Pengembangan potensi keterampilan menjahit anak asuh sebagai upaya pemenuhan hak-hak anak di panti sosial asuhan anak Putera Utama 03 Tebet Jakarta selatan

PENGEMBANGAN POTENSI KETERAMPILAN MENJAHIT ANAK
ASUH SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK-HAK ANAK
DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTERA UTAMA 03 TEBET
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:
NURUL HAFIZHOH
107054102504

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar srata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.
3. Jika dikemudian hari terbukti hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.

Jakarta, 25 Agustus 2011

Nurul Hafizhoh
10754102504

ABSTRAK
Nama : NURUL HAFIZHOH
“Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit Anak Asuh sebagai Upaya
Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03
Tebet- Jakarta Selatan ”
Seorang anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan
pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses perkembangan
berikutnya, namun demikian lingkungan yang berada di sekitar sang anak

dibesarkan, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan pendidikan formal maupun
informal juga turut memberikan andil dan pengaruh dalam perkembangan anak.
Faktor lingkungan atau pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam
perkembangan anak. Di sinilah sesungguhnya peran lingkungan, dunia
pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua sangat besar dalam
mengembangkan kecerdasan anak-anak. Setiap anak maupun manusia pada
dasarnya mempunyai banyak kecerdasan, sebuah anugerah yang luar biasa
dahsyat dari Tuhan ini sayang sekali bila tidak dikembangkan dengan baik. maka
kecerdasan itu tidak bisa memberikan manfaat yang berarti bagi manusia. Di
sinilah sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi
peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.
Dalam penelitian ini yang dilakukan, penulis ingin mengetahui bagaimana
potensi keterampilan menjahit anak dikembangkan di PSAA PU 03 Tebet dan
bagaiman pengembangan potensi keterampilan menjahit anak tersebut telah
memenuhi hak-hak anak?
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan
adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif yaitu dengan cara
pengamatan lapangan, wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen,
Adapun yang menjadi informan penelitian adalah para pengasuh, instrutur
menjahit serta anak yang berada di panti tersebut.

Dari hasil penelitian ini di peroleh kesimpulan bahwa; Di Panti PSAA PU
03 Tebet menemukan bakat yang berdasarkan psikofisik, bakat ekjiwaan dan
berdasarkan alam perasaan dan kemauan. Serta menemukan minat anak dalam
keterampilan menjahit ini.. Langkah-langkah dalam pengembangan potensi
keterampilan menjahit anak di panti yaitu mengenal alat-alat untuk menjahit,
membuat pola dasar dan membuat jelujur sebelum menjahit suatu bahan. Dan
adanya pemenuhan prinsip hak-hak anak dalam mengembangkan potensi
keterampilan menjahit yaitu nondiskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak,
hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan
terhadap anak.

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah
SWT dari lisan manusia yang taat kepada-Nya, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat
kepada kekasih-Nya, dan masih memberikan begitu banyak kenikmatan dan
karunia-Nya yang tak pernah dapat dihitung sehingga dengan izin-Nya penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung,
yang baik budi pekertinya, yang telah membawa kita ke alam ilmu pengetahuan
serta yang menyelamatkan umatnya di dunia dan akhirat beliau adalah nabi yang
sangat mulia hingga akhir zaman nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Halangan dan rintangan yang penulis hadapi menjadikan pelajaran
yang sangat berarti bagi penulis. Sungguh anugerah terindah yang diberikan Allah
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Semua ini
terwujud karena banyak dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Selanjutnya penulis juga ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada ;
1. Dr. Arief Subhan, M.A sebagai dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Drs. H. Mahmud
Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Drs. Study Rizal LK,M.A selaku Pudek
III.

ii


2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi Siti Napsiyah, MSW
3. Dr. H. Asep Usman Ismail. MA, selaku pembimbing yang dengan tulus
memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang
memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada
penulis selama masa perkuliahan.
5. Seuntai kata penulis ucapkan terima kasih dan penulis persembahkan
segalanya khususnya kepada nenek (Hj. Oon Sumiati) dan mami
(Yuliawati) yang telah memberikan dukungan dan doa yang diberikan
kepada penulis, dan dengan ketegaran dan kesabaran hatinya dalam
mengadapi hidup telah menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup bagi
penulis.
6. Pimpinan perpustakaan utama dan perpustakaan fakultas yang telah
membantu penulis dengan menyediakan bahan-bahan dalam mengerjakan
skripsi.
7. Para pengasuh panti serta para WBS yang telah membantu penulis dalam
memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
8. kakak-kakakku Rabiatul Adawiyah, Chairunnisa, Eva Naziroh yang selalu

mengingatkan dan memberikan penulis dukungan dalam moral dan materil
9. Rodhy Harisca yang selalu doakan dan mengingatkan penulis agar
semuanya berjalan lancar dalam menjalankan skripsi, makasih.

iii

10. Keluarga besar KESSOS angkatan 2007 serta teman-teman yang tidak
penulis sebutkan nama-namanya kalian sudah memberikan keceriaan
kepada penulis dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan
khususnya Fitriyah, Siti Izzatul Yazidah, Fitri Wulandari dan Fazra Raissa
Wulandari makasih sayang atas motivasinya selama ini.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah
yang akan membalas kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai pihak yang
membaca laporan ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umunya.
Amin Ya Robbal Alamin

Jakarta, Agustus 2011


Nurul Hafizhoh

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................

i

KATA PENGANTAR...................................................................................

ii

DAFTAR ISI .................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................

1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................

6

D. Metodologi Penelitian ......................................................

6


E. Tinjauan Pustaka .............................................................. 13
F.

BAB II.

Sistematika Penulisan ...................................................... 14

KAJIAN TEORITIS
A. Definisi Potensi Diri ......................................................... 16
B. Definisi Keterampilan....................................................... 22
C. Anak
1.

Definisi Anak............................................................. 23

2.

Batasan usia anak 13-18 Tahun.................................. 25

3.


Hak Anak .................................................................. 26

4.

Kewajiban Anak ....................................................... 27

v

BAB III.

GAMBARAN UMUM LEMBAGA PSAA PU 3 TEBET
A. Gambaran Lembaga
1.

Sejarah singkat PSAA PU 3 Tebet ............................ 30

2.

Tugas Pokok dan Fungsi ........................................... 31


3.

Visi dan Misi ............................................................ 32

4.

Sasaran Pelayanan dan Persyaratan menjadi WBS .... 33

5.

Proses Pelayanan ...................................................... 34

6.

Sumber dana ............................................................. 35

7.

Fasilitas .................................................................... 35

B. Profil Anak-anak di PSAA PU 3 Tebet
1.
BAB IV.

Profil WBS ............................................................... 36

TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN
A. Potensi Keterampilan Menjahit Anak Dikembangkan di
Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet ............ 46
1.

Cara

Menemukan

Bakat

Anak

Asuh

Dalam

Keterampilan Menjahit di Panti.................................. 46
2.

Cara

Menemukan

Minat

Anak

Asuh

Dalam

Keterampilan Menjahit di Panti ................................. 49
3.

Langkah-langkah

Pengembangan

Potensi

Keterampilan Menjahit Pada Anak Asuh yang
dilakukan di Panti ...................................................... 50
B. Pemenuhan

Prinsip-Prinsip

Hak-Hak

Anak

Dalam

Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit di Panti.... 52

vi

1.

Nondiskriminasi ........................................................ 52

2.

Kepentingan yang terbaik bagi anak........................... 53

3.

Hak

untuk

hidup,

kelangsungan

hidup

dan

perkembangan............................................................ 53
4.

BAB V.

Penghargaan terhadap pendapat anak ......................... 54

PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................... 55
B. Saran-saran ...................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 57
LAMPIRAN- LAMPIRAN

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah anugerah dan setiap anak dilahirkan dalam kondisi
“cerdas”. Kunci sukses dari seorang anak adalah ketika ia dapat menjadi
sesuai dengan potensi dan bakatnya, bukan berdasarkan apa kata orangtua
maupun lingkungannya. Anak perlu diajar untuk menghadapi kegagalan. Jika
anak tidak menikmati pelajaran di sekolah maupun saat kuliah, ia akan
mengalami kesulitan untuk sukses.1 Suasana menyenangkan akan memberi
kesempatan anak belajar dengan maksimal dan mereka mampu dengan
mudah mempelajari hal-hal yang sesuai dengan potensi, bakat

maupun

minatnya. 2
Seorang anak yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan
pembawaan, bakat, atau potensi yang sangat penting dalam proses
perkembangan berikutnya, namun demikian lingkungan yang berada di
sekitar sang anak dibesarkan, termasuk dalam hal ini adalah lingkungan
pendidikan formal maupun informal juga turut memberikan andil dan
pengaruh dalam perkembangan anak. Faktor lingkungan atau pendidikan
memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak. Di sinilah

1
Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga
Pustaka. 2009), h. 25-28
2
Ibid, h. 33

1

2

sesungguhnya peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi
peran orangtua sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.3
Setiap anak maupun manusia pada dasarnya mempunyai banyak
kecerdasan, sebuah anugerah yang luar biasa dahsyat dari Tuhan ini sayang
sekali bila tidak dikembangkan dengan baik. maka kecerdasan itu tidak bisa
memberikan manfaat yang berarti bagi manusia. Di sinilah sesungguhnya
peran lingkungan, dunia pendidikan, dan lebih khusus lagi peran orangtua
sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan anak-anak.4
Pengembangan potensi dalam diri anak sangatlah penting, agar
keberhasilan dan keahlian yang mereka miliki dapat dirasakan oleh dirinya
maupun orang lain. Untuk mengembangkan potensi diri tersebut, anak harus
mempunyai rasa percaya diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, proses adaptasi maupun penyesuaian diri sangat penting dan
berpengaruh terhadap optimalisasi potensi anak untuk melaksanakan
pekerjaan dan mencapai performansi yang berhasil (sukses).
Kesejahteraan anak merupakan bagian dari kesejahtreraan sosial, oleh
karena itu hak-hak anak harus dipenuhi agar kesejahteraan mereka tercapai.
Sebagai manusia yang rentan dan bertumbuh, anak memiliki hak untuk
memperoleh kehidupan yang layak secara fisik, mental, spiritual, moral dan
sosial.5

3

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial bagi Anak, (Yogyakarta:
Katahati, 2010), h. 35
4
Ibid, h. 35
5
Chandra Gautama, Ko ensi Hak Anak, Panduan Bagi Jurnalis (Jakarta: 2000), h.31

3

Beberapa anak ada yang tidak beruntung untuk mendapatkan
kesejahteraannya, hal ini disebabkan karena kemiskinan dan tidak ada orang
tua sebagai tumpuan hidupnya.
Untuk

itu

ada

upaya

yang

dilakukan

pemerintah

dalam

menyelamatkan anak-anak tersebut dari segala sesuatu yang buruk dan
memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan pendidikan baik formal
maupun informal sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah Panti Sosial.
DKI Jakarta sebagai ibukota negara sampai tahun 2004, memiliki 87
buah panti asuhan dengan jumlah klien sejumlah 3.697 jiwa. Padahal jumlah
anak terlantar yang ada di Ibukota ini sampai tahun 2004 jumlahnya mencapai
64.123 jiwa.6 Jumlah panti asuhan yang ada di Indonesia tidak sebanding
dengan jumlah anak yang mengalami masalah di Indonesia, karena pada
tahun 2008 laporan yang diluncurkan oleh DEPSOS RI bahwa jumlah panti
asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan 5.000 s/d 8.000.7 Dan pemerintah
sampai saat ini belum dapat melayani anak-anak yang membutuhkan bantuan
dan perlindungan secara keseluruhan.
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan sosial anak dalam panti
merupakan pilihan terakhir apabila keluarga atau masyarakat tidak dapat
mengasuh anak dengan baik. Kegiatan pelayanan kesejahteraan anak
merupakan kegiatan pelayanan tambahan atau pengganti dari asuhan dan

6

Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat,
Petunjuk Teknis Pelaanan Sosial Anak Terlantar di dalam Panti (Jakarta: DEPSOS Direktorat
Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005), h. 9-11
7
http://nbasis.wordpress.com/2010/09/06/fakta-panti-asuhan/2 Juni 2011

4

pengawasan orangtua. Hal ini mempunyai tujuan melindungi dan memajukan
kesejahteraan anak dan remaja guna mencegah kelalaian dan kegagalan serta
kenakalan remaja yang terjadi. Asuhan tersebut diberikan dengan jalan
merawat lingkungan keluarga, menjaga adat, kebiasaan anak atau
memberikan pelayanan lainnya.8
Salah satu tugas pokok PSAA PU 03 Tebet adalah menyelenggarakan
kegitan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang meliputi
identifikasi dan asesmen, bimbingan dan penyaluran serta bina lanjut. Serta
fungsi dari PSAA PU 03 Tebet adalah pelaksanaan assesmen meliputi
penelaahan, pengungkapan, dan pemahaman masalah dan potensi serta
pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental,
sosial, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan.9
Anak-anak yang berada di dalam panti adalah anak-anak yang normal,
mereka tidak memiliki kecacatan. Mereka memiliki minat dan bakat dalam
jiwanya. Akan tetapi karena faktor kehidupan yang kurang terpenuhi maka
anak belum dapat mengembangkan potensinya. Mereka adalah anak terlantar
dari golongan fakir miskin, yatim/piatu serta kaum dhua’fa. Maka dari itu
anak di serahkan kepada pihak panti oleh orang tuanya agar kehidupan
mereka terjamin dalam bidang pendidikan formal maupun non formal. Di
dalam panti anak diberikan kehidupan yang layak dengan keterampilanketerampilan salah satunya yaitu keterampilan menjahit, dalam keterampilan

8

Wawancara Pribadi Peneliti dengan Bpk. H. Mahmud, S. Sos (Pengasuh Panti: di
Jakarta pada Tanggal 22-11-2010)
9
Brosur, Tentang Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet (Jakarta: Oktober
2010)

5

menjahit ini anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka
untuk terampil didalam seni menjahit, agar ilmu yang mereka dapatkan kelak
berguna bagi masyarakat sekitar dan

untuk kelanjutan bekal kehidupan

mereka dikemudian hari dalam bidang keterampilan menjahit tersebut,
adapun keterampilan menjahit yang mereka pelajari yaitu keterampilan
menjahit tingkat mendasar. Dalam upaya mengembangkan potensi (minat dan
bakat) menjahit tersebut anak membutuhkan bimbingan dari para pengasuh
yang berada di dalam panti agar dapat berjalan lebih baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
penulis tertarik untuk meneliti mengenai “PENGEMBANGAN POTENSI
KETERAMPILAN MENJAHIT ANAK ASUH SEBAGAI UPAYA
PEMENUHAN HAK-HAK ANAK

DI PANTI SOSIAL ASUHAN

ANAK PUTERA UTAMA 03 TEBET – JAKARTA SELATAN”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pengembangan potensi yang dilakukan di PSAA PU 03 Tebet yaitu
melalui kegiatan keterampilan menjahit dengan melihat upaya pemenuhan
hak-hak anak di dalamnya. Maka penulis membatasi penelitian ini pada
Pengembangan Potensi Keterampilan Menjahit Anak Asuh Sebagai Upaya
Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03
Tebet-Jakarta Selatan.

6

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah serta permasalahan pada latar
belakang di atas, maka penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana potensi keterampilan menjahit anak asuh dikembangkan di
Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet?
b. Bagaimana pengembangan potensi keterampilan menjahit anak asuh
tersebut telah memenuhi prinsip-prinsip hak-hak anak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan dan pembatasan masalah maka penelitian ini
bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui gambaran pengembangan potensi keterampilan
menjahit anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03
Tebet.
b. Untuk mengetahui gambaran pemenuhan prinsip-prinsip hak-hak anak
dalam pelaksanaan pengembangan potensi keterampilan menjahit anak
asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet.

7

2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a.

Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya dan bagi
peneliti khususnya dan para calon pekerja sosial agar mendapatkan
gambaran umum tentang pengembangan potensi diri bagi anak
asuh di PSAA PU 03 Tebet.

b.

Sebagai tambahan referensi dalam meningkatkan pengetahuan serta
wawasan dalam pengembangan potensi diri bagi anak asuh.

2. Manfaat Akademis
a.

Memberikan masukan pengetahuan tentang pengembangan potensi
diri bagi anak asuh di PSAA PU 03 Tebet.

b.

Memberikan masukan pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial
khususnya yang berkaitan dengan Pelayanan Sosial tentang
pengembangan potensi diri bagi anak asuh di PSAA PU 03 Tebet.

D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis melalui
pendekatan

kualitatif.

Pendekatan

kualitatif

ini

bertujuan

untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang
diteliti.

8

Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif.10

2. Macam dan Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara dan pengamatan
merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan
bertanya.11
Walaupun dikatakan sebelumnya bahwa sumber di luar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan.
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.12
Sumber data yang diperoleh penulis dalam penelitian kualitatif
deskriptif tentang pengembangan potensi keterampilan anak dalam panti
ini bersumber dari dari data primer dan data sekunder.

10

Lexy, J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2007),
Cet.Ke-23,h.9-10.
11
Ibid, h. 112
12
Ibid, h. 113

9

Sumber data primer berasal dari data-data yang diperoleh dari
sumber utama (Pengasuh dan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Tebet).
Sedangkan sumber data sekunder berasal dari data-data yang
diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tulisan ini

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik

merupakan

cara

yang

digunakan

peneliti

untuk

mendapatkan data. Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek
penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian
manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu
utamanya selain panca indra lainya seperti telinga, mulut dan kulit.
Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data
penelitian ini dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data
tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan
panca indra.13
Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mendatangi
langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan
intern panti yang terjadi di sekitar lokasi penelitian khususnya kegiatan
13

h.134.

Burhan Bugin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media group, 2005),

10

yang berkenaan dalam pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan
anak asuh dalam panti.

b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh sebuah
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan responden atau orang
yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.14
Adapun yang akan diwawancara adalah:
No

Informan

Jumlah

Informasi yang ingin
diperoleh

1

Pengasuh

2 orang terdiri dari:
·

·

Bpk. Mujiono,

Gambaran tentang:
·

AKS (KA. Sie

potensi

Bim dan pyl)

keterampilan

Ibu Nurimah

menjahit anak

(Instruktur

dikembangkan di

Ketrampilan

PSAA PU 03

Menjahit)

Tebet?
·

14

Ibid,hal. 126

Bagaimana

Bagaimana

11

pengembangan
potensi
keterampilan
menjahit anak
tersebut telah
memenuhi prinsipprinsip hak-hak
anak?

2

Anak

5 orang yang terdiri Gambaran tentang:

asuh

dari:

·

Bagaimana

·

Usia 13 tahun

potensi

·

Usia 17 tahun

keterampilan
menjahit anak
dikembangkan di
PSAA PU 03
Tebet?
·

Bagaimana
pengembangan
potensi
keterampilan
menjahit anak
tersebut telah

12

memenuhi prinsipprinsip hak-hak
anak?

Jumlah

7 orang

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari sumber
langsung tentang masalah yang akan diteliti dan akan dilakukan secara
bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan
terarah.
c. Dokumentasi
Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh
dengan observasi dan interie, tetapi hanya diperoleh dengan cara
melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, majalah, surat
kabar, jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan dengan apa yang
sedang diteliti oleh peneliti.

4. Waktu dan Tempat
Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Panti Sosial
Asuhan Anak ( PSAA ) Putra Utama 3 Tebet yang bertempat di Jl. Tebet
Barat Raya no.100, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan
pada bulan Juni 2011.

13

5. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pengasuh panti, instruktur menjahit dan
anak-anak yang mengikuti keterampilan menjahit di Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet. Sedangkan obyek penelitianya adalah
Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.
6. Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini, maka penulis mengolah dan menganalisa data dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu data yang sudah terkumpul,
penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian
penulis ambil kesimpulan akhir, agar penulis mengetahui bagaimana
pengembangan potensi keterampilan anak di dalam panti.

E. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai
langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti agar terhindar dari
kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelumsebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka penulis
menemukan skripsi yang membahas tentang pengembangan potensi diri,
tetapi penulis akan memaparkan dari sudut yang berbeda, dari skripsi:
Nama

: Lenggo Geni

Universitas

: Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Jurusan Kesejahteraan Sosial.

14

Judul

: Pengembangan diri pemuda yang berpartisipasi
dalam kegiatan sosial (studi deskriptif pada empat
peserta aktif kegiatan sosial di RISKA) Tahun
2000.
Dari skripsi di atas, penulis menemukan perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan. Jika pada literatur-literatur yang menjadi
rujukan penulis lebih menekankan pada segi pengembangan diri pemuda
yang berpartisipasi dalam kegiatan sosial di RISKA. Maka dalam
penelitian ini penulis membahas mengenai pengembangan potensi
keterampilan anak di PSAA Putra Utama 3 Tebet.

F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis
membagi dalam lima bab, yaitu:
BAB I:

PENDAHULUAN
Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan

Masalah,

Tujuan

dan

Manfaat

Penelitian,

Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II:

KERANGKA TEORITIS
Membahas

Kerangka

Teori

Pengembangan

Potensi

Keterampilan Anak di PSAA PU 03 Tebet meliputi: Pengertian
Potensi

Diri,

Pengertian

Pengembangan

Potensi

Diri,

15

Pengertian Keterampilan, dan Pengertian Anak dan Fase
Perkembangannya.
BAB III:

GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Membahas tentang gambaran umum objek penelitian yang
terdiri dari latar belakang sejarah berdirinya Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet, tugas dan fungsi,
visi misi, sasaran pelayanan, proses pelayanan, sumber dana,
fasilitas, profil anak asuh di PSAA, struktur organisasi, pola
pembinaan & pelayanan, bagan kedudukan fungsi dan tugas
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
Membahas tentang pengembangan potensi keterampilan anak
di dalam panti PSAA Putra Utama 3 Tebet.
BAB V :

PENUTUP
Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
saran.

BAB II
KERANGKA TEORI

A. Potensi Diri
1. Pengertian Potensi Diri
Potensi diri dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari
sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk
diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut.
Dengan demikian, potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang
dimiliki manusia yang masih terpendam di dalam dirinya, yang
menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam
kehidupan diri manusia. Apabila pengertian potensi diri manusia
dikaitkan dengan pencipta manusia Allah SWT, maka potensi diri
manusia kira-kira dapat diberi pengertian sebagai “kemampuan dasar
manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak dalam kandungan
ibunya sampai pada saat tertentu (akhir hyatnya), yang masih
terpendam didalam dirinya, menunggu untuk diujudkan menjadi
sesuatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia di dunia ini dan di
akhirat nanti”.
Jadi potensi diri manusia adalah suatu kekuatan atau
kemampuan dasar manusia yang telah berada dalam dirinya, yang siap
untuk direalisasikan menjadi kekuatan dan manfaat nyata dalam
kehidupan manusia di muka bumi ini, sesuai dengan tujuan penciptaan

15

16

manusia oleh sang Maha Pencipta Allah SWT.1
Menurut Joyce Meyer, potensi diri merupakan kecermelangan
yang ada dalam diri individu, namun masih belum terwujud dalam
realita. Dengan kata lain, individu yang memiliki potensi diri
sesungguhnya mempunyai sejumlah elemen yang dibutuhkan bagi
pencapaian sebuah keberhasilan, tetapi elemen-elemen itu masih belum
teraktifkan.

Apapun kemampuan yang ada pada diri manusia

kembangkan segera, agar kemampuan tersebut tidak terpendam dan
menjadi sia-sia.2
Sistem pendidikan yang baik dapat membantu lahirnya individuindividu yang unik. Sistem pendidikan yang baik adalah system
pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan para peserta didiknya
sehingga mereka mampu mengembangkan segenap potensi diri sekaligus
mendorong tumbuh dan berkembangnya kreativitas mereka sebagai
individu-individu yang unik dan berbeda-beda dari yang lain.3
Potensi diri terkait erat dengan bakat yang kita miliki,bakat yang
dimiliki seseorang pada dasarnya terkait dua hal. Pertama, kemampuan
alami yang khusus dan kedua, kekuatan untuk menggapai sebuah prestasi
atau kesuksesan.4
Bakat yang dimiliki seseorang dapat saja sangat berbeda dengan bakat
yang dimiliki orang lainnya. Bidang kehidupan yang kita arungi ini
1

Slamet Wiyono,Ak., M.B.A, Manajemen Potensi Diri, ( Gramedia: Jakarta, 2006), h.

37-38
2

Djoko Subinarto, Gali Rahasia Potensi Diri, (by Leaf Production, 2011), h. 7
Ibid, h.14
4
Ibid, h. 20
3

17

sangatlah luas. Maka, bakat itu pun sama luasnya dengan bidang
kehidupan yang ada. Jadi. Bakat merupakan kemampuan alami yang
khusus atau kemampuan untuk menggapai kesuksesan.5
Ny. Yoesoef Noesyirwan (1987) menggolongkan jenis bakat
atau kemampuan menurut fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan
menurut prestasinya. berdasarkan fungsi atas aspek-aspek yang
terlibatdalam berbagai macam prestasi, bakat dapat dibedakan dalam:6
a) Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik, yaitu kemampuan yang
berakar pada jasmaniah sebagai dasar fundamen bakat, seperti
kemampuan

penginderaan

atau

kemampuan

motorik,kekuatan

ketajaman

badan,

panca

kelincahan

indera,
jasmani,

ketangkasan, keterampilan dan anggota badan.
b) Bakat kejiwaan yang bersifat umum, yaitu kemampuan ingatan
daya khayal atau imajinasi dan inteligensi (penyesuaian diri).
c) Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan.
Bakat ini berhubungan erat dengan watak, seperti kemampuan
mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati perasaan
orang lain.
Sebagaimana telah diterangkan dalam mengenal tingkah laku
manusia, bahwa suatu karya atau pestasi memerlukan adanya
kemampuan atau bakat dan motivasi atau kemauan.7

5

Ibid, h. 23
H. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Penerbit:PT Rineka
Cipta, Januari 2005), h. 197
7
Ibid, h. 197-199
6

18

Minat dan bakat seringkali dijadikan satu. Padahal keduanya
memiliki

pengertian

yang

berbeda.

Bakat

(aptitude)

adalah

kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus. Bakat akan sulit berkembang
dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal
tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni.8
Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius
dan berkesinambungan.dengan mengembangkan minat, bakat, dan
memberikan bimbingan karier sejak dini, anak akan semakin
menyadari mengenai apa yang ia suka dan mampu melakukan hal
tersebut. Dan, akan menjadi lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa
yang mungkin akan ditekuninya.
Banyak anak tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang
tepat karena beberapa hal berikut:
·

Anak belum menjajaki kemampuan, bakat, serta minatnya.

·

Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan
yang ada.

·

Tidak ada masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam
kemampuan atau bakatnya.anak belajar tanpa mengetahui
kegunaan dan tujuaan dari bidang studi yang dipelajarinya.

·
8

Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi dan

Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Penerbit: PT. Tangga
Pustaka. 2009), h. 59-60

19

kurang spesifik.
·

Bakat

yang

belum

terasah

atau

kurang

mendapatkan

kesempatan untuk dikembangkan sehingga tidak tampak.
·

Perasaan tidak mampu atau tidak berbakat dari pribadi yang
bersangkutan ataupun dari lingkungannya.
Jadi, manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang

masih merupakan potensi, tetapi hanya sedikit sekali dari kemampuan
tersebut bisa terwujud.9
Dalam potensi diri anak pastinya ada kecerdasan yang istimewa.
Kecerdasan adalah manifestasi kapasitas mental yang tinggi atau
kapasitas untuk belajar, menalar dan memahami. Perkembangan
kecerdasan pada setiap individu satu dengan yang lain berbeda-beda
sebagai berikut:10
Pertama, kecerdasan intelektual yaitu anak dikembangkan
dengan memberikan tugas agar anak lebih mengasah pengetahuannya
dengan memberikan dukungan dan suasana yang nyaman bagi sang
anak.
Kedua,

kecerdasan

emosional

dan

sosial

yaitu

anak

dikembangkan dengan cara berempati kepada temannya yang sedang
susah dan memberikan bantuan.
Ketiga, kecerdasan spiritual anak dikembangkan dengan kesadaran
sekaligus menunjukan perilaku taat kepada Allah untuk menghadapi
9

Ibid, h. 62-63
,Djoko Subinarto, Gali Rahasia Potensi Diri, (by Leaf Production, 2011), h. 24

10

20

dan memecahkan masalah.11
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Inteligensi dan kecerdasan atau IQ
mempunyai perbedaan arti, sedangkan IQ hanya memberikan sedikit
indikasi

mengenai

taraf

kecerdasan

seseorang

dan

tidak

menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.12
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya
(inteligensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk
berprestasi,

tetapi

kecerdasan

mereka

yang

terbatas

tidak

memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat kecerdasan
(inteligensi) bawaan ditentukan oleh bakat, bakat-bakat tersebut baik
sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi kemampuan
intelektual umum, kemampuan berpikir, kreatif-produktif, kemampuan
dalam salah satu bidang seni, dan bakat kepemimpinan.13
Ternyata kecerdasan sosial, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual
dan kecerdasan intelektual jauh lebih berpengaruh dalam meraih
kesuksesan. Oleh karena itu, untuk menigkatkan potensi, minat dan
bakat pada anak perlu kematangan dalam menjalankannya.
11

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak,
(Yogyakarta: Katahati, 2010), h. 18-19
12
Bunda Lucy, Mendidik sesuai dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga
Pustaka. 2009), h. 51
13
Ibid, h. 52

21

B. Definisi Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Menurut bahasa, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti
cakap dalam menyelesaikan tugas.14 Maka keterampilan adalah bagaimana
kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Arti keterampilan yang
dimaksudkan juga dapat dikatakan memiliki keahlian yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang apabila
tidak di dukung oleh sikap, kemauan, dan pengetahuan. Manusia
merupakan pribadi yang unik dimana aspek rohaniah, mental intelektual
dan fisik merupakan satu kesatuan yang utuh.15 Dari pendapat Gulo itu
dapat diketahui bahwa suatu keterampilan tidak mungkin akan terwujud
tanpa ada kemauan, sikap ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang
sehingga aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik sebenarnya adalah suatu
kesatuan tidak dapat dipisahkan daripada seseorang.
Mengenai keterampilan Sadirman MA menjelaskan ada dua macam, yaitu
jasmani dan rohani:
a.

Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati
sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau
penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

b.

Keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,
keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan

14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), cet ke-1, h. 935
15
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo,2002), h. 29

22

merumuskan masalah atau konsep-konsep.16
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan
keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga untuk
belajar hidup mandiri dalam menyelenggarakan keterampilan.

C. Pengembangan Potensi Diri
1. Definisi Pengembangan Potensi Diri
Pengembanganpotensi diri adalah suatuusaha atau proses yang
terus menerus menuju pribadi yang mantap dan sukses. Pribadi yang
mantap dalam artian menuju kepada kedewasaan mental, sedangkan
pribadi yang sukses dalam artian pribadi yang mampu tampil sebagai
pemenang dengan mengalahkan semua unsur negatif dalam diri kita.17
Manusia diciptakan dengan memiliki potensi dalam dirinya
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Yung (2003:3)
adalah kemampuan manusia yang belum digunakan secara maksimal.
Potensi sangat berkaitan dengan hakekat manusia sebagai makhluk
bertaqwa, sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk berpotensi. Potensi
diri sebagai berikut:
1.

Kemampuan dasar seperti tingkat inteligensi, kemampuan abstraksi,
logika dan daya tangkap.

2.
16
17

Sikap kerja seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja, dan daya
Sadirman MA, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Op cit, h. 29
http://cenya95.wordpress.com/2008/09/03/pengembangan -potensi-diri/2 Juni 2011

23

tahan terhadap stress.
3.

Kepribadian yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan
serta kebiasaan seseorang baik jasmaniah, mental, rohani, emosional,
sosial, yang terwujud dalam bentuk tingkah laku.
Zainun (1993) mengatakan bahwa potensi dapat bersifat positif

dan negatif. Potensi positif misalnya kejujuran, ketegasan, kesucian,
keimanan, kesetiaan, kerapian, kematangan, kedewasaan, kecerdikan, dan
lain-lain. Potensi negatif adalah kebalikan dari potensi positif.
Jadi, pengembangan potensi diri

akan sangat

bergantung

bagaimana seseorang mengenal kemampuannya, lalu mengembangkannya.
Pengembangan potensi diri adalah tindakan mengurangi kekurangan dan
memperbesar kekuatan.18

D. Anak dan Hak-Hak Anak
1. Definisi Anak
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak
membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan
kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga
tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan
yang normal.
Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap
rangsangan yang berasal dari lingkungan. Pada akhir abad ke-17, seorang
18
Arikel diakses di http://cenya95.wordpress.com/2008/09/03/pengembangan -potensidiri/ pada tanggal 2 Juni 2011

24

filsuf Inggris John Locke (1632-1704) mengemukakan bahwa pengalaman
dan pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan
dalam perkembangan anak. Oleh karena itu pengaruh pengalaman dan
lingkungan hidup terhadap perkembangan anak sangatlah penting.19
Anak tetap anak-anak, bukan orang dewasa dalam bentuk kecil.
Anak-anak memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas yang harus dilihat dengan
kacamata anak-anak. Oleh karena itu, dalam menghadapi mereka memang
dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian, dan toleransi yang mendalam.20
Selanjutnya pengertian anak sebagai dalam kamus besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai manusia yang masih kecil. Selain itu, terdapat
pengertian lain bahwa pada hakikatnya seseorang yang berada pada suatu masa
perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.21

Sejak berabad-abad yang lalu perhatian terhadap seluk beluk
kehidupan

anak

sudah

diperlihatkan,

sedikitnya

dari

sudut

perkembangannya agar bisa mempengaruhi kehidupan anak ke arah
kesejahteraan yang diharapkan. Anak harus tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang baik yang bisa mengurus dirinya sendiri
dan tidak bergantung atau menimbulkan masalah pada orang lain, pada
keluarga atau masyarakatnya.22

19

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Penerbit: PT. BPK
Gunung Mulia Jakarta, 1987), h.15-16
20
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan sosial bagi Anak,
(Penerbit:Katahati Yogyakarta, 2010), h. 30
21
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 12990), cet ke-3., h.
166
22
Ibid, h. 15

25

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak menyebutkan bahwa: “Anak adalah seseorang yang
belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah nikah”.23
Anak-anak yang tinggal di dalam panti adalah anak terlantar yaitu
anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya
sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara
rohani, jasmani, dan sosial.Di dalam UUD 1945 ayat 1 menyebutkan
“Bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Maka
pemerintah dan masyarakat sebagai unsur dari negara perlu melaksanakan
usaha kesejahteraan anak yang berada di dalam panti, hal ini selaras
dengan apa yang diatur pasal 11 ayat (3) UU No. 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak.24 Jadi, yang dimaksud anak terlantar adalah anak
yang tinggal dalam keluarga miskin ataupun yatim piatu.25
2.

Batasan usia anak 13-18 Tahun
Pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan
yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada sesutau masa perkembangan
yang satu dengan cirri-ciri yang pada masa-masa perkembangan
berikutnya. Perkembangan dalam masa remaja usia 13-18 Tahun, masa
yang membentang cukup lama, dan karena itu sering dibagi-bagi menjadi:

Artikel diakses di http://prabusetian .blogspot.com/2009/05/pengertian anak.html
pada tanggal 2 Juni 2011
24
Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Direktorat,
Petunjuk Teknis Pel anan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti (Jakarta: DEPSOS Direktorat
Bina Pelayanan Sosial Anak, 2005)
25
Departemen Sosial RI Direktorat Pelayanan Sosial Anak Direktorat Jenderal Pelayanan
dan Rehabilitasi sosial, Pedoman Pel anan Sosial Anak Terlantar Melalui Pengembangan Usaha
Ekonomi Keluarga (Jakarta: DEPSOS Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, 2006), h. 11
23

26

masa remaja dini, dan remaja.26
Suatu masa peralihan dari dari dunia anak ke dunia dewasa, yang
dimulai dengan terjadinya kematangan. Perubahan-perubahan fisik secara
hebat di alami oleh anak ketika mulai memasuki masa remaja
menimbulkan permasalahan yang sangat majemuk dan seringkali
menimbulkan masalah-masalah bagi orang tua atau orang dewasa yang
berhubungan dengan kehidupan remaja.
3.

Hak-Hak Anak

Pandangan Islam terhadap anak manusia sebagai makhluk yang
sangat terhormat, karena manusia merupakan makhluk Allah yang terbaik.
Anak dalam Islam memiliki hak-hak baik sebelu maupn setelah lahir. Hakhak anak sebelum lahir, adalah27:
· Hak untuk hidup, karena itu aborsi dilarang oleh Islam kecuali jika
ada alasan yang dapat dibenarkan.
· Hak untuk mendapat perlindungan dari bahaya-bahaya medis dan
psikis selama dalam kandungan.
· Hak untuk mempunyai ibu yang baik.
· Hak unuk didoakan agar terhindar dari godaan setan ketika kedua
orang tuanya berhubungan seks.
Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan
26
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Penerbit: P.T. BPK
Gunung Mulia, 1987) cet-1 1981, h. 60
27
T. Sumarnonugroho, “Sistem Inter
ensi Kesejahteraan” Sosial. 1991., h. 39

27

Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak
meliputi:
a. Nondiskriminasi
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak28
Adapun mengenai hak untuk pengembangan potensi anak terdapat
dalam UU PA nomor 23 tahun 2002 tentang hak dan kewajiban pasal 11
yaitu “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu
luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berkreasi sesuai dengan
minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.”29
4.

Kewajiban Anak
Islam menetapkan beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan
anak30:
· Berbakti dan taat kepada orang tua, selama orang tua tidak
memerintahkan kemaksiatan.
· Bersikap tawadhu dengan bertutur kata yang sopan dan tidak
menyakiti hati kedua orang tuanya.
· Berterima kasih kepada orang tua.

28

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, h. 11
29
Ibid, h. 13
30
Ibid, h. 40

28

· Tidak boleh mencaci maki dan menghardik kedua orang tua.
· Mendoakan kedua orang tua agar mendapat ampunan dan
kasih sayang dari Allah.
· Melenggangkan tali silaturahmi dengan kerabat orang tua dan
teman-temannya.
Anak tidak hanya dirawat oleh keluarganya dengan kehidupan
yang menyenangkan, ada diantara mereka yang kurang beruntung.
Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chizaimah T. Yanggo dan
Hafiz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah anak yang
digolongkan dari keluarga tidak mampu, antara lain sebagai berikut:
a.

Anak yatim atau piatu atau anak yatim piatu yang tidak memiliki
kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar.

b.

Anak dari keluarga fakir miskin.

c.

Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu (tuna
wisma).

d.

Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan keluarga
dan belum ada orang lain yang membantu biaya untuk bersekolah atau
belajar.31
Menurut UU Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang

perlindungan anak, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan
Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik
31

huzaemah T. Yanggo dan Hafiz Ashari, Problemati ke Hokum Islam Kotemporer
pertama, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2002), h. 161

29

Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Kewajiban
Anak meliputi:
a.

Menghormati orang tua, wali, dan guru

b.

Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman

c.

Mencintai tanah air, bangsa, dan Negara

d.

Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan

e.

Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia

BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet

A. GAMBARAN LEMBAGA
1. Sejarah Singkat PSAA “ Putra Utama 03 “
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) putra utama 03 Tebet adalah
salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Dinas Bina Mental Spiritual dan
kesejahteraan Sosial propinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anak terlantar. Panti Sosial
Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet didirikan pada tahun 1999
yang saat itu bernama Panti Sosial taman Penitipan Anak (PSTPA) Bina
Insan Nusantara sebagai salah satu unit pelaksanaan teknis kanwil Depsos
Propinsi DKI Jakarta.1
Sejak tanggal 28 Maret 2000 PSTPA Bina Insan Nusantara
menjadi UPT Dinas Sosial Propinsi Dki Jakarta yang kemudian beruah
menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa. Berdasarkan
Perda Nomor 3 Tahun 2000 tentang bentuk susunan organisasi dewan
perwakilan Rakyat Daerah propinsi DKI Jakarta dan keputusan Gubernur
propinsi daerah khusus ibukota Jakarta nomor 41 tahun 2002 tentang
organisasi dan tata kerja Dinas Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial

1

Brosur, Tentang Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama 03 Tebet (Jakarta: Oktober

2010)

30

31

propinsi DKI Jakarta, maka nama Dinas Sosial berubah menjadi Dinas
Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta.
Selanjutnya dengan keluarnya keputusan Gubernur propinsi DKI
Jakarta No. 163 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan dinas bintal dan kesos
prop. DKI Jakarta, maka sejak tanggal 13 November 2002 nama PSAA
Balita tunas bangsa berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 Tebet.

2. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas pokok Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :
Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan social
anak terlantar yang meliputi identifikasi dan assesmen, bimbingan dan
penyaluran serta bina lanjut.
b. Fungsi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet adalah :
1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi,
identifikasi, motivasi, dan seleksi;
2) Pelaksanaan

penerimaan

meliputi

registrasi,

persyaratan

administrasi dan penempatan dalam panti;
3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan, dan perlindungan social;
4) Pelaksanaan assesmen meliputi penelahaan, pengungkapan dan
pemahaman masalah dan potensi;

32

5) Pelaksanaan pemberian pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan
mental, social, kepribadian, pendidikan dan latihan keterampilan;
6) Pelaksanaan sosialisasi meliputi kehidupan dalam keluarga,
masyarakat

dan

lingkungan,

persiapan

pendidikan

serta

pelaksanaan penyaluran dan bantuan kemandirian;
7) Pelaksanaan binaan lanjut meliputi monitoring,

konsultasi,

asistensi, pemantapan, dan terminasi.

3. VISI & MISI
a. VISI
Panti Sosial asuhan anak putra utama 3 tebet mempunyai visi “
Terentasnya anak terlantar yatim/piatu/yatim piatu dan berasal dari
keluarga tidak mampu di provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan y