UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Ilustrasi Skematik Beberapa Tipe Ketidakstabilan Emulsi Im-
Emsap  Siepmann, 2002
Flokulasi  merupakan  asosiasi  dari  partikel-partikel  dalam  emulsi  untuk membentuk  agregat  yang  lebih  besar,  yang  mana  dapat  diredispersi  dengan
pengocokan. Reversibilitas  flokulasi  ini tergantung pada kekuatan  interaksi antar droplet dan rasio volume fase Im-Emsap  Siepmann, 2002.
Creaming  terjadi  ketika  droplet-droplet  terdispersi  atau  flokul-flokul terpisah  dari  medium  pendispersi  di  bawah  pengaruh  gaya  gravitasional  Im-
Emsap  Siepmann, 2002. Creaming dapat diminimalisasi dengan memperkecil ukuran  droplet,  menyamakan  berat  jenis  dari  kedua  fase,  dan  menambah
viskositas dari fase kontinyu Martin, et al., 1993. Koalesen  terjadi  ketika  penghalang  barrier  mekanik  atau  listrik  tidak
cukup untuk mencegah pembentukan droplet yang lebih besar yang dapat memicu pemisahan  sempurna  breaking.  Koalesen  dapat  dihindari  dengan  pembentukan
lapisan  antarmuka  yang  mengandung  makromolekul  atau  partikulat-partikulat padat Im-Emsap  Siepmann, 2002.
2.4 Radikal Bebas
2.4.1  Definisi Radikal Bebas
Radikal  bebas  free  radical  adalah  suatu  senyawa  atau  molekul  yang mengandung  satu  atau  lebih  elektron  tidak  berpasangan  pada  orbital  luarnya.
Adanya  elektron  yang  tidak  berpasangan  menyebabkan  senyawa  tersebut  relatif tidak  stabil  dan  sangat  reaktif  mencari  pasangan,  dengan  cara  menyerang  dan
mengikat  elektron  molekul  yang  berada  di  sekitarnya  sehingga  disebut  juga sebagai Reactive Oxigen Species atau ROS Winarsi, 2011.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.2  Sumber Radikal Bebas
Radikal  bebas  terbentuk  selain  secara  alamiah  melalui  sistem  biologis tubuh sumber  internal,  juga  berasal dari  lingkungan sumber eksternal. Reaksi
inflamasi  maupun  pada  setiap  respirasi  di  mitokondria,  akan  menghasilkan oksidan.  Kelebihan  gizi  juga  merupakan  faktor  pemicu  internal.  Hal  ini  karena
saat  dimetabolisme,  disamping  energi  juga  akan  dihasilkan  radikal  bebas. Sedangkan  sebagai  faktor  eksternal,  antara  lain  sinar  ultra  violet  matahari  antara
pukul  10.00-15.00,  polusi  asap  rokok  dan  pabrik,  emisi  kendaraan  bermotor maupun  konsumsi  alkohol  Pinnell,  2003;  Ames,  et  al.,  1993;  Baumann,  2002;
Prahl, et al., 2008.
2.4.3  Pembentukan Radikal Bebas
Secara  umum,  tahapan  reaksi  pembentukan  radikal  bebas  mirip  dengan rancidity  oxidative  ketengikan  oksidatif,  yaitu  melalui  tiga  tahapan  reaksi
berikut Winarsi, 2011: a.
Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas. Misalnya: Fe
2+
+ H2O2 → Fe
3+
+ OH
-
+ ·OH R
1
-H + ·OH → R
1
·  + H
2
O b.
Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal. R
2
-H + R
1
· → R
2
·  + R
1
-H R
3
-H + R
2
· → R
3
·  + R
2
-H c.
Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.
R
1
· + R
1
· → R
1
- R
1
R
2
· + R
1
· → R
2
- R
1
R
2
·  + R
2
· → R
2
- R
2,
dst.
2.4.4  Bahaya Radikal Bebas Winarsi, 2011
Target  utama  radikal  bebas  adalah  protein,  asam  lemak  tak  jenuh  dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari ketiga molekul tersebut,
yang paling rentan terhadap serangan radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh. Berbagai  kemungkinan  dapat  terjadi  sebagai  akibat  kerja  radikal  bebas.
Misal,  gangguan  fungsi  sel,  kerusakan  struktur  sel,  molekul  termodifikasi  yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tidak  dapat  dikenali  oleh  sistem  imun,  dan  bahkan  mutasi.  Semua  bentuk gangguan tersebut dapat memicu munculnya berbagai penyakit.
Sadikin  2001  berpendapat  bahwa  serangan  radikal  bebas  terhadap molekul  sekelilingnya  akan  menyebabkan  terjadinya  reaksi  berantai,  yang
kemudian  menghasilkan  senyawa  radikal  baru.  Dampak  reaktivitas  senyawa radikal bebas bermacam-macam, mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit
autoimun, penyakit degeneratif, hingga kanker.
2.5 Antioksidan