Potensi Kemiri dan Durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara

(1)

POTENSI KEMIRI DAN DURIAN

DI KABUPATEN KARO

PROPINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ANDA HUTASOIT

021202008 / Budidaya Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN


(2)

POTENSI KEMIRI DAN DURIAN DI KABUPATEN KARO

PROPINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ANDA HUTASOIT 021202008 / KEHUTANAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Potensi Kemiri dan Durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara

Nama : Anda Hutasoit NIM : 021202008 Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Menyetujui,

Komisi Dosen Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS) (Oding Affandi, S.Hut, M.P)

NIP. 132 287 853 NIP. 132 259 566

Diketahui,

Kepala Departemen Kehutanan

(Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS) NIP. 132 287 853


(4)

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine existence of potential of walnut and durian in Regency of Karo especially economic potentital that farmet got. This research has been done at 5 district namely District of Tiga Binanga, District of Lau Baleng, District of Mardingding, District of Tigan Derket and District Of Kuta Buluh. This research done to determine how much potential economic of walnut and durian increase income of farmers. According to result of researh, each economic potential of durian or kemiri differ on increasing of farmer income. The farmers got monthly between Rp 66.000,- up to Rp. 2.500.00, or 10,34 % up to 39,43% of their total monthly incomes. The potential of walnut and durian which calculated are fruit, wood potential, wide base plane and especially economic potential. Walnut and durian cultivation in Regency of Karo doing traditionally. The farmer are not formed relation with any government department. Walnut and durian really give economic benefit to Karo farmers.


(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi kemiri dan durian di Kabupaten Karo khususnya potensi ekonomi yang diperoleh petani. Penelitian ini telah dilakukan pada 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardingding, Kecamatan Tigan Derket, dan Kecamatan Kuta Buluh. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan berapa besar potensi ekonomi kemiri dan durian menambah pendapatan petani. Petani mendapat tiap bulan sekitar Rp 66.000,- sampai Rp. 2.500.000,- atau 10,34 % up to 39,43% dari total penghasilan mereka tial bulan. Potensi kemiri dan durian yang dihitung adalah buah, potensi kayu, luas bidang dasar dan khususnya potensi ekonominya. Pengelolaan kemiri dan durian di Kabupaten Karo dilakukan secara tradisional. Petani tidak membentuk hubungan departement pemerintah. Kemiri dan durian secara nyata memberikan keuntungan ekonomi bagi petani-petani Karo.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Nagasaribu pada tanggal 23 April 1984 dari Ayah H. Hutasoit dan Ibu N. Br. Nababan. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMU Negeri 1 Siborongborng pada tahun 2002. Pada tahun 2002 juga penulis lulus pada Program Studi Budidaya Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

Penulis telah melakukan Praktik Umum Kehutanan di hutan pegunungan Lau Kawar Kabupaten Karo dan hutan mangrove Bandar Kalifah Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2004. Penulis juga telah melakukan Praktik Kerja Lapang di PT Toba Pulp Lestari Tbk. Selama 2 bulan pada tahun 2006.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan serta penyertaan dan perlindungan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul ”Potensi Kemiri dan Durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan yang diberikan mulai dari awal penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dosen-dosen di Departemen Kehutanan yang telah mendidik serta memberikan ilmu dan pengetahuan serta para tata usaha yang telah memberikan kelancaran dalam penyelesaian administrasi.

3. Kedua orangtua saya, Ayahanda dan Ibunda dengan segala ketulusan dan kasih sayang dan doa pada penulis.

4. Dan kawan-kawan yang telah banyak membantu penelitian saya dan penyelesaian skripsi.

Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan bagi para pembaca dan praktisi. Terimakasih.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x PENDAHULUAN

Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan dan Manfaat ... TINJAUAN PUSTAKA

Hutan ... Pengembangan Tanaman Kehutanan ... Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat ... Hutan Rakyat ... Pengelolaan Hutan ... METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat ... Bahan dan Alat ... Objek dan Data ... Metode Pengumpulan Data ... Analisis Data ... KONDISI UMUM PENELITIAN

Letak Kawasan ... Luas Wilayah ... Jenis Tanah ... Iklim ... HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Produktivitas Kemiri dan Durian

A. Kemiri ... B. Durian ... Pola Pengelolaan dan Pengembangan Tanaman Kemiri dan Durian

A. Kemiri ... B. Durian ...


(9)

Manfaat Pengelolaan dan Pengembangan Kemiri dan Durian A. Kemiri ... B. Durian ... KESIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Beberapa jenis komoditas penting Kabupaten Karo dan produksinya...

2. Batas-batas wilayah kecamatan penelitian ... 3. Batas- batas desa penelitian ... 4. Perbandingan jumlah desa / kelurahan pada tiap kecamatan, jumlah desa penghasil kemiri dan jumlah desa yang diteliti ... 5. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga

pemiliki kemiri dan jumlah keluarga responden... 6. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan

kemiri Kecamatan Kuta Buluh ... 7. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan

kemiri Kecamatan Tiga Binanga ... 8. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan

kemiri Kecamatan Lau Baleng ... 9. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri hutan

kemiri Kecamatan Mardingding ... 10. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri durian

Kecamatan Tigan Derket ... 11. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden... 12. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden ... 13. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden... 14. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden... 15. Persentase pendapatan kemiri terhadap pendapatan total rumah


(11)

16. Jumlah desa/kelurahan, jumlah desa penghasil durian dan jumlah desa yang diteliti pada kecamatan penelitian Tigan Derket ... 17. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga

pemiliki durian yang diteliti sebagai responden ... 18. Taksiran kontribusi durian terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden Kecamatan Tigan Derket ... 19. Persentase pendapatan durian terhadap pendapatan total rumah tangga responen ...


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data responden kemiri Kecamatan Kuta Buluh ... 2. Data responden kemiri Kecamatan Tiga Binanga ... 3. Data responden kemiri Kecamatan Lau Baleng ... 4. Data responden kemiri Kecamatan Mardingding ... 5. Data responden durian Kecamatan Tigan Derket ...


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Pembuatan petak plot lingkaran 0,1 ha pada tegakan kemiri ...

2. Pembuatan petak plot lingkaran 0,1 ha pada tegakan durian ... 3. Wawancara dengan responden laki-laki ... 4. Wawancara dengan responden perempuan ... 5. Tegakan kemiri ... 6. Tegakan durian ... 7. Buah kemiri pada dahan ... 8. Kegiatan mengupas kemiri ... 9. Buah yang sudah dikupas siap untuk dipasarkan... 10. Buah durian pada dahan ... 11. Pemasaran buah durian di pasar tradisional ... 12. Peta wilayah Kabupaten Karo ...


(14)

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine existence of potential of walnut and durian in Regency of Karo especially economic potentital that farmet got. This research has been done at 5 district namely District of Tiga Binanga, District of Lau Baleng, District of Mardingding, District of Tigan Derket and District Of Kuta Buluh. This research done to determine how much potential economic of walnut and durian increase income of farmers. According to result of researh, each economic potential of durian or kemiri differ on increasing of farmer income. The farmers got monthly between Rp 66.000,- up to Rp. 2.500.00, or 10,34 % up to 39,43% of their total monthly incomes. The potential of walnut and durian which calculated are fruit, wood potential, wide base plane and especially economic potential. Walnut and durian cultivation in Regency of Karo doing traditionally. The farmer are not formed relation with any government department. Walnut and durian really give economic benefit to Karo farmers.


(15)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi kemiri dan durian di Kabupaten Karo khususnya potensi ekonomi yang diperoleh petani. Penelitian ini telah dilakukan pada 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng, Kecamatan Mardingding, Kecamatan Tigan Derket, dan Kecamatan Kuta Buluh. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan berapa besar potensi ekonomi kemiri dan durian menambah pendapatan petani. Petani mendapat tiap bulan sekitar Rp 66.000,- sampai Rp. 2.500.000,- atau 10,34 % up to 39,43% dari total penghasilan mereka tial bulan. Potensi kemiri dan durian yang dihitung adalah buah, potensi kayu, luas bidang dasar dan khususnya potensi ekonominya. Pengelolaan kemiri dan durian di Kabupaten Karo dilakukan secara tradisional. Petani tidak membentuk hubungan departement pemerintah. Kemiri dan durian secara nyata memberikan keuntungan ekonomi bagi petani-petani Karo.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayan sumberdaya aneka jenis buah tropis yang sangat potensial untuk dikembangkan. Prospek pengembangan budidaya buah-buahan secara intensif dalam skala agribisnis atau agroindustri cukup cerah. Hal ini karena peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran pentingnya gizi dan pariwisata (Rukmana, 1996).

Kemiri merupakan pohon yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Perkembangan penduduk yang cepat menyebabkan permintaan komoditas kemiri terus meningkat, sehingga kemiri merupakan salah satu komoditas yang semakin penting. Kemiri merupakan tanaman Industri yang memiliki banyak manfaat (Sunanto, 1994).

Pengembangan tanaman kemiri di Indonesia diharapkan dapat menunjang dan mendorong tumbuh dan berkembangnya perindustrian, memberikan lapangan pekerjaan yang lebih luas dan peningkatan ekonomi. Permintaan ekspor kemiri akhir-akhir ini terus meningkat. Negara-negara pengimpor kemiri dari Indonesia adalah Amerika, Arab Saudi, Hongkong, Singapura dan Australia

(Sunanto, 1994).

Salah satu jenis buah tropis yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan prospeknya cukup bagus adalah durian. Pengembangan tanaman durian secara intensif dan komersial selain merupakan upaya pelestarian plasma nutfah buah tropis, juga bermanfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan dan tatanan.


(17)

Perumusan Masalah

Kemiri dan durian memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, baik segi kandungan gizi juga nilai ekonomisnya. Namun karena informasi tentang manfaat kemiri dan durian khusus secara ekonomi masih kurang maka diperlukan penelitian untuk mendapatkan informasi yang jelas yang mendukung petani dalam budidayanya. Kabupaten Karo adalah kabupaten yang kaya akan hasil bumi. Beberapa jenis komoditas yang dperdagangkan dari Kabupaten Karo adalah cengkeh, kemiri, kopi, kelapa dan cokelat. Tabel berikut menunjukkan beberapa dari banyak jenis komoditas penting yang dihasilkan dari Kabupaten Karo.

Tabel 1. Beberapa jenis komoditas penting Kabupaten Karo dan produksinya.

No Kecamatan Jenis komoditi (Ton)

Cengkeh Kemiri Kopi Kelapa Cokelat

1 Mardingding 0,5 1996,5 231,75 1.243,48 134,7

2 Laubaleng 6,3 1159,2 226 1.295,65 193,8

3 Tigabinanga 4,9 369,7 567,5 1.284,78 224,3

4 Juhar 17,1 101,8 821,5 946,52 214,7

5 Munte 1,7 79,2 852,75 527,39 346,5 6 Kutabuluh 29,5 212,5 956,75 206,96 191,7

7 Payung 35,7 63,6 1.057,50 162,17 247,4

8 Tiganderket * - - - - -

9 Simpang Empat 0,41 - 1.729,50 - -

10 Naman Teran * - - - - -

11 Merdeka * - - - - -

12 Kabanjahe 0,11 - 643 - -

13 Berastagi 0,4 - 703 - -

14 Tigapanah 1,1 118,1 2.348,75 - -

15 Dolat Rayat * - - - - -

16 Merek 0,7 6,9 4784,5 25,22 -

17 Barusjahe 0,9 - 1153,5 - -

Jumlah total

2006 99,32 4.107,50 16.076,00 5.692,17 1.553,10 2005 104,31 3.199,87 11.331,55 5.519,26 1.411,55 2004 201,22 6.062,30 11.466,25 3.152,15 1.819,50 *) Data Kecamatan Tiganderket masih bergabung dengan Kecamatan Payung, Naman Teran dan Merdeka ke Simpang Empat, dan Dolat Rayat ke Kecamatan Tigapanah.


(18)

Dengan menggunakan informasi tersebut diharapkan pengelolaan tanaman kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara akan memiliki keunggulan kompetitif untuk pencapaian tujuan pengelolaan dan pengembangan yang optimal dan berkelanjutan.

Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian tentang ”Potensi Kemiri dan Durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara”.

Berdasarkan permasalahan tersebut timbul beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Berapa besar potensi dan produktivitas kemiri dan durian di

Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pola pengelolaan dan pengembangan kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara?

3. Berapa besar manfaat pengelolaan dan pengembangan kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara terhadap perekonomian masyarakat?

Tujuan dan Manfaat Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui besarnya potensi dan produktivitas kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara.

2. Mengetahui pola pengelolaan dan pengembangan kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara.


(19)

3. Mengetahui manfaat pengelolaan kemiri dan durian di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara terhadap perekonomian masyarakat Kabupaten Karo.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya informasi dan sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah dan stakeholders dalam pengembangan kemiri dan durian di Sumatera Utara, yang berguna dalam mendukung kegiatan perencanaan dan pengembangan strategis pengelolaan kemiri dan durian di Kabupaten Karo.


(20)

PENDAHULUAN

Hutan

Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002).

Sedangkan kehutanan adalah suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan pengelolaan ekosistem hutan dan pengurusannya, sehingga ekosistem tersebut mampu memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Tujuan pembangunan kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang terdiri atas pengelolaan hutan produksi berfungsi ekonomi dan ekologi yang sama kuat dan seimbang, pengelolaan hutan konservasi yang berfungsi ekologi, dan pengelolaan hutan kebun kayu sebagai fungsi ekonomi (Arief, 2001).

Pengembangan Tanaman Kehutanan.

Tujuan pembangunan hutan tanaman adalah untuk meningkatkan potensi hutan tanaman yang dibangun dalam kawasan hutan produksi dalam rangka meningkatkan produksi hasil hutan dan meningkatkan partisipasi masayarakat dalam pembangunan kehutanan (Pamulardi, 1995).

Hutan sebagai sumber kekayaan alam milik bangsa Indonesia merupakan satu modal dasar bagi pembangunan nasional yang dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Hutan dan ekosistemnya sebagai salah satu sumber kekayaan


(21)

alam dengan berbagai fungsinya yang serba guna dan serba neka dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya (Pamulardi, 1995).

Dalam perkembangannya hutan telah dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, antara lain pemanfaatan hutan dalam bidang Hak Pengusaan Hutan, Hak Pemungutan Hasil Hutan, dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri yang masing-masing pelaksanaanya berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 14 UUPK, PP Nomor 21 Tahun 1970 jo PP Nomor 18 Tahun 1975, PP Nomor 28 Tahun 1985 dan PP Nomor 7 Tahun 1990 juga Undang undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Pamulardi, 1995).

Jenis-jenis pohon yang ditanam pada kegiatan Hutan Kemasyarakatan adalah jenis pohon serba guna atau pohon kehidupan yang sesuai dan cocok dengan kondisi tanah dan lingkungannya. Dengan penanaman serba guna tersebut, di harapkan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti buah-buahan (seperti, mede, kemiri, durian, aren dll); getah-getahan (seperti damar, jelutung, lak, pinus) ; rotan ; gaharu ; dan sebagainya. Dalam hal ini, yang dimaksud pohon serba guna adalah tanaman tahunan atau pohon yang menghasilkan hasil hutan bukan kayu yang bermanfaat bagi masyarakat disamping dapat meningkatkan mutu hutan.

Kriteria pemilihan jenis pohon serba guna adalah:

1. Mempunyai fungsi konservasi (tata air dan konservasi tanah), 2. Kesesuaian tempat tumbuhan,


(22)

4. Mempunyai nilai ekonomis, 5. Kemudahan dalam pemasaran.

Jenis-jenis pohon serba guna dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu : 1. Kelompok pangan ; 2. Kelompok buah ; 3. Kelompok getah dan 4. Kelompok daun/bunga (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Hutan kemasyarakatan adalah suatu bentuk Perhutanan Sosial yang dilaksanakan di dalam kawasan Hutan, terutama kawasan hutan yang mendapat tekanan berat dan diutamakan untuk dilaksanakan pada kawasana Hutan disekitar desa-desa tertinggal. Dalam pelaksanaan kegiatan Hutan Kemasyarakatan, masyarakat memerlukan pendukung mulai dari pengadaan dan peredaran input, produksi sampai dengan pemasarannya. Untuk itu perlu dibentuk pola dan hubungan kemitraan usaha yang dapat menjamin peningkatan pendapatan masyarakat. Mitra usaha masyarakat dalam usaha pelaksanaan Hutan Kemasyarakatan dapat terdiri dari unsur-unsur Pemerintah Pusat/daerah; Perguruan Tinggi; Lembaga Swadaya masyarakat (LSM); BUMN; swasta, baik swasta kehutanan (HPH, HPHTI) maupun non-kehutanan

(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Tujuan jangka panjang program Perhutanan Sosial (PS) adalah memperbaiki lahan kritis, partisifasi aktif masyarakat lokal dalam pembangunan hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal , menyediakan kebutuhan masyarakat lokal, dan konservasi sumber daya alam. Sedangkan tujuan jangka


(23)

pendek Perhutanan Sosial adalah pembentukan kelompok Tani Hutan (KTH), peningkatan keberhasilan tanaman (Kehutanan dan Pertanian) dan peningkatan pendapatan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) (Nurrochmad, 2005).

Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dan Kegiatan Bina Desa Hutan (BDH) yang dikenakan pada setiap pengusahaan hutan tujuan utamanya adalah mensejaterakan masyarakat lokal, dimana masyarakat diberdayakan sesuai dengan fungsi pokok hutannya (Sardjono, 2004).

Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakana semakin menigkat. Jika semula hutan masih digunakan sebagai sumber bahan makan/buah-buahan, berburu binatang, sumber bahan bakar dan lain-lain maka dengan berkembangnya kebudayaan dan ekonomi, hutan dimanfaatkan lebih intensif sebagai masukan/bahan mentah (Reksohadiprodjo dkk, 1998).

Hutan Rakyat

Hutan rakyat tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim, peternakan, barang dan jasa serta rekreasi alam.bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia sebagai inisiatif masyarakat adalah antara lain: hutan rakyat sengon, hutan rakyat jati, hutan rakyat campuran, khepong adat, khepong campuran, hutan rakyat suren di Bukit Tinggi (disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang dkk, 2001).

Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah milik dengan luas minimal 0,25 ha, penutupan tajuk didominasi tanaman perkayuan, dan atau


(24)

batas luar/pagar pemilikan lahan yang membatasi satu pemilik dengan pemilik lainnya, sehingga lebih lazim disebut pagar hidup. Selain itu juga ditanam bersama tanaman palawija yang dikenal dengan nama tumpangsari. Jenis pohon yang dikembangkan pada hutan rakyat adalah sengon (Paraserianthesfalcataria)

kayu putih (Melaleuca leucadendron), aren (Arenga pinata), akasia (Acacia sp),

kemiri(Aleurites moluccana), jabon(Anthocepallus cadamba), mahoni(Swietenia

macrophylla), bambu (Bambusa), jati putih (Gmelina arborea), johar (Cassia

siamena), kapuk randu (Ceiba petandra), sungkai (Peronema canescens) dan

lain-lain (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).

Hutan rakyat dikelola oleh masing-masing pemilik dengan basis Sistem Hutan Rakyat (SHR). Selama ini hutan rakyat hanya dilihat sebagai kumpulan pohon-pohon yang tumbuh dan berkembang diatas lahan milik rakyat, sehingga banyak dijumpai dalam kalkulasi ekonomi hutan rakyat yang muncul ke permukaan adalah soal yang berkaitan dengan hasil kayu saja (Awang dkk, 2001).

Pada umumnya petani (pemilik lahan) tidak hanya mengusahakan satu jenis komoditi saja, tetapi pada saat yang sama dan dalam sebidang hamparan lahan milik, yang bersangkutan menanam lebih dari satu komoditi. Komposisi

jenis yang diusahakan bisa bervariasi dan merupakan kombinasi antara tanaman tahunan (kayu-kayuan, perkebunan dan buah-buahan) (Awang dkk, 2001).

Pengelolaan Hutan

Pengelolaan hutan (forest management) adalah praktek penerapan


(25)

ekonomi, sosial dan analisis kebijakan dalam rangkaian kegiatan membangun atau meregenerasikan, membina, memanfaatkan dan mengkonservasikan hutan untuk mendapatkan tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan tetap mempertahankan produktivitas dan kwalitas hutan. Pengelolaan hutan mencakup pengelolaan terhadap keindahan (aesthetics), ikan dan fauna air lain pada

sungai-sungai di dalam hutan, rekeasi, nilai-nilai atau fungsi hutan untuk wilayah perkotaan, air, kehidupan liar, kayu dan hasil hutan bukan kayu lainnya, serta berbagai nilai lain yang termasuk dalam kelompok sumber daya hutan (Suhendang, 2002)

Helms (1998) dalam Suhendang (2002) menyatakan bahwa perencanaan kehutanan (forestry planning) merupakan rangkaian kegiatan yang lengkap,

mencakup tahapan-tahapan: pemantauan (monitoring), penilaian (assesmenmt),

pengambilan keputusan (decision making) dan penerapan (implementation) yang

dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan.

Sesuai dengan pasal 23 bahwa 23 Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariaannya. Sehingga telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan penggunaan Kawasan Hutan (Departemen Kehutanan, 2004).


(26)

Koperasi, Badan Usaha Milik Swasta Indonesia, Perorangan, Lembaga Pendidikan, Lembaga Penelitian dan Masyarakat Hukum Adat dengan mempedomani ketentuan dan per-undang-undangan yang berlaku

(Departemen Kehutanan, 2004).

Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mewujudkan tuntutan pengelolaan hutan secara adil dan berkelanjutan senantiasa menghadapi tantangan dan kendala yang terkait dengan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan hutan. Kejelasan hak dan kewajiban yang ada pada masyarakat akan menumbuhkan suasana yang aspiratif dan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai basis pengelolaan hutan. Keterlibatan masyarakat secara sadar akan berperan dan berfungsi dalam pengelolaan hutan yang lestari sehingga menjamin berkembangnya kapasitas dan pemberdayaan masyarakat serta distribusi manfaat hutan (Affandi, 2005).

Beberapa Badan Usaha Milik Negara yang berperan dalam pengelolaan kehutanan adalah:

1. Perusahaan Umum (Perum) Perhutani 2. PT Inhutani

3. Hak Pengusahaan Hutan (HPH)/ Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH) 4. Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI),

5. Hak Pengusahaan Hutan Bina Desa Hutan (HPH Bina Desa). (Pamulardi, 1995).


(27)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (September-Nopember 2007). Lokasi kegiatan Penelitian Pengembangan tanaman kemiri dan durian di 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Tiga Binanga (Desa Tiga Binanga, Desa Menjire dan Desa Bunga Baru), Kecamatan Lau Baleng (Desa lau Baleng, Desa Kutarih dan Desa Lau Peranggunan), Kecamatan Mardingding (Desa Mardingding, Desa Lau Pengulu dan Desa Bandar Purba), Kecamatan Kuta Buluh ( Desa Kuta Maleh, Desa Lau Buluh dan Desa Buah Raya) serta Kecamatan Tigan Derket (Desa Nari Gunung I, Desa Nari Gunung II Desa Kutam Baru dan Desa Temburun) Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:

1. Peta wilayah kabupaten dan dokumen lain yang berkaitan dengan lokasi studi.

2. Kuesioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun primer 3. Laporan-laporan hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan

berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

4. Kamera untuk dokumentasi dan visualisasi obyek kegiatan guna kelengkapan pelaporan.


(28)

5. Alat inventarisasi hutan (pita ukur, tambang, alat pengukur tinggi pohon, tally sheet, dll)

Objek dan Data

Objek Kegiatan

Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dengan pengelolaan dan pengembangan tanaman kemiri dan durian di wilayah studi yaitu:

1. Pemerintah Daerah (Dinas Kehutanan)

2. Aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat

3. Kawasan hutan negara, hutan rakyat, baik pekarangan, kebun/ladang, maupun ladang.

Data Penelitian

Penelitian bersifat eksploratif, pengumpulan data dilakukan dengan mengkombinasikan Metode Telaahan Dokumentasi (Documentation Study) dari berbagai sumber data sekunder dan Metode Langsung (Direct Methods) yaitu pengumpulan data primer di lapangan dengan teknik wawancara (dengan dan tanpa kuesioner) dan observasi lapangan. Pengumpulan data langsung di lapangan, khususnya di daerah terpilih sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan maksud pengambilan data langsung dan mengecek data sekunder di lapangan.

Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: kondisi umum lokasi penelitian, data sosial ekonomi masyarakat, dan hasil penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian. Sedangkan data primer yang dikumpulkan antara lain:


(29)

data luas tanaman kemiri dan durian dan potensi (yang meliputi: kerapatan, data diameter dan tinggi tegakan, jenis tanaman hutan rakyat, umur), pola, serta fungsi dan manfaat kemiri dan durian.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan Sampel

Sampel Kecamatan

Proses pemilihan kecamatan diawali dengan eksplorasi informasi dari berbagai sumber, baik literatur, kunjungan singkat ke lapangan, dan pemanfaatan data/informasi dari instansi terkait langsung dalam pengelolaan tanaman kemiri. Desa yang dianggap cocok dijadikan sebagai sampel kecamatan.

Sampel responden

Responden kasus dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) pemilik kebun kemiri pada desa sampel terpilih. Responden kasus diambil secara acak sederhana (simple random sampling), dengan jumlah responden per desa berdasarkan quota sample (disesuaikan dengan kebutuhan).

Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan (daerah terpilih sebagai lokasi penelitian). Tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi dan inventarisasi tanaman kemiri dan durian yang dibudidayakan masyarakat di kabupaten lokasi penelitian.


(30)

2. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman kemiri dan durian yang ada di lapangan untuk memperoleh informasi mengenai proses pengelolaannya

3. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para pelaku (aktor) utama yang mewakili dan para pihak pemangku kepentingan dalam pengelolaan tanaman kemiri dan durian.

4. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder, selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diolah secara tabulasi.

Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan dengan wawancara dan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang diperoleh dari setiap responden meliputi:

1. Identifikasi diri responden

2. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman kemiri dan durian

3. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman kemiri atau durian dan teknis budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan) serta waktu kegiatan tersebut dilakukan


(31)

4. Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya hutan rakyat dan harga input yang digunakan

5. Metode penjulan hasil kayu yang dilakukan petani dan harga jualnya 6. Potensi tanaman kemiri atau durian yang dibudidayakan yang meliputi

jenis, sebaran diameter, tinggi pohon, luas bidang dasar, dan volume tegakan.

Pengumpulan data primer yaitu penutupan lahan adalah dengan melakukan inventarisasi dan teknik sampling terhadap tanaman kemiri atau durian yang dikelola masyarakat. Teknik sampling yang digunakan adalah petak contoh, dan metode pengambilannya adalah 1 plot tiap luasan kemiri atau durian responden. Pada saat itu juga dilakukan pengukuran vegetasi meliputi tinggi, diameter dan jumlah individu pada tingkat pohon. Adapun bentuk petak contoh untuk pengukuran data vegetasi berupa lingkaran dengan ukuran 0.1 ha yang diletakkan secara purposive.

Analisis Data

Potensi Kemiri dan Durian

Penaksiran potensi kayu kemiri dan durian dimulai dengan perhitungan potensi tanaman kemiri dan durian yang dimiliki oleh setiap sampel responden pada desa sampel terpilih. Data dari hasil inventarisasi kayu di tanaman kemiri dan durian, kemudian dapat dihitung parameter-parameter tegakannya yang meliputi jenis pohon, jumlah pohon, luas bidang dasar (lbds), dan volume persatuan luas.


(32)

Perhitungan buah dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden. Data potensi buah ini merupakan data awal yang bersifat primer. Potensi buah kemiri atau durian dinyatakan dalam kilogram.

Jumlah pohon penyusun tanaman kemiri dan durian dapat diperoleh dari hasil inventarisasi untuk setiap jenis kayu. Lbds tegakan dapat dihitung dengan rumus berikut:

Lbds = 0,25 x π x Di2 Dimana:

Lbds : luas bidang dasar tegakan (m2)

Di : Diameter batang (tinggi pengukuran 1,3 m) untuk pohon jenis i (m)

Penghitungan volume tegakan berdiri tanaman kemiri dan durian dapat dihitung dengan rumus berikut (Widayati dan Riyanto, 2005):

Vi = Lbds x ti x fi Dimana:

Vi : Volume pohon jenis i (m3) ti : Tinggi total pohon jenis i (m)


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Produktivitas Kemiri dan Durian

A. Kemiri

Klassifikasi Ilmiah Kemiri Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Family : Euphorbiaceae Genus : Aleurites

Spesies : Aleurites moluccana

Dari hasil penelitian didapat produktifitas kemiri yang diteliti di Kecamatan Kuta Buluh, Kecamatan Tiga Binanga, Kecamatan Lau Baleng dan Kecamatan Mardingding masing-masing memiliki hasil yang berbeda. Hal ini karena perbedaan luas lahan, topografi, populasi, jarak dan cara pengelolaan.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa produksi buah kemiri dari desa-desa dan keluarga-keluarga sampel penelitian dari Kecamatan Kuta Buluh dapat mencapai 348,1 kg ; Kecamatan Tiga Binanga 512,5 kg; Kecamatan Lau Baleng 775 kg ; Kecamatan Mardingding 689,5 kg. Selengkapnya taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kemiri pada kecamatan penelitian dapat disajikan pada Tabel 6 sampai Tabel 9.


(34)

Tabel 6. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Kuta Buluh

Desa Jumlah

responden

Hasil buah bersih per bulan (Kg)

Total lahan (Ha)

Jumlah volume kayu berdiri (m3) Kuta Maleh Buah Raya Lau Buluh 5 5 5 94 142,1 112 5,5 4 5,5 143,751 141,6187 137,309

Total 15 348,1 15 281,06

(Sumber : Data primer).

Tabel 7. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Tiga Binanga

Desa Jumlah

responden Hasil buah bersih per bulan (Kg) Total lahan (Ha) Jumlah volume kayu berdiri (m3)

Tiga Binanga Menjire Bunga Baru 5 5 5 156 149 207,5 7,5 7 8,3 140,841 134,1747 133,598

Total 15 512,5 22,8 408,6137

(Sumber : Data primer).

Tabel 8. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Lau Baleng

Desa Jumlah

responden Hasil buah bersih per bulan (Kg) Total lahan (Ha) Jumlah volume kayu berdiri (m3)

Lau Baleng Kutarih Lau Peranggunan 5 5 5 141 479 155 7 14,5 8 160,478 143,131 160,558

Total 15 775 29,5 464,167

(Sumber : Data primer).

Tabel 9. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri kebun kemiri Kecamatan Mardingding

Desa Jumlah

responden Hasil buah bersih per bulan (Kg) Total Lahan (Ha) Jumlah volume kayu berdiri (m3)

Mardingding Lau Pengulu Bandar Purba 5 5 5 251 185,5 253 9 7 10 133,634 1070,56 859,95

Total 15 689,5 26 2064,136


(35)

Sunanto (1994) dalam bukunya menyatakan bahwa kayu kemiri sangat ringan dan tidak awet jika digunakan untuk bahan bangunan walaupun ukurannya besar. Pernyataan ini sesuai dengan responden Purba Karo-karo dari Desa Bunga Baru Kecamatan Tiga Binanga kayu kemiri kurang bagus untuk dimanfaatkan sebagai kayu bakar, karena kalor yang dihasilkan kecil, arti kata banyak asap tetapi api sedikit. Juga dikatakan karena kayu kemiri rapuh sehingga tidak menghasilkan arang panas. Jika ada satu atau dua batang kemiri yang tumbang dalam satu kebun kemiri dibiarkan saja membusuk, sehingga tidak ada ditemukan panenan kayu tahunan.

B. Durian

Klassifikasi IlmiahDurian Kerajaan : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Family : Bombacacea Genus : Durio

Spesies : Durio zibhetinus

Pohon durian yang diteliti tidaklah membentuk suatu pola yang disebut sebagai hutan, karena pemilikan lahan durian tidak sampi ber hektar-hektar. Malah ada yang hanya memiliki beberapa pohon durian semisal 10 pohon, 15


(36)

karena rasa buah yang lezat juga dapat dipasarkan untuk menambah pendapatan petani. Durian hanya sekali atau dua kali panen setahun. Dari responden diketahui bahwa durian biasanya berbunga pada bulan Mei dan dan buahnya bisa dipanen pada bulan Oktober.

Diantara keempat desa yang diteliti, Desa Nari Gunung I memiliki potensi buah paling besar dengan jumlah sekitar 2.266,66 kg per bulan atau 2,26 ton per bulan dengan luasan lahan sekitar 1,8 ha. Potensi kayu berdir sekitar 625,092 m3. Desa Nari Gunung II menghasilkan buah sekitar 1500 kg per bulan atau 1,5 ton dengan luas lahan 0,764 ha. Potensi kayu berdiri sekitar 443,143 m3. Sementara Desa Kutam Baru menghasilkan buah sekitar 916,66 kg per bulan atau 11 ton per tahun dengan luasan lahan 1,5 ha dan potensi kayu sekitar 167,13 m3.

Dari keempat desa tersebut total potensi buah yang dihasilkan per bulan adalah 7183,32 kg atau 7,183 ton per tahun. Luas lahan sekitar 5,514 ha. Potensi kayu berdiri sekitar 1868,365 m3. Adanya perbedaan antara keempat desa ini pada potensi buah, volume kayu berdiri dan luas lahan mengacu pada penelitian yang dilakukan. Potensi tidaklah harus sama, karena bisa dipengaruhi oleh faktor tanah, luas lahan, populasi, potensi buah dan kayunya sendiri serta teknik budidaya dan teknik pemeliharaan yang dilakukan. Selengkapnya potensi durian dapat disajikan pada Tabel 10.


(37)

Tabel 10. Taksiran potensi buah, luas lahan dan volume kayu berdiri durian Kecamatan Tigan Derket.

Desa Jumlah

responden

Hasil bersih per bulan (Kg)

Total Lahan (Ha)

Jumlah volume kayu berdiri (m3)

Nari Gunung I Nari Gunung II Kutam Baru Temburun 5 5 5 5 2.266,66 1500 2.083,33 1.750 1,8 0,764 2 0,95 625,092 443,143 500,13 300

Total 15 7183,32 5,514 1868,365

(Sumber : Data primer).

Pola Pengelolaan dan Pengembangan Tanaman Kemiri dan Durian

A. Kemiri

Kemiri, yang sudah banyak dibudidayakan para petani karo masih menggunakan pola pengelolaan yang konvensional. Penanaman bersifat monokultur, dimana tanaman-tanaman lain disingkirkan agar pertumbuhan pohon kemiri lebih terjamin, disamping itu karena perawatannya akan lebih mudah. Lahan yang diusahai adalah lahan milik keluarga dan dikelola oleh keluarga petani tanpa melibatkan pemerintah. Kemiri yang ditanam dapat tumbuh dengan subur. Pemeliharaan mudah, tidak perlu dipupuk, hanya penyiangan dilakukan 3-4 kali setahun. Luasan kebun kemiri rata-rata 1-2 ha dan merupakan lahan pribadi. Persiapan lahan sekitar 1-3 bulan dengan tenaga kerja 2,3 atau 4 orang. Biaya persiapan lahan tergolong hemat, sekitar 500 ribu sampai 1,5 juta rupiah tergantung luas lahan yang dimiliki.


(38)

Teknis pembibitan

1. Biji kemiri yang dianggap bagus dan sehat di semaikan dalam bedeng tabur dengan media tanah subur dan pasir di bagian atas.

2. Setelah biji disusun dengan rapi lalu dilapisi dengan pasir merata setebal ± 2 centi meter.

3. Setelah itu dilakukan pemanasan dengan pembakaran ilalang kering atau sejenisnya untuk sementara waktu diatas bedengan untuk mempermudah perkecambahan. Yang lain dengan mengikir mata kecambah.

4. Setelah berkecambah dimasukkan kedalam polybag. 5. Kira-kira 3-4 bulan dengan tinggi ± 25 cm bisa ditanam.

6. Penanaman kemiri membutuhkan naungan agar tidak layu oleh sinar matahari.

Bibit yang bagus adalah bibit yang hijau muda, ukuran batang cukup besar, tanpa bercak penyakit pada batang atau daun serta perakarannya kompak. Alat-alat penanaman adalah cangkul, pisau ember dan keranjang. Jarak berkisar 6x6 sampai 8x9 meter dengan penanaman per ha sekitar 120 sampai 185 tanaman. Penyiangan jarang dilakukan, hanya 1-2 kali setahun. Pemupukan hanya pada umur 2-3 bulan setelah penanaman setelah itu tidak dipupuk lagi. Hal karena tanaman kemiri dapat tumbuh dengan subur hampir pada semua Tanah Karo.

Tanaman kemiri tidak banyak memiliki ancaman baik hama, penyakit , kebakaran, penggembalaan liar ataupun bencana alam. Paling hanya pencurian kecil karena jarak lahan kemiri yang cukup jauh dari rumah. Oleh sebab itu


(39)

pertumbuhannya cukup terjamin. Untuk sebagian petani terdapat perlakuan khusus yaitu dengan membuat sayatan-sayatan di bagian bawah pokok, dengan anggapan akan mempercepat dan memperbanyak buah kemiri.

Sunanto (1994) dalam bukunya menyatakan bahwa prospek tanaman kemiri sangat baik, karena pemasarannya tidak sulit. Oleh karena itu usaha pengembangan tanaman kemiri perlu dipacu terus usaha pengembangan tanaman kemiri disamping menghasilkan biji kemiri juga berfungsi sebagai konservasi tanah dan air yang berkaitan erat dengan berbagai kepentingan industri, pariwisata, kelestarian lingkungan hidup terutama di Daerah Aliran Sungai.

Buah kemiri dapat dipanen mulai umur 6 tahun, dan panen besar 1-2 kali setahun dan juga panen-panen sampingan 1-2 kali sebulan. Buah yang sudah matang akan jatuh sendiri. Hasil 1 ha per tahun bervariasi dari 100 kg- 350 kg. Variasi ini karena perbedaan umur, topografi, jarak dan pemeliharaan. Buah yang sudah di panen selanjutnya diolah untuk membuang kulit luar dan dan tempurungnya untuk mendapatkan buah yang terdapat dalam kulit biji. Buah yang sudah bersih dijual ke pasar dengan harga rata-rata Rp 10.000,- per kilo gram.

B. Durian

Durian masih dibudidayakan dalam jumlah kecil dan jumlah pokok yang dimiliki masih sedikit. Penanamannya banyak yang acak tidak membentuk suatu pola dan kesatuan tumbuh tertentu. Pengelolaanya dilakukan oleh petani dan caranya masih tradisional. Luasan durian rata-rata dibawah 1 ha dan merupakan lahan pribadi. Persiapan lahan sekitar 1-4 bulan dengan tenaga kerja 2,3 atau 4


(40)

orang. Biaya persiapan lahan tergolong hemat, sekitar 500 ribu sampai 4 juta rupiah tergantung luas lahan yang dimiliki.

Teknis pembibitan

1. Diambil buah dari pokok yang pertumbuhannya bagus dan sudah berumur 10 tahun ke atas.

2. Buah yang bagus diambil bijinya

3. Lalu disemaikan dalam bedeng tabur dengan media tanah yang gembur

4. Lalu dipindahkan ke polybag setelah berkecambah 5. Diberi naungan agar pertumbuhan dalam bedeng bagus 6. Setelah 3-4 bulan bibit siap di tanam ke lapangan.

Alat penanaman bibit durian adalah cangkul, pisau dan keranjang. Pada penanaman, lobang tanam bisa diberikan tanah gembur agar pertumbuhan awal lebih bagus. Pemupukan pertama dilakukan setelah berumur1-2 bulan. Selanjutnya dipupuk setelah berbuah. Hama dan penyakit durian tidak banyak. Ancaman ternak tidak ada, paling pencurian. Pohon durian bisa dipanen mulai umur sekitar 6-7 tahun bila pengurusannya bagus. Panen besar durian sekali setahun dan panen kecil 6 bulan berikutnya. Pemanena buah durian dilakukan oleh pemiliknya.

Pada usia sekitar 8 tahun setelah ditanam maka pda bulan-bulan Juni – September durian sudah berbunga. Sekitar Oktober – Februari, jadi 4-5 bulan kemudian buah durian sudah matang untuk dipanen. Buah yang matang akan jatuh


(41)

sendiri. Buah dari pangkal dahan dekat batang umumnya memiliki daging yang tebal, rasanya lebih manis dan daging buahnya lebih kering (Setiadi, 1999).

Sebagian buah durian dinikmati oleh petani durian dan sebagian lagi dijual. Harga per buah (± 2 kg) Rp 3000,- dan yang kecil bisa 4 buah Rp 10.000,-. Buah dijual ke pasar lokal, atau ke agen atau langsung ke konsumen dengan menjajakannya di depan rumah.

Manfaat Pengelolaan dan Pengembangan Kemiri dan Durian A. Kemiri

Dari hasil penelitian didapat bahwa kemiri dapat menambah penghasilan masyarakat mulai dari Rp 66.000,- per bulan sampai 2,5 juta per bulan dengan harga Rp. 10.000 per kilo gram dengan luasan kebun kemiri mulai dari 0,5 ha sampai 7 ha. Dengan demikian kemiri diperkirakan sudah menjadi andalan ekonomi masyarakat karo selama puluhan tahun. Sejak lama kemiri sangat dibanggakan oleh petani karena tumbuhnya yang subur, perawatannya yang mudah, musim berbuah yang teratur dan harga yang cukup stabil pada kisaran Rp 9.000,- sampi 11.000 per kilo gram. Biasanya harga pasar lebih mahal sekitar Rp. 1000,- sampai Rp 2000,- dari harga petani. Dengan kondisi masing-masing pertumbuhan kemiri, para petani bisa mendapatkan hasil antara 200 kg per tahun sampai 350 kg dari 1 ha.Disamping kemiri, petani juga membudidayakan tanaman pertanian seperti jagung, cokelat, sayur-sayuran, umbi-umbian, tomat, cabe, dan juga beternak unggas, sapi, babi dan kambing. Hasil tani kemiri memberikan tambahan yang lumayan bagi para petani.Untuk selengkapnya taksiran kontribusi


(42)

kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden dapat disajikan pada Tabel 11 sampai Tabel 14.

Tabel 11. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.

Kecamatan : Kuta Buluh

No Responden Luas

kebun kemiri (Ha) Hasil/ bulan (Kg) Jumlah dalam rupiah Hasil Pertanian (Padi,jagung, cokelat,sayuran, ternak, dll) Profesi Lain (dagang, sopir, guru, dll) Pendapatan/ Bulan

Desa Kuta Maleh

1 Purnama

Peranginangin

1 21 210.000 1.180.000 - 1.390.000

2 Zainal Sitepu 1 21 210.000 908.000 - 1.118.888

3 Sabar

Peranginangin

1 16 160.000 800.000 - 960.000

4 B. Karo-karo 1 21 210.000 900.000 1.110.000

5 M. Karo-karo 1,5 25 250.000 1.150.000 1.400.000

Desa Buah Raya

1 Haluanta

Sembiring

1 12,5 125.000 1.000.000 - 1.000.000

2 B. Sembiring 0,5 8,3 83.000 1.045.000 - 1.353.000

3 Robet Sitepu 0,5 6,6 66.000 1.600.000 - 1.666.000

4 Simet

Sembiring

1 20 200.000 1.100.000 - 1.300.000

5 P.Peranginangin 1 20 200.000 1.100.000 1.300.000

Desa Lau Buluh

1 Atang

Peranginangin

1 16 160.000 200.000 3.000.000 3.360.000

2 Waktu Ketaren 0,5 16,5 165.000 835.000 1.000.000 2.000.000

3 Saringat

Karo-karo

1 21 210.000 1.000.000 - 1.210.000

4 Tempel

Sembiring

1 22 220.000 500.000 - 720.000

5 Naik Milala 2 37 370.000 500.000 870.000


(43)

Tabel 12. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.

Kecamatan : Tiga Binanga

No Responden Luas

kebun kemiri (Ha) Hasil/ bulan (Kg) Jumlah dalam rupiah Hasil Pertanian (Padi,jagung, cokelat,sayuran, ternak, dll) Profesi lain (dagang, sopir, guru, dll) Pendapatan/ Bulan

Desa Tiga Binanga

1 Rogawaty

Ginting

0,5 7,5 75.000 1.925.000 - 2.000.000

2 Sukarela

Ginting

3 66,5 665.000 200.000 - 865.000

3 Arihta

Ginting

2 41 410.000 800.000 - 1.210.000

4 Deka Purba 1 20 200.000 1.300.000 - 1.500.000

5 Masta

Ginting

1 21 210.000 700.000 1.500.000 2.410.000

Desa Menjire

1 Polen

Sembiring

2 38 380.000 700.000 - 1.280.000

2 Masri

Perangin

1 25 250.000 800.000 - 1.050.000

3 Umur

Sembiring

1 29 290.000 720.000 - 1.010.000

4 Bersih

Ginting

2 35 350.000 900.000 - 1.250.000

5 Dahlia

Sebayang

1 22 220.000 1.000.000 - 1.220.000

Desa Bunga Baru

1 Purba

Karo-karo

2,5 75 750.000 2.500.000 750.000 4.000.000

2 Johari

Tarigan

1,5 41,5 415.000 900.000 - 1.315.000

3 Ripin

Purba

1 30 300.000 500.000 - 800.000

4 Jonta

Ginting

1,3 24 240.000 300.000 - 540.000

5 Data Milala 2 37 370.000 1.300.000 - 1.670.000


(44)

Tabel 13. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.

Kecamatan : Lau Baleng No Responden Luas

kebun kemiri (Ha) Hasil/ bulan (Kg) Jumlah dalam rupiah Hasil pertanian (Padi,jagung, cokelat,sayuran, ternak, dll) Profesi lain (dagang, sopir, guru, dll) Pendapatan/ Bulan

Desa Lau Baleng

1 Arizona

Sembiring

1 25 50.000 1.600.000 - 1.650.000

2 Repely

Sembiring

1 21 210.000 - 2.500.000 2.710.000

3 Syahbudin

Ginting

1 25 250.000 750.000 - 1.000.000

4 Wendy

Ginting

3 50 500.000 2.000.000 - 2.500.000

5 Juhar

Tarigan

1 20 200.000 700.000 - 900.000

Desa Kutarih

1 Lida Br

Pinem

3 100 1.000.000 - 4.000.000 5.000.000

2 Mungkin

Ginting

3 100 1.000.000 - 2.000.000 3.000.000

3 Sangap

Sitepu

7 250 2.500.000 - 500.000 3.000.000

4 Iting

Ginting

1 19 190.000 1.000.000 - 1.190.000

5 John

Sembiring

0.5 10 100.000 1.500.000 - 1.600.000

Desa Lau Peranggunan

1 Sukarni

Tarigan

2 33 330.000 2.670.000 - 3.000.000

2 Markos

Ginting

2 50 500.000 1.000.000 - 1.500.000

3 Marlon

Tarigan

1,5 29 290.000 850.000 - 1.140.000

4 Syarif

Tarigan

2 33 330.000 1.000.000 - 1.330.000

5 Riston

Tarigan

0,5 10 100.000 1.100.000 - 1.200.000


(45)

Tabel 14. Taksiran kontribusi kemiri terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden.

Kecamatan : Mardingding

No Responden Luas

kebun kemiri (Ha) Hasil/ bulan (Kg) Jumlah dalam rupiah Hasil pertanian (Padi,jagung, cokelat,sayuran, ternak, dll) Profesi lain (dagang, sopir, guru, dll) Pendapatan/ Bulan Desa Mardingding

1 Pardamean

Ginting

2 83 830.000 300.000 - 1.130.000

2 Rasid Ginting 2 58 580.000 - 1.500.000 2.080.000

3 Maulana

Ginting

2 50 500.000 500.000 - 1.000.000

4 Ngedeng

Peranginangin

1 23 230.000 1.000.000 - 1.230.000

5 Senen Tarigan 2 37 370.000 1.000.000 - 1.370.000

Desa Lau Pengulu

1 Aristo Pinem 1,5 37,5 375.000 800.000 - 1.175.000

2 Hidup

Sembiring

2 66,5 665.000 500.000 - 1.165.000

3 Zaman

Sembiring

1,5 37,5 375.000 1.000.000 - 1.375.000

4 Menang

Ginting

1 22 220.000 300.000 - 520.000

5 Salam

Ginting

1 22 220.000 250.000 - 470.000

Desa Bandar Purba

1 H.

Situmorang

2 50 500.000 1.500.000 - 2.000.000

2 Arta Br Karo 2 58 580.000 800.000 - 1.380.000

3 Yahya

Ginting

2 58 580.000 1.000.000 - 1.580.000

4 Litmin Purba 2 42 420.000 1.200.000 - 1.620.000

5 Sudin Barus 2 45 450.000 1.550.000 - 2.000.000

(Sumber : Data primer).

Dari penelitian diperoleh bahwa kontribusi kemiri terhadap ekonomi keluarga berkisar antara 10,34 % sampai 39,43 %. Dimana desa Lau Buluh Kecamatan Kuta Buluh memiliki persentase terkecil, yaitu 10,34 %. Tertinggi di desa Lau Pengulu Kecamatan Mardingding dengan persentase 38,9 %. Persentase penghasilan warga dari kemiri ini cukup rendah di banding penghasilan dari


(46)

tidak lagi maksimal. Selain itu panen kemiri berkurang karena kurangnya pengembangan, pemeliharaan. Karena itu masyarakat mulai mengalihkan mata pencahariannya kearah budi daya pertanian palawija dan buah-buahan. Untuk selengkapnya persentase pendapatan kemiri terhadap pendapatan total rumah tangga responen dapat disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Persentase pendapatan kemiri terhadap pendapatan total rumah tangga responen

Persentase pendapatan kemiri dibanding pendapatan total per bulan

Kecamatan Desa Kebun Kemiri

(Rp) Pertanian (Rp) Lain-lain (Rp) Total (Rp)

Kuta Buluh Kuta Maleh

Persentase (%) 1.400.000 22,12 4.930.000 77,88 6.330.000 100% Buah Raya Persentase (%) 674.000 10,34 5.845.000 89,66 6.519.000 100% Lau Buluh Persentase (%) 1.125.000 13,79 3.035.000 37,19 4.000.000 49,02 8.160.000 100

Tiga Binanga Tiga Binanga

Persentase (%) 1.560.000 24,06 4.925.000 75,94 6.485.000 100% Desa Menjire Persentase (%) 1.490.000 26,56 4.120.000 73,44 5.610.000 100% Bunga Baru Persentase (%) 2.075.000 24,92 5.500.000 66,07 750.000 9,01 8.325.000 100%

Lau Baleng Lau Baleng

Persentase (%) 1.210.000 13,81 5.050.000 57,65 2.500.000 28,54 8.760.000 100 Kutarih Persentase (%) 4.790.000 34,74 2.500.000 18,13 6.500.000 47,14 1.3790.000 100% Lau Peranggunan Persentase (%) 1.550.000 18,.97 6.620.000 81,03 8.170.000 100%

Mardingding Mardingding

Persentase (%) 2.510.000 36,86 2.800.000 41,12 1.500.000 22,02 6.810.000 100% Lau Pengulu Persentase (%) 1.855.000 39.43 2.850.000 60.57 4.705.000 100% Bandar Purba Persentase (%) 2.530.000 29,49 6.050.000 70,51 8.580.000 100% (Sumber : Data primer).


(47)

B. Durian

Salah satu kecamatan yang cukup banyak menghasilkan durian dari Kabupaten Karo adalah Kecamatan Tigan Derket. Jumlah desa/kelurahan, jumlah desa penghasil durian dan jumlah desa yang diteliti pada kecamatan Tigan Derket dapat disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Jumlah desa/kelurahan, jumlah desa penghasil durian dan jumlah desa yang diteliti pada kecamatan penelitian Tigan Derket.

Kecamatan Jumlah

desa/kelurahan

Jumlah desa penghasil durian

Jumlah desa yang diteliti

Tigan Derket 17 6 4

(Sumber : Data primer).

Tabel 17. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga pemiliki durian dan jumlah keluarga yang diteliti sebagai responden

Kecamatan Desa Jumlah

keluarga

Jumlah keluarga pemilik durian

Jumlah keluarga yang teliti

Tigan Derket Nari Gunung I 132 22 5

Nari Gunung II 146 25 5

Kutambaru 184 38 5

Temburun 83 20 5

(Sumber : Data primer).

Dari penelitian diperoleh bahwa durian telah memberikan pendapatan bagi petani sekitar Rp 150.000.- sampai Rp 750.000.- per bulannya tergantung banyak pokok durian dan produksi buahnya. Dengan demikian berarti cukup signifikan untuk menambah daya ekonomi petani. Namun karena musim berbuah 1-2 kali setahun, maka petani tergolong kurang untuk membudidayakannya. Pada hal pertumbuhannya bagus dan tidak membutuhkan banyak biaya dan waktu untuk pemeliharaannya. Selengkapnya taksiran kontribusi durian terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden Kecamatan Tigan Derket dapat


(48)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa di desa Nari Gunung I tanaman durian bisa menyumbang pendapatan petani sampai 42,36 % dari total pendapatan responden dengan asumsi bahwa semua produksi buah durian baik yang dijual maupun yang dikonsumsi sendiri diukur dalam bentuk uang. Terkecil di Desa Nari Gunung II mencapai 25 % dari total penghasilan responden. Untuk selengkapnya persentase pendapatan durian terhadap pendapatan total rumah tangga responden dapat disajikan pada Tabel 19.

Menurut Redaksi Trubus (2003) dalam setiap 100 gram bagian buah durian yang dapat dimakan mengandung kalori sebanyak 134 kal, protein 2,5 gram, lemak 3 gram, hidrat arang sekitar 16,1 gram, vitamin A 135 SI, vitamin B1

0,1 mili gram, vitamin C 53 gram, serta bagian yang dapat dimakan (b.d.t) 22 %. Dengan berbagai manfaat dari durian tentunya menjadikannya sebagai suatu spesies yang layak untuk diteliti lebih lanjut dan budidayanya lebih dikembangkan.


(49)

Tabel 18. Taksiran kontribusi durian terhadap pendapatan rata-rata rumah tangga responden Kecamatan Tigan Derket

No Responden Luas

kebun durian (Ha) Hasil/ bulan (Kg) Jumlah dalam rupiah Hasil pertanian (Padi,jagung, cokelat,sayuran, ternak, dll) Profesi lain (dagang, sopir, guru, dll) Pendapatan/ Bulan

Desa Nari Gunung I

1 Alex Albert

Surbakti

0,8 366,66 641.000 1.000.000 - 1.641.000

2 Selamat

Ginting

0,25 500 750.000 800.000 - 1.550.000

3 Indra Bangun 0,25 500 750.000 500.000 - 1.250.000

4 Kawas Tarigan 0,2 400 600.000 1.200.000 - 1.800.000

5 Dapat Bangun 0,3 500 750.000 1.250.000 - 2.000.000

Desa Nari Gunung II

1 A. Sembiring 0,036 100 150.000 1.000.000 1.500.000 2.650.000

2 Semin

Sembiring

0,084 166,67 250.000 1.200.000 - 1.450.000

3 K.bangun 0,144 333,33 500.000 1.000.000 - 1.500.000

4 Jamin Sitepu 0,3 500 750.000 250.000 1.000.000 2.000.000

5 Pelta Sebayang 0,2 400 600.000 300.000 1.500.000 2.400.000

Desa Kutam Baru

1 Kolam

Singarimbun

0,5 333,33 500.000 1.500.000 - 2.000.000

2 Braham

Sembiring

0,5 500 750.000 1.200.000 - 1.950.000

3 Waspada

Surbakti

0,5 500 750.000 1.300.000 - 2.050.000

4 Maju

Singarimbun

0,3 350 525.000 1.500.000 - 2.025.000

5 Samuel

Singarimbun

0,2 400 600.000 2.000.000 - 2.600.000

Desa Temberun

1 Jakob Bangun 0,2 400 600.000 1.000.000 - 1.600.000

2 Baloh

Sembiring

0,15 300 450.000 1.200.000 - 1.650.000

3 Nelsi

Singarimbun

0,2 400 600.000 3.000.000 - 3.600.000

4 Musina

Sembiring

0,15 300 450.000 1.300.000 - 1.750.000

5 Tandel

Singarimbun

0,25 450 675.000 500.000 - 1.175.000


(50)

Tabel 19. Persentase pendapatan durian terhadap pendapatan total rumah tangga responen

Persentase pendapatan durian dibanding pendapatan total per bulan

Kecamatan Desa Kebun

durian (Rp) Pertanian (Rp) Lain-lain (Rp) Total (Rp) Tigan Derket

Nari Gunung I Persentase (%) 3.491.000 42,36 4.750.000 57,64 8.241.000 100 Nari Gunung II

Persentase (%) 2.250.000 25 2.750.000 30,56 4.000.000 44,44 9.000.000 100 Kutam Baru Persentase (%) 3.125.000 29,41 7.500.000 70,59 10.625.000 100 Temburun Persentase (%) 2.775.000 28,39 7.000.000 71,61 9.775.000 100 (Sumber : Data primer).


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian di lapangan dan analisa data dapat diambil kesimpulan:

1. Besarnya potensi buah kemiri masing-masing per bulan di Kecamatan Kuta Buluh mencapai 348,1 kg; Kecamatan Tiga Binanga 512,5 kg; Kecamatan Lau Baleng 775 kg dan Kecamatan Mardingding 689,5 kg. Potensi buah durian di sampel Kecamatan Tigan Derket 7183,32 kg per bualan.

2. Pengelolaan kemiri dan durian, yang sudah banyak dibudidayakan para petani karo masih menggunakan pola pengelolaan yang konvensional. Lahan yang diusahai adalah lahan milik keluarga dan dikelola oleh keluarga petani tanpa melibatkan pemerintah atau mitra. 3. Dari hasil penelitian didapat bahwa kemiri dapat menambah

penghasilan masyarakat mulai dari Rp 66.000,- per bulan sampai 2,5 juta per bulan. Persentase kemiri terhadap pendapatan total keluarga di setiap desa sampel penelitian berkisar mulai 10,34 % sampai 39,43%. Sedangkan durian mulai Rp 150.000.- sampai Rp 750.000.- per bulan dengann persentase 25 % sampai 42,36 % pada sampel desa penelitian.


(52)

Saran

Kemiri dan durian memiliki manfaat yang sangat besar. Kemiri banyak digunakan untuk bumbu masak dan produk kosmetik. Sementara durian selain rasa buah yang lezat juga banyak mengandung vitamin yang diperlukan oleh manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan tanaman kemiri dan durian di Kabupaten Tanah Karo. Pembentukan mitra dan pendirian koperasi. Selain itu perlu dilakukan pelatihan budidaya kemiri yang mencakup pengolahan tanah, pencarian bibit unggul dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, penanganan hama dan penyakit pada kemiri dan durian yang tepat agar petani mengerti dan mandiri mengembangkannya. Termasuk mencari pemasaran hasil kemiri dan durian agar harga jual lebih menguntungkan para petani.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, O. 2005. Perspektif Sosiologis Pelibatan Masyarakat Lokal Dalam Pembangunan Kehutanan. www. kehutanan masyarakat. com.

[akses: September 2007].

Awang, S.A., Andayani, W., Himmah, B., Widayanti, W.T., Affianto, A. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo. 2005. Profil Daerah Kabupaten Karo 2004. Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo. Bratawinata, A.A. 2001. Ekologi Hutan Hujan Tropis dan Metode Analisis

Hutan. Laboratorium Ekologi dan Dendrologi Fakultas Kehutanan Univ. Mulawaraman. Samarinda.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2004. Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan. Sekretariat Jenderal Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan. Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Karo. 2006. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat

Menurut Kecamatan 2006

Nurrochmad D. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Pamulardi, B. 1995. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Redaksi Trubus. 2003. Mengebunkan Durian Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Reksohadiprodjo, S dan Pradono. 1998. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi.

BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Rukmana, R. 1996. Durian, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Sardjono, M.A. 2004. Mosaik Sosiologi Kehutanan, Masyarakat Lokal, Politik

dan Kelestarian Sumberdaya. Debut Press. Yogyakarta. Setiadi. 1999. Bertanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta.


(54)

Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Ekspor. Kanisius. Yogyakarta. Wardani, M, Hadjib, N, Sutigno, P. 2007. Pembinaan Jaringan Jenis Andalan

Setempat Sebagai Bagian Dari Jaringan Penelitian Dan Pengembangan

Kehutanan.

Widayati, W .T dan S. Riyanto. 2005. Penelitian Potensi Hutan Rakyat dan Analisis Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Alam di Kabupaten Boyolali. Jurnal Hutan Rakyat Volume VII No. 2 Tahun 2005. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Zain, A.S. 1998. Aspek Pembinaan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Rineka Cipta. Jakarta.


(55)

Lampiran 1 . Tabel data responden kemiri Kecamatan Kuta Buluh No Nama

Responden

Umur (Tahun)

Pendidikan Jumlah

Anggota keluarga

Pekerjaan Pendapatan

per Bulan (Rp) Desa Kuta Maleh

1 Purnama P 40 SMP 5 Tani 1.390.000

2 Zainal Sitepu 21 SMP 3 Tani 1.118.888

3 Sabar P 50 SD 2 Tani 960.000

4 Bapaknami

Karo-karo

65 SD 2 Tani 1.110.000

5 Minah Karo-karo 70 SD 3 Tani 1.400.000

Desa Buah Raya

1 Haluanta

Sembiring

20 SMP 3 Tani 1.000.000

2 B. Sembiring 48 SD 4 Tani 1.353.000

3 Robet Sitepu 40 SD 6 Tani 1.666.000

4 Simet Sembiring 65 SD 4 Tani 1.300.000

5 P. Peranginangin 65 SD 5 Tani 1.300.000

Desa Lau Buluh

1 Atang P. 44 S1 6 PNS,Tani 3.360.000

2 Waktu Ketaren 40 SD 6 Tani, Sopir 2.000.000

3 Saringat K 52 SD 4 Tani 1.210.000

4 Tempel

Sembiring

60 SD 1 Tani 720.000


(56)

Lampiran 2 . Tabel data responden kemiri Kecamatan Tiga Binanga No Nama

Responden

Umur (Tahun)

Pendidikan Jumlah

Anggota Keluarga

Pekerjaan Pendapatan

per Bulan (Rp) Desa Tiga Binanga

1 Rogawaty Br

Ginting

55 SPG 6 Tani 2.000.000

2 Sukarela Ginting 62 SD 5 Tani 865.000

3 Arihta Ginting 29 SD 4 Tani 1.210.000

4 Deka Purba 48 SMA 5 Tani 1.500.000

5 Masta Ginting 55 SPG 4 Guru, Tani 2.410.000

Desa Menjire

1 Polen Sembiring 39 SMP 3 Tani 1.280.000

2 Masri P 32 S1 3 Tani 1.050.000

3 Umur Sembiring 54 SMP 3 Tani 1.010.000

4 Bersih Ginting 70 SGA 2 Tani 1.250.000

5 Dahlia Sebayang 50 SPG 2 Tani 1.220.000

Desa Bunga Baru

1 Purba Karo-karo 57 SMP 5 Tani

Dagang

4.000.000

2 Johari Tarigan 52 SMA 7 Tani 1.315.000

3 Ripin Purba 40 SMA 3 Tani 800.000

4 Jonta Ginting 80 SR 1 Tani 540.000


(57)

Lampiran 3. Tabel data responden kemiri Kecamatan Lau Baleng No Nama

Responden

Umur (Tahun)

Pendidikan Jumlah

Anggota Keluarga

Pekerjaan Pendapatan

per Bulan (Rp) Desa Lau Baleng

1 Arizona

Sembiring

42 SMA 4 Tani

Sopir

1.650.000

2 Repely

Sembiring

34 D3 4 Tani

PNS

2.500.000

3 Syahbudin G. 53 SD 4 Tani 1.000.000

4 Wendy Ginting 55 SD 6 Tani

5 Juhar Tarigan 69 SD 2 Tani

Desa Kutarih

1 Lida Br Pinem 31 SMEA 5 Tani

Dagang

7.000.000

2 Mungkin

Ginting

45 SMA 6 Tani

Dagang

3.000.000

3 Sangap Sitepu 48 SD 6 Tani

Sopir

4.000.000

4 Iting Ginting 62 SD 2 Tani 2.500.000

5 John Sembiring 40 SMA 6 Tani 900.000

Desa Lau Peranggunan

1 Sukarni Tarigan 42 S1 5 Tani 3.000.000

2 Markos Ginting 36 SMP 4 Tani 1.500.000

3 Marlon Tarigan 29 SMA 3 Tani 1.140.000

4 Syarif Tarigan 52 SMP 3 Tani 1.330.000


(58)

Lampiran 4 . Tabel data responden kemiri Kecamatan Mardingding No Nama

Responden

Umur (Tahun)

Pendidikan Jumlah

Anggota Keluarga

Pekerjaan Pendapatan

per Bulan (Rp) Desa Mardingding

1 Pardamean

Ginting

65 SMP 6 Tani 1.130.000

2 Rasid Ginting 48 STM 4 PNS Tani 2.080.000

3 Maulana G 56 SMP 3 Tani 1.000.000

4 Ngedeng

Peranginangin

55 SD 5 Tani 1.230.000

5 Senen Tarigan 57 SD 5 Tani 1.370.000

Desa Lau Pengulu

1 Aristo Pinem 24 SMP 4 Tani 1.175.000

2 Hidup S 40 SD 3 Tani 1.165.000

3 Zaman S 34 SD 5 Tani 1.375.000

4 Menang

Ginting

61 SD 1 Tani 520.000

5 Salam Ginting 60 SD 1 Tani 470.000

Desa Bandar Purba

1 H.

Situmorang

60 SMA 4 Tani

BPD

2.000.000

2 Arta Br Karo 45 SMA 3 Tani 1.380.000

3 Yahya Ginting 23 SMP 3 Tani 1.580.000

4 Litmin Purba 40 SMA 5 Tani 1.620.000


(59)

Lampiran 5. Data responden durian Kecamatan Tigan Derket

No Nama

Responden

Umur (Tahun)

Pendidikan Jumlah

Anggota Keluarga

Pekerjaan Pendapatan

per Bulan (Rp) Desa Nari Gunung I

1 Alex Albert

Surbakti

55 SMA 6 Tani 1.641.000

2 Selamat

Ginting

45 SD 5 Tani 1.550.000

3 Indra Bangun 53 SMP 3 Tani 1.250.000

4 Kawas

Tarigan

35 SMA 6 Tani 1.800.000

5 Dapat

Bangun

40 SMA 6 Tani 2.000.000

Desa Nari Gunung II

1 A.

Sembiring

40 SMA 6 Tani

PNS

2.650.000

2 Semin

Sembiring

45 SMA 4 Tani 1.450.000

3 K.bangun 60 SMA 2 Tani 1.500.000

4 Jamin Sitepu 60 S1 2 PNS, Tani 2.000.000

5 Pelta

Sebayang

35 SMA 4 PNS, Tani 2.400.000

Desa Kutam Baru

1 Kolam S 56 SMA 4 Tani 2.000.000

2 Braham

Sembiring

43 SMA 3 Tani 1.575.000

3 Waspada

Sembiring

52 SMP 5 Tani 1.800.000

4 Maju

Singarimbun

46 SMA 4 Tani 2.025.000

5 Samuel

Singarimbun

40 SMA 4 Tani 2.600.000

Desa Temburun

1 Jakob

Bangun

35 SMA 3 Tani 1.600.000

2 Baloh

Sembiring

78 SR 2 Tani 1.650.000

3 Nelsi

Singarimbun

48 SMA 2 Tani 3.600.000

4 Musina

Sembiring

55 SMA 2 Tani 1.750.000

5 Tandel

Singarimbun


(60)

Lampiran 6. Gambar Lapangan

Gambar 1. Pembuatan petak plot lingkaran 0,1 ha pada tegakan kemiri.

Gambar 2. Pembuatan petak plot lingkaran 0,1 ha pada tegakan durian.


(61)

Gambar 4. Wawancara dengan responden perempuan.


(62)

Gambar 7. Buah kemiri pada dahan.

Gambar 8. Kegiatan mengupas kemiri (Bahasa Karo ”Mamikpik”).


(63)

Gambar 10. Buah durian pada dahan.


(64)

(65)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Kawasan

Kawasan yang menjadi daerah penelitian adalah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan di wilayah Propinsi Sumateran Utara yang secara geografis terletak pada posisi 020 50’ – 030 19’ LU dan 970 55’ – 98038’ BT dengan luas wilayah 2127,25 km2 atau 212,725 ha. Berarti 2,97 % dari luas Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Karo secara administratif berbatasan langsung dengan : 1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Ujung Danau Toba 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara.

Jarak ibukota Kabanjahe ke Ibukota Proinsi Sumatera Utara Medan (Pelabuhan Udara) adalah sekitar 67 km, dengan jarak tempuh sekitar 2-3 jam dengan kenderaan bermotor roda 4

(Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo, 2005).

Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 212.725 Ha dengan penggunaan lahan yaitu kawasan hutan seluas 89.867 Ha (42,225 %), tanah ladang 61.072 Ha (28,71 %), tegalan / kebun / pemukiman seluas 18.786 Ha (8,83 %) dan lahan kritis / terlantar seluas 43.000 Ha (20,21 %)


(66)

Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Karo adalah Regosol, Andosol, Latosol, Komplek Latosol, Podsolik Merah Kuning, Litosol dan Podsolik serta Podsolik Merah Kekuningan

(Sumber: Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Karo, 2008).

Iklim

Kabupaten Karo termasuk daerah beriklim tropis. Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar antara 140C – 260C dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 89 %. Berdasarkan catatan Stasion Klimatologi Kuta Gadung Kabupaten Karo, pada tahun 2004 terdapat 151 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.216 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 390 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 24 mm dengan hari hujan 6 hari

(Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo, 2005).

Tabel 2. Batas-batas wilayah kecamatan penelitian

Kecamatan Batas-batas wilayah

Ketinggian DPL (m)

Luas wilayah (Km2)

Timur Barat Utara Selatan

Kuta Buluh 900 195,70 Kec. Payung Kec.

Mardingding

Kab. Langkat Kec. Tiga

Binanga

Tiga Binanga 600-700 160,38 Kec. Tiga

Binanga Kec. Mardingding Kec. Kuta Buluh Kec. Juhar

Lau Baleng - 252,60 Kec. Tiga

Binanga

Prop. Aceh Kec.

Mardingding

Kab. Dairi

Mardingding 280 267,11 Kec. Tiga

Binanga

Prop. Aceh Kab. Langkat Kec. Lau

Baleng

Tigan Derket 850-1200 86,76 Kec. Simpang

Empat

Kec. Kuta Buluh

Kab. Langkat Kec.

Munte (Sumber: Badan Pusat Statistik Karo, 2007).


(67)

Tabel 3. Batas- batas desa penelitian

Kecamatan

Batas wilayah desa penelitian

Desa Timur Barat Utara Selatan

Kuta Buluh Kuta Maleh Lau Buluh Mburidi Mburidi Buah Raya

Buah Raya

Siababang-abang

Nageri Jahe, Ujung Deleng

Kuta male Kec.Tiga

Binanga

Lau Buluh Kuta Buluh Kuta Male Mburidi Buah Raya

Tiga Binanga

Tiga Binanga

Bunga Baru Kuala Pertumbuken Pergendangen

Menjire Perbesi Kuala Perbesi Tiga Binanga

Bunga Baru Kec. Munte Tiga Binanga Perbesi Kuta Raja

Lau Baleng Lau Baleng Kec. Tiga

Binanga

Tanjung Gunung

Kutambelin Lau Pradep

Kutarih Tanjung

Gunung

Lau Baleng Tanjung

Gunung Kec. Tiga Binanga Lau Peranggunan Kec. Tiga Binanga

Kab. Dairi Durin Rugun Kab. Dairi

Mardingding Mardingding Lau Kesumpat Tanjung Pamah Lau Kesumpat Lau Baleng Lau Pengulu Bandar

Purba

Lau Pakam Lau Pakam Prov Aceh

Bandar Purba

Rimo Bunga Lau Pengulu Lau Pengulu Rimo Bunga

Tigan Derket Nari Gunung I Gunung Merlawan Nari Gunung II

Penampen Jandi Meriah

Nari Gunung II Nari Gunung I Tanjung Mbelang

Kuta Galuh Jandi Meriah

Kutambaru Mardingding

, Temburun

Susuk, Suka Tendel

Susuk Tigan Derket

Temburun Perbaji Kutambaru Mardingding Tigan Derket,

Perbaji (Sumber: Badan Pusat Statistik Karo, 2007).

Penelitian kemiri dilaksanakan di 4 kecamatan dengan 12 desa sesuai dengan rekomendasi Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karo. Masing-masing tiap kecamatan terdiri dari 3 desa sesuai dengan quota sampling yang ditentukan. Tidak semua desa dijadikan objek penelitian karena tidak semua desa memiliki kebun kemiri. Kebun kemiri telah berpuluh-puluh tahun dibudidayakan sehingga unsur hara tanah untuk mendukung


(68)

kecamatan penelitian kebun kemiri telah diubah menjadi lahan pertanian seperti cokelat, jagung, padi dan juga sebagai lahan perumahan. Penduduk merasakan bahwa hasil kemiri sudah tidak seperti dulu bisa menghidupi keluarga, akhirnya banyak yang diubah menjadi lahan pertanian.yang lebih produktif, harga jual yang tinggi dan lebih laku di pasaran.

Tapi pada beberapa desa di kecamatan penelitian masih terdapat desa-desa dengan keluarga-keluarga yang masih setia mengembangkan kebun kemiri dengan anggapan yang positif bahwa kemiri akan memiliki harga jual yang lebih tinggi di masa yang akan datang mengingat luasan lahan kemiri pada masing-masing kecamatan semakin berkurang. Mereka mengharapkan bahwa budidaya yang baik akan mendapatkan hasil yang memuaskan walaupun dengan luasan yang terbatas. Oleh karena desa objek penelitian ditentukan sebanyak 3 desa.

Tiap desa dipilih 5 keluarga sebagai sampel karena tidak semua keluarga di tiap desa memiliki hutan kemiri dan mengandalkan sektor ekonominya dengan cukup besar pada kemiri. Disamping itu terdapat keluarga yang memiliki kebun kemiri namun luasan yang tidak cukup. Selain itu banyak juga keluarga yang memiliki pohon kemiri yang populasinya tersebar, sehingga tidak membentuk suatu kesatuan lahan kebun kemiri. Keluarga-keluarga baru umumnya tidak menanam kemiri, mereka membudidayakan tanaman pertanian seperti sayur-sayuran, buah-buahan, cokelat, jagung dan padi. Jadi sebagian besar kebun kemiri merupakan warisan dan dimiliki oleh keluarga-keluarga yang sudah cukup tua. Oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan tersebut ditentukan sampel keluarga tiap desa sebanyak 5. Berarti ada 60 responden keluarga yang


(69)

diwawancarai. Selengkapnya perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga pemiliki kemiri dan jumlah responden dapat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Perbandingan jumlah desa/kelurahan pada tiap kecamatan, jumlah desa penghasil kemiri dan jumlah desa yang diteliti.

Kecamatan Jumlah desa/kelurahan Jumlah desa

penghasil kemiri

Jumlah desa yang diteliti

Kuta Buluh 17 5 3

Tiga Binanga 19 7 3

Lau Baleng 13 5 3

Mardingding 10 6 3

Total 59 22 12

(Sumber : Data primer).

Tabel 5. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga pemiliki kemiri dan jumlah keluarga responden.

No Kecamatan Desa Jumlah

keluarga

Jumlah keluarga pemilik kemiri

Jumlah keluarga yang teliti

1 Kuta Buluh Kuta Maleh 164 15 5

Buah Raya 160 15 5

Lau Buluh 187 20 5

2 Tiga Binanga Tiga Binanga 350 40 5

Menjire 120 10 5

Bunga Baru 250 25 5

3 Lau Baleng Lau Baleng 851 50 5

Kutarih 130 20 5

Lau Peranggunan 188 20 5

4 Mardingding Mardingding 1371 50 5

Lau Pengulu 226 23 5

Bandar Purba 241 27 5

Total 4 12 4.238 315 60

(Sumber : Data primer).

Penelitian durian dilaksanakan di 4 desa di Kecamatan Tigan Derket, sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karo. Bahwasanya di Kecamatan Tigan Derket memiliki


(70)

Kecamatan yaitu Kecamatan Tigan Derket dengan 4 desa penelitian yaitu Desa Nari Gunung I, Desa Nari Gunung II, Desa Kutam Baru dan Desa Temburun. Sesuai dengan informasi dari masyarakat di masing-masing desa tersebut durian cukup banyak tumbuh.. Walaupun luas lahan durian yang dimiliki tidak seberapa luas dibandingkan denga lahan yang non-durian namun produksi buah durian cukup menambah penghasilan petani. Masing-masing desa ditentukan 5 keluarga sebagai sampel. Berarti terdapat 20 responden keluarga yang diwawancarai.


(1)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Kawasan

Kawasan yang menjadi daerah penelitian adalah Kabupaten Karo. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan di wilayah Propinsi Sumateran Utara yang secara geografis terletak pada posisi 020 50’ – 030 19’ LU dan 970 55’ – 98038’ BT dengan luas wilayah 2127,25 km2 atau 212,725 ha. Berarti 2,97 % dari luas Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Karo secara administratif berbatasan langsung dengan : 1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Dairi dan Ujung Danau Toba 3. Sebelah Timur dengan Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Tenggara.

Jarak ibukota Kabanjahe ke Ibukota Proinsi Sumatera Utara Medan (Pelabuhan Udara) adalah sekitar 67 km, dengan jarak tempuh sekitar 2-3 jam dengan kenderaan bermotor roda 4

(Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo, 2005).

Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 212.725 Ha dengan penggunaan lahan yaitu kawasan hutan seluas 89.867 Ha (42,225 %), tanah ladang 61.072 Ha (28,71 %), tegalan / kebun / pemukiman seluas 18.786 Ha (8,83 %) dan lahan kritis / terlantar seluas 43.000 Ha (20,21 %)


(2)

Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Karo adalah Regosol, Andosol, Latosol, Komplek Latosol, Podsolik Merah Kuning, Litosol dan Podsolik serta Podsolik Merah Kekuningan

(Sumber: Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Karo, 2008).

Iklim

Kabupaten Karo termasuk daerah beriklim tropis. Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar antara 140C – 260C dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 89 %. Berdasarkan catatan Stasion Klimatologi Kuta Gadung Kabupaten Karo, pada tahun 2004 terdapat 151 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.216 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu 390 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 24 mm dengan hari hujan 6 hari

(Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Karo, 2005).

Tabel 2. Batas-batas wilayah kecamatan penelitian

Kecamatan Batas-batas wilayah

Ketinggian DPL (m)

Luas wilayah (Km2)

Timur Barat Utara Selatan

Kuta Buluh 900 195,70 Kec. Payung Kec.

Mardingding

Kab. Langkat Kec. Tiga Binanga

Tiga Binanga 600-700 160,38 Kec. Tiga

Binanga

Kec.

Mardingding

Kec. Kuta Buluh

Kec. Juhar

Lau Baleng - 252,60 Kec. Tiga

Binanga

Prop. Aceh Kec.

Mardingding

Kab. Dairi

Mardingding 280 267,11 Kec. Tiga

Binanga

Prop. Aceh Kab. Langkat Kec. Lau

Baleng

Tigan Derket 850-1200 86,76 Kec. Simpang

Empat

Kec. Kuta Buluh

Kab. Langkat Kec. Munte (Sumber: Badan Pusat Statistik Karo, 2007).


(3)

Tabel 3. Batas- batas desa penelitian

Kecamatan

Batas wilayah desa penelitian

Desa Timur Barat Utara Selatan

Kuta Buluh Kuta Maleh Lau Buluh Mburidi Mburidi Buah Raya

Buah Raya

Siababang-abang

Nageri Jahe, Ujung Deleng

Kuta male Kec.Tiga

Binanga

Lau Buluh Kuta Buluh Kuta Male Mburidi Buah Raya

Tiga Binanga

Tiga Binanga

Bunga Baru Kuala Pertumbuken Pergendangen

Menjire Perbesi Kuala Perbesi Tiga Binanga

Bunga Baru Kec. Munte Tiga Binanga Perbesi Kuta Raja

Lau Baleng Lau Baleng Kec. Tiga

Binanga

Tanjung Gunung

Kutambelin Lau Pradep

Kutarih Tanjung

Gunung

Lau Baleng Tanjung

Gunung Kec. Tiga Binanga Lau Peranggunan Kec. Tiga Binanga

Kab. Dairi Durin Rugun Kab. Dairi

Mardingding Mardingding Lau Kesumpat Tanjung Pamah Lau Kesumpat Lau Baleng Lau Pengulu Bandar

Purba

Lau Pakam Lau Pakam Prov Aceh

Bandar Purba

Rimo Bunga Lau Pengulu Lau Pengulu Rimo Bunga

Tigan Derket Nari Gunung I Gunung Merlawan Nari Gunung II

Penampen Jandi Meriah

Nari Gunung II Nari Gunung I Tanjung Mbelang

Kuta Galuh Jandi Meriah

Kutambaru Mardingding

, Temburun

Susuk, Suka Tendel

Susuk Tigan Derket

Temburun Perbaji Kutambaru Mardingding Tigan Derket,

Perbaji (Sumber: Badan Pusat Statistik Karo, 2007).

Penelitian kemiri dilaksanakan di 4 kecamatan dengan 12 desa sesuai dengan rekomendasi Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karo. Masing-masing tiap kecamatan terdiri dari 3 desa sesuai dengan quota sampling yang ditentukan. Tidak semua desa dijadikan objek penelitian karena tidak semua desa memiliki kebun kemiri. Kebun kemiri telah berpuluh-puluh tahun dibudidayakan sehingga unsur hara tanah untuk mendukung pertumbuhan kemiri secara maksimal mulai turun. Pada beberapa desa di


(4)

kecamatan penelitian kebun kemiri telah diubah menjadi lahan pertanian seperti cokelat, jagung, padi dan juga sebagai lahan perumahan. Penduduk merasakan bahwa hasil kemiri sudah tidak seperti dulu bisa menghidupi keluarga, akhirnya banyak yang diubah menjadi lahan pertanian.yang lebih produktif, harga jual yang tinggi dan lebih laku di pasaran.

Tapi pada beberapa desa di kecamatan penelitian masih terdapat desa-desa dengan keluarga-keluarga yang masih setia mengembangkan kebun kemiri dengan anggapan yang positif bahwa kemiri akan memiliki harga jual yang lebih tinggi di masa yang akan datang mengingat luasan lahan kemiri pada masing-masing kecamatan semakin berkurang. Mereka mengharapkan bahwa budidaya yang baik akan mendapatkan hasil yang memuaskan walaupun dengan luasan yang terbatas. Oleh karena desa objek penelitian ditentukan sebanyak 3 desa.

Tiap desa dipilih 5 keluarga sebagai sampel karena tidak semua keluarga di tiap desa memiliki hutan kemiri dan mengandalkan sektor ekonominya dengan cukup besar pada kemiri. Disamping itu terdapat keluarga yang memiliki kebun kemiri namun luasan yang tidak cukup. Selain itu banyak juga keluarga yang memiliki pohon kemiri yang populasinya tersebar, sehingga tidak membentuk suatu kesatuan lahan kebun kemiri. Keluarga-keluarga baru umumnya tidak menanam kemiri, mereka membudidayakan tanaman pertanian seperti sayur-sayuran, buah-buahan, cokelat, jagung dan padi. Jadi sebagian besar kebun kemiri merupakan warisan dan dimiliki oleh keluarga-keluarga yang sudah cukup tua. Oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan tersebut ditentukan sampel keluarga tiap desa sebanyak 5. Berarti ada 60 responden keluarga yang


(5)

diwawancarai. Selengkapnya perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga pemiliki kemiri dan jumlah responden dapat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Perbandingan jumlah desa/kelurahan pada tiap kecamatan, jumlah desa penghasil kemiri dan jumlah desa yang diteliti.

Kecamatan Jumlah desa/kelurahan Jumlah desa

penghasil kemiri

Jumlah desa yang diteliti

Kuta Buluh 17 5 3

Tiga Binanga 19 7 3

Lau Baleng 13 5 3

Mardingding 10 6 3

Total 59 22 12

(Sumber : Data primer).

Tabel 5. Perbandingan desa, jumlah keluarga tiap desa, jumlah keluarga pemiliki kemiri dan jumlah keluarga responden.

No Kecamatan Desa Jumlah

keluarga

Jumlah keluarga pemilik kemiri

Jumlah keluarga yang teliti

1 Kuta Buluh Kuta Maleh 164 15 5

Buah Raya 160 15 5

Lau Buluh 187 20 5

2 Tiga Binanga Tiga Binanga 350 40 5

Menjire 120 10 5

Bunga Baru 250 25 5

3 Lau Baleng Lau Baleng 851 50 5

Kutarih 130 20 5

Lau Peranggunan 188 20 5

4 Mardingding Mardingding 1371 50 5

Lau Pengulu 226 23 5

Bandar Purba 241 27 5

Total 4 12 4.238 315 60

(Sumber : Data primer).

Penelitian durian dilaksanakan di 4 desa di Kecamatan Tigan Derket, sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karo. Bahwasanya di Kecamatan Tigan Derket memiliki produksi durian yang paling banyak di Kabupaten Karo. Yang diteliti adalah satu


(6)

Kecamatan yaitu Kecamatan Tigan Derket dengan 4 desa penelitian yaitu Desa Nari Gunung I, Desa Nari Gunung II, Desa Kutam Baru dan Desa Temburun. Sesuai dengan informasi dari masyarakat di masing-masing desa tersebut durian cukup banyak tumbuh.. Walaupun luas lahan durian yang dimiliki tidak seberapa luas dibandingkan denga lahan yang non-durian namun produksi buah durian cukup menambah penghasilan petani. Masing-masing desa ditentukan 5 keluarga sebagai sampel. Berarti terdapat 20 responden keluarga yang diwawancarai.