UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dimana formula A, B, dan C lebih keruh dibandingkan formula D, E, dan F. Hal ini karena pada formula A, B, dan C konsentrasi karbopol lebih kecil
namun penambahan NaCl lebih banyak dibandingkan formula D, E, dan F. Banyaknya gelembung udara dalam sediaan terbentuk setelah
karbopol dinetralkan dengan menggunakan basa. Hal ini disebabkan karena penambahan basa terhadap karbopol dilakukan dengan segera setelah
karbopol terdispersi dalam air. Menurut Lin, Tong Joe., 1968 polimer karbopol tidak memiliki pengaruh terhadap pembentukan udara kecuali
ketika dinetralkan, gel akan menjerat udara dan menghasilkan gelembung di dalamnya. Untuk menghindari pembentukan gelembung dapat dilakukan
dengan cara penambahan basa dilakukan setelah karbopol yang sudah terdispersi dalam air didiamkan selama beberapa jam Lin, Tong Joe., 1968.
4.3 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan
Homogenitas sediaan dapat dilihat dengan menggunakan kaca preparat dan didapatkan hasil bahwa tidak adanya partikel padat yang
terdapat dalam gel, serta tidak adanya pembentuk gel yang masih menggumpal atau tidak merata dalam sediaan.
4.4 Evaluasi pH Sediaan
Tabel 4.3 Evaluasi pH Sediaan
Formula pH
Awal Akhir
A 5,58
5,406 B
5,204 5,144
C 5,784
5,804 D
5,667 5,635
E 5,731
5,629 F
5,903 5,167
Keterangan : Awal : pemeriksaan pH sebelum dilakukan Cycling Test.
Akhir : pemeriksaan pH setelah Cycling Test.
Pada evaluasi ini pH sediaan A-F berada di rentang 5,1 – 5,9 karena
penggunaan TEA untuk menetralkan karbopol yang digunakan dalam setiap formula berbeda, maka nilai pH dari setiap formula berbeda. Meskipun
begitu nilai pH sediaan masuk dalam range pH kulit yaitu 4,5 – 6,5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sudjono, T.A., Honniasih, M., Pratimasari, Y.T. 2012. pH tidak boleh terlalu asam karena dapat mengiritasi kulit dan tidak boleh terlalu basa
karena dapat membuat kulit menjadi bersisik Dureja, 2010, Vasiljevic.,
2005 dalam Sharon, Nela., Syariful Anam, Yuliet, 2013. 4.5
Evaluasi Viskositas Sediaan Tabel 4.4
Hasil Viskositas Sediaan
Formula Viskositas cPs
Awal Akhir
A 1250
830 B
6900 6320
C 4110
3460 D
8200 7440
E 11810
10650 F
- -
Keterangan : Awal : pemeriksaan viskositas sebelum cycling test
Akhir : pemeriksaan viskositas setelah cycling test
Sediaan gel formulasi B dan E dengan perbandingan karbopol 2:1 merupakan sediaan yang memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan
dengan formula A, C, dan D karena perbandingan karbopol yang digunakan lebih banyak. Meningkatnya viskositas sebanding dengan peningkatan
konsentrasi polimer yang digunakan Dhanekula Sailaja, Prathima Srinivas,
Sadanandam Mamidi, 2013. Pada formula F perbandingan polimer adalah 1:2 dengan total konsentrasi polimer 1,8 karbopol 0,6 dan HPMC 1,2
memiliki viskositas yang tinggi yaitu 68.000 cPs dan dapat terdeteksi menggunakan spindel R6.
Viskositas sediaan yang beragam ditentukan oleh penambahan larutan NaCl ke dalam sediaan, penambahan NaCl yang terlalu banyak ke
dalam gel karbopol akan menyebabkan keadaan salting out, oleh sebab itu NaCl yang ditambahkan ke dalam gel sedikit sehingga viskositas gel yang
kaku dan sangat kental tidak menurun secara drastis. Pengaruh penambahan NaCl terhadap HPMC dijelaskan dalam Joshi,
Sunil C., 2011 dimana kebanyakan dari jenis garam seperti NaCl, KCl, NaBr, K
2
HPO
4
, Na
2
SO
4
yang ditambahkan ke dalam larutan HPMC akan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berefek salting-out, oleh karena itu menyebabkan kenaikan termogelasi dari HPMC dan kekuatan gel meningkat dalam keadaan ini dibandingkan dengan
penggunakan garam seperti NaI dan NaSCN yang menyebabkan keadaan salting-in sehingga menurunkan termogelasi HPMC dan kekuatan gel
menurun.
4.6 Evaluasi Pola Penyemprotan