Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intntsa (Forssk.) Blume

PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS EKSTRAK
TUMBUHAN UNTUK MENEKAN PERKECAMBAHAN
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume

GALUH HANIFATIHA
A24080171

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Beberapa
Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan Asystasia intrusa
(Forssk.) Blume adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Galuh Hanifatiha
NIM A24080171

ABSTRAK
GALUH HANIFATIHA. Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk
Menekan Perkecambahan Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. Dibimbing oleh
SOFYAN ZAMAN dan ADOLF PIETER LONTOH.
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume merupakan salah satu gulma penting
pada pertanaman karet dan kelapa sawit. Asystasia intrusa biasa dikendalikan
dengan cara manual maupun kimiawi. Penyebaran benih A. intrusa sangat cepat,
hal ini dikarenakan A. intrusa dapat memproduksi biji banyak. Tujuan penelitian
ini adalah memperoleh ekstrak tumbuhan yang mampu menekan perkecambahan
benih A. intrusa. Ekstrak tumbuhan yang digunakan adalah ekstrak rimpang
alang-alang (I. cylindrica), ekstrak daun bandotan (A. conyzoides), ekstrak daun
kirinyuh (C. odorata), ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha) dan ekstrak
daun tembelekan (L. camara). Ekstrak daun kirinyuh memberikan pengaruh yang

nyata terhadap penekanan daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan panjang akar
kecambah A. intrusa. Namun pemberian beberapa jenis ekstrak tumbuhan belum
mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan panjang hipokotil
A. intrusa. Kirinyuh memiliki potensi dalam menekan perkecambahan A. intrusa.
Kata kunci

: Asystasia intrusa, ekstrak tumbuhan, perkecambahan

ABSTRACT
GALUH HANIFATIHA. Use of Some Plant Extracts to Depress Germination of
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. Supervised by SOFYAN ZAMAN and
ADOLF PIETER LONTOH
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume is one of the important weeds in the
planting of rubber and palm oil. Asystasia intrusa is regularly controlled by
manual or chemical treatment. The spread of A. intrusa seed is very rapid, this is
because A. intrusa can produce many seeds. The purpose of this study was to
obtain plant extracts that can reduce seed germination of A. intrusa. Plant extracts
used were reed (I. cylindrica) rhizomes extract , bandotan (A. conyzoides) leaves
extract, kirinyuh (C. odorata) leaves extract, bittervine (M. micrantha) leaves
extract and tembelekan (L. camara) leaves extract. Kirinyuh leaves extracts give

significant effect on the suppression of germination variables, speed of growth
and seedling root length of A. intrusa. But giving some kinds of plant extracts
have not been able to provide significant effect on emphasis hypocotyl length.
Kirinyuh have the potential to suppress A. intrusa germination.
Key words

: Asystasia intrusa, germination, plant extracts

PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS EKSTRAK
TUMBUHAN UNTUK MENEKAN PERKECAMBAHAN
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume

GALUH HANIFATIHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk
Menekan Perkecambahan Asystasia intntsa (Forssk.) Blume
: Galuh Hanifatiha
Nama
: A24080171
NIM

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP
Pembimbing I

o


Tanggal Lulus:

[1 5 ..I l

Judul Skripsi : Penggunaan Beberapa Jenis Ekstrak Tumbuhan untuk
Menekan Perkecambahan Asystasia intrusa (Forssk.) Blume
Nama
: Galuh Hanifatiha
NIM
: A24080171

Disetujui oleh

Ir Sofyan Zaman, MP
Pembimbing I

Ir Adolf Pieter Lontoh, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 hingga bulan
Agustus 2012 ini ialah potensi ekstrak tumbuhan sebagai bioherbisida, dengan
judul Penggunaan Beberapa Ekstrak Tumbuhan untuk Menekan Perkecambahan
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih Leuwikopo IPB, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Sofyan Zaman, MP dan Ir Adolf
Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing, serta Prof Dr Ir Memen Surachman, MSc
yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Di
samping itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Didi, Hasrat, Tri,
Indra, Izza dan Bunga yang telah membantu penulis selama penelitian. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada Keluarga Besar Indigenous 45, BEM
Faperta Kabinet Generasi Pembaharu, BEM KM IPB Berkarya atas doa dan
semangat yang diberikan selama penulis menjalankan penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Galuh Hanifatiha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Gulma

2


Alelopati

3

Ekstrak Tumbuhan

4

Pengujian Benih Asystasia intrusa

5

Perkecambahan Benih

6

METODE

6


Bahan Penelitian

7

Peralatan Penelitian

7

Pengamatan

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

KESIMPULAN DAN SARAN

12


Kesimpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Daya berkecambah dan kecepatan tumbuh kecambah benih A. intrusa
2 Panjang akar dan panjang hipokotil kecambah benih A. intrusa

9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lay out percobaan

15

2 Metode pembuatan ekstrak rimpang alang-alang

16

3 Metode pembuatan ekstrak daun tumbuhan

17

4 Perkecambahan benih A. intrusa pada hari ke-9

18

5 Sidik ragam berbagai peubah

19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu aspek budidaya pada tanaman perkebunan yang sangat penting
adalah pengelolaan gulma. Gulma dapat menurunkan hasil baik kualitas maupun
kuantitas dengan cara berkompetisi dengan tanaman pokok, selain itu gulma juga
dapat menjadi inang alternatif hama dan penyakit tanaman, apabila gulma yang
ada sebagai inang pengganti hama penyakit, maka penurunan hasilnya sangat
merugikan (Mawardi 2003).
Keberadaan gulma pada pertanaman sangat merugikan bagi pekebun, oleh
sebab itu gulma perlu dikendalikan. Gulma dikendalikan dengan berbagai metode,
antara lain secara mekanis yaitu dengan mencabut atau membabad, membakar,
menggenangi, memakai mulsa, musuh alami, rotasi tanaman serta penyemprotan
herbisida (Fadhly dan Tabri 2007).
Asystasia intrusa (Forssk.) Blume merupakan salah satu gulma penting
pada pertanaman karet dan kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan oleh Meilin
(2008) menunjukkan bahwa A. intrusa merupakan jenis gulma dominan kedua
pada areal perkebunan kelapa sawit dengan nilai Summed Dominan Ratio (SDR)
sebesar 9.4% sebelum dilakukan aplikasi herbisida.
A. intrusa menghasilkan benih yang banyak sehingga penyebarannya
cepat. Bila benih-benih A. intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka
akan terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu lahan dan gulma tersebut juga
akan menyita hampir semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di
lahan tersebut sehingga hasil panen akan berkurang bila penyiangan tidak tepat
pada saat periode kritis (Biotrop 2008).
A. intrusa pada pertanaman kelapa sawit dan karet umumnya dikendalikan
menggunakan herbisida. Herbisida dapat dikelompokkan menjadi herbisida
sintetik dan herbisida organik (bioherbisida). Penggunaan herbisida sintetik sangat
merugikan bagi kesehatan lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zein
(2008) racun yang menyebabkan kematian tertinggi di bagian penyakit dalam
Rumah Sakit Adam Malik, Medan adalah kematian akibat racun herbisida yaitu
sebesar 42.86%. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif dalam pengendalian gulma
yang ramah lingkungan, salah satunya yaitu dengan menggunakan bioherbisida.
Achadi dan Fitriana (2008) mengemukakan bahwa bioherbisida adalah herbisida
yang berasal dari tumbuhan yang mengandung alelopat (zat racun) yang dapat
menghambat atau mematikan tumbuhan lain.
Gulma dapat melepas senyawa alelopati yaitu senyawa-senyawa kimia yang
dilepaskan oleh tumbuhan ke lingkungan sekitarnya yang kemudian bersifat
sebagai racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan oleh mikroba tanah
(Sastrautomo, 1990).
Qasem dan Foy (2001) melaporkan ada 239 spesies gulma yang berpotensi
mengeluarkan senyawa alelopati diantaranya 64 spesies gulma yang bersifat
alelopati terhadap gulma lain, 25 spesies gulma yang bersifat autotoksik/
autopathy, dan 51 spesies gulma aktif sebagai antifungi atau antibakteri. Menurut
Patterson (1986) beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Teki
(Cyperus rotundus), Alang-alang (Imperata cylindrica), dan Bandotan (Ageratum
conyzoides).

2
Rimpang alang-alang (Imperata cylindrica) diketahui memiliki senyawa
alelopati, dari hasil penelitian yang dilakukan Pujiwati (2011) ekstrak rimpang
alang-alang mampu menekan pertumbuhan kecambah benih-benih gulma
Amarantus spinosus, Bidens bidernata dan Tridax procumbens. Selain alangalang, ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides) juga mengandung senyawa
alelopati. Hasil penelitian Xuan et al (2004) menunjukkan bahwa penggunaan
daun bandotan dengan dosis 2 ton/ha pada pertanaman padi dapat menekan
pertumbuhan gulma Aeschynomene indica dan Echinochloa crusgalli sampai
dengan 75%. Kirinyuh (Chromolaena odorata) mengandung senyawa alelopati
yang mampu menekan tinggi gulma Boreria latifolia, Cyperus rotundus dan
Axonopus compressus (Sahputra 2007). Ekstrak daun sembung rambat (Mikania
micrantha) dan daun tembelekan (Lantana camara) diketahui mampu menekan
jumlah daun gulma Axonopus compressus, Cyperus rotundus dan Boreria latifolia
serta menimbulkan gejala keracunan (toksisitas) pada ketiga jenis gulma tersebut
(Lasmini dan Wahid 2008).
Ekstrak rimpang alang-alang (I. cylindrica), ekstrak daun bandotan (A.
conyzoides), ekstrak daun kirinyuh (C. odorata), ekstrak daun sembung rambat
(M. Micrantha) dan ekstrak daun tembelekan (L. camara) berpotensi untuk
dikembangkan sebagai bioherbisida. Pada penelitian ini ekstrak dari berbagai
tumbuhan tersebut akan dievaluasi pengaruhnya terhadap perkecambahan benih A.
intrusa, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
Tujuan Penelitian
1. Membuktikan pengaruh pemberian beberapa jenis ekstrak tumbuhan
terhadap perkecambahan benih A.intrusa
2. Membuktikan jenis ekstrak tumbuhan yang paling menekan
perkecambahan benih A.intrusa
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian beberapa jenis ekstrak tumbuhan berpengaruh terhadap
perkecambahan benih A.intrusa
2. Terdapat jenis ekstrak tumbuhan yang paling menekan perkecambahan
benih A. intrusa

TINJAUAN PUSTAKA
Gulma
Gulma sering dikonotasikan kedalam kompetisi/campur tangannya
terhadap aktivitas manusia/pertanian. Gulma tidak dikehendaki dalam pertanian
karena (1) menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara,
air, sinar matahari dan ruang hidup, (2) menurunkan mutu hasil akibat
kontaminasi dengan bagian-bagian gulma, (3) mengeluarkan senyawa alelopati
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, (4) menjadi inang (host) bagi
hama dan patogen yang menyerang tanaman, (5) mengganggu tata guna air dan
(6) secara umum meningkatkan biaya usahatani karena peningkatan kegiatan di
pertanaman (Sukman dan Yakup 2002).

3
Gulma adalah tumbuhan pengganggu tanaman budidaya yang sering
mengganggu sejak masa pertumbuhan vegetatif, sampai pada masa generatif.
Gulma dapat mempengaruhi produktivitas tanaman budidaya yang akan
berpengaruh pada tingkat produksi dan pendapatan petani. Salah satu upaya untuk
mengatasi kehadiran gulma adalah dengan memanfaatkan herbisida sebagai
pembasmi, namun bila cara ini digunakan terus menerus dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan dan meningkatkan resistensi tanaman budidaya terhadap
penyakit tertentu bahkan mengganggu kesehatan manusia. Aplikasi herbisida yang
dilakukan petani terkadang melebihi dosis yang ditentukan serta pada saat
pengaplikasiannya petani tidak menggunakan standar keamanan sehingga
berakibat pada kesehatan para petani (Palapa 2009).
Alelopati
Istilah alelopati (allelopathy) pertama kali dikemukakan oleh Hans
Molisch tahun 1937. Alelopati berasal dari kata allelon (saling) dan pathos
(menderita). Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimiawi secara
timbal balik, yaitu yang bersifat penghambatan maupun perangsangan antara
semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Batasan alelopati menurut Rice
(1974) merupakan keadaan merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan
lain, termasuk mikroorganisme, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan
ke lingkungannya.
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat
ditemukan pada semua jaringan tumbuh-tumbuhan termasuk daun, batang, akar,
rhizoma, bunga, buah dan benih. Senyawa kimia tersebut dibebaskan melalui
pencucian, eksudasi akar, volatilisasi dan dekomposisi bahan. Senyawa alelopati
berpengaruh negatif terhadap penyerapan unsur hara, pembelahan sel,
penghambatan pertumbuhan, penghambatan aktivitas fotosintesis, berpengaruh
terhadap respirasi, sintesis protein, perubahan ketegangan membran, serta
penghambatan aktivitas enzim (Duke 1985).
Banyak spesies gulma menimbulkan kerugian dalam budidaya tanaman
yang berakibat pada berkurangnya jumlah dan kualitas hasil panen. Inderjit dan
Keating (1999) melaporkan hingga 112 spesies yang memiliki potensi alelopati,
bahkan Qasem dan Foy (2001) menambahkannya hingga 239 spesies. Selain itu,
Qasem dan Foy (2001) mencatat 64 spesies gulma yang bersifat alelopati terhadap
gulma lain, 25 spesies gulma yang bersifat autotoksik/autopathy, dan 51 spesies
gulma aktif sebagai antifungi atau antibakteri. Jenis gulma yang memberikan
pengaruh negatif alelopati pada tanaman berkontribusi pada berkurangnya jumlah
dan kualitas panen tanaman melalui alelopati dan juga kompetisi sarana tumbuh.
Potensi alelopati dari suatu organisme sumber dan pengaruhnya terhadap
organisme target memiliki keragaman yang secara umum disebabkan oleh faktor
genetika maupun lingkungan. Keragaman potensi alelopati karena faktor
lingkungan dapat terjadi pada keadaan perbedaan populasi, siklus hidup dan
waktu tanam, tanah dan iklim, serta adanya cekaman biotik maupun abiotik.
(Junaedi et al 2006).

4
Ekstrak Tumbuhan
Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv)
Alang-alang merupakan tumbuhan dari famili Graminae. Alang-alang
memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga mudah tumbuh dimana-mana.
Alang-alang sering menjadi gulma yang merugikan para petani. Hasil penelitian
Meilin (2008) alang-alang merupakan gulma dominan pada pertanaman kelapa
sawit dengan SDR sebesar 27.8%.
Alang-alang baik tumbuh pada ketinggian hingga 2 700 m dpl. Alangalang dapat mempengaruhi tanaman kultivasi lain karena kebutuhan natrium
relatif tinggi. Tumbuhan ini dapat menyebabkan penurunan pH tanah (Wardiyono
2008). Menurut penelitian Mac Donald et al (2002), pada alang-alang, bagian
yang efektif mengeluarkan allelopat adalah rimpangnya.
Alang-alang mengandung senyawa alelopati yaitu empat golongan
senyawa fenolik yang terdiri dari asam isofemfik, asam salisilik, asam veratatrat
dan asam amisat (Sajise 1980). Penelitian sebelumnya memberikan hasil bahwa
ekstrak alang-alang memberikan pengaruh yang paling besar berupa
penghambatan perkecambahan pada parameter persentase perkecambahan,
panjang hipokotil, panjang akar dan berat basah kecambah pada kedelai (Aini
2008).
Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
Bandotan (A. conyzoides) berasal dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini
tersebar di berbagai kawasan Indonesia sehingga memiliki berbagai nama daerah.
Bandotan di daerah Jawa dikenal dengan sebutan Babadotan, di daerah Sumatera
dikenal dengan daun tombak sedangkan di Madura dikenal dengan sebutan
Wedusan. Bandotan telah digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional
oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Bandotan di India digunakan sebagai
bakterisida, antidisentri dan antilithik. Perasan/ ekstrak Bandotan di Brazil dipakai
untuk menangani kolik, flu, demam, diare, rheumatik dan efektif mengobati luka
bakar (Sukamto 2007).
Bandotan diduga kuat memiliki alelopati, hal ini dikarenakan daun
Bandotan diidentifikasikan memiliki kandungan tiga phenolic acid yaitu gallic
acid, coumalic acid dan protocatechuic yang dapat menghambat pertumbuhan
beberapa gulma pada tanaman padi. Herba Bandotan juga mengandung asam
amino, organacid, pectic substance, minyak atsiri kumarin, friedelin, siatosterol,
tanin sulfur dan potasium klorida. Akar Bandotan mengandung minyak atsiri,
alkaloid dan kumarin (Sukamto 2007).
Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H.E. Robinson)
Kirinyuh termasuk dalam famili Asteraceae. Daun Kirinyuh
berbentuk oval, bagian bawah lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang
daun 6-10 cm dan lebarnya 3-6 cm. Kirinyuh dapat tumbuh pada ketinggian 1
000-2 800 m dpl. Kemampuan Kirinyuh mendominasi area dengan cepat
disebabkan oleh produksi benihnya yang sangat banyak. Setiap tumbuhan dewasa
mampu memproduksi sekitar 80 ribu benih setiap musim (Prawiradiputra 2007).

5
Kirinyuh diketahui dapat mengeluarkan senyawa alelopati. Senyawa
alelopati yang terkandung pada daun Kirinyuh adalah asam polimiktik, asam
linoleik dan dimetoksifenol (Yuliastri, Agusta dan Semiadi 2006).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan kombinasi taraf maksimum
ekstrak 75 g daun alang-alang dan 75 g daun kirinyuh mampu menekan tinggi
gulma sasaran (Boreria latifolia, Cyperus rotundus dan Axonopus compressus)
paling tinggi pada 4, 6 dan 8 MSA. Kombinasi ekstrak ini juga menekan jumlah
daun gulma sasaran secara umum pada 6 dan 8 MSA, fitotoksisitas pada 6 MSA,
serta bobot kering dan basah akar pada 8 MSA. Sedangkan jika dilihat
interaksinya dengan gulma sasaran kombinasi ekstrak ini menekan jumlah daun C.
rotundus pada 2 dan 6 MSA, serta meningkatkan fitotoksisitas B. latifolia pada 6
dan 8 MSA (Sahputra 2007).
Sembung Rambat (Mikania micrantha L.)
Sembung rambat (M. micrantha) dikenal dengan sebutan mile-a-minute,
karena penyebaran benihnya yang sangat cepat. Penyebaran benih sembung
rambat melalui angin, bantuan binatang maupun aliran air. Daya berkecambah
benih sembung rambat rendah bila dibandingkan dengan spesies gulma yang lain,
yaitu berkisar 8-12%. Sembung rambat merupakan tumbuhan yang berasal famili
Asteraceae. Sembung rambat dapat mengurangi petumbuhan dan produktivitas
beberapa tanaman seperti kelapa sawit, karet, jeruk, singkong, jati eukaliptus,
akasia, albasia, nanas, kelapa dan pisang (APFISN 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Achadi dan Fitriana (2008)
menunjukkan bahwa ekstrak daun alang-alang (I. cylindrica) dan ekstrak daun
sembung rambat (M. micrantha) dapat menekan pertumbuhan gulma pada
pertanaman karet sehingga ada kecenderungan dapat meningkatkan hasil lateks
setiap pohonnya. Alelopati yang terkandung pada daun sembung rambat adalah
senyawa fenol.
Ekstrak daun sembung rambat (M. micrantha) dan daun tembelekan (L.
camara) diketahui mampu menekan jumlah daun gulma Axonopus compressus,
Cyperus rotundus dan Boreria latifolia serta menimbulkan gejala keracunan
(toksisitas) pada ketiga jenis gulma tersebut (Lasmini dan Wahid 2008).
Tembelekan (Lantana camara L.)
Daun L. camara diketahui mengandung Lantadene A (0,31–0,68%),
lantadene B (0,2 %), lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung minyak
menguap 0,16–0,2 %), betha-caryophyllene, gamma-terpidene, alpha-pinenedan
p-cyme (APFISN 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Saxena (2000) menunjukkan bahwa ekstrak
L. camara pada konsentrasi 1-3% dapat mematikan gulma eceng godok
(Eichornia crassipes) pada 21 hari setelah aplikasi.
Pengujian Benih Asystasia intrusa
A. intrusa termasuk ke dalam famili Acanthaceae. A. intrusa merupakan
gulma penting di perkebunan kelapa sawit dan karet (Biotrop, 2008). A. intrusa
dapat ditemukan di daerah sampai ketinggian 500 m dpl. A. intrusa merupakan
rumput liar subur dan kompetitif dan membutuhkan unsur hara tinggi terutama N

6
dan P. A. intrusa menghasilkan benih dengan baik dengan viabilitas mencapai
85%, yang dapat bertahan sampai 8 bulan di dalam tanah. Pada kondisi alami
benih dapat berkecambah pada 30 hari setelah pecah, dan 10 minggu setelah
perkecambahan dapat tumbuh dengan cepat, kemudian menghasilkan buah polong
dan benih setelah 8 bulan atau lebih (Biotrop 2008).
Bila benih-benih A. intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka
akan terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu lahan. A. intrusa akan menyita
hampir semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan tersebut
serta akan mengurangi hasil panen bila penyiangan tidak tepat pada saat periode
kritis (Biotrop 2008).
Pada uji dormansi diketahui bahwa benih A. intrusa sudah tumbuh pada
hari ke empat, dan pada hari ke 18 seluruhnya telah mencapai pertumbuhan 70%
dari total benih yang ditanam (Afrizal 2010).
Perkecambahan Benih
Benih berisi sebuah embrio tumbuhan, tutup pelindung dan cadangan
makanan yang nantinya dipergunakan oleh embrio untuk memulai hidup. Embrio
terdiri dari sebagian akar yang berkembang, batang, daun dan satu atau dua daun
benih yang disebut kotiledon. Pada benih rumput-rumputan hanya ada satu
monokotiledon yang tidak seperti daun. Pada gulma berdaun lebar terdapat dua
kotiledon yang nampak menyerupai daun. Cadangan makanan yang tergabung
dalam embrio membentuk cadangan makanan yang khas disebut endosperm.
Ukuran benih, bentuk permukaan benih, hillum dari benih asli, ukuran embrio,
kedudukan dan bentuk serta ada atau tidaknya endosperm merupakan hal-hal yang
perlu diperhatikan dari benih. Benih pada umumnya berisi karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. (Moenandir 1993).
Benih gulma yang berada dalam tanah, dalam waktu tertentu atau setelah
terjadi pematahan dormansi, dapat berkecambah. Perkecambahan dapat terjadi
selama benih tersebut masih viabel atau benih-benih tersebut sudah tidak akan
berkecambah lagi setelah benih mengalami senesensi (Moenandir 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih ada dua macam
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi
perkecambahan adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan
adanya penghambatan perkecambahan. Faktor luar yang mempengaruhi
perkecambahan adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium yang dipakai
dalm perkecambahan (Sutopo 2002).

METODE
Metode yang digunakan adalah Uji Di atas Kertas (UDK). Rancangan yang
digunakan dalam percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari enam perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah kontrol
dan beberapa jenis ekstrak tumbuhan yang terdiri dari ekstrak rimpang alangalang, ekstrak daun bandotan, ekstrak daun kirinyuh, ekstrak daun sembung
rambat dan ekstak daun tembelekan.
G1
= Air (Kontrol)
G2
= Alang-alang (Imperata cylindrica)

7
G3
G4
G5
G6

= Bandotan (Ageratum conyzoides)
= Kirinyuh (Chromolaena odorata)
= Sembung rambat (Mikania micrantha)
= Tembelekan (Lantana camara)

Model rancangan : Yij = µ + τi + εij
Yij
= Pengamatan pada ekstrak tumbuhan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Rataan umum
τ
= Pengaruh ekstrak tumbuhan ke-i
εij
= Pengaruh acak pada ekstrak tumbuhan ke-i ulangan ke-j
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah rimpang alang-alang, daun bandotan, daun
kirinyuh, daun sembung rambat dan daun tembelekan dalam kondisi segar. Benih
A. intrusa.
Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan dalam percobaan adalah pisau, blender/ penumbuk,
labu volumetrik, kertas merang, cawan petri, penggaris/ jangka sorong, saringan,
kertas label, plastik, gelas ukur dan pipet serta alat pengecambah benih IPB 72-1.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Leuwikopo IPB Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Juli hingga Agustus
2012.
Prosedur Percobaan
1. Persiapan media perkecambahan
Media yang digunakan untuk perkecambahan benih A. intrusa
adalah kertas merang sebanyak 2 lapis yang ditaruh ke dalam cawan petri.
Setiap perlakuan/ setiap cawan petri diisi dengan benih A.intrusa sebanyak
25 benih.
2. Pembuatan ekstrak tumbuhan
a. Pembuatan ekstrak daun kirinyuh, bandotan, sembung rambat dan
tembelekan.
Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 50 gram
daun kirinyuh, daun bandotan, daun sembung rambat dan daun
tembelekan. Daun tumbuhan diblender dengan 100 ml air, kemudian
disaring menggunakan saringan. Ekstrak kemudian dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan air sampai 500 ml, sehingga
yang digunakan dalam penelitian adalah filtrat daun bandotan, daun
kirinyuh, daun sembung rambat dan daun tembelekan. Ekstraksi setiap
bahan segar tumbuhan dilakukan terpisah. Blender dicuci bersih
sebelum digunakan untuk pembuatan ekstrak selanjutnya. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari tercampurnya ekstrak lain yang tidak
sesuai perlakuan. Ekstrak yang siap aplikasi kemudian di siramkan ke

8
dalam cawan petri yang berisi 25 benih A. intrusa sebanyak 10 ml
menggunakan pipet (Muhibbah 2009). Benih A. intrusa dalam cawan
petri yang telah diberi ekstrak tumbuhan kemudian dimasukkan ke alat
pengecambah benih IPB 72-1.
b. Pembuatan ekstrak rimpang alang-alang.
Rimpang alang-alang yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 50 gram. Rimpang alang-alang diblender dengan 100 ml air,
kemudian disaring menggunakan saringan. Ekstrak kemudian
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan air sampai
500 ml, sehingga yang digunakan dalam penelitian adalah filtrat
rimpang alang-alang. Ekstrak yang siap aplikasi kemudian di siramkan
ke dalam cawan petri yang berisi 25 benih A. intrusa sebanyak 10 ml
menggunakan pipet (Muhibbah 2009). Benih A. intrusa dalam cawan
petri yang telah diberi ekstrak tumbuhan kemudian dimasukkan ke alat
pengecambah benih IPB 72-1.
3. Perkecambahan benih
Penanaman beni A. intrusa dalam cawan petri dan menyiram
kertas merang dengan air agar lembab. Penyiraman benih A. intrusa dalam
petri sesuai perlakuan sebanyak 10 ml.
Pengamatan
1. Persentase Perkecambahan
Sutopo (2002) megemukakan pengambilan data jumlah A. intrusa
yang berkecambah dilakukan pada hari kesembilan setelah tanam dengan
rumus:
DB
2. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah
normal dibagi nilai etmal. Nilai etmal kumulatif dimulai dengan waktu
pengamatan dan dihitung dengan rumus penentuan kecepatan tumbuh
(Sadjad et al 1999).

KCT

=

KCT
N
t

= kecepatan tumbuh (%/etmal)
= persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
= waktu pengamatan (etmal)

9
3. Panjang Akar
Pengukuran panjang akar yaitu mulai dari ujung akar sampai batas
hipokotil pada 9 HST.
4. Panjang Hipokotil
Pengukuran panjang hipokotil dimulai dari leher akar sampai
dengan pangkal kotiledon dengan menggunakan penggaris pada 9 HST.
Analisis Data
Data dianalisis dengan sidik ragam dengan α=5%, hasil yang
berbeda nyata dilakukan uji lanjutan dengan Uji Wilayah Berganda
Duncan (DMRT). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
software The SAS® System for Windows 9.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Daya Berkecambah dan Kecepatan Tumbuh
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daya berkecambah benih Asystasia
intrusa pada perlakuan kontrol (tanpa ekstrak tumbuhan) berbeda nyata dengan
perlakuan pemberian ekstrak rimpang alang-alang (G2), ektrak daun bandotan
(G3), ekstrak daun kirinyuh (G4), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak
daun tembelekan (G6). Kelima ekstrak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
penekanan peubah daya berkecambah A. intrusa. Ekstrak yang paling menekan
daya berkecambah A. intrusa adalah ekstrak daun kirinyuh (G4) dengan rata-rata
daya berkecambah sebesar 4%. Hal ini diduga benih A. intrusa merespon zat
alelopati yang dihasilkan oleh ekstrak daun kirinyuh. Ekstrak tumbuhan yang
menekan perkecambahan A. intrusa selanjutnya adalah ekstrak daun bandotan
(G3) dengan rata-rata persentase daya berkecambah sebesar 6.4% (Tabel 1).
Tabel 1 Pengaruh beberapa ekstak tumbuhan terhadap daya berkecambah
dan kecepatan tumbuh benih A. intrusa
Peubah

Perlakuan
Daya berkecambah (%)
G1 (kontrol)
G2 (alang-alang)
G3 (bandotan)
G4 (kirinyuh)
G5 (sembung rambat)
G6 (tembelekan)

27.2a
6.4b
11.2b
4.0b
12.0b
11.2b

Kecepatan tumbuh (%/etmal)
8.35a
1.87b
3.37b
1.19b
3.24b
3.26b

Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

10
Tabel 1 menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh benih A. intrusa pada
semua perlakuan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa ekstrak
tumbuhan (kontrol). Perlakuan dengan ekstrak daun kirinyuh (G4) paling
menekan kecepatan tumbuh benih A. intrusa dengan rata-rata kecepatan tumbuh
sebesar 1.19%/etmal.

A

B

Gambar 1 Kecambah benih Asystasia intrusa : A. Kecambah normal;
B. Kecambah abnormal
Panjang Hipokotil dan Panjang Akar
Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang hipokotil kecambah A.intrusa pada
semua perlakuan tidak berbeda nyata. Meskipun demikian ekstrak rimpang alangalang (G2) dapat menekan panjang hipokotil dengan rata-rata panjang hipokotil
sebesar 3.38 cm.
Tabel 2 Pengaruh beberapa ekstak tumbuhan terhadap panjang hipokotil dan
panjang akar kecambah benih A. intrusa
Peubah
Perlakuan
Panjang hipokotil (cm)
Panjang akar (cm)
3.46
G1 (kontrol)
3.32a
3.38
G2 (alang-alang)
3.03ab
3.48
G3 (bandotan)
3.93a
4.29
G4 (kirinyuh)
1.93b
5.22
G5 (sembung rambat)
3.47a
4.62
G6 (tembelekan)
3.96a
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa panjang akar kecambah A. intrusa
pada perlakuan ekstrak daun kirinyuh (G4) berbeda nyata dengan kontrol, ekstrak
daun bandotan (G3), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun
tembelekan (G6) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian ekstrak
rimpang alang-alang (G2). Ekstrak daun kirinyuh merupakan ekstrak yang paling
menekan peubah panjang akar A. intrusa dengan rata-rata panjang akar sebesar

11
1.93 cm. Hal ini diduga benih A.intrusa merespon alelopati yang terkandung
dalam ekstrak daun kirinyuh.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak lima jenis
tumbuhan tidak berpengaruh pada peubah panjang hipokotil, namun berpengaruh
nyata pada peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan panjang akar
kecambah A. intrusa.
Pemberian lima jenis ekstrak tumbuhan memberikan pengaruh yang nyata
terhadap penekanan peubah daya berkecambah A. intrusa. Tabel 1 terlihat bahwa
rata-rata daya berkecambah benih A. intrusa yang diberi ekstrak tumbuhan lebih
kecil dibanding kontrol. Ekstrak yang paling menekan peubah daya
perkecambahan adalah ekstrak daun kirinyuh (G4) dengan rata-rata
perkecambahan sebesar 4%.
Alelopati yang terkandung pada daun kirinyuh yaitu asam polimiktik,
asam linoleik dan dimetoksifenol (Yuliastri, Agusta dan Semiadi 2006). Alelopati
ini mampu menekan persentase perkecambahan benih A. intrusa dengan rata-rata
daya berkecambah sebesar 4%. Hal ini diduga benih A. intrusa merespon alelopati
yang terkandung dalam ekstrak daun kirinyuh. Menurut Sastrautomo (1990)
interaksi biokimiawi antara ekstrak tumbuhan dan benih A. intrusa menyebabkan
gangguan perkecambahan, kecambah jadi abnomal, pertumbuhan memanjang
hipokotil terhambat dan perubahan susunan sel-sel akar.
Ekstrak alang-alang (G2) mampu menekan persentase daya berkecambah
benih A. intrusa dengan rata-rata persentase sebesar 6,4%. Penelitian Aini (2008)
tentang alelopati tumbuhan Imperata cylindrica, Ageratum conyzoides dan
Cyperus rotundus terhadap perkecambahan beberapa varietas kedelai
menunjukkan perkecambahan benih kedelai paling terhambat dengan adanya
alelopati dari jenis alang-alang jika dibandingkan dengan jenis gulma krokot dan
bandotan.
Pada penelitian ini dimungkinkan adanya dormansi pada benih A. intrusa,
sehingga walaupun diberikan lingkungan yang optimum, benih tidak dapat
berkecambah sehingga daya berkecambah yang dihasilkan juga rendah.
Rata-rata kecepatan tumbuh benih A. intrusa yang diberi ekstrak rimpang
alang-alang (G2), ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun kirinyuh (G4),
ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6) berturutturut adalah 1.87%/etmal, 3.37%/etmal, 1.19%/etmal, 3.25%/etmal dan
3.26%/etmal, lebih kecil dibandingkan dengan kontrol sebesar 8.35%/etmal. Hal
ini diduga bahwa beberapa ekstrak tumbuhan yang diberikan pada benih A.
intrusa mengandung senyawa alelopati yang dapat mempengaruhi kecepatan
tumbuh benih A. intrusa. Hasil tersebut memberikan pengaruh yang nyata
terhadap penekanan kecepatan tumbuh benih A. intrusa. Ekstrak daun kirinyuh
merupakan ekstrak yang paling menekan kecepatan tumbuh A. intrusa dibanding
keempat ekstrak lainnya. Benih A. intrusa merespon senyawa alelopati yang
terkandung pada daun kirinyuh sehingga kecepatan tumbuh A. intrusa dapat
ditekan.
Pemberian lima jenis ekstrak tumbuhan tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap peubah panjang hipokotil. Rata-rata panjang hipokotil kecambah
A. intrusa yang diberi ekstrak rimpang alang-alang (G2), ekstrak daun bandotan

12
(G3), ekstrak daun kirinyuh (G4), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak
daun tembelekan (G6) berturut-turut adalah 3.38 cm, 3.48 cm, 4.29 cm, 5.22 cm
dan 4.62 cm, sedangkan kontrol menghasilkan rata-rata panjang hipokotil sebesar
3.46 cm. Benih A. intrusa yang diberi ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun
kirinyuh (G4), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan
(G6) menghasilkan panjang hipokotil yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Benih A. intrusa yang diberi ekstrak rimpang alang-alang (G2) mengasilkan ratarata panjang hipokotil yang lebih rendah bila dibanding kontrol. Menurut Izah
(2009) ekstrak alang-alang mengandung alelopati yaitu fenol, fenol diduga dapat
mereduksi panjang hipokotil.
Rata-rata panjang akar kecambah A. intrusa yang diberi ekstrak tumbuhan
berturut-turut adalah 3.03 cm, 3.93 cm, 1.93 cm, 3.34 cm dan 3.96 cm. Panjang
akar kecambah A. intrusa pada perlakuan ekstrak daun kirinyuh (G4) berbeda
nyata dengan kontrol, ekstrak daun bandotan (G3), ekstrak daun sembung rambat
(G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6) namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan pemberian ekstrak rimpang alang-alang (G2). Ekstrak daun kirinyuh
merupakan ekstrak yang paling menekan peubah panjang akar A. intrusa dengan
rata-rata panjang akar sebesar 1.93 cm. Hal ini diduga benih A.intrusa merespon
alelopati yang terkandung dalam ekstrak daun kirinyuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kirinyuh (G4) memiliki
potensi dalam menghambat perkecambahan benih A. intrusa yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ekstrak rimpang alang-alang (G2), ekstrak daun bandotan
(G3), ekstrak daun sembung rambat (G5) dan ekstrak daun tembelekan (G6).
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak daun kirinyuh (G4)
memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan peubah daya berkecambah,
kecepatan tumbuh dan panjang akar kecambah A. intrusa.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian lima jenis ekstrak tumbuhan mampu memberikan pengaruh
yang nyata terhadap penekanan daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan
panjang akar A. intrusa namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
peubah panjang hipokotil A. intrusa.
Kirinyuh memiliki potensi dalam menekan perkecambahan A. intrusa.
Potensi penekanan kirinyuh terhadap rata-rata daya berkecambah, kecepatan
tumbuh dan panjang akar kecambah A. intrusa lebih besar bila dibandingkan
dengan keempat ekstrak tumbuhan dan kontrol.
Saran
Penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penghambatan kelima jenis
tumbuhan perlu dilakukan, yaitu dengan memberikan konsentrasi yang berbeda
dari penelitian sebelumnya dan pemilihan bahan ekstrak yang lebih baik dengan
memperhatikan segi ekonomis dan keefektifan dari metode tersebut. Peneliti
menyarankan untuk menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut selain air.
Pengujian di lapangan juga perlu dilakukan. Perlunya penelitian aspek dormansi
pada A. intrusa.

13

DAFTAR PUSTAKA
Achadi T, Mariana F. 2008. Berbagai ekstrak gulma sebagai bioherbisida di
perkebunan karet. Jurnal Agria 5(1): 16-18.
Afrizal M. 2010. Agroekologi terhadap pertumbuhan Asystasia intrusa. [diunduh
3 Juli 2012]. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id.
Aini B. 2008. Pengaruh Ekstrak Alang-alang (Imperata cylindrica), Bandotan
(Ageratum conyzoides) dan Teki (Cyperus rotundus) Terhadap
Perkecambahan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.). Skripsi.
Jurusan Biologi. Malang [ID]: Universitas Islam Negeri Malang. Malang.
APFISN. 2012. Mikania micrantha: mile a minute. [diunduh 17 Oktober 2012]
Tersedia pada: http://freshfromflorida.com.
APFISN. 2012. Lantana camara. [diunduh 19 Juni 2012]. Tersedia pada:
http://fao.org.
Biotrop. 2008. Asystasia intrusa. [diunduh 7 Oktober 2011]. Tersedia pada:
http://biotrop.org.
Duke SO. 1985. Weed physiology: Reproduction and Ecophysiology. CRC Press
Inc: Boca Raton Florida. Dalam: Junaedi, A., M.A. Chozin dan K.H. Kim.
Perkembangan Terkini Kajian Allelopati. Jurnal Hayati. 13(2): 79-84.
Fadhly AF, Fahdiana T. 2007. Pengendalian gulma pada pertanaman jagung.
[diunduh 4 Mei 2011]. Tersedia pada: http://balit.litbang.co.id.
Inderjit, Keating. 1999. Allelophaty: principles, procedures, processes and
promises for biological control, p 141-231. Dalam Junaedi et al. Kajian
Terkini Alelopati. Hayati 13(2): 79-84.
Izah L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perkecambahan
Benih Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Jurusan Biologi. Malang [ID]:
Universitas Islam Negeri Malang
Junaedi A, Muhammad AC, Kwang HK. 2006. Perkembangan terkini kajian
allelopati. Jurnal Hayati. 13(2): 79-84.
Lasmini SA, Abdul W. 2008. Respon tiga gulma sasaran terhadap beberapa
ekstrak gulma. Jurnal Agrisains 9(3): 132-142.
Mac Donald GE, DG Shilling, BJ Brecke, JF Gaffney, KA Langeland dan JT
Ducar. 2002. Weeds in the sunshine: cogongrass (Imperata cylindrica (L.)
Beav.) biology, ecology and management in Florida [US]. [diunduh 28 Juni
2013]. Tersedia pada: http://edis.ifas.ufl.edu.
Mawardi D. 2003. Efikasi herbisida glifosat terhadap gulma pada perkebunan
karet dan kelapa sawit. Konferensi Nasional XVIHIGI. SEAMEO
BIOTROP. Bogor [ID]. Hal 31-37.
Meilin A. 2008. Pergeseran dominansi spesies gulma pada perkebunan kelapa
sawit setelah aplikasi herbisida sistemik. Jurnal ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. 8(2): 58-66.
Moenandir J. 1993. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta [ID]:
Rajawali Press.
Muhibbah DNA. 2009. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Ekstrak Gulma Terhadap
Perkecambahan Beberapa Benih Gulma. Skripsi. Jurusan Biologi. Malang
[ID]: Universitas Islam Negeri (UIN). 137 hal.

14
Palapa. 2009. Senyawa alelopati teki (Cyperus rotundus) dan alang-alang
(Imperata cylindrica) sebagai penghambat pertumbuhan bayam duri
(Amaranthus spinosus). Jurnal Agritek. 17(6): 1155-1162.
Patterson DT. 1986. Research metods in weed weed science : Allelopathy. 3rd ed,
p.111-134. Dalam N. Setyowati dan E. Suprijono (Eds.). Eficacy of
Nutsedge Allelopathy in Liquid Formulation on Mimosa invisa and
Melochia corchorifolia. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.Bengkulu
[ID]: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Prawiradiputra BR. 2007. Ki rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M KING dan H.
ROBINSON): gulma padang rumput yang merugikan. [diunduh 17 Oktober
2012]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id.
Pujiwati I. 2011. Pemanfaatan lahan melalui potensi alang-alang (Imperata
cylindrica) sebagai bioherbisida. Gea 11(2): 226-234.
Qasem JR and C.L Foy. 2001. Weed allelopathy, its ecologucal impacts and
future prospects, p. 43-119. Dalam: Junaedi, A., M.A. Chozin dan K.H.
Kim. Perkembangan terkini kajian allelopati. Jurnal Hayati. 13(2): 79-84.
Rice EL. 1974. Allelopathy. Ed ke-1. Acad Pr: Orlando. Dalam: Junaedi, A., M.A.
Chozin dan K.H. Kim. Perkembangan Terkini Kajian Allelopati. Jurnal
Hayati. 13(2): 79-84.
Sadjad S, Endang M dan Satrias I. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komparatif ke Simulatif. Jakarta [ID]: Grasindo. 185 hal.
Sahputra NS. 2007. Studi Potensi Ekstrak Air Daun Alang-Alang (Imperata
cylindrica (L.) Beauv.) dan Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)
R.M. King & H. Robinson) Untuk Mengendalikan Tiga Jenis Gulma.
Program Studi Agronomi IPB. Bogor [ID]. 43 hal. (Tidak dipublikasikan).
Sajise PE. 1980. Alang-alang (Imperata cylindrica) and Upland Agriculture. Proc.
Biotrop Workshop on Alang-alang. Bogor [ID].
Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta [ID]:Gramedia Pustaka Utama
Saxena MK. 2000. Aqueous leachate of Lantana camara kills water hyacinth.
Journal of Chemical Ecology 26(10): 2435-2447.
Sukamto. 2007. Babadotan (Ageratum conyzoides) tanaman multi fungsi yang
menjadi inang potensial virus tanaman. [diunduh 20 Juni 2012]. Tersedia
pada: http://ddbj.nig.ac.jp .
Sukman Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya (Edisi Revisi).
Jakarta [ID]: Rajawali Pers.
Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Jakarta [ID]: Raja Grafindo Persada.
Wardiyono, 2008. Detail data Imperata cylindrica. http://warintek.com [diunduh
22 Juni 2012].
Xuan et al. 2004. Crop protection, p.915-922. Dalam Sukamto. Babadotan
(Ageratum conyzoides) Tanaman Multi Fungsi Yang Menjadi Inang
Potensial Virus Tanaman. Warta Puslitbangbun.
Yuliastri J, A. Agusta, G. Semiadi. 2006. Kandungan senyawa kimia pada bunga
dan daun Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H.E. Robinson.
[diunduh 15 Oktober 2011]. Tersedia pada: http://intra.lipi.go.id
Zein U. 2006. Beberapa Aspek Keracunan di Bagian Penyakit Dalam Rumah
Sakit Adam Malik Medan Tahun 1999-2000. [diunduh pada 20 Juni 2013].
Tersedia pada: http://www.tempo.co.id
Lampiran 1 Lay out percobaan

15

V G1

III G6

II G4

III G1

I G6

I G3

V G6

II G3

IV G6

III G5

II G5

III G3

II G2

V G3

V G2

IV G1

III G4

I G1

I G5

I G2

II G6

I G4

II G1

IV G5

IV G4

IV G2

III G2

V G5

IV G3

V G4

Keterangan:
G1
: Kontrol
G2
: Ekstrak rimpang alang-alang (50 g rimpang alang-alang dalam 100 ml
air)
G3
: Ekstrak daun bandotan (50 g daun bandotan dalam 100 ml air)
G4
: Ekstrak daun kirinyuh (50 g daun kirinyuh dalam 100 ml air)
G5
: Ekstrak daun sembung rambat (50 g daun sembung rambat dalam
100 ml air)
G6
: Ekstrak daun tembelekan (50 g daun Tembelekan dalam 100 ml air)

16
Lampiran 2 Metode pembuatan ekstrak rimpang alang-alang (Muhibbah, 2009)

Timbang rimpang alang-alang sebanyak 50 g

Rimpang alang-alang diblender dengan 100 ml air

Hasil ekstrak diaduk/dikocok kemudian disaring
menggunakan saringan lalu dimasukkan dalam labu
erlenmeyer

Hasil ekstrak ditambahkan air sampai 500 ml,
sehingga didapatkan filtrat rimpang alang-alang

Ekstrak rimpang alang-alang siap diaplikasikan

17
Lampiran 3 Metode pembuatan ekstrak daun tumbuhan (bandotan,
kirinyuh,sembung rambat dan tembelekan) (Muhibbah, 2009)

Timbang daun tumbuhan sebanyak 50 g

Daun tumbuhan diblender dengan 100 ml air

Hasil ekstrak diaduk/dikocok kemudian disaring
menggunakan saringan lalu dimasukkan dalam labu
erlenmeyer

Hasil ekstrak ditambahkan air sampai 500 ml,
sehingga didapatkan filtrat daun tumbuhan

Ekstrak daun tumbuhan siap diaplikasikan

18

A

B

C

D

E

F

Lampiran 4 Perkecambahan benih A. intrusa pada hari ke-9 (A) kontrol,
(B) alang-alang, (C) bandotan, (D) kirinyuh, (E) sembung
(F) tembelekan

19
Lampiran 5 Sidik ragam daya berkecambah, kecepatan tumbuh, panjang hipokotil
dan panjang akar kecambah Asystasia intrusa pada berbagai
perlakuan ekstrak tumbuhan
Sumber
Keragaman

Derajat
Bebas

Jenis Ekstrak
Galat
Jumlah

5
24
29

Jenis Ekstrak
Galat
Jumlah

5
24
29

Jenis Ekstrak
Galat
Jumlah

5
24
29

Jenis Ekstrak
Galat
Jumlah

5
24
29

Jumlah
Kuadrat
FKuadrat
Tengah
hitung
Daya Berkecambah
1638.4
327.68
2.65*
2969.6
123.733
4608.0
Kecepatan Tumbuh
158.329
31.666
2.85*
266.697
11.112
425.026
Panjang Hipokotil
14.229
2.845
0.79
86.413
3.600
100.642
Panjang Akar
14.055
2.811
3.46*
19.478
0.811
33.533

P

KK

0.0482

35.477

0.0370

25.169

0.567

24.657

0.0169

27.498

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14 Juli
1990. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Hariyanto dan Ibu Hafni
Nasution.
Tahun 2002 penulis lulus dari SD Muhammadiyah Bojong Gede,
kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Bogor.
Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor pada tahun 2008. Tahun 2008
penulis diterima di IPB melalui jalur SPMB dan diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Tahun 2012 penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasardasar Agronomi dan Dasar-dasar Hortikultura. Penulis juga aktif pada beberapa
kepanitiaan. Tahun 2010 penulis menjadi Koordinator Dana dan Usaha pada Masa
Perkenalan Fakultas Pertanian. Tahun 2012 penulis menjadi salah satu pengelola
stand mahasiswa IPB dalam acara Agrinex Expo 2012. Tahun 2012 penulis
menjadi Sekretaris Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Lembaga
Kemahasiswaan IPB (LKMM LK IPB) dan Musyawarah Kerja Lembaga
Kemahasiswaan IPB (MUKER LK IPB). Penulis juga menjadi editor dalam
pembuatan e-book LK IPB.
Penulis juga aktif pada organisasi kemahasiswaan. Tahun 2010/2011
penulis menjadi Kepala Biro Fund Raising Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Pertanian. Kemudian tahun 2011/2012 penulis menjabat sebagai
Sekretaris Biro Bisnis dan Kemitraan BEM KM IPB.