REPRESENTASI GAYA HIDUP FASHION REMAJA DALAM FILM (Analisis Semiotika pada Film 30 Hari Mencari Cinta)
REPRESENTASI GAYA HIDUP FASHION REMAJA DALAMFILM (Analisis
Semiotika pada Film 30 Hari Mencari Cinta)
Oleh: Adinda Chitra Rimadhani ( 02220130 )
Communication Science
Dibuat: 20070724 , dengan 4 file(s).
Keywords: gaya hidup, fashion, remaja, film, analisis semiotik
Film merupakan sebuah media yang kaya akan berjuta makna baik berupa latents contents
maupun manifest contents. Pada sebuah karya audio visual berupa film banyak terdapat tanda
tanda yang dapat dibongkar untuk mengetahui makna yang terdapat dalam tanda tersebut. Dalam
sebuah film dapat tersebar berbagai macam makna budaya. Sedikit banyak geliat perfilman
terutama di Indonesia cenderung diisi oleh ceritacerita yang menampilkan kisahkisah
bertemakan kehidupan remaja. Salah satu film yang bergenre remaja yaitu film dengan judul 30
Hari Mencari Cinta. Sebuah film yang mengedepankan kehidupan remaja yang terobsesi dengan
cinta. Film karya sutradara Upi Avianto menjadi salah satu film bertemakan komedi remaja yang
mengusung nilainilai kebudayaan kalangan ekonomi menengah atas. Bingkai kehidupan remaja
dengan segala atributnya dianggap menjadi sebagai sesuatu yang menarik untuk diangkat dan
ditayangkan dalam film dan digemari oleh masyarakat luas utamanya remaja itu sendiri.
Melalui penelitian ini, peneliti mencoba membongkar dan memahami makna yang tampak
maupun yang tidak tampak dari tandatanda gaya hidup fashion remaja yang direpresentasikan
melalui film 30 Hari Mencari Cinta agar diperoleh pemahaman tentang makna dari tandatanda
tersebut. Gaya hidup fashion remaja merupakan hal yang menarik untuk diteliti, agar dapat
diperoleh makna yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini
peneliti berusaha mencari dan menafsirkan makna dari tandatanda gaya hidup fashion di dalam
film 30 Hari Mencari Cinta ditinjau dari beberapa kajian antara lain budaya massa, budaya pop,
serta kaitannya dengan industri, baik dari segi masyarakat industri maupun dari segi industri
media massa dan industri budaya
Metodologi penelitian yang diterapkan pada penelitian ini jika dilihat dari perspektif
penelitiannya, maka peneliti menggunakan pendekatan interpretatif yaitu, studi tentang
pendekatan subjektif yang biasa disebut dengan penelitian kualitatif. Dengan pendekatan
semacam ini, peneliti diberi peluang yang besar untuk mengkaji makna tandatanda yang
terkandung di dalam penelitian tersebut agar mendapatkan pemahaman tentang makna tanda
tanda melalui metode analisis semiotik. Dalam penelitian ini peneliti diberi peluang yang besar
untuk mengkaji, membongkar makna tandatanda yang terkandung di dalam penelitian tersebut
agar mendapatkan pemahaman. Tekhnik analisa data menggunakan pendekatan metode semiotik
yang utama adalah metode semiotik Roland Barthes yang mengungkapkan tentang makna tanda
tanda fashion dalam hakikat fenomena kebudayaan, dengan tingkattingkat pemaknaan melalui
tahapan makna denotasi dan konotasi serta mitos dan ideologinya.
Hasil temuan dari penelitian ini terdiri dari empat hal yang dipahami oleh peneliti yaitu, dari segi
fashion dan kepribadian remaja, kemewahan, modernitas gaya hidup dan ideologi. Dari segi
kepribadian, bahwa gaya hidup fashion menunjukkan citra dalam berpenampilan agar dapat
dinilai atau dipahami orang lain melalui tandatanda nonverbal. Dari segi kemewahan gaya
hidup fashion cenderung mengutamakan unsur kemewahan sebagai bagian penunjang dari
fasilitas kehidupan remaja dan jika dipahami lebih dalam, kemewahan dalam hal fashion pada
film ini digunakan sebagai media dalam stratifikasi sosial tingkat atas sehingga terjadi
pergeseran tata nilai yang tidak sesuai dengan kehidupan remaja yang seharusnya yang
dgambarkan dalam film ini cenderung remaja yang menganut kehidupan glamour. Dari segi
modernitas dapat dipahami bahwa tandatanda gaya hidup modern tampak pada apa yang
dikenakan dan beberapa aktivitas yang dilakukan remaja ternyata sedikit banyak adalah hasil dari
pemberontakan atas budaya penampilan di masa lalu. Sedangkan dari segi ideologi penggunaan
fashion cukup mempengaruhi gaya penampilan remaja bahkan sudah menjadi sebuah identitas
atau ciri khas baru bagi remaja ideologi gaya hidup fashion remaja dalam film ini yang
dilekatkan pada pemeran antagonis dengan gaya fashion yang glamour dan selalu mengikuti tren
terbaru, memperlihatkan keberpihakan atas pembenaran untuk melihat kualitas remaja sebatas
penampilan luarnya saja bukan dari kualitas diri yang dimiliki remaja tersebut.
Semiotika pada Film 30 Hari Mencari Cinta)
Oleh: Adinda Chitra Rimadhani ( 02220130 )
Communication Science
Dibuat: 20070724 , dengan 4 file(s).
Keywords: gaya hidup, fashion, remaja, film, analisis semiotik
Film merupakan sebuah media yang kaya akan berjuta makna baik berupa latents contents
maupun manifest contents. Pada sebuah karya audio visual berupa film banyak terdapat tanda
tanda yang dapat dibongkar untuk mengetahui makna yang terdapat dalam tanda tersebut. Dalam
sebuah film dapat tersebar berbagai macam makna budaya. Sedikit banyak geliat perfilman
terutama di Indonesia cenderung diisi oleh ceritacerita yang menampilkan kisahkisah
bertemakan kehidupan remaja. Salah satu film yang bergenre remaja yaitu film dengan judul 30
Hari Mencari Cinta. Sebuah film yang mengedepankan kehidupan remaja yang terobsesi dengan
cinta. Film karya sutradara Upi Avianto menjadi salah satu film bertemakan komedi remaja yang
mengusung nilainilai kebudayaan kalangan ekonomi menengah atas. Bingkai kehidupan remaja
dengan segala atributnya dianggap menjadi sebagai sesuatu yang menarik untuk diangkat dan
ditayangkan dalam film dan digemari oleh masyarakat luas utamanya remaja itu sendiri.
Melalui penelitian ini, peneliti mencoba membongkar dan memahami makna yang tampak
maupun yang tidak tampak dari tandatanda gaya hidup fashion remaja yang direpresentasikan
melalui film 30 Hari Mencari Cinta agar diperoleh pemahaman tentang makna dari tandatanda
tersebut. Gaya hidup fashion remaja merupakan hal yang menarik untuk diteliti, agar dapat
diperoleh makna yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, dalam hal ini
peneliti berusaha mencari dan menafsirkan makna dari tandatanda gaya hidup fashion di dalam
film 30 Hari Mencari Cinta ditinjau dari beberapa kajian antara lain budaya massa, budaya pop,
serta kaitannya dengan industri, baik dari segi masyarakat industri maupun dari segi industri
media massa dan industri budaya
Metodologi penelitian yang diterapkan pada penelitian ini jika dilihat dari perspektif
penelitiannya, maka peneliti menggunakan pendekatan interpretatif yaitu, studi tentang
pendekatan subjektif yang biasa disebut dengan penelitian kualitatif. Dengan pendekatan
semacam ini, peneliti diberi peluang yang besar untuk mengkaji makna tandatanda yang
terkandung di dalam penelitian tersebut agar mendapatkan pemahaman tentang makna tanda
tanda melalui metode analisis semiotik. Dalam penelitian ini peneliti diberi peluang yang besar
untuk mengkaji, membongkar makna tandatanda yang terkandung di dalam penelitian tersebut
agar mendapatkan pemahaman. Tekhnik analisa data menggunakan pendekatan metode semiotik
yang utama adalah metode semiotik Roland Barthes yang mengungkapkan tentang makna tanda
tanda fashion dalam hakikat fenomena kebudayaan, dengan tingkattingkat pemaknaan melalui
tahapan makna denotasi dan konotasi serta mitos dan ideologinya.
Hasil temuan dari penelitian ini terdiri dari empat hal yang dipahami oleh peneliti yaitu, dari segi
fashion dan kepribadian remaja, kemewahan, modernitas gaya hidup dan ideologi. Dari segi
kepribadian, bahwa gaya hidup fashion menunjukkan citra dalam berpenampilan agar dapat
dinilai atau dipahami orang lain melalui tandatanda nonverbal. Dari segi kemewahan gaya
hidup fashion cenderung mengutamakan unsur kemewahan sebagai bagian penunjang dari
fasilitas kehidupan remaja dan jika dipahami lebih dalam, kemewahan dalam hal fashion pada
film ini digunakan sebagai media dalam stratifikasi sosial tingkat atas sehingga terjadi
pergeseran tata nilai yang tidak sesuai dengan kehidupan remaja yang seharusnya yang
dgambarkan dalam film ini cenderung remaja yang menganut kehidupan glamour. Dari segi
modernitas dapat dipahami bahwa tandatanda gaya hidup modern tampak pada apa yang
dikenakan dan beberapa aktivitas yang dilakukan remaja ternyata sedikit banyak adalah hasil dari
pemberontakan atas budaya penampilan di masa lalu. Sedangkan dari segi ideologi penggunaan
fashion cukup mempengaruhi gaya penampilan remaja bahkan sudah menjadi sebuah identitas
atau ciri khas baru bagi remaja ideologi gaya hidup fashion remaja dalam film ini yang
dilekatkan pada pemeran antagonis dengan gaya fashion yang glamour dan selalu mengikuti tren
terbaru, memperlihatkan keberpihakan atas pembenaran untuk melihat kualitas remaja sebatas
penampilan luarnya saja bukan dari kualitas diri yang dimiliki remaja tersebut.