PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

(1)

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT

BOILER PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

BERTALITA SEPTIANA J 410 120 083

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT

BOILER PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

BERTALITA SEPTIANA J 410 120 083

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg Dwi Astuti, SKM., M.Kes


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT

BOILER PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

OLEH

BERTALITA SEPTIANA J 410 120 083

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Jumat, 10 Februari 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :

1. Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg (………...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Sri Darnoto, SKM., MPH (………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Rezania Asyfiradayati, SKM., MPH (………)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

(Dr. Suwaji, M.Kes) NIP. 195311231983031002


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian maupun yang belum/tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 10 Februari 2017 Penulis

BERTALITA SEPTIANA J 410 120 083


(5)

1

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT BOILER

PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

Abstrak

Kebisingan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hygiene industri. Kebisingan dapat meningkatkan sistem kardiovaskuler seperti kenaikan tekanan darah dan denyut jantung, serta menyebabkan gangguan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah dan gangguan psikologis pada tenaga kerja terpapar kebisingan di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan quasi experiment design. Populasi pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Sampel pada penelitian ini sebanyak 22 responden dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji statistik Wilcoxon. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah (p = 0,025) dan gangguan psikologis (p = 0,006) pada tenaga kerja terpapar kebisingan di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Perbedaan tekanan darah paling banyak terjadi pada hipertensi fase 2 yang mengalami peningkatan dari 9,1% menjadi 45.5%, sedangkan rata-rata gangguan psikologis sesudah terpapar kebisingan mengalami peningkatan sebesar 60,35%.

Kata Kunci : Kebisingan, Tekanan Darah, Gangguan Psikologis. Abstract

Noise is one of the most important aspects in industrial hygiene. Noise can increase the risk of cardiovascular system such as increased blood pressure and heart rate, and cause psychological disorder. The research a ims to determine the difference of blood pressure and psychological disorders in workers exposed to noise in Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. This research was an observational study with quasi experiment design. Population of this research was 30 respondents. Sample of this research was 22 respondents used purposive sampling methode as the sampling technique. The results of bivariate analysis showed there were a significant difference of blood pressure (p = 0,025) and psychological disorders (p = 0,006) in workers exposed to noise in Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Difference in blood pressure is most prevalent in hypertension phase 2 which has increased from 9,1% to 45,5%, the average frequency of a psychological disorder after exposed to noise increased by 60,35%.


(6)

2

1. PENDAHULUAN

Kebisingan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hygiene industri karena kebisingan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunnya produktivitas pekerja. Gangguan kesehatan yang terjadi diantaranya adalah gangguan pendengaran secara sementara maupun permanen (Anizar, 2009). Menurut Kristiyanto et.al (2014), terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas kebisingan dengan gangguan psikologis pekerja departemen laundry bagian Washing di PT. X Semarang.

PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan agrochemical yang mengolah tetes tebu menjadi berbagai bahan kimia dengan produk utama ethanol, acetic acid, acetaldehyde, dan ethyl acetate. Berdasarkan pengukuran kebisingan yang dilakukan oleh Anggraeni (2015) di unit boiler di PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar didapatkan rata-rata hasil pengukuran atau nilai Leq pada ruang boiler crusher batu bara 87,85 dBA, ruang ash confeor 92,9 dBA, dan ruang boiler biogas 97,43 dBA.

Berdasarkan persentase 10 besar golongan penyakit tahun 2015 di PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar terjadi peningkatan tenaga kerja yang mengalami hipertensi, dari 11,40% menjadi 14,06% pada bulan Agustus-September 2015. Hasil wawancara survei pendahuluan terhadap 5 karyawan di unit boiler merasa kurang nyaman dengan kondisi bising di tempat kerja tersebut. Selain itu karyawan juga merasa sulit tidur, konsentrasi menurun, dan emosi ketika berada di lingkungan kerja yang bising.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tekanan darah dan gangguan psikologis pada tenaga kerja terpapar kebisingan di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.


(7)

3 2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian dengan metode observasional analitik dengan rancangan quasi experiment design (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016. Penelitian ini dilakukan di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah dan gangguan psikologis pada tenaga kerja terpapar kebisingan melebihi NAB. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk. Apabila data berdistribusi normal menggunakan uji statistik Paired T-Test sedangkan apabila data berdistribusi tidak normal menggunakan uji statistik Wilcoxon.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 22 orang.

3.1.Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No. Karakteristi

k Kategori

Jumlah Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1. Umur Remaja akhir 0 0

Dewasa awal 2 9,1

Dewasa akhir 5 22,7 Lansia awal 15 68,2

Lansia akhir 0 0


(8)

4 2. Jenis

Kelamin

Laki-laki 22 100

Perempuan 0 0

Jumlah 22 100

3. Masa Kerja 4-8 tahun 2 9,1

9-13 tahun 1 4,5

14-18 tahun 2 9,1

19-23 tahun 4 18,2

24-28 tahun 13 59,1

Jumlah 22 100

4. Penggunaan APT

Menggunakan APT

0 0

Tidak

menggunakan APT

22 100

Jumlah 22 100

5. Kebiasaan Merokok

Merokok 7 31,8

Tidak merokok 15 68,2

Jumlah 22 100

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa usia responden paling banyak terdapat pada kategori lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 15 responden (68,2%), dan usia responden paling sedikit terdapat pada kategori dewasa awal (26-35 tahun) dengan jumlah 2 responden (9,1%). Responden yang bekerja di bagian unit boiler secara keseluruhan berjenis kelamin laki-laki. Masa kerja responden paling banyak berada pada rentang antara 24-28 tahun yaitu sebanyak 13 responden (59,1%), sedangkan paling sedikit yaitu masa kerja 9-13 tahun sebanyak 1 responden (4,5%). Sebanyak 22 responden (100%) tidak menggunakan APT. Responden yang merokok sebanyak 7 responden (31,8%) dan yang tidak merokok sebanyak 15 responden (68,2%).

3.2.Analisis Univariat

Tabel 2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Pengukuran

Kebisingan

Lokasi Pengukuran

Unit Boiler Biogas Unit Boiler Batubara

L1 90,2 90,1

L2 91,9 89,1


(9)

5

L4 92,9 91,2

L5 90,6 89,9

L6 91,5 89,7

L7 90,5 88,9

L8 92 89

L9 91,7 89

L10 91 90,4

Leq (dBA) 91,3 99,9

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di dekat sumber kebisingan yang berjarak 1-2 meter dan di tempat tenaga kerja biasa bekerja. Jarak pengukuran paling jauh yaitu ± 6 meter dari sumber suara.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa intensitas kebisingan tertinggi di unit Boiler Biogas adalah 91,9 dBA dan intensitas kebisingan terendah di unit Boiler Biogas adalah 89,5 dBA. Rata-rata intensitas kebisingan di unit Boiler Biogas adalah 91,3 dBA. Sedangkan intensitas kebisingan tertinggi di unit Boiler Batubara adalah 91,2 dBA dan intensitas kebisingan terendah di unit Boiler Batubara adalah 88,9 dBA. Rata-rata intensitas kebisingan di unit Boiler Batubara adalah 99,9 dBA. Berdasarkan Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011, NAB kebisingan yang dapat diterima tenaga kerja adalah 85 dBA untuk waktu pemaparan selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di Unit Boiler PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar melebihi standar NAB yang telah ditentukan.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

No. Variabel Kategori

Jumlah Frekuensi

(n)

Persentase (%)

1.

Tekanan Darah Sebelum Terpapar Kebisingan

Hipotensi 0 0

Normal 7 31,8

Hipertensi fase 1

13 59,1 Hipertensi 2 9,1


(10)

6 fase 2 Hipertensi fase 3

0 0

Jumlah 22 100

2.

Tekanan Darah Setelah Terpapar Kebisingan

Hipotensi 0 0

Normal 5 22,7

Hipertensi fase 1

7 31,8

Hipertensi fase 2

10 45,5 Hipertensi

fase 3

0 0

Jumlah 22 100

3. Gangguan Psikologis

Meningkat 10 45,5

Menurun 3 13,6

Tetap 9 40,9

Jumlah 22 100

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa tekanan darah responden sebelum terpapar kebisingan melebihi NAB paling banyak mengalami hipertensi fase 1 yaitu sebanyak 13 responden (59,1%), dan paling sedikit mengalami hipertensi fase 2 yaitu sebanyak 2 responden (9,1%). Sedangkan tekanan darah responden sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB paling banyak mengalami hipertensi fase 2 yaitu sebanyak 10 responden (45,5%), dan paling sedikit mengalami tekanan darah normal yaitu sebanyak 5 responden (22,7%). Sebanyak 10 responden (45,5%) mengalami peningkatan gangguan psikologis, 3 responden (13,6%) mengalami penurunan gangguan psikologis, dan 9 reponden (40,9%) gangguan psikologisnya tetap.

3.3.Analisis Bivariat

Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat

No. Variabel p-value Keterangan

1.

Tekanan darah sebelum terpapar kebisingan

0,025 Signifikan Tekanan darah sesudah

terpapar kebisingan

2.

Gangguan psikologis sebelum terpapar kebisingan

0,006 Signifikan Gangguan psikologis sesudah


(11)

7

Hasil analisis bivariat perbedaan tekanan darah terhadap paparan intensitas kebisingan melebihi NAB menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan p-value 0,025 < 0,05. Hal ini berarti bahwa H0

ditolak dan Ha diterima sehingga ada perbedaan antara tekanan darah

sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gobel (2013) tentang pengaruh kebisingan terhadap peningkatan tekanan darah pada karyawan PT. PLN (Persero) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Telaga Kota Gorontalo didapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara intensitas kebisingan terhadap peningkatan tekanan darah dengan menggunakan uji Fisher Exact Test memperoleh nilai p sebesar 0,003 (p ≤ 0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Febriana (2010) juga menyatakan ada perbedaan tekanan darah sistolik (p ≤ 0,01) dan diastolik (p ≤ 0,01) tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar bising di bagian tenun Departemen Weaving Shuttle Loom PT. Daya Manunggal Salatiga. Hal tersebut sesuai dengan teori Tarwaka (2004), bahwa pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) secara fisiologis dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung.

Hasil analisis bivariat perbedaan gangguan psikologis terhadap paparan intensitas kebisingan melebihi NAB menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan p-value 0.006 < 0,05. Hal ini berarti bahwa ditolak dan diterima, sehingga ada perbedaan yang bermakna antara gangguan psikologis sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB.

Hasil penelititan ini juga sejalan dengan penelitian Rismi (2007) tentang hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan psikologis pada pekerja di bagian finishing PT. Jansen Indonesia yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan psikologis pada pekerja dengan nilai p ≤ 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardiansyah, et.al


(12)

8

(2013) tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah dan tingkat stres kerja dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p sebesar 0,003 (p ≤ 0,05) sehingga terdapat pengaruh intensitas kebisingan dengan stres kerja, dan penelitian penelitian Nuzula (2016) tentang hubungan antara kebisingan dengan gangguan pola tidur masyarakat sekitar industri pembuatan panci di Kabupaten Pasuruan yang menyatakan ada hubungan antara kebisingan industri terhadap gangguan pola tidur masyarakat sekitar dengan menggunakan uji Chi Square memperoleh nilai p ≤ 0,05. Stres kerja dan gangguan tidur sendiri merupakan salah satu jenis gangguan psikologis.

Menurut Kuswana (2014), seseorang dapat mengalami gangguan psikologis akibat terpapar kebisingan apabila ia merasa sukar berkonsentrasi, sukar tidur, mudah marah, kepala pusing dan cepat lelah, daya kerja menurun, dan mengalami stres.

4. PENUTUP 4.1.Simpulan

4.1.1.Hasil pengukuran intensitas kebisingan di unit boiler yang terbagi menjadi 2 yaitu unit boiler biogas sebesar 91,3 dBA dan unit boiler batubara sebesar 99,9 dBA yang berarti melebihi NAB yang telah ditetapkan yaitu 85 dBA untuk waktu pemaparan selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

4.1.2.Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB, terjadi penurunan jumlah responden yang mengalami tekanan darah normal yaitu dari 31,8% menjadi 22,7%, hipertensi fase 1 yaitu dari 59,1% menjadi 31,8%, sedangkan pada hipertensi fase 2 terjadi peningkatan jumlah responden yaitu dari 9,1% menjadi 45,5%.

4.1.3.Hasil pengukuran gangguan psikologis responden berdasarkan skor kuesioner pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar


(13)

9

kebisingan melebihi NAB, terdapat 45,5% responden yang mengalami peningkatan gangguan psikologis, 13,6% responden mengalami penurunan gangguan psikologis, dan 40,9% responden gangguan psikologisnya tetap atau tidak berubah. 4.1.4.Berdasarkan hasil uji statistik untuk perbedaan tekanan darah

sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB diperoleh nilai p-value sebesar 0,025 atau p ≤ 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB. Tekanan darah sesudah terpapar kebisingan lebih tinggi daripada tekanan darah sebelum terpapar kebisingan.

4.1.5.Berdasarkan hasil uji statistik untuk perbedaan gangguan psikologis sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB diperoleh nilai p-value sebesar 0,006 atau p ≤ 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara gangguan psikologis sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB. Rata-rata gangguan psikologis sesudah terpapar kebisingan mengalami peningkatan sebesar 60,35 % dari rata-rata gangguan psikologis sebelum terpapar kebisingan.

4.2.Saran

4.2.1.Bagi PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Perusahaan sebaiknya melakukan pengendalian kebisingan dengan upaya pengendalian administratif yaitu pengaturan waktu pemaparan saat bekerja di tempat bising serta pengendalian rekayasa teknik yaitu merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi suara bising, melakukan safety patrol dan inspeksi K3 secara rutin, memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada tenaga kerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khusunya tentang dampak kebisingan terhadap kesehatan sehingga pengetahuan


(14)

10

dan motivasi tenaga kerja untuk bekerja dengan aman akan meningkat.

4.2.2.Bagi Tenaga Kerja

Mengingat pengendalian rekayasa teknik dan administrasi masih memberikan efek kebisingan yang melebihi NAB, maka seharusnya tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri yang lengkap (helm, masker, safety shoes, ear plug/ear muff) saat bekerja di lingkungan kerja bising.

4.2.3.Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan dapat menambahkan beberapa variabel yang belum dapat dimasukkan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan kesehatan kerja, faktor psikologis, dan lain-lain yang merupakan efek dari paparan kebisingan, serta mencari hubungan antara tekanan darah dengan gangguan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, V.D. 2015. Laporan Umum Praktik Kerja Lapangan PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Yogyakarta: Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan.

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardi nsy h M.R., J ’f r S., W hyu S. 2013. Peng ruh Intesit s Kebising n

Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Stres Kerja. Jurnal Teknik Industri, Vol. 1, No. 1, Maret 2013, pp. 7-12. ISSN 2302-495X.

Febriana, P. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Terpapar Bising di Bagian Tenun Departemen Weaving Shuttle Loom PT. Daya Manunggal Salatiga. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Gobel, R. 2013. Pengaruh Kebisingan Terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada Karyawan PT. PLN (Persero) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Telaga Kota Gorontalo. [Skripsi]. Gorontalo: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.


(15)

11

Kristiyanto F., Bina K., Ida W. 2014. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Gangguan Psikologis Pekerja Departemen Laundry Bagian Washing PT. X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP. Vol 2, No. 1, Januari 2014.

Kuswana. 2014. Ergonomi dan K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nuzula, F. 2016. Hubungan Antara Kebisingan dengan Gangguan Pola Tidur Masyarakat Sekitar Industri Pembuatan Panci di Desa Sumber Suko Gempol Kabupaten Pasuruan. [Skripsi]. Malang: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia.

Rismi, R. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Gangguan Psikologis pada Pekerja di Bagian Finishing PT. Jensen Indonesia. [Tesis]. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Tarwaka., Bakri S.H.A., Sudiajeng L. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan, dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.


(1)

6 fase 2 Hipertensi fase 3

0 0

Jumlah 22 100

2.

Tekanan Darah Setelah Terpapar Kebisingan

Hipotensi 0 0

Normal 5 22,7

Hipertensi fase 1

7 31,8

Hipertensi fase 2

10 45,5

Hipertensi fase 3

0 0

Jumlah 22 100

3. Gangguan Psikologis

Meningkat 10 45,5

Menurun 3 13,6

Tetap 9 40,9

Jumlah 22 100

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa tekanan darah responden sebelum terpapar kebisingan melebihi NAB paling banyak mengalami hipertensi fase 1 yaitu sebanyak 13 responden (59,1%), dan paling sedikit mengalami hipertensi fase 2 yaitu sebanyak 2 responden (9,1%). Sedangkan tekanan darah responden sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB paling banyak mengalami hipertensi fase 2 yaitu sebanyak 10 responden (45,5%), dan paling sedikit mengalami tekanan darah normal yaitu sebanyak 5 responden (22,7%). Sebanyak 10 responden (45,5%) mengalami peningkatan gangguan psikologis, 3 responden (13,6%) mengalami penurunan gangguan psikologis, dan 9 reponden (40,9%) gangguan psikologisnya tetap.

3.3.Analisis Bivariat

Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat

No. Variabel p-value Keterangan

1.

Tekanan darah sebelum terpapar kebisingan

0,025 Signifikan Tekanan darah sesudah

terpapar kebisingan

2.

Gangguan psikologis sebelum terpapar kebisingan

0,006 Signifikan Gangguan psikologis sesudah


(2)

7

Hasil analisis bivariat perbedaan tekanan darah terhadap paparan intensitas kebisingan melebihi NAB menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan p-value 0,025 < 0,05. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima sehingga ada perbedaan antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gobel (2013) tentang pengaruh kebisingan terhadap peningkatan tekanan darah pada karyawan PT. PLN (Persero) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Telaga Kota Gorontalo didapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara intensitas kebisingan terhadap peningkatan tekanan darah dengan menggunakan uji Fisher Exact Test memperoleh nilai p sebesar 0,003 (p ≤ 0,05). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Febriana (2010) juga menyatakan ada perbedaan tekanan darah sistolik (p ≤ 0,01) dan diastolik (p ≤ 0,01) tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar bising di bagian tenun Departemen Weaving Shuttle Loom PT. Daya Manunggal Salatiga. Hal tersebut sesuai dengan teori Tarwaka (2004), bahwa pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) secara fisiologis dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung.

Hasil analisis bivariat perbedaan gangguan psikologis terhadap paparan intensitas kebisingan melebihi NAB menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan p-value 0.006 < 0,05. Hal ini berarti bahwa ditolak dan diterima, sehingga ada perbedaan yang bermakna antara gangguan psikologis sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB.

Hasil penelititan ini juga sejalan dengan penelitian Rismi (2007) tentang hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan psikologis pada pekerja di bagian finishing PT. Jansen Indonesia yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan psikologis pada pekerja dengan nilai p ≤ 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardiansyah, et.al


(3)

8

(2013) tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah dan tingkat stres kerja dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p sebesar 0,003 (p ≤ 0,05) sehingga terdapat pengaruh intensitas kebisingan dengan stres kerja, dan penelitian penelitian Nuzula (2016) tentang hubungan antara kebisingan dengan gangguan pola tidur masyarakat sekitar industri pembuatan panci di Kabupaten Pasuruan yang menyatakan ada hubungan antara kebisingan industri terhadap gangguan pola tidur masyarakat sekitar dengan menggunakan uji Chi Square memperoleh nilai p ≤ 0,05. Stres kerja dan gangguan tidur sendiri merupakan salah satu jenis gangguan psikologis.

Menurut Kuswana (2014), seseorang dapat mengalami gangguan psikologis akibat terpapar kebisingan apabila ia merasa sukar berkonsentrasi, sukar tidur, mudah marah, kepala pusing dan cepat lelah, daya kerja menurun, dan mengalami stres.

4. PENUTUP 4.1.Simpulan

4.1.1.Hasil pengukuran intensitas kebisingan di unit boiler yang terbagi menjadi 2 yaitu unit boiler biogas sebesar 91,3 dBA dan unit boiler batubara sebesar 99,9 dBA yang berarti melebihi NAB yang telah ditetapkan yaitu 85 dBA untuk waktu pemaparan selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

4.1.2.Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB, terjadi penurunan jumlah responden yang mengalami tekanan darah normal yaitu dari 31,8% menjadi 22,7%, hipertensi fase 1 yaitu dari 59,1% menjadi 31,8%, sedangkan pada hipertensi fase 2 terjadi peningkatan jumlah responden yaitu dari 9,1% menjadi 45,5%.

4.1.3.Hasil pengukuran gangguan psikologis responden berdasarkan skor kuesioner pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar


(4)

9

kebisingan melebihi NAB, terdapat 45,5% responden yang mengalami peningkatan gangguan psikologis, 13,6% responden mengalami penurunan gangguan psikologis, dan 40,9% responden gangguan psikologisnya tetap atau tidak berubah. 4.1.4.Berdasarkan hasil uji statistik untuk perbedaan tekanan darah

sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB diperoleh nilai p-value sebesar 0,025 atau p ≤ 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB. Tekanan darah sesudah terpapar kebisingan lebih tinggi daripada tekanan darah sebelum terpapar kebisingan.

4.1.5.Berdasarkan hasil uji statistik untuk perbedaan gangguan psikologis sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB diperoleh nilai p-value sebesar 0,006 atau p ≤ 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara gangguan psikologis sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB. Rata-rata gangguan psikologis sesudah terpapar kebisingan mengalami peningkatan sebesar 60,35 % dari rata-rata gangguan psikologis sebelum terpapar kebisingan.

4.2.Saran

4.2.1.Bagi PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Perusahaan sebaiknya melakukan pengendalian kebisingan dengan upaya pengendalian administratif yaitu pengaturan waktu pemaparan saat bekerja di tempat bising serta pengendalian rekayasa teknik yaitu merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi suara bising, melakukan safety patrol dan inspeksi K3 secara rutin, memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada tenaga kerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khusunya tentang dampak kebisingan terhadap kesehatan sehingga pengetahuan


(5)

10

dan motivasi tenaga kerja untuk bekerja dengan aman akan meningkat.

4.2.2.Bagi Tenaga Kerja

Mengingat pengendalian rekayasa teknik dan administrasi masih memberikan efek kebisingan yang melebihi NAB, maka seharusnya tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri yang lengkap (helm, masker, safety shoes, ear plug/ear muff) saat bekerja di lingkungan kerja bising.

4.2.3.Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan dapat menambahkan beberapa variabel yang belum dapat dimasukkan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan kesehatan kerja, faktor psikologis, dan lain-lain yang merupakan efek dari paparan kebisingan, serta mencari hubungan antara tekanan darah dengan gangguan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, V.D. 2015. Laporan Umum Praktik Kerja Lapangan PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Yogyakarta: Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan.

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardi nsy h M.R., J ’f r S., W hyu S. 2013. Peng ruh Intesit s Kebising n

Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Stres Kerja. Jurnal Teknik Industri, Vol. 1, No. 1, Maret 2013, pp. 7-12. ISSN 2302-495X.

Febriana, P. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Terpapar Bising di Bagian Tenun Departemen Weaving Shuttle Loom PT. Daya Manunggal Salatiga. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Gobel, R. 2013. Pengaruh Kebisingan Terhadap Peningkatan Tekanan Darah pada Karyawan PT. PLN (Persero) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Telaga Kota Gorontalo. [Skripsi]. Gorontalo: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.


(6)

11

Kristiyanto F., Bina K., Ida W. 2014. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Gangguan Psikologis Pekerja Departemen Laundry Bagian Washing PT. X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UNDIP. Vol 2, No. 1, Januari 2014.

Kuswana. 2014. Ergonomi dan K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nuzula, F. 2016. Hubungan Antara Kebisingan dengan Gangguan Pola Tidur Masyarakat Sekitar Industri Pembuatan Panci di Desa Sumber Suko Gempol Kabupaten Pasuruan. [Skripsi]. Malang: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia.

Rismi, R. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Gangguan Psikologis pada Pekerja di Bagian Finishing PT. Jensen Indonesia. [Tesis]. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Tarwaka., Bakri S.H.A., Sudiajeng L. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan, dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.


Dokumen yang terkait

SKRIPSI Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 16

PENDAHULUAN Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 4

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 30

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangany

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 3 8

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangan

0 4 16

PERBEDAAN DENYUT NADI KERJA, TEKANAN DARAH, DAN GANGGUAN EMOSIONAL PADA TENAGA KERJA TERPAPAR Perbedaan Denyut Nadi Kerja, Tekanan Darah, Dan Gangguan Emosional Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Lebih Besar Dan Kurang Dari Nab Pada Bagian Produksi Di

2 7 18

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN UNIT COMPRESSOR PT.INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 2 75

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR KEBISINGAN MELEBIHI NAB DI UNIT BOILER BATUBARA PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 2 66