GAYA PENYELESAIAN KONFLIK DALAM PERKAWINAN (Study Pada Peserta Program Pembinaan Keluarga Sakinah di Kabupaten Pamekasan-Madura)

GAYA PENYELESAIAN KONFLIK DALAM PERKAWINAN(Study Pada
Peserta Program Pembinaan Keluarga Sakinahdi KabupatenPamekasanMadura)
Oleh: LAILY RAHMAWATI ( 01810008 )
Psychology
Dibuat: 2007-04-17 , dengan 3 file(s).

Keywords: GAYA PENYELESAIAN KONFLIK, PERKAWINAN

Perkawinan adalh ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri, yang
berarti juga proses menyatukan 2 orang yang berbeda di dalam suatu kehidupan rumah tangga.
Oleh karena itu, di dalam suatu ikatan perkawinan dikenal dengan istilah “no marriage without
problem” Namun konflik pasti akan bias dipecahkan dan diselesaikan dengan kemauan dan
usaha yang dilandasi integritas dalam iman. Suami-istri yang jujur, berbudi halus, tawakkal, yang
menaati peraturan-peraturan Allah, dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, akan lebih mampu
membina hubungan yang rukun, serasi, dan mesra. Departemen Agama RI. Telah melakukan
upaya meningkatkan kualitas pengamalan agama baik sebagai pribadi, keluarga, maupun
masyarakat dalam mewujudkan masyarakat bermoral tinggi, penuh keimanan, ketaqwaaan, dan
akhlakul karimah, dengan menyelenggarakan Program Pembinaan Keluarga sakinah. Karena itu
muncul permasalahan bagaimana gaya penyelesaian konflik dalam perkawinan pada peserta
program pembinaan keluarga sakinah di kabupaten Pamekasan-Madura.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya penyelesaian konflik dalam perkawinan

pada peserta Program Pembinaan Keluarga Sakinah di Kabupaten Pamekasan Madura. Penelitian
ini menggunakan bentuk deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan
sample 50 orang subyek penelitian. Teknik pengumpilan data yang digunakan adalah angket.
Analisa data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
Adapun hasil penelitian dan analisa data diketahui bahwa gaya penyelesaian konflik yang
digunakan oleh peserta program pembinaan keluarga sakinah di kabupaten Pamkasan Madura,
yaitu : (1) Integrating sebesar 48% dengan 24 orang subyek, (2) Comprimising sebesar 36%
dengan 18 orang subyek (3) smoothing sebesar 8% dengan 4 orang subyek, (4) Avoiding sebesar
6 % dengan 3 orang subyek dan (5) Dominating sebesar 2 % dengan 1 orang subyek.

Abstract
Marriage adalh inner and outer bond between a man and woman as husband and wife, which means
also the process of uniting two different people in a domestic life. Therefore, in a marriage bond is
known as "no marriage without problems" but the conflict would be resolved and settled with the bias
will and effort which is based on the integrity of the faith. Husband and wife are honest, refined,
resignation, who obeys the rules of God, and away from what is forbidden him, will be better able to
foster a harmonious relationship, harmonious, and intimate. Ministry of Religious Affairs. Has made
efforts to improve the quality of religious practice as both a personal, family, and community in realizing
the high moral community, and faith, ketaqwaaan, and akhlakul karimah, by organizing the Family


Development Program sakinah. Hence the problem of how styles of conflict resolution in marriage in
family education program participants in the district sakinah Pamekasan-Madura.
The purpose of this study was to determine the style of conflict resolution in marriage at the Family
Development Program participants Sakinah Pamekasan Madura District. This study used a descriptive
quantitative research methods using a sample of 50 people were subjects of research. Mechanical
leverage is questionnaire data. Analyze data using quantitative descriptive analysis.
The results of research and data analysis known that the style of conflict resolution used by the
participant family formation programs in the district sakinah Pamkasan Madura, namely: (1) Integrating
by 48% with 24 people subjects, (2) Comprimising by 36% with 18 people subject ( 3) smoothing of 8%
to 4 people subjects, (4) Avoiding the 6% to 3 people the subject and (5) Dominating 2% by 1 person
subject.