Penerapan Standar Operasional Produksi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas Pisang Tanduk (Musa Sp., Aab Group)

i

PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PRODUKSI
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI
DAN KUALITAS PISANG TANDUK
(Musa sp., AAB Group)

Oleh
ITA UTAMI AIDID
A24070028

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Implementation Standar Operational Production to Increase Growth, Yield and
Quality Pisang Tanduk (Musa sp, AAB Group)

Abstract
The objective of this research was to determinate effect using cultivation

technique in growth, yield, and quality of ‘Pisang Tanduk’. This research was
conducted on May 2010 until October 2011 in Kopo, Cisarua Bogor. Quality
observation was conducted at Postharvest Laboratory Departement of Agronomy
and Horticulture, FAPERTA IPB. Treatment tested were traditional cultivation
technique, production operational standard of banana monoculture and
production operational standard of banana intercropping. Banana production
operational standards that used were a

modification of the production

operational standard of ‘Rajabulu’ Banana (PKBT, 2007).
The results showed that cultivation techniques is significantly affected in
growth and production of banana. Implementation production operational
standard of banana can increased optimum growing. An examination of bunch
weight, hands weight and fruit weight found that they generally greatest in
implementation production operational standard of banana. Cultivation
techniques also significantly affected on the fruit length and diameter of banana.
Chemical quality is not significantly affected by cultivation techniques except for
total soluble solids. Cultivation vegetable within banana planting is one
alternative to increase revenue to farmer with R/C ratio 2.00. Vegetable planting

did not affect banana growth and yield.

Keywords : ‘Pisang Tanduk’, cultivation technique, growth, yield, quality

ii

PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PRODUKSI
UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI
DAN KUALITAS PISANG TANDUK
(Musa sp., AAB Group)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
ITA UTAMI AIDID
A24070028

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

iii

Judul : PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PRODUKSI
UNTUK

MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN,

PRODUKSI DAN KUALITAS PISANG TANDUK
(Musa sp., AAB Group)
Nama : ITA UTAMI AIDID
NIM : A24070028

Menyetujui,
Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Ani Kurniawati, SP.,MSi
NIP. 19691113 199403 2 00

Heri Harti, SP.,MSi
NIP. 19731105 200701 2 003
Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

iv

RINGKASAN


ITA UTAMI AIDID. Penerapan Standar Operasional Produksi Untuk
Meningkatkan Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas Pisang Tanduk (Musa
sp., AAB Group). Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI DAN HERI HARTI.

Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Pisang
mengandung berbagai macam vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi
manusia. Total produksi pisang Indonesia 38% dari total produksi buah nasional.
Permintaan pisang di pasar lokal maupun luar negeri cenderung mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Permintaan yang cukup tinggi tidak diikuti oleh
ketersediaan suplai pisang yang bermutu. Rendahnya produksi dan kualitas
pisang disebabkan budidaya pisang di Indonesia belum dikelola secara optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa sistem
budidaya pisang terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah pisang
Tanduk (Musa sp., AAB Group). Penelitian dilaksanakan di Desa Kopo
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Penelitian dimulai pada bulan
Mei 2010 – Oktober 2011.
Perlakuan terdiri dari sistem budidaya tradisional, sistem budidaya sesuai
standar operasional produksi (SOP) pisang pola monokultur dan sistem budidaya

sesuai standar operasional produksi (SOP) pisang pola tumpangsari. Peubah
pertumbuhan meliputi lingkar batang, tinggi tanaman, jumlah daun. Peubah
produksi meliputi waktu berbunga, bobot tandan, jumlah sisir per tandan, bobot
per sisir, jumlah buah per sisir dan bobot per buah. Peubah kualitas buah meliputi
asam total tertitrasi, padatan total terlarut, edible part, diameter dan panjang buah.
Analisis data menggunakan uji-t untuk membandingkan antar sistem budidaya.
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

penerapan

SOP

pisang


menghasilkan pertumbuhan, produksi serta kualitas Pisang Tanduk Musa sp.,
AAB Group yang lebih baik. Penanaman kol, caisim, wortel dan bawang daun
sebagai tanaman sela pada pertanaman Pisang Tanduk tidak mempengaruhi
pertumbuhan serta produksi Pisang Tanduk. Penanaman sayuran sebagai tanaman

v

sela dapat memberikan pendapatan tambahan sehingga dapat meningkatkan
penghasilan petani selama masa tunggu panen. Penerapan SOP pola tumpangsari
memberikan penerimaan lebih baik dengan R/C rasio 2.00.

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar pada 3 Agustus 1989 sebagai putri pertama
dari pasangan Bapak Umar Aidid dan Ibu Ismiati. Tahun 2001 penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Klangonan Gresik, kemudian
menyelesaikan studi di SMP Negeri 2 Gresik pada tahun 2004. Tahun 2007
penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Gresik.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan mayor Agronomi dan Hortikultura dan minor
Kewirausahaan Agribisnis.
Selama perkuliahan, penulis aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi.
Penulis pernah menjadi Sekretaris I Ikatan Mahasiswa Jawa Timur dan ketua
divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia Himpunan Mahasiswa Agronomi
(HIMAGRON) tahun 2008-2009. Penulis juga pernah mengikuti kepanitian
dalam berbagai kegiatan antara lain Masa Perkenalan Departemen tahun 2009,
Farmer Field Day tahun 2010, dan Festival Tanaman (FESTA) XXXI tahun
2010. Penulis juga menjadi asisten mata kuliah Ilmu Tanaman Perkebunan tahun
2010. Selain itu, penulis pernah melakukan magang liburan pada tahun 2009 di
Java Anggrek serta tahun 2010 di Biro Riset PT. Petrokimia Gresik.

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan kasih-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Penerapan Standar Operasional

Produksi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan, Produksi Dan Kualitas
Pisang Tanduk (Musa sp, AAB Group)’. Skripsi ini merupakan bagian dari
tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ani Kurniawati, SP., MSi
dan Heri Harti SP., MSi selaku pembimbing skripsi, teladan penulis yang telah
memberikan bimbingan selama penelitian berlangsung. Dr. Ir. Sobir, MS selaku
dosen penguji atas kritik dan saran kepada penulis. Selain itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional,
melalui dana DP2M Program Pengabdian Masyarakat Mono tahun, tahun
2010 yang telah membiayai penelitian ini.
2. Pak Nurdin, Pak Tata, Pak Cecep dan Kelompok Tani Sudi Mukti Desa
Kopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
3. Kedua orang tua dan adik-adik (Yuliman Muharram Aidid dan Firdaus
Abdi Aidid) yang selalu memberikan do’a, kasih sayang dan motivasi
kepada penulis.
4. Miftahul Bahrir rekan se-penelitian atas semua kerjasamanya.
5. Mbak Adya, Fikrin, Alfia, Mita, Rara, Oma, Okti, Evie Dj, Istir, Andra,

Erik, dan Rahmat, terima kasih atas cinta dan tawa yang telah diberikan.
6. Keluarga besar AGH 44 Bersatu, atas kebersamaan yang indah.
7. Keluarga besar Dr. Eleven (Puji, Astrid, Didi, Alfia, Listika, Tika) dan
Pondok NN (Mbak Zuhra, Mbak Endah, Mbak Dedek, Nining, Ayu, Leli,
Okta, Ayung, Ike).
Bogor, Februari 2012
Penulis

viii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2
Hipotesis .............................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4

Botani Tanaman .................................................................................................. 4
Morfologi Pisang ................................................................................................. 5
Budidaya Pisang .................................................................................................. 6
Kualitas dan Mutu Pisang.................................................................................... 9
BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 11
Waktu dan Tempat ............................................................................................ 11
Alat dan Bahan .................................................................................................. 11
Metode Penelitian .............................................................................................. 11
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 12
Pengamatan ....................................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 16
Hasil................................................................................................................... 16
Kondisi Umum .................................................................................................. 16
Pertumbuhan ...................................................................................................... 18
Lingkar Batang .............................................................................................. 18
Tinggi Tanaman ............................................................................................. 21
Jumlah Daun .................................................................................................. 23
Produksi ............................................................................................................. 24
Bobot Tandan, Bobot per Sisir dan Bobot per Buah ..................................... 26
Jumlah Sisir per Tandan dan Jumlah Buah per Sisir ..................................... 27
Kualitas .............................................................................................................. 28
Kualitas Kimia Pisang Tanduk ...................................................................... 28
Kualitas Fisik Pisang Tanduk ........................................................................ 28
Pembahasan ....................................................................................................... 30
Analisis Usahatani ............................................................................................. 38

ix

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 42
Kesimpulan ........................................................................................................ 42
Saran .................................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 46

x

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Karakteristik Buah pada Beberapa Kultivar Pisang ....................................... 4
2. Data Analisis Tanah ...................................................................................... 16
3. Rekapitulasi Uji-t antar Sistem Budidaya ..................................................... 18
4. Perbandingan Lingkar Batang Antar Sistem Budidaya Pisang Tanduk
(Musa sp., AAB Group) ............................................................................... 19
5. Perbandingan Tinggi Tanaman Antar Sistem Budidaya Pisang Tanduk
(Musa sp., AAB Group) .............................................................................. 21
6. Perbandingan Jumlah Daun Antar Sistem Budidaya Pisang Tanduk
(Musa sp., AAB Group) ............................................................................... 23
7. Persentase Waktu Berbunga Tanaman Pisang Tanduk pada Beberapa
Sistem Budidaya ........................................................................................... 24
8. Perbandingan Produksi Pisang Tanduk pada Sistem Budidaya
Tradisional dan Sistem Budidaya SOP Pola Monokultur ............................ 27
9. Perbandingan Kualitas Kimia Pisang Tanduk pada Sistem Budidaya
Tradisional dan SOP Pola Monokultur......................................................... 28
10. Perbandingan Kualitas Fisik Pisang Tanduk pada Sistem Budidaya
Tradisional dan SOP Pola Monokultur......................................................... 29
11. Analisis R/C Rasio Beberapa Sistem Budidaya Pisang Tanduk ................. 38

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Daun Pisang Tanduk Robek Terkena Angin................................................. 17
2. Serangan Erionota thrax (a), Sanitasi Lahan (b) .......................................... 17
3. Pertumbuhan Lingkar Batang Pisang Tanduk (Musa sp., AAB Group)
pada Beberapa Sistem Budidaya. ................................................................ 20
4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pisang Tanduk (Musa sp., AAB
Group) pada Beberapa Sistem Budidaya. ..................................................... 22
5. Pertumbuhan Jumlah Daun Pisang Tanduk (Musa sp., AAB Group)
pada Beberapa Sistem Budidaya .................................................................. 24
6. Tahapan Pembungaan Pisang Tanduk (a) Daun Bendera Muncul, (b)
Jantung Pisang Menjulang ke Atas, (c) Jantung Pisang Merunduk, (d)
Pembrongsongan pada Buah Pisang Tanduk................................................ 25
7. Tahapan Pembrongsongan Pisang Tanduk (a) Pembrongsongan pada
Buah, (b) Pengikatan Plastik Brongsong ke Pangkal Tandan, (c)
Pembuangan Kelopak Daun, (d) Kelopak Daun yang Telah Jatuh .............. 26
8. Tinggi
Tanaman Pisang Tanduk (a) SOP Umur 10 BST,
(b) Tradisional Umur 8 BST ....................................................................... 32
9.

Lingkar Batang Pisang Tanduk (a) SOP umur 8 BST,
(b) Tradisional umur 7 BST ........................................................................ 33

10. Tanaman Pisang Tanduk yang Dibudidayakan secara Tradisional
Rentan Rebah saat Terkena Angin Kencang ............................................. 33
11. Bobot per Buah Pisang Tanduk pada Sistem Budidaya (a)
Tradisional, (b) SOP Pola Monokultur, (c) SOP Pola Tumpangsari ......... 35
12. Penampilan Fisik Buah Pisang Tanduk (a) Sistem Budidaya
Tradisional, (b) SOP Pola Monokultur (c) SOP Pola Tumpangsari .......... 36
13. Perbandingan Panjang Buah Pisang Tanduk (a) Sistem Budidaya
Tradisional, (b) SOP Pola Monokultur, (c) SOP Pola Tumpangsari ......... 37
14. Penanaman Tanaman Sela diantara Pertanaman Pisang (a) Awal
Tanam, (b) 2 BST, (c) 3 BST dan (d) 7 BST............................................. 40

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Data Klimatologi Lokasi Kebun Pisang Tanduk .......................................

47

2. Alur Standar Operasional Produksi Pisang Rajabulu ................................

48

3. Analisis Usahatani Pisang Tanduk pada Sistem Budidaya Tradisional dan
SOP Pola Monokultur................................................................................. 49
4. Analisis Usahatani Pisang Tanduk pada Sistem Budidaya Tradisional
dan SOP Pola Tumpangsari ........................................................................ 50

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Hampir
semua bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan. Pisang mengandung
berbagai macam vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi manusia. Buah pisang
dapat dikonsumsi sebagai buah segar atau olahan.
Pada tahun 2010, produksi pisang Indonesia mencapai 5 755 073 ton.
Total produksi pisang Indonesia 38% dari total produksi buah nasional. Sentra
produksi pisang sebagian besar berada di wilayah Jawa Barat. Total produksi
pisang di Jawa Barat mencapai 1 090 777 ton (BPS, 2010).
Permintaan pisang di pasar lokal maupun luar negeri cenderung
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
konsumsi per kapita pisang tahun 2002 sebesar 17.4 kg/kapita/tahun, pada tahun
2007 konsumsi

pisang domestik sebesar 21.4 kg/kapita/tahun (FAO, 2007).

Peningkatan konsumsi buah tidak hanya disebabkan bertambahnya jumlah
penduduk melainkan bertambahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
mengenai nilai gizi yang terkandung dalam buah-buahan khususnya buah pisang.
Masyarakat juga lebih sadar mengenai manfaat buah-buahan untuk menjaga
kesehatan tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Budidaya pisang sesuai dengan iklim Indonesia. Pisang dapat tumbuh
hingga ketinggian 1 300 m dpl. Penanaman pisang juga tidak memerlukan
investasi mahal seperti pengadaan rumah kaca. Pisang dapat berproduksi tanpa
mengenal musim. Usahatani pisang memberikan keuntungan yang cukup besar
dalam waktu yang relatif singkat (1-2 tahun) (Direktorat Hortikultura, 2005).
Budidaya pisang di Indonesia belum dikelola secara optimal (Direktorat
Hortikultura, 2005). Pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga, sebagian
besar pertanaman pisang rakyat ditanam di pekarangan atau di tegalan sebagai
tanaman tunggal atau tumpangsari. Petani melakukan budidaya pisang sesuai
dengan tingkat pengetahuan dan ketersediaan modal. Pertanaman dibiarkan
tumbuh dan berkembang sesuai kondisi alam sekitarnya. Hal tersebut

2

mengakibatkan antara lain rendahnya produksi, menurunnya kualitas buah
sehingga harga jual pisang yang rendah.
Tanaman pisang membutuhkan tambahan unsur hara makro maupun mikro
dalam proses pertumbuhan vegetatifnya (Erawati et al., 2007). Pisang
membutuhkan jumlah nutrisi yang besar untuk pertumbuhan dan produksi
buahnya. Menurut Nakasone and Paull (1998), kebutuhan nitrogen tanaman
pisang sekitar 388 kg/ha/tahun, fosfor 52 kg/ha/tahun, kalium 1 438 kg/ha/tahun,
kalsium 227 kg/ha/tahun, dan magnesium 125 kg/ha/tahun. Hasil penelitian
Nyombi et al. (2010) menyatakan bahwa hasil panen pisang dapat ditingkatkan
dengan penggunaan pupuk mineral.
Konsumen pisang menginginkan pisang dengan mutu yang baik. Kriteria
mutu yang diharapkan meliputi penampakan pisang yang mulus, tingkat
kematangan yang optimal, rasa, serta aman dikonsumsi. Permintaan tersebut dapat
dipenuhi jika petani menggunakan sistem budidaya yang tepat dan benar. Oleh
karena itu, penerapan Standar Operasional Produksi (SOP) pisang merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan, produksi serta kualitas pisang.
Penerapan sistem budidaya sesuai SOP pisang juga diharapkan dapat menambah
pendapatan petani.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa sistem
budidaya terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas buah Pisang Tanduk
(Musa sp., AAB Group).

3

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, antara lain :
1. SOP pola monokultur memberikan pertumbuhan, produksi serta kualitas
yang lebih baik dibandingkan sistem budidaya tradisional dan SOP pola
tumpangsari.
2. SOP pola tumpangsari dapat memberikan keuntungan yang lebih baik
dibandingkan sistem budidaya tradisional dan SOP pola monokultur.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pisang (Musa spp. L) termasuk ke dalam
divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, keluarga
Musaceae (Purseglove, 1972).
Tabel 1. Karakteristik Buah pada Beberapa Kultivar Pisang
Group
AA

Subgroup
Pisang Mas

Karakteristik
Ukuran buah kecil (8-12 cm), kulit tipis berwarna emas,
daging buah berwarna oranye rasa sangat manis, 5-9
sisir per tandan, 12-18 buah per sisir.

AAA

Pisang Ambon

Ukuran buah sedang-besar, kulit tebal, daging buah
berwarna keputihan, tekstur daging halus, 8-12 sisir per
tandan.

Cavendish

Ukuran buah sedang-besar, kulit berwarna kuning,
jumlah sisir per tandan 14-20, dan 16-20 buah per sisir.

AAB

Pisang Raja

Ukuran buah besar (14-20 cm), kulit tebal, tekstur
daging kasar, 6-9 sisir per tandan, 14-16 buah per sisir.

Pisang Tanduk

Kulit berwarna kuning, daging buah berwarna kuning
muda atau putih kekuningan, tekstur daging buah kasar,
2 sisir per tandan.

ABB

Bluggoe

Ukuran buag sedang-besar, tekstur daging kasar dan
warna daging buah akan berubah menjadi merah
kecoklatan ketika matang, 7 sisir per tandan.

BBB

Pisang Kepok

Ukuran buah sedang-besar (10-15 cm), bentuk buah
bersiku atau bersegi, kulitnya tebal berwarna kuning,
tekstur daging lembut, 8-16 sisir per tandan, 12-20 buah
per sisir.

Sumber : Robinson, 1996

5

Pisang komersial berasal dari persilangan Musa acuminata (AA) dan
Musa balbisiana (BB). Variasi group genom Musa yang terbentuk yaitu AA,
AAA, AAB, AB, ABB, ABBB (Robinson, 1996). Menurut Hasan dan Pantastico
(1990), beberapa kultivar pisang yang populer di Indonesia antara lain Pisang
Ambon Putih/AAA, Pisang Ambon Lumut/AAA, Pisang Raja Sereh/AAB, Pisang
Raja/AAB, Pisang Mas/AA, Pisang Tanduk/AAB, dan Pisang Nangka/AAB.
Keistimewaan Pisang Tanduk adalah bentuk buahnya yang besar panjang
dan melengkung seperti tanduk. Menurut PKBT (2009), umur panen Pisang
Tanduk berkisar antara 10-12 BST. Panjang buah Pisang Tanduk berkisar 28-32
cm, sedangkan diameter buah berkisar 4.4-4.8 cm. Produksi buah Pisang Tanduk
sangat sedikit. Satu pohon hanya menghasilkan dua atau tiga sisir, rata-rata tiap
sisirnya terdiri dari 11-13 buah. Berat buah mencapai sekitar 300-320 g. Daging
buah berwarna kuning kemerahan. Derajat kemanisan buah sebesar 31-33obriks,
sedangkan kadar beta karoten sebesar 0.71 per 100 g.
Morfologi Pisang
Menurut Robinson (1996), tanaman pisang merupakan tanaman tahunan
dan bersifat monokotiledon. Tanaman ini hanya berbuah sekali dalam satu
periode. Tinggi tanaman pisang dapat mencapai 2-9 m (Nakasone and Paull,
1998). Sistem perakaran tanaman pisang merupakan sistem akar adventif yang
lunak. Akar primer berasal dari permukaan silinder pusat sepanjang rhizome,
muncul secara berkelompok tiga atau empat. Akar primer berwarna putih ketika
muncul kemudian berubah warna menjadi coklat keabu-abuan. Ketebalan akar
primer 5-8 mm. Rhizome yang sehat dapat menghasilkan 200-500 akar primer.
Jumlah akar primer dapat mencapai 1 000 ketika anakan sudah mulai muncul
(Robinson, 1996).
Dari masing-masing akar primer, berkembang akar sekunder dan tersier.
Akar primer dan sekunder berukuran lebih tebal dan pendek dibandingkan akar
primer. Rambut akar tumbuh di dekat ujung akar dari akar primer. Rambut akar
inilah yang bertanggung jawab atas pengangkutan air dan mineral ke dalam
tanaman. Efektivitas penyerapan tanaman ditentukan secara langsung oleh jumlah
akar primer dan daya tembus akar dalam tanah (Robinson, 1996).

6

Distribusi akar dipengaruhi oleh jenis tanah, kerapatan tanah dan drainase.
Tanah yang memiliki draninase baik akan lebih banyak menginduksi akar.
Terdapat korelasi positif antara volume akar dengan bobot tandan.

Pada

umumnya, sistem perakaran adventif pisang mencapai 1-2 m. Zona perakaran
vertikal pisang sangat dangkal, hanya 40% volume akar pada kedalaman 100 mm
dan 85% pada kedalaman di atas 300 mm. Perakaran primer pisang jarang
menembus tanah hingga di bawah 600 mm. Perbandingan akar sekunder dan
tersier pada plantain adalah 53 dan 46% dibandingkan dengan 22 dan 77% pada
banana. Hal ini diduga merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya
produktivitas dan penurunan hasil dari golongan plantain (Robinson, 1996).
Budidaya Pisang
Berdasarkan data BPS (2010) sentra produksi pisang berada di daerah
Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Total produksi pisang di
Jawa Barat mencapai 1 090 777 ton. Pola pertanaman pisang di Indonesia masih
dalam skala kecil. Penanaman pisang dilakukan di pekarangan atau tegalan
dengan luasan kurang dari 1 ha. Menurut Direktorat Hortikultura (2005) luas
lahan untuk perkebunan kecil adalah 10-30 ha, sedangkan perkebunan besar
seluas lebih dari 30 ha.
Pisang dapat tumbuh di daerah tropis baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi sampai ketinggian ≤ 1 600 m dpl. Suhu optimum untuk
pertumbuhan adalah 27oC sedangkan suhu maksimumnya 38oC, dengan keasaman
tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan 2 000-2 500 mm/tahun atau 100 mm/bulan.
Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan
maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik (Mulyanti et al., 2008). Menurut Nakasone dan Paull
(1998), kisaran suhu penanaman pisang 15-38 oC. Penggunaan sistem budidaya
sesuai dengan standar operasional produksi pisang berpotensi meningkatkan hasil.
Menurut Harti et al. (2007), alur kegiatan SOP Pisang Rajabulu dimulai
dari pemilihan lokasi tanam hingga pengangkutan (Lampiran 2). Lokasi tanam
yang baik adalah lahan yang terbebas dari penyakit layu fusarium atau lahan
endemis, subur dengan lapisan top soil tanah yang cukup tebal dan banyak

7

mengandung humus serta memiliki ketersediaan air tanah yang cukup. Penyiapan
lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari hal-hal yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Penanaman pisang sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan.
Penyediaan Bibit. Tersedianya bibit pisang yang sehat akan menentukan hasil
produksi Pisang. Bibit dapat diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan bibit yang
diperbanyak secara kultur jaringan.
Bahan tanam dapat berasal dari anakan yang baru muncul dari tanah.
Terdapat dua macam anakan yaitu anakan air dan anakan pedang. Anakan pedang
memiliki daun sempit dan rimpang besar. Anakan air memiliki daun luas dan
rimpang kecil. Penggunaan anakan air sebagai bahan tanam sebaiknya dihindari.
Secara umum, perkebunan pisang tropis menggunakan anakan pedang sebagai
bahan tanam (Nakasone and Paull, 1998).
Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang dengan tinggi
41-100 cm, daunnya berbentuk seperti pedang dengan ujung runcing. Anakan
rebung (20-40 cm) kurang baik jika ditanam langsung karena bonggolnya masih
lunak dan belum berdaun sehingga mudah kekeringan, sedangkan anakan dewasa
(tinggi >100 cm) terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap
cekaman lingkungan karena telah memiliki daun sempurna (Balitbangtan, 2008).
Bibit anakan setelah dipisahkan harus segera ditanam, jika terlambat akan
meningkatkan serangan hama penggerek dan kematian di kebun. Apabila pada
saat tanam kekurangan air dalam waktu yang cukup lama, bibit akan layu dan
mati bagian batangnya, tetapi bonggol yang tertimbun dalam tanah masih mampu
untuk tumbuh dan memulai pertumbuhan kembali membentuk bonggol baru
diatas bonggol yang lama (Balitbangtan, 2008).
Penanaman. Semua bahan tanam sebaiknya diberi perlakuan perendaman agen
antagonis bakteri untuk meminimalkan serangan

penyakit. Selain itu, bahan

tanam dapat dicelupkan ke dalam air panas pada 53-55oC selama 20 menit.
Lubang tanam dibuat lebih lebar dari bahan tanam. Menurut Harti et al, (2007),
ukuran lubang tanam yang biasanya digunakan pada penanaman pisang Rajabulu
adalah 50 cm x 50 cm x 50 cm. Penanaman bibit dilakukan sebatas 10 cm dari
pangkal tanah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan

8

produksi lebih tinggi jika penanaman dilakukan lebih dalam. Pengairan perlu
dilakukan setelah penanaman (Nakasone and Paull, 1998).
Pemupukan. Tanaman pisang membutuhkan tambahan unsur hara makro
maupun mikro dalam proses pertumbuhan vegetatifnya (Erawati et al., 2007).
Menurut Nakasone and Paull (1998), pisang membutuhkan jumlah nutrisi yang
besar untuk pertumbuhan dan produksi buahnya. Kebutuhan nitrogen tanaman
pisang sekitar 388 kg/ha/tahun, fosfor 52 kg/ha/tahun, kalium 1 438 kg/ha/tahun,
kalsium 227 kg/ha/tahun, dan magnesium 125 kg/ha/tahun.
Pemupukan diperlukan pada tahap awal pertumbuhan vegetatif karena
akan mempengaruhi produksi buah. Pisang membutuhkan N dan K dalam jumlah
yang cukup tinggi. Nitrogen harus diberikan pada interval pendek selama
pertumbuhan, sedangkan kalium hanya diberikan saat tanam dan dua kali setahun
sesudahnya. Fosfat diberikan saat tanam (Nakasone and Paull, 1998)
Pemberian pupuk ini diharapkan dapat meningkatkan produksi buah.
Dosis pupuk urea Pisang Rajabulu sebesar 600 g/tanaman, SP-36 400 g/tanaman
dan KCl 1 550 g/tanaman. Pemupukan pertama dilakukan pada 1 BST dengan
dosis 150 g urea, 100 g SP-36 dan 200 g KCl per tanaman. Pemupukan kedua,
ketiga dan keempat dilakukan 4 BST, 8 BST dan 12 BST dengan dosis 150 g
urea, 100 g SP-36 dan 450 g KCl per tanaman (Harti et al., 2007).
Pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan untuk memberikan kondisi optimum bagi
pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan tanaman Pisang Rajabulu meliputi
penjarangan anakan, sanitasi lahan, pemotongan jantung, pembrongsongan serta
penyanggahan (Harti et al., 2007).
Panen. Panen dilakukan dengan cara melukai batang dilukai menggunakan sabit
atau parang sampai lewat separuh tebal batang. Tandan tidak jatuh ke tanah, tetapi
menggantung agar tidak mengalami kerusakan. Pemanenan sebaiknya dilakukan
oleh dua orang, satu orang memotong dan yang lainnya menangkap tandan
sewaktu jatuh (Nakasone and Paull, 1998).
Maryayah et al. (1986) menyatakan bahwa umur panen Pisang Tanduk
80 hari setelah antesis pada tingkat masak sempurna menunjukkan sifat fisik dan
kimia 1ebih baik dibandingkan dengan umur panen 70 dan 90 hari setelah antesis.
Menurut Harti et al. (2007), kriteria panen Pisang Rajabulu meliputi daun bendera

9

mulai mengering, buah pisang tidak bersudut, perubahan warna kulit buah dari
cerah menjadi tua.
Indeks skala warna kulit buah pisang digunakan untuk mengetahui tahapan
pematangan pisang. Derajat kekuningan kulit buah dinilai dengan angka 1 sampai
8. Nilai tersebut adalah :
1 : Hijau

5 : Kuning dengan ujung hijau

2 : Hijau dengan sedikit kuning

6 : Kuning penuh

3 : Hijau kekuningan

7 : Kuning dengan sedikit bintik coklat

4 : Kuning lebih banyak dari hijau

8 : Kuning dengan bercak coklat lebih luas

Sumber : www.postharvest.ucedavis.edu
Kualitas dan Mutu Pisang
Sebagian besar konsumen memperhatikan mutu buah berdasarkan mutu
visual atau penampakan, tekstur, citarasa dan kandungan gizi. Kader (1992)
menyatakan bahwa secara keseluruhan kualitas buah dipengaruhi oleh penampilan
(ukuran, bentuk, warna, kilapan dan cacat), tekstur (kekerasan, kelembutan, dan
serat), flavour (rasa dan aroma), nilai nutrisi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
dan mineral), dan keamanannya yaitu keamanan dari kandungan senyawa toksik
dan mikroba.
Buah pisang memiliki kandungan vitamin A yang cukup tinggi sebesar
0.003-1.0 mg per 100 g, terutama pada Pisang Tanduk. Kandungan vitamin C
pada pisang meja sebesar 10 mg per 100 g, sedangkan kandungan vitamin C
pisang olahan sekitar 20-25 mg per 100 g (Direktorat Jenderal Bina Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004).
Pisang juga mengandung asam-asam yaitu meliputi asam malat, asam
sitrat dan asam oksalat. Saat Pisang masih mentah asam organik utamanya adalah
asam oksalat, tetapi setelah tua dan matang asam organik yang utama adalah asam
malat. Sementara itu, pH menurun dari 5.4 (mentah) menjadi 4.5 ketika Pisang
menjadi matang (Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, 2004).
Simmonds (1959) menyatakan bahwa kandungan gula pada daging buah
Pisang mentah sangat sedikit, sekitar 1-2% dan meningkat menjadi 15-29% saat

10

buah matang. Pantastico (1989) menambahkan pada awal pertumbuhan buah,
kadar gula total termasuk gula pereduksi dan non pereduksi sangat rendah.
Dengan meningkatnya pemasakan kandungan gula total naik cepat dengan
timbulnya glukosa dan fruktosa. Kenaikan gula tersebut dapat digunakan sebagai
petunjuk terjadinya kemasakan.
Selain berbagai vitamin tersebut diatas, Pisang juga mengandung senyawa
amin yang bersifat fisiologis aktif dalam jumlah yang relatif besar yaitu seretonin
50 µg per 100 g dan norepinephrine 100 µg per 100 g. Seretonin dan
norepinephrine merupakan dua jenis amin yang aktif sebagai neurotransmitter
yang berpengaruh dalam kelancaran fungsi otak (Direktorat Jenderal Bina
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004).
Kandungan mineral yang menonjol pada pisang adalah kalium. Sebuah
pisang kira-kira dapat menyumbang kalium sebesar 440 mg. Kalium berfungsi
antara lain untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung,
menurunkan tekanan darah dan membantu pengiriman oksigen kedalam otak
(Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004).

11

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Desa Kopo Cisarua, Bogor dan Laboratorium
Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.
Penelitian dimulai bulan Mei 2010 – Oktober 2011.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan pedang Pisang
Tanduk sesuai SOP, pupuk kandang, agensia hayati (Tricoderma sp., Gliocladium
sp.), pupuk urea, KCl, SP-36, dursban 50 EC, Dithane M45. Benih tanaman sela
meliputi kol, daun bawang, caisim dan wortel. Alat yang digunakan timbangan,
tali, meteran, plastik polietilen, alat-alat pertanian, gelas kimia, erlenmeyer,
mortar, alat titrasi, penetrometer, serta hand refractometer.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan seluas 1500 m2. Perlakuan yang diberikan
sistem budidaya tradisional, sistem budidaya sesuai standar operasional produksi
(SOP) Pisang pola monokultur dan sistem budidaya sesuai standar operasional
produksi (SOP) Pisang pola tumpangsari.
Data dianalisis menggunakan uji-t. Nilai berbeda nyata apabila thit > ttabel
dan tidak berbeda nyata apabila thit < ttabel, ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada
taraf 5% dan db (n1 + n2 -2). Model matematika dari uji t adalah :
( X1 − X 2 )
Sp.

Thitung =

1 1
+
n1 n2

dengan Sp =

(n − 1) S12 + (n − 1) S 22
n1 + n2 − 2

Keterangan : X1 , X 2 : nilai tengah contoh 1 dan 2
S12, S22

: ragam contoh 1 dan 2

n1, n2 : jumlah contoh 1 dan 2
Sp

: simpangan baku gabungan

12

Pelaksanaan Penelitian
Perlakuan sistem budidaya tradisional menggunakan sistem budidaya yang
biasa dilakukan oleh petani setempat. Sistem budidaya yang digunakan pada
perlakuan SOP pola monokultur dan SOP pola tumpangsari merupakan
modifikasi dari standar operasional produksi Pisang Rajabulu (Harti et al., 2007).
Adapun modifikasi standar operasional produksi sebagai berikut :
1. Penyediaan bibit. Bibit yang digunakan berasal dari anakan pedang
dengan pengelompokan tinggi 10-20 cm, 30-40 cm dan 41-50 cm.
Sebelum ditanam, bibit direndam dalam fungisida dengan dosis 10 g/l
selama 30 menit.
2. Penyiapan lahan. Penyiapan lahan terdiri dari pembersihan lahan,
pengajiran dan pembuatan lubang tanam. Ukuran lubang tanam yang
digunakan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm. Jarak tanam yang digunakan
yaitu 2.5 m x 2.5 m. Pada saat pembuatan lubang tanam, tanah dipisahkan
antara tanah lapisan atas dan tanah lapisan bawah. Lubang tanam dibiarkan
terbuka selama 1 minggu untuk meminimalisir penyakit tular tanah.
Setelah itu, lubang tanam diberi campuran pupuk kandang dan agensia
hayati. Dosis pemberian per lubang tanam sebesar 30 g agensia hayati per
3 kg pupuk kandang. Dosis pemberian pupuk kandang dapat disesuaikan
dengan tingkat kemasaman tanah.
3. Penanaman. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke dalam
lubang tanam sebatas 5-10 cm di atas pangkal tanah, kemudian lubang
ditutup kembali dengan tanah galian.
4. Pemupukan. Pupuk diberikan secara melingkar di sekeliling pohon
dengan jarak 50 cm dari pohon. Dosis pemberian pemupukan urea adalah
450 g/tanaman, SP-36 300 g/tanaman dan 1 200 g/tanaman Pemupukan
pertama dilakukan pada 1 BST dengan dosis 150 g urea, 100 g SP-36 dan
200 g KCl per tanaman. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan 5 BST
dan 9 BST dengan dosis 150 g urea, 100 g SP-36 dan 400 g KCl per
tanaman.

13

5. Sanitasi Lahan. Sanitasi dilakukan dengan cara memotong daun pisang
yang sudah mengering dan menguning. Melakukan penyiangan gulma
secara manual dan kimia.
6. Pembrongsongan. Pembrongsongan dilakukan pada saat seludang pisang
pertama belum membuka dan jantung pisang sudah mulai merunduk.
Pembrongsongan menggunakan plastik polietilen yang diikatkan ke
pangkal tandan dengan mengusahakan seludang atas tidak masuk ke dalam
plastik brongsong.
7. Panen. Pemanenan dilaksanakan pada waktu pagi hari atau sore hari
dalam keadaan cerah. Kriteria panen mengikuti pedoman daun bendera
mengering, buah pisang sudah tidak bersudut serta berwarna hijau tua.
Pengamatan
Pengamatan komponen pertumbuhan dilakukan satu bulan sekali.
Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman contoh tiap satuan percobaan. Peubah
yang diamati antara lain:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh
tertinggi. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap bulan.
2. Lingkar batang
Lingkar batang diukur pada ketinggian 10 cm dari permukaan tanah.
Pengamatan lingkar batang dilakukan setiap bulan.
3. Jumlah daun
Jumlah daun yang dihitung adalah jumlah daun yang sudah membuka
sempurna. Pengamatan jumlah daun dilakukan setiap bulan.
Pengamatan komponen produksi dilakukan terhadap 5 tanaman contoh
tiap satuan percobaan. Peubah yang diamati antara lain:
1. Waktu berbunga
Waktu berbunga dihitung saat muncul jantung per tanaman Pisang
Tanduk.

14

2. Bobot tandan
Panen dilakukan dengan cara memotong tangkai pisang. Tangkai pisang
disisakan 30 cm. Bobot tandan dihitung dengan menimbang tandan Pisang
Tanduk setelah panen.
3. Jumlah sisir per tandan
Jumlah sisir per tandan diperoleh dengan menghitung banyaknya sisir
dalam satu tandan Pisang Tanduk. Pengamatan jumlah sisir per tandan
dilakukan saat panen.
4. Bobot sisir per tandan
Bobot sisir per tandan dihitung dengan menimbang sisir dalam satu
tandan. Pengamatan dilakukan saat panen.
5. Jumlah buah per sisir
Jumlah buah per sisir diperoleh dengan menghitung jumlah buah dalam
tiap sisir dalam tandan. Pengamatan dilakukan saat panen.
6. Bobot per buah
Bobot buah diperoleh dengan menimbang buah Pisang Tanduk dari tiap
sisir diwakili 3 buah. Penimbangan dilakukan saat buah siap konsumsi.
Pengamatan komponen kualitas buah dilakukan saat pisang matang dan
siap konsumsi. Pengamatan dilakukan terhadap satu tanaman contoh tiap satuan
percobaan. Peubah yang diamati antara lain:
1. Diameter buah
Diameter buah diukur menggunakan jangka sorong pada bagian tangah,
pangkal dan ujung. Ketiga data yang diperoleh tersebut diambil rataratanya.
2. Panjang buah
Panjang buah diukur mulai dari pangkal hingga ujung buah.
3. Asam Tertitrasi Total
Pengukuran Asam Tertitrasi Total (ATT) dilakukan dengan menghaluskan
bahan, kemudian bahan ancuran tersebut disaring sebanyak 25 g dan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan air destilata
sampai tera. Filtrat diambil sebanyak 25 ml diberi 2-3 tetes indikator
phenolphtalein (PP) kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N.

15

Titrasi dilakukan sampai terbentuk warna merah muda yang stabil.
Kandungan ATT dapat dihitung dengan rumus :
TAT(ml NaOH 0.1N / 100g bahan) =

ml NaOH 0.1N x fp
x 100
bobot contoh pisang (g)

fp : faktor pengenceran (100 ml/25 ml)
4. Padatan Terlarut Total
Kandungan padatan terlarut total (PTT) diukur dengan menghaluskan
daging buah Pisang kemudian diambil sarinya dengan menggunakan kain
kasa. Sari buah yang telah diperoleh diteteskan pada lensa refraktometer.
Kadar PTT dapat dilihat pada alat (obriks). Lensa refraktometer
dibersihkan dengan air destilata sebelum dan sesudah digunakan.
5. Kekerasan Kulit Buah
Kekerasan kulit buah diukur menggunakan penetrometer. Pengukuran
dilakukan pada buah pisang yang belum dikupas kulitnya. Buah Pisang
diletakkan sedemikian rupa hingga stabil. Jarum penetrometer ditusukan
pada bagian ujung, tengah, dan pangkal. Ketiga data yang diperoleh
kemudian diambil rata-ratanya.
6. Edible Part
Pengukurannya diukur dengan menimbang bobot buah sebelum dikupas
bobot kulit dan bobot buah setelah dikupas. Bobot daging buah didapatkan
dengan mengurangi bobot buah sebelum dikupas dengan bobot kulit.
Bagian buah yang dapat dimakan (edible part) dihitung dengan
menggunakan rumus :

Edible Part (%) =

Bobot Daging Buah
x 100%
Bobot Buah

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum
Penanaman Pisang Tanduk dilakukan di kebun petani Desa Kopo, Cisarua
Bogor. Ketinggian lokasi penanaman adalah 920 m dpl dengan curah hujan
tahunan 3 767 mm/tahun. Suhu rata-rata berkisar 21.3oC, sedangkan kelembaban
rata-rata berkisar 85% (Lampiran 1). Menurut Harti et al. (2007), kelembaban
udara yang sesuai untuk penanaman Pisang Rajabulu adalah >60%. Nakasone and
Paull (1998) menyatakan kisaran suhu untuk penanaman pisang adalah 15-38oC
Ketinggian tempat yang sangat sesuai untuk penanaman Pisang Rajabulu
1.5% (Harti et al., 2007).
Berdasarkan kriteria iklim dan tanah menunjukkan bahwa lokasi yang digunakan
cukup sesuai untuk pertanaman Pisang Tanduk.
Tabel 2. Data Analisis Tanah
Aspek

Metode

Nilai

Status

pH

H2O

4.8

Masam

pH

KCl

4.1

Masam

C-Organik (%)

Walkley & Black

1.76

Rendah

N (%)

Kjeldahl

0.13

Rendah

14

Sedang

C/N
P2O5 (ppm)

Bray 1

28.3

Sangat Tinggi

K2O (ppm)

Morgan

67.3

Sangat Tinggi

Sumber : Hasil Analisis Tanah, Balit Tanah Bogor (2010)

17

Rata-rata kece
kecepatan angin sebesar 2.4 km/jam. Saat 11 BST, kecepatan
angin mencapai 6.0 km/jam yang menyebabkan sebagian besar
sar tanaman yang
dibudidayakan

seca
cara

tradisional

rebah.

Angin

yang

kencang
ke

diduga

menyebabkan transpir
pirasi yang lebih cepat dan merusak daun. Seba
bagian besar daun
pada pertanaman robe
obek karena terkena angin (Gambar 1).

Gambar 1. Daaun Pisang Tanduk Robek Terkena Angin
Sanitasi lahan
han pertanaman Pisang Tanduk SOP pola monokul
onokultur pada 3-5
BST tidak terawat dengan
de
baik karena tidak ada pekerja. Tidak
dak adanya pekerja
dikarenakan mendeka
kati hari Raya Idul Fitri 2010. Hal ini meny
nyebabkan adanya
serangan hama sepert
erti Erionota thrax atau penggulung daun pisan
sang (Gambar 2a).
Upaya yang dilakuka
kukan untuk mengatasi serangan hama dengan
gan sanitasi lahan
(Gambar 2b), dengan
gan ssanitasi yang baik serangan hama dapat dike
kendalikan.
a

b

Gambar 2. Ser
erangan Erionota thrax (a), Sanitasi Lahan (b)
b)

18

Tabel 3. Rekapitulasi Uji-t antar Sistem Budidaya
Perlakuan
Pengamatan

Lingkar Batang

Tradisional
vs
SOP Monokultur
*

Tradisional
vs
SOP Tumpangsari
*

SOP Monokultur
vs
SOP Tumpangsari
tn

Tinggi Tanaman

*

*

tn

Jumlah Daun

*

*

tn

Bobot Tandan

*

*

tn

Bobot per Sisir

*

*

tn

Bobot perBuah

*

*

tn

Jumlah Sisir per
Tandan
Jumlah Buah
per Sisir
Kekerasan Buah

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

Edible portion

tn

tn

tn

Padatan Total
Terlarut
Total Asam
Tertitrasi
Panjang Buah

*

*

tn

tn

tn

tn

*

*

tn

Diameter Buah

*

*

tn

Keterangan :

tn tidak nyata
* nyata

Pertumbuhan
Lingkar Batang
Penerapan SOP pada umur 1 hingga 3 BST tidak mempengaruhi lingkar
batang tanaman Pisang Tanduk. Pada umur 4 BST, penerapan SOP pola
monokultur berpengaruh nyata terhadap lingkar batang tanaman Pisang Tanduk.
Penerapan SOP pola monokultur berpengaruh sangat nyata pada lingkar batang
tanaman Pisang Tanduk pada 5 hingga 9 BST. Lingkar batang tanaman yang
dibudidayakan sesuai SOP pola monokultur lebih besar 2.16 kali lipat
dibandingkan tanaman tradisional. Rata-rata pertambahan lingkar batang tanaman

19

tradisional sebesar 2.94 cm per bulan, sedangkan lingkar batang yang
dibudidayakan sesuai SOP bertambah 7.91 cm tiap bulan (Tabel 4).
Tabel 4. Perbandingan Lingkar Batang Antar Sistem Budidaya Pisang
Tanduk (Musa sp., AAB Group)
Lingkar Batang (cm)

Perlakuan
1

2

3

4

5

6

7

8

9

------------------------------------BST----------------------------------Tradisional

10.7

13.9

18.2 20.3

22.2

26.7

29.3

33.2

37.2

SOP Monokultur

11.9

16.6

29.9 37.7

46.6

55.9

66.8

72.6

83.1

tn

tn

**

**

**

**

**

10.7

13.9

18.2 20.3

22.2

26.7

29.3

33.2

37.2

SOP Tumpangsari

9.7

15.6

32.6 39.1

48.4

58.8

75.7

72.8

88.5

Uji-t
SOP Monokultur

tn
11.9

16.6

29.9 37.7

46.6

55.9

66.8

72.6

83.1

SOP Tumpangsari

9.71

15.6

32.6 39.1

48.4

58.8

75.7

72.8

88.5

tn

tn

tn

tn

tn

tn

tn

Uji-t
Tradisional

Uji-t
Keterangan :

tn

tn

**

tn

*

**

tn

**

**

**

**

**

tn tidak nyata
* nyata
** sangat nyata

Penerapan SOP pola tumpangsari tidak mempengaruhi lingkar batang
Pisang Tanduk 1 dan 2 BST. Penerapan SOP pola tumpangsari mempengaruhi
pertumbuhan lingkar batang Pisang Tanduk pada 3-9 BST (Tabel 4).
Pertumbuhan lingkar batang tanaman Pisang Tanduk yang dibudidayakan dengan
SOP pola tumpangsari lebih baik dibandingkan dengan tanaman Pisang Tanduk
yang dibudidayakan secara tradisional. Lingkar batang tanaman Pisang yang
dibudidayakan sesuai SOP pola tumpangsari 2.17 kali lebih besar dibandingkan
lingkar batang tanaman Pisang Tanduk yang dibudidayakan secara tradisional.
Rata-rata pertambahan lingkar batang tanaman tradisional sebesar 2.94 cm
per bulan, sedangkan lingkar batang yang dibudidayakan sesuai SOP pola
tumpangsari bertambah 8.75 cm tiap bulan. Pertumbuhan lingkar batang yang
baik akan menyebabkan tanaman lebih kokoh sehingga tidak mudah rebah saat
terkena angin kencang.

20

Pertumbuhan lingkar batang tanaman pisang yang dibudidayakan dengan
SOP pola monokultur dan SOP pola tumpangsari lebih cepat dibandingkan
dengan lingkar batang tanaman Pisang Tanduk yang dibudidayakan secara
tradisional (Gambar 3). Pada pengamatan 3 BST dan seterusnya, pertumbuhan
lingkar batang tanaman Pisang Tanduk yang dibudidayakan dengan SOP pola
monokultur dan SOP pola tumpangsari jauh melampaui pertumbuhan lingkar
batang tanaman pisang yang dibudidayakan secara tradisional. Akan tetapi,
perlakuan SOP pola tumpangsari dan SOP pola monokultur tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata dalam penambahan lingkar batang tanaman Pisang Tanduk
(Gambar 3 ).

100.00

88.5

90.00

Lingkar Batang (cm)

80.00

83.1

70.00
60.00
50.00
40.00
37.2

30.00
20.00
10.00
0.00
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Bulan Setelah Tanam

Tradisional

SOP Monokultur

SOP Tumpangsari

Gambar 3. Pertumbuhan Lingkar Batang Pisang Tanduk (Musa sp., AAB
Group) pada Beberapa Sistem Budidaya.

21

Tinggi Tanaman
Penerapan SOP tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman Pisang
Tanduk 1 dan 2 BST, mulai berpengaruh nyata pada tinggi tanaman Pisang
Tanduk 3 BST. Pada umur 4 hingga 9 BST, penerapan SOP pola monokultur
berpengaruh sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman Pisang Tanduk.
Penerapan SOP pola monokultur dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman 2.4 kali lipat lebih besar dibandingkan tanaman Pisang Tanduk yang
dibudidayakan secara tradisional. Pertambahan tinggi tanaman sebesar 12.2 cm
per bulan pada tanaman Pisang Tanduk yang dibudidayakan secara tradisional.
Rata-rata pertambahan tinggi tanaman yang dibudidayakan sesuai SOP pola
monokultur sebesar 32.12 cm per bulan (Tabel 5).
Tabel 5. Perbandingan Tinggi Tanaman Antar Sistem Budidaya Pisang
Tanduk (Musa sp., AAB Group)
Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan
1

2

3

4

5

6

7

8

9

-----------------------------------BST----------------------------------Tradisional

24.5

37.6

53.9

63.6

SOP Monokultur

37.5

49.0

105.6

138.1

tn

tn

*

**

**

Tradisional

24.5

37.6

53.9

63.6

74.9

SOP Tumpangsari

28.9

48.0

109.8

143.7

Uji-t

tn

tn

**

**

SOP Monokultur

37.5

49.0

105.6

138.1

SOP Tumpangsari

28.9

48.0

109.8

143.7

Uji-t

tn

tn

tn

tn

Uji-t

Keterangan :

74.9

89.7

96.7

115.8

133.6

162.8 213.5

257.3

291.2

326.6

**

**

**

**

89.7

96.7

115.8

133.6

169.9 227.3 275.7

314.0

352.7

**

**

**

162.8 213.5

257.3

291.2

326.6

169.9 227.3

275.7

314.0

352.7

tn

tn

tn

**

tn

**

tn

tn tidak nyata
* nyata
** sangat nyata

Penerapan SOP tidak mempengaruhi tinggi tanaman Pisang Tanduk umur
1 dan 2 BST. Penerapan SOP pola tumpangsari sangat berpengaruh pada tinggi
tanaman Pisang Tanduk 3 hingga 9 BST. Rata-rata tinggi tanaman Pisang Tanduk
yang dibudidayakan sesuai SOP dengan pola tumpangsari lebih besar 2.45 kali
lipat dibandingkan tinggi tanaman Pisang Tanduk yang dibudidayakan secara

22

tradisional. Rata pertambahan tinggi tanaman Pisang Tanduk yang dibudidayakan
secara tradisional sebesar 12.2 cm per bulan, sedangkan pertambahan tinggi
tanaman yang dibudidayakan sesuai SOP pola tumpangsari s