Pengaruh Kalium terhadap Pertumbuhan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa Barat

PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR,
JAWA BARAT

Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO
A34304027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR,
JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor


Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO
A34304027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
MOHAMMAD ADI PUTRO. Pengaruh Kalium Terhadap Pertumbuhan
Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa Barat. Dibimbing
oleh SOBIR dan EDI SANTOSA.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk KCl
terhadap pertumbuhan pisang Raja Bulu yang dilaksanakan di kebun pisang di
Kampung Ciherang Kaum, Desa Ciherang, Kecamatan Darmaga, Bogor, Jawa
Barat pada bulan Desember 2007 – Juni 2008.
Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor,
yaitu dosis pupuk KCl yang terdiri dari 0 g/tanaman, 100 dan 225 g/tanaman, 200
dan 450 g/tanaman, 300 dan 675 g/tanaman, serta 400 dan 900 g/tanaman.

Percobaan ini diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Pisang Raja Bulu yang digunakan berasal dari anakan bonggol berumur
tiga bulan. Pemupukan dilakukan saat 2 Bulan Setelah Tanam (2 BST) dan 5
BST. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di sekeliling tanaman
dan kemudian ditimbun dengan tanah.
Perlakuan dosis pupuk KCl yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan tanaman pisang Raja Bulu.
Perlakuan dosis pupuk KCl juga tidak berpengaruh terhadap lingkar batang
tanaman pisang Raja Bulu, kecuali pada 35 dan 37 MST. Pada 35 dan 37 MST,
tanaman pisang Raja Bulu dengan perlakuan dosis pupuk KCl 200 dan 450
g/tanaman secara signifikan memiliki lingkar batang yang lebih besar
dibandingkan perlakuan lainnya.
Hasil analisis kimia pada daun pisang Raja Bulu menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk KCl hingga 400 dan 900 g/tanaman menghasilkan
kandungan kalium pada daun pisang yang masih berada di bawah batas
kecukupan. Hal ini mengindikasikan bahwa kalium yang diberikan belum
memenuhi kebutuhan kalium tanaman pisang Raja Bulu.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan dosis KCl sampai
dengan 400 dan 900 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pisang
Raja Bulu.


SUMMARY

MOHAMMAD ADI PUTRO. Influence of Potassium on Growth of Raja
Bulu Banana (Musa sp. AAB group) in Bogor, West Java. Supervised by
SOBIR and EDI SANTOSA.
This experiment was conducted to assess the effect of potassium chloride
fertilizer doses differences on growth of Raja Bulu banana in Kampung Ciherang
Kaum, Ciherang Village, Kecamatan Darmaga, Bogor, West Java since December
2007 until June 2008.
This experiment based on Fully Randomized Group Design with one
factor, potassium chloride doses, which consist of 0 g/plant, 100 and 225 g/plant,
200 and 450 g/plant, 300 and 675 g/plant, and 400 dan 900 g/plant. Each
treatment were repeated three times.
The Raja Bulu banana used in this research were planted from three
months old suckers. The fertilizer was applied twice, at 2 Months After Planting
(MAP) and 5 MAP. The fertilizer was spread around banana plant and then piled
with soil.
Potassium chloride doses applied did not affect the height, leaf number and
sucker number of Raja Bulu banana. They also did not affect the plant girth of

Raja Bulu banana, except at 35 and 37 Weeks After Planting (WAP). Raja Bulu
banana which fertilized with 200 and 450 g/plant potassium chloride significantly
had the biggest plant girth at 35 and 37 WAP.
The result of Raja Bulu banana leaf chemical analysis showed that the
doses of potassium chloride applied were not enough to supply the Raja Bulu
banana need of potassium.
The conclusion of this experiment is that application of potassium chloride
until 400 and 900 g/plant did not affect Raja Bulu bananas growth.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul :

PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR, JAWA BARAT

Nama :

Mohammad Adi Putro

NRP


A34304027

:

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr Ir Sobir, MSi

Dr Edi Santosa, SP, MSi

NIP. 131 841 754

NIP. 132 146 237


Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr
NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1986. Penulis merupakan
anak pertama dari Bapak Adi Sofyan dan Ibu Ni Made Sutiasih.
Tahun 1994 penulis pindah dari Sekolah Republik Indonesia Tokyo ke SD
Harapan Indonesia. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Harapan Indonesia. Penulis
menyelesaikan studi di SLTPN 1 Bekasi pada tahun 2001, kemudian lulus dari
SMAN 1 Bekasi pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui
jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Pada tahun 2005/2006 penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Pertanian IPB. Tahun 2006 penulis juga mendapat

kesempatan magang di Agrowisata Strawberry Petik Sendiri “Kurnia Strawberry”,
Ciwidey, Bandung selama 1 bulan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, hidayah dan barakah sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Pengaruh Kalium
Terhadap Pertumbuhan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa
Barat. Penelitian ini dilandaskan oleh rendahnya kualitas buah pisang di
Indonesia.

Pertumbuhan

tanaman

pisang

yang


baik

diharapkan

dapat

meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Sobir, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi sebagai dosen pembimbing
skripsi atas bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang diluangkan
hingga terselesaikannya skripsi ini,
2. Ir Ketty Suketi, MS sebagai penguji atas masukan, kritik dan sarannya,
3. Bapak Hariyanto beserta staf kebun lainnya yang telah memberikan
bantuan tenaga selama pelaksanaan penelitian,
4. Pihak Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah membantu dalam
pengadaan pupuk,
5. Kedua orang tua dan kedua adik penulis yang telah memberikan dukungan
moril maupun materiil, serta
6. Kurnia Dewi Pamungkas, atas bantuan dan masukan selama pelaksanaan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vi

PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ............................................................................................
Tujuan ..........................................................................................................


1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Botani Pisang ...............................................................................................
Morfologi Pisang .........................................................................................
Syarat Tumbuh ............................................................................................
Kebutuhan Nutrisi Tanaman Pisang ............................................................
Nitrogen .......................................................................................................
Fosfor...........................................................................................................
Kalium .........................................................................................................

3
3
5
7
7
8
9

10

BAHAN DAN METODE ...............................................................................
Waktu dan Tempat ......................................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................................
Metode Penelitian ........................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................
Pengamatan .................................................................................................

12
12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Kondisi Umum ............................................................................................
Tinggi Tanaman ..........................................................................................
Lingkar Batang ............................................................................................
Jumlah Daun ................................................................................................
Jumlah Anakan ............................................................................................
Komponen Reproduktif ...............................................................................
Pembahasan Umum .....................................................................................

16
16
18
19
20
21
22
23

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................
Saran ............................................................................................................

26
26
26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

27

LAMPIRAN ....................................................................................................

29

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1.

Karakteristik yang Digunakan untuk Skor Taksonomi Kultivar Pisang ...

3

2.

Dosis Pupuk KCl Menurut Perlakuan .......................................................

12

3.

Organisme Pengganggu Tanaman Selama Percobaan ..............................

16

4.

Rekapitulasi Sidik Ragam Terhadap Perlakuan Dosis Pupuk KCl. ..........

17

5.

Lingkar Batang Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ...

19

6.

Kandungan Kimia Daun Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl .....

24

Lampiran
1. Data Analisis Tanah ..................................................................................

31

2. Data Iklim..................................................................................................

31

3. Data Analisis Daun ...................................................................................

32

4. Sidik Ragam Analysis of Covariance Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu
pada 16 – 36 MST .....................................................................................

33

5. Sidik Ragam Analysis of Covariance Lingkar Batang Tanaman Pisang
Raja Bulu pada 27 – 37 MST ....................................................................

35

6. Sidik Ragam Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ..............

36

7. Sidik Ragam Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ........

38

8. Sidik Ragam Analisis Kimia Daun Pisang Raja Bulu pada 6 BST...........

39

9. Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ..................

40

10. Jumlah Daun Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl .......

40

11. Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ...................

41

DAFTAR GAMBAR
Nomor

1.
2.
3.
4.

1.
2.

3.

Halaman
Teks
Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ............................
18
Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ....................................
20
Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 32 MST ..............................
22
Komponen Reproduktif Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai
Dosis KCl saat 49 MST ............................................................................
23
Lampiran
Kondisi Awal Lahan Kebun Pisang ..........................................................
Hama yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu.................................
(a) Ulat kecil-kecil ....................................................................................
(b) Ulat bulu hijau .....................................................................................

42
42
42
42

Penyakit yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu
Selama Penelitian ......................................................................................
(a) Banana Leaf Speckle ...........................................................................
(b) Banana Bunchy Top Virus ...................................................................
(c) Bercak Daun Cordana ..........................................................................

42
42
42
42

PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR,
JAWA BARAT

Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO
A34304027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR,
JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
MOHAMMAD ADI PUTRO
A34304027

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
MOHAMMAD ADI PUTRO. Pengaruh Kalium Terhadap Pertumbuhan
Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa Barat. Dibimbing
oleh SOBIR dan EDI SANTOSA.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk KCl
terhadap pertumbuhan pisang Raja Bulu yang dilaksanakan di kebun pisang di
Kampung Ciherang Kaum, Desa Ciherang, Kecamatan Darmaga, Bogor, Jawa
Barat pada bulan Desember 2007 – Juni 2008.
Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak satu faktor,
yaitu dosis pupuk KCl yang terdiri dari 0 g/tanaman, 100 dan 225 g/tanaman, 200
dan 450 g/tanaman, 300 dan 675 g/tanaman, serta 400 dan 900 g/tanaman.
Percobaan ini diulang sebanyak tiga kali, sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Pisang Raja Bulu yang digunakan berasal dari anakan bonggol berumur
tiga bulan. Pemupukan dilakukan saat 2 Bulan Setelah Tanam (2 BST) dan 5
BST. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di sekeliling tanaman
dan kemudian ditimbun dengan tanah.
Perlakuan dosis pupuk KCl yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan tanaman pisang Raja Bulu.
Perlakuan dosis pupuk KCl juga tidak berpengaruh terhadap lingkar batang
tanaman pisang Raja Bulu, kecuali pada 35 dan 37 MST. Pada 35 dan 37 MST,
tanaman pisang Raja Bulu dengan perlakuan dosis pupuk KCl 200 dan 450
g/tanaman secara signifikan memiliki lingkar batang yang lebih besar
dibandingkan perlakuan lainnya.
Hasil analisis kimia pada daun pisang Raja Bulu menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk KCl hingga 400 dan 900 g/tanaman menghasilkan
kandungan kalium pada daun pisang yang masih berada di bawah batas
kecukupan. Hal ini mengindikasikan bahwa kalium yang diberikan belum
memenuhi kebutuhan kalium tanaman pisang Raja Bulu.
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan dosis KCl sampai
dengan 400 dan 900 g/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pisang
Raja Bulu.

SUMMARY

MOHAMMAD ADI PUTRO. Influence of Potassium on Growth of Raja
Bulu Banana (Musa sp. AAB group) in Bogor, West Java. Supervised by
SOBIR and EDI SANTOSA.
This experiment was conducted to assess the effect of potassium chloride
fertilizer doses differences on growth of Raja Bulu banana in Kampung Ciherang
Kaum, Ciherang Village, Kecamatan Darmaga, Bogor, West Java since December
2007 until June 2008.
This experiment based on Fully Randomized Group Design with one
factor, potassium chloride doses, which consist of 0 g/plant, 100 and 225 g/plant,
200 and 450 g/plant, 300 and 675 g/plant, and 400 dan 900 g/plant. Each
treatment were repeated three times.
The Raja Bulu banana used in this research were planted from three
months old suckers. The fertilizer was applied twice, at 2 Months After Planting
(MAP) and 5 MAP. The fertilizer was spread around banana plant and then piled
with soil.
Potassium chloride doses applied did not affect the height, leaf number and
sucker number of Raja Bulu banana. They also did not affect the plant girth of
Raja Bulu banana, except at 35 and 37 Weeks After Planting (WAP). Raja Bulu
banana which fertilized with 200 and 450 g/plant potassium chloride significantly
had the biggest plant girth at 35 and 37 WAP.
The result of Raja Bulu banana leaf chemical analysis showed that the
doses of potassium chloride applied were not enough to supply the Raja Bulu
banana need of potassium.
The conclusion of this experiment is that application of potassium chloride
until 400 and 900 g/plant did not affect Raja Bulu bananas growth.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul :

PENGARUH KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN PISANG
RAJA BULU (Musa sp. AAB group) DI BOGOR, JAWA BARAT

Nama :

Mohammad Adi Putro

NRP

A34304027

:

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr Ir Sobir, MSi

Dr Edi Santosa, SP, MSi

NIP. 131 841 754

NIP. 132 146 237

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr
NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1986. Penulis merupakan
anak pertama dari Bapak Adi Sofyan dan Ibu Ni Made Sutiasih.
Tahun 1994 penulis pindah dari Sekolah Republik Indonesia Tokyo ke SD
Harapan Indonesia. Tahun 1998 penulis lulus dari SD Harapan Indonesia. Penulis
menyelesaikan studi di SLTPN 1 Bekasi pada tahun 2001, kemudian lulus dari
SMAN 1 Bekasi pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui
jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Pada tahun 2005/2006 penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan
Mahasiswa Fakultas Pertanian IPB. Tahun 2006 penulis juga mendapat
kesempatan magang di Agrowisata Strawberry Petik Sendiri “Kurnia Strawberry”,
Ciwidey, Bandung selama 1 bulan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, hidayah dan barakah sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Judul penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Pengaruh Kalium
Terhadap Pertumbuhan Pisang Raja Bulu (Musa sp. AAB group) di Bogor, Jawa
Barat. Penelitian ini dilandaskan oleh rendahnya kualitas buah pisang di
Indonesia.

Pertumbuhan

tanaman

pisang

yang

baik

diharapkan

dapat

meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Sobir, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi sebagai dosen pembimbing
skripsi atas bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang diluangkan
hingga terselesaikannya skripsi ini,
2. Ir Ketty Suketi, MS sebagai penguji atas masukan, kritik dan sarannya,
3. Bapak Hariyanto beserta staf kebun lainnya yang telah memberikan
bantuan tenaga selama pelaksanaan penelitian,
4. Pihak Pusat Kajian Buah-buahan Tropika yang telah membantu dalam
pengadaan pupuk,
5. Kedua orang tua dan kedua adik penulis yang telah memberikan dukungan
moril maupun materiil, serta
6. Kurnia Dewi Pamungkas, atas bantuan dan masukan selama pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vi

PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ............................................................................................
Tujuan ..........................................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Botani Pisang ...............................................................................................
Morfologi Pisang .........................................................................................
Syarat Tumbuh ............................................................................................
Kebutuhan Nutrisi Tanaman Pisang ............................................................
Nitrogen .......................................................................................................
Fosfor...........................................................................................................
Kalium .........................................................................................................

3
3
5
7
7
8
9
10

BAHAN DAN METODE ...............................................................................
Waktu dan Tempat ......................................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................................
Metode Penelitian ........................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................
Pengamatan .................................................................................................

12
12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Kondisi Umum ............................................................................................
Tinggi Tanaman ..........................................................................................
Lingkar Batang ............................................................................................
Jumlah Daun ................................................................................................
Jumlah Anakan ............................................................................................
Komponen Reproduktif ...............................................................................
Pembahasan Umum .....................................................................................

16
16
18
19
20
21
22
23

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................
Saran ............................................................................................................

26
26
26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

27

LAMPIRAN ....................................................................................................

29

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1.

Karakteristik yang Digunakan untuk Skor Taksonomi Kultivar Pisang ...

3

2.

Dosis Pupuk KCl Menurut Perlakuan .......................................................

12

3.

Organisme Pengganggu Tanaman Selama Percobaan ..............................

16

4.

Rekapitulasi Sidik Ragam Terhadap Perlakuan Dosis Pupuk KCl. ..........

17

5.

Lingkar Batang Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ...

19

6.

Kandungan Kimia Daun Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl .....

24

Lampiran
1. Data Analisis Tanah ..................................................................................

31

2. Data Iklim..................................................................................................

31

3. Data Analisis Daun ...................................................................................

32

4. Sidik Ragam Analysis of Covariance Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu
pada 16 – 36 MST .....................................................................................

33

5. Sidik Ragam Analysis of Covariance Lingkar Batang Tanaman Pisang
Raja Bulu pada 27 – 37 MST ....................................................................

35

6. Sidik Ragam Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ..............

36

7. Sidik Ragam Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ........

38

8. Sidik Ragam Analisis Kimia Daun Pisang Raja Bulu pada 6 BST...........

39

9. Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ..................

40

10. Jumlah Daun Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl .......

40

11. Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada Berbagai Dosis KCl ...................

41

DAFTAR GAMBAR
Nomor

1.
2.
3.
4.

1.
2.

3.

Halaman
Teks
Tinggi Tanaman Pisang Raja Bulu pada 14 – 36 MST ............................
18
Jumlah Daun Pisang Raja Bulu pada 8 – 36 MST ....................................
20
Jumlah Anakan Pisang Raja Bulu pada 14 – 32 MST ..............................
22
Komponen Reproduktif Tanaman Pisang Raja Bulu pada Berbagai
Dosis KCl saat 49 MST ............................................................................
23
Lampiran
Kondisi Awal Lahan Kebun Pisang ..........................................................
Hama yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu.................................
(a) Ulat kecil-kecil ....................................................................................
(b) Ulat bulu hijau .....................................................................................

42
42
42
42

Penyakit yang Menyerang Tanaman Pisang Raja Bulu
Selama Penelitian ......................................................................................
(a) Banana Leaf Speckle ...........................................................................
(b) Banana Bunchy Top Virus ...................................................................
(c) Bercak Daun Cordana ..........................................................................

42
42
42
42

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan buah yang penting di daerah tropis. Produksi pisang
Indonesia menduduki posisi kelima dunia sebesar 5.04 juta ton. Berdasarkan data
Departemen Pertanian (2008), luas panen pisang Indonesia pada tahun 2006
sebesar 94 144 hektar, menurun 7 321 hektar dari tahun sebelumnya.
Produktivitas pisang Indonesia mencapai 53.51 ton/ha pada tahun 2006.
Pisang sangat baik untuk kesehatan. Pisang memiliki kandungan vitamin C
dua kali lebih banyak daripada apel. Selain itu, pisang kaya akan mineral kalsium
(Ca) sehingga mengkonsumsi pisang setelah makan akan membantu menetralisir
efek negatif konsumsi garam dan MSG yang berlebih. Pisang juga mengandung
kalium (K) yang berfungsi menjaga keseimbangan air tubuh, kenormalan tekanan
darah, fungsi jantung dan kerja otot (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, 2008).
Salah satu pisang yang dibudidayakan di Indonesia ialah pisang Raja Bulu
(Musa sp. AAB Group). Menurut Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (2008),
pisang Raja Bulu merupakan salah satu jenis pisang raja yang ukurannya sedang
dan gemuk. Bentuk buahnya silindris melengkung dengan pangkal buah agak
bulat. Kulitnya tebal berwarna kuning berbintik cokelat. Daging buahnya sangat
manis (PTT 28-30 °Brix), berwarna kuning kemerahan, bertekstur lunak, dan
tidak berbiji. Panjang buah antara 16-17 cm dengan bobot rata-rata 175-185 g.
Setiap tandan memiliki 5-7 sisir dengan tiap-tiap sisir berisi 14-15 buah. Buah
umumnya dipanen 10-12 Bulan Setelah Tanam (BST).
Pisang membutuhkan unsur hara yang banyak untuk pertumbuhan tanaman
dan produksi buah. Menurut Nakasone dan Paull (1998) sebagian besar unsur hara
tersebut diperoleh dari tanah dan pembusukan bahan tanaman serta sisanya dapat
ditambahkan melalui pemberian bahan organik dan pupuk. Kebutuhan rata-rata
tanaman pisang terhadap unsur hara adalah 388 kg/ha nitrogen (843.48 kg/ha Urea
dengan 46% N), 52 kg/ha fosfor (144.44 kg/ha SP-36 dengan 36% P2O5) dan
1 438 kg/ha kalium (2 876 kg/ha KCl dengan 50% K2O).

2

Kalium dibutuhkan tanaman untuk menjaga turgiditas dan potensial
osmosis sel. Dengan jumlah kalium yang cukup, dinding sel akan lebih tebal dan
stabil. Hal ini berpengaruh terhadap ketahanan terhadap serangan hama dan
penyakit. Selain itu, dengan jumlah kalium yang cukup, buah dan sayur
mempunyai umur simpan yang lebih panjang (Bennett, 1996). Kalium merupakan
unsur yang paling banyak terdapat dalam pisang, baik bagian vegetatif maupun
generatifnya. Hal ini mengakibatkan diperlukannya pemupukan kalium yang tepat
bagi tanaman pisang.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian pupuk KCl
terhadap pertumbuhan pisang Raja Bulu.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Pisang
Secara taksonomi, pisang (Musa sp.) temasuk ke dalam kingdom Plantae,
divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo
Zingiberales, family Musaceae dan genus Musa (Purseglove, 1972; Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika, 2008).
Genus Musa merupakan tanaman utama pada dataran rendah tropis,
menghendaki suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang tinggi. Genus ini tidak
toleran terhadap persaingan akar, terutama dengan rumput, drainase yang buruk
dan penggenangan (Purseglove, 1972).
Genus Musa terbagi menjadi empat bagian, yaitu Eumusa, Rhodochlamys,
Callimusa dan Australimusa. Pisang yang dapat dimakan termasuk ke dalam
bagian Eumusa dan diturunkan dari Musa acuminata dan Musa balbisiana
(Purseglove, 1972).
Musa acuminata (genom A) dan Musa balbisiana (genom B) memiliki
beberapa karakteristik yang berbeda (Tabel 1) yang digunakan untuk menentukan
skor dari ploidi yang dihasilkan dari persilangan kedua genom tersebut. Pisang
dengan karakteristik yang sama dengan Musa acuminata diberi skor 1, sedangkan
pisang dengan karakteristik seperti Musa balbisiana diberi skor 5. Karakteristik
pisang yang berada di antara keduanya diberi skor 2, 3 dan 4 sesuai dengan
tingkatannya. Pisang AAB memiliki skor 24 – 46 (Robinson, 1999).
Tabel 1. Karakteristik yang Digunakan untuk Skor Taksonomi Kultivar
Pisang (Robinson, 1999).
Karakteristik

Musa acuminata

Musa balbisiana

Warna batang semu

Berbintik coklat atau
hitam lebih banyak

Sedikit atau tidak
berbintik

Saluran tangkai daun

Tepi terbuka atau
melebar, tidak
membentuk batang semu
yang rapat

Tepi tertutup dan
membentuk batang
semu yang rapat

Pedunkel

Biasanya berbulu atau
berambut

Glabrous

Tangkai bunga

Pendek

Panjang

4
Tabel 1. Lanjutan…
Karakteristik

Musa acuminata

Musa balbisiana

Ovul

Dua baris regular pada
tiap lokul

Empat baris iregular
pada tiap lokul

Lebar jantung

Biasanya tinggi dengan
rasio x/y < 0.28

Biasanya rendah dengan
rasio x/y > 0.30

Gulungan jantung

Jantung menggulung ke
arah luar saat terbuka

Jantung tidak
menggulung saat
terbuka

Bentuk jantung

Berbentuk seperti telur
ramping dengan ujung
meruncing

Berbentuk seperti telur
dan tidak meruncing

Bentuk ujung jantung

Tajam

Tumpul

Warna jantung

Merah, ungu muda atau
kuning di luar; merah
muda, ungu muda atau
kuning di dalam

Ungu kecoklatan di luar;
merah tua cerah di
dalam

Pemudaran warna

Di dalam jantung warna
memudar menjadi kuning
menuju pangkal

Di dalam jantung warna
tetap hingga pangkal

Luka helaian jantung

menonjol

Sedikit menonjol

Mahkota bunga jantan

Berombak (corrugated)
dekat ujung

Sangat jarang seperti
ombak (corrugated)

Warna bunga jantan

Putih kekuningan

Merah dengan merah
muda

Warna stigma

Jingga atau kuning

Krem, kuning pucat atau
merah muda pucat

Menurut Purseglove (1972) dan Robinson (1999), grup pisang AAB
memiliki beberapa subgrup, yaitu Plantain, Mysore, Silk, Pome, Pisang Raja dan
Maia Maoli. Pisang Raja merupakan klon yang terkenal di Malaysia dan
Indonesia, namun tidak dikenal di India dan Afrika. Di Malaysia, pisang ini sering
dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan. Tanaman Pisang Raja kuat, buahnya
manis dan dimakan mentah, memiliki perhiasan bunga berwarna kuning jingga,
bunga jantan dan jantung persisten, memiliki 6-9 sisir per tandan, serta tahan
terhadap penyakit Panama, bercak daun dan layu Fusarium.

5

Morfologi Pisang
Menurut Purseglove (1972), tanaman pisang dapat mencapai tinggi 2 - 9
m, dengan bonggol yang berada di bawah tanah dan batang semu yang terbentuk
dari sarung daun. Robinson (1999) menambahkan bahwa tanaman pisang
merupakan tanaman tahunan yang bersifat monokotiledon, herba dan evergreen.
Sistem perakaran tanaman pisang berupa akar adventif yang lunak. Akar
primer muncul secara berkelompok tiga atau empat, dari permukaan silinder pusat
sepanjang rhizome. Akar primer memiliki ketebalan 5 – 8 mm serta berwarna
putih saat masih muda dan sehat. Rhizome yang sehat dapat menghasilkan 200
hingga 500 akar primer. Dari akar-akar primer berkembang sistem perakaran
sekunder dan tersier, yang lebih tebal dan pendek daripada akar primer. Di dekat
ujung akar dari akar primer dan lateral tumbuh rambut akar. Rambut akar ini
bertanggung jawab dalam sebagian besar pengangkutan air dan mineral untuk
tanaman. Efektivitas dari daya serap tanaman ditentukan oleh jumlah akar primer
dan daya tembus akar dalam tanah (Purseglove, 1972; Robinson, 1999).
Distribusi akar sangat dipengaruhi oleh jenis, kerapatan dan drainase
tanah. Sistem perakaran adventif pisang secara horizontal dapat mencapai jarak 5
m, walaupun pada umumnya hanya sekitar 1 – 2 m. Zona perakaran vertikal
pisang sangat dangkal dengan hanya 40% volume akar pada kedalaman 100 mm
dan 85% pada kedalaman di atas 300 mm. Perakaran primer pisang jarang
menembus tanah hingga di bawah 600 mm (Robinson, 1999).
Batang tanaman pisang yang sesungguhnya berada sebagian atau
seluruhnya di dalam tanah yang dikenal sebagai „tuberous rhizome‟. Rhizome
yang telah dewasa memiliki diameter dan tinggi sekitar 300 mm walaupun akan
berbeda menurut vigor dan kondisi tanaman. Rhizome pisang memiliki ruas yang
sangat pendek dan tertutup oleh daun. Rhizome merupakan organ penyimpanan
penting untuk mendukung pertumbuhan buah dan perkembangan anakan
(Purseglove, 1972; Robinson, 1999).
Setelah panen, bagian atas tanaman pisang umumnya ditebang atau mereka
akan roboh secara alami. Tanaman akan berkembang biak dengan memproduksi
anakan yang merupakan perkembangan dari tunas vegetatif pada rhizome selama
pembentukan daun. Secara morfologi terdapat dua tipe anakan, yaitu anakan

6

pedang yang memiliki daun yang sempit dan dasar rhizome yang lebar, dan
anakan air yang memiliki daun yang lebar dan dasar rhizome yang sempit.
Anakan pedang memiliki hubungan yang kuat dengan tanaman induk dan
biasanya terbentuk dari tunas aksilar bagian bawah rhizome induk. Anakan air
berkembang dari tunas yang dangkal dekat dengan permukaan tanah atau bahkan
di atas permukaan tanah, dan juga berasal dari rhizome yang sudah tua. Anakan
air ini memiliki hubungan yang lemah dengan tanaman induk sehingga tidak dapat
berkembang menjadi tanaman yang kuat dan vigor (Robinson, 1999).
Daun tanaman pisang terbentuk secara spiral ke arah kiri dengan filotaksi
satu pertiga saat tanaman muda dan secara bertahap menjadi empat persembilan
saat tanaman dewasa (Purseglove, 1972). Daun pertama yang dihasilkan oleh
meristem tengah dari anakan yang berkembang ialah scale leaves, diikuti oleh
daun pedang yang ramping dan daun yang lebih lebar dengan lamina yang
semakin lebar secara bertahap hingga tanaman dewasa, daun berukuran penuh
dihasilkan setelah sekitar enam bulan. Daun terbesar dihasilkan saat menjelang
pembungaan. Lapisan daun akan menjadi rapat dan tebal untuk membentuk
„batang‟ atau batang semu tanaman pisang, yang akan memanjang seiring dengan
bertambahnya jumlah daun yang muncul, mencapai tinggi maksimal saat
munculnya bunga. Walaupun batang semu dewasa cukup kokoh dan mampu
menyangga bobot tandan hingga lebih dari 50 kg, namun sangat berair mengingat
95% bagiannya berupa air (Purseglove, 1972; Robinson, 1999).
Daun pisang yang sudah dewasa dapat memiliki panjang 1.5 - 2.8 m dan
lebar 0.7 – 1.0 m pada kultivar Cavendish. Stomata terdapat pada kedua
permukaan daun dengan intensitas pada permukaan bawah (sekitar 140 mm-2)
sekitar tiga kali permukaan atas daun. Pisang dengan genom triploid memiliki
daun yang lebih besar dan tebal daripada tanaman diploid (Robinson, 1999).

7

Syarat Tumbuh
Menurut Nakasone dan Paull (1998), untuk memperoleh pertumbuhan
yang baik dan produktivitas yang tinggi, pisang sebaiknya ditanam pada tanah
dengan kandungan bahan organik dan kesuburan yang tinggi. Pisang dapat
ditanam pada tanah dengan pH 4.5 – 7.5, dengan rekomendasi 5.8 – 6.5. Tekstur
tanah dapat berupa pasir hingga liat berat. Sebagian besar pisang yang diekspor
ditanam di tanah lempung aluvial. Tanah yang kaya akan humus akan baik untuk
pertumbuhan dan produksi pisang.
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan pisang berkisar 1500 - 3800
mm/tahun dengan 6 bulan basah (Samson, 1986). Pisang memerlukan pasokan air
yang setara atau sedikit melebihi laju evaporasi air. Jika curah hujan di bawah
evaporasi, maka diperlukan sistem irigasi yang baik (Nakasone and Paull, 1998).
Menurut Samson (1986), suhu udara harian yang baik untuk pertanaman
pisang berkisar 22.8°C – 32.4°C. Nakasone dan Paull (1998) menambahkan pada
sebagian besar area produksi pisang, suhu udara berkisar 15 – 38°C, dengan suhu
optimum sekitar 27°C. Suhu optimum untuk akumulasi bahan kering dan
pemasakan buah sekitar 20°C dan untuk inisiasi daun baru sekitar 30°C.
Menurut Nakasone dan Paull (1998), cahaya matahari penuh diperlukan
untuk pertumbuhan yang terbaik, walaupun buah dapat terbakar, terutama jika
pasokan air rendah. Naungan dapat memperpanjang siklus pertumbuhan hingga
tiga bulan dan mengurangi ukuran buah.

Kebutuhan Nutrisi Tanaman Pisang
Pisang membutuhkan jumlah nutrisi yang besar untuk pertumbuhan dan
produksi buahnya. Nutrisi atau unsur hara ini sebagian besar diperoleh dari tanah
dan bahan tanaman yang membusuk, sedangkan sisanya diperoleh dari pemberian
bahan organik dan pemupukan. Menurut Purseglove (1972), jumlah hara yang
terambil oleh tanaman pisang dengan produktivitas 25 ton/ha ialah 17-28 kg N/ha,
6-7 kg P2O5/ha dan 56-78 kg K2O/ha. Menurut Nakasone and Paull (1998),
kebutuhan nitrogen tanaman pisang sekitar 388 kg/ha/tahun, fosfor 52
kg/ha/tahun, kalium 1438 kg/ha/tahun, kalsium 227 kg/ha/tahun dan magnesium
125 kg/ha/tahun. Robinson (1999) menambahkan, kebutuhan nitrogen untuk jenis

8

tanah berat seperti di Afrika Selatan dengan pencucian hara yang minimum ialah
150 kg/ha/tahun. Di Costa Rica, dengan produktivitas dan curah hujan yang
tinggi, terdapat aliran permukaan serta pencucian tanah yang tinggi, nitrogen
diaplikasikan 300 hingga 450 kg/ha/tahun. Fosfor diaplikasikan dalam bentuk
superfosfat 50 kg P/ha/tahun. Aplikasi kalium di daerah subtropis dengan
produktivitas kurang lebih 50 ton/ha sebesar 400 hingga 500 kg/ha/tahun,
sedangkan untuk daerah yang miskin kandungan kalium tanahnya, dapat
diaplikasikan hingga 1 200kg/ha/tahun.
Menurut Samson (1980) gejala-gejala defisiensi unsur hara pada pisang
adalah sebagai berikut:
N

warna pucat, ukuran daun mengecil, pertumbuhan lambat

P

warna gelap, waktu kemunculan daun yang lambat, klorosis marjinal

K

penurunan pertumbuhan, klorosis pada daun tua

S

klorosis pada daun muda

Mg

bintik-bintik ungu pada petiol („le bleu‟)

Fe

klorosis interveinal pada daun muda

Mn

klorosis interveinal marjinal pada daun muda

Zn

daun memendek, perumbuhan terhambat

Cu

drooping, daun menyerupai payung

Nitrogen
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat (NO3) dan amonium
(NH4+). Amonium umumnya diserap dan digunakan oleh tanaman saat masih
muda, sedangkan nitrat diperlukan saat pertumbuhan cepat.
Nitrat yang diserap tanaman akan diubah menjadi bentuk amina (NH2-)
yang merupakan penyusun asam amino. Dua puluh asam amino merupakan
prekursor dari rantai polipeptida yang menyusun protein, sedangkan dua asam
amino lainnya, glisin dan glutamat merupakan prekursor basa nitrogen. Selain
pembentukan asam amino, protein dan basa nitrogen, nitrogen juga berperan
dalam pembentukan asam nukleat, nukleotida, amida dan amina. Selain itu,
nitrogen juga penting dalam penyusunan molekul klorofil dan dinding sel
(Bennett, 1996).

9

Robinson (1999) menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur kunci
dalam kebutuhan hara pisang dan tambahan nitrogen harus diberikan secara
berkala bahkan pada tanah yang subur. Tanaman pisang tidak dapat menyimpan
nitrogen sehingga jika terjadi ketidakcukupan dalam pertumbuhan tanaman, gejala
defisiensi akan timbul dengan cepat. Gejala defisiensi nitrogen pada pisang berupa
pemucatan daun pisang dengan tangkai daun, midrib dan sarung daun menjadi
sedikit berwarna pink kemerahan. Sedangkan jika terjadi kelebihan nitrogen,
warna daun pisang akan menjadi hijau gelap.
Menurut Plaster (2003), jika terjadi kelebihan nitrogen, tanaman akan
menjadi lunak, lemah, mudah terluka, mudah terserang hama dan penyakit serta
memperlambat proses penuaan dan pemasakan. Resh (2004) menambahkan gejala
kelebihan nitrogen yaitu daun berwarna hijau gelap dengan daun yang sangat
banyak. Di lain pihak, pertumbuhan akar tanaman akan terhambat.

Fosfor
Fosfor diserap tanaman dalam satu di antara dua bentuk, yaitu ion
monovalen fosfat (H2PO4-) atau ion divalent fosfat (HPO42-). Bentuk ion yang
diserap bergantung kepada kondisi pH tanah. H2PO4- mendominasi pada tanah
dengan pH kurang dari 7.2, sedangkan HPO42- pada pH lebih dari 7.2 (Bennett,
1996).
Bennett (1996) juga menjelaskan bahwa fosfor sangat berperan dalam
siklus hidup tanaman dan penting dalam pertumbuhan reproduktif. Fosfor
mempromotori kematangan yang lebih cepat dan berpengaruh terhadap kualitas
buah.
Robinson (1999) menyatakan bahwa kebutuhan fosfor tanaman pisang
tidak sebesar nitrogen dan kalium. Tanaman pisang mengakumulasi fosfor yang
dibutuhkan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Tanaman pisang menyerap
sebagian besar kebutuhan fosfor pada fase vegetatif, antara tiga hingga sembilan
bulan setelah tanam. Selama fase reproduktif, penyerapan fosfor berkurang 80%.
Tanaman pisang yang mengalami defisensi fosfor akan menunjukkan gejala
pengkerdilan tanaman, pertumbuhan akar yang lemah, terjadi klorosis marjinal
pada daun tua dan terbentuknya bercak hijau kebiruan pada daun muda.

10

Plaster (2003) menjelaskan bahwa kekurangan fosfor dapat menyebabkan
pertumbuhan daun yang lambat, sedikit dan lebih kecil. Tanaman dapat menjadi
lebih hijau gelap dibandingkan dengan yang normal. Tanaman yang kekurangan
fosfor sering memiliki daun dan batang yang berwarna ungu, dimulai dari daun
yang lebih bawah dan tua. Sementara kelebihan fosfor dapat mengikat beberapa
unsur hara tanaman, seperti besi.
Resh (2004) menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ditemukan adanya
gejala utama pada kasus kelebihan fosfor. Gejala yang muncul biasanya
menunjukkan gejala kekurangan tembaga dan seng.

Kalium
Kalium dibutuhkan tanaman untuk menjaga turgiditas dan potensial
osmosis sel. Dengan jumlah kalium yang cukup, dinding sel akan lebih tebal dan
stabil. Hal ini berpengaruh terhadap ketahanan terhadap serangan hama dan
penyakit. Selain itu, dengan jumlah kalium yang cukup, buah dan sayur
mempunyai umur simpan yang lebih panjang (Bennett, 1996).
Menurut Lægreid et al. (1999) penggunaan kalium oleh tanaman tidak
hanya bergantung pada ketersedian kalium di tanah, tetapi juga pada hara lainnya,
jumlah NH4+ atau Mg2+ yang berlebih menghalangi penyerapan kalium oleh
tanaman.
Kalium umumnya diambil tanaman tidak berlebih. Pada jeruk misalnya,
buah yang terbentuk akan memiliki mutu yang rendah pada tingkat kalium yang
tinggi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan defisiensi magnesium, mangan,
seng atau besi (Resh, 2004).
Menurut Robinson (1999), kalium merupakan unsur terpenting bagi
tanaman pisang. Penyerapan kalium dari tanah bergantung pada konsentrasi
kalium tanah dan fase perkembangan tanaman. Batas maksimal kalium tanah yang
dapat diserap dipengaruhi oleh iklim, kecepatan tumbuh, vigor akar, status air
tanah, penyakit dan kelebihan atau kekurangan kation lainnya. Penyerapan lebih
tinggi saat awal fase perkembangan vegetatif dibandingkan selama perkembangan
buah.

11

Gejala defisiensi kalium pada pisang ialah terjadinya klorosis berwarna
kuning-jingga dan kematian yang cepat pada daun yang tua. Selain itu, defisiensi
kalium juga menyebabkan penyusutan ukuran daun, penundaan inisiasi jantung,
penurunan jumlah buah per tandan dan penyusutan ukuran buah (Robinson,
1999). Defisiensi kalium dapat pula menghambat kemampuan tanaman untuk
menyerap nitrogen, sehingga meningkatkan kemampuan pencucian nitrat
(Lægreid et al., 1999). Gejala defisiensi kalium yang lain adalah “bekas terbakar
yang menyeluruh”, atau ujung daun tua yang terbakar. Pada beberapa kasus,
seluruh daun menjadi kuning (Plaster, 2003).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai awal Desember 2007 hingga Juni 2008.
Penelitian dilaksanakan di kebun pisang milik petani di Kampung Ciherang
Kaum, Desa Ciherang, Kecamatan Darmaga, Bogor, Jawa Barat dengan
ketinggian tempat sekitar 240 m dpl.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman pisang Raja
Bulu berumur 2 Bulan Setelah Tanam (2 BST), pupuk urea, SP-36 dan KCl.
Tanaman pisang yang digunakan berasal dari bibit pisang Raja Bulu hasil anakan
bonggol berumur tiga bulan yang ditanam pada jarak 3 m x 3 m. Dosis pupuk
yang digunakan adalah 300 g/tanaman Urea, 200 g/tanaman SP-36 dan dosis
pupuk KCl sesuai perlakuan.
Alat yang digunakan adalah timbangan, meteran untuk mengukur tinggi
tanaman pisang Raja Bulu dan meteran kain untuk mengukur lingkar batang
pisang Raja Bulu.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktor tunggal dosis pupuk KCl dengan lima taraf perlakuan seperti yang
tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Pupuk KCl Menurut Perlakuan.
Perlakuan
K1
K2
K3
K4
K5

2 Bulan Setelah Tanam
0
100
200
300
400

5 Bulan Setelah Tanam
---g/tanaman--0
225
450
674
900

Total 1 Tahun
0
775
1 550
2 325
3 100

13

Taraf tersebut diperoleh dari 0 kali, ½ kali, 1 kali, 1 ½ kali dan 2 kali dosis
pupuk KCl yang tertera dalam Acuan Standar Operasional Produksi Pisang (Pusat
Kajian Buah-Buahan Tropika, 2007). Masing-masing taraf perlakuan dibagi
menjadi tiga kelompok sehingga terdapat 15 satuan percobaan.
Model linier penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan dosis pupuk KCl ke-j (i=1,2,3;
j=1,2,3,4,5)
µ

= Nilai rataan umum

αi = Pengaruh kelompok ke-i (i=1,2,3)
βj = Pengaruh dosis pupuk KCl ke-j (j=1,2,3,4,5)
εij = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-i dan dosis pupuk KCl ke-j
Hasil yang diperoleh diuji dengan uji F. Jika hasil yang diperoleh berbeda nyata
maka dilanjutkan dengan analisis uji lanjut Duncan (Duncan’s Multiple Range
Test) pada taraf α = 5 %. Pengujian dilakukan menggunakan dua program, yaitu
program SAS versi 6.12 untuk pengujian Analysis of Variance dan MINITAB 14
untuk pengujian Analysis of Covariance.

Pelaksanaan Penelitian
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada 2 BST (Desember
2007) dan 5 BST (Maret 2008). Untuk setiap pemupukan diaplikasikan 150
g/tanaman Urea dan 100 g/tanaman SP-36 serta KCl sesuai dengan perlakuan.
Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk di sekeliling tanaman pisang
Raja Bulu dan kemudian ditimbun dengan tanah.
Pemeliharaan tanaman pisang Raja Bulu meliputi penyiangan, penjarangan
anakan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Penyiangan dilakukan
beberapa kali selama periode penelitian. Penjarangan anakan dilakukan satu kali
selama periode penelitian yaitu pada 32 Minggu Setelah Tanam (MST).
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan dengan pemangkasan
daun pisang yang terserang penyakit lebih dari 50 % area daun.

14

Pengamatan
Pengamatan dilakukan dua minggu sekali. Pengamatan dilakukan terhadap
10 tanaman contoh tiap satuan percobaan. Peubah yang diamati antara lain:
1. Tinggi tanaman,
Tinggi tanaman diukur dari 15 cm dari permukaan tanah sampai
percabangan daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai 14
MST hingga 36 MST. Hasil pengukuran tinggi tanaman dianalisis
menggunakan Analysis of Covariance.
2. Lingkar batang,
Lingkar batang diukur pada ketinggian 15 cm dari permukaan tanah
Pengukuran lingkar batang mulai dilakukan saat pemupukan kedua (25 MST)
hingga 37 MST. Hasil pengukuran lingkar batang dianalisis menggunakan
Analysis of Covariance.
3. Jumlah daun dalam satu pohon,
Jumlah daun yang dihitung ialah jumlah daun yang sehat dengan
maksimal 50 % area terserang penyakit. Pengamatan jumlah daun pisang Raja
Bulu dilakukan mulai 8 MST hingga 36 MST. Hasil penghitungan jumlah daun
dianalisis menggunakan Analysis of Variance.
4. Jumlah anakan,
Jumlah anakan dihitung sejak pertama kali muncul anakan (14 MST)
hingga 36 MST. Penghitungan jumlah anakan tidak berdasarkan jenis
anakannya. Hasil penghitungan jumlah anakan dianalisis menggunakan
Analysis of Variance.
5. Kandungan kimia pada daun,
Pengukuran

kandungan

kimia

pada

daun

dilakukan

dengan

menganalisis daun ketiga pada tanaman ke-10 tiap satuan percobaan saat

6

BST. Analisis dilaksanakan di Service Laboratory BIOTROP, Tajur. Hasil
pengukuran kandungan kimia kemudian dianalisis menggunakan Analysis of
Variance.

15

6. Komponen reproduktif.
Pengukuran komponen reproduktif dilakukan saat 49 MST. Pengukuran
yang dilakukan meliputi penghitungan jumlah jantung, jumlah jantung yang
telah membuka dan jumlah sisir per tandan. Jumlah sisir per tandan dihitung
pada tanaman yang jantungnya telah dipotong.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lokasi kebun pisang terletak di Desa Ciherang dengan dikelilingi kebunkebun