Representasi Cinta Tanah Air dalam Film 5 cm (Analisis Semiotika John Fiske mengenai Representasi Cinta Tanah Air dalam Film 5 cm)

(1)

(Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film 5cm)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh: GITA LARASATI

41809196

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(2)

(3)

(4)

x

Halaman

Lembar Pengesahan ...i

Lembar Pernyataan ...ii

Lembar Persembahan ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT

...v

Kata Pengantar...vi

Daftar Isi ...x

Daftar Tabel ...xiii

Daftar Gambar ...xiv

Daftar Lampiran ...xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah ...12

1.2.1 Rumusan Makro ...12

1.2.2 Rumusan Mikro ...12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...12

1.3.1 Maksud Penelitian ...12

1.3.2 Tujuan Penelitian ...13

1.4 Kegunaan Penelitian ...13

1.4.1 Kegunaan Teoritis ...13

1.4.2 Kegunaan Praktis ...13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...15

2.2 Tinjauan Ilmu Komunikasi ...18

2.2.1 Pengertian Komunikasi ...18

2.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi ...21

2.2.3 Tujuan Komunikasi ...22

2.2.4 Tinjauan Komunikasi Massa ...23

2.2.5 Ciri-Ciri Komunikasi Massa ...24

2.2.6 Fungsi Komunikasi Massa ...25

2.3 Tinjauan Film ...25

2.5.1 Sejarah Film ...25


(5)

xi

2.4 Tinjauan Representasi ...29

2.5 Tinjauan Semiotika ...29

2.5.1 Pengertian Semiotika ...29

2.5.2 Television Codes ...31

2.6 Kerangka Pemikiran ...36

2.6.1 Kerangka Teoritis ...36

2.6.2 Kerangka Konseptual ...39

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ...43

3.1.1 Sinopsis Film ...43

3.1.2 Subjek Penelitian ...45

3.1.3 Sejarah Film Indonesia ...49

3.2 Metode Penelitian ...65

3.2.1 Desain Penelitian ...65

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ...66

3.2.2.1 Studi Pustaka ...67

3.2.2.2 Studi Lapangan ...67

3.3 Teknik Penentuan Informan ...68

3.2.3 Teknik Analisa Data ...69

3.2.4 Uji Keabsahan Data...71

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ...73

3.2.5.1 Lokasi Penelitian ...73

3.2.5.2 Waktu Penelitian ...73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Informan ...78

4.2 Hasil Penelitian ...79

4.2.1 Hasil analisis film

5cm.

pada

Sequence

Prolog ...80

4.2.2 Hasil analisis film

5cm.

pada

Sequence

Ideological Content ...92

4.2.3 Hasil analisis film

5cm.

pada

Sequence

Epilog ...104

4.3 Pembahasan ...111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...115

5.2 Saran ...116


(6)

xii

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...16

Tabel 2.2 Tiga Level Menurut John Fiske ...40

Tabel 3.1 Tampilan

Scene

Film 5 cm...46

Tabel 3.2 Data Informan Penelitian ...68

Tabel 3.3 Waktu Penelitian ...74

Tabel 4.1 Sequence Prolog ...79

Tabel 4.2 Sequence Ideological Content ...87


(7)

xiii

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran ...42

Gambar 3.1 Poster Film 5cm ...43


(8)

xiv

Lampiran

1 Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ...119

2 Berita Acara Bimbingan ...120

3 Lembar Revisi Usulan Penelitian ...121

4 Surat Rekomendasi Sidang ...122

5 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sarjana ...123

6 Surat Penelitian ...124

7 Surat Balasan Via Email 1 ...125

8 Surat Balasan Via Email 2 ...128

9 Lembar Revisi Skripsi ...130


(9)

vi

Assallamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita

Rasulullah, Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dan seluruh pengikutnya semoga rahmat dan hidayah selalu dilimpahkan padanya.

Dalam melaksanakan Skripsi ini tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Allah SWT, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penulisan Skripsi ini tak lepas dari dukungan pihak keluarga, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Mamah dan Bapa tercinta serta kakakku Jaka Perdana yang telah memberikan dukungan moril, materi serta kasih sayangnya, mungkin Ade belum bisa membalas apapun yang telah kalian berikan selama ini kepadaku.


(10)

vii

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto sebagai Rektor UNIKOM yang telah memberikan kesempatan untuk berkuliah disini kepada mahasiswanya. 2. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah mengeluarkan surat pengantar dan pengesahan skripsi ini.

3. Drs. Manap Solihat M.Si sebagai Ketua Program studi Ilmu komunikasi yang memberikan pengesahan pada laporan ini dan selaku Dosen Pembimbing, yang telah membimbing saya dalam penulisan skripsi ini. 4. Melly Maulin S.Sos, M.Si selaku sekertaris Program Studi Ilmu

Komunikasi & Public Relation saya ucapkan terima kasih atas ilmu yang telah Ibu berikan.

5. Sangra Juliano P, S.I.Kom, M.I.Kom selaku Dosen Wali dan staf dosen Program Studi jurusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas arahannya selama perwalian. 6. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi, khususnya Dosen Konsentrasi

Jurnalistik yang telah memberikan mata kuliah untuk menunjang pengetahuan dan informasi kepada penulis sebagai bekal skripsi yang sedang berjalan ini.

7. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah membantu dalam pembuatan surat permohonan, daftar absensi, berita acara dan sebagainya untuk kelancaran penulis melaksanakan penelitian ini.


(11)

viii

walaupun hanya lewat email, ini sudah membantu penelitian saya. 9. Keluarga Besar H. Ede Suwarna (alm), yang telah mendoakan,

memberikan dukungan dan saran untuk Ade.

10. Mas Thoni, terima kasih atas doanya, pengertiannya, kesabarannya, dukungan dan saran yang telah diberikan.

11. Dian, terima kasih atas doa dan dukungannya. Telah menemani saya selama empat belas tahun lebih, kamu adalah sahabat baikku. Tanti, kita juga udah berteman lama, makasih atas dukungannya.

12. Sahabat SMA-ku, Fegha, Nisa, Norin, terima kasih atas doa dan dukungannya, keceriaan yang kalian berikan menjadi semangat untuk saya.

13. Sahabat SMP-ku, Wellya, Muti, Ita dan Reggy, terima kasih atas doa dan dukungannya. Saran yang kalian berikan cukup berharga dan bisa menjadi semangat untuk saya.

14. Sahabat-sahabat yang lain seperti Ayu, Wiwit, Lani, Cynthia, Ajeng, Dede, Ririn, Disti, Manda, dan teman-teman di IK-5 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa dan dukungannya. Kalian adalah pelengkap kebahagiaanku.

15. Sahabat-sahabat di IK Jurnal 2 2011, Shierly, Olga dan Dwi, terima kasih atas doa dan dukungannya. Kita bersama-sama berjuang untuk cepat lulus


(12)

ix

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per-satu, yang telah membantu penelitian ini hingga dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penelitian ini, dan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Amien.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2013

Penulis


(13)

117

Bungin, Burhan. 2003.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Burton, Graeme. 2008.Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta: Jalasutra Danesi, Marcel. 2010.Pesan, Tanda, dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Effendy, Heru. 2002.Mari Membuat Film: Panduan Untuk Menjadi Produser. Yogyakarta: Yayasan Panduan dan Konfiden.

Effendy, Onong Uchjana. 2003.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Eriyanto. 2001.Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. LKis Printing Cemerlang

Fiske, John. 1990.Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra _________. 1987.Television Culture. Yogyakarta: Jalasutra

Keraf, Gorys. 1900.Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia LittleJohn, Stephen W. 1996.Theories of Human Communication – Fifth

Edition.Terjemahan edisi Indonesia 1 (Chapter 1-9), dan edisi Indonesia 2 (Chapter 10-16). Jakarta: Salemba Humanika

Mulyana, Deddy. 2005.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2002.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rindjin, Ketut. 2012. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2011.Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketiga. Bandung: CV Alfabeta

Semedhi, Bambang. 2011.Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia

Sobur, Alex. 2009.Semiotika Komunikasi, Cetakan Keempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(14)

__________. 2001.Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2010.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sumarni, Marselli. 1996.Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT. Grasindo West, Richard dan Lynn H. Turner. 2009.Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011.Semiotika Komunikas. Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sumber dan Referensi Lain :

1. Fitri Budi Astuti. 2010. Skripsi: (Pluralisme dalam FilmMy Name is Khan). UNPAD, Bandung.

2. Mia Steria. 2011. Skripsi: (Representasi TKW Dalam FilmMinggu Pagi di Victoria Park). UNISBA, Bandung.

3. Ary Nuryansyah Eka Putra. 2010. Skripsi: (Pemaknaan Iklan Axis di Televisi: Analisis Semiotika Terhadap Iklan Axis versi Budi Handuk Dalam Persidangan Ngaku-ngaku Murah). UPN Jatim, Surabaya.

Internet :

Montase, 2013. “Sejarah Film Indonesia”. http://montase.blogspot.com/ Donny Dhirgantoro, 2013. “5cm The Movie”. http://5cm-legacy.com/blog/ Ian Konjo, 2013. “Semiotika”.

http://jaririndu.blogspot.com/2011/11/teori-semiotik-menurut-para-ahli.html

Adrian Jonathan Pasaribu. 2013. “Film Indonesia”kjgjkgjgjgjfgjfjfjfjfjfjfj http://filmindonesia.or.id/movie#.UZPSvaJHLbg


(15)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Film5 cmadalah sebuah film yang disutradai oleh Rizal Mantovani, ini merupakan film pertamanya yang diangkat dari sebuah novel. Novel5 cmsendiri dirilis pada tahun 2007 yang ditulis oleh Donny Dhirgantoro dan mengalami penjualan paling laris di Indonesia. Dengan jalan cerita yang mengangkat tema persabahatan dengan kisah petualangan, rasa nasionalisme serta dialog-dialog bernuansa puitis, novel tersebut sukses menarik minat pembaca novel di seluruh Indonesia hingga berhasil mengalami cetak ulang sebanyak dua puluh lima kali.

Kesuksesan itulah yang kemudian menarik minat Sunil Soraya untuk mengadaptasi kisah5 cmmenjadi sebuah film layar lebar bersama dengan Rizal Mantovani.5 cmterlihat begitu istimewa karena detail visualnya yang sangat indah, menyuguhkan keindahan alam Indonesia yang sangat membangkitkan rasa nasionalisme pada penontonnya. Pemandangan Mahameru yang berhasil membuat penonton satu bioskop tercengang sepanjang film diputar. Detail gambar, warna, danlandscapeMahameru yang disajikan, ditambah dengan musik penuh semangat garapan Nidji, dijamin akan membuat penonton ingin mendaki Mahameru.


(16)

Film yang dirilis pada tahun 2012 ini, menggambarkan perjuangan bagaimana keenam karakter tersebut meraih impian mereka, yaitu puncak Mahameru. Sang sutradara mampu menghadirkan jalan cerita dengan ritme penceritaan yang begitu mudah untuk diikuti. Kualitas film ini semakin terasa kuat dengan dukungan tata sinematografi yang benar-benar mengagumkan serta dukungan para pemerannya.

Berkisah tentang persahabatan lima orang muda yang sudah berlangsung selama sepuluh tahun. Sifat dan karakter kelima orang ini berbeda-beda. Genta, seorang pemuda yang selalu peduli terhadap orang lain sehingga dia memiliki jiwa pemimpin dan bisa membuat orang lain nyaman bila berada di dekatnya. Sedangkan Arial, lelaki paling cakep, diantara lelaki lainnya, rapi, tenang pembawaannya dan murah senyum, dia juga memiliki hobi berolah raga, paling taat aturan, namun paling canggung dan grogi bila berkenalan dengan wanita. Zafran seorang yang puitis, tapi sedikit "gila", apa adanya,idealis, sedikitnarsis, dan memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Sedangkan Riani, merupakan gadis pintar yang sedikit cerewet, dan mempunyai ambisi yang besar untuk meraih cita-citanya. Ian, memiliki tubuh yang paling subur dibandingkan keempat temannya, seorangmaniakbola dan mieinstant, dan paling telat wisuda.

Karena sudah menjalin persahabatan yang cukup lama, akhirnya pada suatu hari mereka berlima merasa "jenuh" dengan keadaan seperti ini, dan akhirnya mereka memutuskan berpisah untuk sementara dan berjanji tidak


(17)

saling berhubungan dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya selama tiga bulan.

Namun setelah tiga bulan berpisah, banyak kerinduan yang mereka rasakan. Dalam perpisahan singkat itu, mereka menemukan "sesuatu" yang merubah mereka untuk menjalani hidup lebih baik. Akhirnya mereka putuskan kembali untuk bertemu dan merayakan kembali pertemuan mereka dengan mendaki puncak tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru.

Perjalanan mereka ke puncak Semeru untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tersebut tepat pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan yang membuat kelima orang muda ini semakin mencintai Indonesia. Banyak aral melintang dalam perjalanan mereka menuju puncak.

Kata lain cinta tanah air adalah patriotism. Kata ini dibentuk dari kata patria dan isme. Kata patria berarti bangsa atau tanah air. Kata isme dalam kata patriotisme adalah ajaran, semangat, atau dorongan. Jadi, kata patriotisme memiliki arti ajaran atau semangat cinta tanah air. Dalam hubungan kebangsaan, maka Cinta Tanah Air tersebut memberikan tampilan bagaimana karakter bangsa, yang memiliki muatan-muatan rasa, paham, dan semangat kejuangan.

Tanah Air tersebut wujudnya merupakan bela negara atau kewajiban dasar manusia, yang juga kerhormatan bagi setiap warga negara, atas dasar


(18)

kesadaran, tanggung jawab, rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Banyak sekali orang yang memiliki semangat cinta tanah air. Orang yang cinta tanah air berjuang demi kemajuan dan kesejahteraan negaranya.

Dalam film5 cmini banyak sisi yang bisa kita tiru, kalangan muda yang mencintai tanah airnya sendiri, menjaga dan melestarikan. Tidak perlu menjelajah ke luar negeri untuk mendapatkan pemandangan atau suasana yang nyaman, di Indonesia pun banyak tempat yang bisa kita kunjungi dan kita nikmati dengan keindahan pada alam di Indonesia. Kita harus bangga pada negeri kita sendiri, mencintai segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki Indonesia.

Sekarang ini masyarakat terkadang lebih membanggakan negeri orang dibandingkan negeri sendiri.Setelah 67 tahun Indonesia merdeka, di era reformasi yang diselimuti oleh derasnya arus demokrasi ini, tampaknya banyak di antara bangsa kita yang semakin memudar rasa cintanya terhadap Tanah Air, rasa persatuan dan kesatuannya, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosialnya, serta menyimpang langkah-langkahnya dari cita-cita kebangkitan nasional dan cita-cita Kemerdekaan. Ada hal-hal yang dapat kita lihat dalam kenyataan di masyarakat. Ada yang suka menjelek-jelekkan dan menjatuhkan nama bangsa dan negaranya di depan bangsa dan negara lain. Ada yang secara tidak langsung sikapnya telah mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Ada yang memperkaya diri dan mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Itu semua


(19)

bisa terjadi antara lain karena ada tendensi bahwa seseorang tidak menyadari bahkan tidak menghargai akan jasa Tanah Air terhadap dirinya.

Bila kita Cinta Tanah Air, tentu kita akan sadar untuk merawat dan menjaga jangan sampai Tanah Air kita tercemar. Sepatutnya kita cintai Tanah Air ini dengan menjaga kelestariannya. Pudarnya rasa cinta terhadap Tanah Air dan tanggung jawab terhadap negara dan bangsa sendiri, juga mungkin disebabkan kurangnya kesadaran dan penghargaan atas perjuangan para Pahlawan dan tidak menyadari betapa pahitnya hidup dalam penjajahan dan nikmatnya hidup di alam kemerdekaan.

Bisa jadi seseorang tidak menyadari hal itu oleh karena ia tidak pernah hidup di zaman penjajahan dan penindasan kolonialisme. Akibatnya ia berbuat tidak bijaksana terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Di sana-sini kita mendengar orang mulai berani menjual pulau-pulau kecil kepada orang asing, menjual aset-aset nasional demi kepentingan tertentu, atau menukar budaya luhur dengan budaya asing yang tanpa tolak ukur.

Kini saatnya kita mengajak anak bangsa untuk menyadari kembali akan nilai kemerdekaan. Orang yang menyadari pentingnya akan nilai kemerdekaan, tentu tidak akan hidup seenaknya sendiri dan tidak akan mementingkan diri sendiri dan sebaliknya kecintaannya akan semakin kuat. Dengan kesadaran itu ia turut menjamin kelangsungan hidup Tanah Airnya.


(20)

Nasionalisme atau rasa cinta tanah air merupakan ideologi yang mempunyai suatu kekuatan yang berpengaruh. Ideologi ini mengatributkan negara pada suatu bentuk identitas kultural yang khas. Nasionalisme adalah sebuah ideologi yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi dan menggerakkan rakyat dengan dilandasi rasa kecintaan dan rasa bela negara terhadap tanah air dan bangsanya Ideologi nasionalisme ini akan muncul apabila suatu bangsa terusik kemerdekaannya atau terhina harga dirinya oleh bangsa lain. Ideologi nasionalisme tidak memandang perbedaan agama, ras, suku, ataupun golongan yang ada di negara tersebut. Ideologi nasionalisme lebih mementingkan rasa persatuan dan tekad rela berkorban tanpa pamrih demi membela kepentingan bangsa dan negara.

Peneliti berharap, pembangunan Cinta Tanah Air, pembangunan bela negara, pembangunan kewarganegaraan tetap dikedepankan, sebab semakin memudarnya Cinta Tanah Air, dapat merupakan ancaman bagi eksistensi negara bangsa Indonesia. Mencegah sebelum semua itu terjadi atau menjadi parah, hal itu merupakan kebutuhan dan keniscayaan. Bangsa kita terlahir dari perjuangan keras, dan menjadi bangsa yang mampu memenuhi janji-janjinya, ikrarnya, mengisi pembangunan, sebagai bukti dari cinta terhadap Tanah Air Indonesia.

Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan media lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya pada pada


(21)

masyarakat umum. Kehadiran film merupakan respon terhadap “penemuan” waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, jika ditinjau dari segi perkembangan fenomenalnya, akan terbukti bahwa peran yang dimainkan oleh film dalam memenuhi kebutuhan tersembunyi memang sangat besar.

Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar lebar. Begitu pula halnya dengan masalah mengenai rasa cinta tanah air pada negerinya sendiri, yang selalu menarik untuk dibicarakan dan tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Pandangan masyarakat mengenai nasionalisme yang selama ini digambarkan oleh media massa, terutama sinema atau film.

Film merupakan salah satu bentuk media massa. Media massa secara umum memiliki fungsi sebagai penyalur informasi, pendidikan, dan hiburan. Film merupakan mediaaudio visualyang sangat menarik karena sifatnya yang banyak menghibur khalayak oleh alur ceritanya. Dengan pasar yang ada sekarang, mulailah banyak orang–orang yang membuat rumah produksi (production house) untuk memproduksi film-film yang menarik serta tumbuh sineas–sineas muda yang mampu membuat karya film menarik. Melalui bahasa yang diucapkan kita dapat menungkapkan isi hati, gagasan, data, fakta dan kita mengadakan kontak dan hubungan dengan orang lain. Demikian halnya dengan film yang juga menghasilkan


(22)

bahasa. Melalui gambar-gambar yang disajikan di layar, film mengungkapkan maksudnya, menyampaikan fakta dan mengajak penonton berhubungan dengannya. Sebagai bentuk dari komunikasi massa, film telah dipakai untuk berbagai tujuan. Namun pada intinya sebagai bagian dari komunikasi massa, film bermanfaat untuk menyiarkan informasi, mendidik, menghibur danmempengaruhi. (Effendy, 1986:95).

Film juga dapat menceritakan kepada kita tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Baik tentang ekonomi, politik, sosial maupun ilmu pengetahuan lainnya. Melalui film pesan-pesan yang berhubungan dengan setiap segi kehidupan tersebut dapat dituturkan dengan bahasa audio visual yang menarik, sesuai dengan sifat film yang berfungsi sebagai media hiburan, informasi, promosi maupun sarana pelepas emosi khalayak. Sebagai salah satu bentuk media massa, film dapat difungsikan sebagai media dalam wujud ekspresi, yang berperan untuk mempresentasikan suatu budaya atau gambaran realitas dari suatu masyarakat.

“Film sebagai suatu media audio visual mempunyai pengaruh yang kuat. Film dapat dipakai sebagai sarana dialog antara pembuat film dengan penontonnya. Dalam sebuah film tidak hanya terjadi komunikasi verbal melalui bahasa-bahasa yang tertuang dalam dialog antara pemain, akan tetapi juga terjadi komunikasi non verbal yang tertuang dalam bahasa gambar berupa isyarat-isyarat dan ekspresi dari pemain film tersebut. Film menggunakan bahasa dan gaya yang menyangkut geriak-gerik tubuh (gesture), sikap (posture), dan ekspresi muka (facial expression)”. (Effendy, 2002:29)


(23)

Film Cerita Panjang (feature-length films) mempunyai durasi lebih dari 60 menit, lazimnya sekitar antara 90-100 menit. Film-film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam jenis ini. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya, film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film cerita mempunyai berbagai jenis atau genre.

Dalam hal ini genre film unsur naratif unsur sinematik diartikan sebagai jenis film yang ditandai oleh gaya, bentuk, atau isi tertentu. Ada yang disebut film drama, horror, perang, sejarah, fiksi ilmiah, komedi, laga, musikal dan koboi (Sumarno, 1996:11). Saat ini film telah menjadi suatu objek pengamatan yang menarik untuk diteliti. Selain berfungsi sebagai media massa yang menjadi bagian dari komunikasi massa, film juga terdapat tanda dan makna yang berbeda.

Film merupakan media komunikasi yang di dalamnya mengandung banyak pesan bagi khalayak, namun banyak juga yang beranggapan cerita–cerita dalam film hanya masih sekedar hiburan bagi khalayak karena cerita yang menarik untuk media hiburan khalayak. Peneliti mendapatkanFOR(Frame of Reference) dari sumber -sumber yang ada bahwa sebenarnya film merupakan alat transaksional sebagai penyampaian sebuah pesan dan makna yang terdapat di dalamnya, dan coba menelaah sesuaiFOE(Field of Experience) terhadap objek yang sama namun


(24)

dengan bahasan yang berbeda karena adanya pemberian pesan terhadap sebuah karya seni berdasarkan sumber–sumber mengenai semiotika terhadap karya seni ataupun media–media komunikasi yang di buat oleh pengarangnya.

Tanda-tanda yang terdapat pada film dapat merepresentasikan berbagai makna. Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi mendefinisikannya sebagai berikut:

“Proses merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi. Ini dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.” (Wibowo, 2011:122).

Salah satu dari hasil representasi adalah film, karena film dibangun dari berbagai macam makna dan tanda, dan ditambahkan dengan pernyataan Widya Yutanti di dalam jurnalnya, bahwa visualisasi yang disajikan dalam film dipenuhi oleh tanda-tanda yang bisa mengalami keretakan (retak teks), sehingga perlu untuk dikaji dan dianalisa dengan pendekatan semiotika. (Jurnal Widya Yutanti “Semiotik Komunikasi Visual : Fotografi, film, dan iklan” dalam http://shediawidya.multiply.com/jurnal)

Pada penelitian mengenai makna Cinta Tanah Air dalam Film5 cm, peneliti menggunakan teknik analisis data semiotik milik John Fiske. Fiske mempunyai tiga cara kerja tanda yang digunakan dalam gambar bergerak, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi (Fiske, 1987:61).


(25)

Level analisis Fiske, yang pertama adalah level realitas (reality). Pada level realitas, realitas yang dimaksud berupa pakaian yang dikenakan oleh pemain, make up, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, suara, dan sebagainya. Level kedua adalah level representasi (representation), yakni menandakan elemen-elemen secara teknis yang meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, musik, dan suara. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang termasuk di dalamnya bagaimana objek digambarkan, yaitu dari narasi, konflik, karakter, aksi, dialog, casting, dan sebagainya. Level yang ketiga adalah level ideologi (ideology). Level ideologi diorganisasikan ke dalam kesatuan (coherence) dan penerimaan sosial (social acceptability) seperti liberalisme, kapitalisme, individualisme, kelas, gender (Fiske, 1987:61).

Teori yang dikemukakan oleh John Fiske atau yang biasa disebut kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. Menurut Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi tersebut saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula, sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui penginderaan serat referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang berbeda juga.


(26)

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Makro

Dari beberapa penjabaran yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian diatas, peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

“Bagaimanakah Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film5 cmDitinjau dari Pendekatan Semiotika?”

1.2.2 Rumusan Mikro

Mengacu pada judul penelitian, dan juga rumusan masalah yang telah dirumuskan pada latar belakang masalah penelitian, peneliti kemudian dapat mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. BagaimanarealitasCinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm? 2. BagaimanarepresentasiCinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm? 3. BagaimanaideologiCinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm? 1.3 Maksud dan Tujuan penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis makna cinta tanah air, dimana peneliti ingin menggali mengenai makna yang terkandung sisi kecintaan tanah air dalam film 5cm, dengan menggali analisis semotika John Fiske.


(27)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Seperti apa yang telah dipaparkan pada poin-poin yang terdapat pada rumusan makro, maka tujuan penelitian dapat peneliti tetapkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan makro, sebagai berikut: 1. Untuk mengetahuirealitasdari Cinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film

5cm

2. Untuk mengetahuirepresentasidari Cinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film5cm

3. Untuk mengetahuiideologidari Cinta Tanah Air yang terkandung Dalam Film

5cm

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna, usulan penelitian selanjutnya. Dalam kajian ilmu komunikasi, jurnalistik, mengenai penggunaan analisis semiotika oleh John Fiske, seta membedah berbagai unsur-unsur seputar level realitas, level representasi, dan level ideologi.

1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu komunikasi terutama pada bidang kajian ilmu jurnalistik, khususnya dalam analisis semiotik yang terdapat pada film.


(28)

2. Bagi Universitas

Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi Universitas dalam bidang kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai tambahan koleksi penelitian ilmiah di universitas. Diharapkan pula dapat menjadi bahan penerapan dan pengembangan dalam kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai bahan perbandingan dan pengembangan referensi tambahan bagi penelitian dengan tema sejenis tentang analisis semiotik.

3. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Agar masyarakat bisa lebih memaknai mengenai adanya suatu makna dari isi Film

5 cmyang terkandung kecintaan tanah air, sehingga dapat membuat masyarakat sadar dan menjaga kelestarian Indonesia.


(29)

15

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam kajian pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih memadai. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.


(30)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO. Judul Penelitian Nama Peneliti Metode Yang Digunaka n Objek Penelitian Persamaan dan Perbedaan Dengan Skripsi ini 1. Pluralisme dalam Film

My Name is Khan Fitri Budi Astuti (Unpad, Bandung,2 010) Metode interpreta si dengan analisis semiotika The Codes of Televisió n dari John Fiske yaitu pluralisme dalam film “My Name is Khan” yang meliputi kode-kode sosial dalam ketiga konteks hubungan manusia, yakni hubungan dalam dunia kerja, hubungan dengan pasangan dan keluarga, serta hubungan dengan situasi sosial. Persamaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian, yaitu film. Pendekatan yang digunakan juga sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik dari John Fiske. Perbedaannya terletak pada film yang dianalisis. Astuti menganalisis film Bollywood, My Name Is Khan. Sedangkan peneliti menganalisis film Indonesia,5 cm. 2. Representasi TKW Dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park Mia Steria (Unisba, Bandung, 2011) Metode interpreta si dengan analisis semiotika dari John Fiske representasi dalam film “Minggu Pagi di Victoria Park” meliputi tentang sequence yang terdapat Persamaan dari penelitian ini terletak pada objek penelitian, yaitu film. Pendekatan yang digunakan juga sama, yaitu pendekatan kualitatif dengan


(31)

pada film “Minggu Pagi di Victoria Park” metode analisis semiotik dari John Fiske. Perbedaannya terletak pada film yang dianalisis. Mia menganalisis film “Minggu Pagi di Victoria Park. Sedangkan peneliti menganalisis film Indonesia,5 cm. Mia merepresentasik an tenaga kerja perempuan di luar negeri, sementara peneliti memaknai cinta tanah air. 3. PEMAKNAA N IKLAN AXIS DI TELEVISI (Analisis Semiotika Terhadap Iklan AXIS versi “Budi Handuk Dalam Persidangan Ngaku-Ngaku Murah” di Televisi) Ary Nuryansya h Eka Putra (UPN Jatim, Surabaya, 2010) Analisis semiotika yang membagi sistem tanda menjadi ikon, indeks, dan simbol pemaknaan dalam iklan “Axis”, yang bisa disimpulkan dalam visualisasi Iklan ini secara jelas mengandung unsur sindiran dan menunjukkan bahwa AXIS ikut serta dalam fenomena perang tarif antar provider. Pada iklan ini menunjukkan betapa Persamaan dari penelitian ini terletak pada pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotik dari John Fiske. Penelitian ini juga memaknai sesuatu yang sama dengan peneliti. Perbedaannya terletak pada objek penelitian. Ary menganalisis iklan, peneliti menganalisis film. Ary memaknai iklan salah satu


(32)

terbuka serta bebasnya persaingan bisnis antar provider telekomunika si

provider, peneliti memaknai cinta tanah air dalam film

2.2 Tinjauan Ilmu Komunikasi 2.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia, karena komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Ilmu komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa, dan antaras, membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi.

Dalam “bahasa” komunikasi penyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol).

Sebagai mahluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi komunikasi, bahkan ketika manusia itu diam manusia itu sedang berkomunikasi, mengkomunikasikan keadaan perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti berkomunikasi, komunikasi pun dapat kita temukan di semua


(33)

sendi-sendi kehidupan, dimana setiap proses interaksi antara manusia dengan manusia lain pasti terdapat komunikasi.

Ilmu Komunikasi merupakan ilmu sosial terapan, bukan ilmu sosial murni, ilmu komunikasi tidak bersifat absolut, sifat ilmu komunikasi dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman, hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak-tanduk perilaku manusia, sedangkan perilaku atau tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk perkembangan zaman.

Sifat ilmu komunikasi adalah interdisipliner atau multidisipliner. Maka dari itu ilmu komunikasi dapat menyisip dan berhubungan erat dengan ilmu sosial lainnya. Hal itu disebabkan oleh objek materialnya sama dengan ilmu sosial lainnya, terutama ilmu sosial kemasyarakatan. Banyak definisi dan pengertian tentang komunikasi para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan apa itu komunikasi. Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum bersama-sama.” (Wiryanto, 2004:5). Effendy menjelaskan lebih jauh, bahwa dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi dapat berlangsung melalui banyak tahap, bahwa sejarah tentang komunikasi massa dianggap tidak tepat lagi karena tidak menjangkau proses komunikasi yang menyeluruh. Penelitian yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld, Bernald Berelson, Hazel Gaudet, Elihu Katz, Robert


(34)

Merton, Frank Stanton, Wilbur Schramm, Everett M. Rogers, dan para cendekiawan lainnya menunjukkan bahwa:

“Gejala sosial yang diakibatkan oleh media massa tidak hanya berlangsung satu tahap, tetapi banyak tahap. Ini dikenal dengan twostep flowcommunication dan multistep flow communication. Pengambilan keputusan banyak dilakukan atas dasar hasil komunikasi antarpersona (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group communication) sebagai kelanjutan dari komunikasi massa (mass communication)” (Effendy, 2005 : 4).

Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Mulyana sebagai berikut, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain). (Mulyana, 2003:62).

Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito sebagai:

“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Oleh karena itu, egiatan komunikasi meliputi


(35)

komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, menerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan atau prosesdecoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya saling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat kita namakan kesemestaan komunikasi; Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-persona, antarpersona, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya. “(Effendy, 2005 : 5)

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka.

2.2.2. Komponen-komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy (2005:6), Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator(communicator)

2. Pesan(message)

3. Media(media)

4. Komunikan(communicant)


(36)

Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.2.3 Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku. Menurut Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi oleh objek, peristiwa dan manusia.

b. Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain.

c. Untuk Meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita.


(37)

d. Untuk Bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak (Devito, 1997:31)

2.2.4 Tinjauan Komunikasi Massa

Media massa yang menyasar khalayak dalam jumlah besar. Media massa adalah saluran-saluran atau cara pengiriman bagi pesan-pesan massa. Media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-ROM, computer, TV, radio dan sebagainya. Komunikasi massa adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggunakan salura-saluran komunikasi ini. Pengertian Saverin dan Tankard menyatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art), dan sebagian ilmu (science). Maksudnya, tanpa adanya dimensi menata pesan tidak mungkin media massa memikat khalayak yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan (Effendi, 2005:210)

Konteks komunikasi memberikan kemampuan baik pada pengirim maupun pada penerima untuk melakukan kontrol. Sumber-sumber seperti editor surat kabar atau penyiar televisi membuat keputusan mengenai informasi apa yang akan dikirim, sedangkan penerima memiliki kendali terhadap apa yang mereka baca, dengarkan, tonton, atau bahas. Selain itu, konteks komunikasi massa berbeda dengan konteks lain karena komunikasi yang terjadi biasanya lebih


(38)

terkendali dan terbatas. Komunikasi dipengaruhi oleh biaya, politik, dan oleh kepentingan-kepentingan lain.

Media massa telah menjadi bagian yang biasa dan tersedia dalam kehidupan masyarakat kita, dan media harus menyadari pengaruh media terhadap proses komunikasi itu sendiri.

2.2.5 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Hal ini berbeda dengan dengan pendapat para ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa komunikasi massa tidak selalu dengan menggunakan media massa. Menurut mereka pidato di sejumlah orang banyak di sebuah lapangan, misalnya, asal menunjukkan perilaku massa (mass behaviour), itu dapat dikatakan komunikasi massa. Semula mereka yang berkumpul di lapangan itu adalah kerumunan biasa (crowd) yang satu sama lain tidak mengenal. Tetapi kemudian karena sama-sama terikat oleh pidato seorang orator, mereka sama-sama terikat oleh perhatian yang sama, kemudian menjadi massa. Oleh sebab itu, komunikasi yang dilakukan oleh si orator secara tatap muka seperti itu adalah juga komunikasi massa.


(39)

2.2.6 Fungsi Komunikasi Massa

komunikasi massa di sini diartikan komunikasi massa modern dengan media massa sebagai salurannya. Mengenai jenisnya atau bentuknya di antara para pakar komunikasi tidak ada kesepakatan, ada yang menyebutnya secara luas, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, film, buku, rekaman video, rekaman audio, poster, surat langsung, dan banyak lagi, ada yang membatasi hanya pada surat kabar, majalah, televisi, radio, dan film. media massa ialah media yang mampu menimbulkan keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa, tetapi di lain pihak secara timbal-balik ini menimbulkan dampak yang teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak yang positif konstruktif, melainkan yang negatif destruktif. Lalu pakar komunikasi mempertanyakan fungsi yang sebenarnya dari komunikasi massa atau media massa itu.

2.3 Tinjauan Film 2.3.1 Sejarah Film

Film pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-19, film mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung. Mula-mula hanya dikenal film hitam-putih dan tanpa suara. Pada akhir tahun 1920-an


(40)

mulai dikenal film bersuara, dan menyusul film warna pada tahun 1930-an. Peralatan produksi film juga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga sampai sekarang tetap mampu mejadikan film sebagai tontonan yang menarik khalayak luas (Sumarno, 1996:9).

2.3.2 Pengertian Film

Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV (Cangara, 2002:135). Gamble (1986:235) berpendapat, film adalah sebuah rangkaian gambar statis yang direpresentasikan dihadapan mata secara berturut-turut dalam kecepatan yang tinggi.

Sementara bila mengutip pernyataan sineas new wave asal Perancis, Jean Luc Godard: “film adalah ibarat papan tulis, sebuah film revolusioner dapat menunjukkan bagaimana perjuangan senjata dapat dilakukan.”

Film sebagai salah satu media komunikasi massa, memiliki pengertian yaitu merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya, 2005:3).

2.3.3 Jenis-Jenis Film 1. Film Cerita (Story Film)

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan


(41)

diperuntukkan semua publik dimana saja (Effendy, 2003:211). Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik (Ardianto dan Erdinaya, 2007:139).

Dalam Membuat Film: Panduan Menjadi Produser (2006:13), Heru Effendy membagi film cerita menjadi Film Cerita Pendek (Short Films) yang durasi filmnya biasanya di bawah 60 menit, dan Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) yang durasinya lebih dari 60 menit, lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk kedalam kelompok ini.

2. Film Dokumenter (Documentary Film)

John Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan (creative treatment of actuality).” Titik berat film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi (Effendy, 2003:213). Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin (Effendy, 2006:12).

3. Film Berita (News Reel)

Film berita atau news reel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value) (Effendy, 2003:212). 4. Film Kartun (Cartoon Film)

Film kartun pada awalnya memang dibuat untuk konsumsi anak-anak, namun dalam perkembangannya kini film yang menyulap gambar lukisan menjadi


(42)

hidup itu telah diminati semua kalangan termasuk orang tua. Menurut Effendy (2003:216) titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan saksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Apabila rangkaian lukisan itu setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisan-lukisan itu menjadi hidup.

5. Film-film Jenis Lain

a. Profil Perusahaan (Corporate Profile)

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi.

b. Iklan Televisi (TV Commercial)

Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service announcement/PSA).

c. Program Televisi (TV Program)

Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. d. Video Klip (Music Video)

Dipopulerkan pertama kali melalui saluran televisi MTV pada tahun 1981, sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi. (Effendy, 2006:13-14).


(43)

2.4 Tinjauan Representasi

Representasi merupakan kegunaan dari tanda. Marcel Danesi

mendefinisikannya sebagai proses ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik. Dapat didefinisikan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti, diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.

Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengna tanda dari simbol-simbol tertentu (Wibowo, 2011:122).

2.5 Tinjauan Semiotika 2.5.1 Pengertian Semiotika

Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.

Kajian semiotika telah membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika

komunikasidan semiotikasignifikasi. Pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran


(44)

komunikasi dan acuan. Jenis yang kedua, tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya.

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Para ahli melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. (Sobur, 2003:15). Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk nonverbal, teoriteori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika. (Littlejohn, 1996:64)

Dengan semiotika, kita lantas berurusan dengan tanda. Semiotika, seperti kata Lechte (2001:191 dalam Sobur, 2003:16)), adalah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan saranasigns, tanda-tanda dan berdasarkan padasign system(code) “sistem tanda” (Seger, 2000:4 dalam Sobur, 2003:16).

Tanda tidak mengandung makna atau konsep tertentu, namun tanda memberi kita petunjuk-petunjuk yang semata-mata menghasilkan makna melalui interpretasi. Tanda menjadi bermakna manakala diuraikan isi kodenya (decoded)


(45)

menurut konvensi dan aturan budaya yang dianut orang secara sadar maupun tidak sadar (Sobur, 2003:14).

Definisi semiotik yang umum adalah studi mengenai tanda-tanda. Studi ini tidak hanya mengarah pada “tanda” dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga tujuan dibuatnya tanda-tanda terbentuk. Bentuk-bentuk tanda disini antara lain berypa kata-kata, images, suara, Gesture, dan objek. Bila kita mempelajari tanda tidak bisa memisahkan tanda yang satu dengan tanda-tanda yang lain yang membentuk sebuah system, dan kemudian disebut system tanda. Lebih sederhananya semiotik mempelajari bagaimana sistem tanda membentuk sebuah makna. Menurut John Fiske dan John Hartley, konsentrasi semiotik adalah pada hubungan yang timbul antara sebuah tanda dan makna yang dikandungnya. Juga bagaimana tanda-tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode-kode. (Chandler,2002: www.aber.ac.uk)

2.5.2 Television Codes

Television codes adalah teori yang dikemukakan oleh John Fiske atau yang biasa disebut kode-kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. Menurut Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi tersebut saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula, sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui penginderaan serat referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang berbeda juga.


(46)

Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah dienkode oleh kode-kode sosial yang terbagi dalam tiga level sebagai berikut:

1. Level pertama adalah realitas (Reality)

Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah penampilan (appearance), kostum (dress), riasan (make-up), lingkungan (environment), kelakuan (behavior), dialog (speech), gerakan (gesture), ekspresi (expression), suara (sound).

2. Level kedua adalah Representasi (Representation).

Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah kamera (camera), pencahayaan (lighting), perevisian(editing), musik (music), dan suara (sound). Level Representasi meliputi :

a. Teknik kamera : Jarak dan sudut pengambilan

1.Long shot(LS) : Pengambilan yang menunjukkan semua bagian dari objek, menekankan pada background. Shot ini biasanya dipakai dalam tema-tema sosial yang memperlihatkan banyak orang dalam shot yang lebih lama dan lingkungannya dari pada individu sebagai fokusnya. 2.Estabilishing shot: Biasanya digunakan untuk membuka suatu adegan. 3.Medium Shot(MS) : Shot gambar yang jika objeknya adalah manusia

maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang di atas kepala. Dan Medium Shot dapat dikembangkan lagi, yaitu Wide Medium shot (WMS), gambar medium shot tetapi agak melebar kesamping kanan


(47)

kiri. Pengambilan gambar medium shot menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang ekspresi dan karakter, secara lebih dekat lagi dibandingkan long shot.

4.Close Up: Menunjukkan sedikit dari scene, seperti karakter wajah dalam detail sehingga memenuhi layar, dan mengaburkan objek dengan konteksnya, Pengambilan ini memfokuskan pada perasaan dan reaksi dari seseorang, dan kadangkala digunakan untuk menunjukkan emosi seseorang.

5.View Point: Jarak dan sudut nyata darimana kamera memandang dan 6.Point of View: Sebuah pengambilan kamera yang mendekatkan posisinya

pada pandangan seseorang yang ada, yang sedang memperlihatkan aksi lain.

7. Selective Focus: Memberikan efek dengan menggunakan peralatan optikal untuk mengurangi ketajaman dari image atau bagian lainnya. 8.Eye Level View: Pengambilan gambar dari level yang sejajar dari mata

manusia biasa untuk memperlihatkan tokoh-tokoh yang ada di adegan tersebut.

9.Full Shot(FS) : Pengambilan gambar yang menunjukkan satu karakter penuh dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki.

10.Insert Frame: Dimana salah satu karakter masuk ke dalam adegan tertentu yang sudah berjalan sebelumnya.


(48)

Perpindahan

1.Zoom:Perpindahan tanpa memindahkan kamera, hanya lensa difokuskan untuk mendekati objek. Biasanya untuk memberikan kejutan kepada penonton.

2.Following pan: Kamera berputar untuk mengikuti perpindahan objek. Kecepatan perpindahan terhadap objek menghasilkan mood tertentu yang menunjukkan hubungan dengan subjeknya.

3.Tracking(dolling) : Perpindahan kamera secara pelan maju atau menjauhi objek (berbeda dengan zoom). Kecepatan tracking mempengaruhi perasaan penonton, jika dengan cepat (utamanya tracking in) menunjukkan ketertarikan, demikian sebaliknya.

b. Pewarnaan

Warna menjadi unsure media visual, karena dengan warna lah informasi bisa dilihat. Warna ini pada mulanya hanya merupakan unsure teknis yang membuat benda bisa dilihat. Dalm film animasi warna bertutur dengan gambar, yang fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosfir set dan bisa menunjang dramatik adegan.

c. Teknik editing Meliputi:

1.Cut: Merupakan secara tiba-tiba dari suatu pengambilan, sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam-macam cut yang mempunyai efek


(49)

untuk merubah scane, mempersingkat waktu, memperbanyak point of view, atau membentuk kesan terhadap image atau ide.

2.Jump cut: Untuk membuat suatu adegan yang dramatis.

3.Motivated cut: Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan sebelumnya.

d. Penataan Suara

1. Comentar / voice – over narration : biasanya digunakan untuk memperkenalkan bagian tertentu dari suatu program, menambah informasi yang tidak ada dalam gambar, untuk menginterpretasikan kesan pada penonton dari suatu sudut pandang, menghubungkan bagian atau sequences dari program secara bersamaan.

2.Sound effect: untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu kejadian. 3.Music: Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi

suatu adegan, warna emosional pada music turut mendukung keadaan emosional atau adegan.

(Jurnal Daniel Chandler.The Grammar of Television and Filmmelalui http://www.aber.ac.uk/media/Document/short/gramtv.html) 3. Level ketiga adalah Ideologi (Ideology)

Kode sosial yang termasuk di dalamnya adalah individualisme (individualism), patriarki (patriarchy), ras (race), kelas (class), materialisme (materialism), kapitalisme (capitalism).


(50)

2.6 Kerangka Pemikiran 2.6.1 Kerangka Teoritis

Semiotika adalah studi mengenai pertandaan dan makna dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, bagaimana makna dibangun dalam teks media, atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang menkonsumsi makna (Fiske, 2004:282)

Dalam teori semiotika, pokok studinya adalah tanda atau bagaiman cara tanda-tanda itu bekerja juga dapat disebut semiologi. Tanda-tanda-tanda itu hanya mengemban arti pada dirinya sendiri, dengan kata lain jika diterapkan jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, dan kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Segala sesuatu yang memiliki sistem tanda, dapat dianggap teks, contohnya di dalam film, majalah, televisi, klan, koran, brosur, novel, bahkan di surat cinta sekalipun.

Tiga bidang studi utama dalam semiotika adalah (Fiske, 2004: 60):

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara-cara tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara-cara tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah kontruksi manusia dan hanya bias dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Sistem atau kode yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode yang dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu


(51)

masyarakat atau budaya atau mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentrasmisikannya.

3. Kebudayaan dan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.

Perspektif yang pertama melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti hanya akan menggunakan perspektif yang kedua, yaitu dari sisi produksi dan pertukaran makna.

Perspektif produksi dan pertukaran makna memfokuskan bahasanya pada bagaimana sebuah pesan ataupun teks berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya untuk dapat menghasilkan sebuah makna. Hal ini berhubungan dengan peranan teks tersebut dalam budaya. Perspektif ini seringkali menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi karena pemahaman yang berbeda antara pengirim pesan dan penerima pesan. Meskipun demikian, yang ingin dicapai adalah signifikasinya dan bukan kejelasan sebuah pesan disampaikan. Untuk itulah pendekatan yang berasal dari perspektif tentang teks dan budaya ini dinamakan pendekatan semiotik. (Fiske, 2006 :9)

Menurut James Monaco, seorang ahli yang lebih berafilasi dengan gramatika (tata bahasa) mengatakan bahwa film tidak mempunyai gramatika. Untuk itu ia menawarkan kritik bahwa teknik yang digunakan dalam film dan gramatika pada


(52)

sifat kebahasaannya adalah tidak sama. Akan sangat beresiko apabila memaksa dengan menggunakan kajian linguistic untuk menganalisa sebuah film, karena film terdiri dari kode-kode yang beraneka ragam.

Penerapan Semiotik pada film, berarti harus memperhatikan aspek medium film atau cenema yang berfungsi sebagai tanda. Maka dari sudut pandang ini jenis pengambilan kamera (selanjutnya disebutShotsaja) dan kerja kamera (camera work). Dengan cara ini, peneliti bisa mamahami shot apa saja yang muncul dan bagaimana misalnya,Close-up. Terdapat pula pada kerja kamera yaitu bagaimana gerak kamera terhadap objek. (Barger, 1982:37)

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara : kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan music film. Sistem semiotika yang labih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. (Sobur:2004:128)

Semiotik juga dikenal sebagai studi tentang bagaimana film ini berarti, yaitu memandang setiap pesan yang disampaikan dalam film meliputi pesan verbal dan non verbal yang bersifat simbolis dan terdiri jaringan atau rangkaian tanda-tanda yang kompleks serta memiliki arti.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai makna Cinta Tanah Air dalam film 5 cm. Makna adalah maksud atau pengertian yang diberikan pada


(53)

suatu kata. Makna dari Cinta Tanah Air adalah kewajiban pada setiap diri masyarakat mengenai pembelaan pada negaranya sendiri dan rasa memiliki yang besar dan rela berkorban.

Dalam penelitian ini, untuk dapat membangun makna Cinta Tanah Air dalam Film 5 cm peneliti menggunakan teori analisis semiotika. Teknik analisiscultural studiesdari John Fiske seperti dalam bukunya “Television Culture” (1992). Dalam hal ini film5 cm, memproduksi tanda-tanda.

2.6.2 Kerangka Konseptual

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Makna adalah maksud atau pengertian yang diberikan pada suatu kata.. Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui adanya makna dibalik film 5 cm ini dan bagaimana membangun makna tersebut sehingga menjadi sebuah teks yang menggambarkan film tersebut mempunyai makna Cinta Tanah Air pada Indonesia. Peneliti dalam penelitian ini meneliti makna Cinta Tanah Air dalam Film 5 cm. Sebab, dalam film ini terkandung makna Cinta Tanah Air yang ditunjukan oleh pemeran film tersebut dan dari segi penulis untuk menunjukan rasa kecintaan pada negeri sendiri.


(54)

Tabel 2.2 Tiga Level Menurut John Fiske

Pertama

REALITAS

(Dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara, transkrip, dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti pakaian,

make up, perilaku, gerak-gerik, ucapan, ekspresi, suara)

Kedua

REPRESENTASI

(Elemen-elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto,caption, grafik dan sebagainya. Sedangkan dalam televisi seperti kamera, tata cahaya, editing, music dan sebagainya). Elemen-elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana objek digambarkan : karakter, narasi, setting, dialog, dan sebagainya.

Ketiga

IDEOLOGI

Semua elemen diorganisikan dalam koherensi dan kode-kode ideologi, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialism, kapitalisme, dan sebagainya.


(55)

Peneliti menggunakan teori analisis semiotika dari John Fiske agar bisa mengupas satu makna dari Cinta Tanah Air, mulai dari level realitas, representasi, dan ideologi.

Level Realitasadalah peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas, bagaimana peristiwa itu dikonstruksikan sebagai realitas oleh media. Dalam bahasa tulisan, umumnya berhubungan dengan judul-judul besar yang dipakai oleh media tersebut sebagai judul berita tentang suatu peristiwa tertentu. Pada level kedua, ketika kita memandang sesuatu sebagai realitas, bagaimana realitas tersebut digambarkan dalam bahasa tulis, kata-kata, kalimat, dan sebagainya.

Level Representasimenunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam media massa. Menurut Eriyanto, representasi penting dalam dua hal. Pertama apakah seseorang, satu kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua bagaimana representasi itu ditampilkan, dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan visualisasi apa dan bagaimana seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan dalam media massa kepada khalayak (Eriyanto, 2001 ; 113).

Level Ideologiadalah bagaimana peristiwa tersebut diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan kedalam koherensi sosial, atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat, hal ini dalam media massa bisa dicapai dengan pemilihan nara sumber yang mendukung pernyataan-pernyataan media tersebut.


(56)

Dari paparan di atas, dapat dibuat bagan pemikiran guna mempermudah pemahaman kerangka pemikiran dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran

Sumber : Penulis, 2013

Representasi Cinta Tanah Air Dalam Film 5

Kode – Kode Televisi John

Level Representasi


(57)

43

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana analisis semiotika makna cinta tanah air dalam film5cm. Adapun objek penelitian ini adalah film5cm. Dimana film ini merupakan film yang tersimpan makna nasionalis.

Gambar 3.1 Poster Film 5 cm

3.1.1 Sinopsis Film

Genta, Arial, Zafran, Riani, Ian adalah lima remaja yang telah menjalin persahabatan belasan tahun lamanya. Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Zafran yang puitis, sedikit 'gila’, apa adanya, idealis, agak narsis, dan


(58)

memiliki bakat untuk menjadi orang terkenal. Riani yang merupakan gadis cerdas, cerdas, cerewet, dan mempunyai ambisi untuk cita-citanya. Genta, pria yang tidak senang mementingkan dirinya sendiri sehingga memiliki jiwa pemimpin dan mampu membuat orang lain nyaman di sekitarnya. Arial, pria yang paling lelaki diantara pemain lainnya, hobi berolah raga, paling taat aturan, namun paling canggung kenalan dengan orang baru. Ian, dia memiliki badan yang paling tambun dibandingkan teman-temannya, penggemar indomie dan bola, paling telat wisuda. Ada pula Dinda yang merupakan adik dari Arial, seorang mahasiswi cantik yang sebenarnya dicintai Zafran. Suatu hari mereka berlima merasa “jenuh” dengan persahabatan mereka dan akhirnya kelimanya memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya.

Selama tiga bulan berpisah penuh kerinduan, banyak yang terjadi dalam kehidupan mereka berlima, sesuatu yang mengubah diri mereka masing-masing untuk lebih baik dalam menjalani kehidupan. Setelah tiga bulan berselang mereka berlima pun bertemu kembali dan merayakan pertemuan mereka dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan.

Sebuah perjalanan hati demi mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Petualangan dalam kisah ini, bukanlah petualangan yang menantang adrenalin, demi melihat kebesaran sang Ilahi dari atas puncak gunung. Tapi petualangan ini, juga perjalanan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat, dan hati


(59)

yang mencintai negeri ini. Segala rintangan dapat mereka hadapi, karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5 cm dari depan kening. 3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sequence, adegan. Sedangkan sequence kita kenal di sini seperti dalam Teater yaitu babak. Sebenarnya ada banyak pengertian dari sequence ini, beberapa di antaranya adalah

Susunan urutan dari berbagai peristiwa yang terjadi di dalam film. Berbagai shot yang saling berhubungan dan berurutan, yang dikembangkan dengan memberikan subyek di dalamnya. Dibawah ini beberapa tampilan dari film5cm:


(60)

Tabel 3.1 TampilanSceneFilm5 cm

Timeline Potongan Gambar Audio

Durasi gambar, 00:57:41’’

Setibanya di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Dengan iringan lagusoundtrack

Film5cm

Durasi gambar,

1:00:48’’

Gambar di atas ini, saat pemeran5 cm

sedang menuju perjalanan ke Gunung Mahameru. Mereka bertujuan untuk melakukan upacara bendera di atas puncak

gunung bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI

Dengan iringan lagusoundtrack


(61)

Durasi gambar,

1:18:47’’ Gambar di atas ini, saat pemeran5 cm sedang melihat keindahan yang dimiliki

Indonesia.

Dengan iringan lagusoundtrack

Film5 cm

Durasi gambar, 1:28:51”

Para pemeran saat melakukan pendakian menuju puncak gunung.

Dengan iringan lagusoundtrack

Film5 cm

Durasi gambar, 1:42:34”

Saat akan melakukan pengibaran bendera merah putih di Puncak Gunung Semeru

Dengan iringan laguTanah


(62)

Durasi gambar,

01:42:43’’

Saat para pemeran film5 cm melakukan upacara bendera di puncak Gunung Semeru.

Dengan iringan laguIndonesia

Raya

Durasi gambar,

01:48:06” Saat Ian memutuskan untuk tidak pergi kuliah ke luar negeri, karena ia ingin lebih lama tinggal di Indonesia, sesudah melihat keindahan alam yang dimiliki Indonesia.

Dengan iringan lagusoundtrack


(63)

3.1.3 Sejarah Film Indonesia

Pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1900-an masyarakat kita sudah mengenal adanya film atau yang lebih dikenal dengan “Gambar Hidoep”. Hal ini dibuktikan dengan adanya koran Bintang Betawi No.278, 5 Desember 1900 yang memuat iklan bioskop. Seni pertunjukkan film pada masa itu diselenggarakan oleh orang Belanda. Jenis bioskop terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan status penonton, yaitu bioskop untuk orang Eropa, bioskop orang menengah, dan golongan orang pinggiran. Pada tahun 1925 sebuah artikel di koran masa itu, De Locomotif, memberi usulan untuk membuat film. Pada tahun 1926 dua orang Belanda bernama L. Heuveldorp dan G.Kruger mendirikan perusahaan film, Java Film Coy di Bandung dan pada tahun yang sama mereka memproduksi film pertamanya berjudul Loetoeng Kasarung (1926), yang diangkat dari legenda Sunda. Film ini tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia dan ini dianggap sebagai sejarah awal perfilman Indonesia. Film ini diputar perdana pada 31 Desember 1926. Film berikutnya yang diproduksi adalah Eulis Atjih (1927) berkisah tentang istri yang disia-siakan oleh suaminya yang suka foya-foya.

Dalam perkembangan berikutnya banyak bermunculan studio film yang dinominasi oleh orang-orang Cina. Pada tahun 1928 Wong Brothers dari Cina (Nelson Wong, Joshua Wong, dan Othniel Wong) mendirikan perusahaan film bernama Halimun Film dan memproduksi film pertamanyaLily Van Java (1928). Film ini berkisah tentang seorang gadis Cina yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya, padahal ia telah memiliki kekasih. Film ini sendiri kurang disukai oleh penonton pada masa itu. Wong Brothers akhirnya mendirikan


(64)

perusahaan film baru bernama Batavia Film. Selain Wong Brothers, ada pula Tan’s Film, Nansing Film dan perusahaan milik Tan Boen Swan. Nansing Film dan perusahaan Tan Boen Swan memproduksi Resia Borobudur (1928) dan Setangan Berloemoer Darah (1928).

Setelah L.Heuveldorp menarik diri, G.Kruger mendirikan perusahaan film sendiri bernama Kruger Filmbedriff, yang memproduksi,Karnadi Anemer Bangkong (1930) dan Atma De Visher (1931). Selain itu orang Belanda lainnya yaitu F.Carli yang mendirikan perusahaan film bernama Cosmos Film Corp atau Kinowerk Carli yang memproduksi De Stem des Bloed (Nyai Siti,

1930) yang berkisah mengenai orang Indo, lalu juga Karina’s

Zelfopoffering (1932). Sedangkan Tan’s Film dan Batavia Filmpada tahun 1930 memproduksi Nyai Dasima (1930), Si Tjonat (1930), Sedangkan Halimun film memproduksi Lari Ke Arab (1930).

Masuk era film bicara, tercatat dua film tercatat sebagai film bicara Indonesia pertama adalah Nyai Dasima (1931) yang di-remake oleh Tan’s Film serta Zuster Theresia (1931) produksi Halimun Film. Masa ini juga muncul The Teng Chun yang mendirikan perusahaan The Teng Chun ”Cino Motion Pict” dan memproduksi Boenga Roos dari Tjikembang (1931) danSam Pek Eng Tai (1931). Sasarannya adalah orang-orang Cina dan kisahnya pun masih berbau budaya Cina. Sementara Wong Brothers juga memproduksi Tjo Speelt Voor de Film (1931). Sedangkan Kruger dan Tans’s berkolaborasi memproduksi Terpaksa Menikah (1932). Di penghujung tahun 1932 beredar rumor kuat akan didirikan perusahaan film asal Amerika. Semua produser menjadi takut karena tak akan bisa


(65)

menyaingi dan akhirnya Carli, Kruger dan Tan’s Film berhenti untuk memproduksi film. Studio yang masih bertahan adalah Cino Motion Picture.

Beberapa tahun setelahnya muncul seorang wartawan Albert Balink yang mendirikan perusahaan Java Pasific Film dan bersama Wong Brothers memproduksi Pareh (1935). Film ini dipuji pengamat namun tidak sukses komersil. Balink dan Wong akhirnya sama-sama bangkrut. Pada tahun 1937, Balink mendirikan studio film modern di daerah Polonia Batavia yang bernama ANIF (Algemeene Nederland Indie Film Syndicaat) dan memproduksi Terang Boelan/Het Eilan der Droomen (1937). Film ini berkisah tentang lika-liku dua orang kekasih di sebuah tempat bernama Sawoba. Sawoba adalah sebuah tempat khayalan yang merupakan singkatan dari SA(eroen), Wo(ng), BA(link) yang tak lain adalah nama-nama penulis naskah, penata kamera, editor, dan sutradaranya sendiri.

Walau meniru gaya film Hollywood The Jungle Princess (1936) yang diperankan Dorothy Lamoure namun film ini memasukkan unsur lokal seperti musik keroncong serta lelucon yang diadaptasi dari seni panggung. Film ini sukses secara komersil dan distribusinya bahkan sampai ke Singapura. Pemeran utama wanitanya, Rockiah setelah bermain di film ini menjadi bintang film paling terkenal pada masa itu. Kala ini Terang Boelan(1937) adalah film yang amat populer sehingga banyak perusahaan yang menggunakan resep cerita yang sama.

Pada tahun 1939 banyak bermunculan studio-studio baru seperti, Oriental Film, Mayestic Film, Populer Film, Union Film, dan Standard Film. Film-film


(66)

populer yang muncul antara lain Alang-alang (1939) dan Rentjong Atjeh(1940). Pada masa ini pula kaum pribumi mulai diberi kesempatan untuk menjadi sutradara yang perannya hanya sebagai pelatih akting dan dialog. Justru yang paling berkuasa pada masa itu adalah penata kamera yang didominasi orang Cina. Pada era ini pula muncul kritik dari kalangan intelek untuk membuat film yang lebih berkualitas yang dijawab melalui film,Djantoeng Hati (1941) dan Asmara Moerni (1941). Para pemain dari kedua film ini didominasi kaum terpelajar namun karena dirasa terlalu berat, para produsen film akhirnya kembali ke tren melalui film-film ringan seperti Serigala Item (1941), Tengkorak Hidup (1941).

Pada akhir tahun 1941, Jepang menguasai Indonesia. Semua studio film ditutup dan dijadikan media propaganda perang oleh Jepang. Jepang mendirikan studio film yang bernama Nippon Eiga Sha. Studio ini banyak memproduksi film dokumenter untuk propaganda perang. Sementara film cerita yang diproduksi antara lain Berdjoang (1943) yang disutradarai oleh seorang pribumi, Rd. Arifin namun didampingi oleh sutradara Jepang, Bunjin Kurata. Pasca kemerdekaan RI pada tahun 1945, studio film milik Jepang yang sudah menjadi kementerian RI direbut oleh Belanda dan berganti nama Multi Film.

Film-film yang diproduksi antara lain Djauh Dimata (1948) dan Gadis Desa (1948) yang diarahkan oleh Andjar Asmara. Di era ini pula muncul nama Usmar Ismail yang kelak akan menjadi pelopor gerakan film nasional. Pada tahun ini pula, 1949, para produser Cina lama mulai berani mendirikan studio lagi. The Theng Chun dan Fred Young mendirikan Bintang Surabaja. Tan Koen Youw


(67)

bersama Wong mendirikan Tan & Wong Bros. Salah satu film produksi Tan & Wong Bros yang populer adalah Air Mata Mengalir Di Tjitarum (1948).

Era 1950-1980an pada tahun 1950 dibentuklah Perfini (Perusahaan Film Nasional). Perfini merupakan perusahaan film pertama milik pribumi. Beberapa bulan kemudian dibentuk pula Persani (Perseroan Artis Indonesia). Film pertama produksi Perfini adalah Long March Of Siliwangi atau Darah dan Doa (1950) yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Syuting pertama film film ini tanggal 30 Maret 1950, kelak ini dijadikan sebagai hari film nasional. Sementara produksi besar lainnya adalah ”Dosa Tak Berampun” (1951). Dalam dua tahun saja, Persani telah memiliki studio yang mewah dan megah. Studio ini merupakan studio film terbesar di Indonesia kala itu. Usmar Ismail dan Djamaludin Malik nantinya akan ditetapkan sebagai Bapak Perfilman Nasional (resmi pada tahun 1999).

Antara tahun 1954-1955 Perfini mengalami krisis finansial. Film arahan sutradara Usmar Ismail, Krisis (1953) walau sukses komersil namun tetap saja tak mampu menutup hutang bank. Pada masa ini pula muncul kritik terhadap film-film produksi studio milik orang Cina yang memproduksi film-film bermutu sangat rendah. Salah satunya adalah film Tans & Wong berjudul Topeng Besi (1953) yang diproduksi dengan biaya sangat murah. Namun di sisi lain, film-film dalam negeri juga bisa mulai bersaing dengan film-film impor dari Malaysia, Filipina, dan India.

Pada Tahun 1954, Usmar dan Djamaludin mempelopori berdirinya PPFI (Persatuan Perusahaan Film Nasional), lalu juga menjadi anggota FPA


(68)

(Federatuion Of Motion Picture Produsers in Asia). Persani dan Perfini bersama-sama memproduksi film Lewat Djam Malam (1954) disutradarai oleh Usmar Ismail. Film ini bercerita tentang mantan pejuang kemerdekaan yang menghadapi kekecewaan terhadap orang-orang seperjuangannya yang berubah menjadi seseorang yang tidak mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah. Konon film ini akan dikirim ke Festival Film Asia di Tokyo namun pemerintah Indonesia melarang karena masa itu kita tengah konflik dengan pemerintah Jepang.

Pada tahun 1955 PPFI untuk pertama kalinya menyelenggarakan Festival Film Indonesia (FFI) tercatat merupakan festival film pertama yang diselenggarakan di tanah air. Terpilih film terbaik adalah Lewat Djam Malam(1954). Namun sayangnya Usmar Ismail tidak mendapat penghargaan apa pun dalam ajang ini. Film ini rencananya akan diputar di festival film Cannes pada 16-27 Mei 2012 setelah direstorasi penuh. Pada tahun 1955 film produksi Perfini Tamu Agung (1955) mendapat penghargaan khusus komedi terbaik pada ajang bergengsi Festival Film Asia.

Sejarah juga mencatat awal bulan Maret tahun 1956 para pemain dan pekerja film membentuk PARFI (Persatuan Artis Film Nasional). Pada tahun 1957, PPFI memutuskan untuk menutup studio film mereka karena tak ada dukungan dari pemerintah kala itu. Djamaludin Malik ditangkap tanpa alasan yang jelas. Studio Perfini disita bank karena tidak mampu membayar hutang. Setelah diadakan perundingan dengan pemerintah pada tanggal 26 April 1957 akhirnya studio dibuka kembali. Namun kondisinya tidak seperti dulu dan kondisi perfilman


(69)

nasional menjadi lumpuh. Hasil negoisasi dengan pemerintah berupa janji pemerintah akan adanya kementerian khusus untuk membina para insan film baru dipenuhi pemerintah 7 tahun setelahnya.

Pada masa bersamaan sekitar tahun 1957 kondisi politik di Indonesia didominasi golongan komunis PKI atau sering disebut golongan kiri. Golongan kiri juga ingin menguasai dunia perfilman kala itu. Mereka mendirikan Sarfubis (Sarikat Buruh Film dan Sandiwara) namun kelompok ini tidak efektif di pasaran. Kala itu juga terjadi pertikaian antara PARFI dan golongan kiri. Usmar Ismail dan Djamaludin Malik sangat antipati dengan komunis. Sementara golongan kiri mengganggap kematian film nasional disebabkan impor film Amerika ke Indonesia. Golongan kiri juga menuduh Usmar Ismail sebagai agen Amerika. Walaupun kondisi perfilman Nasional semakin krisis, beberapa film masih diproduksi. Usmar Ismail pada tahun 1956 mengarahkan Tiga Dara (1957) yang dirilis setahun setelahnya.

Pada tahun 1960-an dunia perfilman di Indonesia pecah menjadi dua blok, yakni golongan Usmar dan rekan-rekannya dengan golongan kiri. Pada tahun 1962, Djamaludin Malik yang telah bebas dari penjara, menyelenggarakan FFI yang kedua serta mendirikan LESBUMI (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) dengan Ketua Umum Usmar Ismail. Film-film populer yang muncul di masa pelik ini antara lain Pedjoang (1960) danAnak-anak Revolusi (1964) karya Usmar Ismail. Pada tahun 1961,Pedjoang mendapat penghargaan pemeran pria terbaik (Bambang Hermantpo) di ajang Festival Film International di Moskow. Film fenomenal lainnya adalah Pagar Kawat Berduri (1961) dan Tauhid (1964)


(1)

73

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.5.1 Lokasi Penelitian

Dalam rangka memperoleh data dan informasi yang digunakan untuk penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan pada film ini di Bandung. Jika ada informan, lokasi penelitian tidak terfokus pada satu tempat dikarenakan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan.

3.2.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti selama kurang lebih 6 (enam) bulan terhitung mulai dari bulan Februari 2013 hingga bulan Juli 2013. Adapun rincian penelitian ini hingga pelaksanaan seminar usulan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.


(2)

115

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari Level Realitas, memang tidak bisa dideskripsikan secara nyata dengan makna cinta tanah air, tetapi dari beberapa aspek seperti penampilan, kostum, lingkungan, perilaku, cara berbicara, gerak tubuh, dan ekspresi dari beberapasequencemenunjukan ada pesan tersembunyi yang bisa diartikan bahwa mereka mempunyai jiwa yang nasionalis.

2. Dari Level Representasi, makna yang terkandung dalam film ini sungguh luas, sebagaimana luas nya alam semesta yang dapat di lihat dari puncak gunung Mahameru.5cm.menampilkan eksotiknya alam Gunung

Semeru serta pepohonan dan danau yang luar biasa indah. Bangga rasanya saat melihat begitu mempesonanya Indonesia.

3 Dari Level Ideologi, esensi makna sesungguhnya cinta adalah sebuah perasaan yang mendasar dan melekat pada diri seseorang karena merasa terdapat hubungan emosional yang kuat. Dari situ kita kaitkan dengan hubungan kecintaan kita terhadap Negara. Sebenarnya cinta terhadap suatu negara dan bangsa disebabkan oleh beberapa faktor, ada tiga faktor yang mempengaruh terbesar yaitu karena memang tanah kelahiran, karena keturunan, dan juga karena telah lama tinggal di negara tersebut. Dari


(3)

116

ketiga faktor tersebut rasa kecintaan yang mendasar kuat dan paling dominan adalah karena tanah kelahiran dan keturunan.

Film ini memang berusaha untuk membuat masyarakat Indonesia, khususnya kalangan muda untuk bisa lebih mencintai dan menghargai yang Indonesia miliki. Rasa cinta dan bangga kita jangan sampai luntur, akibat negara lain yang menghasut atau merebut kekayaan di Indonesia.

Jika kita merasa cinta pada tanah airnya sendiri, maka kita sadar untuk merawat dan menjaga kelestariannya agar Tanah Air kita tidak tercemar. Pudarnya rasa cinta terhadap Tanah Air dan tanggung jawab terhadap negara dan bangsa sendiri, juga mungkin disebabkan kurangnya kesadaran dan penghargaan atas perjuangan para Pahlawan dan tidak menyadari betapa pahitnya hidup dalam penjajahan dan nikmatnya hidup di alam kemerdekaan.

5.2 Saran

1. Untuk perfilman Indonesia, agar lebih kreatif, dari segigenre, cerita, dan selektif dalam pemilihan karakter. Lebih mengedepankan film yang memiliki banyak makna positif, dan berimajinatif dalam visualisasi. 2. Untuk masyarakat, film-film yang mereka tonton, harus bisa mengkontrol


(4)

126

NamaLengkap : Gita Larasati

TTL : Bandung, 10 Desember 1990 Jenis Kelamin : Wanita

Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Status : Belum Menikah Identitas : KTP no. 3277035012900001 Alamat : Jl. Pondok Mutiara II No. 24

Komp. Pondok Mutiara Cibabat – Cimahi Utara No.Kontak : (022) 6653668 / 08812017377 Email : gitalarasati1012@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009 – Sekarang

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

2. 2006 – 2009 SMA Lab. School UPI Bandung Berijazah 3. 2003 – 2006 SLTP Negeri 1 Bandung Berijazah 4. 1997 – 2003 SDN Merdeka 5 Bandung Berijazah


(5)

127

Pengalaman Organisasi No. Tahun Organisasi

1. 2001-2002 Anggota Paduan Suara SDN Merdeka 5 Bandung 2. 2003-2004 Anggota Pramuka SLTP Negeri 1 Bandung 3. 2003-2006 Anggota Tim Basket Putri SLTP Negeri 1 Bandung 4. 2006-2008 Anggota OSIS Lab.School UPI Bandung 5. 2006-2009 Anggota Tim Hockey Putri Lab.School UPI Bandung 6. 2008-2009 Kapten Tim Hockey Putri Lab.School UPI Bandung

Pelatihan dan Seminar

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2009

Peseta Ceramah Umum Dekan Fisip Unikom “Peningkatan Kualitas Keilmuan, Keterampilan ICT dan Kewirausahaan Sebagai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unggulan”

Bersertifikat

2. 2009 Peserta Mentoring Agama Islam Bersertifikat 3. 2010 Peserta Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay dan Apresiasi

Seni Bersertifikat

4. 2010 Peserta Seminar Budaya Preneurship “Mengangkat Budaya

Bangsa Melalui Jiwa Entrepreneurship” Bersertifikat 5. 2011 Peserta Study Tour Media Massa Bersertifikat 6. 2011 Peserta Road to Success of a Movie Maker Bersertifikat 7. 2011 Peserta Muslimah Exhibition “Islam, Women and Politic :

Membangun Tren Baru Kontribusi Politik Perempuan” Bersertifikat

8. 2012 Peserta Bedah Buku “Handbook of Public Relations” dan


(6)

10. 2012 Peserta Workshop Sinematografi CommuniAction Bersertifikat

11. 2012 Peserta Talkshow “Kreatif Menulis, Rejeki Tak Akan Habis”

Bersama Raditya Dika Bersertifikat

Pengalaman Kerja

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2012 Praktek Kerja Lapangan di PT Indosiar Visual Mandiri