Kesimpulan 49 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI FLUIDA DINAMIS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI I KUALUH HULU T.P. 2015/2016.

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 : Dampak-dampak instruksional dan pengiring dalam 17 model Inquiry Training Gambar 2.2 : Fluida Yang Mengalir 20 Gambar 2.3 : Fluida Yang Keluar Dari Dasar Wadah 21 Gambar 2.4 : Fluida Yang Mengalir Pada Pipa 22 Gambar 2.5 : Tabung Pipot 23 Gambar 2.6 : Penyemprot Parfum 24 Gambar 2.7 : Tikus Membuat Lubang Bawah Tanah 25 Gambar 2.8 : Sayap Pesawat 22 Gambar 3.1 : Skema Rancangan Penelitian 31 Gambar 4.1 : Nilai Pretes Kelas Eksperimen 40 Gambar 4.2 : Nilai Pretes Kelas Kontrol 40 Gambar 4.3 : Nilai Postes Kelas Eksperimen 41 Gambar 4.4 : Nilai Postes Kelas Kontrol 41 Gambar 4.5 : Penilaian Keterampilan 45 Gambar 4.6 : Penilaian Sikap 46 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 : Ikhtisar dan Perbandingan Model-Model Pembelajaran 9 Tabel 2.2 : Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry Training 11 Tabel 3.1 : Desain Penelitian 29 Tabel 3.2 : Instrumen Ranah Kognitif 32 Tabel 3.3 : Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 33 Tabel 3.4 : Instrumen Ranah Psikomotorik 33 Tabel 3.5 : Instrumen Ranah Afektif 33 Tabel 4.1 : Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 39 Tabel 4.2 : Data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 41 Tabel 4.3 : Hasil uji normalitas data pretes dan data postes 42 Tabel 4.4 : Hasil uji homogenitas data pretes dan data postes 43 Tabel 4.5 : Ringkasan perhitungan uji t pretes 43 Tabel 4.6 : Ringkasan perhitungan uji t postes 44 Tabel 4.7 : Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I, II dan III 45 Tabel 4.8 : Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I, II dan III 45 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP I 52 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP II 60 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP III 67 Lampiran 4 : Lembar Kerja Siswa I 75 Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa II 78 Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa III 81 Lampiran 7 : Instrumen Hasil Belajar 83 Lampiran 8 : Rubrik Penilaian Afektif dan psikomotorik 91 Lampiran 9 : Rekapitulasi Penilaian Afektif dan Psikomotorik 94 Lampiran 10 : Soal Pretest dan Postes Siswa 96 Lampiran 11 : Tabulasi jawaban Pretes Kelas Eksperimen 99 Lampiran 12 : Tabulasi jawaban Pretes Kelas Kontrol 101 Lampiran 13 : Tabulasi jawaban Postes Kelas Eksperimen 103 Lampiran 14 : Tabulasi jawaban Postes Kelas Kontrol 105 Lampiran 15 : Distribusi Frekuensi 107 Lampiran 16 : Data Pretes dan Postes 115 Lampiran 17 : Uji Normalitas 118 Lampiran 18 : Uji Homogenitas 123 Lampiran 19 : Uji Hipotesis 127 Lampiran 20 : Nilai Pretest dan Postes Eksperimen 132 Lampiran 21 : Nilai Pretest dan Postes Kontrol 134 Lampiran 22 : Penilaian afektif dan Psikomotorik 136 Lampiran 23 : Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 145 Lampiran 24 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 146 Lampiran 25 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 147 Lampiran 26 : Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 149 Lampiran 27 : Dokumentasi 150 Lampiran 28 : Surat Persetujuan Pembimbing Skripsi 155 Lampiran 29 : Surat Izin Penelitian 156 Lampiran 30 : Surat Keterangan Penelitian 157 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan, usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan Ihsan,2011. Proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia yang berkembang secara utuh Sanjaya,2006. Berkembangnya pendidikan sudah pasti berpengaruh terhadap ilmu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK. Hal ini dapat terlihat dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini tidak dapat terlepas dari kemajuan ilmu fisika yang banyak menghasilkan temuan baru dalam bidang sains dan teknologi Fatonah,dkk.,2014. Fisika sebagai cabang Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan objek mata pelajaran yang menarik dan lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghafalan.Kegiatan pembelajaran fisika lebih menekankan pada pemberian langsung untuk meningkatkan kompetensi agar siswa mampu berpikir kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang fisika. Pemahaman yang benar akan pelajaran fisika sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.Namun, fakta dilapangan menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pelajaran fisika masih sangat kurang, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan data saat melakukan observasi di SMA N I Kualuh Hulu terlihat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar siswa hanya diberikan teori-teori, mencatat dan cara menyelesaikan soal-soal fisika serta kurang mengarahkan siswa untuk membawa konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini diperkuat dengan wawancara oleh salah satu guru fisika yang mengajar mengatakan bahwa hasil belajar fisika siswa masih di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Siswa yang memenuhi KKM sekitar 19 , sedangkan KKM di sekolah tersebut adalah 75. Rata-rata data nilai UN Fisika pada tahun 2015 tergolong rendah yaitu 68,57. Peneliti juga menyebarkan angketdi SMA N I Kualuh Hulu kepada 42 siswa kelas XI IPA diperoleh data bahwa 4,7 mengatakan fisika itu mudah dan menyenangkan, 9,5 mengatakan fisika itu sulit dan kurang menarik, 54,7 mengatakan fisika itu biasa saja dan selebihnya mengatakan pelajaran fisika itupenuh rintangan. Hal lain yang dilakukan saat melakukan observasi adalah mengamati keadaan laboratorium sekaligus melakukan wawancara kepada laboran bahwa alat-alat praktikum yang sediakan sekolah sudah dikatakan sangat memenuhi. Akan tetapi, guru tidak menganggap hal ini sebagai penunjang dalam proses pembelajaran fisika. Siswa jarang melakukan praktikum di laboratorium LAB hanya berkisar sekali dalam satu semester, padahal diketahui fisika akan lebih mudah dipahami dengan melakukan eksperimen. Didominasi oleh proses pembelajaran yang hanya menjelaskan materi dan mengerjakan soal semakin menimbulkan kebosanan sehingga peran siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif, siswa lebih banyak mendengarkan dan hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan cara menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar agar tujuan akhir belajar dapat tercapai tepat. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan model pembelajaran inquiry training .Alasan ini didasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya yakni siswa hanya diberikanteori-teori dan mengerjakan soal, proses pembelajaran yang kurang melibatkan siswa sehingga proses pembelajaran menimbulkan kebosanan. Akibatnya, hasil belajar siswa tidak optimal. Menurut Joyce 2009, model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan- latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan displin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.Melalui m odel pembelajaran inquiry training ini mengharapkan siswa untuk berperan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian sebelumnya, diantaranya adalah Pandey, dkk 2011 menyatakan dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training memberikan efek yang lebih signifikan daripada metode pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa. Gallani 2010 menyatakan model pembelajaran Inquiry Training mendukung pendekatan konstruktivis untuk mengajar dan belajar. Sirait dan Sahyar 2013 menyatakan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibanding dengan hasil belajar siswa menggunakan Direct Instruction. Trisno, dkk 2013 diperoleh yaitu skor rata-rata kelas control sebesar 18,08 dan kelas ekperimen sebesar 22,50 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Inquiry Training dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian Masruro dkk, 2015 menyatakan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan kompetensi sikap siswa pada pembelajaran fisika. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model PembelajaranInquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Fluida Dinamis di Kelas XI Semester II di SMA Negeri I Kualuh Hulu T.P 20152016”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional yang mana pembelajarannya berfokus pada guru teacher centered. 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih rendah. 3. Siswa jarang diajak berfikir menemukan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. 4. Siswa jarang melakukan eksperimen di laboratorium.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah ini yaitu : 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Inquiry Training. 2. Materi pokok yang akan diberikan adalah sub materiFluida Dinamis. 3. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI SMA Negeri IKualuh Hulu Semester II T.P 20152016.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian pada materi Fluida Dinamis di kelas XI semester II SMA Negeri I Kualuh Hulu T.P 20152016 adalah : 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training? 2. Bagaimanakahhasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional? 3. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap hasil belajar siswa?

1.5.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian pada materi Fluida Dinamis di kelas XI semester II SMA Negeri I Kualuh Hulu T.P 20152016 adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap hasil belajar siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Sebagai masukan pemikiran bagi peneliti lain dalam melaksanakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7. Definisi Operasional

Model pembelajaran Inquiry Training adalah upaya pengembangan para pembelajar yang mandiri, metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah. Siswa sebenarnya memiliki rasa ingin tahu dan hasrat yang besar untuk tumbuh berkembang.Model pembelajaran Inquiry Training memanfaatkan eksplorasi kegairahan alami siswa, memberikan siswa arahanarahan khusus sehingga siswa dapat mengeksplorasi bidang-bidang baru secara efektifJoyce,2009.