Studi Bahan Oksidan Etilen dan Pengisi pada Penyimpanan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB Group)

STUDI BAHAN OKSIDAN ETILEN DAN PENGISI PADA
PENYIMPANAN PISANG RAJA BULU (Musa sp. AAB Group)

LUQMAN WIDYAPRADIKTA
A24080081

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Bahan Oksidan
Etilen dan Pengisi Pada Penyimpanan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB Group)
adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Luqman Widyapradikta
NIM A24080081

ABSTRAK
LUQMAN WIDYAPRADIKTA. Studi Bahan Oksidan Etilen dan Pengisi Pada
Penyimpanan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB Group). Dibimbing oleh
WINARSO DRAJAD WIDODO dan ANI KURNIAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh bahan oksidan etilen dan
pengisi pada penyimpanan pisang Raja Bulu. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikutura IPB, Darmaga,
Bogor, pada bulan Maret 2013 sampai bulan Mei 2013. Percobaan ini disusun
dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal,
terdiri dari tujuh perlakuan dengan empat pengulangan. Umur simpan berkisar
antara 11-19 HSP. Berdasarkan uji kontras ortogonal, perlakuan bahan oksidan
etilen dan pengisi kertas HVS menunjukkan umur simpan lama berkisar 7-8 hari
lebih lama dari kontrol dan 4-6 hari lebih lama dari perlakuan dengan bahan
oksidan etilen dan pengisi kertas koran.

Kata kunci:bahan oksidan etilen, pengisi, penyimpanan, pisang raja bulu

ABSTRACT
LUQMAN WIDYAPRADIKTA. Study of Ethylene Oxidant Material and Filler
on Raja Bulu Banana (Musa sp. AAB Group) Storage. Supervised byWINARSO
DRAJAD WIDODO and ANI KURNIAWATI.
The objective of this research was to find out the effectivity of ethylene
oxidant material and filler on storage of Raja Bulu banana. This research was
conducted at Post Harvest Laboratory, Agronomy and Horticulture IPB, Darmaga,
Bogor from March 2013 to May 2013. The experiment was arranged in
completely randomized block design with single factor, consists of seven
treatments and four replications. The shelf life was 11-19 days. Based on contrast
orthogonal, treatment with oxidant ethylene material and HVS paper filler
indicates 7-8 days longer than control and 4-6 days longer than treatment with
oxydant ethylene material and newspaper filler.
Keywords:ethylene oxidant material, filler, storage, raja bulu banana

STUDI BAHAN OKSIDAN ETILEN DAN PENGISI PADA
PENYIMPANAN PISANG RAJA BULU (Musa sp. AAB Group)


Luqman Widyapradikta

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi :Studi Bahan Oksidan Etilen dan Pengisi pada Penyimpanan Pisang
Raja Bulu (Musa sp. AAB Group)
Nama
: Luqman Widyapradikta
NIM
: A24080081


Disetujui oleh

Ir Winarso Drajad Widodo, MS, Ph.D
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr Ani Kurniawati, SP, MSi
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
berlangsung dari bulan Maret 2013 sampai Mei 2013. Tema yang dipilih dalam

penelitian pasca panen pisang, dengan judul Studi Bahan Oksidan Etilen dan
Pengisi pada Penyimpanan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB Group). Ucapan
terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ir Winarso Drajad Widodo, MS, Ph.D dan DrAni Kurniawati, SP, MSi
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof Dr Ir Memen Surahman, MscAgr selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan motivasi dan bimbingan selama masa perkuliahan.
3. Bapak Susanto dan Ibu Sunarsih, orang tua penulis serta keluarga atas
segala dukungan dan doanya.
4. Gus Eko atas segala dukungan spiritualnya.
5. Pak Agus petugas Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi
Hortikultura IPB yang telah banyak membantu dalam penelitiam
6. Pak Carli tengkulak pisang yang telah menyuplai pisang untuk bahan
penelitian.
7. Teman-teman yang telah membantu kegiatan penelitian ini (Hardian,
Alvin, Bobby, Jawa Metal, Dimas, Babeh, Gita, Wulan, Cahya, Indra,
Mei, Heny,Mbah Yusak, Firza gembrot, dan seluruh crew Warnas
Berkah).
8. Red Bull, Joss Susu, Liong Bulan, Kapal Api, Teh Gelas, Panther,

Marlboro, Djarum Super, Indomie, dan Kuaci cap Bison.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Luqman Widyapradikta

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Pisang Raja Bulu

2

Umur Simpan dan Mutu Buah


3

Etilen dan Kalium Permanganat

4

Pengemasan dan Bahan Pengisi

5

METODE

6

Bahan

6

Alat


7

Prosedur Analisis Data

7

Pelaksanaan

8

Pengamatan

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Umur simpan, Susut Bobot, Kekerasan Kulit, dan Edible Portion


10

Padatan Terlarut Total, Asam Tertitrasi Total, dan Vitamin C

12

KESIMPULAN DAN SARAN

14

Kesimpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA


14

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Umur simpan, susut bobot, kekerasan kulit, dan edible portion11
2 Padatan terlarut total, asam tertitrasi total, dan vitamin C

13

DAFTAR GAMBAR
1 Indeks kematangan pisang
2 Pisang yang menunjukkan indeks warna kulit nomor 5

3
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rekapitulasi sidik ragam

18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan komoditas unggulan hortikultura Indonesia. Produksi
pisang merupakan yang tertinggi diantara buah-buahan lainnya dan cenderung
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Volume produksi pisang di Indonesia tiga
tahun terakhir sebesar 5 755 073 ton pada tahun 2010, 6 132 695 ton pada tahun
2011, dan 6 189 052 ton pada tahun 2012 (BPS 2013).
Di Indonesia terdapat berbagai jenis pisang yang dibudidayakan, salah
satunya adalah jenis Pisang Raja Bulu. Pisang Raja Bulu memiliki daging buah
yang manis dan aroma yang kuat, namun kulitnya tebal sehingga bagian yang
dapat dimakan hanya 75%. Selain sebagai buah segar, pisang Raja Bulu juga
cocok untuk diolah menjadi sari buah, dodol, dan sale. Pisang Raja Bulu memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi terutama di pulau Jawa (Prabawati et al., 2009).
Pisang merupakan jenis buah klimakterik, yaitu jenis buah yang
mengalami peningkatan respirasi dan produksi etilen selama proses pematangan
buah, hal ini mempercepat penurunan mutu pisang dan mempersingkat daya
simpan. Selama proses pematangan buah terjadi berbagai perubahan fisik maupun
kimia. Perubahan fisik antara lain perubahan warna, tekstur, susut bobot, layu, dan
keriput. Perubahan kimia berupa komposisi karbohidrat, asam organik, dan aroma
(Santoso dan Purwoko, 1995).
Penggunaan KMnO4 (Kalium Permanganat) sebagai bahan oksidan etilen
adalah salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang umur
simpan pisang. KMnO4 merupakan salah satu bahan kimia yang mampu
menyerap etilen yang diproduksi buah. Dengan terserapnya etilen, maka tingkat
kematangan buah dapat dihambat (Satuhu dan Supriyadi 1992). Penelitian Solihati
(2004) menyatakan bahwa penggunaan KMnO4 sebagai bahan penyerap etilen
memberikan pengaruh terhadap kematangan dengan menekan produksi etilen,
serta warna hijau, tekstur, dan aroma sehingga dipertahankan selama 15 hari pada
suhu 28°C dan 45 hari pada suhu 13°C.
Penggunaan KMnO4 secara langsung tidak dianjurkan karena bentuknya
yang cair dan berwarna ungu pekat, sehingga diperlukan bahan pembawa KMnO4
tersebut. Peneltian Jannah (2008) menunjukkan penggunaan zeolit sebagai bahan
pembawa KMnO4 dapat mempertahankan umur pisang raja bulu tujuh hari lebih
lama dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Menurut Lukum (2009) dalam
Kholidi (2009) penggunaan pelet yang terbuat dari campuran tanah liat dan sekam
dengan perbandingan 1:1 kemudian dicelupkan dalam larutan KMnO4 dapat
memperlambat kematangan pisang. Kholidi (2009) menambahkan bahwa
perlakuan bahan oksidan etilen berupa campuran tanah liat dan KMnO₄ sebanyak
50 g (46.25 g tanah liat + 3.75 g KMnO₄) dapat memperpanjang umur simpan
buah pisang Raja Bulu hingga 9 hari lebih lama dari kontrol, serta memberikan
pengaruh yang lebih baik pada warna kulit buah dan susut bobot buah.
Hasil penelitian Mulyana (2011)menunjukkan bahwa penggunakan bahan
oksidan etilen sebanyak 30 g (27.75 g tanah liat + 2.25 g KMnO₄) dalam
pembungkus serat nilon mampu mempertahankan umur simpan hingga 14 hari
masa penyimpanan. Menurut Sabrina (2012) penggunaan bahan pembungkus

2
oksidan etilen yang berbeda berupa kain kassa, kertas tissue, dan kertas semen,
dapat mempertahankan umur simpan empat hari lebih lama dari kontrol namun
belum memberikan hasil yang konsisten. Menurut Sugistiawati (2012) bahwa
pembagian bahan oksidan etilen 30 g dalam satu, dua, dan tiga kemasan tidak
menunjukkan efektifitas etilen.
Pengemasan memberikan banyak keuntungan pada pascapanen buah.
Selain agar memudahkan dalam penanganan, penyimpanan, dan melindungi mutu,
dapat juga memberikan pelayanan juga motivasi penjualan. Penggunaan kardus
untuk pengemasan bayak digunakan karena bobot yang ringan dan mudah didapat
(Hardenburg 1989). Menurut Satuhu (1992) penggunaan peti karton/kardus lebih
menarik konsumen karena dapat dirancang sesuai dengan kondisi buah yang
dikemas. Selain itu buah tidak gampang rusak akibat dipegang atau dipencet
pembeli saat memilih buah.
Untuk mengurangi kerusakan mekanis buah dalam kemasan selama
penyimpanan maupun transportasi maka diperlukan bahan pengisi dalam kemasan.
Menurut Syarief et al. (1988) bahan pengisi adalah material yang dijejalkan
diantara kelebihan ruang gerak guna menahan pergeseran gerak barang atau abrasi
terhadap isi ruang. Penambahan bahan pengisi dalam kemasan digunakan untuk
melindungi produk atau barang selama pengangkutan atau penyimpanan. Bahan
pengisi berupa cacahan kertas koran dan kertas HVS mudah diperoleh, selain itu
diduga dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam kemasan sehingga dapat
mempengaruhi bahan ini selama penyimpanan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan oksidan etilen
dan pengisi terhadap penyimpanan pisang Raja Bulu.

TINJAUAN PUSTAKA
Pisang Raja Bulu
Pisang diklasifikasikan dalam divisi Spermatophyta, sub divisi
Angiospermae, kelas monokotiledon, famili Musaseae. Pisang merupakan
tanaman monokarpik, yaitu jenis tanaman yang hanya sekali berbuah lalu tanaman
tersebut mati. Tanaman pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara.
Penyebarannya meluas hingga ke seluruh dunia meliputi daerah tropik dan sub
tropik (Simmonds 1966). Pisang yang banyak dikonsumsi berasal dari persilangan
Musa acuminate dan Musa balbisiana. Musa acuminata memiliki karakteristik
berupa rasa yang manis dan biasanya digunakan sebagai pencuci mulut,
sedangkan Musa balbisiana memiliki karakteristik kandungan zat gizi dan pati
yang cukup tinggi (Robinson 1999)
Menurut Samson (1980) pisang yang berasal dari keturunan Musa
acuminata memiliki genom AA dan AAA. Contoh dari pisang yang memiliki
genom AA ada adalah pisang Mas dan pisang Barangan, sedangkan pisang yang
memiliki genom AAA adalah Pisang Ambon, Ambon Lumut, dan Cavendish.
Pisang yang berasal dari keturunan Musa balbisiana memiliki genom BB dan

3
BBB, contohnya pisang Batu (BBB). Pisang yang berasal dari kedua tetua
menghasilkan jenis-jenis ploidi seperti AAB (pisang Raja dan pisang Tanduk) dan
ABB (pisang Kepok).
Pisang Raja Bulu atau yang lebih dikenal sebagai pisang Raja termasuk
buah yang dapat digunakan sebagai buah meja dan bahan baku produk olahan atau
campuran pembuatan kue. Daging buah rasanya manis dan aromanya kuat, namun
kulitnya tebal sehingga bagian yang dapat dimakan hanya 75%. Pada waktu
matang warna kulitnya kuning berbintik coklat atau kuning merata dengan warna
daging kuning kemerahan. Setiap tandan memiliki bobot 4-22 kg dengan jumlah
sisir 6-7 sisir dan jumlah buah 10-16 buah per sisir. Sebagai buah segar pisang
Raja Bulu memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama di pulau Jawa. Pisang
Raja Bulu cocok diolah menjadi sari buah, dodol, dan sale (Prabawati et al. 2009).
Umur Simpan dan Mutu Buah
Umur simpan buah adalah masa simpan buah sampai buah masih layak
untuk dikonsumsi. Umur simpan buah erat hubungannya dengan tingkat
kematangan buah. Selama penyimpanan buah mengalami perubahan secara fisik
maupun kimiawi. Perubahan yang terjadi diantaranya warna kulit buah, ukuran
buah, perubahan tekstur, serta kekerasan kulit buah (Santoso dan Purwoko 1995).
Umur simpan buah pisang erat hubungannya dengan warna kulit buah. Tingkat
kematangan pisang Raja Bulu diasumsikan sama dengan kematangan pisang
Cavendish. Menurut Kader (2011) terdapat skala 1-7 untuk menentukan tingkat
kematangan berdasarkan warna kulit buah.

Gambar 1 Indeks kematangan pisang
Sumber: www.postharvest.ucdavis.edu
Kualitas atau mutu buah dipengaruhi oleh beberapa kriteria. Penampilan,
tingkat kekerasan, dan umur simpan yang panjang merupakan pertimbangan yang
penting bagi distributor dan pedagang, Konsumen biasanya memperhatikan nilai
mutu suatu buah berdasarkan penampilan, tekstur, rasa, aroma, zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral), dan tingkat keamanan yaitu
kandungan senyawa toksik dan mikroba (Kader 1992). Santoso dan Purwoko
(1999) menyatakan bahwa kualitas buah juga dipengaruhi oleh faktor genetik,
faktor lingkungan pra panen, pemanenan, perlakuan pasca panen, dan interaksi

4
dari berbagai faktor tersebut. Menurut Redaksi Trubus (2007) dalam Sugistiawati
(2012) ketahanan simpan dan kualitas buah berhubungan erat dengan umur panen.
Buah yang dipanen muda mutunya rendah tapi ketahanan simpannya relatif lama,
sedangkan buah yang dipanen tua mutunya baik tapi ketahanan simpannya relatif
singkat.
Etilen dan Kalium Permanganat
Buah pisang termasuk jenis buah klimakterik yaitu jenis buah yang tingkat
respirasi dan produksi etilen endogen yang tinggi saat proses pematangan. Hal ini
menyebabkan meningkatnya kerusakan fisik, serangan penyakit, dan peningkatan
suhu diatas 30˚C (Kader 1992). Menurut Santoso dan Purwoko (1995) etilen
(C2H4) adalah hormon tanaman yang aktif dan bekerja sama dalam
mengendalikan proses pematangan buah. Etilen berupa gas, beraroma manis, dan
mudah dideteksi.
Etilen berguna dalam percepatan dan penyeragaman kematangan, namun
etilen dapat mempercepat laju senescence. Etilen dapat menghilangkan warna
hijau pada buah mentah dan sayuran daun, mempercepat pematangan buah selama
masa penanganan panen dan penyimpanan, mempersingkat umur simpan dan
kualitas buah, bunga, dan sayur setelah panen (Winarno dan Wirakartakusumah
1981). Untuk memperpanjang masa simpan maka diperlukan metode untuk
mengurangi kandungan etilen yang tinggi dengan cara menyerap atau membuang
sumber-sumber etilen (Santoso dan Purwoko 1995). Dalam industri buah-buahan,
produksi dan aktifitas etilen dikendalikan pada saat penyimpanan. Untuk
mempercepat kematangan dan menyeragamkan kematangan maka dilakukan
pemeraman buah (Suyanti dan Satuhu 1999).
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan senyawa kimia yang dapat
menyerap etilen yang diproduksi oleh buah selama proses pematangan.Dengan
terserapnya etilen, maka tingkat kematangan buah dapat dihambat (Satuhu dan
Supriyadi, 1992). Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi kuat yang
dapat memecah ikatan rangkap etilen membentuk etilen glikol dan mangan (II)
oksida (Hein et al. 1984). Reaksi kimianya sebagai berikut :
C2H2 + KMnO4 + H2O  C2H4(OH)2 + MnO2 + KOH
(etilen + kalium permanganat + air  etilen glikol + mangan oksida + kalium
hidroksida)
Penelitian Solihati (2004) menyatakan bahwa penggunaan KMnO4
sebagai bahan penyerap etilen mampu memberikan pengaruh terhadap
kematangan dengan ditekannya produksi etilen, serta warna hijau, tekstur, dan
aroma dapat dipertahankan selama 15 hari pada suhu 28°C dan 45 hari pada suhu
13°C. Kontak KMnO4dengan produk tidak dianjurkan karena bentuknya yang cair
dan berwarna ungu pekat yang dapat mempengaruhi kualitas produk, sehingga
diperlukan bahan pembawa etilen tersebut.
Penelitian Jannah (2008) menunjukkan penggunaan zeolit sebagai bahan
pembawa KMnO4 dapat mempertahankan umur pisang raja bulu tujuh hari lebih
lama dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Menurut Lukum (2009) dalam
Kholidi (2009) penggunaan pelet yang terbuat dari campuran tanah liat dan sekam
dengan perbandingan 1:1 kemudian dicelupkan dalam larutan KMnO4 dapat

5
memperlambat kematangan pisang. Kholidi (2009) menambahkan bahwa
perlakuan bahan oksidan etilen berupa campuran tanah liat dan KMnO₄ sebanyak
50 g (46.25 g tanah liat + 3.75 g KMnO₄) dapat memperpanjang umur simpan
buah pisang Raja Bulu hingga 9 hari lebih lama dari kontrol, serta memberikan
pengaruh yang lebih baik pada warna kulit buah dan susut bobot buah.
Penelitian Mulyana (2011)menunjukkanpenggunakan bahan oksidan etilen
sebanyak 30 g (27.75 g tanah liat + 2.25 g KMnO₄) dalam pembungkus serat
nilon mampu mempertahankan umur simpan hingga 14 hari masa penyimpanan.
Menurut Sabrina (2012) penggunaan bahan pembungkus oksidan etilen yang
berbeda berupa kain kassa, kertas tissue, dan kertas semen, dapat
mempertahankan umur simpan empat hari lebih lama dari kontrol namun belum
memberikan hasil yang konsisten. Penelitian Sugistiawati (2012) menunjukkan
pembagian bahan oksidan etilen 30 g dalam satu, dua, dan tiga kemasan tidak
menunjukkan efektifitas etilen.
Pengemasan dan Bahan Pengisi
Pengemasan pada buah-buahan umumnya diperlukan untuk menjaga
kualitas buah selama penyimpanan, pengangkutan, dan pemasaran. Pengemasan
memberikan banyak keuntungan pada pascapanen buah. Selain agar memudahkan
dalam penanganan, penyimpanan, dan melindungi mutu, dapat juga memberikan
pelayanan juga motivasi penjualan (Hardenburg 1989). Menurut Wills et al.
(1981) kemasan yang baik harus memenuhi syarat yang dibutuhkan produk.
Kemasan harus cukup kuat untuk melindungi produk selama penanganan, tidak
mengandung bahan kimia yang dapat mencemari produk dan membahayakan
konsumen, memenuhi persyaratan pasar dalam bentuk, ukuran dan bobot, dapat
mendukung pendinginan produk, dan tidak dpiengaruhi oleh kelembaban produk.
Kemasan yang baik juga harus mudah untuk dibuka dan ditutup, dapat didaur
ulang, dan harganya terjangkau
Kemasan untuk pisang terdapat bemacam-macam ukuran dan bahan
kemasan. Yang paling sederhana dan masih banyak digunakan adalah keranjang
dengan anyaman bambu, kotak dari kayu, dan anyaman dari bambu. Untuk
kemasan kardus atau karton biasanya banyak digunakan oleh perusahaan atau
swasta yang memiliki perkebunan buah pisang (Prabawati et al. 1989).
Penggunaan kardus untuk pengemasan banyak digunakan karena bobot yang
ringan dan mudah didapat (Hardenburg 1989). Menurut Satuhu (1992)
penggunaan peti karton/kardus lebih menarik konsumen karena dapat dirancang
sesuai dengan kondisi buah yang dikemas. Selain itu buah tidak gampang rusak
akibat dipegang atau dipencet pembeli saat memilih buah.
Kerusakan mekanis pada pengemasan pisang dapat diminimalkandengan
pemberian bahan pengisi (filler) seperti daun pisang, kertas, atau plastik polietilen
(Subijantoet al. 1990dalam Diennazola 2008).Menurut Syarief et al. (1988) bahan
pengisi adalah material yang dijejalkan diantara kelebihan ruang gerak guna
menahan pergeseran gerak barang atau abrasi terhadap isi ruang. Menurut
Lokasari (2011) bahan pengisi yang bisa digunakan untuk pengemasan buah
maupun sayuran dengan menggunakan keranjang di Indonesia adalah merang,
daun-daun kering, pelepah batang pisang, tikar atau kertas koran, potonganpotongan kertas, dan lain-lain.

6
Kertas HVS merupakan jenis uncoated woodfree, memliki kandungan
pulp mekanis 0-10%, tidak memiliki lapisan coating pigmen. Kertas HVS
umumnya digunakan untuk percetakan (printing), penulisan (writing), dan
fotokopi. Kertas HVS memiliki karakter yang lebih tahan panas dan air karena
penambahan material dasar berupa polimer berkekuatan basah, serta tambahan
bahan pigmen pewarna dari bahan kimia logam dengan klasifikasi ringan sampai
berat. Kertas koran merupakan jenis kertas uncoated grounwood, tidak
mempunyai lapisan coating dan diproduksi dari pulp mekanis. Memiliki
grammatur 38-52 gsm (Suskiyatno et al. 2011).
Penggunaan bahan pengisi berupa kertas HVS dan koran memiliki
keuntungan antara lain mudah didapat dan murah. Menurut Maulana (2013) harga
kertas HVS bekas kosong berkisar Rp 3 000 – Rp 4 000 per kg dan Rp 2 000 – 2
700 per kg untuk kertas bertinta, sedangkan harga kertas koran bekas berkisar
Rp 1 500 – Rp 2 500 per kilo.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan bulan
Mei 2013 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah pisang Raja Bulu
(Musa sp. AAB Group) dengan tingkat kematangan ¾, umur panen berkisar 100
hari setelah antesis (HSA) yang diperoleh dari tengkulak di Cikarawang, Bogor.
Bahan oksidan etilen berupa kalium permanganat (KMnO₄ ), tanah liat sebagai
bahan pembawa diperoleh dari Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, dan serat nilon sebagai pembungkus. Pengisi berupa cacahan
kertas HVS dan cacahan kertas koran. Bahan pengemas pisang berupa kotak
kardus berukuran 25 x 25 x 25 cm. Disinfektan berupa bahan aktif Natrium
Hipoklorit 10% (merk dagang : Bayclin), akuades, larutan phenolftalein 2-3 tetes,
dan NaOH 0.1 N.
Alat
Alat-alat yang akan digunakan terdiri dari oven untuk pengeringan pasta
tanah liat dan bahan oksidan etilen, timbangan analitik untuk pengamatan
penurunan susut bobot buah dan edible portion, penetrometer untuk pengamatan
kekerasan kulit buah, refraktometer dan kain kassa untuk pengamatan padatan
terlarut total, dan alat-alat titrasi untuk pengamatan asam tertitrasi total. Alat-alat
lain berupa baskom, loyang, pisau, spidol, dan gelas ukur.

7

Prosedur Analisis Data
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dan empat ulangan. Terdiri dari tujuh
perlakuan, yaitu :
P0 : Kontrol (tanpa bahan oksidan etilen dan pengisi)
P1 : 30 g bahan oksidan etilen+ cacahan kertas HVS
P2 : 60 g bahan oksidan etilen + cacahan kertas HVS
P3 : 90 g bahan oksidan etilen + cacahan kertas HVS
P4 : 30 g bahan oksidan etilen + cacahan kertas koran
P5 : 60 g bahan oksidan etilen + cacahan kertas koran
P6 : 90 g bahan oksidan etilen + cacahan kertas koran
Model linier percobaan ini sebagai berikut :
Yijk = + αi + βj + εij
Keterangan :
Yijk
= Pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j
(i = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 ; j = 1, 2, 3, 4, 5 )
µ = Rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuanke-i
βj
= Pengaruh kelompok ke-j
εijk
= Pengaruh galat perlakuan ke-i, dan kelompok ke-j
Uji kontras ortogonal dilakukan pada perlakuan berikut :
P0 vs P1P2P3
P0 vs P4P5P6
P1P2P3 vs P4P5P6
Setiap satuan percobaan berupa 2 x ½ sisir pisang. Percobaan terdiri dari 7
perlakuan dan 4 ulangan/kelompok sehingga terdapat 28 satuan percobaan.
Analisis ragam menggunakan uji F dengan taraf 5% dan uji kontras ortogonal
Proses analisis data mennggunakan Microsoft Excel 2007 dan SAS 9.1.3 Portable
For Windows.
Pelaksanaan
Pembuatan Bahan Oksidan Etilen
Bahan oksidan etilen dibuat dengan mencampur 1.7 kg tanah liat dengan
300g KMnO4(setara dengan 15 % KMnO4). Hasil campuran diberi air sampai
berbentuk adonan kemudian dioven selama ± 24 jam dengan suhu 60ºC, lalu
dihancurkan sampai berbentuk serbuk dan dioven lagi dengan waktu dan suhu
yang sama.Setelah kering, serbuk kemudian dibungkus dengan serat nilon.
Banyaknya bobot tiap bungkus sesuai dengan perlakuan yaitu sebesar 30 g (25.5 g
tanah liat + 4.5 g KMnO4), 60 g (51 g tanah liat + 9 g KMnO4), dan 90 g (76.5 g
tanah liat + 13.5 KMnO4).

8
Persiapan buah
Buah pisang diangkutke Laboratorium untuk disisir. Penyisiran dilakukan
pada tandan yang memiliki tingkat ketuaan yang sama, kemudian disortasi untuk
mendapatkan buah yang layak digunakan dalam percobaan. Kriteria buah yang
layak untuk digunakan dalam penelitian yaitu buah yang memiliki kulit yang
mulus, tidak terluka, dan memiliki ukuran yang relatif sama.
Sisir pisang yang telah disortasi kemudian dipotong menjadi dua kali
setengah sisir (masing-masing sisir ±7 jari). Selanjutnya dilakukan pencucian
untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada permukaan kulit, pisang
dengan menggunakan larutan Natrium Hipoclorit 5.25 % (Merk dagang :Bayclin)
dengan konsentrasi 10% kemudian dikeringankan dan di kemas dalam kotak
kardus.
Pengemasan dan Penyimpanan
Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini berupa kotak kardus
berukuran 25 x 25 x 25 cm. Bahan pengisi berupa cacahan kertas HVS atau
kertas koran sebanyak. Banyak bahan pengisi pada tiap-tiap perlakuan adalah
50 g. Setengah dari total bahan pengisi pada tiap-tiap perlakuan dimasukkan pada
kardus, kemudian secara berurutan dimasukkan bahan oksidan etilen, 2 x ½ sisir
pisang, sisa bahan pengisi, dan diratakan. Setelah semua bahan dimasukkan,
kardus ditutup dengan lakban. Penyimpanan dilakukan diatas meja dengan suhu
ruang berkisar 27-30˚C dan RH 90-95%.
Pengamatan
Pengamatan terdiri dari pengamatan non destruktif dan destruktif. Seluruh
pengamatan pada penelitian ini dilakukan saat pisang menunjukkan indeks skala
warna 5. Pengamatan non destruktif terdiri dari umur simpan dan susut bobot.
Pengamatan destruktif berupa pengukuran rasio daging buah dengan kulit buah
dan bagian yang dapat dimakan (edible portion), kekerasan kulit buah, padatan
total terlarut (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan vitamin C.
Umur Simpan
Umur simpan diukur berdasarkan indeks skala warna buah.Indeks
kematangan pisang Raja Bulu diasumsikan sama dengan Indeks kematangan
Pisang Cavendish. Terdapat derajat kekuningan kulit buah dengan nilai 1 sampai
7. Pengamatan dilakukan sampai indeks skala warna buah menunjukkan skala
nomor 5.
Susut Bobot
Susut bobot buah diukur dengan membandingkan bobot awal buah dengan
bobot buah saat pengamatan. Rumus yang digunakan adalah :

9
Rasio Daging Buah Dengan Kulit Buah dan Bagian Yang dapat Dimakan
(Edible Portion).
Rasio daging buah dengan kulit buah diukur dengan membandingkan
bobot buah sebelum dan setelah dikupas. Bobot daging dibagi dengan kulit buah.
Bagian yang dapat dimakan (Edible Part) dihitung dengan menggunakan rumus :

Kekerasan Kulit Buah
Kekerasan kulit buah diukur menggunakan penetrometrtier dengan satuan
mm/50 g/5 detik. Jarum penetrometer ditusukan pada tiga tempat berbeda yaitu
ujung, tengah, dan pangkal. Data yang diperoleh dari ketiga tempat tersebut
kemudian diambil rata-ratanya.
Padatan Total Terlarut (PTT)
Kandungan Padatan Total Terlarut diukur dengan menggunakan
refraktometer. Buah dihancurkan lalu diambil sarinya dengan cara diperas dengan
menggunakan kain. Perasan sari buah diteteskan pada lensa refraktometer, lalu
dibaca (ºBrix) sehingga diperoleh kadar PTT.
Asam Tertitrasi Total (ATT)
Kandungan Asam Tertitrasi Total diukur dengan menghancurkan sebanyak
25 gram buah, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan tambahkan
akuades sampai tera lalu disaring. Larutan diambil sebanyak 25 mL kemudian
ditambahkan 2-3 tetes indikator phenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan
NaOH 0.1 M sampai berwarna merah muda stabil. Kandungan ATT diperoleh
dengan rumus :

Keterangan : FP = Faktor Pengenceran (100 mL/25 mL)
Vitamin C
Kandungan vitamin C diukur dengan menghancurkan sebanyak 25 gram
buah kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100mL dan ditambahkan akuades
sampai tera lalu disaring. Larutan diambil sebanyak 25 mL kemudian
ditambahkan 3-4 tetes indikator larutan amilum dengan konsentrasi 1 gram/100
mL. Kemudian dititrasi dengan iodine sampai berwarna biru tua stabil.
Kandungan vitamin C diperoleh dengan rumus :

Keterangan : FP = Faktor Pengenceran (100 mL/25 mL)
1 mg Iodine 0.01 = 0.88 asam askorbat

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur Simpan, susut bobot, kekerasan kulit, dan edible portion
Umur simpan merupakan acuan dalam penelitian ini. Umur simpan diukur
dengan membandingkan warna kulit dengan indeks skala warna kulit, dalam hal
ini indeks skala warna kulit yang digunakan adalah indeks warna kulit nomor 5.
Penggunaan indeks warna kulit nomor 5 didasarkan pada tingkat kematangan
yang telah layak jual dan konsumsi. Gambar 2 menunjukkan pisang yang sudah
menunjukkan indeks warna kulit nomor 5, yaitu kulit buah berwarna kuning
dengan ujung jari berwarna hijau. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan
bahan oksidan etilen dan pengisi tidak berpengaruh pada umur simpan (lampiran
1)

Gambar 2 Pisang yang menunjukkan indeks warna kulit nomor 5
Umur simpan perlakuan bahan oksidan etilen dan pengisi berkisar 18-19
HSP, umur simpan perlakuan bahan oksidan etilen dan pengisi kertas koran
berkisar 13-14 HSP, dan kontrol 11 HSP. Berdasarkan uji kontras yang dilakukan
pada beberapa perlakuan, umur simpan pisang dengan perlakuan bahan oksidan
etilen dengan jenis bahan pengisi kertas HVS (P1,P2, dan P3) menunjukkan hasil
berbeda nyata pada taraf 1% jika dibandingkan dengan kontrol (P0). Perlakuan
bahan oksidan etilen dengan jenis bahan pengisi kertas HVS juga menunjukkan
hasil yang nyata pada taraf 1% jika dibandingkan perlakuan bahan oksidan etilen
dengan jenis bahan pengisi kertas koran (P4, P5, dan P6). Sedangkan perlakuan
bahan oksidan etilen dengan jenis bahan pengisi kertas koran tidak berpengaruh
nyata jika dibandingkan dengan kontrol (tabel 1).

11
Tabel 1. Umur simpan, susut bobot, kekerasan kulit, dan edible portion
Umur
Susut bobot
Kekerasan kulit
Edible
simpan
(%)
(mm/50 g/5 detik)
portion
Perlakuan
(HSP)
(%)
P0
11
12. 83
25.95
52.5
P1
19
17.43
27.66
54.3
P2
18
18.75
31.99
52.9
P3
19
21.08
26.53
51.1
P4
13
15.25
32.12
51.6
P5
13
13.39
31.48
53.6
P6
14
13.94
29.70
52.8
Uji kontras
P0 vs P1P2P3
**
tn
tn
tn
P0 vs P4P5P6
tn
tn
tn
tn
P1P2P3 vs P4P5P6
**
tn
tn
tn
Umur simpan; P0 = Kontrol (tanpa bahan oksiden dan pengisi), P1 = 30 g bahan oksidan
etilen + kertas HVS, P2 = 60 g bahan oksidan etilen + kertas HVS, P3 = 90 g bahan
oksidan etilen + kertas HVS, P4 = 30 g bahan oksidan etilen + kertas koran, P5 = 60 g
bahan oksidan etilen + kertas koran, P6 = 90 g bahan oksidan etilen + kertas koran; * =
berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%,

tn

tidak berbeda nyata.

Penggunaan pengisi berbahan kertas HVS dan koran pada penelitian ini
diduga mempengaruhi proses oksidasi etilen oleh kalium permanganat. Kertas
merupakan bahan yang mudah untuk menyerap air. Air merupakan zat yang
berperan dalam proses oksidan etilen oleh kalium permanganat. Menurut Hein et
al. (1984) proses pemecahan ikatan rangkap etilen (C2H2) oleh kalium
permanganat (KMnO4) dan air (H2O) membentuk etilen glikol(C2H4(OH)2),
mangan (II) oksida (MnO2) dan kalium hidoksida (KOH).
Tabel 1 menunjukkan perlakuan bahan oksidan etilen dengan jenis bahan
pengisi kertas HVS menunjukkan umur simpan yang lebih lama dari perlakuan
bahan oksidan etilen dengan kertas koran. Hal ini diduga karena kertas koran lebih
mudah untuk menyerap air daripada kertas HVS. Air yang diserap dari lingkungan
simpan dan respirasi buah menyebabkan proses pemecahan etilen oleh kalium
permanganat menjadi terhambat, sehingga umur simpan menjadi lebih singkat.
Menurut Suskiyatno et al. (2011) pada kertas cetak khusus seperti kertas HVS
ditambahkan material dasar berupa polimer berkekuatan basah sehingga lebih
tahan terhadap panas dan air.
Presentase penyusutan bobot secara umum akan bertambah jika umur
simpannya semakin lama. Semakin lama buah disimpan maka semakin besar
persentase penyusutan bobot buah.Hasil percobaan menunjukkan pemberian
bahan oksidan etilen dan pengisi tidak dapat menekan susut bobot selama
penyimpanan (lampiran 1). Menurut Santoso dan Purwoko (1995) penyusutan
bobot buah disebabkan hilangnya kandungan air dalam buah karena proses
transpirasi buah selama masa penyimpanan. Kehilangan substrat akibat respirasi
yang tidak tergantikan menyebabkan kerusakan pada buah mulai terjadi.

12
Penyusutan bobot buah selama peynimpanan sejalan dengan peningkatan
nilai kekerasan kulit. Semakin tinggi nilai kekerasan kulit maka semakin lunak
kulit buah tersebut. Hasil percobaan menujukkan pemberian bahan oksidan etilen
dan pengisi tidak berpengaruh terhadap kekerasan kulit selama penyimpanan
(lampiran 1). Menurut Lodh dan Pantastico (1989) pada saat kematangan buah,
zat-zat pektat dan pektinat mengalami peningkatan kelarutan sehingga terjadi
penurunan zat-zat pektat. Hal ini menyebabkan perubahan pektin yang dilekatkan
pada dinding sel dan lamela tengah.
Bobotdaging buah pada permulaan perkembangan buah sangat rendah,
sedangkan bobot kulit sangat tinggi. Semakin masak buah maka semakin berat
daging buahnya disertai pengurangan bobot kulitnya (Simmond 1966). Menurut
Diennazola (2008) uji korelasi yang dilakukan antara rasio daging buah dengan
kulit buah terhadap edible portion buah mempunyai korelasi positif. Hal ini
karena perpindahan air dari kulit ke daging buah, sehingga bobot daging buah
bertambah
dan
meningkatkan
edible
portion.Menurut
Hardenburg
(1989)penyimpanan dalam kotak kardus dapat menyerap kelembaban dari
lingkungan ruang simpan. Kelembaban yang tinggi dalam kardus dapat
mempercepat kehilangan air pada kulit buah.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian bahan oksidan etilen
tidak memberikan pengaruh pada bagian yang dapat dimakan (edible portion)
selama penyimpanan (lampiran 1). Tabel 1 menunjukkan presentase edible
portion pada percobaan sekitar 51-54%. Penelitian Mulyana (2011) menunjukkan
pemberian bahan oksidan etilen tidak berpengaruh pada edible portion selama
penyimpanan dengan presentase 37-50 % hingga 12 HSP.
Padatan Terlarut Total, Asam Tertitrasi Total, dan Vitamin C
Padatan terlarut total merupakan total padatan terkandung pada buah yang
digunakan untuk mengukur kemanisan buah. Menurut Mattoo et al. (1989)
kandungan gula merupakan komponen yang penting untuk mendapatkan rasa
buah yang dapat diterima konsumen dengan perimbangan gula dan asam. Menurut
Robinson (1999) selama penyimpanan buah pisang akan mengalami peningkatan
komposisi gula hingga masak penuh atau puncak klimakterik, lalu kadar gula
yang ada akan mengalami penurunan saat mengalami tahap penuaan. Perlakuan
bahan oksidan etilen dan pengisi tidak mempengaruhi padatan terlarut total pada
penyimpanan pisang Raja Bulu (lampiran 1)
Kandungan asam tertitrasi total tidak dipengaruhi oleh perlakuan bahan
oksidan etilen dan pengisi pada penyimpanan (lampiran 1). Menurut Winarno dan
Wirakartakusumah (1981) semakin matang buah kandungan gulanya semakin
meningkat, tetapi kandungan asamnya menurun. Akibatnya rasio gula dan asam
ajan mengalami perubahan yang drastis. Keadaan ini berlaku pada buah
klimakterik, sedang pada buah non klimakterik umumnya perubahan tersebut
tidak jelas. Menurut Lodh dan Pantastico (1989) keasaman tertitrasi meningkat
sampai maksimum pada atau dekat setelah puncak perkembangan, disusul adanya
sedikit penurunan dengan semakin masaknya buah.
Hasil dari uji kontras ortogonalmenunjukkan pemberian bahan oksidan
etilen dan pengisi berpengaruh nyata pada taraf 5% pada kandungan pada vitamin
C jika dibandingkan dengan kontrol. Kandungan vitamin C pada kontrol adalah

13
63.20 mg/100 g, perlakuan bahan oksidan etilen dan pengisi kertas HVS berkisar
31.78-47.55 mg/100 g, dan perlakuan bahan oksidan etilen dengan pengisi kertas
koran berkisar 34.32-39.78 mg/100 g. Hal ini menunjukkan kandungan vitamin C
pada tiap-tiap perlakuan cenderung berfluktuatif.Kandungan vitamin C pada
kontrol lebih tinggi dari perlakuan, sehingga penggunaan bahan oksidan etilen dan
pengisi tidak bisa mempertahankan kandungan vitamin C selama penyimpanan
(tabel 2).
Tabel 2 Padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT) dan
vitamin C
PTT
ATT
Vitamin C
Perlakuan
(˚Brix))
(%)
(mg/100 g)
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Uji kontras
P0 vs P1P2P3
P0 vs P4P5P6
P1P2P3 vs P4P5P6

24.50
26.25
26.50
25.75
25.75
27.75
24.12

45.0
43.6
29.6
43.6
41.2
45.8
39.2

62.30
47.55
31.68
52.09
39.78
38.19
34.32

tn
tn
tn

tn
tn
tn

*
*
tn

Keterangan : P0: kontrol (tanpa bahan oksidan etilen dan pengisi); P1: 30 g bahan oksidan etilen
+ kertas HVS; P2: 60 g bahan oksidan etilen + kertas HVS; P3: 90 g bahan oksidan etilen + kertas
HVS; P4: 30 g bahan oksidan etilen + kertas koran; P5: 60 g bahan oksidan etilen + kertas koran;
P6: 90 g bahan oksidan etilen + kertas Koran; * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata
pada taraf 1%, tn tidak berbeda nyata.

Selama pertumbuhan dan perkembangan kandungan vitamin C mengikuti
pola yang tidak teratur(Miller dan Bazore 1945 dalam Lodh dan Pantastico
1989).Vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas,
dan alkali. Penggunaan bahan pengisi diduga mempengaruhi kelembaban
sehingga dapat berpengaruh pada kandungan vitamin C selama
penyimpanan(Winarno 2008). Penggunaan pengisi berbahan kertas diduga
mempengaruhi kandungan vitamin C selama penyimpanan karena sifat dari kertas
yang mudah menyerap air.

14

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan bahan oksidan etilen dan pengisi pada penyimpanan pisang Raja
memperpanjang umur simpan 2-8 hari relatif lebih lama dari kontrol. Perlakuan
bahan oksidan etilen dengan pengisi kertas HVS dapat memperpanjang umur
simpan 7-8 hari lebih lama dari kontrol dan 4-6 hari lebih lama dari perlakuan
bahan oksidan etilen dengan pengisi kertas koran.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh interaksi bahan
oksidan etilen dan bahan pengisi pada penyimpanan pisang Raja Bulu.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah-buahan di Indonesia [Internet].
[diunduh 21 November 2013]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id
Diennazola R. 2008. Pengaruh sekat dalam kemasan terhadap umur simpan pisang
Raja Bulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hardenburg RE. 1989. Dasar-dasar Pengemasan. Di dalam: Fisiologi Pasca
Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran
Tropika dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah
Mada University Press. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling
and Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables.hlm 446477.
Hein M, Best LR, Pattison R. 1984. Colleg Chemistry, an Introduction to General,
Organic, and Biochemistry 3rd Edition. California (US): Brooks/Cole
Publishing Comapany
Jannah U. 2008. Pengaruh bahan penyerap larutan kalium permanganat terhadap
umur simpan pisang Raja Bulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Kader AA. 1992. Postharvest Technology Horticulture Corps. California (US):
University of California, Agriculture and Natural recources Publication.
Kader AA. 2011. Maturity and Quality : Banana Ripening Chart [internet].
[diunduh
tanggal
20
Februari
2014].
Tersedia
pada:
http://postharvest.ucdavis.edu
Kholidi. 2009. Studi tanah liat sebagai pembawa kalium permanganat pada
penyimpanan pisang Raja Bulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Lodh SB, Pantastico EB. 1989. Perubahan-perubahan Fisikokimiawi Selama
Pertumbuhan Organ-organ penimbun. Di dalam: Fisiologi Pasca Panen,
Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika
dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada

15
University Press. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and
Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables.hlm 64-87.
Lokasari KN. 2011. Pengkajian Kemasan Dalam dan Pengisi terhadap Mutu Buah
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) pada Kemasan Peti Kayu Selama
Transportasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mattoo AK, Murata T, Pantastico EB, Chachin K, Ogata K, Phan CT. 1989.
Perubahan Kimiawi selama Pematangan dan Penuaan. Di dalam: Fisiologi
Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayursayuran Tropika dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah. Yogyakarta
(ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Postharvest
Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-tropical Fruits and
Vegetables.hlm 160-197.
Maulana M. 2013. Peluang Usaha Kertas Bekas. [Internet]. [diunduh 21 Mei
2014]. Tersedia pada: http://www.muradmaulana.com/2014/03/peluangusaha-kertas-bekas-dan-harga.html
Mulyana E. 2011. Studi pembungkus bahan oksidan etilen dalam penyimpanan
pascapanen pisang raja bulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[PKHT] Pusat Kajian Hortikultura Tropika. 2012. Produksi Buah-buahan di
Indonesia [Internet]. [diunduh 12 November 2013]. Tersedia pada:
http://pkbt.ipb.ac.id
Prabawati S, Suyanti, Setyabudi DA. 2009. Teknologi Pascapanen dan
Pengolahan Buah Pisang. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Robinson JC. 1999. Bananas and Plantains. London (UK): CAB International.
Sambeganarko A. 2012. Pengaruh aplikasi KMnO4, ethylene block, larutan CaCl2
terhadap kualitas dan umur simpan pisang (Musa paradisiaca.L) varietas
Raja Bulu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Samson JA. 1980. Tropical Fruit. London (UK): Longman Scientific and
Technical.
Santoso BB, Purwoko BS. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman
Hortikultura Indonesia. Mataram (ID): Indonesia Australia Eastern
Universitas Project, Universitas Mataram.
Satuhu S. 1992. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Satuhu S, Supriyadi A. 1992. Pisang: Budidaya, Prospek, dan Pengolahan.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Simmonds NW. 1966. Banana 2nd Edition. New York (US): Longman Inc.
Solihati. 2004. Kajian Penggunaan Bahan Penyerap Etilen Kalium Permanganat
Untuk Memperpanjang Umur Simpan Pisang Raja (Musa paradisiaca var.
Sepientium L) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugistiawati. 2012. Studi Penggunaan Oksidan Etilen Dalam Penyimpanan Pisang
Raja Bulu (Musa sp. AAB Group) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Suskiyatno B, Koesmartadi CH, Briliantha DE. 2011. Bata Pulpy Granule Limbah
Kertas-Tapioka Sebagai Dinding Ekologis, Kajian Terhadap Teknik
Arsiterktural; 2011 Sep 11; Semarang, Indonesia; Semarang (ID):
Universitas Soegijapranata Semarang

16
Syarief R, Santausa S, Isyana ST. 1988. Teknologi Pengemasan Pangan. Bogor
(ID): Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, Pusat Antar Unversitas
Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Wills RBH, Lee TH, Mc Glasson, Graham D. 1981. Postharverst and
Introduction to the Physiology and Handling Fruit and Vegetables. New
York (US): Van Nostand.
Winarno FG, Wirakartakusumah MA. 1981. Fisiologi Lepas panen. Bogor (ID):
Sastra Hudaya. Cetakan ke-1.
Winarno FG. 2008. Kimia pangan dan Gizi edisi terbaru. Bogor (ID): M-Brio
Press. Cetakan ke-1.

17

LAMPIRAN

18
Lampiran 1Rekapitulasi sidik ragam
Parameter
Umur simpan
Susut bobot
Kekerasan kulit
Edible portion
Padatan terlarut total
Asam tertitrasi total
Vitamin C

Uji F
Perlakuan
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Ulangan
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

Koefisien Keragaman
(%)
31.93
40.56
22.05
6.82
7.65
22.46
37.58

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%,
nyata

tn

tidak berbeda

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Malang pada tanggal 16 Agustus 1990, anak ke-3 dari
pasangan Ir Susanto, MP dan Dra Sunarsih. Pada tahun 2002 penulis menamatkan
pendidikan dasar di SD Dharma Wanita Unibraw Malang, lalu melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 5 Malang. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri
8 Malang dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Semasa kuliah penulis aktif dalam kegiatan-kegiatan kepanitiaan, antara
lain : Divisi Logistik Jatim Cup tahun 2010, Divisi Logistik dan Transportasi
Masa Perkenalan Departemen (MPD) Semai 45 tahun 2010, Divisi Sponsorhip
Agrosportment 2 tahun 2010, Divisi Logistik dan Transportasi Fieldtrip STEVIA
tahun 2011. Penulis memperoleh hibah dana Program Mahasiswa Wirausaha 2011
untuk budidaya ikan lele, serta penulis aktif dalam bisnis trading forex secara
online.
Penelitian berjudul “Studi Bahan Oksidan Etilen dan Pengisi pada
Penyimpanan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB Group)” telah diselesaikan
penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.