Pelayanan Kesejahteraan Sosial Terhadap Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak (Psaa) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan

(1)

ASUHAN ANAK (PSAA) PUTRA UTAMA 03 TEBET

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

PIPIT FEBRIANTI

1110054100013

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 September 2014

PIPIT FEBRIANTI 1110054100013


(5)

i

1110054100013

Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan

Fenomena merebaknya anak terlantar di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak terlantar memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Melihat permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan ini. Pemerintah dan masyarakat telah melakukan upaya untuk mengentaskan permasalahan anak terlantar melalui Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Penelitian ini diperlukan untuk mengetahui “Bagaimana tahapan pelayanan kesejahteraan sosial di PSAA PU 03 Tebet?” dan “Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan kesejahteraan sosial di PSAA PU 03 Tebet?” untuk menjawab perumusan masalah tersebut peneliti menggunakan teori tahapan pelayanan kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh Pramuwito, prinsip-prinsip pekerja sosial, metode pekerja sosial dan teori sistem.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan memilih informan yang dipilih secara sengaja, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu (purposive sampling). Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tahapan pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya dengan menggunakan Generalist Intervention Model (GIM) adalah sebagai berikut: tahapan pendekatan awal (engagement), assesment, tahapan planning, tahapan intervention (yang didalamnya terdapat pelayanan bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan pendidikan), tahapan evaluasi, tahapan pengakhiran pelayanan atau terminasi danfollow-up(tindak lanjut) meliputi tahapan resosialisasi, tahapan penyaluran, dan tahapan bimbingan lanjut. Lalu dapat diketahui juga bentuk-bentuk dari pelayanan kesejahteraan sosial yaitu, pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan konseling, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan transportasi, pelayanan rekreasi atau hiburan, dan pelayanan tabungan.


(6)

ii

memberikan nikmat yang tiada terhingga, terutama nikmat sehat wal afiat sehingga peneliti dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, penghulu para nabi, suri tauladan bagi umatnya yang membawa ajaran islam sebagai rahmatan lil alamin.

Peneliti menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, maupun pembahasan, dan tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan peneliti yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi peneliti demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I, Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku Pudek II, dan Bapak Dr.H.Sunandar, MA selaku Pudek III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial dan Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga selaku Dosen Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat


(7)

iii

3. Bapak M. Hudri, MA, selaku dosen pembimbing skripsi dengan kesabarannya membimbing penulis dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Fakulas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Kementerian Sosial RI, terimakasih karena sudah membantu memberikan referensi buku untuk skripsi penulis.

6. Ibu Hikmah, SE.MM, selaku kepala panti PSAA Putra Utama 03 yang telah memberikan izin dan informasi kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di PSAA Putra Utama 03 Tebet.

7. Ibu Dra.Hj.Fatimah, selaku Kasubag Tata Usaha yang telah membantu peneliti dalam perizinan dan informasi mengenai PSAA Putra Utama 03. 8. Ibu Dra.Hj.Nurlela, Ibu Zulfarini Thaib, S.Sos, Kak Loren Siska Ginting,

S.ST dan teman-teman di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet yang telah membantu memberikan informasi dan data-data untuk peneliti dalam mengerjakan skripsi.


(8)

iv

memberikan dorongan moril dan materil, serta doa yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita peneliti.

10. Untuk adik-adikku, Dimas Dwiki Septiawan dan Adinda Novia Fajar Ningrum, terimakasih karena selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Almarhumah Nenek tercinta Karmi binti Harto Sentono, terimakasih Mbah sudah selalu mendoakan tanpa henti agar peneliti menjadi orang yang sukses dan berhasil serta selalu dimudahkan dalam setiap menjalani pekerjaan. Semoga Mbah ditempatkan ditempat yang terindah disana. Amiiin

12. Nenek dan Kakek Tercinta, Mbah Harto dan Mbah Kasih, terimakasih penulis ucapkan karena Mbah selalu memberikan semangat dan tiada hentinya selalu mendoakan penulis agar dilancarkan dan dimudahkan segala urusannya selama menulis skripsi ini.

13. Sahabat-sahabat setia penulis, Ika Nurjayanti, Siti Jumartina, Fifi Nurmaghfirah, Isnaniyah, Shabrina Dwi Pitarini Putri, Putera Mahesa yang selalu ada untuk membantu, memotivasi, dan memberikan semangat disaat penulis mengalami kesusahan dan kebingungan dalam mengerjakan skripsi. Serta dengan adanya canda dan tawa dari mereka membuat hati penulis terhibur sehingga mengurangi rasa penat penulis saat penyusunan


(9)

v

14. Prapty Anggorowati, Noviyani Muslikhah, dan Lusi Melani yang sudah menjadi teman terbaik penulis dari awal kita masuk sampai lulus saat ini. Bani Fauziyyah Jehan, teman berantem dan teman penghibur penulis disaat kita sedang berkumpul baik di dalam kelas maupun di organisasi intra kampus. Lufi Arna, teman diskusi yang selalu memberikan bantuan dan masukan yang bermanfaat terhadap penulis selama belajar di jurusan kesejahteraan sosial ini.

15. Teman-teman praktikum I PSPP Khusnul Khotimah, Putri Puspitasari, Muhammad Fadly, dan Syamsul Bahri, serta teman-teman praktikum II Lebak, Banten (Desa Wantisari), Pinasti Septian, Dinda Anggraeni, Hafiz Zuldi, Risdiyanto, Ihsan Heryana, dan Reizky Riyadi

16. Serta teman-teman jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 yang lain, terimakasih atas dukungan, semangat dan juga kesempatan menjadi teman dan keluarga selama kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga selamanya akan menjadi keluarga dan selalu tetap menjaga komunikasi walaupun telah berpisah untuk berjuang di jalan kita masing-masing. 17. Nurfie Ramadhani Marjuki, teman dari SMA yang selalu setia

memberikan semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

18. Angga Ariyana, terimakasih karena selalu memberikan dukungan untuk peneliti agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini, serta telah memberikan


(10)

vi rapuh dalam penyelesaian skripsi ini.

19. Untuk kakak-kakak alumni, adik-adik dan teman-teman di LSO ku tercinta SKETSA (Komunitas edukasi seni tari saman) yang tiada hentinya memberikan semangat terhadap penulis agar bisa cepat selesai dalam penulisan skripsi ini.

20. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya, namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih.

Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan semua pembaca pada umumnya terutama dalam memajukan Bidang Kesejahteraan Sosial. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan semua perhatiannya, motivasi dan bantuan selama ini, semoga apa yang telah diberikan menjadi amal sholeh disisi Allah SWT. Amiiiin…

Ciputat, September 2014

Pipit Febrianti 1110054100013


(11)

vii

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… x

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Pembatasan danPerumusan Masalah………. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 10

1. Manfaat Akademis ………... 10

2. Manfaat Praktis ……… 10

D. Metodologi Penelitian………. 11

1. Pendekatan Penelitian………... 11

2. Jenis Penelitian……….. 12

3. Tempatdan Waktu……… 13

4. Teknik Pengumpulan Data……… 13

a. Observasi………. 13

b. Wawancara……….. 14

c. Studi Dokumentasi……….. 14

5. Teknik Pemilihan Informan……….. 15

6. Macam Data……….. 17

7. Teknik Analisis Data………. 18

8. Keabsahan Data………. 20

9. Teknik Pencatatan Data………. 21

E. Tinjauan Pustaka……….. 22

F. Sistematika Penulisan………... 24

BAB II KAJIAN TEORI……….. 25

A. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Pengertian KesejahteraanSosial………... 25

a. Usaha Kesejahteraan Sosial………. 28

b. Memahami Konsep Organisasi Sosial………. 30


(12)

viii

c. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Dalam

Panti……… 37

d. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial….. 39

e. Metode Pelayanan Kesejahteraan Sosial…… 46

f. Prinsip-Psinsip Pekerja Sosial……… 49

B. DefinisiAnak dan Anak Terlantar………. 53

1. Pengertian Anak………... 53

a. Masa Perkembangan Anak……… 56

b. Pemeliharaan Anak……….... 57

2. Pengertian Anak Terlantar……… 58

a. Ciri-ciri Anak Terlantar……….. 60

b. Keberfungsian Anak Terlantar……… 61

C. Kerangka Berfikir………... 64

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) PUTRA UTAMA 03 TEBET……… 67

A. Profil Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)………….. 67

1. Identitas dan Sejarah………. 67

a. Pengertian PSAA……… 67

b. Sejarah PSAA………. 67

2. Tugas dan Fungsi PSAA………. 68

3. Visi danMisi………. 69

B. Struktur Organisasi……….. 71

C. Deskripsi Pekerjaan………. 71

D. Sasaran, Persyaratan dan Perekrutan Klien…………. 74

1. Sasaran Pelayanan PSAA………. 74

2. Persyaratan……… 75

3. Perekrutan……… 75

E. Pendanaan PSAA……….. 75


(13)

ix

I. Profil Warga Binaan Sosial (WBS)……….... 81

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA………. 84

1. Tahapan Pelayanan KesejahteraanSosial………….. 84

A. Tahapan Pendekatan Awal (Engagement)……... 84

B. Tahapan Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)………... 90

C. Tahapan Rencana Pemecahan Masalah (Planning)... 110

D. Tahapan Pelaksanaan Pemecahan Masalah (Implementation)……….. 121

E. Tahapan Evaluasi………. 129

F. Tahapan Terminasi………... 130

G. Tahapan Tindak Lanjut (Follow-Up)... 131

2. Bentuk-bentuk Pelayanan Kesejahteraan Sosial…… 132

1. Pelayanan Pengasramaan………. 132

2. Pelayanan Kebutuhan Pangan……….. 135

3. Pelayanan Konseling……… 137

4. Pelayanan Kesehatan……… 139

5. Pelayanan Pendidikan……….. 141

6. Pelayanan Keterampilan……….. 142

7. Pelayanan Keagamaan……….. 144

8. Pelayanan Rekreasidan Hiburan……….. 146

9. Pelayanan Transportasi………. 148

10.Pelayanan Tabungan………. 149

11.Pelayanan Bimbingan Lanjut……… 151

BAB V PENUTUP... 155

A. Kesimpulan………. 155

B. Saran………... 158

DAFTAR PUSTAKA……… 160 LAMPIRAN


(14)

Tabel 2 Data Pegawaidi PSAA PU 03 Tebet………... 78

Tabel 3 Fasilitas di PSAA PU 03 Tebet………. 80

Tabel 4 Data WBS Berdasarkan Status Keluarga……….. 81

Tabel 5 Data WBSBerdasarkan Tingkat Pendidikan……… 82

Tabel 6 Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMP………. 82

Tabel 7 Data WBS Berdasarkan Penyebaran Sekolah Tingkat SMA………. 83


(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase dimana anak-anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Perlu adanya optimalisasi perkembangan anak, karena selain krusial juga pada masa itu anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau keluarga sehingga secara mendasar hak dan kebutuhan anak dapat terpenuhi secara baik. Anak seyogyanya harus dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, bahagia, bermoral tinggi dan terpuji.

Anak juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena anak adalah tunas yang akan tumbuh dan berkembang menjadi bagian generasi penerus perjuangan dalam rangka pencapaian cita-cita bangsa. Sebagai generasi penerus maka anak perlu dirawat, dibina, dan ditingkatkan kesejahteraannya agar dapat tumbuh dan mengembangkan kepribadian dan kemampuan serta keterampilan dalam melaksanakan peranan dan fungsi dalam kehidupan sesuai dengan pertumbuhan usianya.

Namun kenyataan yang ada sering kali tidak seperti yang diharapkan. Banyak sekali anak-anak yang menyandang masalah kesejahteraan sosial, seperti maraknya masalah anak terlantar. Kuantitas dan kualitas masalah


(16)

kesejahteraan sosial anak terlantar diprediksi akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Menurut Pusat Data dan Informasi Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Kementerian Sosial RI mencatat jumlah anak terlantar pada tahun 2011 di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam jumlah mencapai 5.355, Sumatera Utara 4.289 orang, Sumatera Barat 4.439 orang, Sumatera selatan 2.318 orang, Bangka Belitung mencapai 926 orang, DKI Jakarta terdapat 4.017 orang, Jawa Barat 41. 587 orang, Jawa Tengah 15,083 orang, DI Yogyakarta 2.554 orang, Jawa Timur 64.250 orang, Banten 5.355 orang, Bali 2.423 orang, Nusa Tenggara Barat mencapai 17.026 orang, Nusa Tenggara Timur 2.103 orang, Kalimantan Barat mencapai 5.738 orang, Kalimantan Tengah terdapat 2.327 orang, Kalimantan Selatan mencapai 420 orang, Sulawesi Utara terdapat 2.204 orang, Sulawesi Tengah mencapai 4.809 orang, Sulawesi Selatan 11,617 orang, Sulawesi Tenggara 3,197 orang, Sulawesi Barat mencapai 319 orang, Maluku 1.337 orang, Maluku Utara 687 orang, dan Papua mencapai 3.312 orang anak terlantar. Dengan demikian, jumlah anak terlantar di Provinsi Jawa Timur yang menduduki posisi yang paling tinggi.1

Pada dasarnya kompleksitas permasalahan anak terlantar disebabkan oleh berbagai factor antara lain; 1) konflik keluarga; 2) anak terlantar yang mengalami masalah dalam sistem pengasuhan seperti yang dialami anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu, anak dari orangtua tunggal, anak dengan ayah atau ibu tiri, anak dari keluarga yang kawin muda dan anak yang tidak

1

Kementerian Sosial RI, Rekapan Data Anak Terlantar (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, 2011)


(17)

diketahui asal usulnya (anak yang dibuang orangtuanya); 3) anak yang mengalami masalah dalam cara pengasuhan seperti anak yang mengalami tindakan kekerasan baik secara fisik, sosial maupun psikologis, anak yang mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual serta anak yang diperdagangkan; 4) dan anak yang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi seperti anak yang kurang gizi dan anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah (kemiskinan).2 KPAI juga berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Dan yang terpenting tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari tindakan orang dewasa.3

Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka masalah ini dapat mengancam masa depan bangsa ini. Anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan perawatan sebagaimana seharusnya tersebut akan rentan menjadi anak-anak yang memiliki disfungsi sosial atau bahkan tidak memiliki masa depan jika tidak segera ditangani dengan baik. Anak-anak tersebut harus mendapatkan penanganan sehingga dapat tumbuh berkembang seperti layaknya anak normal yang diasuh oleh orangtua mereka sendiri.

Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Anak terlantar adalah anak yang suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan

2

Chatarina Rusmiyati,”Jurnal Kesejahteraan Sosial: Wujud Panti Asuhan Hidayatullah dalam penanganan masalah anak terlantar,” no. 3 (Juni 2008) h. 46-54.

3

http://www.rakyatmerdeka.co.id/news/2010/03/22/90009/Gila.-Jumlah-Anak-Terlantar-17-juta, Artikel diakses pada tanggal 14 April 2014


(18)

dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orangtuanya. Tetapi, terlantar disini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan.4

Sering kita lihat anak-anak terlantar berada di jalanan. Mereka memilih jalanan dan tempat–tempat umum lainnya sebagai alternatif pelarian untuk mencari kerja, karena mereka menganggap dijalan banyak rezeki yang bisa didapat sesuai dengan tingkat kompetisi yang ada. Banyak pekerjaan yang bisa mereka lakukan seperti mengamen, meminta-minta, menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan,dll. Hidup dijalanan membuat mereka merasa nyaman tanpa mereka memikirkan suatu hal negatif yang bisa saja hadir di dalam diri mereka saat mereka hidup di jalanan. Padahal seusia mereka merupakan masa yang paling rawan, mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bagi mereka dipandang menarik walaupun sebenarnya hal itu tidak baik buat mereka.5

Hal inilah yang kadang membuat anak terlantar sering hidup dan berkembang di bawah tekanan dari stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban. Sangat sedikit yang berpihak kepada anak-anak tersebut. Sementara dengan memberikan belas kasihan juga bukan merupakan solusi yang tepat, karena anak-anak tersebut bukan anak-anak yang perlu

4

Bagong suyanto,Masalah Sosial Anak(Jakarta: Kencana, 2010), h. 212

5


(19)

dibelaskasihani. Tetapi yang diperlukan adalah sebagaimana kebutuhan anak-anak pada umumnya, yaitu perlindungan, kasih sayang, dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan segala keterbatasan dan himpitan hidup, anak-anak tersebut tetap maju. Mereka memiliki daya juang dan daya tahan yang tinggi dalam mengatasi kesukaran. Dengan demikian, yang dibutuhkan dalam hal ini bukan belas kasihan; tetapi lebih kepada pengakuan, penerimaan, dan dukungan moral dalam menjalani kehidupan.

Namun saat ini banyak juga anak-anak terlantar yang hidup di jalanan tidak melulu hanya memikirkan bagaimana dia bisa hidup selama tinggal di jalanan. Tetapi mereka juga sud ah mulai membuktikan ke masyarakat luas bahwa mereka juga mempunyai potensi, bakat, minat dan kemampuan yang bisa dikembangkan dan ditunjukkan ke khalayak. Banyak anak terlantar yang sudah mulai memikirkan bahwa pendidikan itu penting, mereka sudah mempunyai keinginan untuk bisa melanjutkan sekolah mereka yang sempat terhenti karena mereka sudah mulai memikirkan bahwa ternyata pendidikan itu penting untuk mereka di masa depan nanti. Dengan begitu agar tumbuh kembang anak-anak terlantar ini tidak terhambat dan dapat berkembang secara wajar, maka orangtua, masyarakat, dan pemerintahan harus mampu memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak ini.

Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara langsung dan terorganisasi, terutama bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Perihal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan sosial mengarah pada tercapainya kondisi sosial individu atau kelompok agar


(20)

memiliki perasaan harga diri dan kepercayaan diri, sehingga mampu menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya pelayanan sosial merupakan program kegiatan yang memberikan jasa kepada orang perorang untuk membantu dalam mewujudkan tujuan serta menyelesaikan berbagai masalah mereka, dan bukan untuk kepentingan orang-orang yang memberi pelayanan sosial tersebut. Pernyataan ini ditegaskan dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.6

Menurut UUD 1945, Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 juga

disebutkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh

Negara”.7 Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh Negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Mengenai anak terlantar berbagai upaya untuk menangani masalah anak terlantar telah dilakukan baik oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga swasta, lembaga keagamaan bahkan personal. Lembaga sosial merupakan suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, yang berfungsi sebagai sarana untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan sosial. Salah satu kegiatannya adalah pelayanan sosial terhadap anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak. Pelayanan

6

Warto,dkk., Efektivitas Program Pelayanan Sosial DI Panti dan Non Panti (Yogyakarta: B2P3KS Press, 2009), h. 9

7

www.kemenkumham.go.id, Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, Bab XIV Kesejahteraan Sosial diakses pada tanggal 14 April 2014


(21)

kesejahteraan sosial anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak mengacu pada Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa usaha kesejahteraan sosial merupakan tanggungjawab bersama yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga swasta, masyarakat maupun perorangan.

Dalam konteks di atas, Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan di bawah naungan Dinas Sosial Republik Indonesia mempunyai kepedulian terhadap pembinaan anak dan pelayanan kesejahteraan sosial. Penanganan masalah anak merupakan masalah yang harus dihadapi oleh semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja, tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus dapat membantu pertumbuhan anak dengan baik.

Upaya tersebut dilakukan agar anak terlantar dapat terpenuhi hak-haknya, seperti memperoleh penghidupan layak, memperoleh pendidikan dan kesehatan, memperoleh kasih sayang, dan mendapatkan perlindungan sehingga anak-anak yang terlantar tersebut mendapatkan wadah yang menampung mereka untuk mempersiapkan masa depannya. Sehingga mereka dapat membekali dirinya terutama melalui pengetahuan dan keterampilan sehingga kelak mereka dapat mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Sesuai dengan pasal 2, ayat 3 dan ayat 4, Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak berbunyi sebagai berikut:

“Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam


(22)

perlindungan-perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar”.8

Sementara itu ayat suci Al- Qur’an dalam surat An-Nissa ayat 9 menegaskan bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut :

Artinya :

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya, Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan

tutur kata yang benar”.(Q.S. An-Nissa: 9)

Dengan adanya Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ini diharapkan anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf hidup kesejahteraan sosial mereka baik yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua, ataupun anak yang dititipkan oleh orangtua mereka agar menjadi anak bangsa yang konstruktif dan bermartabat sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih berkualitas. Berkaitan dengan hal diatas peneliti menyajikan penelitian yang berjudul:

“Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan”

8


(23)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini, karena peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak terlampau jauh sehingga menjadi lebih terfokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada Pelayanan kesejahteraan sosial terhadap anak terlantar yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet.

Pelayanan kesejahteraan sosial yang meliputi tahapan pelayanan kesejahteraan sosial seperti tahapan engagement, assesment, planning, intervensi, dan terminasi serta bentuk pelayanan yang meliputi pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan konseling, pelayanan pendidikan, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan rekreasi dan hiburan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan, dan pelayanan tabungan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab dan dituangkan dalam skripsi ini adalah :


(24)

1. Bagaimana tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 terhadap anak terlantar ?

2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tahapan pelayanan yang diberikan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 terhadap anak terlantar.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial yang didapatkan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03.

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak terlantar dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesejahteraan anak terlantar.


(25)

2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengaan permasalahan penanganan terhadap anak-anak terlantar.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripadageneralisasi.9

Tujuan penelitian kualitatif adalah sebagai penelitian yang bersifat naturalis karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, merupakan satu kesatuan yang terbentuk secara timbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan melibatkan nilai-nilai.10

Dalam tradisi penelitian kualitatif proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana dengan apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan

9

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung: Alfabeta,2010), h.1

10

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2007), Cet.ke-23,h.29


(26)

kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang damati.11 Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut.12

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia dan mudah dipahami oleh diri sendiri meupun orang lain.

Dengan demikian, pendekatan kualitatif ini diharapkan bisa menggali lebih dalam fakta-fakta yang ada di lapangan, guna mendapatkan gambaran yang lengkap tentang langkah-langkah pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet serta bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial apa saja yang di dapat anak terlantar di panti tersebut.

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Jenis penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seorang, lembaga,

11

Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif(Jakarta: Kencana,2010), h.6

12


(27)

masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.13

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya.14 Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

3. Tempat dan Waktu a. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 di Jl. Tebet Barat Raya No.100. Tebet, Jakarta Selatan.

b. Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dari bulan Juli- September 2014. 4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.15

13

Jalaludin Rakhmat,Penelitian Kualitatif(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),h.25

14

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003), h. 39

15


(28)

Semua yang didengar dan dilihat oleh peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para informan melakukan kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat sehingga data atau informasi penelitian dapat mendukung, melengkapi atau menambah informasi yang berasal dari hasil wawancara.

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mendatangi langsung ke lokasi penelitian, kemudian mengamati proses kegiatan intern panti di sekitar lokasi penelitian, khususnya kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana pelayanan kesejahteraan sosial anak yang didapatkan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA).

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat memperoleh keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil bertatap muka dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.16

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan sebuah catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari

16


(29)

seseorang yang kemudian penulis pelajari dokumen-dokumen tersebut untuk mengambil data dan sebagai penambahan informasi. Studi dokumentasi merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan lebih cepat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Sumber ini terdiri dari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal ataupun yang lainnya dan juga rekaman.17 Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi.

5. Teknik pemilihan informan atau wawancara

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang diambil karena ada pertimbangan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.18 Pertimbangan tertentu ini, saat penulis ingin mengambil informan WBS (Warga Binaan Sosial) penulis berdiskusi dengan pekerja sosial mengenai siapa saja anak-anak yang bisa dijadikan informan, karena anak-anak disini sangat sulit untuk dijadikan informan. Hal ini disebabkan karena panti tersebut sudah sering dijadikan tempat penelitian oleh beberapa mahasiswa. Sehingga ada titik kejenuhan yang dimiliki oleh WBS disana ketika akan dijadikan sumber penelitian. Oleh karena itu, pekerja sosial merekomendasikan beberapa anak untuk peneliti melakukan pendekatan

17

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kuaitatif Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 176

18


(30)

terlebih dahulu agar bisa menimbulkan suasana keakraban. Setelah peneliti melakukan pendekatan kepada anak-anak tersebut, dapatlah 2 orang informan yang menurut peneliti mereka ini bisa memberikan informasi yang peneliti cari seputar pelayanan kesejahteraan sosial di panti ini, dan 2 informan tersebut merupakan anak-anak yang berlatar belakang dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar yang sudah hidup dari panti ke panti karena tidak diketahui keberadaan orangtuanya.

Dalam konteks ini peneliti mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sampai terjadi pengulangan informasi atau sudah tidak ada informasi yang terjaring lagi. Dari teknik sampling inilah peneliti kemudian bisa menentukan subjek dan objek penelitian.

Dalam penelitian kualitatif tidk menggunakan istilah populasi,

tetapu oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.19

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi, mereka terdiri dari:. 1 orang Ka.Sie Identifikasi dan Assesment, 2 orang Ka. Sie Bimbingan dan Penyaluran, 1 orang Pekerja Sosial, dan 2 orang WBS.

19


(31)

Tabel 1

Rancangan Informan

No. Informasi Yang Dicari Informan Jumlah 1. Langkah-langkah pelayanan

yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) dalam tahapan pendekatan awal

(engagement), pengungkapan masalah(assessment),rencana pemecahan masalah(planing)

Ka.Sie

Identifikasi dan Assesment

1 orang

2. Langkah-langkah pelayanan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) dalam tahapan pemecahan masalah

(intervensi),resosialisasi, penyaluran, dan bina lanjut.

Ka. Sie

Bimbingan dan Penyaluran

2 orang

3. Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan yang diperoleh Warga Binaan Sosial (WBS) dan Peran Pekerja Sosial dalam memberikan Pelayanan

Kesejahteraan Sosial.

1 Pekerja Sosial 1 orang

4. Kegiatan di PSAA 2 orang WBS 2 orang

6. Macam Data

a. Data Primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya. Data ini merupakan data yang diperoleh dari informan dan situasi-situasi sosial me lalui metode dan cara yang telah dijelaskan diatas. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara informan.

b. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya. Data ini merupakan data yang


(32)

diperoleh dari catatan-catatan, perpustakaan, pustaka pengelolaan data, pusat peneliti atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah.20

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilih mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian.

Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.21

a. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini

20

Imam Gunawan,Metode Penelitian Kuaitatif Teori dan Praktik, h. 209.

21


(33)

masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

b. Analisis selama di lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pegumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Dalam buku Sugiyono, Miles and Huberman juga mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1) DataReduction(Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2) DataDisplay(Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Flowchart


(34)

dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah bagan teks yang bersifat naratif.

3) Conclusion Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

8. Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan, data penulisan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

a. Kriteria Kredibiliti (derajat kepercayaan), yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan, pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (triangulasi). Hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) dengan hasil wawancara dengan Warga Binaan Sosial (WBS). (2) Membandingkan antara jawaban yang diberikan pengurus panti dengan jawaban Warga Binaan Sosial (WBS)


(35)

mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

b. Kriteria kepastian, teknik ini dimaksud adalah uraian rici. Yaitu peneliti melaporkan hasil penelitannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti mungkin dan secermat mungkin. Dalam penelitian ini peneliti membuat uraian rinci dalam bentuk sebuah laporan akhir yang disebut skripsi.22 9. Teknik Pencatatan Data

Penelitian yang biasa dilakukan adalah catatan lapangan. Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lokasi penelitian. Pada waktu berada di lapangan peneliti menyusun catatan lapangan. Catatan tersebut berupa coret-coret seperlunya yang betul-betul sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi pembicaraan atau percakapan, hasil pengamatan berupa gambar, sketsa, diagram, sosiogram, dan sebagainya. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Proses itu dilakukan setiap kali selesai mengadakan pengamatan atau wawancara, tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain, dan ingatan seseorang atau sifatnya terbatas.

Catatan lapangan yang lengkap dapat terdiri dari peta, diagram, foto, wawancara, rekaman tape-recorder, video-tape, memo, objek dari lapangan, catatan yang dilakukan peneliti dengan cepat di lapangan. Catatan lapangan dapat memudahkan peneliti untuk terus mengikuti arah

22


(36)

perkembangan kegiatan penelitiannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana rencana penelitian telah terpengaruh oleh data yang dikumpulkan, dan untuk tetap sadar diri peneliti mengenai bagaimana pengaruh data itu terhdapnya. Catatan lapangan peneliti kualitatif berisi tentang apa-apa yang dilihat, dan didengar oleh peneliti, tanpa adanya interpretasi.23

E. Tinjauan Pustaka

Untuk perbandingan maka penulis memaparkan beberapa skripsi yang

berjudul: “Pelayanan Sosial”.

1. Dalam skripsi yang berjudul: Peran Yayasan Al-Fikr Dalam Pelayanan Sosial Terhadap Yatim Piatu Di Desa Gembong Rt 02/04 Balaraja Barat Tangerang.

Disusun Oleh : Nurul Hikmah

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam Lulusan : 1431 H/ 2010 M

Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaannya antara lain:

a. Subjek dan objeknya: subjek skripsi ini adalah peran yayasan Al-Fikr dalam pelayanan sosial terhadap siswa yatim piatu dan objeknya adalah Desa Gembong Rt 02/04 Balaraja Barat Tangerang

23

M.Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshui, Metode Penelitian Kualitatif,


(37)

b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsinya adalah: pertama: Kegiatan pelayanan sosial apa saja yang diberikan kepada anak-anak yatim piatu di yayasan Al-Fikr gembong balaraja? Kedua: Apa saja faktor pendukung dan penghambat pada yayasan Al Fikr dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak-anak yatim piatu? 2. Dalam skripsi yang berjudul: Implementasi Program Pelayanan Bagi Anak

Autis Melalui Sekolah Khusus Di Rumah Autis Bekasi. Disusun Oleh : Fachry Arfan

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Kesejahteraan Sosial

Lulusan : 1435 H/ 2014 M

Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi saya, adapun letak perbedaannya antara lain:

a. Subjek dan objeknya: subjek skripsi ini adalah implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus dan objeknya adalah Rumah Autis Bekasi.

b. Adapun masalah yang dibahas dalam skripsinya adalah: pertama: Bagaimana implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi ?, Kedua: bagaimana evaluasi hasil yang dicapai dari implementasi program pelayanan bagi anak autis melalui sekolah khusus di Rumah Autis Bekasi ?

Dengan melihat skripsi terdahulu, maka skripsi saya walaupun hampir sama dengan skripsi diatas namun berbeda materi yang dibahas, yaitu


(38)

tentang: “Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

Adapun masalah yang penulis bahas adalah:

a) Bagaimana tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama Tebet terhadap anak terlantar ?

b) Bagaimana kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 03 Tebet ?

F. Sistematika Penulisan

Dalam hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development dan Assurance ) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini.

BAB I : Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Kajian Teori, memuat: Pengertian Pelayanan Kesejahteraan Sosial: tujuan pelayanan kesejahteraan sosial, fungsi pelayanan kesejahteraan sosial, pelayanan sosial dalam panti, tahapan pelayanan kesejahteraan sosial, metode-metode tahapan pelayanan kesejahteraan sosial, dan prinsip-prinsip pekerja sosial. Pengertian Anak dan Anak


(39)

Terlantar, Ciri-ciri Anak Terlantar, keberfungsian sosial anak terlantar.

BAB III : Gambaran Umum Lembaga Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan, yang meliputi : Identitas dan Sejarah Panti Sosial, Visi dan Misi Panti, Struktur Organisasi, Sasaran Pelayanan, Pendanaan, Daftar nama pegawai PSAA, Fasilitas, dan Profil Warga Binaan Sosial (WBS) Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan.

BAB IV : Temuan dan Analisis Data, memuat : Hasil wawancara tentang pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar.

BAB V : Bab Penutup merupakan kesimpulan dari penelitian tentang pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar dan manfaat yang diperoleh anak terlantar setelah mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial di panti tersebut serta saran-saran untuk perbaikan kedepan bagi panti, peneliti, dan Warga Binaan Sosial (WBS).


(40)

26 A. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial

1. Definisi Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang-Undang Republik Indonesia No.6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 “Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spirituiil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknyabagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.1

Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut Sumarnonugroho adalah kesejahteraan sosial sebagai suatu fungsi terorganisasi adalah kumpulan kegiatan-kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan individu-individu, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok dan komunitas-komunitas

1

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial(Jakarta: FISIP UI Press, 2005), h. 16


(41)

menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-kondisi..2

Pengertian kesejahteraan sosial sedikitnya mengandung empat makna, yaitu3:

1. Sebagai kondisi sejahtera. Pengertian ini biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi.

2. Sebagai pelayanan sosial. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni jamninan sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal.

3. Sebagai tunjangan sosial, diberikan kepada orang yang tidak mampu, karena sebagian besar penerima manfaat adalah orang-orang miskin, cacat, penganggur. Keadaan ini dapat menimbulkan konotasi negatif pada istilah kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan, dan ketergantungan.

4. Sebagai proses atau usaha terencana. Yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun

badan-2

Muhammad Suud,3 Orientasi Kesejahteraan Sosial(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h.9

3


(42)

badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidpan dan menyelenggarakan pelayanan sosial.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, terlihat bahwa kesejahteraan sosial mencakup pengertian yang luas yaitu suatu keadaan dimana individu, keluarga, dan masyarakat ,erasa baik, sehat dan sejahtera karena kebutuhan hidupnya baik dalam kebutuhan fisik, mental, sosial, spiritual dan ekonomi terpenuhi secara wajar untuk memperbaiki keberfungsian sosial dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.

a. Usaha Kesejahteraan Sosial

Salah satu bentuk usaha kesejahteraan sosial adalah terbentuknya lembaga sosial atau organisasi sosial atau panti sosial yang merupakan wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial dimana usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai kegiatan secara kongkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas.

Usaha kesejahteraan sosial memberikan sumbangan untuk mewujudkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial setiap warga dari segala lapisan. Untuk mewujudkan tujuan dari kesejahteraan sosial sebagaimana telah dikemukakan, perlu disusun suatu program-program dan kegiatan yang bermuara pada tujuan kesejahteraan sosial.


(43)

Program-program itulah yang biasa disebut usaha kesejahteraan sosial yang meliputi semua upaya, program dan kegiatan yang ditujukkan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial.4

Sebagai suatu upaya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) menjadi sebuah rutinitas sebagai upaya pengembangan sumber-sumber daya dalam menumbuhkan, membina dan meningkatkan terwujudnya kesejahteraan sosial serta menunjang usaha-usaha lain yang mempunyai tujuan sama. Upaya tersebut didasarkan prinsip-psinsip dasar kesejahteraan sosial, yakni, pertama setiap manusia berhak untuk mendapatkan taraf kesejahteraan yang sebaik-baiknya. Kedua, usaha kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab bersama antara Negara dan masyarakat. Ketiga, dalam melaksanakan kesejahteraan sosial akan sangat diwarnai oleh sitem nilai yang berlaku dalam masyarakat, seperti nilai-nilai kemanusiaan, kekeluargaan, kegotong-royongan, kebersamaan dan kesetiakawanan.5

Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang nyata baik ia bersifat langsung ataupun tidak langsung, sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar

4

Fauzik Lendriyono, ed., Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial (Malang: UMM Press, 2007), h. 120

5

Pramuwito,Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,1997), h. 46


(44)

ditujukan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya menghidupi

organisasinya sendiri ataupun menjadikan sebagai “punggung” untuk sekedar mengekspresikan penampilan diri sendiri dalam suatu lembaga.

Belakangan ini juga cukup populer bentuk usaha kesejahteraan sosial dengan memberikan pelayanan semi-panti yang lebih terbuka dan tidak kaku. Para pekerja sosal menentukan program kegiatan, pendampingan, dan berbagai pelayanan sosial dalam rumah singgah. Rumah terbuka untuk aktivitas, rumah belajar, rumah persinggahan, rumah keluarga pengganti.6

b. Memahami Konsep Organisasi Sosial

Organisasi pelayanan ini muncul sebagai akibat dari semakin kompleksnya tuntutan manusia akan rasa tenang, tentram, nyaman, dan terbebas dari berbagai permasalahan baik yang menyangkut individu, kelompok maupun permasalahan dalam masyarakat.7Oleh karena itu badan-badan atau organisasi-organisasi sosial, baik yang bersifat formal maupun nonformal, merupakan lembaga yang menjalankan fungsi sosial dalam bidang kesejahteraan sosial.

6

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama,2006), h.164

7

Fauzik Lendriyono, ed.,Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial,h. 126


(45)

Organisasi sosial pada hakekatnya adalah kumpulan dari norma-norma sosial yang diciptakan untuk dapat melaksanakan fungsi masyarakat lebih jauh. Organisasi sosial adalah pola-pola yang telah mempunyai kekuatan tetap atau pasti untuk mempertemukan beragam kebutuhan manusia, yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang telah mendapatkan persetujuan dari cara-cara yang sudah mapan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan suatu instruktur.

Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pengembangan usaha bidang sosial dalam usaha kesejahteraan sosial sebagaimana yang dikemukakan Sumarnonugroho antara lain adalah8:

1. Kemampuan mengenal masalah mereka sendiri.

2. Keinginan dan ikut serta mencari alternative pemecahan masalah. 3. Keterlibatan individu dalam pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial. 4. Penyebaran metode-metode swadaya berswadaya.

5. Bimbingan dan bantuan dari pemerintah. 2. Definisi Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Pelayanan kesejahteraan sosial adalah serangkaian kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, perlindungan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang

8

Fauzik Lendriyono, ed.,Beberapa pemikiran tentang pembangunan kesejahteraan sosial, h. 127


(46)

dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial.

Pelayanan kesejahteraan sosial diartikan juga sebagai bentuk tindakan nyata atau aktivitas yang dilaksanakan oleh individu, kelompok, masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau menanggulangi permasalahan masyarakat sehingga terwujud kesejahteraan sosial yang diharapkan.9

Dalam pengertian lebih luas, Romanyshyn menyatakan, bahwa pelayanan kesejahteraan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok sosial, organisasi, serta masyarakat.10

The Social Work Dictionary, menyebutkan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfngsian sosial, individu, keluarga kelompok, dan masyarakat. Jenis pelayanan kesejahteraan sosial yang spesifik adalah membantu orang memanfaatkan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan, mengevaluasi kemampuan orang dalam memelihara anak dan ketergantungan yang lain, konseling dan psikoterapi,

9

Dwi Heru Sukoco, Modul Diklat Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Tingkat Ahli Madya (Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelathan Pegawai Departement Sosial) h. 88

10

Warto, dkk. Efektivitas Program Pelayanan Sosial di Panti dan Non Panti (Yogyakarta,


(47)

penghubung dan rujukan, mediasi, advokasi kasus sosial, menginformasikan organisasi yang menyediakan pelayanan kesehatan, dan mengkaitkan klien dengan system sumber.11

Menurut Alfred J. Khan, pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh

lembaga kesejahteraan sosial disebut dengan “pelayanan kesejahteraan sosial”. Di Negara-negara berkembang tertentu, pelayanan kesejahteraan sosial dimaksudkan sebagai pelayanan yang difokuskan pada bantuan untuk perorangan atau keluarga yang mengalami masalah penyesuaian diri dan pelaksanaan fungsi sosial, atau ketelantaran. Di Negara lainnya digunakan istilah “pelayanan sosial” untuk mencakup apa yang terkandung dalam pengertian pelayanan kesejahteraan sosial di atas ditambah dengan :

1. Bantuan sosial, yaitu dengan ditekankan pada pemberian bantuan uang dan atau barang.

2. Program-program kesehatan yang tidak tercakup oleh program yang dikembangkan oleh swasta.

3. Pendidikan 4. Perumahan rakyat

5. Program-program ketenagakerjaan 6. Fasilitas umum12

11

Dwi Heru Sukoco,Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategis (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial), h. 102

12

Nurdin Widodo, dkk,Studi Pelayanan Sosial Remaja Putus Sekolah Terlantar melalui Panti


(48)

Secara ideologis, pelayanan kesejahteraan sosial didasari keyakinan bahwa tindakan sosial dan pengorganisasian sosial merupakan suatu wujud nyata dari kebijakan sosial sebagai representasi kehendak publik dalam mempromosikan kesejahteraan warga Negara.13

Dari beberapa uraian mengenai pengertian pelayanan kesejahteraan sosial diatas,maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah yang dialami oleh individu, keluarga, dan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, organisasi sosial, dan lembaga swadaya masyarakat agar mereka memiliki haga diri dan kepercayaan diri sehingga mampu menjalankan fungsi sosial dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat.

a. Tujuan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Tujuan pelayanan sosial menurut Anthony H. Pascal adalah14:

1) Memberikan perlindungan kepada orang yang mengalami kehilangan kemampuan. Pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan untuk melindungi orang yang tidak memiliki kemampuan lagi disebabkan oleh kondisi tertentu.

2) Menyediakan pilihan-pilihan kepada penerima pelayanan.Karena setiap orang memiliki potensi diri dan masalah yang berbeda-beda.

13

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi

Komunitas(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 14

14

Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra


(49)

Maka setiap orang dapat memilih bentuk dan jenis pelayanan tertentu sesuai dengan potensi dan masalah yang dihadapinya.

3) Mengembangkan keberfungsian sosial.Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sosial dasar . Pelayanan sosial diberikan untuk membantu orang agar mereka dapat memenuhi kebutuhan sosial dasar.

4) Meningkatkan keadilan untuk memperoleh kesempatan.Pelayanan kesejahteraan sosial diarahkan pada upaya menciptakan keadilan bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai kesempatan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.

5) Memelihara terpenuhinya kebutuhan minimal.Kebutuhan minimal ini diarahkan pada pengertian kebutuhan dasar yang meliputi makan, pakaian, tempat tinggal dam kesehatan. Pelayanan kesejahteraan sosial diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan minimal ini, baik bersifat fisik-organis, sosial, dan psikologis.

b. Fungsi Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Pencegahan

Mencegah timbulnya permasalahan kesejahteraan sosial, mencegah berkembangnya atau meluasnya permasalahan kesejahteraan sosial dalam kehidupan masyarakat serta mencegah timbulnya kembali


(50)

permasalahan kesejahteraan sosial yang pernah dialami oleh perseorangan, keluarga dan masyarakat.15

2. Rehabilitasi

Sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk meningkatkan penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan masyarakat.16

3. Pengembangan

Fungsi yang mengandung tiga ciri pokok, meningkatnya taraf kesejahteraan, menjalannya efek ganda dalam lingkungan sosial keluarga dan masyarakat serta meningkatknya kesadaran dan tanggung jawab sosial untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.17 4. Perlindungan

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kebijakan dan program kesejahteraan sosial yang dirancang untuk mengurangi ketelantaran melalui program jaminan sosial dan asuransi sosial seperti akses pada pendapatan, kehidupan, pekerjaan, kesehatan, pendidikan, gizi dan tempat tinggal.18

15

Departement Sosial RI,Penelitian Evaluative tentang Efektivitas Pelaksanaan Pembinaan

Kesejahteraan Sosial di PSBR “Taruna Yudha” Sukoharjo, (Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1998). h. 5

16

Pramuwito,Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial h. 75

17

Pramuwito,Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial ,h. 85

18


(51)

5. Penunjang

Kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada klien.19

c. Pelayanan Kesejahteraan Sosial Dalam Panti

Panti sosial merupakan salah satu model atau system pelayanan kesejahteraan sosial berbasis lembaga(instutional based) yang dikembangkan di Indonesia. Model atau sistem lainnya yaitu pelayanan berbasis keluarga (family based) dan pelayanan berbasis masyarakat (community based). Berbagai model atau sistem pelayanan kesejahteraan sosial tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat.20 Di dalam sistem panti sosial ini, pelayanan kesejahteraan sosial diberikan kepada Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang berada di dalam panti sosial dalam batas waktu tertentu. Selama batas waktu tertentu tersebut panti sosial memenuhi kebutuhan sosial dasar penerima manfaat dan memberikan bimbingan mental spiritual dan sosial.

Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah memberi batasan tentang panti sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang

19

Edi Suharto,Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat, h.97

20

Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra


(52)

memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental dan sosial. Dalam hal ini Departemen Sosial, memiliki kedudukan melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap panti-panti sosial.21Fungsi panti yang memadai tentunya harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Yakni bagaimana keberadaan panti dari aspek kelembagaan, pemenuhan kebutuhan dasar penerima manfaat, pelayanan teknis, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta pendanaannya. Oleh karena fungsi panti dalam pelayanan sosial perlu dilihat dari beberapa aspek, yakni22; 1) Aspek kelembagaan sebuah panti sosial perlu memiliki AD/ART, visi

dan misi, legalitas serta izin operasional.

2) Aspek pemenuhan kebutuhan dasar, sebuah panti didirikan memiliki kewajiban untuk mampu memberikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penerima manfaatnya, yang meliputi, pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan serta kebutuhan sehari-hari lainnya. 3) Aspek pelayanan teknis, tergantung dari masalah penerima manfaat

dan jenis pelayanan yang diberikan. Secara umum pelayanan teknis ini meliputi kegiatan sejak pendekatan awal, assessment, perencanaan

21

Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra

(PSMP),h. 18

22

Alit Kurnisari, dkk, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Di Panti Sosial Marsudi Putra


(53)

intervensi, intervensi, monitoring dan evaluasi hingga pembinaan lanjut pasca pelayanan.

4) Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) mencakup aspel penyelenggara panti dan aspek pengembangan SDM. Penyelenggara panti meliputi unsur pimpinan, operasional pelayanan, dan unsur penunjang. Untuk pengembangan SDM panti perlu memiliki program pengembangan SDM bagi personil panti.

5) Aspek sarana dan prasarana meliputi sarana pelayanan teknis, sarana perkantoran dan sarana umum.

6) Untuk aspek pembiayaan perlu memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap dan tidak tetap.

d. Tahapan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Pelayanan Kesejahteraan Sosial adalah program yang komprehensif dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan baik fisik, mental, maupunsosial. Dalam kegiatannya terdapat beberapa tahapan sebagai standar dalam pelayanan kesejahteraan sosial dengan menggunakanGeneralis Intervention Models(GIM) sebagai berikut:23

1. Engagement(pendekatan awal)

Pendekatan awal adalah langkah awal di mana sebagai seorang pekerja sosial menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang ditangani dan mulai menjalin komunikasi juga mengatasi masalah yang dialami

23

Karen K. Kirst, dkk., Understanding Generalist Practice(USA:Nelson-Hall, Inc,1999), h. 34


(54)

orang lain. Terlepas dari apakah pekerja sosial mengejar perubahan mikro, messa atau makro, pekerja sosial harus menjalin hubungan-hubungan yang harmonis dengan klien dan sistem sasaran untuk berkomunikasi dan menyelesaikan sesuatu. Pendekatan awal didasarkan pada perolehan berbagai keterampilan mikro. Kedua kata-kata yang dapat kamu katakan (komunikasi verbal) dan tindakan dan ekspresi langsung kamu (komunikasi non-verbal), dapat bertindak untuk melibatkan orang lain dalam hal membantu.

Menurut Barker komunikasi non verbal meliputi gerak tubuh, ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, dan vocal suara selain kata-kata. Banyak dimensi lain yang terlibat dalam pendekatan awal. Sikap Anda secara keseluruhan, termasuk kemampuan Anda untuk menyampaikan kehangatan, empati, dan kesungguhan, dapat meningkatkan pendekatan awal. Juga, bagaimana Anda memperkenalkan diri dan mengatur jadwal pertemuan itu mempengaruhi proses pendekatan awal. Keterampilan pendekatan awal lainnya termasuk mengurangi kecemasan klien dan memperkenalkan tujuan dan peran.

2.Assessment(pengungkapan dan pemahaman masalah)

Menurut Siporin, assesmen adalah yang berbeda, individual, dan identifikasi yang akurat dan evaluasi masalah, orang, situasi dan keterkaitan mereka. Melayani sebagai dasar yang kuat untuk membantu mencampuri permasalahan yang bersangkutan. Meyer mendefinisikan


(55)

assesmen hanya dengan mengetahui, memahami, mengevaluasi, atau mencari tahuindividualis. Untuk tujuan kita, assessment adalah investigasi dan penentuan variable yang mempengaruhi masalah diidentifikasi atau masalah yang dilihat dari mikro, meso atau perspektif makro. Di posisi pertama, assesmen mengacu untuk mengumpulkan informasi yang relevan tentang masalah sehingga keputusan dapat dibuat tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Kedua, assessment dapat melibatkan persiapan untuk intervensi pada setiap tingkat praktek. Assessment meliputi empat sub-langkah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi klien Anda, Siapapun yang diidentifikasi sebagai

orang-orang yang telah disetujui (atau meminta) jasanya, diharapkan menjadi penerima manfaat dari upaya perubahan. Dan telah menandatangani perjanjian kerja atau kontrak dengan pekerja sosial menjadi sistem klien.

b) Menilai situasi klien dari mikro, mezzo, makro dan keragaman perspektif.

1. Aspek Mikro, pekerja sosial berbicara kepada klien secara individu melalui bimbingan dan konseling. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

2. Aspek Mezzo. Penilaian dilakukan terhadap sekelompok klien. Dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya


(56)

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 3. Aspek Makro. Sasaran perubahan diarahkan pada sistem

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Pendekatan ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

c) Mengutip informasi tentang masalah dan kebutuhan klien, d) Mengidentifikasi kekuatan klien.

3. Planning(Perencenaan)

Langkah ketiga di GIM melibatkan perencanaan apa yang harus dilakukan. perencanaan mengikuti penilaian dalam proses pemecahan masalah. Penilaian untuk intervensi, dan perencanaan menentukan apa yang harus dilakukan. seperti yang ditunjukkan pada gambar, perencanaan melibatkan tujuh sub-langkah berikut:

a. Bekerja dengan klien, klien harus terlibat dalam definisi masalah dan harus setuju sebagaimasalah yang mendapat perhatian. Selain itu, proses perencanaan harus mengambil keuntungan dari kekuatan klien.


(57)

b. Memprioritaskan masalah, seringkali apa yang pekerja sosial rasa itu penting berbeda dengan apa yang menurut klien itu penting. Jadi klien harus menjadi bagian dalam proses ini agar sama-sama tertuju pada prioritas masalah yang dialami klien.

c. Menerjemahkan masalah menjadi kebutuhan, klien datang kepada pekerja sosial karena mereka mengalami masalah. Cara pekerja sosial agar dapat membantu mereka adalah membangun apa yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah. Langkah yang relatif sederhana dalam perencanaan membantu untuk merestrukturisasi bagaimana pekerja sosial melihat situasi sehingga lebih mudah untuk memutuskan solusi.

d. Mengevaluasi tingkat intervensi untuk setiap kebutuhan, berfokus pada satu kebutuhan klien pada suatu waktu, dimulai dengan orang-orang dari prioritas tertinggi. solusi alternatif yang mungkin harus didiskusikan dengan klien. solusi alternatif mungkin dapat fokus pada mikro, mezzo, atau tingkat makro perubahan.

e. Menetapkan tujuan utama, dengan memperhatikan apa yang ingin dicapai, bagaimana kebutuhan utama klien, apa yang diperlukan dan apa kesimpulannya.

f. Tentukan tujuan, siapa yang harus melakukan, apa yang akan dilakukan, kapan akan dilakukan dan bagaimana harus melakukannya. g. Meresmikan kontrak, untuk menentukan banyak cara di mana pekerja


(58)

meresmikan kesepakatan antara klien dan pekerja. juga menjelaskan harapan mereka.

4. Implementation(Pelaksanaan)

Tahap keempatdiGIMmelaksanakanperbuatanyang sebenarnyasudah direncanakan. klien danpekerjamengikuti rencanamerekauntuk mencapai tujuan mereka. kemajuanselama pelaksanaanharus terusdipantaudan dinilai. kadang-kadang, isu-isu baru, situasi, dan kondisimengharuskanrencanadiubah.

5. Evaluasi

Pekerja sosial harus bertanggung jawab. Yaitu, mereka harus membuktikan intervensi mereka telah efektif. Setiap tujuan dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan itu dibuat. Apakah kasus tersebut harus dihentikan atau dinilai ulang untuk menetapkan tujuan yang baru. 6. Terminasi

Langkah keenam dalam GIM adalah pemutusan perhatian. Hubungan pekerja atau klien akhirnya harus berakhir. Setidaknya terdapat lima alasan dasar untuk penghentian adalah sebagai berikut:

a) Penghentian dapat terjadi pada akhir sebuah rencana dan waktu layanan terbatas.

b) Terminasi dapat terjadi dengan terus-menerus "Mulai-berakhir" layanan "dengan kesepakatan bersama". Tujuan mungkin telah dicapai, dan klien harus mengambil apa yang telah mereka pelajari dan pergi dengan kemampuan yang mereka punya sendiri.


(59)

c) Penghentian adalah kejadian tak terduga, yang meliputi "pekerja sosial (atau mahasiswa pekerjaan sosial) meninggalkan agen, perubahan jadwal klien, langkah klien untuk wilayah geografis lain, kebijakan lembaga tentang durasi layanan, memastikan batas yang dikenakan , dan kendala lembaga seperti beban kasus yang berlebihan.

d) Terminasi adalah transfer ke praktisi lain. pekerja sosial dapat meninggalkan pekerjaan lain atau klien mungkin memenuhi syarat untuk menerima layanan atau dana lainnya.

e) Penghentian "putus". Klien mungkin merasa intervensi tidak bekerja, atau mereka tidak lagi merasa nyaman pada awalnya sehingga menyebabkan mereka untuk mencari bantuan. Klien tidak lagi termotivasi untuk kembali.

7. Follow- up (Tindak Lanjut)

Tindak lanjut adalah langkah ketujuh dan terakhir di GIM. Tindak lanjut adalah pemeriksaan ulang situasi klien di beberapa titik setelah selesai intervensi. Tujuannya adalah untuk memantau efek yang sedang berjalan. Sering kali, langkah ini adalah yang paling sulit untuk diikuti. Beban kasus mungkin terlalu berat dan terlalu penuh dengan krisis. Pekerja sosial dapat terganggu oleh isu-isu dan tuntutan lainnya. Informasi tindak lanjut mungkin sulit untuk didapatkan.


(60)

E. Metode-metode Pelayanan Kesejahteraan Sosial 1. Metodecasework(individu dan keluarga)

Bertujuan untuk membantu individu secara tatap muka dan individual untuk mengatasi permasalahan personal dan sosial. Casework membantu klien untuk dapat beradaptasi dalam lingkungannya yang penuh dengan permasalahan.Jadi pada dasarnya, metode ini dikembangkan untuk menangani masalah keberfungsian sosial yang dihadapi oleh individu dengan melibatkan keluarga ataupun orang-orang yang dekat dengan individu tersebut.24 Metode pada fase permulaan case work yang digunakan pekerja sosial adalah sebagai berikut:25

1. Mengadakan hubungan dengan klien sehingga mengurangi kecemasannya dan meningkatkan perasaan kepercayaan dan harapannya.

2. Membantu klien untuk menjelaskan dan memikirkan tentang masalahnya.

3. Menolong klien untuk memfokuskan kebutuhan-kebutuhan yang didapatkan dari pelayanan lembaga sosial dan tujuan yang klien cari.

4. Menyerahkan partisipasi klien dalam usaha pemecahan masalah yang akan dilaksanakan.

24

Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial,h. 145

25


(61)

2. Metodegroupwork(kelompok)

Metode ini dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan individu baik intelektual, emosional, dan sosial melalui aktivitas kelompok sehingga dapat membantu individu meningkatkan kemampuan berfungsi sosial dan mencapai tujuan yang diinginkan melalui pendekatan kelompok.Metode groupwork menggunakan pendekatan yang bersifat kelompok-kelompok sebagai media penyembuhan. Individu-individu yang mengalami masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dan kemudian dilakukan terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh seorang atau tim pekerja sosial.26Prinsip-prinsip dalam bimbingan sosial kelompok tersebut adalah sebagai berikut:27

1. Pembentukan kelompok secara terencana.

Kelompok merupakan satu kesatuan dimana individu memperoleh pelayanan untuk mengembangkan pribadinya. Kelompok yang telah terbentuk, maka badan sosial yang menerima kelompok dimaksud perlu memperhatikan faktor-faktor yang erat hubungannya dengan situasi kelompok, terutama yang dapat memberikan kemungkinan untuk perkembangan individu menuju ke arah positif dalam pemenuhan kebutuhan yang diinginkan oleh kelompok.

26

Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggungjawab Sosial

Perusahaan (Corporate Social Responsibility)(Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 37

27

Pedoman Pekerjaan Sosial, Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur,Metode Pekerjaan Sosial,di akses dalam situs http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/tag/metode-pekerjaan-sosial/


(1)

waktu Kak.. diajarin gimana wudhu, baca-bacaan sholat, terus juga ada main rebana Kak. Semuanya dilakukan malam hari pad kita udah kumpul balik sekolah Kak.

16. Waktu kamu mendapatkan pendidikan disini. Bagaimana prosesnya ?

Karena aku sekolah swasta yah Kak. Jadi aku diurusin sama panti Kak. Tapi kaya seragam, sepatu, tas, buku-buku kita dapat Kak dari panti. Bayaran sekolah juga Kak.

17. Kalau dari rekreasi bagaimana ?

Ada kok kak, baru bulan kemaren kita jalan-jalan ke Ciater sama Tangkuban Perahu. Kita outbond kerjasama dengan EO disana Kak. Biasanya mah kalau jalan-jalan setiap tahun pasti ada buat refreshing hehehehe

18. Kalau pelayanan keterampilan yang ada disini bagaimana ?

Ada komputer, mute-mute, membuat tas, membuat keset, pencak silat, kesenian gitu kak.

19. Kamu aktif ngga di keterampilan ?

Aku emang kadang suka malas kak kalo ikut keterampilan, ngga tau males aja gitu rasanya.kan saya ikut kegiatan musik itu setiap hari minggu, jadi tuh saya mikirnya karena udah sekolah dari senin –jumat terus di weekend itu maunya istirahat aja ngga ada kegiatan. Kalo solat iya nih kak masih jarang-jarang, ngga tau sifat malesnya ada aja

20. Kalau kamu ikut keterampilan apa ?

Nah kalo sekolahnya masuk siang kita diikutin kegiatan keterampilan, jadi ngga diem aja disini Kak. Diberikan kegiatan untuk mengisi waktu luang. Kalau waktu saya sih yah kak, saya disuruh ikut dulu kegiatan menjahit kaya mute-mute sama daur ulang disuruh coba dulu ikut itu. Tapi cuma dapat berapa minggu, saya bilang ke pengurus panti saya ngga suka karena saya orangnya ngga sabaran. Yaudah abis itu pengurus kasih kepercayaan sama saya mau ikut keterampilan yang mana, yang penting harus ikut. Yaudah saya ikut keterampilan music kak. Terus saya juga karena disekolah ikut saman. Saya coba masukin tari saman ke panti ini jadi saya ngajarin beberapa temen saya. Terus Alhamdulillah malah dipercaya kak, udah sering manggung-manggung.

21. Kalau pelayanan tabungan itu bagaimana menurut kamu ?

Pelayanan tabungan yah Kak. Jadi nih kayak yang tadi aku bilang, aku kan jajan dikasih Rp 20.000,- karena jarak sekolah aku deket jadi aku dipotong Rp 10.000,- itu buat ditabung. Kan kita ada Kak buku tabungannya dari Bank DKI. Jadi kita tau kak tabungan kita itu ada berapa. Anak-anak sini udah


(2)

banyak banget Kak. Ada yang sampe Rp 3.000.000,- Alhamdulillah kan yah kak lumayan banget untuk pegangan kita nanti

22. Ada pelayanan lagi ngga yang ingin kamu dapati ?

Apa yah kak. Udah sih kayaknya abis semuanya juga udah dapat 23. Harapan kamu untuk PSAA ini untuk kedepannya bagaimana ?

Yaa biar lebih baik aja Kak hehe.. ya saya sih pengennya peraturannya jangan ketat-ketat banget gitu.

24. Peran pengasuh disini biasanya seperti apa ?

Ya ibu pengasuh paling ya memberi kita nasehat, mematuhi peraturan, jaga kebersihan kamar gitu-gitu Kak


(3)

FOTO-FOTO KEGIATAN

Salah satu kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan oleh PSAA PU 03 Tebet adalah pendidikan formal untuk anak-anak asuh dari tingkat SMP sampai SMA. Pihak panti memfasilitasi mereka sekolah di luar panti namun jarak antar sekolah dengan panti harus dekat.

Salah satu proses pendampingan anak yang dilakukan oleh Psikolog dengan metode case work atau konseling. Kedua anak tersebut sedang menceritakan permasalahan yang mereka alami untuk mendapatkan jalan keluar dari proses konsultasi dengan psikolog tersebut yang sudah disediakan oleh panti.

Salah satu proses pendampingan anak yang dilakukan oleh staff dan pegawai panti dengan metode group work yang bersifat seperti kultum atau diskusi. Serta metodegroup work dengan bentuk kegiatan dinamika kelompok


(4)

Pelayanan pengasramaan yang diberikan untuk anak-anak asuh berupa kamar, tempat tidur, lemari pakaian dan rak sepatu. Mereka menyusun pakaian dan merapikan tempat tidur mereka dengan rapi serta mereka juga membiasakan untuk menaruh sepatu dan sandal mereka di dalam rak sepatu yang disediakan di depan kamar mereka.

Meja makan yang biasa digunakan untuk anak-anak asuh melakukan kegiatan makan bersama-sama 3x sehari. Ibu dapur yang biasa menyiapkan anak-anak asuh makan dengan memasak menu-menu yang sudah dijadwalkan setiap harinya.


(5)

Kegiatan keterampilan yang ada di panti yaitu keterampilan komputer dengan disediakan beberapa unit komputer dan terdapat ruangan laboratorium komputer untuk memberikan kenyamanan anak-anak asuh ketika mereka belajar. Kemudian ada juga beberapa alat music seperti angklung dan alat-alat band untuk kegiatan kesenian yang biasa dilakukan setiap hari Minggu, selain itu ada juga keterampilan mute-mute yang akan menghasilkan bross, tempat minum, tas dan ada juga keterampilan bahan daur ulang yang biasa memanfaatkan dari bungkusan makanan atau apa saja yang bisa disaur ulang dan akan menghasilkan tas, taplak meja, tempat minum, dll. Semua hasil dari kegiatan tersebut di letakkan di lemari etalase yang ada di dalam panti untuk memamerkan kepada tamu-tamu yang datang hasil-hasil kegiatan yang dikerjakan anak-anak, namun hasil keterampilan mereka tidak hanya diletakkan saja melainkan juga dijual.


(6)

Lapangan yang ada di dalam panti yang biasa digunakan untuk anak-anak asuh melakukan bimbingan fisik seperti kegiatan olahraga (bermain vola voli, badminton, dan pencak cilat)

Pihak panti PSAA PU 03 Tebet juga menyediakan fasilitas poliklinik untuk anak-anak asuhnya. Dengan adanya poliklinik ini bisa dapat mempermudah melakukan pemeriksaan terhadap anak-anak asuh yang sedang sakit. Di dalam , poliklinik tersebut, disediakan tempat tidur, lemari obat-obatan, alat tensi dan peralatan kesehatan lainnya.