Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

PENGALAMAN PSIKOSOSIAL ANAK REMAJA
PUTRI DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA
UTAMA 3 TEBET
SKRIPSI
Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:
NOVIA PUTRI ASTUTI
109104000012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014M/ 1435H

ii

iii


iv

v

vi

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapanglapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Orang tua Ayahanda Sugiyarto dan Ibunda Elly
triastuti yang telah mencurahkan kasih sayangnya,
waktu, biaya, tenaganya untuk mendidik dan
mengasuh aku selama ini. Terima kasih atas segala
semangat, nasehat, dan kasih sayang yang telah
engkau berikan yang membuat aku bangga dibesarkan
oleh mama dan papa. Aku tahu aku tidak akan
mungkin bisa membalas itu semua, tapi semua itu

memotivasi aku untuk melakukan hal yang lebih baik
untuk mama dan papa.
Alm. Mbah kakung yang telah tenang disisiNya.
Mbah, meskipun engkau telah tiada, namun semua
kata-kata engkau masih ku ingat. Betapa inginnya
engkau melihat cucumu menjadi seorang pegawai
tenaga kesehatan disetiap akhir teleponmu. Aku
hanya berharap diwisudaku adanya kehadiran kalian,
namun semua hanya harapan, Allah lebih menyayangi
kalian. Tenang disisiNya mbah, aku akan mencoba
berusaha menjadi cucu kebanggaan kalian.
Sahabatku Arindi Yesitha Dewi yang selalu
memberikan dukungan ketika sedang bosan ditengahtengah mengerjakan skripsi. Terima kasih waktunya
untuk hanya sekedar mendengar keluh kesahku selama
ini.
LandJ sahabat 24 jam non stop hits ku (Geisandra
Astaqviani Putri, Fidinia Hastuti, Nur Qomariah,
Erythrina Julianti, Nining Ratnasari, Sih Utami
Sri Hartati). Terima kasih dukungan, waktu, humor,
kasih sayang kalian selama ini. Kalian sahabat

terbaikku.

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Januari 2013
Novia Putri Astuti, NIM: 109104000012
Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri di Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Tebet
Xviii + 86 halaman + 7 lampiran
ABSTRAK
Tugas perkembangan pada masa remaja adalah tahap pencarian identitas diri
dimana peran orang tua, teman sebaya, kakak atau orang tua asuh sangat berarti
dalam memberikan dukungan terkait pengalaman psikososial anak remaja.
Tingginya pengaruh teman sebaya dalam aspek psikososial remaja membuat
remaja merasa puas jika tahap tersebut dapat dilalui dengan baik, jika tahap
psikososial dilalui dengan buruk, maka akan muncul ketidakadekuatan sehingga

berpotensi untuk kegagalan.
Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan desain fenomenologi.
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Peneliti
menggunakan metode wawancara mendalam pada 7 informan perempuan di panti
asuhan untuk mengetahui pengalaman psikososial mereka selama di panti asuhan.
Hasil penelitian didapat bahwa pengalaman psikososial anak remaja putri di panti
asuhan terdiri dari beberapa tema yaitu (a) pengalaman selama di panti (b) support
system anak remaja putri di panti asuhan (c) hubungan remaja putri dipanti asuhan
dengan orang tua (d) psikososial remaja putri di panti asuhan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa remaja putri di panti asuhan tidak memiliki masalah
psikososial. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, baiknya panti asuhan
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengasuhan bagi anak asuh sehingga
masalah psikososial tidak akan muncul pada anak asuh yang berada dipanti
asuhan.
Kata kunci: pengalaman psikososial, remaja putri, panti asuhan
Daftar bacaan 85 (1996-2013)

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCIENCE STUDY NURSING PROGRAM
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta
Undergraduate Thesis, September 2013
Novia Putri Astuti, NIM: 102104000012
Adolescent Girl’s Psychosocial Experience in Orphanage Pura Utama 3
Tebet
xviii + 86 pages + 7 appendix
ABSTRACT
Developmental task in adolescence is the stage of searching for identity in which
the role of parents, peers, brother or foster parents are very significant in
providing support related to adolescent psychosocial experiences. The high
influence of peers on adolescent psychosocial aspects make teens feel satisfied if
the stage well-passed, if passed by poor psychosocial stage, it would be
inadequate that potential for failure.
This study is a qualitative study with a phenomenological design. Sampling
method waspurposive sampling. Researchers used in-depth interviews at 7
adolescent girls at the foster care to find out their psychosocial experiences.
The result is that the child 's psychosocial experiences of adolescent girl at the
foster care consists of several themes,namely (a) experience in the orphanage (b)
support system of adolescent girls in an orphanage (c) relationship with parents

(d) psychosocial of adolescent girls in an orphanage. This study shows that
teenage girls at the orphanage did not have psychosocial problems. Based on these
results, the orphanage should maintain and improve the quality of care for foster
children so that psychosocial problems will not show up in orphanages that are
infostercare.
Keywords : psychosocial experience, adolescent girls, foster care
Reading list 85 (1996-2013)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia
dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas nikmat-Nya dan
karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
skripsi yang berjudul “Pengalaman Psikososial Anak Remaja Putri Usia


13-18 Tahun di Panti Sosial Anak Putra Utama 3 Tebet”.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayahNya, kesungguhan, kerja keras dan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal skripsi ini dapat
diselesaikan.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1.

Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.Andselaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

2.

Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


x

dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSc selaku sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.

Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D selaku pembimbingpertama yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan
memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada
peneliti.

4.

Ibu Ita Yuanita,

Skp, M. Kepselaku pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran selama membimbing peneliti dan
memberikan banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada

peneliti.
5.

Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada
peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff akademik Bapak
Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telak memudahkan
birokrasi.

6.

Kepala serta segenap Staf Panti Sosial Asuhan Anak PutraUtama 3 Tebet
yang memberikan informasi serta data dalam studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti.

7.

Orang Tua peneliti yaituBapak Sugiyarto dan Ibu Elly Tri Astuti yang
selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada anaknya,
mendoakan serta memberikan dorongan dan masukan baik materiil

maupun non materiil.

xi

8.

Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan baik mateiil
maupun non materiil.

9.

Seluruh teman-teman angkatan 2009 yang selalu saya sayangi,
memberikan makna kebersamaan, motivasi, dan membantu saya dalam
melaksanakan tugas.

Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan proposal skripsi ini, masih
terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang
peneliti miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat
memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang
mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Ciputat,

Januari 2014

Penulis

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
A. Pengalaman .......................................................................................... 7
B. Psikososial ............................................................................................ 7

xiii

C. Remaja.................................................................................................. 13
D. Psikososial remaja ................................................................................ 19
E. Panti asuhan ......................................................................................... 21
F. Penelitian terkait................................................................................... 28
G. Kerangka Teori..................................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH .................... 31
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 31
B. Definisi Istilah ...................................................................................... 32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 33
A. Desain Penelitian.................................................................................. 33
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .............................................. 34
C. Instrumen Penelitian............................................................................. 34
D. Informan Penelitian .............................................................................. 34
E. Teknik Pengambilan Informan............................................................. 35
F. Tahapan Pengambilan Data ................................................................. 36
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 39
H. Validasi Data ........................................................................................ 43
I. Etika Penelitian .................................................................................... 44
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................... 46
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian.................................................. 46
B. Hasil penelitian ..................................................................................... 49
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................. 68
A. Keterbatasan penelitian ........................................................................ 68

xiv

B. Pembahasan Hsil Penelitian ................................................................. 68
BAB VII PENUTUP...................................................................................... 85
A. Kesimpulan .......................................................................................... 85
B. Saran..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv

DAFTAR TABEL
Nomor Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Nursing Care Plan untuk Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan
(caregiver) ..................................................................................... 13
Tabel 2.2 Penelitian Terkait .......................................................................... 27
Tabel 5.1 Karateristik Informan Utama ......................................................... 45

xvi

DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................31
Bagan 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................32
Bagan 4.1 Teknik Analisis Data.........................................................................40
Bagan 5.1. Skema Tema 2...................................................................................53
Bagan 5.2. Skema Tema 3...................................................................................55
Bagan 5.3. Skema Tema 4...................................................................................57
Bagan 5.4. Skema Tema 5...................................................................................59
Bagan 5.5. Skema Tema 6...................................................................................61
Bagan 5.6. Skema Tema 7...................................................................................67
Bagan 5.7. Skema Tema 8...................................................................................68
Bagan 5.8. Skema Tema 9...................................................................................70

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nursing Care Plan
Lampiran 2 Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Pemberian Izin Studi Pendahuluan dari Walikota Jakarta Selatan
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Informan Utama
Lampiran 5 Pedoman Observasi
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengalaman merupakan suatu hal yang pernah dialami oleh seseorang
yang berpengaruh terhadap kehidupannya kelak. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengalaman adalah yang pernah dialami (dijalani, dirasai,
ditanggung, dsb). Pengalaman bagi anak dapat menjadi suatu hal yang
membahagiakan ataupun dapat menyakitkan sehingga akan membuat trauma
ataupun

hambatan

bahkan

keterlambatan

pada

proses

tumbuh

kembang.Menurut beberapa ahli, pengalaman sebelumnya bagi remaja sangat
berpengaruh terhadap perkembangannya (Santrock, 2003).
Tugas perkembangan pada masa remaja merupakan tahap pencarian
identitas. Hal tersebut meliputi pemilihan dalam pekerjaan, mengadopsi nilai
dan kepercayaan yang ada di lingkungan, serta mengembangkan kepuasan
identitas seksual (Papalia, 2003). Pencarian identitas merupakan tugas utama
perkembangan psikososial remaja. Remaja harus membentuk hubungan
sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial. Remaja bekerja mandiri
secara emosional dari orang tua sambil mempertahankan ikatan keluarga
(Potter, 2005). Dalam pencarian identitas tersebut, peran orang tua sangatlah
penting dalam membangun attachment dan merupakan sistem dukungan
ketika remaja menjajaki suatu dunia sosial yang lebih luas dan lebih kompleks
(Santrock, 2002).

1

2

Kenyataan menunjukkan bahwa masih terdapat sejumlah besar anak-anak
terlantar yang tidak mendapatkan dukungan dari orang tua sehingga tidak
memiliki kesempatan yang cukup untuk dapat berkembang secara optimal
dalam hal fisik, mental, dan sosial. Hasil sensus penduduk tahun 2010
dilaporkan bahwa terdapat 20.880.734anak usia 15 hingga 19 tahun di
Indonesia yang terdiri dari 10.614.306 anak laki-laki dan 10.266.428 anak
perempuan (Badan Pusat Statistik, 2010). Menurut rekapitulasi data
penyandang masalah kesejahteraan sosial 2010terdapat 3.115.777 anak
terlantar(Kemensos, 2011).
Menyoroti banyaknya anak terlantar, maka negara memfasilitasi adanya
panti asuhan yang merupakan pelayanan yang berfokus pada kesejahteraan
anak untuk memberikan pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial bagi
anak

terlantar

kepribadiannya

sehingga
sesuai

terpenuhi

dengan

tahap

kebutuhan

dalam

perkembangan

perkembangan seusianya,

serta

memberikan pelayanan subtitutif yaitu menggantikan peran orang tua dalam
mencapai kesejahteraan anak. Berdasarkan data Kementrian Sosial Republik
Indonesia, terdapat 6810 panti di Indonesia dan kurang lebih 5846 panti
asuhan anak (Kemensos, 2011).
Selain panti asuhan, kepedulian negara akan kesejahteraan anak
dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No.23 tahun 2002
pasal 22 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa negara dan pemerintah
berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan
prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Dalam ketentuan
tersebut yang termasuk dalam dukungan sarana prasarana misalnya sekolah,

3

lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, balai kesehatan, gedung
kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, tempat penitipan anak, dan rumah
tahanan khusus anak (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2002).
Panti asuhan merupakan penampungan pembinaan fisik, mental, sosial
serta wadah untuk memberikan pendidikan, pelatihan, keterampilan,
kemandirian bagi anak terlantar. Anak dipanti asuhan biasanya karena korban
kekerasan pada anak, penelantaran anak, keluarga dengan penyalahgunaan zat,
keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal, dan kurangnya pelayanan yang
menekankan penempatan pencegahan dan penyatuan keluarga kembali (Kools,
2012). Hal tersebut yang mungkin akan menyebabkan beberapa masalah.
Menurut Kools et al (2012) anak yang masuk ke panti asuhan mempunyai
pengalaman yang buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan meliputi
kekerasan pada anak dan ditelantarkan yang sangat signifikan berisiko tinggi
terhadap semua masalah kesehatan meliputi fisik, mental, dan perkembangan.
Hal ini ditegaskan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dowdell et
al (2009) bahwa perempuan di panti asuhan memiliki risiko tinggi
dikarenakan adanya pengalaman yang buruk terkait dengan penganiayaan,
masalah kesehatan yang kronis, ketidakstabilan dalam hal penempatan di panti
asuhan yang terdiri dari 84% perempuan mengalami kekerasan fisik, 95%
mengalami kekerasan dari orang tua biologis, kekerasan seksual 81%, dan
68% mendapat kekerasan seksual lebih dari satu orang. 95% mengalami
penelantaran, 51% diklasifikasikan dengan penelantaran tingkat sedang dan
kronis. 100% hampir mengalami kekerasan seksual dan secara tidak langsung
perilaku tersebut dilakukan oleh anak remaja yang lain. 92% perempuan

4

pernah mengalami 2 atau lebih perubahan dalam orang tua asuh dari usia 16
tahun. Lebih dari 1/3 perempuan (39.2%) mengalami 4 atau lebih perbedaan
situasi saat tinggal kurang dari 1 bulan. Selain itu, penelitian lain yang
dilakukan oleh Susan Kools terkait dengan dimensi kesehatan pada remaja di
panti asuhan menyebutkan bahwa perempuan memiliki kepuasan lebih rendah
terhadap kesehatan dan harga diri dan lebih tidak nyaman terhadap fisik dan
emosional (Kools, 2012).
Teori Abraham Maslow mengenai lima hierarki kebutuhan dasar manusia
(five hierarchy of needs) yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan
dan keamanan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri menggambarkan bahwa untuk mendapatkan
aktualisasi diri yang tinggi maka kebutuhan sebelumnya harus terpenuhi.
Sedangkan anak di panti asuhan mengalami berbagai masalah terkait dengan
penempatan,

pengalaman

di

masa

lalu

yang

kemungkinan

dapat

mempengaruhi perkembangannya kelak.
Dilihat dari keterbatasan panti asuhan dalam mengimplementasikan halhal yang menyangkut kesejahteraan anak yang kemungkinan besar
berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak serta ditemukannya masalah
terkait dengan adanya kepuasan yang rendah pada remaja perempuan
mengenai kesehatan dan harga diri yang akan berpengaruh terhadap
pemenuhan tugas terkait dengan proses tumbuh kembangnyadalam hal
pencarian identitas maka sangatlah penting untuk dilakukan penelitian
mengenai pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan.

5

B. Rumusan masalah
Pengalaman anak sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya. Berbagai
studi mengenai anak, kebutuhan akan figur attachment, dimensi kesehatan
pada anak, bahkan kesehatan dan perkembangan anak di panti asuhan sudah
dilakukan. Penelitian mengenai pengalaman psikososial anak remaja putri di
panti asuhan belum ada, padahal pengalamanpsikososial anak remaja putri di
panti asuhan perlu diperhatikan demi kesejahteraan anak dalam pencapaian
tugas tumbuh kembangnya sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No.23 tahun 2002. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui
bagaimana pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan.
C. Tujuan penelitian
Diketahuinya pengalaman psikososial anak remaja putri di panti asuhan
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan
maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan studi tentang
tumbuh kembang anak, khususnya studi pengalaman psikososial anak
remaja putri di panti asuhan.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini sekiranya dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi Departemen Sosial RI, Kementrian Kesehatan RI, Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Pemberdayaan Anak, dan keluarga pada

6

umumnya dan para pengelola panti asuhan pada khususnya dalam
memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan pelayanan kesejahteraan
anak-anak panti asuhan, khususnya berkaitan dengan pengasuhan anak di
panti asuhan sehingga anak mendapatkan pengalaman psikososialyang
menyenangkan yang akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.
E. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk pengalaman psikososial anak remaja putri di panti
asuhan. Subjek yang diteliti adalah anak remaja putri usia 10-19 tahun di Panti
Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3. Data yang diambil adalah data primer
berupa wawancara mendalam dan observasipada anak remaja putri usia 10-19
tahun. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif yaitu desain
fenomenologi. Alasan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengalaman psikososial anak remaja putri di Panti Asuhan, dikarenakan belum
pernah dilakukan penelitian mengenai pengalaman psikososial anak remaja
putri di Panti Asuhan tersebut pada khususnya dan di Indonesia pada
umumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman memiliki arti yang
pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya). Perkembangan
disebabkan bukan saja oleh interaksi proses biologis, kognitif, dan sosial tetapi
juga oleh interaksi kematangan dan pengalaman(Santrock, 2003). Beberapa
ahli menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Menurut
Hurlock (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
perubahan dalam perkembangan pengalaman. Topik perkembangan mengenai
pengalaman dini dan selanjutnya (early-later experience) yang memusatkan
perhatian pada seberapa jauh pengalaman dini terutama masa anak awal atau
pengalaman selanjutnya menjadi kunci penentu perkembangan(Bowlby, 1989
dalam Santrock, 2003).Pengalaman tersebut mencakup lingkungan biologis
anak seperti gizi, perawatan kesehatan, obat, dan kecelakaan fisik sampai pada
lingkungan sosial keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, media, dan
budaya.
B. Psikososial
1. Definisi psikososial
Psikososial adalah suatu studi mengenai hubungan antara individu
dengan kelompok. Psikososial terdiri dari psikologis dan sosial. Psikologis
merupakan

bagaimana

pikiran,

perasaan,

dan

perilaku

individu

dipengaruhi oleh orang lain. Sedangkan sosial merupakan interaksi dan

7

8

teori pertukaran sosial pada tingkat mikro, dinamika kelompok dan
perkembangan kelompok (Papalia, 2003).
Psikososial berkaitan dengan pengaruh faktor sosial pada individu,
fikiran atau perilaku individu dan saling berhubungan antara perilaku
dengan faktor-faktor sosial tersebut (The Oxford English Dictionary, 1991
dalam Ahearn, 2000).WHO (1996, dalam Ahern, 2000) mendefinisikan
kesejahteraan psikososial didapat ketika individu sehat secara fisik,
mental, dan sosial dan tidak ada satupun penyakit ataupun kelemahan.
2. Aspek psikososial
Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa
tahap. Teori Erikson mendeskripsikan dampak dari pengalaman sosial
terhadap sepanjang kehidupan. Salah satu aspek tahap teori psikososial
Erikson adalah berkembangnya identitas ego. Identitas ego adalah
perasaan yangdisadari bahwa kita berkembang melalui interaksi sosial.
Menurut Erikson, identitas ego akan terus-menerus berubah karena
pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dalam interaksi sehari-hari
dengan orang lain. Selain itu,Erikson juga percaya bahwa rasa kompetensi
memotivasi

perilaku

dan

tindakan.

Setiap

tahap

dalam

teori

Eriksonberfokus pada kompetensi dalam area kehidupan. Jika setiap tahap
dapat dilalui dengan baik, maka

orang akan merasa rasa puas, yang

kadang-kadang dimaksud sebagai kekuatan ego atau kualitas ego. Jika
tahap dilalui dengan buruk, maka akan muncul perasaan ketidakadekuatan.
Dalam setiap tahap, Erikson percaya orang mengalami sebuah konflik
yang berfungsi sebagai titik balik dalam perkembangan. Menurut Erikson,

9

konflik ini berpusat padamengembangkan sebuah kualitas psikologis atau
gagal untuk mengembangkan kualitas. Hal ini berpotensi untuk
perkembangan pribadi yang tinggi, namunberpotensi untuk kegagalan.
3. Konsep diri
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (Wigfield &
Karpathian, 1991 dalam Potter, 2005). Sedangkan menurut Potter (2005)
konsep

diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang

kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Masa remaja merupakan waktu yang kritis ketika banyak hal secara
kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seorang anak mempunyai masa
anak-anak yang stabil maka konsep diri masa remaja anak tersebut akan
sangat stabil (Marsh, 1990 dalam Potter, 2005). Komponen konsep diri
meliputi:
a. Identitas
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan,
dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai
situasi. Oleh sebab itu, konsep tentang identitas mencakup konstansi
dan kontinuitas. Identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari
orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik.
Selama masa remaja tugas emosional utama seseorang adalah
perkembangan rasa diri, atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik,
emosional, kognitif, dan sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi
harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu mereka
mendefinisikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami

10

kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yag kuat akan
merasa terintregasi bukan terbelah (Erikson, 1963 dalam Potter, 2005)
Marcia (dalam Santrock, 2002) menganalisa teori perkembangan
identitas Erikson dan menyimpulkan bahwa empat status identitas
nampak dalam teori tersebut. Tingkat komitmen dan krisis seorang
remaja digunakan untuk mengklasifikasikan individu menurut salah
satu dari empat status identitas. Krisis didefinisikan sebagai suatu
periode perkembangan identitas selama mana remaja memilih diantara
pilihan-pilihan yang bermakna. Sedangkan komitmen didefinisikan
sebagai

bagian

dari

perkembangan

identitas

dimana

remaja

memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang akan
mereka lakukan.
1) Penyebaran identitas (identity diffusion)
Merupakan gambaran remaja yang belum mengalami krisis
atau mereka yang belum menjajaki pilihan-pilihan yang bermakna
atau membuat komitmen apapun. Mereka tidak hanya belum
memutuskan pilihan-pilihan pekerjaan dan ideologis, tapi juga
cenderung memperlihatkan minat yang kecil dalam persoalanpersoalan semacam itu.
2) Pencabutan identitas (identity foreclosure)
Merupakan gambaran remaja yang telah membuat suatu
komitmen tetapi belum mengalami suatu krisis. Hal ini paling
sering terjadi ketika orang tua meneruskan komitmen kepada
remaja mereka, biasanya secara otoriter. Dalam keadaan semacam

11

ini, remaja belum memiliki peluang yang memadai untuk
menjajaki berbagai pendekatan, ideologi, dan pekerjaan-pekerjaan
yang berbeda yang mereka kembangkan sendiri.
3) Penundaan identitas (identity moratorium)
Merupakan gambaran remaja yang sedang berada di tengahtengah krisis tetapi komitmen mereka tidak ada atau hanya
didefinisikan secara samar.
4) Pencapaian identitas (identity achievement)
Remaja yang telah mengalami suatu krisis dan sudah membuat
suatu komitmen.
b. Citra tubuh
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan
sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh
persepsi dari pandangan orang lain. Selain itu, citra tubuh juga
dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan hormonal yang terjadi pada remaja dan pada akhir
kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh.

12

c. Harga diri
Harga diri berdasarkan pada faktor internal dan eksternal. Harga
diri atau rasa kita tentang nilai diri merupakan suatu evaluasi dimana
seseorang membuat atau mempertahankan diri. Menurut Bandura
(1982, dalam Potter, 2005) harga diri berkaitan dengan evaluasi
individual terhadap keefektifan di sekolah atau tempat bekerja, di
dalam keluarga, dan di dalam lingkungan sosial. Keefektifan diri
berkaitan erat dengan ide harga diri misalnya penilaian diri tentang
kompetensi seseorang dalam melakukan berbagai tugas.
Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara
konsep diri dengan ideal diri. Ideal diri terdiri atas aspirasi, tujuan,
nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk
dicapai. Secara umum, seseorang yang konsep dirinya hampir
memenuhi ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sementara
seseorang yang konsep dirinya mempunyai variasi luas dari ideal
dirinya mempunyai harga diri rendah.
Harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah kontrol ysng mereka
miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup. Seseorang
dengan harga diri yang tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan
yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi. Ketika berhasil,
seorang individu dengan harga diri rendah cenderung mengatakan
bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau
atas bantuan orang lain ketimbang kemampuan dirinya (Marsh, 1990
dalam Potter, 2005)

13

d. Peran
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima
oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola
yang ditetapkan melalui sosialisasi. Agar dapat berfungsi secara efektif
dalam peran, seseorang harus mengetahui perilaku dan nilai yang
diharapkan, harus mempunyai keinginan untuk memastikan perilaku
dan nilai ini, dan harus mampu memenuhi tuntutan peran.
e. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu
(Stuart, 2006).
C. Remaja
1. Definisi remaja
Remaja merupakan periode dalam tumbuh kembang manusia yang
terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum masa dewasa sejak usia 10
hingga 19 tahun (WHO, 2013).
2. Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan yang harus dilalui remaja meliputi:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

14

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
f. Mempersiapkan karir ekonomi
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi
(Hurlock, 2012)
3. Teori perkembangan remaja
Keragaman mengenai teori tentang perkembangan anak membuat
pemahaman mengenai perkembangan anak menjadi lebih kompleks.
Berbagai pendapat mengemukakan sependapat mengenai suatu teori
bahkan ada pula yang tidak sependapat sehingga membuat teori mengenai
perkembangan anak menjadi saling melengkapi satu sama lain.
Terdapat 4 teori mengenai perkembangan anak remaja usia 10-19
tahun, yaitu teori psikoanalisa, teori kognitif, teori perilaku dan sosial
kognitif, dan teori perkembangan moral yang masing-masing terori
menjelaskan tugas perkembangan yang harus dilalui oleh anak remaja
yang erat kaitannya dengan bersosialisasi.
a. Teori psikoanalisa
Teori psikoanalisa menggambarkan perkembangan sebagai sesuatu
yang biasanya tidak disadari dan diwarnai oleh emosi. Ahli teori
psikoanalisa percaya bahwa perilaku hanyalah sebuah karakteristik
permukaan dan bahwa pemahaman yang sebenarnya mengenai
perkembangan hanya didapat dengan menganalisa makna simbolis

15

perilaku dan kerja pikiran yang dalam. Ahli dalam teori ini adalah
Sigmund Freud dan Erikson.
Menurut teori psikoseksual Freud (1917, dalam Santrock 2007)
kepribadian mempunyai tiga struktur yaitu id, ego, dan superego.
Idterdiri dari insting-insting yang merupakan tempat penyimpanan
energi psikis individu. Bagi Freud salah satu insting primer dan
sumber utama energi psikis bersifat seksual. Dalam pandangan freud,
id seluruhnya tidak sadar, id tidak memiliki kontak dengan kenyataan.
Saat anak mengalami tuntutan dan batasan dari kenyataan yang
dihadapi, bagian baru dari kepribadian muncul, yaitu ego yang
merupakan struktur kepribadian Freud yang menghadapi tuntutan
kenyataan. Ego disebut cabang eksekutif kepribadian karena ego
menggunakan penalaran untuk membuat keputusan. Dalam hal ini id
dan ego tidak memiliki moral karena tidak mempertimbangkan sesuatu
benar ataupun salah. Superegomerupakan struktur kepribadian Freud
yang merupakan cabang moral kepribadian. Superego memutuskan
mana yang benar atau salah. Menurut Freud dua tahap psikoseksual
remaja yang harus dilalui yaitu latency, dan genital.
1) Tahap latency
Tahap latency merupakan tahapan yang terjadi pada usia 6
tahun hingga masa puber dimana anak menekankan seluruh minat
seksual dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual.
Aktivitas ini mengarahkan banyak energi anak kedalam bidang

16

yang amansecara emosional dan membantu anak melupakan
konflik tahap phallic yang sangat menekan.
2) Tahap genital
Tahap genital merupakan tahapan terakhir dari masa puber dan
seterusnya dimana sumber kesenangan seksual didapat dari
seseorang diluar keluarga. Freud percaya bahwa konflik yang tidak
terpecahkan dengan orang tua muncul selama masa remaja. Jika
konflik tersebut dapat dipecahkan maka seseorang mampu
mengembangkan hubungan cinta yang matang dan mampu
bertindak secara mandiri sebagai orang dewasa.
Menurut teori psikososial Erikson (1950, dalam Santrock, 2007)
mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap psikososial. Bagi
Erikson motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan
suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Erikson
menekankan pada perubahan perkembangan sepanjang hidup manusia.
Dalam teori Erikson delapan tahap perkembangan berkembang
sepanjang kehidupan, namun hanya satu tahap pada masa remaja yaitu
tahap identity vs identity confusion.
Identitas versus kebingungan identitas (idntity vs identity
confusion)merupakan tahap selama masa remaja. Individu dihadapkan
pada penemuan diri, tentang siapa diri mereka sebenarnya, dan kemana
mereka akan melangkah dalam hidup ini. Remaja dihadapkan pada
banyak peran baru dan status kedewasaan, pekerjaan dan cinta. Orang
tua perlu mengijinkan remaja untuk menjelajahi peran-peran tersebut

17

dan jalan-jalan yang berbeda disetiap peran. Jika remaja menjelajahi
peran tersebut dnegan cara baik dan sampai pada jalan positif untuk
diikuti dalam hidup, maka identitas positif akan tercapai. Jika suatu
identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua, remaja tidak cukup
menjelajahi banyak peran dan jika masa depan yang positif belum jelas
maka terjadilah kebingungan identitas.
b. Teori kognitif
Teori kognitif menekankan pentingnya pikiran sadar anak. Teori
kognitif penting adalah teori perkembangan kognitif Piaget. Menurut
Piaget (1954, dalam Santrock 2007) anak secara aktif membangun
pemahaman mengenai dunia melalui empat tahap perkembangan
kognitif. Dua proses mendasari perkembangan tersebut yaitu
organisasi

dan

adaptasi

untuk

memahami

duniadengan

mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman kita, maka kita
menyesuaikan (adaptasi) pemikiran kita dengan ide-ide baru. Dalam
beradaptasi melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
terjadi saat anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan
yang telah mereka miliki. Akomodasi terjadi bila anak menyesuaikan
pengetahuan mereka agar cocok dengan informasi dan pengalaman
baru. Menurut Piaget, tahap yang harus dilalui oleh remaja yaitu tahap
operasional formal
Tahap operasional formalberlangsung antara usia 11 hingga 15
tahun.Individu lebih melampaui pengalaman konkret dan berfikir
dalam istilah yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berfikir

18

abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal. Mereka dapat
berfikir mengenai bagaimana orang tua ideal seharusnya dan
membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal ini. Mereka
mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan.
Dalam memecahkan masalah lebih sistematis, mengembangkan
hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu,
kemudian menguji hipotesis ini degan cara deduktif.
c. Teori perilaku dan sosial kognitif
Dalam teori sosial kognitif Bandura, pembelajaran melalui
pengamatan merupakan aspek kunci dari perkembangan sepanjang
hidup. Bandura menekankan interaksi timbal balik antara manusia
(kognisi), perilaku, dan lingkungan.
d. Teori perkembangan moral
Menurut

Kohlberg

dalam

Fundamental

of

Nursing

teori

perkembangan moral terbagi menjadi 3 tahap yaitu tingkat premoral,
moralitas konvensional, tingkat moral pasca konvensional. Namun,
pada saaat remaja tahap yang harus dilalui adalah tingkat moralitas
pasca konvensional.
Tingkat moralitas pasca konvensionalterjadi saat usia 13 tahun
hingga meninggal dimana individu memperoleh nilai moral yang benar
dengan kontrol dari dalam. Pencapaian nilai moral yang benar terjadi
setelah dicapai formal operasional dan tidak semua orang dapat
mencapai tingkat ini. Pada tahap ini dibagi menjadi dua tahap yaitu
tahap orientasi kontraktual dan legalistik, dan tahap orientasi prinsip

19

etis yang universal. Tahap orientasi kontraktual dan legalistik terjadi
saat

individu

memilih

prinsip

moral

untuk

mematuhi

atau

meninggalkan aturan. Individu berhati-hati untuk tidak melanggar hakhak dan kehendak orang lain. Terjadi konflik pandangan moral dan
ilegal. Orang akan bekerja untuk mengubah aturan. Tahap orientasi
prinsip etis yang universal terjadi ketika individu bersikap dalam cara
yang menghargai martabat. Tahapan ini jarang dicapai. Jika rancangan
pemikiran dari dalam diganggu, akan muncul rasa bersalah.
D. Psikososial remaja
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan
dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis
dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan
dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Untuk mecapai tujuan dari sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak
penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan
menigkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,
pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan
sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2012).
1. Pengaruh kelompok sebaya
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan temanteman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya pada sikap,
pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh keluarga. Pada masa remaja ada kecendrungan untuk

20

mnegurangi jumlah teman meskipun sebagian besar remaja menginginkan
menjadi anggota kelompok sosial yang lebih besar dalam kegiatan sosial.
2. Perubahan dalam perilaku sosial
Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan yang
radikal yaitu awalnya tidak menyukai pertemanan dengan lawan jenis
menjadi lebih menyukai pertemanan dengan lawan jenis daripada
sejenisnya. Meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai
kegiatan sosial, maka wawasan sosial remaja semakin baik sehingga
penyesuaian diri dalam situasi sosial bertambah baik.selain itu, remaja
lebih memilih berteman dengan latar belakang sosial, agama, atau sosial
ekonomi yang sama.
3. Pengelompokan sosial baru
Geng pada masa kanak-kanak berangsur hilang pada masa puber dan
awal remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain menjadi
kegiatan sosial yang lebih formal maka terjadi pengelompokkan sosial
baru. Pengelompokkan sosial anak perempuan biasanya kecil dan terumus
secara pasti.
4. Nilai baru dalam memilih teman
Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai
yang sama yang dapat mengerti dan membuat merasa aman dan dapat
dipercaya mengenai masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak
dapat dibicarakan dengan orang tua ataupun guru.
5. Nilai baru dalam penerimaan sosial

21

Remaja mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima
anggota-anggota kelompok sebaya. Nilai ini didasarkan pada nilai
kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota
kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang
sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.
6. Nilai baru dalam memilih pemimpin
Remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka
dalam masyarakat sehingga mereka menginginkan pemimpin yang
berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati orang lain dan
dengan demikian akan menguntungkan mereka. Namun, pada umumnya,
remaja mengharapkan pemimpinnya mempunyai sifat tertentu karena fisik
yang baik pada dirinya tidak seseorang menjadi pemimpin. Hal ini
memberikan prestise dan memberikan konsep diri yang baik.
(Hurlock, 2012)
E. Panti Asuhan
1. Definisi
Menurut Departemen Sosial RI (1989), panti asuhan anak adalah suatu
lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan pelayanan kesejahteraan penyantunan dan pengentasan
anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti/perwalian anak dalam
memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga
memperoleh

kesempatan

yang

luas,

tepat

dan

memadai

bagi

perkembangan kepribadiannya seusai dengan yang diharapkan sebagai

22

bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan
turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.
Dari batasan tersebut di atas terkandung unsur-unsur bahwa panti
asuhan sebagai lembaga berarti didirikan atas dasar kesengajaan, formal
dan terorganisasi.
a. Sebagai suatu lembaga sosial panti asuhan mempunyai:
1) Sasaran usaha pelayanan,
2) Program pelayanan dan jenis-jenis kegiatan pelayanan,
3) Tenaga pelaksana pelayanan,
4) Sarana dan fasilitas pelayanan.
b. Panti asuhan juga memberikan pelayanan pengganti (substitutive
service).
Dalam hal ini berarti menggantikan fungsi keluarga. Digantikannya
fungsi keluarga oleh panti asuhan apabila anak memang sudah tidak
mempunyai orangtua lagi ataupun mempunyai orangtua atau keluarga
tetapi keluarga tersebut tidak atau belum mampu berfungsi sebagai
satuan keluarga asuh yang wajar. Keluarga belum dapat atau tidak
berfungsi secara wajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain, karena faktor mental dan atau faktor sosial. Panti asuhan sebagai
unsur pengganti keluarga merupakan pelayanan kesejahteraan sosial
yang bersifat sementara memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan
anak asuh untuk:
1) Terpenuhinya pertumbuhan fisik secara wajar.

23

2) Memperoleh kesempatan dalam usaha pengembangan mental dan
pikiran sehingga anak asuh dapat mencapai tingkat kedewasaan
yang matang.
3) Melaksanakan peranan-peranan sosialnya sesuai dengan tuntutan
lingkungannya.
c. Pelayanan panti asuhan anak merupakan pelayanan kesejahteraan sosial,
ini berarti bahwa pelayanan tersebut dilandasi prinsip-prinsip dan
metode pekerjaan sosial.
d. Dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, panti asuhan anak
berusaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilanketerampilan sosial dan keterampilan persiapan kerja sebagai satu
kesatuan. Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan
hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan serta
mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial,
mampu memecahkan masalah sosial serta mewujudkan aspirasiaspirasi. Keterampilan persiapan kerja ialah kemampuan untuk
menemukan dan memanfaatkan serta mengembangkan potensi sesuai
dengan bakat dan kemampuannya guna mendapatkan sumber
nafkah/mata pencaharian dalam masyarakat.
2. Tujuan panti asuhan
Tujuan panti asuhan anak ialah memberikan pelayanan berdasarkan
pada profesi pekerjaan sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu
dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta

24

kemampuan keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota
masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik
terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.
3. Prinsip-prinsip pelayanan
Pelayanan panti asuhan bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif dan
pengembangan (Departemen Sosial RI, 1989).
a. Pelayanan preventif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk
menghindarkan tumbuh dan berkembangnya permasalahan anak.
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif adalah suatu proses kegiatan yang
bertujuan untuk penyembuhan/pemecahan permasalahan anak.
c. Pelayanan pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan:
1) Meningkatkan mutu pelayanan dengan cara membentuk kelompokkelompok antara anak dengan lingkungan sekitarnya.
2) Menggali semaksimal mungkin meningkatkan kemampuan sesuai
dengan bakat anak.
3) Menggali sumber-sumber baik di dalam maupun di luar panti
semaksimal mungkin, dalam rangka pembangunan kesejahteraan
sosial.
4. Sasaran garapan
Sasaran garapan panti asuhan anak meliputi:
a. Anak
1) Anak yatim, piatu, yatim piatu terlantar berusia 0-21 tahun.

25

2) Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya
melalaikan kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak dapat
terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.
Antara lainkeluarga retak, sehingga tidak ada relasi sosial yang
harmonis.
3) Anak yang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab
tidak dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani,
jasmani maupun sosial dengan wajar. Antara lain dalam keadaankeadaan berikut ini:
a) Salah satu orangtua dan atau kedua-duanya sakit khronis,
terpidana dan lain-lain.
b) Salah satu dan atau kedua-duanya meninggal dunia sehingga
anak tidak ada yang merawat.
b. Keluarga dan masyarakat
1) Orang tua kandung atau wali atau sanak keluarga yang mampu dan
mau berpartisipasi dalam usaha penyantunan dan pengentasan
anak.
2) Masyarakat lingkungan yang dapat menunjang pelaksanaan
penyatunan dan pengentasan anak.
5. Sistem asuhan
Menurut Departemen Sosial RI (1989), sistem asuhan diklasifikasikan
menjadi:
a. Sistem asuhan berbentuk asrama

26

Panti asuhan dengan sistem ini berarti anak dikelompokkan dalam
jumlah yang besar dan mereka ditempatkan pada satu bangunan
berbentuk asrama dengan penempatan anak asuh dalam kelompok
antara 15 hingga 20 anak asuh dalam satu ruan