FAJAR DALAM TINJAUAN HADITS DAN ASTRONOMI (Dalam Penentuan Awal Waktu Subuh Di Indonesia)

(1)

i

FAJAR DALAM TINJAUAN HADITS DAN ASTRONOMI (Dalam Penentuan Awal Waktu Subuh Di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelasaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh : M. Arifudin Nim. 09120037

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN SYARI‟AH 2013


(2)

(3)

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M. Arifudin

NIM : 09120037

Fakultas / Jurusan : Agama Islam / Syariah

Judul Skripsi : Fajar Dalam Tinjauan Hadits dan Astronomi ( Dalam Penentuan Awal Waktu Subuh Di Indonesia )

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Fajar Dalam Tinjauan Hadits Dan Astronomi (Dalam Penentuan Awal Waktu Subuh Di Indonesia ) dalam mengerjakannya adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan karya orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila terdapat kekeliruan dikemudian hari dalam pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademis.

Malang, 10 oktober 2013 Yang menyatakan,


(5)

v

MOTTO

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan”. (QS. al-Ankabuut: 45)

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)

perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya Ini Kupersembahkan Kepada:

Ayahanda Abdul Ghofur dan Ibunda Hindun tercinta

yang selalu mendo’akan dan memberi motivasiku

dalam segala hal.

Saudaraku tercinta, kakanda Umar Firmansyah, dan

Adinda Intan Habibah yang selalu memberi dukungan.

Adinda fidyanti wahyuningtyas yang tercinta.

Dan seluruh keluarga besar di porong & di

tempel.


(7)

vii

ABSTRAK

Judul : Fajar Dalam Tinjauan Hadits Dan Astronomi (Dalam Penentuan Awal Waktu Subuh Di Indonesia)

Peneliti : M. Arifudin

NIM : 09120037

Fakultas/Jurusan : FAI/Syari’ah.

Kata Kunci : Fajar kadzib dan Fajar shadiq, Hisab, penentuan awal waktu subuh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji awal waktu shalat subuh di Indonesia yang telah menjadi polemik dikalangan umat Islam. Serta mendeskripsikan fajar kadzib dan fajar shadiq. Sehingga dapat memberi penjelasan bagaimana fenomena cahaya fajar secara syar’I dan ilmiah untuk menentukan awal waktu shalat subuh.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan subyek penelitian fenomena munculnya fajar shadiq di lapangan. Dan tempat penelitian berada di kota Lamongan Jawa Timur. Jenis penelitian ini termasuk studi komparatif, dengan membandingkan dua variabel yakni Hadits dan astronomi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena alam yaitu fajar shadiq yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan oleh kementerian Agama RI. Sehingga jadwal shalat yang terdapat kesalahan dan perlu adanya revisi ulang.


(8)

viii

ABSTRACT

Title : Reviews of Dawn in Hadith and Astronomy (Timing of Early Morning Prayer In Indonesia) Researcher : M. Arifudin

NIM : 09120037 Faculty/Departement : FAI/Syari’ah.

Key Word : Kadzib dawn dan Shadiq Dawn, Computation, Timing of early morning prayer

The purpose this research is a riviewers timing of early morning prayer in Indonesia which has become polemic among muslims. And describe kadzib dawn and shadiq dawn. So that can give explanation how the phenomenon light of dawn in syari’at and scientific for computation timing of early morning prayer.

This research used qualitative approach, this research with subject phenomenon the rising of shadiq dawn in place of research. And place the research in Lamongan City East Java. This Type of research includes a comparative study to compare two variables, that is Hadith and Astronomy.

The result this research shows that natural phenomena that is shadiq dawn happens in area wasn’t match with Indonesian republic religious ministry schedule. So that the prayer schedule of Indonesian republic religious ministry be found a mistakes and need a revision.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

ميح رلا نمح رلا ه مسب

Segala puji dan syukur mutlak milik Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA serta bimbingan Allah SWT dalam agamanya yaitu dinul islam, dan Nabi besar Muhammad SAW sebagai suri tauladan seluruh umat islam yang ada di bumi ini. Namun sebagai manusia biasa kita tidak lepas dari kesalahan. Maka di sini saya selaku peneliti sekaligus penulis skripsi bersyukur Alhamdulillah dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul penelitian Fajar Dalam Tinjauan Hadits Dan Astronomi (dalam penentuan awal waktu subuh di Indonesia).

Di dalam penulisan ini disajikan dalil-dalil fajar dan kriteria fajar dalam tinjauan Hadits dan Astronomi dan perhitungan ilmu hisab dalam penentuan waktuh subuh.

Peneliti menyampaikan ucapan trimakasih yang seluas-luasnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP. selaku rektor Universitas

Muhammadiyah Malang, yang selama ini telah memeberikan fasilitas kampus yang unggul, sehingga saya sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang bangga dengan kampus putih yang tercinta ini. 2. Bapak Drs. Faridi, M.Si selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Drs. M. syarif, M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Fathorrahim, M.Ag selaku pembimbing II, yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini hingga selesai.


(10)

x

4. Bapak dan Ibu Dosen Syari’ah tanpa terkecuali, yang telah memberi dan berbagi ilmu pengetahuan secara tulus dan Ikhlas.

5. Ayah dan Ibu tercinta, yang menyayangiku dengan tulus dan Ikhlas tanpa meminta imbalan apapun. Dan selalu memberikan semangat dan doa, sehingga aku dapat menyelasaikan skripsi ini dengan baik.

6. Kedua saudara kakak dan adikku terimakasih yang selalu memberi semangat dalam studi ini hingga bisa menyelesaikan tugas skripsi ini. 7. Adinda Fidyanti Wahyuningtyas yang selalu memberiku motifasi,

semangat, dan membantu dalam segala hal yang terbaik yang telah diberikan padaku.

8. Bapak Dr.H. Sriyatin Shodiq, S.H, M.Ag Yayasan Al Falakiyah Surabaya yang memberi pelatihan dasar ilmu falaq.

9. Kepada Ketua ta’mir masjid Asy-Syariah dan Ketua ta’mir masjid Ar -Ruhama di tempat. Saya ucapkan terimakasih telah memberi tempat untuk mengabdi kepada masyarakat. Dan memberi fasilitas yang telah diberikan kepada saya selama tinggal di malang.

10.Temen-temen syari’ah tanpa terkecuali, temen-temen co.Trainer 2012, semoga sukses semua dan tercapai cita-cita dan mendapat ridho dari Allah SWT. Shoni alam saya ucapkan terimakasih telah memberi fasilitas tempat penginapan dalam rangka observasi terbit fajar di Lamongan. Dan temen-temen yang tidak tercantum, terimakasih atas semua yang pernah memberiku yang terbaik.


(11)

xi

Semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan yang pernah kalian berikan.

Penulis telah menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini serta demi meningkatkan kualitas dan profesionalitas dan integritas dalam dunia pendidikan.

Penulis berkeyakinan bahwa hanya Allah SWT merupakan sumber semua kebenaran dan kesempurnaan. Penulis berharap mudah-mudahan kehadiran skripsi ini menjadi amal ibadah yang di ridhai Allah sehingga apa yang telah penulis curahkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

Malang, 10 Oktober 2013 Penulis


(12)

xii

TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi Arab –Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraiakan sebagai berikut:

A. Huruf

Vokal panjang dan diftong a Panjang = â

i panjang = î u panjang = û

أو = aw

وأ = ûw

يأ = ay

يإ = iy Ta’ Marbuthah (ة)pada: Posisi Mudhaf = t Posisi Mausuf = h Di akhir frase = h

ا

= a

ب

= b

ت

= t

ث

= ts

ج

= j

ح

= h

خ

= kh

د

= d

ذ

= dz

ر

= r

ز

= z

س

= s

ش

= sy

ص

= sh

ض

= dh

ط

= th

ظ

= zh

ع

= ‟

غ

= gh

ف

= f

ق

= q

ك

= k

ل

= l

م

= m

ن

= n

و

= w

ه

= h

ء

= „


(13)

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUTUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

TRANSLITERASI ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Batasan Masalah ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11


(14)

xiv

A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Pengertian Shalat ... 14

C. Makna Shalat ... 17

D. Pentingnya Mengetahui Waktu Shalat ... 17

E. Syarat-syarat Shalat ... 19

F. Dasar Hukum Waktu Shalat ... 24

G. Waktu-waktu Shalat ... 28

H. Koreksi Waktu Shalat Dengan Peredaran Matahari ... 34

I. Pengertian Fajar Dalam Tinjauan hadits Dan Astronomi ... 40

1. Devinisi Fajar ... 40

2. Dalil Tentang Fajar (Tinjauan Hadits) ... 42

3. Tinjauan Astronomi... 46

4. Posisi Tinggi Matahari Dalam PenentuanWaktu Shalat Subuh. 47

BAB III PEMBAHASAN ... 52

A. Gambaran Umum Dalam Penentuan Waktu Shalat ... 52

B. Penentuan Waktu Shalat Subuh Di Indonesia ... 54


(15)

xv

Astronomi ... 55

a. Tinjauan Hadits ... 55

b. Tinjauan Astronomi ... 58

II. Penentuan Awal Waktu Shalat Subuh Di Indonesia ... 68

1. Opservasi Fenomena Fajar ... 69

2. Lokasi Observasi ... 69

3. Waktu Observasi ... 70

4. Perhitungan Awal Waktu Subuh Di Indonesia ... 72

BAB IV PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jarak Zenit Matahari Waktu Subuh berdasarkan organisasi dunia .. 48 Tabel 2. Jarak Zenit Subuh Menurut Para Ahli Falak ... 49 Tabel 3. Posisi Matahari awal waktu subuh menurut ahli falak Indonesia .... 49 Tabel 4. Tabel markaz / tempat pengamatan fajar ... 72 Tabel 5. Tabel hasil perhitungan awal waktu subuh ... 81


(17)

87

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Azhari, Susuiknan. (2007). Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. (2009).

Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah

Al-Imam Al-Hafidz Mushannaf Muttaqin Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, jilid 1, Beirut.

Al Imam al Alim al Fadhil Abu Abdul Mu’thi Muhammad al Nawawi al

Jawi (tt.) Syarh Kasyifah al Saja ala Safinah al Naja fi Ushul al Din wa al Fiqh. Surabaya : al Hidayah.

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ibnu Majah. (1994). Sunan Ibnu Majah, terj Sunan Ibnu Majah. semarang: Asy Syifa.

Al-bukhairi, Mamduh & Agus Hasan Bashori. (2010). Koreksi Awal Waktu Subuh

. Malang: Pustaka Qiblati.

Amrullah, Afif Moh. (2010). Penentuan Awal Waktu Shalat Subuh Menurut Departemen Agama dan Aliran Salafi. Skripsi Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang.

Bungin, Burhan. (2001). Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Airlangga University Press

Bashori, Hasan Agus. (2010). Iqamat Shalat Subuh Menurut Para Ulama, Malang: Pustaka Qiblati

Departemen Agama RI, (1994) Pedoman Penentuan Waktu Shalat Sepanjang Masa, Jakarta.

Ibn Al-Atsir Al-Jazari. (2011). Ensiklopedi Shalat: Panduan Shalat Berdasarkan Rujukan Berbagai Kitab Hadits Klasik. Bandung: Mizan Media Utama Jamili. (2004). Penentuan Awal Waktu Shalat Dengan Metode Hisab Koreksi

Bujur (Analisis Akurasinya Ditinjau dari Metode Hisab Markas). Skripsi Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah, Fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang.


(18)

88

Maskufa. (2009). Ilmu Falak. Jakarta: Gaung Persada Press

Murtadho. (2008). Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN-Malang Press

Maktabah Syamilah, Ahmad bin Husein bin Ali bin Musa Abu Bakar al-Baihaqy. (1994). Sunan Al-Baihaqy Al-Kubra, Makkah al-Mukarromah: maktabah dar al-Baz.

Rohmah, Nihayatur. (2012). Syafaq dan Fajar Verifikasi Dengan Aplikasi

Fotometri: Tinjauan Syar’i dan Astronomi, Semarang: Lintang Rasi Aksara

Syamsul, Syamsul Anwar et al. (2009). Pedoman Hisab Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah

Syafi’I, Imam. (2012). Ringkasan Kitab Al-Umm jilid I. Jakarta: Pustaka Azzam Soenarto, Achmad et al. (1992). Shahih Bukhori jilid 1, terj Al-Imam Abu

Abdullah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhori. Semarang:

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Makalah:

Djamaluddin, Thomas. Twilight menurut astronomi, makalah disampaikan pada

temu kerja Evaluasi Hisab Ru’yah Kementrian Agama, semarang, 23-25 Februari 2010.

Shadiq, Sriyatin Al-Falaky, pngenalan istilah falakiyah, makalah Pendidikan dan Latihan Hisab Rukyat Se Jawa Timur Tanggal 17 s.d 26 Mei 2006 di Surabaya.

Website:

Abu ibrohim Muhammad Ali AM Hafidzahullah, jadwal shalat subuh dipermasalahkan, tanggal akses 25 mei 2012 http://almanhaj.or.id/ content/2562/slash/0 /jadwal-shalat-subuh-dipermasalahkan

Hasbi, Muhtadi. Penentuan Waktu Shalat, diakses pasa tanggal 18 juli 2013 dari Http://Muhtadiblog.Blogspot.Com/2013/01/Penentuan-Waktu-Shalat.Html


(19)

89

kajian tentang dasar hukum waktu shalat. diakses tanggal 05 Juli 2013, dari http://adahspace.blogspot.com/2011/04/kajian-tentang-dasar-hukum-waktu-shalat.html

Pengertian rukun syarat wajib dan sah shalat, Diakses tanggal 06 Juli 2013, dari http://www.masuk-islam.com/pengertian-sholat-rukun-sholat-syarat-wajib-dan-syarat-sah-sholat.html

Susiknan Azhari. (2009). Artikel Awal Waktu Shalat Perspektif Syar’I dan sains, Diakses pada tanggal 18 April 2010 dari http://rukyatulhilal.org/artikel-awal-waktu-shalat-perspektif-syar’i-dan-sains.html

Software :

Al-Qur’an Digital Versi 3.0. 2008 Program Hadits Explorer


(20)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Falak atau Ilmu astronomi ialah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya secara akurat (pasti) dari benda-benda langit lainnya.1 Dalam bahasa Inggris disebut Practical Astronomi.

Ilmu ini kemudian di adopsi oleh ilmuwan muslim dan di kembangkan dalam dunia Islam karena sangat berperan dalam penentuan-penentuan ibadah. Karena penentuan waktu ibadah umat Islam memerlukan pengetahuan posisi matahari dan letak posisi geografis di bumi. Hal ini untuk menentukan awal shalat lima waktu, dan penentuan arah kiblat. Selain kedua posisi tersebut posisi bulan juga diperlukan untuk penetapan jadwal tahunan (tahun hijriyah)

seperti ibadah puasa Ramadhan dan Ibadah Haji. Ketika Rasulullah Isra’ Mi’raj

telah diperintah oleh Allah swt untuk shalat, kemudian Rasulullah menyampikan kepada sahabat dan pengikutnya. Karena ibadah shalat adalah amalan yang akan pertama kali di hisab di hari akhir.

1


(21)

2 Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Isma'il telah menceritakan kepada kami Yunus dari Al Hasan dari Anas bin Hakim Adl Dlabbi dia berkata; "Dirinya pernah takut kepada Ziyad atau Ibnu Ziyad kemudian pergi ke Madinah, di sana ia bertemu dengan Abu Hurairah, katanya; dia menasabkan aku kepadanya dan aku pun menyatakan nasab kepadanya." Abu Hurairah berkata; "Wahai anak muda, maukah kamu kuceritakan suatu hadits?" kata Anas; kataku; "Ya, semoga Allah merahmati anda." Yunus berkata; "Aku kira dia menyebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya yang pertama kali akan di hisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya.2

Jadwal ibadah shalat itu merentang dalam satu hari dan menaut dengan fenomena astronomi seperti waktu dhuhur berdekatan dengan fenomena kulminasi atas matahari, fenomena terbitnya fajar subuh (morning astronomical twilight) dan hilangnya senja (evening astronomical twilight).3 Dan waktu-waktu shalat sudah ditentukan waktunya dan tidak sembarangan.

al-Qur’an menegaskan dalam Q.S an-Nisa’ ayat 103.

Artinya:

apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah allah ketika kamu berdiri, pada kamu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabilah kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.4

2

Al-Imam Al-Hafidz Mushannaf Muttaqin Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud.

Jilid 1. Bairut. Hal. 227.

3

Depertemen Agama RI, islam untuk disiplin ilmu ostronomi (Departemen Agama RI), hal . 13.

4


(22)

3

Shalat merupakan ibadah umat Islam yang paling utama kepada Allah SWT. Shalat juga merupakan persoalan yang sangat fundamental dan signifikan dalam Islam. Sehinggah banyak dasar dalam ayat al-Qur’an yang menyebutkan kata shalat sebanyak 85 kali. Diantaranya yaitu : Qs. al-Baqarah (2);3, 43, 45, 83, 110, 153, 177, 238, 277. Qs.an-Nisa’ (4); 43, 77, 103, 142, 162. Qs. al-Maidah (5); 6, 12, 55, 57, 91, 106. Qs. al-an’am (6); 72. Qs. al -Anfal (8); 3. Qs. at-Taubah (9); 5, 11, 18, 54, 71. Qs. ar-Ra’du (13); 22. Qs. Taha (20); 122. Qs. Ankabut (29); 45. Qs. Lukman (31); 4, 17. Qs. al-Fatir (35); 29. Qs. al-Jum’ah (62); 9, 10. Qs. al-Muzzammil (73); 20. Qs. al-Bayyinah (98); 5.5

Sehingga waktu-waktu shalat itu hal yang sangat urgen karena menyangkut masalah ibadah kepada Allah Swt. Dari ayat di atas yang menjadikan dasar untuk menentukan waktu-waktu shalat tersebut, maka dapat ditarik sebagai alasan yang sangat mendasar bagi ahli falak atau astronomi untuk mengembangkan ilmu ini dalam menentukan waktu ibadah. Namun dalam penentuan waktu tersebut masih banyak yang mempermasalahkan, yang paling fenomenal yaitu fenomena terbitnya fajar subuh (morning astronomical twilight). Dalam perbedaan terbit fajar banyak pula kaum muslimin yang

meragukan “masuknya waktu subuh” sehingga jadwal shalat subuh di

Indonesia berbeda.

Posisi matahari dalam koordinat horizon, ketinggian atau jarak zenit adalah data terpenting yang dibutuhkan dalam penentuan jadwal awal waktu

5


(23)

4

shalat, menurut Djamaluddin6 fenomena yang dicari kaitannya dengan posisi matahari adalah fajar (morning twilight), terbit, melintasi meridian, senja dan terbenam (evening twilight). Disini astronomi berperan menafsirkan fenomena yang disebutkan dalam dalil (al-Qur’an dan Hadits) dalam posisi matahari. Namun penafsiran disini belum seragam, tetapi masyarakat telah sepakat dan menerima data astronomi sebagai acuan. Karena kriteria dan data-data astronomi relatif mudah untuk disatukan.

Dalam penentuan waktu shalat subuh (fajar) akhir-akhir ini telah menjadi problem penafsiran dalam kriteria fajar kadzib dan fajar shadiq. Namun permasalahan ini tidaklah hal baru, sejak zaman dahulu (Rasulullah saw) permasalahan ini sudah ada. Dan permasalahan ini muncul kembali seolah-olah menjadi fenomena baru. Namun dalam al-Qur’an dan hadits sudah banyak menjelaskan tentang fajar, kapan waktu diharamkan makan bagi yang berpuasa dan kapan waktu diperbolehkan untuk shalat.7

Allah SWT telah berfirman :

Artinya :

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”8

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi dari Ibn Abbas ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda,

6

Ibid, hal . 1. 7

Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi, koreksi awal waktu subuh. (malang : 2010), hal. 7.

8


(24)

5

Artinya :

“Fajar itu ada dua; (pertama) fajar yang di dalamnya haram makanan serta dihalalkan shalat, (kedua) fajar yang didalamnya halal makanan dan haran shalat -subuh-.”9

Dalam sebuah riwayat disebutkan:

Artinya :

“Fajar ada dua, fajar yang disebut seperti ekor serigala adalah fajar kadzib yang memanjang fertikal dan tidak menyebar secara horizontal, yang kedua fajar yang melebar (horisontal) dan bukan

vertikal. ”10

Fajar itu ada dua, fajar yang dikatakan seperti ekor srigala, yaitu fajar kadzib, sinarnya yang mencuat ke atas dan tidak membentang, dan kedua adalah fajar ke dua yang membentang (di ufuk) dan tidak mencuat ke atas. 11

Hadits di atas sudah jelas bahwa fajar yang tidak boleh untuk shalat adalah fajar yang seperti bentuk ekor srigala, dimana sinarnya mencuat keatas tidak membentang dan melebar (horizontal). Namun bagaimana hasil observasi di lapangan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang bisa dibuat acuan kebenaran dan kevalid-an dalam gambaran fajar yang sesuai dengan hadits Rasulullah saw. Data astronomi yang digunakan dalam menentukan munculnya

9

Maktabah Syamilah, Ahmad bin Husein bin Ali bin Musa Abu Bakar al-Baihaqy,

Sunan Al-Baihaqy Al-Kubra, Makkah al-Mukarromah: maktabah dar al-Baz, 1994. Juz 10. Hal.

707.

10

Al-Imam Muhammad bin Islami Al-Amirul Yamani Al-shin’ani, Subulus Salam Sarkh

Bulughul Maram, jilid 1. Bairut, Dar Al-Fikr. Hal. 211. Al-Albani dalam ash-shahihah, no.2002; Shahih al-jami’: 4278

11


(25)

6

fajar dalam ketinggian matahari di bawah ufuq adalah -20˚, ini adalah yang digunakan oleh Kementerian Agama RI untuk jadwal shalat yang beredar di masyarakat.

al-Qur’an secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa waktu shalat subuh dimulai sejak meredupnya bintang-bintang. Allah SWT berfirman:

Artinya :

Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).12

Kemudian dijelaskan dalam hadits Nabi bahwa waktu subuh adalah sejak terbit fajar shadiq13 sampai terbitnya matahari. Secara astronomi fajar shadiq dipahami sebagai awal fajar, mulai munculnya cahaya di ufuk timur menjelang terbit matahari pada saat matahari kira-kira berada pada -18˚ (jarak

zenith z = 108˚). Posisi inilah di anggap tim qiblati sabagai cahaya fajar

shadiq, karena sinar ini begitu nyata ketika langit cerah. Begitu juga syaikh Mamduh al-Bukhairi menjelaskan bahwa fajar shadiq (astronomi) ini muncul menjelang terbit matahari pada saat matahari berada sekitar -18˚. Ini adalah patokan penanggalan Rabithah alam islam (liga Dunia Islam), sedangkan penanggalan Ummul Qura memakai patokan cahaya pada saat matahari berada pada posisi -19˚.14

12

QS. Ath-Thur (52): 49

13

Fajar sadiq munculnya cahaya putih menyebar horizontal diatas cakrawala seluruh timur, yang disebabkan oleh hamburan cahaya matahari di atmosfer atas. Lihat Nihayatul,

Syafaq dan Fajar, 2012, hal. 1.

14


(26)

7

Indonesia, jadwal shalat subuh dimulai pada saat matahari pada posisi -20˚ di bawah ufuk hakiki (true horizon). Hal ini termasuk pendapat ahli falaq

yang terkemuka di Indonesia Sa’adoeddin Djambek yang disebut sebagai

pembaharu pemikiran hisab (mujaddid al-hisab) di Indonesia.15

Hal ini sama dengan pendapat Abdur Rachim bahwa awal waktu subuh ditandai munculnya fajar shadiq dan masuk waktu subuh ketika matahari pada posisi -20˚ di bawah ufuk.16

Bagaimanakah dengan persoalan yang saat ini telah menjadi perbedaan dalam penentuan kriteria dua fajar tersebut, yang saat ini menjadi perbedaan pendapat oleh Kementerian Agama dengan Qiblati yang terjadi pada tahun 2010-2011 lalu. dalam menentukan kriteria dua fajar tersebut, yakni fajar kadzib dan fajar shadiq, para ulama telah menafsirkan hadits Rasulullah saw tentang waktu shalat, kemudian disusun oleh ahli falaq yang menentukan perhitungannya. Adapun perbedaan dalam menentukan kriteria ketinggian matahari dalam perhitungan tersebut ada yang berselisih (ahli astronomi). Bagaimana paduan kriteria ahli Hadits dan astronomi yang berselisih tersebut apakah bisa di satukan sehingga menghasilkan jawaban bagi masyarkat (umat Islam) yang terkait dengan fenomena awal fajar (morning twilight).

Pokok permasalahan yang sangat mendasar adalah perbedaan dalam penentuan awal waktu subuh, dan kriteria fajar kadzib dan fajar shadiq, sesungguhnya shalat subuh itu di saksikan oleh malaikat.17 Sehingga dapat

15

Ibid. 16

Ibid, ( lihat juga Azhari Susiknan, Ilmu Falak Penjumpaan khazanah Islam dan Sains

Modern, 2007), hal. 69.

17


(27)

8

menarik penulis untuk menjadikan sebuah skripsi yang berjudul FAJAR DALAM TINJAUAN HADITS DAN ASTRONOMI (Dalam Penentuan Awal Waktu Subuh Di Indonesia). Serta peneliti ingin mengetahui apakah kriteria fajar di Indonesia sudah benar. Dan bagaimana jadwal shalat subuh yang telah diterbitkan oleh Kementerian Agama di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang diteliti dan akan dibahas dalam skripsi penulis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penentuan fajar kadzib dan fajar shadiq menurut Hadits dan Astronomi ?

2. Bagaimana ketentuan awal waktu shalat subuh di indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitiannya adalah : 1. Untuk mengetahui kriteria fajar kadzib dan fajar shadiq yang

lebih akurat dari berbagai pendapat (Hadits dan Ahli Astronomi) 2. Untuk mengetahui awal waktu subuh khususnya di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis berharap hasilnya nanti memperoleh manfaat yaitu :


(28)

9

Penulis dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang kriteria fajar sekaligus memberikan karya tulis ini kepada para akademisi sehingga dapat di ambil manfaatnya sebagai pemahaman dalam ilmu falaq.

b. Manfaat Praktis

Penulis dapat mengetahui keakuratan dan perhitungan awal waktu subuh (ketinggian matahari di bawah ufuk) yang sesuai dengan Hadits Rasulullah saw, sekaligus bisa dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam kajian Islam khususnya ilmu falaq.

E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian studi komparatif. Studi kompararatif adalah membandingkan antara teori satu dengan teori lain yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian lain.18 Dalam hal ini peneliti akan membandingkan dua variabel. Variabel pertama yaitu hadits yang berkaitan dengan penentuan fajar, variabel kedua yaitu ilmu astronomi yang berkaitan dengan fenomena munculnya fajar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data-data yang relevan penulis menggunakan metode sebagai berikut :

18

Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.


(29)

10

a. Library Research, yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data dari buku-buku dan hadits dengan cara membaca dari letaratur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Field Research, yaitu penulis mengumpulkan data secara langsung dari lapangan, penelitian yang telah ditentukan sesuai dengan judul penelitian. Kemudian metode ini dijalankan dengan cara : Observations (pengamatan) secara langsung di lapangan dengan mengambil gambar fenomena fajar shadiq. 3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu mengambil data melalui interview dengan yayasan al-Falakiyah surabaya, dengan melalui wawancara. Dan mengambil literatur data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis, seperti hadits, buku dan artikel atau majalah. Adapun sumber data penelitian ini adalah penulis mengambil data-data, baik berupa data primer yaitu: data yang paling pokok atau obyek dalam permasalahan ini, dan data sekunder yaitu: data pendukung dari data primer.

F. Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahfahaman para pembaca dalam penelitian ini, maka peneliti akan membatasi pokok permasalahan dalam penelitian ini. peneliti hanya membahas tentang penentuan kriteria fajar dan waktu subuh di Indonesia menurut hadits dan ilmu falaq. Jadi, peneliti tidak membahas tentang


(30)

11

derajat Hadits yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini secara mendalam, namun peneliti hanya membahas secara umum tentang hadits tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembatasan skripsi ini, maka penulis menyusun sisitematika skripsi yang terdiri dari empat bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN :

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA :

Berisikan kajian pustaka yang membahas tentang perbedaan fajar, kriteria fajar, akurasi dan koreksi fajar dan awal waktu subuh. Yang dikaji dari Hadits dan astronomi. Dan salah kapra terhadap fajar, sehingga berdampak pada perbedaan waktu shalat subuh di Indonesia. BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS :

Pembahasan yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut : mengkoreksi fajar dalam tinjauan hadits dan astronomi. Menentukan kriteria fajar yang akurat sehingga tidak terjadi kesinambungan dalam menentukan jadwal shalat terutama waktu subuh. Dan juga mengambil dalil yang kuat dan disepakati kesahihannya oleh para ahli hadits. Sehingga dapat memberikan solusi bagi umat islam dalam


(31)

12

melaksanakan shalat subuh, sehingga tidak ada keraguan dalam menentukan fajar.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN :

Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Serta saran dalam penelitian yang diperoleh, dalam kekurangan dalam mesusun tulisan dan penelitian.


(1)

Indonesia, jadwal shalat subuh dimulai pada saat matahari pada posisi -20˚ di bawah ufuk hakiki (true horizon). Hal ini termasuk pendapat ahli falaq yang terkemuka di Indonesia Sa’adoeddin Djambek yang disebut sebagai

pembaharu pemikiran hisab (mujaddid al-hisab) di Indonesia.15

Hal ini sama dengan pendapat Abdur Rachim bahwa awal waktu

subuh ditandai munculnya fajar shadiq dan masuk waktu subuh ketika

matahari pada posisi -20˚ di bawah ufuk.16

Bagaimanakah dengan persoalan yang saat ini telah menjadi perbedaan dalam penentuan kriteria dua fajar tersebut, yang saat ini menjadi perbedaan pendapat oleh Kementerian Agama dengan Qiblati yang terjadi pada tahun 2010-2011 lalu. dalam menentukan kriteria dua fajar tersebut, yakni fajar kadzib dan fajar shadiq, para ulama telah menafsirkan hadits Rasulullah saw tentang waktu shalat, kemudian disusun oleh ahli falaq yang menentukan perhitungannya. Adapun perbedaan dalam menentukan kriteria ketinggian matahari dalam perhitungan tersebut ada yang berselisih (ahli astronomi). Bagaimana paduan kriteria ahli Hadits dan astronomi yang berselisih tersebut apakah bisa di satukan sehingga menghasilkan jawaban bagi masyarkat (umat

Islam) yang terkait dengan fenomena awal fajar (morning twilight).

Pokok permasalahan yang sangat mendasar adalah perbedaan dalam penentuan awal waktu subuh, dan kriteria fajar kadzib dan fajar shadiq,

sesungguhnya shalat subuh itu di saksikan oleh malaikat.17 Sehingga dapat

15

Ibid. 16

Ibid, ( lihat juga Azhari Susiknan, Ilmu Falak Penjumpaan khazanah Islam dan Sains


(2)

menarik penulis untuk menjadikan sebuah skripsi yang berjudul FAJAR DALAM TINJAUAN HADITS DAN ASTRONOMI (Dalam Penentuan Awal Waktu Subuh Di Indonesia). Serta peneliti ingin mengetahui apakah kriteria fajar di Indonesia sudah benar. Dan bagaimana jadwal shalat subuh yang telah diterbitkan oleh Kementerian Agama di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang diteliti dan akan dibahas dalam skripsi penulis dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penentuan fajar kadzib dan fajar shadiq menurut

Hadits dan Astronomi ?

2. Bagaimana ketentuan awal waktu shalat subuh di indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitiannya adalah :

1. Untuk mengetahui kriteria fajar kadzib dan fajar shadiq yang

lebih akurat dari berbagai pendapat (Hadits dan Ahli Astronomi)

2. Untuk mengetahui awal waktu subuh khususnya di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis berharap hasilnya nanti memperoleh manfaat yaitu :


(3)

Penulis dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang kriteria fajar sekaligus memberikan karya tulis ini kepada para akademisi sehingga dapat di ambil manfaatnya sebagai pemahaman dalam ilmu falaq.

b. Manfaat Praktis

Penulis dapat mengetahui keakuratan dan perhitungan awal waktu subuh (ketinggian matahari di bawah ufuk) yang sesuai dengan Hadits Rasulullah saw, sekaligus bisa dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam kajian Islam khususnya ilmu falaq.

E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian studi komparatif. Studi kompararatif adalah membandingkan antara teori satu dengan teori

lain yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian lain.18 Dalam hal

ini peneliti akan membandingkan dua variabel. Variabel pertama yaitu hadits yang berkaitan dengan penentuan fajar, variabel kedua yaitu ilmu astronomi yang berkaitan dengan fenomena munculnya fajar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data-data yang relevan penulis menggunakan metode sebagai berikut :

18


(4)

a. Library Research, yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data dari buku-buku dan hadits dengan cara membaca dari letaratur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Field Research, yaitu penulis mengumpulkan data secara langsung dari lapangan, penelitian yang telah ditentukan sesuai dengan judul penelitian. Kemudian metode ini dijalankan

dengan cara : Observations (pengamatan) secara langsung di

lapangan dengan mengambil gambar fenomena fajar shadiq. 3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu mengambil data melalui interview dengan yayasan al-Falakiyah surabaya, dengan melalui wawancara. Dan mengambil literatur data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis, seperti hadits, buku dan artikel atau majalah. Adapun sumber data penelitian ini adalah penulis mengambil data-data, baik berupa data primer yaitu: data yang paling pokok atau obyek dalam permasalahan ini, dan data sekunder yaitu: data pendukung dari data primer.

F. Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahfahaman para pembaca dalam penelitian ini, maka peneliti akan membatasi pokok permasalahan dalam penelitian ini. peneliti hanya membahas tentang penentuan kriteria fajar dan waktu subuh di Indonesia menurut hadits dan ilmu falaq. Jadi, peneliti tidak membahas tentang


(5)

derajat Hadits yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini secara mendalam, namun peneliti hanya membahas secara umum tentang hadits tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembatasan skripsi ini, maka penulis menyusun sisitematika skripsi yang terdiri dari empat bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN :

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA :

Berisikan kajian pustaka yang membahas tentang perbedaan fajar, kriteria fajar, akurasi dan koreksi fajar dan awal waktu subuh. Yang dikaji dari Hadits dan astronomi. Dan salah kapra terhadap fajar, sehingga berdampak pada perbedaan waktu shalat subuh di Indonesia. BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS :

Pembahasan yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut : mengkoreksi fajar dalam tinjauan hadits dan astronomi. Menentukan kriteria fajar yang akurat sehingga tidak terjadi kesinambungan dalam menentukan jadwal shalat terutama waktu subuh. Dan juga mengambil dalil yang kuat dan disepakati kesahihannya oleh para ahli hadits. Sehingga dapat memberikan solusi bagi umat islam dalam


(6)

melaksanakan shalat subuh, sehingga tidak ada keraguan dalam menentukan fajar.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN :

Dalam bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Serta saran dalam penelitian yang diperoleh, dalam kekurangan dalam mesusun tulisan dan penelitian.