Effectivity of Using The Enriched Biofertilizer by Activator Microbes In Balancing Shoot and Root Growth of Red Chili (Capsicum annuum L.).

1

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
PENG
PUPUK ORGANIK YANG DIPERKAYA
MIKROB AKTIVATOR DALAM MENGATUR KESEIMBANGAN
TAJUK DAN AKAR TANAMAN CABAI (Capsicum annuum
annuum. L)

LU’LU’ HILYA ADDIENY

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2

ABSTRAK
LU’LU’ HILYA ADDIENY. Efektivitas Penggunaan Pupuk Organik yang diperkaya Mikrob

Aktivator dalam Mengatur Keseimbangan Tajuk dan Akar Tanaman Cabai
(Capsicum annuum.. L). Dibimbing oleh HADISUNARSO dan HAMIM.
Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh pupuk organik yang diperkaya mikrob
aktivator pada berbagai dosis dalam mengatur keseimbangan tajuk dan akar tanaman Cabai
(Capsicum annuum. L) sebagai pendukung kualitas produksi serta biokontrol terhadap serangan
hama dan penyakit. Mikrob aktivator yang digunakaan termasuk dalam kelompok Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR) meliputi: Azospirillum sp. (Strain NS01), Azotobacter sp.
(Strain HY1141), Bacillus subtilis (Strain HU48), dan Pseudomonas beteli (Strain ATCC1986IT)
Penelitian dilakukan di rumah kaca menggunakan Rancangan Percobaan Acak Lengkap (RAL).
Cabai ditanam dengan media tanah pada pot yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 9 ulangan
meliputi: tanah dengan pupuk organik dosis 2:1 tidak diperkaya mikrob aktivator (P1), tanah
dengan pupuk organik dosis 2:1 diperkaya mikrob aktivator (P2), tanah dengan pupuk organik
dosis 3:1 tidak diperkaya mikrob aktivator (P3), tanah dengan pupuk organik dosis 3:1 diperkaya
mikrob aktivator (P4), tanah dengan pupuk anorganik (NPK), tanah tanpa dipupuk (Ko). Hasil
penelitian menunjukkan aplikasi pupuk organik diperkaya mikrob aktivator PGPR mampu
meningkatkan kandungan hara C, N, P, K, Ca, Mg pada pupuk organik, meningkatkan dan
menyeimbangkan pertumbuhan tanaman cabai. Aplikasi pupuk organik diperkaya mikrob
aktivator PGPR ini juga mampu meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama dan
penyakit.


ABSTRACT
LU’LU’ HILYA ADDIENY. Effectivity of Using The Enriched Biofertilizer by Activator
Microbes In Balancing Shoot and Root Growth of Red Chili (Capsicum annuum L.). Supervised
by HADISUNARSO and HAMIM.
The aim of this research was to evaluate the effect of enriched biofertilizer in some dosed
for balancing shoot and root growth of red chili (Capsicum annuum. L) to support productivity and
for biocontrol of pest and disease. The activator microbes used in this research belongs to Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), consist of : Azospirillum sp. (Strain NS01), Azotobacter
sp. (Strain HY1141), Bacillus subtilis (Strain HU48), and Pseudomonas beteli (Strain
ATCC1986IT). The experiment was carried out in green house by Completley Randomize Design
Method that consist of 6 treatments and 9 replications. The treatments were soil with unriched
biofertilizer in 2:1 dosed (P1), soil with enriched biofertilizer in 2:1 dosed (P2), soil with unriched
biofertilizer in 3:1 dosed (P3), soil with enriched biofertilizer in 3:1 dosed (P4), soil with
anorganic fertilizer (NPK) and soil without any fertilizer (Ko). The result showed that application
of enriched biofertilizers by activator microbes increased macro nutrients C, N, P, K, Ca and Mg
in biofertilizers, increased growth and balancing of red chili. Application of enriched biofertilizers
also increased imunity of red chili from pest and disease.

3


EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK YANG DIPERKAYA
MIKROB AKTIVATOR DALAM MENGATUR KESEIMBANGAN
TAJUK DAN AKAR TANAMAN CABAI (Capsicum annuum. L)

LU’LU’ HILYA ADDIENY

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

4

Judul


Nama
NIM
Departemen

: Efektivitas Penggunaan Pupuk Organik yang diperkaya Mikrob
Aktivator dalam Mengatur Keseimbangan Tajuk dan Akar
Tanaman Cabai (Capsicum annuum. L)
: Lu’lu’ Hilya Addieny
: G.34060968
: Biologi

Disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Hadisunarso, M.Si.
NIP. 19550219 197903 1 002


Dr. Ir. Hamim, M.Si.
NIP. 19650322 199002 1 001

Diketahui
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
NIP. 19641002 198903 1 002

Tanggal Lulus :

5

PRAKATA

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat bagi
seluruh makhluk-Nya bahkan mikrob yang sangat renik pun tak luput dari jaminan rizki-Nya,
Shalawat beserta Salam semoga Allah limpahkan untuk Nabi Muhammad SAW. Atas ridho Allah

SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini berdasarkan pada penelitian
yang dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen
Biologi, Laboratorium Kesuburan Tanah dan Sumber Daya Lahan Departemen Ilmu Tanah Institut
Pertanian Bogor yang dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai dengan Februari 2011.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir.Hamim, M.Si. dan Ir. Hadisunarso, M.Si.
selaku dosen pembimbing serta Ir. Tri Heru Widarto, M.Si selaku dosen Penguji yang telah
memberikan saran, dukungan, dan bimbingannya selama pelaksanaan penelitian ini. Sahabatsahabat MSL 45 Yuwan, Rahmat, Anto, Edvan. Kawan hidup di Asrama Putri Darmaga IPB
Moontea, eL-Lhot dan semua eL-ers terima kasih atas segala bantuanya. Kepada seluruh teman
seperjuangan Bio 43 semoga tetap kompak serta kepada sahabat sahabat UKM Tarung Derajat IPB
terima kasih sudah saling menguatkan.
Ungkapan terima kasih terbesar penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta Amin
Chasanah Zeinuddin dan Ayahanda Noor Muhammad Satrya atas segala dukungan, doa dan kasih
sayangnya yang tak pernah putus mengiringi penulis selama ini, kepada Kakak Nurul Fauzia
Aziza atas segala sumbangsihnya, dek Syahad, kak Fitri, dan kak Mush’ab terima kasih sudah
menjadi saudara yang hebat. Kepada Ibu Ning Rahayu atas pengajaran hidupnya. Akhirnya
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan ilmu pengetahuan seluruh
masyarakat pertanian Indonesia.

Bogor, Juli 2011


Lu’lu’ Hilya Addieny

6

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Radio Dalam, Jakarta tanggal 18 Maret 1988, dari Ayah Noor
Muhammad Satrya dan Ibu Amin Chasanah Zeinuddin. Penulis lulus MI pada tahun 2000 dan
lulus dari SLTP tahun 2003.
Pada tahun yang sama penulis dinobatkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai
Finalis Termuda pada ajang Lomba Inovasi Bisnis Pemuda Tingkat Nasional dengan karya ilmiah
“Kloroplas Fibervit Makanan Suplemen Berkhasiat Obat”. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA
Taman Islam Cibungbulang Bogor dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor
melalu jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI/PMDK) dengan Mayor Biologi dan Minor
Teknologi Pangan.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengelola dan penulis Biologi artikel
(Biotic) pada divisi Biosains Himpunan Mahasiswa Biologi IPB tahun 2008/2009, Pengurus
Asrama Putri Darmaga IPB divisi Humas dan Kesra 2007/2009 dan Unit Kegiatan Mahasiswa
Bela diri Tarung Derajat IPB.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Perkembangan Hewan, Fisiologi Tumbuhan Dasar, Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman,

serta mata kuliah Biologi Dasar. Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang di Badan Pengawas
Obat dan Makanan Nasional Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Laboratorium uji
Bioteknologi dan Mikrobiologi, dengan judul “Isolasi DNA dari Bahan Murni Asal Daging Ayam
di Laboratorium Bioteknologi PPOMN Badan POM RI, Jakarta Pusat” pada tahun 2009.

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. vii
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................................. 1
Waktu dan Tempat........................................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE ........................................................................................................... 1
Bahan dan Alat................................................................................................................. 1
Metode Penelitian ............................................................................................................ 1
Pembuatan Pupuk Organik ( Pengomposan ) ....................................................... 1

Analisis Unsur Hara.............................................................................................. 2
Aplikasi Pupuk Organik terhadap Tanaman Cabai............................................... 2
Analisis Data......................................................................................................... 2
HASIL......................................................................................................................................... 2
Analisis Fisik dan Kimia Medium Tanam ....................................................................... 2
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Cabai...................................................................... 2
Pengamatan Perakaran Tanaman Cabai ........................................................................... 3
Pengamatan Nisbah Tajuk dan Akar................................................................................ 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 4
Pengaruh Bahan Organik terhadap Kualitas Tanah dan Interaksinya dengan Mikrob
Aktivator dalam Penyediaan Hara ................................................................................... 4
Respon Pertumbuhan Tanaman terhadap Pupuk Organik dengan Berbagai Dosis .......... 5
Pengaruh Pupuk Organik diperkaya Mikrob Aktivator terhadap Keseimbangan Tajuk
Akar ................................................................................................................................. 6
Pengaruh Pupuk Organik diperkaya Mikrob Aktivator terhadap Ketahanan Tanaman
dari Serangan Hama dan Penyakit ................................................................................... 7
SIMPULAN ................................................................................................................................ 7
SARAN ....................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 8
LAMPIRAN.............................................................................................................................. 10


8

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Korelasi antara persen serangan hama penyakit dengan produksi buah cabai pertanaman/
satu kali panen .......................................................................................................................... 4

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Rata-rata respon pertumbuhan tajuk tanaman cabai pada berbagai perlakuan ........................ 3
2 Rata-rata respon pertumbuhan akar tanaman cabai pada berbagai perlakuan .......................... 3
2 Rata-rata nisbah tajuk akar (NTA) pada berbagai perlakuan .................................................. 4

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah percobaan sebelum tanam ..................................... 11
2 Standar kualitas kompos......................................................................................................... 11
3 Hasil analisis kandungan unsur hara pupuk organik (kompos) yang digunakan .................. 12
4 Standar kualitas pupuk kompos berdasarkan SNI 19-70-30-2004 ........................................ 12

5 Tinggi tanaman cabai pada berbagai perlakuan ..................................................................... 13
6 Morfologi perakaran tanaman cabai pada berbagai perlakuan ............................................... 13
7 Morfologi buah cabai pada berbagai perlakuan ..................................................................... 13

1

Tujuan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropika
basah memiliki sumber bahan organik sangat
melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal. Disisi lain lahan pertanian intensif
di Indonesia semakin hari semakin menurun
produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, karena menurunnya kandungan
C-organik dalam tanah (Simanungkalit et al.
2006). Kondisi ini tentu tidak diharapkan
dalam usaha pertanian karena akan mempengaruhi produktivitas tanaman.
Interaksi antara bahan organik dan
mikrob aktivator seperti Azotobacter sp.,
Azospirillum sp., Bacillus sp., Pseudomonas
sp. yang disebut sebagai Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR) terbukti
mampu mempercepat dekomposisi bahan
organik, meningkatkan ketersediaan unsur
hara, memperbaiki kesehatan fisik, kimia dan
biologi tanah serta memacu pertumbuhan
dan ketahanan tanaman dari penyakit (Isroi
2004). Bacillus sp. dan Pseudomonas spp.
pelarutan
dilaporkan mampu membantu
fosfat (P) dan kalium dalam tanah menjadi
ion-ion yang lebih tersedia bagi tanaman.
Pseudomonas spp., Azotobacter sp., dan
Azospirillum sp. mampu menambat nitrogen,
menghasilkan hormon giberelin, sitokinin,
dan indol asetat. Pseudomonas spp. juga
dapat memproduksi enzim lignoselulolitik
yang berfungsi memecah mata rantai dari
zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh
mikrob lainnya (Simanungkalit et al. 2006)
sehingga pemanfaatannya dapat memacu
pertumbuhan akar, tajuk dan tinggi tanaman
(Alexander 1977). Ketersediaan hormon
tumbuh yang cukup akan membantu masing
masing organ melakukan fungsinya secara
seimbang untuk mendukung pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Gardner et al. 1991).
Serangan hama dan penyakit memberi kontribusi yang cukup besar terhadap
penurunan hasil panen cabai. Penggunaan
pestisida sintetis pada tanaman cabai dapat
menambah biaya produksi hingga mencapai
51 % dan akan menyisakan residu kimia yang
dapat mengganggu kesehatan lingkungan
(Basuki 1988). Pengendalian dan peningkatan
ketahanan tanaman terhadap penyakit secara
biologis dapat menjadi salah satu solusi
aman untuk meminimalisasi keadaan tersebut
(Prabaningrum et al. 1996).

Mengkaji pengaruh pupuk organik
yang diperkaya mikrob aktivator pada
berbagai dosis dalam mengatur keseimbangan
tajuk dan akar tanaman cabai (Capsicum
annuum L.) sebagai pendukung kualitas
produksi serta biokontrol terhadap serangan
hama dan penyakit.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September 2010 - Februari 2011 di Rumah
Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen
Biologi, FMIPA IPB, Laboratorium Kesubur
an Tanah dan Sumber Daya Lahan Departemen Ilmu Tanah Faperta IPB.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain:
jerami, mikrob aktivator PGPR Azospirillum
sp. (Strain NS01), Azotobacter sp. (Strain
HY1141), Bacillus subtilis (Strain HU48),
Pseudomonas beteli (Strain ATCC1986IT),
pupuk kandang, tanah latosol, benih cabai
merah hibrida varietas Kanjeng. Alat yang
digunakan: tempat pembuatan kompos, sekop,
cangkul, garpu, gembor, ember, plastik mulsa,
termometer, alat timbang dan oven.
Metode Penelitian
Pembuatan Pupuk Organik
(Pengomposan)
Bahan utama berasal dari jerami dan
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 dan
3:1. Pembuatan pupuk dilakukan di permuka an tanah berukuran dasar: panjang 2 m, lebar
2 m, dan tinggi 1 m. Bagian tepi dipadatkan
dan di sekitar timbunan diberi peneduh dan
pelindung. Lapisan dasar berupa jerami diikuti
pupuk kandang dengan ketebalan 10-20 cm
untuk setiap lapisan hingga ketinggian 1 m.
Sejumlah air disiramkan ke dalamnya hingga
mencapai kelembaban 70 %, lalu ditutup
dengan terpal. Hari ke-3 dilakukan pengecek
-an suhu. Pengadukan dilakukan setelah masa
inkubasi pada hari ke-15, setelah bahan
tercampur rata dilakukan penambahan larutan
yang mengandung mikrob aktivator (MA)
konsentrasi 0.5 % (v/w) dari dosis pupuk
organik. Setelah homogen pupuk diinkubasi
kembali selama 25 hari.
Pupuk organik yang digunakan diperkaya oleh mikrob aktivator seperti Bacillus
subtilis (Strain HU48), Pseudomonas beteli

2

(Strain ATCC1986IT), Azotobacter sp. (Strain
HY1141), dan Azospirillum sp. (Strain NS01)
yang merupakan koleksi dari Departemen
Biologi Fakultas MIPA IPB. Isolat bakteri
diperbanyak dengan menggunakan media
spesifik sesuai jenis isolat yaitu media
NB (Nutrient broth) untuk Bacillus subtilis,
media TSB (Tripticase soy broth) untuk
Pseudomonas beteli, media LGI (Nitrogen
free medium) untuk Azotobacter sp., dan
media NFB (Nitrogen free bromthymolblue)
untuk Azospirillum sp. Masing-masing isolat
dipanen pada fase eksponensial dengan
kerapat an 108 sel/ml dan dipekatkan dengan
menggunakan metode sentrifugasi. Pelet
bakteri yang berasal dari 2 liter biakan
disuspensikan kembali dalam volume 50 ml,
kemudian dicampurkan dengan 1 kg gambut
sebagai media pembawa.
Analisis Unsur Hara
Analisis unsur hara C, N, P, K, Ca, dan
Mg dilakukan melalui jasa Laboratorium
Kesuburan Tanah dan Sumber Daya Lahan
Departemen Ilmu Tanah Faperta IPB.
Organik
terhadap
Aplikasi
Pupuk
Tanaman Cabai
Penanaman cabai: Bibit disemai pada
tray dengan media semai tanah dan kompos
1:1, setelah berumur 3 minggu bibit dipindah
ke dalam pot. Rancangan percobaan yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap
(RAL) satu faktor dengan 6 taraf perlakuan:
P1:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 2:1 tidak diperkaya MA
P2:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 2:1 diperkaya
MA
P3:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 3:1 tidak diperkaya MA
P4:
tanaman cabai dengan penambahan
pupuk organik dosis 3:1 diperkaya
MA
NPK: tanaman cabai dengan penambahan
pupuk anorganik
Ko :
tanaman cabai tanpa penambahan
pupuk
Setiap jenis perlakuan diulang 9 kali.
Pengamatan
dilakukan
terhadap
kualitas pupuk organik dengan penambahan
mikrob aktivator dan tanpa penambahan
mikrob aktivator serta pengamatan terhadap
pertumbuhan tanaman cabai dengan peubah
yaitu: tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
cabang, jumlah daun, diameter dan panjang

akar primer, panjang akar lateral, jumlah akar
lateral, bobot kering akar, bobot kering tajuk
dan bobot buah.
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan
perangkat lunak SPSS versi 16.0 dan uji
lanjutan Duncan pada taraf kepercayaan 95%.
HASIL
Analisis Fisik dan Kimia Medium Tanam
Hasil analisis tanah menunjukkan
bahwa tanah yang digunakan sebagai media
tanam cabai termasuk ke dalam tanah
masam dengan pH 5.30 (Lampiran 1) bila
dibandingkan dengan standar yang ada
(Lampiran 2). Tanah yang digunakan sebagai
media tanam ini juga memiliki kandungan
C-organik yang sangat rendah (0.95 %),
N-total rendah (0.1 %), P tersedia sangat
rendah (3.8 ppm) dan kandungan basa yang
dapat ditukar seperti Ca (1.1 me/100 g),
Mg (0.79 me/100 g) dan K (0.3 me/100 g)
yang tergolong rendah (Lampiran 1).
Pupuk organik telah diuji secara fisik
dan kimia. Secara fisik pupuk yang diperkaya
mikrob aktivator (P2 dan P4) tidak berbeda
dengan pupuk organik tanpa mikrob aktivator
(P1 dan P2). Keduanya berwarna coklat
kehitaman seperti tanah, tekstur remah
dan agak berbau tanah. Berdasarkan hasil
analisis, pupuk organik yang diperkaya MA
memiliki kandungan C organik sebesar 54,64
% pada P2 dan 55.17 % pada P4. Kandungan
N sebesar 1.29 % pada P2 dan 1.50 % pada
P4. Kandungan P sebesar 0.82 % pada P2 dan
0.96 % pada P4. Sementara kandungan K
yang terdapat pada P2 dan P4 sebesar 1.09
%. Secara umum pupuk organik yang
diperkaya MA memiliki kandungan hara
makro yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pupuk organik yang tidak diperkaya
MA. (Lampiran 3)
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Cabai
Penanaman cabai dilakukan di rumah
kaca untuk mengetahui efektivitas dari
aplikasi pupuk organik yang diperkaya mikrob
aktivator terhadap pertumbuhan tanaman
cabai.
Hasil analisis statistik menunjukkan
pemberian pupuk organik yang diperkaya MA
(P2 dan P4) memiliki respon yang lebih baik
tehadap peningkatan tinggi tanaman dan
lingkar batang walau tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan pupuk organik tidak
diperkaya MA (P1 dan P3) dan pupuk

3

anorganik (NPK), tetapi nyata
n
lebih baik dari
kontrol (Gambar 1a dan 1b). Aplikasi pupuk
organik diperkaya MA berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun
aun dan cabang
cab
dengan nilai
rata-rata jumlah daun 103 (P2) dan 116 (P4)
serta rata-rata jumlah cabang
caba
103 (P2), 97
(P4) yang memiliki nilai lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya. (Gambar 1c
dan 1d).
a)
Tinggi tanaman
(cm)

60
20

ab

b

ab

40

b

ab

a

0
Ko NPK P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Pengamatan Perakaran
rakaran Tana
Tanaman Cabai
Pemupukan dengan berbagai perlakuan memberikan penga
pengaruh yang cukup
bervariasi terhadap pertumbu
pertumbuhan bagian
perakaran tanaman cabai.
Perlakuan P2 dan P4 memiliki
respon yang lebih baik terhadap panjang
akar primer walau tidak nyata dengan P1. P3
dan NPK, namun nyata lebih baik dari
kontrol. (Gambar 2a). Perlakuan P2 dan P4
secara nyata meningkatkan jumlah akar
lateral tanaman cabai dibandingkan perlakuan
lainnya (Gambar 2b). Pada
ada pengamatan bobot
kering akar pengaruh nyata hanya terdapat
pada perlakuan P4. Perlakuan P1. P2. P3 dan
NPK cenderung tidak berbeda nyata, namun
secaraa nyata lebih baik dari kontro
kontrol.
(Gambar 2c).
a)
10

ab

a

b

ab

ab ab

Ko NPK P1 P2 P3 P4
Perlakuan

c)
Jumlah Daun

150
100
50

d

cd
c

b
a

ab

0
Ko NPK P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Panjang Akar
Primer (cm)

0,8
0,6
0,4
0,2
0

5

b
ab

ab

a

0

b)
100
80
60
40
20
0

a

ab
a

bc
a

Ko NPK P1

bc
b

P2

cb
ba

P3

P4

Perlakuan
c)

d)
150

c

100
50

ab
a

c
b

a

0

Gambar 1.

Bobot Kering Akar
(g)

1,5

Jumlah Cabang

b
ab

Ko NPK P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Jumlah Akar Lateral

Lingkar Batang
(cm)

b)

bc

bc

a

0,5
0

Ko NPK P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Rata - rata respon pertumbuhan
tajuk tanaman cabai pada berbagai perlakuan. Garis bar pada
grafik menunjukkan standar
error pada uji Duncan dengan
taraf kepercayaan
keperca
95 %.

ab

1

c

b

Ko NPK P1

P2

P3

P4

Perlakuan
Gambar 2.

Rata - rata respon pertumbuhan
akar tanaman cabai pada berbagai perlakuan
perlakuan. Garis bar pada
grafik menunjukkan standar
error pada uji Duncan dengan
taraf keperca
kepercayaan 95 %.

4

Pengamatan Ketahanan Tanaman terhadap
Serangan Hama Penyakit dan Pengaruhnya
terhadap Produksi
Aplikasi pupuk yang diperkaya
mikrob aktivator (P2 & P4) mampu meningkatkan ketahanan tanaman cabai dari serangan
hama dan penyakit ditandai dengan persen
serangan hama penyakit sebesar 5.56 % yang
paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya.
Sementara perlakuan NPK mengalami serangan
hama penyakit tertinggi sebesar 12.96 %
(Tabel 1).

a)

Ko
9.26
0,89
NPK
12.96
0,89
P1
7.41
63.42
0,89
P2
5.56
76.80
0,89
P3
7.41
50.90
0,89
P4
5.56
74.21
0,89
Keterangan: *(nilai hasil analisis korelasi dua
peubah: nilai ideal = 1)

Bobot Kering Tajuk
(g)

Pengamatan Nisbah Tajuk dan Akar
Pengamatan nisbah tajuk akar
(NTA) dimaksudkan untuk mengetahui pola
keseimbangan distribusi pertumbuhan antara
bagian tajuk dengan bagian perakarannya
(Yasyifun 2008). NTA diperoleh dengan
membandingkan bobot kering tajuk (BKT)
dengan bobot kering akar (BKA).
Berdasarkan hasil analisis statistik
perlakuan P4 secara nyata berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering tajuk dan akar
tanaman cabai (Gambar 3a dan 3b). Perlakuan
P2 juga memiliki pengaruh yang lebih baik
meski tidak nyata terhadap peningkatan bobot
kering tajuk dan akar dibandingkan dengan
perlakuan P1, P3 dan NPK dan nyata lebih
baik dari kontrol (Gambar 3a dan 3b). NTA
terendah terdapat pada perlakuan P4 sebesar
3. 57 sementara NTA tertinggi terdapat pada
perlakuan kontrol sebesar 4.96 (Gambar 3c)

6

b

bc

ab

4

c
ab

a

2
0
Ko NPK P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Bobot Kering
Akar (g)

b)
1,5
ab

1

bc

bc

b

c

a

0,5
0
Ko NPK P1 P2 P3
Perlakuan

P4

Nisbah Tajuk
Akar (NTA)

c)
6

Tabel 1. Korelasi antara persen serangan
hama dengan produksi buah cabai per
tanaman/satu kali panen.
Perlakuan

Tanaman
berpenyakit
(%)

Produksi/1
kali panen
(g)

Nilai
Korelasi
(r)*

Berdasarkan uji statistik korelasi,
diperoleh nilai korelasi sebesar 0,89 yang
berarti bahwa serangan hama penyakit sangat
berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas buah. Serangan hama penyakit ini terjadi
pada fase vegetatif dan generatif yang
menyebabkan tanaman cabai gagal berproduksi
seperti yang terjadi pada perlakuan NPK dan
kontrol. Pada perlakuan kontrol selain terserang
hama penyakit, gagalnya produksi juga
disebabkan oleh defisiensi unsur hara.
PEMBAHASAN

4
2
0
Ko NPK P1 P2 P3
Perlakuan

P4

Gambar 3. Rata-rata NTA pada berbagai
perlakuan. Garis bar pada grafik
menunjukkan standar error
pada uji Duncan dengan taraf
kepercayaan 95 %

Pengaruh Bahan Organik terhadap Kualitas
Tanah dan Interaksinya dengan Mikrob
Aktivator dalam Penyediaan Hara
Tanah merupakan salah satu media
tumbuh tanaman yang banyak digunakan oleh
petani Indonesia. Kualitas tanah yang baik
salah satunya ditentukan oleh ketersediaan
bahan organik dan mikrooorganisme tanah di
dalamnya dalam jumlah yang melimpah
(Kennedy 2005). Pemupukan merupakan suatu
usaha meningkatkan kesuburan tanah dengan
memasukkan nutrisi tambahan yang berasal dari
bahan organik maupun anorganik ke dalam
tanah (Notohadiprawiro et al. 2006).

5

Bahan organik tanah berperan dalam
memperbaiki sistem drainase dan tata udara
dalam tanah. Di dalam struktur kesuburan
tanah, pupuk organik mempunyai sifat menambah daya ikat (serap) tanah pada air dan
zat hara yang akan digunakan tanaman untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman diantaranya untuk pembentukan
cabang produktif dan perkembangan akar
tanaman (Djaya 2008). Akar yang berkembang
dengan baik akan membantu penyerapan hara
yang lebih baik sehingga mampu mendukung
pertumbuhan vegetatif dan generatif yang ideal
bagi tanaman (Gardner et al. 1991).
Penambahan bahan organik ke dalam
tanah dapat menurunkan pH tanah yang
tergolong alkalis (Bertham 2002). Tanah
dengan kondisi masam dan alkali akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
karena kondisi tanah tersebut akan menghambat pelarutan unsur hara yang pada
akhirnya akan menjadi faktor penghambat
pertumbuhan tanaman (Agromedia 2007).
Perombakan bahan organik juga akan menghasilkan asam-asam organik bermanfaat seperti
asam fulfat dan asam humat yang peranannya
dapat setara dengan peranan fitohormon dalam
memacu pertumbuhan tanaman (Djaya 2008).
Beberapa kelompok mikroorganisme
tanah diketahui mampu menghasilkan metabolit
metabolit sekunder seperti siderofor, hidrogen
sianida (HCN), enzim kitinase, protease dan
selulase. Metabolit-metabolit tersebut dapat
menekan pertumbuhan mikrob patogen pada
tanaman dan mempercepat dekompsisi bahan
organik (Adesemoye dan Kloepper 2009: Zhang
2004), penambahan mikrob potensial ke dalam
pupuk organik akan meningkatkan kualitas
pupuk organik tersebut.
Berdasarkan hasil analisis kimia
pupuk organik yang diperkaya mikrob aktivator (P2 dan P4) cenderung memiliki kandungan
C-organik dan beberapa hara makro lain yang
lebih tinggi dibandingkan pupuk organik tanpa penambahan mikrob aktivator (P1 dan P3)
(Lampiran 3). Kandungan karbon yang tinggi
mampu mendukung aktivitas mikrob aktivator
untuk berpoliferasi, menambat nitrogen, mendekomposisi bahan-bahan organik menjadi
lebih sederhana, menyediakan hormon tumbuh
auksin, sitokinin dan giberelin dengan lebih
baik (Kastono 2005). Proses dekomposisi bahan
organik oleh mikrob aktivator juga mampu
menurunkan nisbah C/N.
Pada penelitian ini perlakuan P4
mampu menurunkan nisbah C/N dibandingkan
P3 dengan nisbah C/N sebesar 36.78, sedangkan pada P3 sebesar 42.90 (Lampiran 3).

Nisbah C/N yang rendah menunjukkan bahan
organik telah terdekomposisi dengan baik
sehingga dapat lebih optimal dalam menyediakan hara bagi tanaman (Isroi 2004).
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dengan
Berbagai Dosis terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai
Pertumbuhan tanaman terjadi karena
adanya pemanjangan dan pembesaran sel.
Mekanisme tersebut memerlukan nutrisi dalam
jumlah yang besar (Gardner et al. 1991). Salah
satu faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan yaitu ketersediaan hara yang
cukup dalam tanah (Kastono 2005). Hasil
penelitian menunjukkan aplikasi pupuk organik
maupun anorganik mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai. Namun penambahan
mikrob aktivator ke dalam pupuk organik lebih
efektif dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman cabai dibandingkan dengan perlakuan
pemupukan tanpa mikrob aktivator, NPK dan
kontrol. Pupuk organik yang diperkaya mikrob
aktivator (P2 dan P4) cenderung memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap seluruh
parameter pertumbuhan dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Menurut laporan Gray dan
Smith (2005), Bacillus spp. merupakan bakteri
pelarut fosfat yang dapat meningkatkan P tanah
menjadi bentuk tersedia, selain itu juga mampu
menghasilkan hormon IAA yang dapat mendorong pertumbuhan tanaman. Havlin et al.
(2005) menyatakan bahwa tanaman dapat
menyerap P dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-.
Pseudomonas sp. diketahui dapat
menghasilkan asam organik dan enzim fosfatase
yang berperan penting dalam melarutkan fosfat
(Saraswati 2004: Barea et al. 2005) dan
memiliki kemampuan dalam memobilisasi
ion K (Goenadi 2004: Havlin et al. 2005).
Azospirillum sp. dan Azotobacter sp. terbukti
mampu menambat nitrogen bebas dan
menghasilkan fitohormon seperti auksin,
sitokinin dan giberelin yang diperlukan dalam
proses pertumbuhan tanaman (Lerner et al.
2005). Menurut Timmusk (2003) mikrobmikrob ini termasuk ke dalam kelompok
mikrob pemacu tumbuh yang disebut Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).
Berdasarkan analisis statistik, kedua
jenis perlakuan pupuk yang diperkaya mikrob
aktivator memberikan respon yang tidak
berbeda nyata, namun demikian perlakuan P4
cenderung lebih baik dari perlakuan P2. Hal ini
diduga karena dosis P4 memiliki kandungan C
organik yang lebih tinggi dari pada dosis P2
sehingga mampu mendukung aktivitas mikrob
aktivator dalam menambat nitrogen, menghasil

6

-kan hormon tumbuh serta metabolit sekunder
lainnya yang bermanfaat bagi tanaman dengan
lebih baik.
Analisis produksi menunjukkan
aplikasi pupuk organik yang diperkaya mikrob
aktivator mampu meningkatkan produksi
sebesar 21.09 % pada perlakuan P2 dan
47.76 % pada perlakuan P4. Hal ini diduga
karena kandungan P pada P4 juga lebih tinggi
dari P2 (Lampiran 3) dimana P berperan penting
dalam proses pembungaan dan pembuahan
tanaman (Agromedia 2007). Hasil penelitian
yang serupa dilaporkan Onggo (2004) bahwa
pupuk organik yang diperkaya mikrob aktivator
nyata meningkatkan hasil pada tanaman tomat
yang mengalami stres lingkungan dimusim
hujan (iklim dan penyakit) dan pada cabai yang
ditanam pada tanah yang kurang subur. Menurut
peneliti an Tuzun dan Kloepper (1994) aplikasi
PGPR terhadap benih dan bibit cabai yang
dipindah tanam ke lapangan dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan hasil
tanaman.
Mikrob PGPR yang ditambahkan
ke dalam pupuk organik terdiri atas isolat
Azotobacter sp., Azospirillum sp., Bacillus sp.,
dan Pseudomonas sp. melakukan aktivitas
utamanya di sekitar perakaran tanaman (rhizosfer). Inisiasi, pembelahan dan pemanjangan sel
pada akar sangat dipengaruhi oleh hormon IAA
yang dihasilkan oleh beberapa mikrob PGPR
yang digunakan sebagai isolat untuk memperkaya pupuk organik ini (Vessey 2003).
Perakaran yang baik memungkinkan tanaman
mendapatkan air dan nutrisi dalam jumlah yang
cukup untuk berfotosintesis, sehingga produksi
bahan kering dapat meningkat (Gardner et al.
1991). Bahan kering hasil fotosintesis merupakan sumber energi bagi pembelahan dan
pembesaran sel yang mengakibatkan pertambah
-an tinggi tanaman (Dennis dan Turpin 1990).
Menurut Hayati et al. (2008) efisiensi
hara tidak hanya dilihat dari pertumbuhan dan
perkembangan akar saja, tetapi juga harus
mempertimbangkan bagian tajuk tanaman. Kant
dan Kafkafi (2004) menjelaskan efisiensi hara
tidak hanya terkait dengan kapasitas penyerapan
hara oleh akar tetapi juga penggunaan hara yang
seimbang oleh seluruh bagian tanaman.
Rendahnya penyerapan dan pemanfaatan hara
akan menyebabkan rendahnya hasil. Apabila
ketersediaan hara cukup, hormon IAA dan
penyerapan hara meningkat maka dapat
memacu pertumbuhan vegetatif tanaman yang
pada akhirnya berimplikasi terhadap peningkatan produksi tanaman (Setyowati 2011).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan keadaan yang serupa dengan penelitian-

penelitian sebelumnya dimana penambahan
mikrob aktivator ke dalam pupuk organik lebih
berpengaruh terhadap kualitas perakaran
(Hindersah & Simarmata 2004). Hal ini dapat
terlihat dengan meningkatnya komponen
perakaran tanaman cabai seperti panjang dan
diameter akar primer, jumlah dan panjang akar
sekunder serta bobot kering akar yang secara
keseluruhan cenderung memiliki nilai terbesar.
Aplikasi pupuk organik diperkaya
mikrob aktivator secara nyata meningkatkan
jumlah akar lateral dibandingkan perlakuan
lainnya. Perlakuan P4 memiliki jumlah ratarata akar lateral yang lebih besar dibandingkan
P2. Menurut Gardner et al. (1991) pengaruh
karbondioksida dan asam giberalat mampu
menggiatkan perkembangan akar lateral. Perkembangan akar lateral yang baik akan
meningkatkan jangkauan serapan hara dan air
dari dalam tanah dengan lebih baik. Hara dan
air yang cukup dalam tanah akan mendukung
pertumbuhan tanaman dengan lebih optimal.
Pengaruh Pupuk Organik diperkaya Mikrob
Aktivator terhadap Keseimbangan Tajuk
Akar
Konsep dasar hubungan antara
tajuk dan akar tanaman yang saat ini umum
digunakan mengacu pada keseimbangan fungsi.
Konsep ini lebih menekankan pada fungsi
perakaran dalam menyerap air dan hara oleh
sistem perakaran daripada ukuran distribusi
sistem perakaran tanaman tersebut (Hairiah et
al. 2000). Setiap tanaman mempunyai karakter
hubungan antara tajuk dan akar. Homeostasis
tajuk dan akar merupakan upaya organ tanaman
tersebut untuk mempertahankan keseimbangan
fisiologisnya, sehingga masing-masing organ
tanaman dapat melakukan fungsinya secara
normal. Menurut Hindersah dan Simarmata
(2004) inokulasi MA Azotobacter sp. dapat
memperbaiki perkembangan tajuk dan akar
yang dapat dilihat dari meningkatnya bobot
kering tajuk dan akar. Mikrob aktivator yang
digunakan pada penelitian ini juga terbukti
meningkatkan bobot kering tajuk dan akar
tanaman cabai. Pertumbuhan akar akan memacu
pertumbuhan tajuk karena adanya sifat
homeostasis untuk menjaga keseimbangan
akar dan tajuk. Pertumbuhan vegetatif yang
seimbang antara bagian tajuk dan akar akan
mendukung pertumbuhan generatif tanaman
(Setyowati 2011). Besarnya nisbah tajuk akar
bergantung pada spesies, umur, dan kondisi
lingkungan saat musim tumbuh. Nisbah tajuk
akar meningkat, sebab distribusi asmilat lebih
banyak ke arah pertumbuhan tajuk (Klepper
1991). Rendahnya nisbah bobot tajuk akar

7

disebabkan asimilat ditranslokasikan secara
seimbang ke arah pertumbuhan tajuk dan akar.
Akar dan tajuk berkompetisi secara efektif
terhadap hara, dan bertingkah laku sebagai dua
organisme simbiotik dengan produksi hasil
fotosintesis oleh tajuk, dan pengangkutannya
ke akar menentukan kemampuan akar untuk
memperoleh hara dan suplai hara ke tajuk yang
dapat mengontrol laju fotosintesis (Hidayat
2004). NTA yang rendah juga mengindikasikan
bahwa
tanaman
lebih
efesien
dalam
menggunakan hara serta lebih adaptif terhadap
kekeringan (Gardner et al. 1991). Hasil analisis
menunjukkan aplikasi pupuk yang diperkaya
mikrob aktivator berpengaruh terhadap NTA.
Pemupukan dengan pupuk organik yang
diperkaya mikrob aktivator (P4) menghasilkan
NTA paling rendah.
Pengaruh Pupuk Organik diperkaya Mikrob
Aktivator terhadap Ketahanan Tanaman
dari Serangan Hama dan Penyakit
Aplikasi pupuk organik yang diperkaya dengan mikrob aktivator ini juga
mampu meningkatkan ketahanan tanaman cabai
terhadap serangan hama dan penyakit.Tanaman
yang diberi perlakuan P2 dan P4 mengalami
serangan yang paling rendah dibandingkan
dengan tanaman yang dipupuk dengan pupuk
organik tanpa mikrob aktivator, NPK dan
kontrol. Serangan hama dan penyakit tertinggi
terdapat pada perlakuan NPK (Tabel 2). Hama
dan penyakit banyak menyerang saat fase
vegetatif dan generatif terutama saat proses
perkembangan bunga menjadi buah sehingga
menggagalkan proses produksi buah (Anonim
2011). Hama yang menyerang tanaman cabai ini
diantaranya adalah : kutu persik, kutu putih dan
thrips sementara penyakit yang menyerang
diantaranya adalah : penyakit layu bakteri, layu
fusarium, penyakit dan antraknosa (Prajnanta
2003).
Kloepper dan Schroth (1978)
melaporkan bahwa mikrob PGPR berpotensi
sebagai agen biokontrol karena mikrob tersebut
memiliki kemampuan untuk bersaing dalam
mendapatkan zat makanan, atau karena
menghasilkan metabolit - metabolit sekunder
seperti siderofor, asam salisilat, peroksidase,
hidrogen sianida, antibiotik, enzim ekstraseluler
yang bersifat antagonis melawan patogen. Wei
et al. (1991) mengatakan bahwa perlakuan
benih timun menggunakan strain PGPR
menyebabkan ketahanan sistemik terhadap
penyakit antraknosa yang disebabkan oleh
Colletotrichum arbiculare. Menurut Raupach
et al. (1996) dan Van Loon et al. (1997)
peningkatan ketahanan tanaman akibat aplikasi

mikrob PGPR diduga karena adanya mekanisme
Systemic aqcuired resistance (SAR) yang
dicirikan oleh akumulasi asam salisilat dan
pathogenesis related-protein (PR-protein),
misalnya peroksidase (Ryals et al. 1996).
Menurut Chivasa et al. (1997)
perlakuan asam salisilat mampu menghambat
genom replikasi tobacco mosaic virus (TMV)
pada daun tembakau rentan yang diinokulasi,
sehingga terjadi penundaan gejala sistemik pada
semua bagian tanaman. Akumulasi peroksidase
dapat memicu lignifikasi pada dinding tanaman,
sehingga dapat membatasi translokasi virus
pada tanaman (Goodman et al. 1986). Induksi
ketahanan sistemik atau SAR menurut Raupach
et al. (1996) dan Van Loon et al. (1997)
memiliki spektrum luas baik terhadap virus,
bakteri maupun cendawan.
Taufik et al. (2010) juga menyebutkan bahwa perlakuan PGPR mampu meningkatkan ketahanan tanaman cabai dari serangan
cucumber mosaic virus (CMV) melalui
perbaikan metabolisme sehingga pertumbuhan
tanaman tidak terganggu. Djatnika et al. (2003)
melaporkan mikrob aktivator Pseudomonas
flourescens yang diaplikasikan pada tanah di
sekitar bibit tanaman pisang dapat menekan
perkembangan penyakit layu fusarium di
lapangan pada fase vegetatif sampai tanaman
berumur 4-5 bulan sebesar 68.5 %.
SIMPULAN
Pupuk organik yang diperkaya
mikrob aktivator PGPR mampu meningkatkan kandungan hara makro pupuk, meningkatkan dan menyeimbangkan pertumbuhan
vegetatif maupun generatif tanaman cabai.
Pertumbuhan vegetatif dan generatif terbaik
terdapat pada perlakuan pupuk organik yang
diperkaya mikrob aktivator pada dosis 3:1.
Aplikasi pupuk organik yang diperkaya
dengan mikrob aktivator juga terbukti mampu
meningkatkan ketahanan tanaman cabai dari
serangan hama dan penyakit.
SARAN
Sebaiknya bila pembuatan pupuk
organik dilakukan dalam jumlah sedikit
kelembapan pupuk selama proses pengomposan harus selalu dijaga secara intensif untuk
mendukung aktivitas mikroorganisme di
dalamnya sehingga kematangan pupuk dapat
semakin cepat dan merata. Pengulangan untuk
tanaman yang akan diamati tingkat ketahanannya terhadap hama dan penyakit sebaiknya
ditingkatkan menjadi dua kali lipat untuk
menghindari kemungkinan kematian massal
terutama pada perlakuan pemupukan 100 %

8

anorganik. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
untuk mengetahui efektivitas pemupukan ter hadap produksi cabai antara perlakuan pupuk
yang diperkaya MA dengan pupuk 100 %
anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Adesemoye AO, Kloepper JW. 2009. Plant–
microbes interactions in enhanced
fertilizer-use Efficiency. Appl Microbiol
Biotechnol 85:1–12.
Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan.
Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka
Alexander M. 1977. Introduction to Soil
Mycrobiology 2nd Ed. New York: John
Wiley and Sons
Anonim. 2011. Hama penyakit tanaman
Cabai.
[terhubung
berkala]
http://
www.tanamanbudidaya.com [3 Juni 2011]
Barea JM, Pozo MJ, Azcon, Aguilar CA.
2005. Microbial co-operation in the
rhizosphere [focus paper]. J Exp Bot
56(417):1761-1778.
Basuki RS. 1988. Analisis biaya pendapatan
usaha petani cabai merah (Capsicum
annuum L) di desa Kemurang Kulon,
Kabupaten Brebes. Buletin Penelitian
Hortkultura 14 (7):115-121.
Bertham YH. 2002. Respon tanaman kedelai
[Glicine max (L.) Merill] terhadap pemupukan fosfor dan kompos jerami pada
tanah ultisol. J Ilmu Pertan Indones
4(2):78-83.
Chivasa S, Murphy AM, Naylor M, Carr JP.
1997. Salicyllic acid interferes with
tobacco mosaic virus replication via a
novel salicylichidroxamic acid sensitive
Mechanism. Plant cell 9:547-557
Dennis DT. and DH Turpin. 1990. Plant
Physiology Biochemistry and Molecular
Biology. John Willey and Sons Inc. New
York.
Djaja W. 2008. Langkah Jitu Membuat
Kompos dari Kotoran Ternak dan
Sampah. Jakarta: PT.AgroMedia Pustaka.
Djatnika L, Hermanto C, Eliza. 2003.
Pengendalian hayati layu fusarium pada
tanaman pisang dengan Pseudomonas
flourescens dan Gliocladium sp. J Hort
13(3):205-211.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: UIPress
Goenadi DH. 2004. Teknologi Konsumsi
pupuk yang Minimal. Bogor: Lembaga
Riset Perkebunan Indonesia.Goodman RN,
Kiraly Z, Wood KR. 1986. The

Biochemistry and Physiology Of Plant
Disease.University of Missouri.p.347-368.
Gray EJ & Smith DL. 2005. Intracellular and
extracellular PGPR: commonalities and
distinctions in the plant–bacterium signaling processes. Soil Biol Biochem
37:395–412.
Hairiah K et al. 2000. Agroforestry pada
Tanah masam: Pengelolaan interaksi
antara pohon-tanah-tanaman semusim.
Bogor: ICRAF-Bogor.
Hardjowigeno S. 1955. Ilmu Tanah. Edisi
Revisi. Akademika Pressindo: Jakarta.
Hlm.126.
Havlin JL, Beaton JD, Tisdale SL, Nelson
WL. 2005. Soil Fertility and Fertilizers.
Ed. Ke-7. New Jersey: Pearson Education
Inc.
R, Munandar, Irmawati. (2008).
Hayati
Pertumbuhan akar dan tajuk serta hasil
beberapa Varietas/galur jagung pada
kondisi defisien hara. Zuriat 19:1
Hidayat R. 2004. Kajian pola translokasi
asimilat pada beberapa umur tanaman
manggis (Garcinia mangostana L.) muda.
Agrosain 6(1):20-25.
Hindersah R, Simarmata T. 2004. Potensi
rizobakteri Azotobacter dalam meningkatkan kesehatan tanah. J Natur Indones
5(2):127-133.
Isroi. 2004. Bioteknologi mikrob untuk pertanian organik.[terhubung berkala] http://
www.indobiogen.or.id//[ 27 Mei 2011]
James E, Olivares FL.1997. Infection and
colonization of sugarcane and other
graminaceous plants by endophytic diazotrophs. Plant Sci 17:77-199
Kant S, Kafkafi U. 2004. Mitigation of
mineral deficiency stress [terhubung
berkala]
http://www.plantstress.com/
articles/min_deficiency_m/mitigation/html
[15 Juli 2011].
Kastono D. 2005. Tanggapan pertumbuhan
hasil kedelai hitam terhadap penggunaan
pupuk organik dan biopestisida gulma
siam (Chromolaena odorata). J Ilmu
Pertan Indones 12(2): 103-116.
Kennedy AC. 2005. Rhizospher. Di dalam
Sylvia DM, Hariel PG, Furhmann JJ,
Zubere DA, editor. Principle and
Applications soil of Soil Microbiology. Ed
ke-2. New jersey: Pearson education Inc.
Hlm 242-261.
Klepper B. 1991. Root-shoot relationships.
Marcel Dekker Inc. New York. 948 p.
Kloepper JW, Schorth MN. 1978. Plant
growth promoting rhizhobacteria in radish.
In: Proceedings of the 4th International

9

Conference on Plant Pathogenic Bacteria.
Ed. Station de pathologic Vegetal et
Phytobacteriologic. Agners, France, 2:879882.
Lerner A et al. 2005. Effect of Azospirillum
brasilense inoculation on rhizobacterial
communities analyzed by denaturing
gradient gel electrophoresis and automated
ribosomal intergenic spacer analysis. Soil
Biol Biochem 20: 1-7
Notohadiprawiro T, Soekodarmojo S, Sukana
E. 2006. Peranan pupuk dalam pembangunan pertanian. [terhubung berkala]
http:// www soil.faperta.ugm.ac.id. [15 Juli
2011]
Onggo TM. 2004. Aplikasi Bioaktivator dan
Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Berbagai Sayuran. [terhubung berkala] http:// pustaka.Unpad.ac.id /archives
/31809 /.html[27 Mei 2011]
Prabaningrum L et al. 1996. Teknologi
Produksi Cabai Merah. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayuran
Prajnanta F. 2003. Mengatasi Permasalahan
Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya
Raupach GS et al. 1996. Systemic Induced
Resistance In Mosaic Cucumber virus
using Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Plant Disease 80:891894.
Ryals J et al. 1996. Signal Transduction in
Systemic Acquired Resistance. In (Eds)
Proceeding Naul Acad Sci 92:4202-4205.
Saraswati. 2004. Recent advances in under
standing soil microbial activity soil
relationship: a review [Ulas Balik] J Mikro
-biol Indones 9(1):1-8.
Setyowati. 2011. Penambahan mikrob pemacu
tumbuh untuk meningkatkan kualitas
pupuk organik, serapan hara, pertumbuhan
serta produksi padi gogo dan jagung: kasus
Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Program
Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Simanungkalit RMD, Suriadikarta DA,
Saraswati R, Setyorini DA, Hartatik W.
2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Bogor: Balitbang Sumber Daya Lahan
Pertanian.
Taufik M, Rahmat A, Wahab A, Hidayat SH.
2010. Mekanisme ketahanan terinduksi
oleh plant growth promoting rhizobacteria
(PGPR) pada tanaman cabai terinduksi
cucumber mosaic virus (CMV). J Hort
20(3):274-283.
Timmusk S. 2003. Mechanism of Actions of
The
Plant-Growth-Promoting
Rhizobacterium Paeni bacillus polymixa

[Dissertation] Uppsala, Sweden: Department of Cell and Molecular Biology, Uppsala University.
Tuzun S, Kloepper J. 1994. Induced Systemic
Resistance by Plant Growth Promoting
Rhizobacteria Improving plant Productivity with Rhizosphere Bacteria Proceeding
in the third International Workshop on
PGPR. Adelaide, South Australia. March
7-11. 94:p 104-109.
Van Loon LC, Baker PAHM, Pieterse CMJ.
1997. Mechanism of PGPR-Induced
Resistance Against Pathogenes. In:
Ogoshi, Kobayashi AK, Homma F,
Kodama N, Kondo, Akino S. (Eds.) Plant
Growth Promoting Rhizobacteria.Present
Status and Future Prospect Proceeding of
Fourth International Workshop on Plant
Growth Promoting Rhizobacteria. Japan.
OECD Joint Workshop.p 50-57
Vessey JK. 2003. Planth growth Promoting
rhizobacteria as biofertilizer. Plant and
Soil. 255: 571-586.
Wei G, Kloepper JW, Tuzun S. 1991.
Induction of systemic resistance of
cucumber to Colletotrichum orbiculare by
select strains of plant growth-promoting
rhizobacteria. Phytopathology 81:15081512.
Yasyifun N. 2008. Respon pertumbuhan,
serapan hara dan efisiensi penggunaan
hara tanaman Kedelai (Glycine max) dan
Jagung (Zea mays) terhadap kompos yang
diperkaya mikrob aktivator. [Skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Zhang Y. 2004. Biocontrol of Sclerotinia
Stem rot of Canola by Bacterial Antagonists and Study of biocontrol Mechanism
Involved [Thesis]. Winnipeg, Canada:
Department of Plant Science, University
of Manitoba.

10

LAMPIRAN

11

pH
1:1
H2O
5.3

Lampiran 1 Hasil analisis tanah percobaan sebelum tanam
Walkley
HCl
N NH4OAc pH
& Black Kjeldhal Bray I 25%
7,0
C-Org
N-Total P
Ca Mg
K
%
%
(ppm)
(me/100g)
0.95
0.1
3.8
42
1.1 0.79 0.3

Fe
3.04

0,05 N HCl
Cu Zn
Mn
(ppm)
3.6 14.2 61.2

Pasir
7.51

Keterangan: Contoh tanah berasal dari Lahan Percobaan Cikabayan IPB

Lampiran 2 Kriteria penilaian sifat kimia tanah
Sifat tanah
Sangat
Rendah
Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat
Tinggi

C-Organik (%)

< 1.00

1.00-2.00

2.01-3.00

3.01-5.00

> 5.00

Nitrogen (%)

< 0.10

0.10-0.20

0.21-0.50

0.51-0.75

> 0.75

C/N

25

P2O5 HCl (mg/100 g)

< 10

10-20

21-40

41-60

> 60

P2O5 Bray I (ppm)

< 10

10-15

16-25

26-35

> 35

P2O5 Olsen (ppm)

< 10

10-25

26-45

46-60

> 60

K2O KCl 25 % (mg/100 g)

< 10

10-20

21-40

41-60

> 60

KTK (me/100 g)

40

(me/100 g)

< 0.1

0.1-0.2

0.3-0.5

0.6-1.0

> 1.0

Na (me/100 g)

< 0.1

0.1-0.3

0.4-0.7

0.8-1.0

> 1.0

Mg (me/100 g)

< 0.4

0.4-1.0

1.1-2.0

2.1-8.0

> 8.0

Ca (me/100 g)

< 0.2

2-5

6-10

11-20

> 20

Kejenuhan Basa (%)

< 20

20-35

36-50

51-70

> 70

Alumunium (%)

< 10

10-20

21-30

31-60

Sangat
Asam

Asam

Agak
Asam

< 4.5

4.5-5.5

5.6-6.5

Susunan Kation :
K

pH H20

Netral

> 60
Agak
Alkali

Alkali

6.6-7.5

7.6-8.5

>0.5

Sumber : Hardjowigeno (1995)

Tekstur
Debu Liat
%
18.9
73.6

12

Lampiran 3. Hasil analisis sifat kimia pupuk organik (kompos) yang digunakan
Perlakuan
P1
P2
P3
P4

C

N

32.46
54.64
52.34
55.17

1.30
1.29
1.22
1.50

P
%
0.64
0.82
0.86
0.96

K

Ca

Mg

C/N

0.76
1.09
1.01
1.09

0.18
0.30
0.23
0.39

0.03
0.07
0.05
0.07

24.97
42.36
42.90
36.74

Keterangan: P1: pupuk organik dosis 2:1 tidak diperkaya MA, P2: pupuk organik dosis 2:1 diperkaya MA,
P3: pupuk organik dosis 3:1 tidak diperkaya MA, P4: pupuk organik dosis 3:1 diperkaya MA.

Lampiran 4 Standar kualitas pupuk kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004
Parameter
Kadar air
Temperatur
warna
Bau
Ukuran partikel
Kemampuan ikat air
pH
Bahan asing
Bahan organik
Nitrogen
Karbon
Fosfor
C/N
Kalium
Arsen
Kadmium (Cd)
Kobalt (Co)
Kromium (Cr)
Tembaga (Cu)
Merkuri (Hg)
Nikel (Ni)
Timbal (Pb)
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Besi (Fe)
Alumunium (Al)
Mangan (Mn)
Fecal coli
Salmonella sp.

Satuan
%
0
C suhu air tanah
kehitaman
Berbau Tanah
mm
%
%
Unsur makro
%
%
%
%
%
Unsur mikro
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Unsur lain
%
%
%
%
%
Bakteri
MPN/g
MPN/4 g

Minimum
-

27
0.40
9.8
0.1
10
0.2

Maksimum
50
25
7.49
1.5
58
32
20
*

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

13
3
34
210
100
0.8
62
150
2
500

*
*
*
*
*

25.5
0.6
2
2.2
0.1

0.55