasanya dinyatakan sebagai gram per sentimeter kubik
(gr/cm3). Ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang
bergerak melalui tanah sangat berkaitan dengan jumlah dan ukuran pori-pori
tanah. Berat dan ukuran ruang pori-pori tanah bervariasi dari satu horizon ke
horizon yang lain. Perubahan yang terjadi pada struktur tanah mungkin mengubah
jumlah ruangan pori dan begitu juga per unit volume.
Apabila dinyatakan dalam gram persentimater kubik, kerapatan lindak
pada pemukaan tanah liat yang berbutir butir biasanya berkisar dari 1.0 sampai 1.3
gram. Tanah permukaan yang bertekstur halus menjadi penyebab lebih rendahnya
kerapatan lindak dibandingkan tanah yang berpasir (Foth, 1994). Kerapatan
partikel tanah adalah konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruangan antar
partikel, kerapatan ini didefenesikan sebagai massa (bobot) per unit volume

Universitas Sumatera Utara

24

partikel tanah, dan sering dinyatakan sebagai gram/cm3. Besarnya ruang pori pada
tanah dihitung dari kerapatan lindak dan kerapatan partikel bila keduanya
dinyatakan dalam unit pengukuran yang sama (Harsono, 1995).
Kebanyakan tanah hutan memiliki volume pori antara 30-60%, pori-pori
tersebut ditempati oleh udara dan air ketika tanah berada dalam keadaan alami di
lapangan. Volume pori demikian juga menunjukkan tanah-tanah hutan tersebut
memiliki kapasitas infiltrasi yang tinggi (Suripin, 2002).
Porositas adalah suatu indeks relatif, nilainya berkisar antara 30-60%.
Ruang pori pada tanah berpasir (tekstur kasar) adalah rendah, karena volume poripori kecil penyusunnya sangat rendah, walaupun tersusun atas pori-pori besar
yang sangat efisien untuk pergerakan air dan udara. Sehingga kapasitas penahanan
airnya juga rendah, sedangkan tanah dengan permukaan yang bertekstur halus
mempunyai ruang pori total yang lebih banyak dan relatife sebagian besar
tersusun dari pori-pori kecil, sehingga memiliki kapasitas menahan air yang lebih
tinggi. Bila dibandingkan antara tanah berpasir dengan tanah bertekstur halus,
tanah yang bertekstur halus lebih baik untuk mencegah terjadinya aliran
permukaan yang cukup besar sehingga dapat mengurangi terjadinya erosi
(Rahim, 2000).
Penutupan tanah dengan vegetasi dapat menjadi salah satu cara yang baik
karena dapat meningkatkan infiltrasi, dimana perakaran tanaman akan
memperbesar grabulasi dan porositas tanah, di samping itu juga mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme yang berakibat pada meningkatkan porositas tanah. Hal
ini secara berkala tentunya akan dapat mengurangi laju limpasan permukaan dan
dapat mengurangi erosi (Harsono, 1995).

Universitas Sumatera Utara

25

Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pohon Tegakan Hutan
Tapak adalah jumlah seluruh kondisi yang efektif saat tanaman atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan dapat hidup. Faktor- faktor yang mempengaruhi
tapak ialah: iklim, tanah, fisiografi dan biotik. Kelembapan pada tanah hutan
selalu tinggi sehingga serasah, ranting dan kayu mati secara alami membusuk
sehingga menjadi top soil. Proses ini dipercepat dengan adanya bakteri yaitu
sejenis mikroorganisme yang menguraikan serasah. Demikan juga semut, rayap
dapat memakan ranting dan kayu. Hal ini mempercepat pelapukan yang dapat
menjadi bahan pembentuk tanah pada lantai hutan (Gunadi, 1993).

Sifat Fisik Tanah
Sifat fisis tanah di ketahui, sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Kondisi fisik tanaman menentukan penetrasi akar di dalam
tanah, retensi air, draenase, aerase dan nutrisi tanaman.Sifat fisis tanah ini juga
tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk susunan, dan komposisi mineral dan
partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk
pori-porinya, serta perbandingan air dan udara yang menempati pori-pori pada
waktu tertentu (Hakim, et al., 1986).
Pada umumnya, dalam tanah ada dua macam pori, pori makro dan pori
mikro. Meskipun tidak ada garis batas yang jelas, namun pori-pori makro
mempunyai ciri menunjukkan lalu lintas udara dan memudahkan perkolasi air.
Sebaliknya pori-pori mikro sangat menghambat lalu lintas udara, sedangkan
gerakan

air

sangat

dibatasi

menjadi

gerakan

kapiler

yang

lambat

(Buckman and Brady, 1969).

Universitas Sumatera Utara

26

Cara biasanya menyatakan jumlah air yang terdapat dalam persen terhadap
tanah kering. Bobot tanah lembab tidak di pakai karena berfluktuasi denga kadar
airnya.

Cara

penetapan

kadar

air

tanah

dapat

digolongkan

kedalam:

(1) grafimetrik, (2) tegangan dan hisapan, (3) hambatan listrik, dan (4) pembauran
neutron. Cara Gravimetrik merupakan cara yang paling umum digunakan. Dengan
cara ini sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 1000 -1100 C
untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan tersebut merupakan
sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah (Hakim, et al., 1986).

Infiltrasi
Proses infiltrasi merupakan hal yang sangat penting bila ditinjau dari segi
hidrologi karena hal tersebut menandai peralihaan dari permukaan bumi yang
bergerak cepat kedalam air dalam tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah di
pengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampuannya, kandungan air dan
permeabilitas lapisan-lapisan bawah permukaan, kemudian nisbi air yang bersifat
berinfiltrasi dan iklim mikro tanah, kondisi-kondisi optimum biasanya berlaku
pada tanah bertahun yang utuh. Kapasitas infiltrasi adalah sifat dinamis yang
dapat berubah secara nyata selama kejadian hujan tertentu, sebagai reaksi terhadap
perubahan-perubahan musiman dalam air tanah, suhu, dan penutupan vegetasi,
maupun sebagai akibat kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan (Lee, 1990).
Menurut Asdak (1995) Proses infiltrasi melibatkan tiga proses yang saling
tergantung sama lain, yaitu:
1. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori tanah
2. Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah

Universitas Sumatera Utara

27

3. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping dan atas)
Kapasitas infiltrasi adalah kemampuan tanah dalam merembeskan
(menginfiltrasikan) air yang terdapat di permukaan atau aliran air permukaan
kebagian dalam tanah tersebut, yang dengan sendirinya dengan adanya
perembesan itu aliran air permukaan akan sangat berpengaruh. Jelasnya semakin
besar kapasitas infiltrasi maka aliran air di permukaan tanah makin berkurang.
Sebaliknya, makin kecil kapasitas infiltrasi yang disebabkan banyaknya pori tanah
yang tersumbat, maka aliran air permukaan bertambah atau meningkat
(Kartasaputra, 1989).

Letak dan Luas Wilayah
Lokasi konsesi HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terletak dibeberapa
kabupaten, yaitu: Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi,
Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Samosir dan Tapanuli
Selatan dan luas totalnya adalah 269.060 Ha. HPHTI PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
Sektor Habinsaran terletak pada koordinat 02040ʾ00ʿ-02050ʾ00ʿ LU dan 980 50ʾ00ʿ99010ʾ00ʿ BT, ketinggian 500-1400 mdpl, curah hujan 1000-4000 mm/tahun,
luasnya kira-kira 12.000 Ha (Environment PT TPL. Tbk, 2004).
Batas-batas wilayah HPHTI PT. Toba Pulp Lestari sektor Habinsaran
sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Habinsaran
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanuli Utara
4. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Silaen

Universitas Sumatera Utara

28

Sektor Habinsaran terdiri dari lima Estate (blok kerja) yaitu: estate
Habinsaran, estate Borbor, estate Natumikka, estate Simare dan estate Pangururan.
Jenis tanaman yang terdapat pada sektor Habinsaran adalah Eucalyptus grandis,
Eucalyptus uropilla, Eucalyptus hybrid dan tanaman yang paling banyak terdapat
di sektor Habinsaran adalah Eucalyptus hybrid (Toba Pulp Lestari, 2005).

Jenis Vegetasi
Eukaliptus (Eucalyptus spp) merupakan jenis tanaman yang eksotis karena
ditanam di luar habitat aslinya, tanaman ini umumnya berasal dari Australia dan
Papua New Guinea dan dikembangkan di Indonesia. Eucalyptus spp merupakan
salah satu jenis tanaman hutan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam
program HTI, mengingat bahwa jenis ini adalah fast growing dan kegunaannya
sebagai bahan baku pulp dan kertas yang baik. Sutisna, et al., (1998),
mengemukakan bahwa tanaman Eucalyptus spp banyak dikembangkan karena
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap iklim dan tempat tumbuh, sifat kayu
yang cukup baik, dan memiliki daur hidup yang pendek/cepat (6-7 tahun).

Iklim
Iklim daerah penelitian menurut klasifikasi Oldeman termasuk B1 yaitu
iklim kering yang meimiliki sifat utama hilangnya air tahunan potensial melalui
evaporasi dan transpirasi. Suhu udara berkisar antara 18 0-21 0C dengan suhu
rata- rata tahunan 19 0C, kelembaban udara rata-rata berkisar 78.0-85.3%.

Universitas Sumatera Utara

29

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di bawah tegakan Eucalyptus spp HPHTI
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sektor Habinsaran, rumah kaca dan di laboratorium
biologi tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian
ini dilaksanakan Selama 3 bulan di mulai dari November 2010 sampai Januari
2011.

Alat dan Bahan
Alat
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penyangga, bak kaca,
tabung kaca/semprong, kain kasa, karet gelang, kantong plastik, cangkol, beaker
glass, pipet, gelas aqua, ayakan 2mm, stopwatch, kertas label, gelas piala, cawan
aluminium, oven, timbangan, alat pengukur dan alat tulis lainnya.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah di bawah
tegakan Eucalyptus spp dan tanah di bawah tegakan hutan heterogen yang
terdapat di sekitar konsesi HPHTI PT.TPL Sektor Habinsaran, pasir, air dan biji
jagung dan sejumlah bahan kimia lainnya yang digunakan dalam analisis tanah.

Universitas Sumatera Utara

30

Metode Penelitian
Penelitian terdiri dari dua jenis vegetasi dan dua kedalaman tanah yang
berbeda yaitu :
1. Hutan Heterogen kedalaman 0-30 cm
2. Hutan Heterogen kedalaman 40-60 cm
3. Hutan Eucalyptus spp kedalaman 0-30 cm
4. Hutan Eucalyptus spp kedalaman 40-60 cm
Dengan demikian ada 4 perlakuan. Pengambilan sampel tanah secara acak
menggunakan metode jigjak. Setiap contoh tanah yang diambil pengukuran di
ulang sebanyak 3 kali dan setiap sampel pengamatan diambil dari 50 lobang yang
berbeda dan kemudian dikompositkan. Diberi petunjuk serta label nama untuk
setiap contoh tanah (Sutedjo, 2004) dan kemudian nilai rata-rata yang di peroleh
di uji dengan uji t.

Prosedur Penelitian
Pengambilan contoh tanah
Cara pengambilan contoh tanah pada hutan tegakan Eucalyptus spp dan
hutan heterogen adalah sebagai berikut:
1. Lahan yang akan diambil contoh tanahnya dibersihkan dari sisa
tanaman dan kotoran–kotoran lainnya. Setelah bersih dilakukan
pengambilan contoh tanah.
2. Contoh tanah individu diambil dengan menggunakan ring bar, dari
bagian lapisan tanah sederhana 0-30cm dan 40-60 cm dengan
masing-masing 50 titik pengambilan sampel untuk kedalaman dan

Universitas Sumatera Utara

31

jenis hutan. Contoh–contoh tanah yang individual dengan kedalaman
0-30 cm dan 40-60 cm, selanjutnya dicampur sehingga merata dan
dimasukkan ke kantong plastik (Sutedjo, 2004).

Persiapan tanah
Tanah dibersihkan dari daun-daun, sisa tanaman, ataupun kotoran-kotoran
lainnya. Selanjutnya diayak dengan ayakan 2 mm dan dikering udarakan dengan
cara menghamparkan ke tanah pada tempat yang terbuka yang tidak terkena
matahari langsung.

Parameter Pengamatan
Kadar air kering udara
1. Dimasukkan kedalam cawan tanah yang sudah kering udara
sebanyak 10 g
2. Kemudian tanah yang berada dalam cawan yang diovenkan dengan
suhu 105 0C selama 24 jam
3. Tanah tersebut ditimbang beratnya
4. Dihitung kadar airnya dengan menggunakan rumus:
KA=

BB  BK
x100%
BK

Universitas Sumatera Utara

32

Kadar air kapasitas lapang

1. Dimasukkan pasir ke dalam gelas piala sebanyak 1/3 gelas piala
2. Kemudian dimasukkan tabung kaca ke dalam gelas piala
3. Setelah itu dimasukkan tanah yang telah dikering udarakan ke dalam
gelas piala sebanyak 2/3 gelas piala
4. Selanjutnya dimasukkan air ke dalam gelas piala hingga batas pasir
5. Ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet
6. Di inkubasi selama 24 jam
7. Ditentukan kadar airnya dengan menyingkirkan tanah bagian atas
sehingga tanah yang diambil merupakan tanah yang berada di
tengah-tengah gelas yang diambil dari 4 titik, yaitu: 2 titik sebelah
kanan tabung kaca dan 2 titik lagi sebelah kiri tabung kaca. Sama
seperti proses pada penentuan kadar air kering udara dengan
perhitungan:
KAKL=

BB  BK
x100%
BK

Daya jerap tanah

1. Tanah yang sudah diayak dimasukkan ke dalam tabung kaca yang
berukuran 20 cm sebanyak 24 tabung kaca dan pada setiap ujung
tabung kaca ditutup kain kasa dan diikat rapat
2. Kemudian tabung kaca yang telah berisi tanah dicelupkan ke dalam
bak yang telah berisi air secara serentak
3. Diusahakan tabung kaca yang tercelup sampai batas kain kasa saja dan
untuk itu diperlukan penyangga agar tabung kaca tidak tercelup semua

Universitas Sumatera Utara

33

4. Diamati kenaikan air setelah satu jam pengamatan
5. Diamati kenaikan air maksimum dan dicatat waktu yang diperlukan
6. Diukur berapa banyaknya air yang diserap pada setiap 1 jam
pengamatan
7. Setelah air naik semua dan sudah mencapai kenaikan maksimum,
sampel tanah yang berada dalam tabung kaca ditentukan daya jerapnya
dengan satuan cm/jam.

Kandungan air tersedia

Setelah kadar air kapasitas lapang dan kadar air titik layu permanen
diperoleh, besarnya kandungan air tersedia dihitung dengan menggunakan rumus:
KA tersedia= KAKL-KATLP
Keterangan:
KA tersedia = Kandungan air tersedia
KAKL

= kadar air kapasitas lapang

KATLP

= Kadar air titik layu permanen

Untuk kadar air titik layu dan titik layu permanen dihitung dengan cara:
1. Pada setiap tabung gelas yang beris sampel tanah sebelunya
dipindahkan ke dalam gelas aqua kemudian ditanami biji jagung
2. Kemudian diamati perkembangan jagung hingga tumbuh, apabila
jagung layu pada siang hari dan segar pada malam hari berarti tanah
pada kondisi titik layu

Universitas Sumatera Utara

34

3. Apabila jagung layu pada siang maupun pada malam hari berarti
kondisi tanah mencapai titik layu permanen. Pengamatan ini untuk
menentukan kadar air tersedia
4. Kemudian diambil sebanyak 10 gram tanah dari gelas aqua dan
dimasukkan ke dalam cawan timbang lalu di ovenkan dengan suhu
105 0C selama 24 jam. Kemudian di hitung kadar airnya dengan
rumus sebagai berikut:
KATLP=

BB  BK
100 %
BK

Tekstur tanah

Penetapan tekstur di laboratorium dilakukan dengan analisa mekanis,
dengan menggunakan metode pipet (Hakim, et al.,1986) dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Tanah diayak dengan menggunakan ayak 10 mesh, kemudian
dimasukkan kedalam Erlemeyer 250 l
2. Ditambahkan larutan natrium piropospat, dikocok sampai homogen,
lalu disebarkan selama 24 jam
3. Digoncang dengan menggunakan alat pengoncang (shaker) selama
15 menit
4. Selanjutnya dipindahkan ke dalam silinder (gelas ukur) volume 15 ml
dan ditambahkan aquadest sebanyak 15 ml
5. Dikocok 20 kali sebelum dilakukan pembacaan, bila perlu didapat
ditambahkan amil alkohol untuk menghilangkan buih yang dapat

Universitas Sumatera Utara

35

mengganggu pembacaan. Ini dilakukan untuk pembacaan pertama
untuk liat dan debu
6. Dimasukkan hydrometer untuk pembacaan yang kedua, untuk
mendapatkan jumlah liat
7. Selanjutnya dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
%(liat + debu) =

%liat =

pembacaan hydrometer setelah 40 detik
x 100%
berat contoh tanah
pembacaan hydrometer setelah 3 jam
x 100%
berat contoh tanah

% debu = % (liat + debu) - % liat

Bahan organik

Untuk menentukan C-organik dalam tanah dilakukan dengan prosedur:
1. Ditimbang 0,5 gr tanah kering udara,dimasukkan kedalam Erlemeyer
500 ml
2. Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 (dengan menggunakan pipet tetes) lalu
digoncang dengan tangan
3. Ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian digoncang 3 menit,
selanjutnya didiamkan selama 30 menit
4. Ditambahkan 100 ml air suling dan 5 ml H3PO4 85% pekat dan NaF
4% 2,5 ml. kemudian di tambahkan 5 tetes diphenylamine, diaduk,
maka akan timbul larutan berwarna biru tua kehijauan kotor
5. Dititrasi dengan Fe dari buret, hingga berwarna menjadi hijau terang
6. Dilakukan prosedur dengan nomor 2-5 tetapi sample tanpa tanah,
untuk mendapatkan voleme titrasi Fe untuk blanko

Universitas Sumatera Utara

36

7. Selanjutnya dihitung C-organik dengan menggunakan rumus:
%C-organik = 5(1-t/s) 0.78
Dimana t = titrasi
s = blanko
Selanjutnya dihitung bahan organik dengan menggunakan rumus:
%BO = %C-organik x 1,724 (IPB, 1997).

Permeabilitas tanah

Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori, dan dapat mengalir/
merembes dalam tanah, (dalam tanah dapat terjadi perkolasi air). Tinggi
rendahnya permeabilitas ditentukan ukuran pori. Persamaannya adalah :

QxL
K=
txhxA

Dimana:
K = Permeabilitas (cm/jam)
Q = Banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml)
t = Waktu pengukuran (jam)
L = Lebar contoh tanah (cm)
h = ”water head” tinggi permukaan air dari contoh tanah (cm)
A = Luas permukaan contoh tanah (cm2).

Universitas Sumatera Utara

37

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Hasil analisis sidik ragam terhadap kadar air kapasitas lapang, kadar air
kering udara, daya jerap tanah dan kandungan air tersedia menunjukkan bahwa
kedalaman tanah dan tegakan hutan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air
kapasitas lapang, kadar air kering udara daya jerap tanah dan kandungan air
tesedia. Rataan kadar air kapasitas lapang, kadar air kering udara daya jerap tanah
dan kandungan air tesedia pada tegakan hutan dan kedalaman tanah serta hasil uji
t disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kadar air kapasitas lapang, kadar air kering udara, daya jerap tanah,
kandungan air tersedia pada jenis tegakan hutan dan kedalaman tanah (%)
Parameter

Kadar air
kapasitas lapang

Kedalaman tanah

Hutan Heterogen

0-30 cm
40-60 cm

63.44
47.65

Hutan Eucalyptus spp

`

41.32
40.57

Kadar air
kering udara

0-30 cm
40-60 cm

35.30
27.72

24.86
17.64

Daya jerap
tanah

0-30 cm
40-60 cm

0.57
0.52

0.53
0.51

Kandungan air
tersedia

0-30 cm
40-60 cm

45.42
37.60

24.28
26.50

Universitas Sumatera Utara

38

Hasil analisis sidik ragam terhadap bahan organik dan permeabilitas tanah
menunjukkan kedalaman tanah dan tegakan hutan tidak berpengaruh nyata
terhadap bahan organik dan permeabilitas tanah. Rataan bahan organik dan
permeabilitas tanah pada tegakan hutan dan kedalaman tanah serta hasil uji t
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan organik dan permeabilitas tanah pada jenis tegakan hutan dan
kedalaman tanah (%)
Parameter

Kedalaman tanah Hutan heterogen Hutan Eucalyptus spp Keterangan

Bahan organik

0-30 cm
40-60 cm

7.56
3.08

3.56
2.18

Tinggi
Sedang

Permeabilitas

0-30 cm
40-60 cm

3.50
2.94

2.78
2.29

Sedang
Sedang

Hasil analisis tekstur tanah disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Analisis tekstur pada jenis tegakan hutan dan kedalaman tanah (%)

Hutan dan kedalaman tanah

Pasir

Debu

Hutan Eucalyptus spp (0-30 cm)
Hutan Eucalyptus spp (40-60 cm)
Hutan heterogen (0-30 cm)
Hutan heterogen (40-60 cm)

68.56
74.56
77.56
80.56

16
12
13
8

Liat
15.44
13.44
9.44
11.44

Keterangan
Lempung berpasir
Lempung berpasir
Lempung berpasir
Lempung berpasir

Universitas Sumatera Utara

39

Pembahasan
Kadar air kapasitas lapang

Hasil analisis sidik ragam terhadap k