Perbedaan Pintar dengan Kreatif

memenjara siswa. Maka kian komplekslah hambatan bagi tumbuhnya kreativitas seorang siswa,”. Pada bagian lain dan karena setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda, maka yang diperlukan adalah bagaimana cara mengembangkan dan menghidupkan kreativitas tersebut. Khusus di lingkungan sekolah perlu diupayakan suatu iklim belajar yang benar-benar dibutuhkan untuk menunjang pendayagunaan kreativitas siswa. Untuk itu, maka dalam melaksanakan PBM setiap guru mesti bersikap open terbuka terhadap minat dan apapun gagasan yang muncul dari siswa, bersikap terbuka bukan berarti selalu menerima tetapi menghargai gagasan tersebut. Memberikan waktu dan kesempatan yang selebar-lebarnya untuk memikirkan dan mengembangkan ide dimaksud serta memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berperan serta dalam mengembil keputusan. Kemudian, seorang guru harus mampu menciptakan suasana hangat dan rasa aman bagi tumbuhnya kebebasan berpikir eksploratif menyelidiki serta menciptakan suasana saling menghargai dan saling menerima, baik itu antar siswa maupun antar guru dan siswa. Bersikap positif terhadap kegagalan siswa dan bantulah mereka agar bangkit dari kegagalannya tersebut, bukan justru sebaliknya. “Selain itu seorang guru juga harus punya visi jauh ke depan. Maksudnya, apa yang diajarkannya hari ini merupakan upaya menyiapkan peserta didik pada kondisi yang diperkirakan bakal terjadi masa mendatang. Misalnya, untuk 10 atau 20 tahun ke depan. Bukan sebaliknya, membawa siswa berpikir mundur ke masa lalu,”.

B. Perbedaan Pintar dengan Kreatif

Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, kreatif berbeda dengan siswa pintar. kreatif berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu, jelasnya. Tapi meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya siswa kreatif. Kalau siswa tak kreatif musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang. Sebaliknya, jika kreatif tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan berkembang. Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat musik, bakatnya akan terpendam, jelas guru besar tetap Fakultas Psikologi UI ini. Pada siswa hiperaktif, jelasnya,Konsentrasinya kurang terfokus. Jadi, hanya gerak fisiknya yang aktif tapi tak menunjukkan kelincahan intelektual. Aktivitasnya pun sering 3 tanpa tujuan. Kendati dia suka bertanya, tapi tak berkonsentrasi pada jawabannya. Konsentrasinya mudah buyar jika ada hal lain yang menarik perhatiannya. Lain hal dengan siswa kreatif. Jika ia lari ke sana-sini, pasti ada tujuannya. Jika ia tertarik pada sesuatu, ia akan duduk diam dalam waktu yang lama, asyik sendiri mengerjakan sesuatu, terang Ketua Yayasan Indonesia untuk Pendidikan dan Pengembangan Siswa Kreatif ini. Kreativitas yang tampak pada siswa-siswa berbeda dengan orang dewasa. Kreativitas seorang siswa bisa muncul jika terus diasah sejak dini. Pada siswa-siswa, kreativitas merupakan sifat yang komplikatif; seorang siswa mampu berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur pencetus kreativitas. Pada dasarnya kreativitas siswa-siswa bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif. Ada 3 ciri dominan pada siswa yang kreatif: 1 spontan; 2 rasa ingin tahu; 3 tertarik pada hal-hal yang baru. Ternyata ketiga ciri-ciri tersebut terdapat pada diri siswa. Berarti semua siswa pada dasarnya adalah kreatif; faktor lingkunganlah yang menjadikan siswa tidak kreatif. Dengan demikian, peran orangtua sebenarnya lebih pada mengembangkan kreativitas siswa.

C. Faktor-Faktor Perkembangan Kreativitas Siswa