Rumusan Masalah EKSISTENSI KOMPAS DALAM FILSAFAT HERMENEUTIKA (Konvergensi Filsafat China dan Jawa Antara Pemikiran Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama)
                                                                                berjuang  antara  diri  mereka  sendiri  dan  bersama-sama  menebus ketidakadilan  dengan  phtora.  3  bahwa  segala  sesuatu  berasal  dari
keberadaan  awal  “Aperion”  yang  kemudian  masuk  ke  dalam  menjadi pluralitas,  ke  dalam  tindakan  pembentukan  yang  patut  disalahkan,
dimana  ketidakadilan  tersebut  ditebus  selamanya  dengan  cara menghancurkannya  “Theodicy”.  Kemudian  setelah  muncul  Kristen,
Schopenhauer  dan  Nietzsche  melihat  eksistensi  sebagai  kejahatan  yang patut
disalahkan namun
bukan sesuatu
yang salah
dan bertanggungjawab.
29
Sedangkan menurut Heraclitus; eksistensi sebagai  suatu  fenomena estetis  bukan  fenomena  moral  ataupun  religius.  Ia  memandang  dualitas
dunia,  “dia  menolak  ada  itu  sendiri.”  Lebih  jauh  lagi,  dia  membuat penegasan atas “menjadi.” Gagasan “menjadi” memiliki alasan bahwa
hanya ada menjadi. Yakni; dualitas dunia dalam pikirannya seperti angka nol  0,  pertama;
“ada”  adalah  tidak  ada,  segala  sesuatu  menjadi; sedangkan yang satunya lagi menegaskan ada adalah ada dari menjadi.
30
Menurut Louis O. Kattsoff dalam Soejono Soemargono pen, eksistensi memiliki  sebuah  definisi;  „eksistensi‟  ialah  himpunan  yang  terdiri  dari
satuan-satuan  yang  jika  nama-namanya  digunakan  sebagai  pengganti  X dalam ungkapan “X bereksistensi,” menghasilkan pernyataan yang benar.
Setiap satuan dalam himpunan eksistensi dinamakan „yang bereksistensi‟
29
Gilles Deleuze, Nietzsche and Philoshopy, Columbia University Press, New York, 1962 dalam Basuki  Heri  Winarno,  Filsafat  NietzscheGilles  Deleuze,  Ikon  Teralitera,  Yogyakarta,  2002,  hal
33-35.
30
Ibid.
existent.  Maka  satuan-satuan  yang  apabila  digunakan  mengganti  X dalam  ungkapan  „X  bereksistensi‟  menyebabkan  pernyataan  tersebut
sesat,  merupakan  anggota-anggota himpunan  „non-eksistensi‟,  dan
masing-masing  sebutan  itu  disebut  tidak  bereksistensi  non-existent. Contoh; warna, apabila sudah dikhususkan, menjadi warna sesuatu yang
bereksistensi. Maka eksistensi disini pasti mempunyai esensi.
31
Dalam  sebuah  eksistensi,  Kompas  adalah  bagian  dari  fenomena estetik  dan  bertanggungjawab.  Artinya,  Kompas  adalah  himpunan-
himpunan sesuatu ide, gagasan, falsafah, bentuk, nyata, dan sebagainya dalam eksistensi jurnalistik humanismenya yang dikelola oleh P K Ojong
dan Jakob Oetama adalah  ada dan  menjadi,  yang berangkat  dari sebuah ketiadaan. Ada adalah ada Bentara Rakyat adalah Kompas dan menjadi
KKG.  Dan  kini  Kompas  tetap  ada  dan  menjadi  serta  memiliki  esensi filsafat KKG.
                