Formulasi dan Uji Efektivitas Sedian Krim yang Mengandung Minyak Biji Anggur (Grapeseed Oil)

(1)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING

SEDIAAN KRIM YANG MENGANDUNG MINYAK

BIJI ANGGUR (Grapeseed oil)

SKRIPSI

OLEH:

RISKHA SYAHFITRA NST

NIM 101501131

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING

SEDIAAN KRIM YANG MENGANDUNG MINYAK

BIJI ANGGUR (Grapeseed oil)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH:

RISKHA SYAHFITRA NST

NIM 101501131

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul Formulasi dan Uji Efektivitas Sedian Krim yang Mengandung Minyak Biji

Anggur (Grapeseed Oil). Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanati Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini serta kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., selaku dosen penasehat akademik yang selalu membimbing selama masa pendidikan. Bapak dan Ibu staff pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan. Ibu kepala Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.


(5)

v

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada Ayahanda Ir. H. Abdul Haris Nst dan Ibunda Hj. Siti Khairiah Rangkuti yang tiada hentinya mendoakan, memberikan semangat, dukungan dan berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, kepada kakak Risti Syahfitri Nst dan adik Risfan Ankhari Nst yang juga selalu memberi semangat, kepada teman-teman stambuk 2010 Fakultas Farmasi, asisten di Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dorongan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 4 Juni 2015

Penulis,

Riskha Syahfitra Nst 101501131


(6)

vi

FORMULASI DAN EFEKTIVITAS ANTI-AGING SEDIAAN KRIM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI ANGGUR (Grapeseed Oil)

ABSTRAK

Latar belakang: Penuaan dini yaitu proses yang ditandai dengan menurunnya

produksi kelenjar keringat dan kelenjar lemak pada kulit yang lalu diikuti dengan kelembaban dan kekenyalan kulit menurun karena daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang, proses pigmentasi kulit semakin meningkat yang terjadi sebelum waktunya. Biji anggur adalah suatu bahan alam yang merupakan limbah tetapi masih memiliki khasiat dalam merawat kulit dan bisa mengatasi penuaan dini. Minyak biji anggur kaya akan antioksidan seperti asam linoleat, vitamin E dan OPC (oligomerik proanthosianidin).

Tujuan: Memformulasikan minyak biji anggur dalam bentuk sediaan krim

sebagai anti-aging serta uji efektivitasnya terhadap kulit tangan sukarelawan.

Metode: Dasar krim yang digunakan terdiri dari asam stearat, setil alkohol,

sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, parfum dan aquadest. Minyak biji anggur diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi 5, 10, 15, dan 20% dengan dasar krim tipe minyak dalam air. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi pemeriksaan homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, uji iritasi, dan uji efek anti-aging menggunakan alat Skin analyzer terhadap kulit punggung tangan yang kering dan berkerut. Parameter yang diukur meliputi kelembaban, kehalusan, besar pori, jumlah noda, jumlah keriput, dan kedalaman keriput. Pemulihan dilakukan selama empat minggu dengan pengolesan krim dua kali sehari.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen,

memiliki pH 5,5-6,0 dan stabil dalam penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim minyak biji anggur dengan konsentrasi 20% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yang mampu memulihkan kulit setelah 4 minggu. Semua sedian krim minyak biji anggur tidak mengiritasi kulit.

Kesimpulan: Minyak biji anggur dapat diformulasikan dalam sediaan krim

anti-aging dan penggunaan krim anti-anti-aging dari minyak biji anggur dengan konsentrasi 20% memberikan efek anti-aging setelah 4 minggu perawatan


(7)

vii

FORMULATION AND ANTI-AGING EFFECT OF CREAM PREPARATION FROM GRAPE SEED OIL

ABSTRACT

Background: Premature aging is a process that characterized by the decreasing of

sweat glands and oil glands production on the skin, which was followed by the decreasing of moisture, skin elasticity, skin ability to retain water, and the increasing of pigmentation than occurs prematurely. Grape seed is a natural substance and have an efficacy for treating skin and combat premature aging. Grape seed oil is rich with antioxidant linoleic acid,vitamin E and OPC (oligomeric proanthocianidins).

Purpose: To formulate grape seed oil in cream preparation as an anti-aging and

anti-aging test effect by volunteer hand.

Method: Basic cream used was stearic acid, cetyl alcohol, sorbitol, propylene

glycol, triethanolamine, methyl paraben, fragrance and distilled water. Grape seed oil formulated into cream dosage form with various concentrations of 5, 10, 15, and 2% on the basis of the type of oil in water cream. Tests on a cream preparation includes examining homogeneity, pH test, test type emulsion, stability test, irritation test, and test the effects of anti-aging by Skin analyzer on the back dry and wrinkled skin. Parameters measured include moisture, smoothness, large pores, number of stains, wrinkles number, and depth. The restoration was done during four weeks with twice-daily application of creams.

Results: The results of the study showed that all cream preparations were

homogeneous, it had a pH 5.5-6.0 and stable during 12 week in a storage.The preparation of grape seed oil in concentration 20% showed the best result. Which were able to restore a healty skin after 4 weeks. All preparations did not irritate the skin.

Conclusion: Grape seed oil can be formulated into anti-aging cream and the use

of anti-aging cream of grape seed oil with concentration of 20% can provide an anti-aging effect after 4 weeks.


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……….…. 4

2.1 Tanaman Anggur (Vitis vinifera) ……… . 4

2.1.1 Asal usul tanaman anggur ……… .. 4

2.1.2 Klasifikasi anggur ……… .. 4

2.1.3 Minyak biji anggur ……….. ... 5

2.2 Kulit ……… . 6


(9)

ix

2.2.2 Fungsi kulit ………... 7

2.2.3 Jenis-jenis kulit wajah ……… 8

2.3 Penuaan Dini ……… 8

2.3.1 Proses terjadinya penuaan dini ………... 9

2.3.2 Penyebab penuaan dini ………... 10

2.3.3 Tanda-tanda penuaan dini ……….. 13

2.4 Anti-aging ……….…… 15

2.4.1 Antioksidan ……… 15

2.5 Krim ……….…... 15

2.6 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging ………. 16

2.7 Skin Analyzer ……… 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Alat dan Bahan-bahan ... 20

3.1.1 Alat-alat ... 20

3.1.2 Bahan-bahan ... 20

3.2 Relawan ... 20

3.3 Formulasi ... 21

3.3.1 Formula krim ... 21

3.3.2 Formula modifikasi ... 21

3.3.3 Pembuatan sediaan krim ... 22

3.4 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim ... 23

3.4.1 Pengamatan stabilitas sediaan krim ... 23

3.4.2 Pemeriksaan homogenitas ... 23


(10)

x

3.4.4 Pengukuran pH ... 23

3.5 Uji Iritasi ... 24

3.6 Pengujian Aktivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 26

4.1.1 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 26

4.1.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan ... 27

4.1.3 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan ... 27

4.1.4 Hasil pengukuran pH sediaan ... 28

4.2 Hasil Uji Daya Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 30

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging Terhadap Sukarelawan ...………... . 30

4.3.1 Kadar air (Moisture) ... 31

4.3.2 Kehalusan (Evenness) ... 34

4.3.3 Pori (Pore) ... 35

4.3.4 Noda (Spot) ... 38

4.3.5 Keriput (Wrinkle) ... 39

4.3.6 Kedalaman keriput (Wrinkle’s Depth) ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 19 3.1 Komposisi sediaan krim ... 22 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat

sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari ……….… 26 4.2 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil

biru ... 28 4.3 Data pengukuran pH sediaan krim ... 29 4.4 Hasil uji daya iritasi terhadap sukarelawan ... 30 4.5 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit

punggung tangan sukarelawan ……… ... 32 4.6 Data hasil pengukuran kehalusan (evennes) pada kulit

punggung tangan sukarelawan ………... 34 4.7 Data hasil pengukuran pori (pore) pada kulit punggung tangan

sukarelawan ………... 36 4.8 Data hasil pengukuran spot (noda) pada kulit punggung tangan

sukarelawan ………... 38 4.9 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit punggung

tangan sukarelawan ……… 40 4.10 Data hasil pengukuran kedalaman keriput (wrinkle’s depth)


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji

anggur 5, 10, 15, dan 20% selama 4 minggu ... 33 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit

tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji

anggur 5, 10, 15, dan 20% selama 4 minggu ... .. 35 4.3 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit tangan

sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5,

10, 15, dan 20% selama 4 minggu ... 37 4.4 Grafik hasil pengukuran banyak noda (spot) pada kulit

tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji

anggur 5, 10, 15, dan 20% selama 4 minggu ... 39 4.5 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit tangan

sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5,

10, 15, dan 20% selama 4 minggu ... 41 4.6 Grafik hasil pengukuran kedalaman keriput (wrinkle’s

depth) pada kulit tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5, 10, 15, dan 20% selama 4


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan alir proses pembuatan dasar krim ... 48

Lampiran 2. Bagan alir proses pembuatan sediaan krimaAnti-aging ... 49

Lampiran 3. Gambar minyak biji anggur ... 50

Lampiran 4. Gambar alat-alat penelitian ... . 51

Lampiran 5. Gambar sediaan krim anti-aging yang disimpan selama 90 hari dalam suhu kamar ... 52

Lampiran 6. Gambar hasil uji tipe emulsi dan homogenitas sediaan krim ………. 53

Lampiran 7. Contoh hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer aramo-SG pada kulit tangan sukarelawan ... 54

Lampiran 8. Data hasil uji statistik (uji post hoc tukey HSD) ... 65


(14)

vi

FORMULASI DAN EFEKTIVITAS ANTI-AGING SEDIAAN KRIM YANG MENGANDUNG MINYAK BIJI ANGGUR (Grapeseed Oil)

ABSTRAK

Latar belakang: Penuaan dini yaitu proses yang ditandai dengan menurunnya

produksi kelenjar keringat dan kelenjar lemak pada kulit yang lalu diikuti dengan kelembaban dan kekenyalan kulit menurun karena daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang, proses pigmentasi kulit semakin meningkat yang terjadi sebelum waktunya. Biji anggur adalah suatu bahan alam yang merupakan limbah tetapi masih memiliki khasiat dalam merawat kulit dan bisa mengatasi penuaan dini. Minyak biji anggur kaya akan antioksidan seperti asam linoleat, vitamin E dan OPC (oligomerik proanthosianidin).

Tujuan: Memformulasikan minyak biji anggur dalam bentuk sediaan krim

sebagai anti-aging serta uji efektivitasnya terhadap kulit tangan sukarelawan.

Metode: Dasar krim yang digunakan terdiri dari asam stearat, setil alkohol,

sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, parfum dan aquadest. Minyak biji anggur diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi 5, 10, 15, dan 20% dengan dasar krim tipe minyak dalam air. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi pemeriksaan homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, uji iritasi, dan uji efek anti-aging menggunakan alat Skin analyzer terhadap kulit punggung tangan yang kering dan berkerut. Parameter yang diukur meliputi kelembaban, kehalusan, besar pori, jumlah noda, jumlah keriput, dan kedalaman keriput. Pemulihan dilakukan selama empat minggu dengan pengolesan krim dua kali sehari.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen,

memiliki pH 5,5-6,0 dan stabil dalam penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim minyak biji anggur dengan konsentrasi 20% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yang mampu memulihkan kulit setelah 4 minggu. Semua sedian krim minyak biji anggur tidak mengiritasi kulit.

Kesimpulan: Minyak biji anggur dapat diformulasikan dalam sediaan krim

anti-aging dan penggunaan krim anti-anti-aging dari minyak biji anggur dengan konsentrasi 20% memberikan efek anti-aging setelah 4 minggu perawatan


(15)

vii

FORMULATION AND ANTI-AGING EFFECT OF CREAM PREPARATION FROM GRAPE SEED OIL

ABSTRACT

Background: Premature aging is a process that characterized by the decreasing of

sweat glands and oil glands production on the skin, which was followed by the decreasing of moisture, skin elasticity, skin ability to retain water, and the increasing of pigmentation than occurs prematurely. Grape seed is a natural substance and have an efficacy for treating skin and combat premature aging. Grape seed oil is rich with antioxidant linoleic acid,vitamin E and OPC (oligomeric proanthocianidins).

Purpose: To formulate grape seed oil in cream preparation as an anti-aging and

anti-aging test effect by volunteer hand.

Method: Basic cream used was stearic acid, cetyl alcohol, sorbitol, propylene

glycol, triethanolamine, methyl paraben, fragrance and distilled water. Grape seed oil formulated into cream dosage form with various concentrations of 5, 10, 15, and 2% on the basis of the type of oil in water cream. Tests on a cream preparation includes examining homogeneity, pH test, test type emulsion, stability test, irritation test, and test the effects of anti-aging by Skin analyzer on the back dry and wrinkled skin. Parameters measured include moisture, smoothness, large pores, number of stains, wrinkles number, and depth. The restoration was done during four weeks with twice-daily application of creams.

Results: The results of the study showed that all cream preparations were

homogeneous, it had a pH 5.5-6.0 and stable during 12 week in a storage.The preparation of grape seed oil in concentration 20% showed the best result. Which were able to restore a healty skin after 4 weeks. All preparations did not irritate the skin.

Conclusion: Grape seed oil can be formulated into anti-aging cream and the use

of anti-aging cream of grape seed oil with concentration of 20% can provide an anti-aging effect after 4 weeks.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan dini yaitu proses yang ditandai dengan menurunnya produksi kelenjar keringat dan kelenjar lemak pada kulit, yang diikuti dengan menurunnya kelembaban dan kekenyalan kulit karena daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang, serta proses pigmentasi kulit semakin meningkat yang terjadi lebih cepat dari seharusnya. Pada wajah terlihat wrinkle atau kerut/keriput, kulit kering dan kasar, bercak

ketuaan/pigmentasi dan kekenyalan kulit menurun (Tjandrawinata, 2011).

Faktor yang menyebabkan proses penuaan ada dua yaitu fakor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah hormon yang berkurang, proses glikosilasi, sistem kekebalan yang menurun, dan genetik. Faktor eksternal yang utama adalah radikal bebas, gaya hidup tidak sehat, polusi lingkungan, dan stres (Pangkahila, 2007).

Anti-aging merupakan suatu proses yang berguna untuk mencegah atau

memperlambat efek penuaan sehingga terlihat segar, lebih cantik, dan awet muda. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni di saat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir ini banyak produk krim mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil penelitian para pakar, krim anti-aging


(17)

2

dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Minyak biji anggur (juga disebut minyak anggur) telah digunakan ribuan tahun oleh orang-orang Eropa. Saat ini, minyak biji anggur diproduksi di Italia, Prancis, dan Spanyol. Khasiatnya yang beragam membuatnya menjadi minyak yang lazim digunakan untuk menggoreng dan memanggang, minyak aromatik, minyak pijat, penyubur rambut, pelembab bibir dan tangan, cairan pencegah terbakar matahari (Orey, 2008).

Biji anggur merupakan 15% dari limbah anggur yang sekarang mulai diakui manfaatnya karena banyaknya penelitian tentang kandungannya. Biji anggur bila diekstraksi akan menghasilkan minyak. Minyak yang dihasilkan jernih, dan bau tidak menyengat sehingga baik untuk kesehatan (Suryobuwono, dkk., 2005). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minyak biji anggur merupakan sumber dari asam linoleat, vitamin E dan oligomeric proanthocianidins (OPC) (Sarvanthi, dkk., 2013). Dengan adanya kandungan zat-zat tersebut, menjelaskan bahwa minyak biji anggur stabil dalam penyimpanan. Karena resistensi yang tinggi terhadap oksidasi maka minyak biji anggur dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, minyak biji anggur cocok untuk perawatan kulit kering dan perlindungan terhadap penuaan (anti-aging) (Mironeasa, dkk., 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan minyak biji anggur dalam formulasi sediaan krim sebagai anti-aging.


(18)

3

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Apakah minyak biji anggur dapat diformulasikan sebagai sediaan krim?

2. Apakah perbedaan konsentrasi minyak biji anggur dalam sediaan krim mempengaruhi efektivitas anti-aging?

1.3Hipotesa Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah:

1. Minyak biji anggur dapat diformulasikan sebagai sediaan krim.

2. Perbedaan konsentrasi minyak biji anggur dalam sediaan krim mempengaruhi efektivitas anti-aging

1.4Tujuan Penelitian

1. Memformulasikan minyak biji anggur dalam bentuk sedian krim 2. Mengetahui apakah perbedaan konsentrasi minyak biji anggur dalam

sedian krim mempengaruhi efektivitas anti-aging

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa minyak biji anggur dapat diformulasi dalam sediaan krim sebagai anti-aging sehingga minyak biji anggur dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk-produk perawatan kulit.


(19)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Anggur (Vitis vinifera) 2.1.1 Asal usul tanaman anggur

Menurut sejarahnya, tanaman anggur diduga sudah ada sejak zaman Miosen yaitu 23 juta tahun yang lalu. Dugaan ini berdasarkan daun, potongan cabang, serta biji buahnya yang didapat di daerah Eropa dan Amerika Utara. Selain itu, ditemukan juga tumpukan fosil biji buah anggur di sebuah danau di Eropa Tengah. Dari semua penemuan inilah kemudian terlacak bahwa pada masa lalu sebagian besar tanaman anggur lebih banyak tumbuh di daratan Eropa, Amerika Utara, dan daerah dingin dekat Kutub Utara (Setiadi, 2007).

Sekitar abad ke-2 sesudah Masehi, orang mulai mengenal anggur sebagai minuman, buah meja, dan kismis. Pengenalan ini berkat jasa orang-orang Romawi kuno yang membawa varietas anggur ini yang dikenal sebagai Vitis vinifera. Varietas ini kemudian menyebar ke bagian timur Mediterania sampai Afrika Utara. (Setiadi, 2007).

2.1.2 Klasifikasi anggur

Klasifikasi anggur sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Vitales

Family : Vitaceae Genus : Vitis


(20)

5

2.1.3 Minyak biji anggur

Minyak biji anggur adalah minyak alami yang berasal dari biji anggur jenis Vitis vinifera yang banyak tumbuh di Spanyol, Italia, dan Prancis. Anggur jenis

ini biasanya digunakan untuk pembuatan wine (minuman beralkohol hasil fermentasi dari anggur segar). Minyak dengan warna kekuningan dan bau tidak menyengat ini memiliki kandungan asam linoleat (omega 6) yang tinggi yaitu 60 - 76%, asam oleat 12 - 27%, asam stearat 3 - 6%, asam palmitat 6 - 8% serta antioksidan yang kuat sehingga baik digunakan dalam formulasi kosmetik (Martinez, 2006).

Minyak biji anggur diperoleh dari ekstraksi biji anggur dengan metode cold pressed. Metode ini sederhana, tidak melibatkan pemanasan ataupun zat kimia.

Menggunakan suatu alat dengan cara memasukkan biji ke alat tersebut, kemudian ditekan sampai menghasilkan minyak dan ampas yang sudah terpisah (Martinez, 2006).

Minyak biji anggur mengandung antioksidan yang bermanfaat dalam merawat kulit. Antioksidan yang terdapat di dalamnya yaitu vitamin E dan juga oligomeric proanthocianidins (OPC). OPC ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang merusak jaringan kulit. OPC dapat memperbaiki kolagen yang telah dirusak oleh radikal bebas, sehingga mencegah terjadinya kerutan di kulit (Sarvanthi, 2013). Kandungan vitamin E dalam minyak biji anggur juga bermanfaat bagi kulit, dimana vitamin E membantu melembabkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit dan mengurangi munculnya keriput (Achroni, 2012).


(21)

6

2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan organ hidup yang melapisi seluruh permukaan tubuh manusia, berfungsi untuk melindungi dan menerima rangsangan dari lingkungan (Tyas, 2014).

2.2.1 Sruktur kulit

Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan). Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit sebelah luar. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan paling luar di permukaan kulit, stratum lusidum yang terdapat langsung di bawah lapisan korneum, stratum granulosum terdiri atas sel-sel bergranula yang lama-kelamaan akan mati, kemudian terdorong ke atas menjadi bagian lapisan tanduk, stratum spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar, dan stratum basale (stratum germinativum) merupakan lapisan yang mengandung sel-sel yang aktif membelah diri untuk membentuk sel-sel kulit baru, menggantikan sel-sel mati pada lapisan korneum pada lapisan ini terdapat pigmen melanin. Pigmen inilah yang menentukan warna kulit seseorang dan melindungi jaringan kulit dari bahaya sinar ultraviolet (Achroni, 2012).

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat (Achroni, 2012). Pada


(22)

7

lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk struktur penunjang pada kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan, dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan sitem pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak. Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona (Bentley, 2006).

Lapisan hipodermis atau jaringan subkutis, lapisan hipodermis terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah, dan serabut saraf. Fungsi dari jaringan subkutis atau lapisan hipodermis adalah untuk penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi (Achroni, 2012).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu fungsi perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar matahari, polusi, bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh, sisa metabolisme ini dikeluarkan bersama dengan keringat. Mengatur suhu tubuh, ketika suhu udara panas, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak dan akan memperlebar pembuluh darah sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh, demikian sebaliknya ketika suhu udara dingin. Dengan adanya sistem pengaturan suhu ini, suhu tubuh akan selalu dalam kondisi stabil. Kulit juga berfungsi sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit, dan beragam tekstur (Achroni, 2012).


(23)

8

2.2.3 Jenis-jenis kulit wajah

 Kulit Normal: wajah terlihat lebih lembut, cerah, sehat, kelembaban cukup, tidak kering, dan pori-pori masih tampak, tetapi tidak terlalu besar.

 Kulit Berminyak: produksi minyak berlebihan sehingga apabila diraba akan terasa berminyak, terlihat mengkilap dan pori-pori terlihat besar. Jenis kulit ini lebih sering mengalami masalah, seperti jerawat dan sering terkesan kotor.

 Kulit Kering: memproduksi sedikit minyak sehingga kulit terasa kencang dan kering, bahkan menjadi bersisik halus. Jenis kulit ini cenderung cepat berkeriput dengan garis-garis yang jelas sehingga terkesan lebih tua dibanding usianya.

 Kulit Kombinasi: merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan berminyak. Kulit wajah akan terlihat berminyak dan timbul jerawat di daerah tertentu seperti bagian dahi, hidung, dan dagu (bagian T), sedangkan bagian lain tidak berminyak (Wirakusumah, 2008).

2.3 Penuaan Dini

Memiliki kulit yang sehat, segar, cerah, kencang, halus, dan bersinar tentu menjadi dambaan semua orang. Dengan kualitas kulit yang demikian, seseorang akan tampak bugar, awet muda, dan tentu saja penampilan menjadi menawan. Hanya saja, sebagaimana seluruh organ tubuh, kulit pun pasti akan mengalami penurunan kondisi dan kualitas sejalan dengan perputaran waktu. Seiring dengan


(24)

9

pertambahan usia, kulit akan kehilangan keremajaannya dan mengalami kemunduran (Achroni, 2012).

Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh semua makhluk hidup. Penuaan dapat terjadi pada semua bagian tubuh, mulai dari pembuluh darah, organ tubuh serta kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan proses penuaan tersebut (Putro, 1997).

Proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya bisa terjadi saat umur kita memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013).

2.3.1 Proses terjadinya penuaan dini

Gejala dan tanda penuaan dini dapat terjadi di semua organ tubuh manusia, terutama pada kulit (Bogandeta, 2012). Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan ‘photo aging’. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses ‘photo aging’ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV yang berlebihan. Paparan sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini


(25)

10

selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis (Suryadi, 2012).

2.3.2 Penyebab penuaan dini

Sinar UV hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum sinar matahari, namun sangat berpengaruh untuk memicu terjadinya penuaan dini pada kulit manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan kanker kulit (Satiadarma, 1986).

Faktor yang menyebabkan terjadinya penuaan dini terbagi dua, yaitu: a. Faktor internal

Faktor internal merupakan proses alamiah yang tidak mungkin dihindari setiap manusia (Basuki, 2001). Pada umumnya disebabkan oleh gangguan dari dalam tubuh misalnya sakit yang berkepanjangan dan kurangnya asupan gizi (Putra, 2012). Ras dan faktor genetik juga memegang peranan dalam terjadinya penuaan. Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari sehingga lebih mudah mengalami gejala penuaan dibanding kulit berwarna gelap (Noormindhawati, 2013).

Faktor internal juga dipicu oleh perubahan hormonal dan tingkat stres yang dialami oleh seseorang (Putra, 2012). Pada wanita yang menopause, penurunan produksi esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan progesteron meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi sel, produksi kelenjar sebum dan pembentukan melanin. Berkurangnya hormon-hormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas (Putro, 1997). Pada saat stres, akan terjadi peningkatan hormon


(26)

11

adrenalin yang meningkatkan hormon kortisol. Hormon kortisol berfungsi untuk mengatur banyaknya gula yang diserap ke dalam tubuh dan mengikat protein serta menghentikan fungsinya. Protein ini berfungsi untuk membentuk jaringan ikat kulit dan apabila fungsinya dihentikan, maka kulit akan kehilangan kelenturan dan kehalusannya (Kelly, 2010). Faktor Internal tidak dapat dihindari tetapi dapat dikurangi efeknya. Misalnya dengan perawatan wajah yang cepat, mengurangi stres, dan asupan makanan yang baik (Basuki ,2001).

b. Faktor eksternal

Sinar matahari merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh terbesar terhadap terjadinya penuaan dini (Putra, 2012). Para ahli kulit memperkirakan sekitar 80% garis kerutan, keriput, kendur, dan kasar pada kulit disebabkan langsung oleh sinar UV (Bentley, 2006). Paparan sinar matahari yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis yang akan memecahkan kolagen kulit (Zelfis, 2012).

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya. Radikal bebas dapat timbul dari proses metabolisme dalam tubuh dan dapat juga berasal dari lingkungan, seperti pencemaran udara, bahan kimia, makanan , alkohol, rokok, radiasi UV, dan sebagainya. Radikal bebas ini bersifat reaktif dan tidak stabil sehingga untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul tersebut. Proses ini pada akhirnya akan menimbulkan radikal bebas baru terhadap molekul yang elektronnya diambil sehingga jumlahnya terus bertambah. Oleh karena itu, reaksi radikal bebas cenderung berupa reaksi berantai. Reaksi berantai ini akan terus


(27)

12

menerus berlangsung dalam tubuh dan bila tidak segera dicegah dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Hal ini akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker jantung, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Untuk mengantisipasi kerusakan akibat radikal bebas tersebut maka tubuh memerlukan suatu substansi penting, yaitu antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas (Youngson, 2005)

Kelembaban udara yang rendah, musim dingin, udara pegunungan dan arus angin akan mempercepat penguapan air pada kulit, akibatnya kelembaban kulit akan menurun dan menyebabkan kulit menjadi kering (Putra, 2012).

Beberapa gaya hidup juga memicu terbentuknya kerutan pada wajah, di antaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan kulit terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Banyaknya frekuensi kedipan mata serta kebiasaan menyipitkan mata menyebabkan otot-otot di sekitar alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga memperparah kerutan di area dahi. Nikotin dari rokok yang terserap ke dalam tubuh menyebabkan aliran darah ke kulit berkurang sehingga asupan gizi dan regenerasi kulit menjadi terhambat (Setiabudi, 2014).

Indonesia termasuk daerah tropis yang dapat menyebabkan penduduknya mudah terkena sengatan sinar matahari yang mengandung sinar UV A dan UV B yang dapat menyebabkan kerusakan kulit (Achroni, 2012). Intensitas sinar paling kuat pada pukul 10.00 hingga 15.00 (Basuki, 2001). Kedua jenis sinar tersebut dapat menembus lapisan kulit epidermis dan dermis dan memicu terjadinya penuaan dini pada kulit (Suryadi, 2012).


(28)

13

Sering diduga bahwa hanya UV B yang menjadi ancaman besar bagi kulit, namun sekarang ini telah diketahui bahwa sekitar 80% sinar UV A yang menggosongkan kulit justru mampu mecapai lapisan dermis. Pada lapisan dermis UV A dapat merusak struktur kulit dengan mengubah susunan DNA dan RNA pada inti sel serta mengubah susunan kolagen dan elastin. Sel yang dirusak tersebut menghasilkan kembali mutasi yang tidak efesien, mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah garis dan kerutan, penurunan kekencangan dan kelenturan kulit, juga turunnya kemampuan epidermis untuk menjaga kelembaban kulit (Bentley, 2006).

Sinar UV A memiliki panjang gelombang 320 – 400 nm. UV A menembus kulit lebih dalam dari UV B yakni menembus sampai dermis (lapisan kedua dari kulit) dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. UV B memiliki panjang gelombang 290 – 320 nm, sinar UV B biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (Darmawan, 2013).

2.3.3 Tanda-tanda penuaan dini

Tanda-tanda penuaan dini lebih sering terlihat pada kulit, tertama kulit wajah, yaitu berupa:

1. Flek atau bercak hitam.

Terbentuknya flek hitam atau hiperpigmentasi merupakan kondisi menggelapnya warna kulit karena terjadi penumpukan melanin yang tidak teratur dalam sel epidermis. Melanin dihasilkan oleh melanosit di lapisan bawah kulit dan sintesisnya akan ditingkatkan oleh adanya sinar matahari (Putra, 2012).


(29)

14 2. Tekstur kulit tampak kasar

Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kita mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak (Bogadenta, 2012). Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit kering dan kasar (Noormindhawati, 2013).

3. Pori-pori kulit tampak membesar

Pembesaran pori-pori juga terkait dengan penuaan dini. Seiring dengan bertambahnya usia, pori-pori tumbuh lebih besar karena penumpukan sel kulit mati di sekitar pori-pori. Pembesaran pori-pori dapat dikurangi dengan pengelupasan kulit secara teratur. Namun jika sering terkena sinar matahari secara terus-menerus, bisa membuat pori-pori membesar, karena sel-sel kulit mati menumpuk (Bogadenta, 2012).

4. Keriput

Munculnya keriput disebabkan oleh menurunnya fungsi kolagen dan elastin pada kulit, hingga kulit terlihat mengendur dan kehilangan elastisitasnya (Bogadenta, 2012). Faktor utama terjadinya keriput sebelum waktunya adalah sinar ultraviolet. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen tanda-tanda penuaan kulit pada orang dewasa adalah hasil akumulasi sinar ultraviolet pada saat masa remaja, sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai mengendur, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah perenggangan (Darmawan, 2013).


(30)

15

2.4 Anti-aging

Sesuai dengan asal katanya, anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti penuaan, apabila diartikan anti-aging adalah menahan atau melawan terjadinya penuaan. Anti-aging merupakan suatu proses untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan supaya seseorang terlihat lebih segar, cantik, dan awet muda (Kelly, 2010). Kosmetik anti-aging pada umumnya berupa bahan aktif yang mengandung antioksidan untuk melindungi kulit dari efek radikal bebas (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.1Antioksidan

Merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat meghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan dihambat (Winarsi, 2007)

2.5 Krim

Krim didefinisikan sebagai bentuk sediaan setengah padat, diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air untuk penggunaan kosmetika (Ditjen POM, 1995).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan dalam kosmetik perawatan (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(31)

16

2.6 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging adalah sebagai berikut:

a. Propilen glikol

Propilen glikol adalah salah satu bahan pembantu dalam formulasi sediaan semi padat yang berfungsi sebagai kosolven (Reynolds, 1982). Propilen glikol digunakan sebagai emulsifier untuk menstabilkan dua atau lebih campuran yang tidak bercampur. Digunakan dalam industri kosmetik dimana minyak dan air harus dicampur untuk menghasilkan krim (Chatterje dkk, 2011)

b. Trietanolamin

Trietanolamin berupa cairan kental jernih berwarna kuning pucat sampai tidak berwarna, berbau amoniak yang samar. Bahan ini banyak digunakan pada formulasi sediaan topikal terutama sebagai emulgator. Trietanolamin jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk membentuk emulsi minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk mengemulsikan asam stearat adalah 8 – 20% (Reynolds, 1982).

c. Setil alkohol

Setil alkohol berbentuk granul, butiran atau kubus yang seperti lilin. Setil alkohol banyak digunakan pada formulasi topikal sebagai emolien, emulgator lemah dan sebagai peningkat konsistensi. Sebagai bahan peningkat konsistensi setil alkohol digunakan sebesar 2 – 10% (Lieberman dkk, 1994).


(32)

17 d. Asam stearat

Asam stearat berbentuk serbuk padatan mengkilat atau kristal berwarna putih atau kekuningan. Pada formulasi topikal konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan berkisar antara 1 – 20%. Larut dalam etanol, heksan dan propilen glikol (Reynolds, 1982)

e. Nipagin

Nipagin berbentuk kristal tidak berwarna atau putih yang tidak berbau. Digunakan secara luas sebagai pengawet pada kosmetika, produk makanan dan formulasi farmasetika. Dapat digunakan secara tunggal, atau kombinasi dengan paraben lain. Kekuatan pengawet meningkat dengan penambahan propilen glikol 2 – 5 %. Penggunaan topikal nipagin berkisar antara 0,02 – 0,3%. Sukar larut dalam air, larut dalam air panas, mudah larut dalam alkohol, aseton dan propilen glikol (Reynolds, 1982)

2.7 Skin Analyzer

Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja. Terutama di Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari berlimpah. Berbagai cara penelitian dan usaha dilakukan untuk mendapatkan zat atau obat yang bisa membuat manusia tampak lebih muda. Telah ditemukan berbagai produk yang popular digunakan untuk menghambat proses penuaan dini dikenal dengan produk anti-aging. Produk anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi

menghambat proses kerusakan pada kulit, sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).


(33)

18

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada analisa konvensional diagnose dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami (Aramo, 2012).

Menurut Aramo (2012) pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(noda), wrinkle (keriput), kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Parameter Hasil

Moisture

(% kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi 0 – 29 30 – 50 51- 100 Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar 0 – 31 32 – 51 52 – 100 Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk


(34)

19

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).


(35)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini meliputi pengelompokan sukarelawan, pembuatan sediaan krim minyak biji anggur, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan), dan pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis), lumpang porselin, stamfer, cawan porselin,

alat-alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna Instrument), dan neraca analitik (Dickson).

3.1.2 Bahan - bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest, propilen glikol, trietanolamin, setil alkohol, asam stearat, sorbitol, nipagin, parfum, minyak biji anggur, metil biru, larutan dapar pH asam (pH 4,01), larutan dapar pH netral (pH 7,01).

3.2 Sukarelawan

Sukarelawan wanita sebanyak 15 orang berumur 20 - 30 tahun memiliki kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari.


(36)

21

3.3 Formulasi 3.3.1 Formula krim

Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar yang menggunakan tipe dasar krim minyak dalam air (Young, 1972):

R/ Asam stearat 12 Setil alkohol 0,5 Sorbitol 5

Propilen glikol 3 Trietanolamin 1

Gliserin 1 - 5 tetes Nipagin q.s Parfum 1 - 3 tetes Air suling ad 100

3.3.2 Formula Modifikasi

Formulasi krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena fungsinya sama dengan propilen glikol dan sorbitol, yang mana fungsi dari propilen glikol dan sorbitol adalah sebagai humektan yang lebih baik. Formulasi dasar krim sebagai berikut:

R/ Asam stearat 12 Setil alkohol 0,5 Sorbitol 5

Propilen glikol 3 Trietanolamin 1 Nipagin 0,02 Parfum 1 - 3 tetes Air suling ad 100

Konsentrasi minyak biji anggur yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 5, 10, 15, dan 20%. Formulasi dasar krim tanpa minyak biji anggur dibuat sebagai blanko. Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut (Tabel 3.1)


(37)

22

Tabel 3.1 Komposisi sediaan krim

Bahan

Konsentrasi (gram)

Krim 1 Krim 2 Krim 3 Krim 4 Krim 5 Minyak Biji anggur - 5 10 15 20

Basis Krim 100 95 90 85 80 Keterangan:

Krim 1 = blanko (dasar krim tanpa minyak biji anggur)

Krim 2 = konsentrasi minyak biji anggur 5% atau 5 g ditambah 95 g dasar krim

Krim 3 = konsentrasi minyak biji anggur 10% atau 10 g diatambah 90 g dasar krim

Krim 4 = konsentrasi minyak biji anggur 15% atau 15 g ditambah 85 g dasar krim

Krim 5 = konsentrasi minyak biji anggur 20% atau 20 g ditambah 80 g dasar krim

3.3.3 Pembuatan sediaan krim

Cara pembuatan:

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan bahan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air pada suhu 70°C (massa I). Fase air yang terdiri dari sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, nipagin dilarutkan di dalam air panas (massa II). Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas dan keringkan, masukkan massa I ke dalam lumpang dan ditambah dengan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa krim yang homogen, kemudian tambahkan minyak biji anggur dengan konsentrasi pada masing-masing formula gerus hingga homogen, ditambahkan 3 tetes pewangi lavender, gerus sampai homogen.


(38)

23

3.4 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 3.4.1 Pengamatan stabilitas sediaan

Masing-masing formula krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna dan pecahnya emulsi, selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 2 minggu (National Health Surveillance Agency, 2005).

3.4.2 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.4.3 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).

3.4.4 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).


(39)

24

3.5 Uji Iritasi

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Sediaan dioleskan di belakang telinga membentuk lingkaran, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi iritasi kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985). Eritema: tidak eritema 0, sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2, edema sedang 3, edema sangat parah 4 (Barel dkk., 2009).

3.6 Pengujian Aktivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan

Semua relawan terlebih dahulu diukur kadar air (moisture), kelembutan (evenness), ukuran pori (pore), noda (spot), kerutan (wrinkle) sebelum menggunakan krim pada kulit yang telah diberi tanda dengan alat skin analyzer. Setelah itu, para sukarelawan tersebut dibagi dalam 5 kelompok dan dioleskan krim, yaitu:

kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk formula blanko (krim tanpa minyak biji anggur)

kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk formula krim anti-aging dengan konsentrasi minyak biji anggur 5%

kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk formula krim anti-aging dengan konsentrasi minyak biji anggur 10%

kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk formula krim anti-aging dengan konsentrasi minyak biji anggur 15%

kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk formula krim anti-aging dengan minyak biji anggur 20%


(40)

25

Pemakaian krim mulai dilakukan dengan pengolesan krim hingga merata. Krim digunakan dua kali sehari, yaitu pada malam dan pagi hari setiap hari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer. Pengujian aktivitas anti-aging juga dilakukan terhadap sediaan krim sebagai pembanding yaitu dasar krim (blanko) tanpa menggunakan minyak biji anggur.


(41)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Mutu Fisik

4.1.1 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Hasil data organoleptis sediaan krim anti-aging menggunakan minyak biji anggur yang telah dibuat atau diformulasikan dengan berbagai variasi konsentrasi minyak dan tanpa minyak sebagai blanko dihasilkan sediaan krim yang homogen, berwarna putih, dan berbau lavender. Data sebagai hasil pengamatan stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai

dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari

Formula

Waktu pengamatan Selesai

dibuat 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari 90 hari X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z F1 - - - - F2 - - - - F3 - - - - F4 - - - - F5 - - - - F6 - - - - Keterangan:

F1 = blanko (tanpa minyak biji anggur) F2 = Krim 5%,

F3 = Krim 10% F4 = Krim 15% F5 = Krim 20%

X = perubahan warna Y = perubahan bau Z = pecahnya emulsi - = tidak terjadi


(42)

27

Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna, dan bau selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi. Suatu sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami flokulasi, creaming dan koalesensi (Barel, dkk., 2001).

Berdasarkan data yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna, bau dan pecahnya emulsi. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi penampilan, krim minyak biji anggur stabil dalam penyimpanan.

4.1.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Dari hasil pengamatan homogenitas krim anti-aging menggunakan minyak biji anggur, semua sediaan krim tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan krim dikatakan homogen. Hasil uji homogenitas menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas (Gambar terlampir)

4.1.3 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan

Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Lampiran 6, halaman 53. Dari hasil tipe emulsi sediaan krim pada tabel di atas untuk semua formula menunjukkan warna biru metil dapat larut dalam krim sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Tipe emulsi ini memiliki keuntungan yaitu lebih mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan adanya pencucian


(43)

28

Tabel 4.2 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru

No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan

Ya Tidak

1 F1 -

2 F2 -

3 F3 -

4 F4 -

5 F5 -

6 F6 -

Keterangan:

F1 = blanko (tanpa minyak biji anggur) F2 = Krim 5%

F3 = Krim 10% F4 = Krim 15% F5 = Krim 20%

4.1.4 Hasil pengukuran pH sediaan

Hasil penentuan pH sediaan krim minyak biji anggur dilakukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: untuk seluruh sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Nilai pH sediaan krim minyak biji anggur diperoleh antara 5,5 - 6,0, sediaan tersebut cenderung stabil. Penurunan nilai pH pada suatu sediaan bisa dipengaruhi oleh lingkungan seperti gas-gas di udara yang bersifat asam. Kenaikan nilai pH dipengaruhi oleh adanya mikroba di dalam sediaan.

Hasil penentuan pH sediaan setelah pembuatan, didapatkan bahwa pH dari formula 1: 6,0, formula 2: 5,9, formula 3: 5,9 formula 4: 5,8, formula 5: 5,8. Sedangkan pH setelah 90 hari (3 bulan) pengamatan stabilitas, didapatkan bahwa pH dari formula 1: 5,9, formula 2: 5,7, formula 3: 5,7, formula 4: 5,6, formula 5: 5,5.


(44)

29

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan krim

Sediaan Nilai pH Rata-rata Pada Hari Ke

0 7 14 21 28 90

F1 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 5,9 F2 5,9 5,9 5,9 5,8 5,7 5,7 F3 5,9 5,9 5,9 5,9 5,8 5,7 F4 5,8 5,8 5,8 5,7 5,6 5,6 F5 5,8 5,7 5,7 5,6 5,5 5,5 Keterangan:

F1 = blanko (tanpa minyak biji anggur) F2 = Krim 5%

F3 = Krim 10% F4 = Krim 15% F5 = Krim 20%

Dari data dapat dilihat bahwa semakin banyak minyak biji anggur yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH sediaan semakin menurun, dan setelah penyimpanan selama 90 hari pH sediaan juga semakin menurun dengan kata lain pH sediaan semakin asam. Ini dapat disebabkan karena banyaknya kandungan asam pada minyak seperti asam linoleat, asam stearat, asam oleat,dan asam palmitat yang menyebabkan pH dari sediaan menjadi asam. Namun pH sediaan masih sesuai dengan pH kulit yaitu antara 4,5 - 7,0, sehingga aman digunakan dan tidak menyababkan iritasi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).

4.2 Hasil Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis seperti pada belakang telinga dibiarkan selama 24 jam. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema. Dari hasil uji


(45)

30

iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk digunakan.

Tabel 4.4 Hasil uji daya iritasi terhadap sukarelawan

Reaksi iritasi Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Index iritasi primer: 0/24 = 0,00

Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel dkk, 2009). Eritema Edema

tidak eritema 0 tidak edema 0 sangat sedikit eritema 1 sangat sedikit edema 1 sedikit eritema 2 sedikit edema 2 eritema sedang 3 edema sedang 3 eritema sangat parah 4 edema sangat parah 4

4.3 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging Terhadap Sukarelawan

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), pengukuran kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), pengukuran banyaknya noda (spot), pengukuran keriput (wrinkle). Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit punggung tangan sukarelawan. Kemudian dioleskan setiap pagi dan malam hari krim anti-aging minyak biji anggur pada kulit punggung tangan. Seminggu sekali diukur perubahannya, sampai 4 kali pengukuran. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 65.


(46)

31

4.3.1 Kadar air (Moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran

yang terdapat pada Tabel 4.5 Gambar 4.1, menunjukkan kondisi kadar air kulit semua kelompok sukarelawan sebelum dilakukan pengolesan krim anti-aging adalah 27 - 30. Kulit yang dirawat dengan krim yang menggunakan minyak biji anggur 5, 10, 15 dan 20% perawatan selama empat minggu kelembaban kulit meningkat dibanding dengan kelompok sukarelawan yang dirawat dengan krim blanko. Kulit punggung tangan sukarelawan yang dirawat selama 4 minggu menggunakan minyak biji anggur konsentrasi 20% kelembabannya meningkat lebih cepat dibandingkan dengan kelompok sukarelawan yang dirawat dengan krim konsentrasi lainnya.

Berdasarkan data statistik pada Lampiran 8, halaman 65, kondisi kadar air kulit punggung tangan sukarelawan selama 4 minggu terdapat perbedaan yang signifikan. Perawatan minggu ke - 2 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara krim minyak biji anggur 20% dan blanko. Setelah minggu ke - 3 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada krim minyak biji anggur 20% dengan krim 5% dan blanko; dan krim 15% dengan blanko. Setelah minggu ke - 4 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada krim minyak biji anggur 20% dengan krim 5, 10% dan blanko. Sediaan krim yang menghasilkan efek terbesar dalam meningkatkan kadar air kulit terlihat pada krim minyak biji anggur 20% (27,33 menjadi 34,00). Hal ini menunjukkan bahwa krim minyak biji anggur 20% yang paling baik dalam meningkatkan kadar air kulit. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 65.


(47)

32

Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit puggung tangan

sukarelawan

Krim Sukarelawan

Persentase kadar air (%) Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

A 1 30 30 30 30 30

2 30 30 30 30 30

3 30 30 30 31 31

Rata-rata 30,0±0,00 30,0±0,00 30,0±0,00 30,3±0,57 30,3±0,57

B 1 27 28 30 31 32

2 27 29 30 31 32

3 28 30 31 31 31

Rata-rata 27,3±0,57 29,0±1,00 30,3±0,57 31,0±0,00 31,6±0,23

C 1 29 30 31 31 32

2 28 30 31 32 33

3 28 30 30 32 33

Rata-rata 28,3±0,57 30,0±0,00 30,6±0,57 31,6±0,57 32,6±0,57

D 1 28 31 31 32 33

2 29 30 32 33 33

3 28 31 32 32 32

Rata-rata 28,3±0,57 30,6±0,57 31,6±0,57 32,3±0,57 32,6±0,57

E 1 27 31 32 32 33

2 28 31 32 33 34

3 27 32 33 33 35

Rata-rata 27,3±0,57 31,3±0,57 32,3±0,57 32,6±0,57 34,0±1,00 Keterangan:

Dehidrasi 0 - 29; Normal 30 - 50; Hidrasi 51 - 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim formula I (Konsentrasi 5%) Krim C : Krim formula II (Konsentrasi 10%) Krim D : Krim formula III (Konsentrasi 15%) Krim E : Krim formula IV (Konsentrasi 20%)

Dapat dilihat pada tabel bahwasannya krim minyak biji anggur konsentrasi 5% sudah dapat meningkatkan kadar air pada kulit punggung tangan sukarelawan pada minggu pertama pemakaian, sedangkan pada blanko keniakan kadar air terjadi pada minggu ketiga pemakaian.


(48)

33

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit punggung

tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5, 10, 15, 20% selama 4 minggu

Berdasarkan data statistik pada Lampiran 8, halaman 65, kondisi kadar air kulit punggung tangan sukarelawan selama 4 minggu terdapat perbedaan yang signifikan. Perawatan minggu ke - 2 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara krim minyak biji anggur 20% dan blanko. Setelah minggu ke - 3 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada krim minyak biji anggur 20% dengan krim 5% dan blanko; dan krim 15% dengan blanko. Setelah minggu ke - 4 terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) terlihat pada krim minyak biji anggur 20% dengan krim 5, 10% dan blanko. Sediaan krim yang menghasilkan efek terbesar dalam meningkatkan kadar air kulit terlihat pada krim minyak biji anggur 20% (27,33 menjadi 34,00). Hal ini menunjukkan bahwa krim minyak biji anggur 20% yang paling baik dalam meningkatkan kadar air kulit. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 65.

Menurut Muliyawan dan Suriana, (2013), menggunakan krim pelembab merupakan cara termudah untuk meningkatkan dan menjaga kelembaban kulit dalam berbagai kondisi, baik kondisi panas maupun dingin.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

K ad ar A ir Waktu (Minggu)

Kadar Air (Moisture)

Blanko 5% 10% 15% 20% N o rm al D e h id ra si


(49)

34

4.3.2 Kehalusan (Evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (evenness), menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan sensor biru. Hasil pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat dalam Tabel 4.6 dan Gambar 4.2, menunjukkan kondisi khalusan kulit semua sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging adalah normal

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kehalusan (evennes) pada kulit puggung tangan

sukarelawan

Krim Sukarelawan

Tingkat kehalusan

Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

A 1 42 42 42 42 42

2 42 42 42 42 42

3 42 42 42 42 41

Rata-rata 42,0±0,00 42,0±0,00 42,0±0,00 42,0±0,00 41,7±0,57

B 1 39 39 39 38 38

2 39 39 38 37 36

3 39 39 38 36 36

Rata-rata 39,0±0,00 39,0±0,00 38,7±0,57 37,3±1,00 37,3±1,15

C 1 39 39 38 36 35

2 39 34 33 33 32

3 36 36 35 33 33

Rata-rata 38,0±2,51 36,3±2,51 35,3±2,51 34,0±1,73 33,3±1,00

D 1 38 35 34 33 31

2 39 33 32 32 31

3 36 34 33 33 31

Rata-rata 37,7±1,52 34,0±1,00 33,0±1,00 32,7±0,57 31,0±0,00

E 1 34 33 33 31 31

2 37 35 35 34 31

3 36 34 33 32 28

Rata-rata 35,7±1,52 34,0±1,00 33,7±1,15 32,3±1,52 30,0±1,73 Keterangan :

Halus 0 - 31; Normal 32 - 51; Kasar 52 - 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim formula I (Konsentrasi 5%) Krim C : Krim formula II (Konsentrasi 10%) Krim D : Krim formula III (Konsentrasi 15%) Krim E : Krim formula IV (Konsentrasi 20%)


(50)

35

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evennese) pada kulit punggung

tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5, 10, 15, 20% selama 4 minggu

Berdasarkan Grafik 4.2 di atas dapat dilihat bahwa semua kelompok sukarelawan pada kondisi kulit punggung tangan awal rata-rata adalah normal yaitu 42,00 ± 0,00 sampai 35,7 ± 1,52. Setelah empat minggu, data diuji secara

statistik terdapat perbedaan yang signifikan (α ≤ 0,05) pada minggu ke - 2 hingga ke - 4. Dari data statistik yang diperoleh, pada sediaan krim minyak biji anggur 10%, 15% dan 20% mulai mengurangi kekasaran pada kulit tangan pada minggu ke - 2. Namun, pada minggu ke - 4 pada sediaan minyak biji anggur 15% dan 20% memberikan efek pada kehalusan kulit tangan yaitu dalam rentang nilai 0 - 31 yang menyatakan halus (Aramo, 2012).

4.3.3 Pori (Pore)

Analisa besar pori menggunakan perangkat skin analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yakni lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012). Hasil pengukuran ukuran pori kulit punggung tangan sukarelawan yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.3

0 10 20 30 40 50

0 1 2 3 4

K eha lus a n Waktu (Minggu)

Kehalusan (Evenness)

Blanko 5% 10% 15% 20% N o rm al H a lu s


(51)

36

Tabel 4.7 Data hasil pengukuran pori (pore) pada kulit puggung tangan

sukarelawan

Krim Sukarelawan Ukuran pori

Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

A 1 20 20 20 20 20

2 20 20 20 20 20

3 20 16 16 16 16

Rata-rata 20,0±0,00 18,7±0,57 18,7±0,57 18,7±0,57 18,7±0,57

B 1 27 27 25 22 20

2 27 27 24 22 20

3 27 24 20 20 16

Rata-rata 27,0±0,00 26,0±0,57 23,0±1,15 21,3±0,57 18,7±0,57

C 1 27 25 20 16 16

2 25 24 22 20 16

3 31 27 24 22 16

Rata-rata 27,7±3,05 25,3±1,52 22,0±2,00 19,3±3,05 16,0±0,00

D 1 33 29 24 20 16

2 25 20 20 18 14

3 27 24 20 16 16

Rata-rata 28,3±4,16 24,3±4,51 22,6±0,57 18,0±3,05 15,3±0,57

E 1 31 24 20 16 12

2 24 20 16 14 12

3 31 31 20 16 12

Rata-rata 28,7±0,57 24,7±4,16 18,7±0,57 15,3±0,57 12,0±0,00 .

Keterangan :

Kecil 0 - 19; Beberapa besar 20 - 39; Sangat besar 40 - 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim formula I (Konsentrasi 5%) Krim C : Krim formula II (Konsentrasi 10%) Krim D : Krim formula III (Konsentrasi 15%) Krim E : Krim formula IV (Konsentrasi 20%)

Dapat dilihat pada tabel bahwasannya krim minyak biji anggur konsentrasi 5% sudah dapat mengecilkan ukuran pori-pori pada kulit punggung tangan sukarelawan pada minggu pertama pemakaian. Pada krim minyak biji anggur konsentrasi 20% ukuran pori-pori mengecil lebih cepat dibandingkan dengan krim konsentrasi lain.


(52)

37

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit punggung tangan

sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5, 10, 15, 20% selama 4 minggu

Dari data statistik pada Lampiran 8, halaman 71, parameter ukuran pori kulit dengan nilai p < 0,05 berbeda signifikan. Dari grafik di atas dapat dilihat pada krim anti-aging 5% sudah dapat mengurangi besarnya pori-pori kulit pada minggu kedua. Penggunanaan krim minyak biji anggur konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan blanko pada pengukuran minggu pertama terdapat perbedaan signifikan (p ≤ 0,05). Setelah perawatan di minggu ke - 4, terdapat perbedaan yang signifikan juga antara krim minyak biji anggur konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan blanko.

Besarnya pori dapat disebabkan oleh sinar matahari dan sel kulit mati. Pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari yang terlalu terik, peningkatan suhu menyebabkan pembukaan pori-pori pada kulit. Namun, pada krim anti-aging minyak biji anggur dapat dilihat pada Gambar 4.3 di atas bahwa krim anti-aging yang dibuat dapat melembabkan dan menutupi pori-pori kulit punggung tangan sehingga menghasilkan kehalusan dan keelastisitas kulit yang

0 5 10 15 20 25 30 35

0 1 2 3 4

B es a r P o ri

Waktu (Minggu )

Pori (Pore)

Blanko 5% 10% 15% 20% b e b e ra p a K e ci l


(53)

38

sehat. Menurut Sulastomo (2013), salah satu parameter untuk menentukan kulit wajah yang sehat adalah mempunyai pori-pori yang kecil.

4.3.4 Banyaknya noda (Spot)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 60 x (polarizing lens) sensor jingga. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.4

Tabel 4.8 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit puggung tangan

sukarelawan

Krim Sukarelawan

Total noda

Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

A 1 39 39 39 39 39

2 39 39 39 39 38

3 38 38 38 38 38

Rata-rata 38,7±1,00 38,7±1,00 38,7±1,00 38,7±1,00 38,3±0,57

B 1 36 36 36 35 33

2 37 36 35 34 33

3 35 34 34 34 33

Rata-rata 36,0±1,00 35,3±0,57 35,0±1,52 34,3±0,00 33,0±0,00

C 1 37 35 32 29 27

2 33 32 29 27 27

3 33 31 29 27 26

Rata-rata 34,3±2,31 32,7±3,05 30,0±0,57 28,3±0,57 26,7±0,57

D 1 33 31 28 26 24

2 32 29 27 25 24

3 31 29 26 25 23

Rata-rata 32,0±1,00 29,7±1,15 27,0±1,00 25,3±0,57 23,7±0,57

E 1 32 29 26 23 21

2 31 28 25 22 20

3 31 28 24 22 20

Rata-rata 31,3±0,57 28,3±0,57 25,0±1,00 22,3±0,57 20,6±0,57 Keterangan :

Sedikit 0 - 19; Beberapa noda 20 - 39; Banyak noda 40 - 100 (Aramo, 2012) Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim formula I (Konsentrasi 5%) Krim C : Krim formula II (Konsentrasi 10%) Krim D : Krim formula III (Konsentrasi 15%) Krim E : Krim formula IV (Konsentrasi 20%)


(54)

39

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran banyak noda (spot) pada kulit punggung

tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5, 10, 15, 20% selama 4 minggu

Dari data statistik parameter banyaknya noda pada kulit punggung tangan sukarelawan dengan nilai p < 0,05 pada kondisi kulit selama 4 minggu menunjukkan adanya perbedaan. Dari grafik di atas pada krim anti-aging minyak biji anggur dengan konsentrasi 5% sudah dapat mengurangi noda kulit pada minggu pertama. Krim yang memberikan efek terbesar dalam mengurangi noda kulit adalah krim minyak bii anggur 20% dari 31,3 menjadi 20,6 walaupun masih dalam rentang yang sama yaitu beberapa noda. Menurut Fitzpatrick, dkk., (1983), semakin banyak sinar matahari yang terkena kulit menyebabkan semakin aktif pembentukan melanin dan menimbulkan pembentukan bintik-bintik noda berwarna coklat pada kulit.

4.3.5 Keriput (Wrinkle)

Uji kerutan kulit wajah sukarelawan dilakukan dengan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10 x sensor biru. Hasil pengukuran dapat dilihat pada

Tabel 4.9 dan Gambar 4.5

0 10 20 30 40 50

0 1 2 3 4

B an yak N od a Waktu (Minggu)

Noda (Spot)

Blanko 5% 10% 15% 20% b an y ak se d ik it


(55)

40

Tabel 4.9 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit puggung tangan

sukarelawan

Krim Sukarelawan

Total keriput

Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

A 1 29 29 29 29 29

2 28 28 28 28 28

3 29 28 28 28 28

Rata-rata 28,7±0,57 28,3±0,57 28,3±0,57 28,3±0,57 28,3±0,57

B 1 28 28 28 27 26

2 27 27 26 26 26

3 25 24 24 23 23

Rata-rata 26,7±1,52 26,3±2,08 26,0±2,00 25,3±2,08 25,0±1,73

C 1 28 27 26 25 24

2 26 24 24 23 23

3 27 26 25 24 24

Rata-rata 27,0±1,00 25,7±1,52 25,0±1,00 24,0±1,00 23,7±0,57

D 1 26 24 23 23 22

2 28 27 26 23 23

3 25 24 23 23 22

Rata-rata 26,3±1,53 25,0±1,33 24,0±1,72 23,0±0,00 22,3±0,57

E 1 27 26 24 22 21

2 25 23 22 21 19

3 27 24 21 21 20

Rata-rata 26,3±1,15 24,3±1,52 22,3±1,52 21,3±0,57 20,0±1,00 Keterangan :

Tidak berkeriput 0 - 19; Berkeriput 20 - 52; Berkeriput parah 53 - 100 (Aramo, 2012)

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim formula I (Konsentrasi 5%) Krim C : Krim formula II (Konsentrasi 10%) Krim D : Krim formula III (Konsentrasi 15%) Krim E : Krim formula IV (Konsentrasi 20%)

Dapat dilihat pada tabel bahwasannya krim minyak biji anggur konsentrasi 5% sudah dapat mengurangi keriput pada kulit punggung sukarelawan pada minggu pertama pemakaian. Pada krim minyak biji anggur konsentrasi 20% keriput berkurang lebih cepat dibandingkan dengan krim konsentrasi lain.


(56)

41

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran banyak keriput (wrinkle) pada kulit

punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5, 10, 15, 20 % selama 4 minggu

Berdasarkan Grafik 4.5 di atas dapat dilihat bahwa semua kelompok sukarelawan pada kondisi kulit tangan awal rata-rata yaitu 26,7 ± 0,58 sampai 28 ± 1,00 dinyatakan memiliki kulit yang berkeriput. Setelah data diuji statistik maka terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) pada minggu 2 hingga minggu 4. Data statistik yang diperoleh, pada sediaan krim yang mempunyai efek paling cepat dalam mengurangi keriput adalah sediaan krim minyak biji anggur 15% dan 20%, namun berkurangnya keriput masih dalam rentang kulit berkeriput, yaitu 20-52 (Aramo, 2012). Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 77.

Keriput, kulit kendur, bintik-bintik pigmen dan tanda penuaan lainnya yang dihasilkan dari akumulasi kerusakan kulit, menandakan mekanisme pertahanan dan pemulihan dari kerusakan kulit (Pickart and Margolonia, 2012).

4.3.6 Kedalaman keriput (Wrinkle’s Depth)

Hasil pengukuran kedalaman keriput semua kelompok sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.6

0 5 10 15 20 25 30 35

0 1 2 3 4

K er iput Waktu (Minggu)

Keriput (Wrinkle)

Blanko 5% 10% 15% 20% B e rk e ri p u t T id a k b e rk e ri p u t


(57)

42

Tabel 4.10 Data hasil pengukuran kedalaman keriput (wrinkle’s depth) pada kulit

punggung tangan sukarelawan

Krim Sukarelawan Kedalaman keriput Sebelum Pemulihan (minggu)

I II III IV

A 1 30 30 30 30 30

2 36 36 34 34 34

3 36 36 36 36 36

Rata-rata 34,0±0,57 34,0±0,57 33,3±3,05 33,3±3,05 33,3±3,05

B 1 36 34 33 31 30

2 36 36 34 34 32

3 37 37 36 36 32

Rata-rata 36,3±0,57 35,7±1,52 34,3±1,52 33,7±2,51 31,3±1,15

C 1 36 36 34 33 29

2 39 37 36 32 30

3 36 34 34 29 27

Rata-rata 37,0±1,73 35,7±1,52 34,7±1,15 31,3±2,08 28,7±1,52

D 1 34 33 33 30 29

2 33 31 29 29 28

3 37 36 32 30 29

Rata-rata 34,7±2,08 33,3±2,51 31,3±2,08 29,7±0,57 28,7±0,57

E 1 31 29 27 21 20

2 34 30 29 25 20

3 31 29 25 20 20

Rata-rata 32,0±1,73 29,3±0,57 27,0±2,00 22,0±2,64 20,0±0,00 Keterangan :

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim formula I (Konsentrasi 5%) Krim C : Krim formula II (Konsentrasi 10%) Krim D : Krim formula III (Konsentrasi 15%) Krim E : Krim formula IV (Konsentrasi 20%)

Dapat dilihat pada tabel bahwasannya krim minyak biji anggur konsentrasi 5% sudah dapat mengurangi kedalaman keriput pada kulit punggung sukarelawan pada minggu pertama pemakaian. Pada krim minyak biji anggur konsentrasi 20% kedalaman keriput berkurang lebih cepat dibandingkan dengan krim konsentrasi lain.


(58)

43

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran kedalaman keriput (wrinkle’s depth) pada

kulit punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak biji anggur 5, 10, 15, 20% selama 4 minggu

Berdasarkan Grafik 4.6 di atas dapat dilihat bahwa masing-masing keriput memiliki kedalaman yang berbeda. Pengukuran kedalaman keriput ini merupakan lanjutan dari pengukuran ada atau tidak adanya keriput, dimana jika hasil pengukuran keriput menunjukkan adanya keriput maka dapat diteruskan dengan mengukur berapa kedalaman keriput tersebut. Setelah empat minggu, data kemudian diuji secara statistik dan terdapat perbedaan (p ≤ 0,05) pada minggu 1 hingga minggu 4. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim minyak biji anggur mempunyai efek mengurangi kedalaman keriput. Hasil statistik dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 80.

Pengujian Post Hoc Tukey HSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar antara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari minggu ke - 1 sampai minggu ke - 4. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 80.

0 10 20 30 40

0 1 2 3 4

K eda la m a n K er iput Waktu (Minggu)

Kedalaman Keriput (Wrinkle's Depth)

Blanko 5% 10% 15% 20%


(59)

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Minyak biji anggur (Grapeseed oil) dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, memiliki pH 5,5 - 6,0, tidak menimbulkan iritasi dan stabil di dalam penyimpanan selama 90 hari dalam suhu kamar.

b. Minyak biji anggur (Grapeseed oil) yang diformulasikan ke dalam sediaan krim mampu menunjukkan efektivitasnya sebagai anti-aging dengan kadar air kulit yang meningkat, kulit semakin halus, pori kulit semakin kecil, noda semakin berkurang, keriput dan kedalaman keriput juga berkurang. Efektivitas paling baik sebagai anti-aging adalah krim minyak biji anggur konsentrasi 20% yang mampu meningkatkan kadar air dari 27,33 menjadi 34,33; mengurangi kekasaran kulit dari 35,67 menjadi 30,00; mengecilkan pori-pori dari 28,67 menjadi 12,00; mengurangi noda dari 31,33 menjadi 20,67; mengurangi keriput dari 26,33 menjadi 20,00; dan mengurangi kedalaman keriput dari 32,00 menjadi 20,00.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan minyak biji anggur (Grapeseed oil) dalam bentuk sediaan kosmetika lain, seperti hair tonic, sun block, pelembab bibir dan lain-lain.


(60)

45

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada di Sini. Jogjakarta: Javalitera. Halaman 13 - 17, 89, 95 - 96, 143 - 144, 171.

Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1 - 10.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetics Science and Technology. New York: Marcel Dekker, Inc. halaman 115

Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi Ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman. 473, 514, 774 - 775.

Basuki, K. (2001). Tampil Cantik dengan Perawatan Diri Sendiri. Jakarta: Gramedia Pustaka Mandiri. Halaman 16

Bentley, V. (2006). Siasat Jitu Awet Muda. Jakarta: Erlangga. Halaman 14

Bogandenta, A. (2012). Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan Herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Halaman 15, 17, 19, 25 - 27, 43.

Chatterjee, K., Hall, K., dan Tell, S. (2011). Glycerol to Propylene Glycol. Philadelpia: Pen Libraries. Halaman 6

Darmawan, A.B. (2013). Anti-aging. Yogyakarta: Media Pressindo. Halaman 38-39, 41, 42.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 6.

Ditjen POM . (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29.

Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 60.

Fitzpatrick, T.B., Eisen, A.Z., Wolff, K., Freedberg, I.M., dan Austen, K.F. (1983). Dermatology in General Medicine. Chicago: Mc Graw-Hill Inc. Halaman 8 - 9

Kelly, T. (2010). 50 Rahasia Alami Awet Muda. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Halaman 12.

Latifah, F., dan Tranggono, R.I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Halaman 7, 21.


(61)

46

Lieberman, A.H., Lachman L., dan Kanig, J.L. (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Edisi kedua. Jakarta: UI Press. Halaman 110, 1102-1105, 1092, 1292.

Martinez,B. (2006). Grape Seed Oil. Spanyol: Textron. Halaman 1, 2

Mironeasa, S., Anna, L., dan Gabriela, C. (2010). Grape Seed: Physic-Chemical, Structural Characteristic and Oil Content. Journal of Agroalimentary Processes and Technologies. 16(1): 1

Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Halaman 312.

National Health Surveillance Agency. (2005). Cosmetic Products Stability. Guide Brazil: ANVISA. Halaman 19.

Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: Kompas Gramedia. Halaman 2, 5, 74 - 77, 89.

Orey, C. (2008) . Khasiat Minyak Zaitun Resep Umur Panjang Ala Mediterania. Jakarta: PT Mizan Publika. Halaman 98 - 99.

Pangkahila, W. (2007). Anti-Aging Medicine: Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Halaman 8, 9

Pickart dan Margolonia. (2012). Anti-Aging Activity of The GHK Peptide The Skin and Beyond Journal Of Aging Research & Clinical Practice. 1(1): 13 Putra, S.R. (2012). Optimalkan Kesehatan Wajah dan Kulit dengan Bengkoang.

Jogjakarta: Diva Press. Halaman 7 - 17.

Putro, D.S. (1997). Agar Awet Muda. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Halaman 21 - 22

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutical. Edisi Delapan Belas.London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.

Reynolds, J.E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty-eighth Edition. London: The Pharmaceutical Press. Halaman 45, 788.

Sarvanthi, N., Unissa, R., Sudhakar, M., dan Prashant, Y. (2013). Grape Seed Extract – A Therapeutic Review. Journal of Pharmacology. 3(2): 325 Satiadarma, H. (1986). Kesehatan Kulit dan Kosmetika. Yogyakarta: Andy Offset.

Halaman 60.

Setiabudi, H. (2014). Rahasia Kecantikan Kulit Alami. Jogjakarta: Media Pressindo. Halaman 82 - 90.


(1)

79

MingguIII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

TukeyHSDa Formula E 3 21.33

Formula D 3 23.00 23.00

Formula C 3 24.00 24.00

Formula B 3 25.33

Formula A 3 28.33

Sig. .081 .142 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

MingguIV

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

TukeyHSDa Formula E 3 20.00

Formula D 3 22.33 22.33

Formula C 3 23.67

Formula B 3 25.00

Formula A 3 28.33

Sig. .098 .052 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(2)

80

Kedalaman Keriput (Wrinkle’s Depth)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Sebelum Between Groups 48.933 4 12.233 1.154 .387

Within Groups 106.000 10 10.600

Total 154.933 14

MingguI Between Groups 95.333 4 23.833 2.518 .108

Within Groups 94.667 10 9.467

Total 190.000 14

MingguII Between Groups 119.067 4 29.767 6.977 .006

Within Groups 42.667 10 4.267

Total 161.733 14

MingguIII Between Groups 271.333 4 67.833 12.409 .001

Within Groups 54.667 10 5.467

Total 326.000 14

MingguIV Between Groups 292.267 4 73.067 17.125 .000

Within Groups 42.667 10 4.267


(3)

81

Sebelum

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05 1

Tukey HSDa Formula E 3 32.00

Formula D 3 34.67

Formula C 3 37.00

Formula B 3 36.33

Formula A 3 34.00

Sig. .095

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

MingguI

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05 1

TukeyHSDa Formula E 3 29.33

Formula D 3 33.33

Formula C 3 35.67

Formula B 3 35.67

Formula A 3 34.00

Sig. .133

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(4)

82

MingguII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

TukeyHSDa Formula E 3 27.00

Formula D 3 31.33 31.33

Formula C 3 34.67

Formula B 3 34.33

Formula A 3 33.33

Sig. .150 .342

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

MingguIII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

TukeyHSDa Formula E 3 22.00

Formula D 3 29.67

Formula C 3 31.33

Formula B 3 33.67

Formula A 3 33.33

Sig. 1.000 .293

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(5)

83

Minggu IV

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

TukeyHSDa Formula E 3 20.00

Formula D 3 28.67

Formula C 3 28.67

Formula B 3 31.33

Formula A 3 33.33

Sig. 1.000 .200

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


(6)