PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR KEBISINGAN MELEBIHI NAB DI UNIT BOILER BATUBARA PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

(1)

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR KEBISINGAN MELEBIHI NAB DI UNIT

BOILER BATUBARA PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Hartati

R.0207075

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, ...

Hartati


(4)

commit to user ABSTRAK

Hartati, R0207075, 2011. PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR KEBISINGAN MELEBIHI NAB DI UNIT BOILER BATUBARA PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah non

probability sampling dengan pendekatan sampling jenuh sehingga populasi yang

menjadi subjek penelitian adalah semua anggota populasi yang berjumlah 20 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden, mengukur kebisingan dan tekanan darah responden. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik

Paired T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.

Hasil Penelitian : Hasil analisis dengan uji Paired T-Test, uji perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB diketahui bahwa nilai p sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 (p ≤ 0,05). Sedangkan uji perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB diketahui bahwa nilai p sebesar 0,006 atau kurang dari 0,05 (p ≤ 0,05).

Simpulan Penelitian : Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.


(5)

ABSTRACT

Hartati, R0207075, 2011. THE DIFFERENCE OF WORKER’S BLOOD PRESSURE BEFORE AND AFTER EXPOSED TO NAB- EXCEEDING NOISE IN COAL BOILER UNIT IN PT. INDO ACIDATAMA, TBK. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR.

Objective : To find out and to study the difference of worker’s blood pressure before and after exposed to nab- exceeding noise in Coal Boiler Unit in PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Method : This study employed an analytical observational method using cross sectional approach. The sampling technique used was non probability sampling using saturated sampling so that the population becoming the subject of research is all members of population consisting of 20 workers. The data collection was done using questionnaire to find out the characteristics of respondent, to measure noise and the respondents’ blood pressure. Technique of processing and analyzing data was done with paired T-test using SPSS version 16.0 computer program.

Result : From the analysis conducted using Paired T-Test, the difference of systolic blood pressure before and after exposed to NAB-exceeding noise, it can be found that p value of 0.000 or less than 0.05 (p ≤ 0.05). Meanwhile the systolic blood pressure before and after exposed to NAB-exceeding noise, it can be found that p value of 0.006 or les than 0.05 (p ≤ 0.05).

Conclusion : From the result of research, it can be concluded there is a significant difference of blood pressure before and after exposed to NAB-exceeding noise in Coal Boiler Unit in PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar .


(6)

commit to user PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Terpapar Kebisingan Melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan studi Diploma IV untuk mencapai gelar Sarjana Sains Terapan.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 2011. 2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok selaku Ketua Program Diploma

IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Susilowati, S.Sos, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Sarsono, Drs., M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

6. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes selaku tim skripsi yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

7. Bapak Budi Mulyono selaku pimpinan PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak Ir. Edy Darmawan, MM., selaku Vice Exc. Off to Coorporate yang

telah membimbing dan mengarahkan kami dalam melaksanakan penelitian. 9. Bapak Setyo Budi, selaku Safety Inspector yang telah membimbing dan

mengarahkan dalam melaksanakan penelitian.

10. Bapak Purwanto, Edi Saptono, Kristanto selaku safety man yang telah meluangkan waktunya untuk mendampingi penulis dalam pengambilan data. 11. Seluruh karyawan PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat,

Karanganyar atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

12. Bapak, Ibu, kakak yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayang selama ini. Tidak ada kata yang bisa kuucapkan, tidak ada perbuatan yang sanggup kuberikan untuk membalas segala cinta dan pengorbanan yang telah diberikan. Mas Joko yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasinya selama ini.

13. Sahabatku Cha Rose, Necha, Dean, Deenar, Oneng, Tri Hartanto yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua teman-teman angkatan 2007 yang saya cintai terimakasih atas kerjasama dan dukungannya.


(7)

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Mei 2011


(8)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACK... v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 7

1. Intensitas Kebisingan... 7

2. Tekanan Darah... 15

B. Kerangka Pemikiran... 22


(9)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 24

B. Lokasi dan Waktu Penellitian... 24

C. Populasi Penelitian... 24

D. Teknik Sampling... 24

E. Sampel Penelitian... 24

F. Desain Penelitian... 25

G. Identifikasi Variabel Penelitian... 25

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 26

I. Instrumen Penelitian... 26

J. Cara Kerja Penelitian... 29

K. Teknis Analisis Data... 30

BAB IV. HASIL A. Gambaran Umum Perusahaan... 31

B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 32

C. Kebisingan ... 35

D. Tekanan Darah ... 36

BAB V. PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian... 40

B. Analisa Univariat ... 41

C. Analisa Bivariat ... 47 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


(10)

commit to user

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 22

Gambar 2. Desain Penelitian ... 25

Gambar 3. Sound Level Meter merk Rion type NA-20 ... 28


(12)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan ... 11

Tabel 2. Standar Tekanan Darah Normal menurut Pearce ... 15

Tabel 3. Standar Tekanan Darah Normal menurut Sani ... 16

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 32

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 33

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi/IMT ... 33

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit... 34

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok.. 35

Tabel 9. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan... 36

Tabel 10. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 36

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 38


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Responden Pekerja di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Intensitas kebisingan di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Intensitas Kebisingan rata-rata di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 6. Uji Statistik Tekanan Darah Sistolik Lampiran 7. Uji Statistik Tekanan Darah Diastolik Lampiran 8. Dokumentasi

Lampiran 9. Hasil Uji Korelasi Variabel Pengganggu dengan Tekanan Darah Lampiran 10. Surat Persetujuan Sampel dan Kuesioner Karakteristik Sampel Lampiran 11. Uji Normalitas Tekanan Darah


(14)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri yang semakin pesat dewasa ini selain memberi dampak positif berupa peningkatan taraf hidup masyarakat, juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi para pelaku dalam sektor industri itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan pelaksana diberbagai sektor industri, supaya tenaga kerja mampu bekerja dengan produktif dan aman maka perlu pengerahan tenaga kerja secara efektif dan efisien. Menurut teori Blum yang dikutip oleh Budiono (2003) bahwa status kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Hal tersebut berlaku pula pada kesehatan tenaga kerja.

Dalam setiap proses produksi tenaga kerja tidak bisa lepas dari kebisingan baik yang berasal dari suara mesin, peralatan kerja, suara-suara teman kerja yang dapat mengganggu kepuasan dalam bekerja. Kebisingan diartikan sebagai semua suara atau bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Suma’mur, 2009).

Gangguan terhadap pemajanan kebisingan sangat bervariasi tergantung dari tingkat intensitas dan karakteristik kebisingan. Dari sudut


(15)

pandang ergonomi, pengaruh pemajanan kebisingan pada intensitas yang rendah umumnya yang berupa gangguan komunikasi, ketidaknyamanan, dan gangguan performansi kerja. Tetapi pada pemajanan kebisingan dengan intensitas yang lebih tinggi khususnya yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB > 85 dB) dan dalam waktu yang lama dapat menurunkan fungsi pendengaran yang bersifat sementara kemudian berlanjut permanen (Tarwaka, 2004).

Lingkungan kerja bising perlu mendapat perhatian yang lebih karena tenaga kerja yang terpapar bising akibat proses produksi dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan kerja. Untuk efisiensi dan produktivitas kerja maupun untuk proteksi tenaga kerja, keseimbangan yang optimal antara beban langsung dan beban tambahan oleh lingkungan kerja dan kapasitas kerja perlu dicapai. Beban tambahan akibat kerja disebabkan oleh faktor–faktor antara lain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologis, faktor psikologis (Suma’mur, 2009).

Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu juga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek seperti perubahan frekuensi detak jantung, perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Dapat juga


(16)

commit to user

terjadi efek psikososial dan psikomotor jika seseorang berada di lingkungan yang bising (Harrington dan Gill, 2005).

PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan perusahaan agrochemical yang mengolah tetes tebu menjadi berbagai bahan kimia yang salah satu produk utamanya adalah ethanol.

Disetiap proses produksinya banyak menggunakan mesin-mesin yang dapat menimbulkan kebisingan, salah satunya Boiler Batubara yang digunakan untuk mensuplai uap ke plant. Berdasarkan pengukuran kebisingan di lima titik dari ruang mesin boiler didapat hasil pengukuran pada titik pertama 88 dB, titik kedua 87 dB, titik ketiga 86 dB, titik keempat 89 db, titik kelima 88 dB. Dengan rata-rata intensitas kebisingannya 87,71 dB dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

Intensitas Bising Ruangan Tl = 20 log P/Po Keterangan:

TI : Intensitas kebisingan ruangan P : Tekanan suara

Po : Tekanan suara dasar

Untuk perhitungan rata-rata kebisingan sesaat :

Leq = 10 log 1/N (n1 x 10L1/10 + n2 x 10L2/10 + n3 x 10L3/10 + n4 x10L4/10 + n5 x 10L5/10)

Keterangan:


(17)

N : jumlah kejadian/jumlah data pengukuran n : frekuensi kemunculan Ln

Ln : intensitas kebisingan dari hasil pengukuran (Menteri Lingkungan Hidup, 1996).

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja menyebutkan bahwa intensitas kebisingan 85 dB selama 8 jam kerja dalam sehari. Sehingga Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar intensitasnya melebihi ambang batas.

Dari hasil pengukuran kebisingan yang melebihi NAB tersebut, dapat berpengaruh terhadap fisiologis tenaga kerja salah satunya perubahan tekanan darah. Dari uraian diatas penulis ingin mengkaji teori tersebut dengan mengadakan penelitian tentang Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Terpapar Kebisingan Melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Adakah perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar”.


(18)

commit to user C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangnayar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui intensitas kebisingan di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

b. Untuk mengetahui tekanan darah tenaga kerja di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Diharapkan dapat mengkaji teori bahwa ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

2. Aplikatif

a. Bagi tenaga kerja

Diharapkan tenaga kerja mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah, dan dengan penuh kesadaran untuk melakukan upaya mengurangi ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan yang yang dialami.


(19)

b. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam kaitannya dengan lingkungan kerja serta tindakan pengendalian, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja, produktivitas dan derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal.

c. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kebisingan dan tekanan darah tenaga kerja di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.


(20)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Intensitas Kebisingan a. Pengertian kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar (Tarwaka, 2004). Sedangkan Budiono (2003) bising adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan.

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker No.Kep-51 MEN/1999). Priatna dan Utomo (2002) mengemukakan kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki bagi manusia. Jadi kebisingan secara umum adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang bersifat mengganggu pendengaran.

b. Jenis kebisingan

Jenis kebisingan menurut Suma’mur (2009):

1) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas

(Steady state, Wide band noise).


(21)

2) Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (Steady

state, narrow band noise).

Misal: gergaji sirkuler, katup gas.

3) Kebisingan terputus-putus (intermittent). Misal: lalu lintas, suara kapal terbang.

4) Kebisingan impulsif (impact impulsive noise). Misal: tembakan bedil, meriam, ledakan. 5) Kebisingan impulsif berulang.

Misal: mesin tempa, pandai besi.

Menurut Haryono dan Subaris (2007), bising diberbagai industri dalam garis besar dapat digolongkan dalam 2 golongan, yaitu: 1) Bising-bising impulsif

Kebisingan impulsif (impact/impulse noise) adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber tunggal atau bunyi yang pada saat tertentu terdengar secara tiba-tiba, misal kebisingan yang ditimbulkan oleh ledakan bom, meriam. Sedangkan impulsif berulang terjadi pada mesin produksi di industri. Kebisingan impulsif yang berintensitas tinggi dapat menyebabkan rusaknya alat-alat pendengaran. Kerusakan dapat terjadi pada gendang pendengaran dan tulang-tulang halus di telinga tengah. Getaran-getaran yang menyebabkan kerusakan ini dapat melalui udara maupun melalui tulang.


(22)

commit to user

2) Intermittent/Interutted Noise

Adalah kebisingan dimana suara mengeras dan kemudian melemah secara perlahan-lahan. Sebagai contoh, kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan lalu lintas atau pesawat udara yang tinggal landas.

c. Sumber kebisingan

Menurut Dirjen PPM dan PL., DEPKES & KESSOS RI. dalam Haryono dan Subaris (2007), sumber kebisingan dibedakan menjadi :

1) Bidang industri

Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel dan sejenisnya. Bidang industri dapat dirasakan oleh tenaga kerja maupun masyarakat disekitar industri.

2) Bidang rumah tangga

Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan tidak terlalu tinggi tingkat kebisingannya.

3) Bidang spesifik

Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.

Bila sumber kebisingan dilihat dari sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu:


(23)

2) Sumber kebisingan dinamis : mobil, pesawat terbang, kapal laut dan lainnya (Wisnu, 1996).

Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang dikeluarkannya, ada dua macam yaitu:

1) Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contoh: sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak bergerak.

2) Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis, misalnya: kebisingan yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak dijalan. (Men. KLH, 1989)

d. Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. (Kepmenaker No. 51 MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Budiono dkk, 2003). Nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dB, selama waktu pemaparan 8 jam berturut-turut (Priatna dan Utomo, 2002).


(24)

commit to user Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu pemajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dBA 8 Jam

4 2 1 85 88 91 94 30 Menit

15 7,5 3,75 0,94 97 100 103 106 112 28,12 Detik

14,06 1,88 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11 Tidak Boleh 115 118 109 121 124 127 130 133 136 139 140 (Sumber: Budiono dkk, 2003).


(25)

e. Efek kebisingan terhadap kesehatan

Pengaruh pemaparan kebisingan menurut Sandes, dkk. dalam Tarwaka (2004) secara umum dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lama waktu pemaparan. Pengaruh pemaparan kebisingan antara lain adalah: 1) Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah

terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat permanen atau ketulian maupun bersifat sementara, pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui. Secara fisiologis kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan, gangguan dalam bekerja, peningkatan kelelahan, dan resiko masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.

2) Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB) adalah dapat menyebabkan stress pada karyawan yang secara spesifik dapat mengakibatkan stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan reaksi psikomotor, kehilangan


(26)

commit to user

penurunan perfomansi kerja yang kesemuannya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.

f. Pengendalian kebisingan

Kebisingan dapat dikendalikan dengan : 1) Pengendalian Secara Teknis

a) Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.

b) Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara.

c) Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. d) Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising. e) Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada

sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet.

f) Modifikasi mesin atau proses.

g) Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi suara bising (Budiono dkk, 2003).

2) Pengendalian secara administratif:

a) Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu (misalnya bagian diesel).

b) Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang


(27)

berbising tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta menggunakan APD (ear muff).

c) Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada. d) Cara ini dilakukan untuk mengurangi waktu pemajanan dan

tingkat kebisingan, sehingga suara yang diterima organ pendengaran pekerja, masih dalam batas aman (Budiono dkk, 2003).

3) Pengendalian secara medis

Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja, secara periodik, secara khusus, dan pada akhir masa kerja (Budiono dkk, 2003).

4) Penggunaan Alat Pelindung Diri

Apabila pengendalian secara teknis dan administratif belum dapat mereduksi tingkat dan lama kebisingan yang diterima maka digunakan alat pelindung kebisingan yaitu ear plug atau ear

muff disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi, dan penurunan

intensitas kebisingan yang diharapkan (Budiono dkk, 2003). 2. Tekanan Darah

a. Pengertian tekanan darah

Darah termasuk golongan jaringan ikat dan merupakan media komunikasi antar sel dari berbagai bagian tubuh dan dengan dunia luar (Jan Tambayong dalam Tahang, 2004).


(28)

commit to user

Tekanan darah adalah tekanan yang didesakkan dengan mensirkulasi darah pada dinding pembuluh darah (Ramadhan, 2010). Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghilang (Tahang, 2004). Perbedaan tekanan antara sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg (Pearce, 2009).

b. Penggolongan tekanan darah

Tabel 2. Standar Tekanan Darah Normal

No Usia Diastole Sistole

1 Pada masa bayi 50 70-90 2 Pada masa anak 60 80-100 3 Masa remaja 60-70 90-110 4 Dewasa muda 60-70 110-125 5 Umur lebih tua 80-90 130-150 (Sumber : Pearce, 2009).

Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII dalam Hermawati (2005) adalah sebagai berikut:

1) Tekanan darah normal: tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan diastole 80 mmHg.


(29)

2) Pre hipertensi: tekanan sistolik 120-139 mmHg dan tekanan diastolik 80-90 mmHg.

3) Hipertensi, ada dua macam yaitu:

a) Stadium I: tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolik 90-99 mmHg.

b) Stadium II: tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 100 mmHg.

Tabel 3: Kategori Tekanan Darah

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Normal-Tinggi 130-139 85-89 Tingkat 1 (hipertensi ringan)

Sub-group : perbatasan

140-159

140-149

90-99

90-94 Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109 Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥180 >110 Hipertensi sistolik terisolasi

Sub-group: perbatasan

≥ 140

140-149

<90

<90 (Sumber : Sani, 2008).


(30)

commit to user c. Tekanan darah rata-rata

Menurut Guyton dan Hall dalam Hermawati (2005) antara tekanan sistole dan diastole ada yang dinamakan tekanan darah rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik dari pada tekanan sistolik. Karena tekanan sistolik lebih pendek daripada diastole. Tekanan darah rata-rata sedikit kurang daripada nilai-nilai tengah antara tekanan sistole dan diastole. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5 mmHg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-beda tergantung apakah mereka kontriksi/dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa kira-kira 90 mmHg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistole 120 mmHg dan tekanan diastole 80 mmHg. Tekanan arteri rata-rata dirumuskan sebagai berikut :

TR = TD + 1/3 (TS - TD) mmHg Keterangan:

TR : tekanan arteri rata-rata dengan satuan mmHg TD : tekanan diastolik dengan satuan mmHg TS : tekanan sistolik dengan satuan mmHg

Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi pendorong mengalir darah lebih lama terpengaruh untuk tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Peningkatan atau penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi


(31)

tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transpor oksigen, karbondioksida dan hasil metabolisme lainnya.

d. Resistensi Aliran Darah

Resistensi merupakan hambatan aliran darah dalam pembuluh, tetapi tidak dapat diukur secara langsung dengan cara apapun. Sebaliknya, resistensi harus dihitung dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan darah dua titik di dalam pembuluh.

Bila perbedaan tekanan antara dua titik adalah 1 mmHg dan aliran darah adalah 1 ml/detik, resistensinya dikatakan sebesar 1 satuan resistensi perifer, biasanya disingkat PRU (Peripheral Resistance Unit) (Guyton&Hall, 2008).

Satuan fisik dasar yang disebut satuan CGS (sentimeter, gram, detik) dipakai untuk menyatakan resistance. Resistensi untuk satuan ini dapat dihiting dengan rumus : R = 1333

/

Keterangan :

R : resistensi aliran darah dalam dyne detik/cm5 mmHg : menyatakan tekanan darah

ml/detik : menyatakan kecepatan aliran darah e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Parsudi dalam Subagiya (2007) tekanan darah normal sangat bervariasi tergantung pada:


(32)

commit to user

2) Latihan kerja yang lama akan menurunkan tekanan sistolik yang progresif sehingga mudah lelah.

3) Umur, semakin tua tekanan sistolik semakin tinggi biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosklerosis kira-kira sepersepuluh dan orang tua meningkat di atas 200 mmHg.

4) Seks, pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya tinggi. 5) Anemia berat akan menyebabkan viskositas darah turun 1-2,5 kali

viskositas normalnya 3 kali sehingga menyebabkan meningkatkan beban kerja jantung yang akan menaikkan tekanan arteri.

6) Emosi, takut, cemas biasanya tekanan darahnya akan naik.

7) Penyakit ginjal, penyakit hipertensi akan menyebabkan suplai vaskuler berkurang atau berkurangnya filtrasi glomerolus yang akan menyebabkan hipertensi.

8) Merokok, meskipun tidak terdapat hubungan merokok dalam hipertensi namun merokok merupakan faktor risiko mayor terhadap penyakit kardiovaskuler.

9) Minum alkohol, mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap otot anti hipertensi.

10) Kafein dapat meningkatkan tekanan darah secara akut namun secara cepat ditoleransi oleh procesor effect.


(33)

11) Pemakaian obat-obatan tertentu seperti kontrasepsi oral dekongestan hidung, obat anti flu karena jenis obat ini dapat meningkatkan tekanan darah.

12) Faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap tekanan darah seperti suhu ruangan dan kebisingan karena dapat mempengaruhi gangguan tidur dan efek syaraf otonom.

3. Hubunganpaparan kebisingan dengan tekanan darah

Pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat–zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin meningkat metabolisme otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah (Pulung dan Setya, 2005).

Kebisingan dapat terjadi di mana-mana termasuk di tempat kerja. Kebisingan di tempat kerja mempunyai efek terhadap pekerja. Gangguan kesehatan merupakan salah satu efek negatif yang disebabkan oleh kebisingan. Menurut Cohen dan Jensen dalam Kusmindari (2008) kebisingan yang tinggi akan menimbulkan gangguan pada kardiovaskuler, alergi, sakit tenggorokan, dan dapat meningkat tekanan darah. Terdapat perbedaan tekanan darah antara kebisingan yang tinggi dan rendah.

Kebisingan berhubungan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah. Masyarakat yang terpapar kebisingan cenderung memiliki emosi yang


(34)

commit to user

cukup lama akan akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah keseluruh tubuh, dalam waktu lama tekanan darah akan naik (Haryoto, 2005).

Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan peningkatan sensitivitas tubuh seperti meningkatnya sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung (Candra, 2007).

Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus atau yang datangnya secara tiba-tiba (mendadak) dan tidak terduga dapat menimbulkan reaksi fisiologis berupa peningkatan tekanan darah ± 10 mmHg (Moeljosoedarmo, 2008).

Reaksi peningkatan tekanan darah terjadi pada permulaan pemajanan terhadap bising, yang kemudian akan kembali kepada keadaan semula. Apabila terpajan bising terus-menerus maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan tekanan darah tersebut tidak nampak lagi (Moeljosoedarmo, 2008). Rangsangan (stimulasi) kebisingan bermula melalui serabut saraf yang secara tidak langsung mengenai kardiovasculer yang akan menimbulkan konstriksi pada pembuluh darah, tekanan sistole akan meningkat dan tekanan arteri semakin kuat. Pengaruh tersebut bersifat sementara dan sampai derajat tertentu terjadi adaptasi dan dari proses adaptasi tersebut adalah indikasi dari adanya perubahan tekanan darah. (Moeljosoedarmo, 2008).


(35)

B. Kerangka pemikiran

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran C. Hipotesis

Ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Kebisingan

Efek pada saraf otonom

Fungsi jantung (jantung kontraksi

lebih cepat) Perubahan tekanan darah Tekanan sistole meningkat dan tekanan arteri semakin kuat Kontriksi pembuluh darah Faktor internal: 1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Kondisi Kesehatan dan Riwayat Penyakit (anemia berat, penyakit ginjal, penyakit hipertensi)

4. Kondisi psikologis (emosi, cemas, takut) 5. Olah Raga

6. Merokok 7. Kafein 8. Obat-obatan 9. Latihan kerja Faktor

eksternal: 1.Tekanan panas


(36)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik. Menggunakan pendekatan cross sectional, karena variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurahman, 2004).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, pada bulan Februari 2011.

C. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang berjumlah 20 orang.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah non

probability sampling dengan pendekatan sampling jenuh yang merupakan

teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sumardiyono, 2010).


(37)

E. Sampel Penelitian

Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang yang merupakan populasi pekerja di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

F. Desain Penelitian

Gambar 2. Bagan Desain Penelitian G. Identifikasi Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebisingan. b. Variabel Terikat

Populasi

Sampel

Sampling jenuh

Sesudahterpapar kebisingan Sebelum terpapar

kebisingan

Paired sample t-test

Tekanan Darah sebelum terpapar

kebisingan

Tekanan Darah sesudah terpapar


(38)

commit to user c. Variabel Pengganggu

1) Variabel pengganggu terkendali : umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit, konsumsi kafein, kebiasaan merokok dan konsumsi obat-obatan, tekanan panas.

2) Variabel pengganggu tidak terkendali : kondisi psikologis, olah raga. H. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel bebas : Kebisingan 1) Definisi

Kebisingan adalah suara yang ditimbulkan oleh mesin Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang intensitasnya melebihi ambang batas sehingga mengganggu kesehatan tenaga kerja.

2) Alat Ukur :Sound Level Meter merk Rion type Na-20 3) Satuan : decibel (dB)

4) Hasil : Kebisingan sebelum dan sesudah bekerja 5) Skala Pengukuran : Nominal

b. Variabel terikat : Tekanan Darah 1) Definisi

Tekanan darah adalah kekuatan yang diciptakan oleh jantung ketika memompa darah menuju pembuluh arteri dan kekuatan pembuluh arteri ketika mendesak darah ke jantung.

2) Alat Ukur : Sfigmomanometer dan Stetoskop Merk ABN 3) Satuan : mmHg


(39)

4) Hasil : Data hasil pengukuran tekanan darah 5) Skala Pengukuran : Rasio

I. InstrumenPenelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah:

1. Kebisingan

Untuk mengukur kebisingan digunakan alat Sound Level Meter

merk RION type NA-20

Teknik pengukurannya adalah : a. Pasang baterai pada tempatnya

b. Putar switch ke BATT untuk mengecek kondisi baterai c. Putar switch ke A

d. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT

e. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur f. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST”

karena jenis kebisingannya continue. g. Arahkan mikrofon pada sumber kebisingan

h. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan posisi tenaga kerja selama kerja

i. Pengukuran di lima titik, masing-masing titik diukur sebanyak 5 kali dan diambil hasil yang paling tinggi


(40)

commit to user

Gambar 3. Sound Level Meter merk RION type NA-20 2. Tekanan Darah

Untuk mengukur tekanan darah digunakan alat

Sfigmomanometer dan Stetoskop Merk ABN.

Teknik pengukurannya adalah :

a. Tenaga kerja dalam posisi duduk tegak, lengan kiri diletakkan diatas meja

b. Lengan bagian atas dibalut dengan manset lalu digelembungkan sampai nadi dalam lengan atas tidak terasa

c. Dicari pembuluh darah arteri yang dekat dengan lengan yang dibalut manset dan pada pembuluh darah arteri tersebut stetoskop diletakkan d. Tekanan udara dalam manset dikeluarkan dengan memutar katup pada

bladder dengan perlahan lalu mendengarkan suara yang dihasilkan

dari aliran darah, waktu pertama kali terdengar suara denyut itu disebut tekanan sistolik

e. Manset terus dikempiskan secara perlahan sampai suara denyut berhenti, inilah yang disebut tekanan diastolik.


(41)

Gambar 4. Sfigmomanometer dan Stetoskop merk ABN

3. Kuesioner, yaitu untuk mengetahui kesediaan tenaga kerja menjadi responden dan mengetahui identitasnya.

4. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil pengukuran.

5. Timbangan berat badan, yaitu alat untuk mengukur berat badan seseorang.

6. Microtoice, yaitu alat untuk mengukur tinggi badan.

J. Cara Kerja Penelitian

Cara kerja penelitian meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap persiapan

a. Mempersiapkan lembar isian data subjek penelitian

b. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran c. Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi

tempat kerja, proses kerja, kondisi tenaga kerja serta melakukan pengukuran kebisingan dan tekanan darah.


(42)

commit to user 2. Tahap pelaksanaan

a. Mengisi lembar isian data meliputi umur, masa kerja dan tingkat pendidikan.

b. Mengukur berat badan, tinggi badan untuk menghitung status gizi/IMT.

c. Mengukur kebisingan dengan Sound Level Meter merk RION type NA-20.

d. Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB dengan Sfigmomanometer dan Stetoskop merk ABN. Pengukuran sebelum terpapar kebisingan dilakukan saat tenaga kerja sampai di tempat kerja lalu di istirahatkan ± 10 menit, sedangkan setelah terpapar kebisingan tenaga kerja langsung diukur tekanan darahnya sebelum berganti pakaian untuk pulang. 3. Tahap Penyelesaian

Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan.

K. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Paired T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0, dengan syarat data berdistribusi normal. Normalitas data menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Nilai signifikasi

(Asymp.sig.) apabila nilai signifikasi > 0,05 (p > 0,05) maka data dalam


(43)

Interpretasi hasil uji statistik Paired T-Test sebagai berikut: a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. b. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.


(44)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar terletak + 15 km ke arah timur laut dari Surakarta atau 110 Km sebelah selatan ibu kota Jawa Tengah Semarang tepatnya di Desa Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Dari segi ekonomi, lokasi PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar cukup mudah mendapatkan bahan baku yang berupa tetes tebu (molasses) yang diperoleh dari pabrik gula di sekitarnya.

PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar mulai beroperasi tahun 1989 dengan peralatan yang serba modern dan canggih, sehingga mampu mengolah tetes tebu (molasses) sebagai hasil samping pabrik gula menjadi produk-produk kimia yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Produk utama yang dihasilkan di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar antara lain Ethanol 96,0%, Acetic Acid 99,80%,

dan Ethyl Acetate 100%. Kadar tersebut merupakan kadar minimal yang

diproduksi, sedangkan produk yang keluar kadarnya disesuaikan dengan permintaan konsumen.

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Pada unit ini terdapat


(45)

ruang operator yang kedap suara dan ruang mesin yang kurang kedap terhadap kebisingan karena ruang Boiler ini selain menghasilkan kebisingan dari mesin Boiler sendiri juga lokasinya tidak jauh dari ruang mesin Boiler Biogas dan ruang mesin Compressor yang mana mesin tersebut menimbulkan kebisingan yang melebihi nilai ambang batas (NAB). Mesin Boiler ini bertugas mensuplai uap ke plant untuk proses produksi dan juga untuk menggerakkan alat-alat dalam proses produksi. Di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkamat, Karanganyar terdapat 2 buah Boiler Batubara yaitu Alstom dan Basuki.

B. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Umur

Distribusi responden berdasarkan umur tenaga kerja di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 34-39 4 20

2 40-45 8 40

3 46-52 8 40

Total Rata-rata = 43,75 20 100

Sumber : Data primer tahun 2011

Berdasarkan tabel 4 diperoleh umur responden yang terendah adalah 34 tahun dan tertinggi adalah 52 tahun, rata-rata umur tenaga kerja


(46)

commit to user 2. Masa Kerja

Masa kerja karyawan di Unit Boiler Batubaralebih dari 10 tahun, adapun distribusi frekuensi masa kerja responden di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja Responden No Masa Kerja

(tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 11-15 4 20

2 16-20 9 45

3 21-24 7 35

Total Rata-rata = 19 20 100

Sumber : Data primer tahun 2011

Berdasarkan tabel 5 diperoleh masa kerja responden terendah adalah 11 tahun dan tertinggi 24 tahun, rata-rata masa kerja responden adalah 19 tahun.

3. Status gizi/IMT

Hasil perhitungan status gizi/IMT terhadap 20 responden di unit boiler batubara diperoleh sebaran status gizi/IMT sebagai berikut :

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi/IMT

No IMT Frekuensi Persentase (%)

1 < 18,5 0 0

2 18,5 – 22,9 7 30


(47)

4 27,5 > 0 0

Total Rata-rata = 23,46 20 100

Sumber : Data primer tahun 2011

Dari hasil pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) diperoleh IMT terendah 19,31 dan IMT tertinggi 27,34 dengan rata-rata IMT responden 23,46.

4. Kondisi Kesehatan

Dari hasil pengisian kuesioner tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian dalam kondisi sehat. Hal ini ditandai dengan tidak adanya tenaga kerja yang sedang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menaikkan tekanan darah seperti obat flu.

5. Riwayat Penyakit

Dari hasil pengisian kuesioner diketahui tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan hipotensi. Adapun distribusi frekuensi untuk riwayat penyakit sebagai berikut :

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit

No Riwayat penyakit Frekuensi Presentase

(%)

1 Hipertensi 1 5

2 Hipotensi 4 20

3 Tidak ada riwayat penyakit 15 75


(48)

commit to user

Dari hasil pendataan riwayat penyakit diketahui 1 responden (5%) memiliki riwayat penyakit hipertensi, 4 responden (20%) memiliki riwayat penyakit hipotensi, dan 25 responden (75%) tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi maupun hipotensi.

6. Kebiasaan Merokok

Dari hasil pengisian kuesioner diketahui tenaga kerja ada yang memiliki kebiasaaan merokok, adapun distribusi frekuensinya sebagai berikut :

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok No Kebiasaan Merokok Frekuensi Presentase (%)

1 Perokok 8 40

2 Bukan Perokok 12 60

Total 20 100

Sumber : Data primer tahun 2011

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui 8 responden (40%) memiliki kebiasaan merokok dan 12 responden (60%) tidak memilki kebiasaan merokok.

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Berdasarkan pengukuran intensitas kebisingan dengan alat Sound

Level Meter pada tempat kerja dilakukan di 5 titik pengukuran di Unit Boiler

Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar diperoleh hasil sebagai berikut:


(49)

commit to user Tabel 9. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

Titik

pengukuran

Intensitas kebisingan

(dB)

NAB (dB) Batas NAB

1 88 85 >NAB

2 87 85 >NAB

3 86 85 >NAB

4 89 85 >NAB

5 88 85 >NAB

Rata-rata 87,71 Sumber : Data primer tahun 2011

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan terendah adalah 86 dB, intensitas kebisingan tertinggi adalah 89 dB dan rata-rata intensitas kebisingan di Unit Boiler Batubara adalah 87,71 dB

D. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Tenaga Kerja

Sebanyak 20 sampel penelitian di Unit Boiler Batubara dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB. Untuk lebih jelas hasil pengukuran tekanan darah dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Terpapar Kebisingan Melebihi NAB

Nama Subjek Penelitian

Tekanan Darah

Sistolik Diastolik

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

A 95 110 75 80

B 122 140 90 95

C 120 145 80 94

D 110 126 75 70


(50)

commit to user

F 120 110 80 80

G 110 120 80 85

H 110 125 80 90

I 110 120 80 80

J 125 130 80 85

K 100 110 70 80

L 120 140 90 100

M 120 130 80 100

N 120 120 80 80

O 125 120 80 80

P 110 125 80 90

Q 125 130 90 90

R 120 110 80 80

S 125 130 79 70

T 140 150 90 95

Jumlah 2327 2506 1609 1704

Rata-rata 116,3 125,3 80,4 85,2

Sumber : Data primer tahun 2011

Dari hasil pengukuran tekanan darah subjek penelitian di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terpapar kebisingan melebihi NAB 116,3 mmHg sedangkan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB adalah 125,3 mmHg. Selisih sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB sebesar 9 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar kebisingan melebihi NAB adalah 80,4 mmHg sedangkan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB adalah 85,2 mmHg. Selisih sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB 4,8 mmHg.

Distribusi frekuensi perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.


(51)

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden

Tekanan Darah

Perubahan Tekanan Darah

Meningkat Menurun Tetap

Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase

Sistolik 16 80 % 3 15 % 1 5 %

Diastolik 12 60 % 2 10 % 6 30 %

Sumber : Data primer tahun 2011

Dari hasil pengukuran tekanan darah sistolik menunjukkan bahwa dari ke 20 subjek penelitian di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar terdapat 16 orang (80%) mengalami peningkatan, 3 orang (15%) mengalami penurunan, dan 1 orang (5%) tekanan darah sistoliknya tetap. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik menunjukkan bahwa terdapat 12 orang (60%) mengalami peningkatan, 2 orang (10%) mengalami penurunan, dan 6 orang tekanan diastoliknya tetap.

Dari hasil tersebut di atas, untuk normalitas data tekanan darah digunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan hasil normalitas data tekanan sistolik nilai p sebelum terpapar kebisingan melebihi NAB adalah 0,224 dan nilai p sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB adalah 0,788. Sedangkan tekanan diastolik nilai p sebelum terpapar kebisingan melebihi NAB adalah 0,025 dan nilai p sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB adalah 0,269. Hasil ini menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal karena nilai p > 0,05.

Hasil uji statistik tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB dengan Paired T-Test diketahui bahwa nilai p


(52)

commit to user

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB.

Hasil uji statistik tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB dengan Paired T-Test diketahui bahwa nilai p sebesar 0,006 atau kurang dari 0,05 (p ≤ 0,05), maka Ho ditolak. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB.


(53)

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Keseluruhan tenaga kerja di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar berjumlah 20 orang, kemudian digunakan teknik sampling non probability dengan pendekatan sampling jenuh maka seluruh tenaga kerja dijadikan sampel penelitian. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner untuk mengetahui identitas tenaga kerja yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, status gizi, pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan dan riwayat penyakit.

Dalam penelitian ini subjek penelitian berumur antara 34 – 50 tahun, menurut Buckman dan Westcott (2010) tekanan darah mulai meningkat pada umur sekitar 35 tahun. Seluruh sampel dalam penelitian ini adalah laki-laki. Kondisi kesehatan yang baik, dari hasil pengisian kuesioner tenaga kerja berada dalam kondisi sehat dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan, menurut Depkes RI (2003) seseorang yang mengkonsumsi obat-obatan seperti oral dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat supresi nafsu makan dapat meningkatkan tekanan darah.

Masa kerja minimal 11 tahun dan maksimal 24 tahun, gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan


(54)

commit to user

bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan (Tarwaka, 2004). Status gizi sampel penelitian berkisar antara 19,31 - 27,34 yang termasuk dalam kategori status gizi normal dan overweight. Status gizi dalam kategori obesitas disebabkan jaringan lemak yang jumlahnya berlebihan, jaringan ini meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen secara menyeluruh sehingga curah jantung bertambah untuk memenuhi kebutuhan metabolik yang lebih tinggi, berat badan semakin tinggi akan mempunyai kecenderungan tekanan darahnya semakin tinggi juga (Basha dalam Rusli, 2009).

B. Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan sebaran dari hasil penelitian yang diperoleh secara kuantitatif dengan menggunakan daftar distribusi dan dibuat presentase.

1. Umur

Seluruh populasi yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini yang berumur 34 – 39 tahun sebanyak 4 orang tenaga kerja dengan presentase 20 %, yang berumur 40 – 45 tahun sebanyak 8 orang tenaga kerja dengan presentase 40 %, sedangkan yang berumur 46 – 52 sebanyak 8 orang tenaga kerja dengan frekuensi 40 %.

Menurut Vitahealth (2006) tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.


(55)

Sehingga dapat diketahui bahwa umur sampel penelitian masih dalam keadaan normal untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah. 2. Masa Kerja

Dari hasil penelitian masa kerja responden antara 11 – 15 tahun sebanyak 4 orang tenaga kerja dengan presentase 20 %, masa kerja 16 – 20 tahun sebanyak 9 orang tenaga kerja dengan presentase 45 %, sedangkan masa kerja 21 – 24 tahun sebanyak 7 orang tenaga kerja dengan presentase 3%.

Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan (Tarwaka, 2004). Sehingga masa kerja responden berpengaruh terhadap tekanan darah. 3. Status Gizi/IMT

Dalam penelitian ini status gizi/IMT subjek penelitian berkisar antara 19,31 - 27,34 dengan rata-rata 23,46.

Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight

dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori obesitas.

Dari kategori IMT di atas dapat diketahui bahwa status gizi/IMT 20 subjek penelitian 7 orang tenaga kerja termasuk dalam


(56)

commit to user

kategori normal, sedangkan 23 orang tenaga kerja termasuk dalam kategori over weight.

Menurut Buckman dan Westcott status gizi (obesitas) akan menambah beban kerja jantung sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Subjek penelitian dalam penelitian ini mempunyai status gizi atau indeks massa tubuh yang normal dan over weight, sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi/IMT subjek penelitian tidak mempengaruhi tekanan darah.

4. Jenis kelamin

Dalam penelitian ini semua tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian adalah laki-laki. Karena populasi di Unit Boiler Batubara semua berjenis kelamin laki-laki.

5. Keadaan fisik

Kondisi kesehatan tenaga kerja di Unit Boiler Batubara dalam keadaan sehat. Tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian dinyatakan sehat diperoleh dengan pengisian kuesioner dan wawancara langsung dengan tenaga kerja. Untuk mengetahui riwayat penyakit tenaga kerja juga diketahui dari pengisian kuesioner.

Menurut Budiono (2003) pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental, dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.


(57)

6. Kebisingan

Kebisingan di Unit Boiler Batubara termasuk jenis kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas yang dihasilkan oleh mesin boiler merk alstom dan basuki. Dari hasil pengukuran kebisingan di ruang Boiler Batubara didapatkan hasil pengukuran intensitas kebisingan terendah 86 dB dan intensitas kebisingan tertinggi 89 dB. Rata-rata intensitas kebisingan di ruang mesin Boiler Batubara adalah 87,71 dB, jadi intensitas kebisingan di Unit Boiler Batubara termasuk dalam range 85 dB - 88 dB.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja menyebutkan bahwa intensitas kebisingan 85 dB selama 8 jam kerja dalam sehari. Sehingga di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar intensitasnya melebihi ambang batas. Dengan intensitas kebisingan yang melebihi ambang batas tersebut maka tenaga kerja hanya diperkenankan 4 jam berada di tempat kerja, tetapi kenyataan sebagian besar tenaga kerja lebih banyak berada di ruang mesin Boiler Batubara dan di bagian luar ruang mesin Boiler Batubara daripada di ruang operator yang kedap suara. Tetapi untuk operator mesin Boiler Batubara lebih banyak berada di ruang kedap suara tersebut.


(58)

commit to user

Tenaga kerja dapat bekerja di tempat bising dengan waktu pemaparan 8 jam/hari harus dengan memakai alat pelindung telinga yaitu ear plug atau ear muff. Dengan memakai ear plug saja tenaga kerja dapat mengurangi paparan bising yang diterima sehingga dapat meminimalkan pengaruh kebisingan yang ditimbulkan dari mesin Boiler Batubara. Tetapi kenyataan di lapangan tenaga kerja tidak memakai ear plug, hal ini dikarenakan tenaga kerja merasa tidak nyaman dalam bekerja jika harus memakai ear plug.

7. Tekanan darah

Tekanan darah dapar diukur dengan beberapa metode salah satunya dengan metode auskultatori yaitu dengan menggunakan sebuah

Stetoskop dan Sphygmomanometer (Ramadhan, 2010). Pengukuran

tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB.

Pengukuran tekanan darah sistolik dari 20 subjek penelitian, 16 subjek penelitian (80%) mengalami peningkatan dan 3 subjek penelitian (15%) mengalami penurunan, dan 1 subjek penelitian (5%) tekanan darah sistoliknya tetap. Pengukuran tekanan darah diastolik dari 20 subjek penelitian, 12 subjek penelitian (60%) mengalami peningkatan dan 2 subjek penelitian (10%) mengalami penurunan, dan 6 subjek penelitian tekanan diastoliknya tetap (30%).


(59)

Pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan ada yang meningkat, menurun, dan stabil. Tekanan darah yang meningkat disebabkan intesitas kebisingannya masih tinggi yang akan meningkatkan tekanan darah pada tenaga kerja, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Melamed dalam Vano (2010) bahwa kebisingan yang melebihi ambang batas memiliki pengaruh terhadap fisiologi (detak jantung) dan akan menaikan tekanan darah seseorang. Selain itu peningkatan tekanan darah terjadi karena jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya dan arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut (Aditama, 2005).

Untuk subjek penelitian yang mengalami penurunan tekanan darah sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB disebabkan paparan bising yang tinggi mempengaruhi kerja jantung tenaga kerja sehingga akan menurunkan tekanan darah. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aditama (2005) bahwa tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil karena aktivitas jantung untuk memompa darah berkurang, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Sedangkan hasil pengukuran tekanan darah yang tidak mengalami perubahan, hal ini disebabkan tenaga kerja terpapar kebisingan dalam waktu yang lama sudah mampu beradaptasi dengan


(60)

commit to user

hasilkan oleh mesin boiler batubaratidak begitu berdampak pada tenaga kerja. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Moeljosoedarmo (2008) apabila terus-menerus terpajan bising, maka akan terjadi adaptasi sehingga perubahan efek fisiologis itu tidak tampak lagi.

C. Analisis Bivariat

Hasil uji statistik dengan uji Paired T-Test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB.

Hal tersebut dapat diketahui dari uji Paired T-Test yang telah dilakukan dengan program SPSS versi 16.0 dengan hasil t hitung – 4,228 untuk tekanan sistolik dan – 3,129 untuk tekanan diastolik. Dimana dengan hasil negatif (-) menunjukkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum terpapar kebisingan lebih kecil daripada setelah terpapar kebisingan. Dan besar nilai p = 0,000 untuk tekanan sistolik dan p = 0,006 untuk tekanan diastolik, dimana nilai tersebut ( p ≤ 0,05) maka ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB baik tekanan sistolik maupun diastoliknya.

Tenaga kerja sebelum terpapar kebisingan melebihi NAB tekanan darahnya lebih rendah daripada setelah terpapar kebisingan melebihi NAB yang tekanan darahnya cenderung meningkat. Hasil uji dinyatakan signifikan, berdasarkan analisis data diketahui bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan


(61)

melebihi NAB. Adapun penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi dalam hasil penelitian ini adalah Haryo Nugroho (2004) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar bising. Hal serupa juga dilakukan oleh Endah Sri Lestari (1997), Rizka Meilinasari Nuzla (2005), dan Indra (2006) bahwa ada perbedaan yang bermakna tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan.


(62)

commit to user BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari analisis dengan uji statistik Paired T-Test nilai p sebesar 0,000 untuk tekanan darah sistolik. Dengan nilai p sebesar 0,000 berarti p ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

2. Besar nilai p untuk tekanan darah diastolik adalah 0,006. Dengan nilai p 0,006 berarti p ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

B. Saran

1. Seharusnya perusahaan meningkatkan budaya pemakaian ear plug di lingkungan kerja yang bising.

2. Seharusnya tenaga kerja diberikan sanksi yang tegas apabila tidak memakai alat pelindung diri.


(63)

3. Seharusnya perusahaan memberikan penyuluhan kepada tenaga kerja tentang dampak kebisingan terhadap kesehatan agar selama bekerja selalu memakai alat pelindung telinga dan selalu menjaga kesehatannya.

4. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengendalikan status gizi tenaga kerja karena dalam penelitian ini status gizi tenaga kerja belum bisa dikendalikan.


(64)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Aditama Tj.Y. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. PT. Duta Prima. Jakarta: UI Press. Babba J. 2007. Hubungan antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja

dengan Peningkatan Tekanan Darah pada Karyawan PT Semen Tonasa

di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Semarang, Universitas

Diponegoro Semarang. Tesis.

Buckman R., Westcoot P. 2010. Apa yang Seharusnya Anda Ketahui tentang

Tekanan darah Tinggi. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. pp:20-23

Budiono S, Jusuf, dan Pusparini A. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK,

Higiene Perusahaan Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja.

Semarang: UniversitasDiponegoro. pp:32-34

Candra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Depkes RI: Pusat Kesehatan Kerja.

Guyton, Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. p: 173

Haryono, Subaris H. 2007. Hygene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.

Haryoto. 2005. Hipertensi Akibat Bising. http://hipertensi.blogspot.com/2005/11/01/archive.html. (23 Maret 2011) Harrington, Gill F.S. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.

Hermawati E. 2006. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja pada Intensitas

Kebisingan yang Berbeda di PT. Purinusa Eka Persada Semarang.

Semarang, Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Indra. 2006. Perbedaan Tekanan Darah dan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Terpapar Kebisingan di Bagian Sand Blasting PT. Sai Apparel Industries

Semarang. Semarang, Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Kusmindari D. 2008. Pengaruh intensitas kebisingan pada proses sugu dan

proses ampelas terhadap tekanan darah tenaga kerja di bengkel kayu x.


(65)

Lestari E.S. Studi tentang Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Ruang Penenunan pada Intensitas Kebisingan Di Atas Nilai Ambang Batas di Perusahaan Tekstil Sandratex Semarang.

Semarang, Universitas Diponegoro Semarang. Tesis.

Moeljosoedarmo S. 2008. Higene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. p:340

Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. pp:112-113

Nugroho H. 2004. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Bising pada Tenaag Kerja Bagian Weaving (Loom) di PT. Primissima

Medari Sleman. Semarang, Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Nuzla R.M. 2005. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Pemaparan Bising di Depo Lok SMC PT. Kereta Api (Persero)

Daop IV Semarang. Semarang, Universitas Diponegoro Semarang. Tesis.

Pearce E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. pp: 169-171.

Priatna B.L., Utomo A.A. 2002. Green Company Pedoman Pengelolaan

Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra

International Tbk.

Pulung dan Setya I.P. 2005. Efek fisiologis pada pekerja sebelum dan sesudah

bekerja di lingkungan kerja panas. Jurnal Kesehatan Lingkungan.

2:163-172. (1 Maret 2011)

Ramadhan A.J. 2010. Mencermati Berbagai Gangguan pada Darah dan

Pembuluh Darah. Jogjakarta: DIVA Press. pp:31-33

Riwidikdo H. 2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. pp:55-60

Rusli M. 2009. Perubahan Tekanan Darah Masyarakat yang Tinggal di pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan XIV Kelurahan Tegal Sari Kecamatan

Medan Denai. Sumatra Utara, Universitas Sumatra Utara. Tesis.

Sani A. 2008. Clinical Practice Pocket Book Cardiovascular Disease Series. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2:9. (26 Februari 2011)


(66)

commit to user

Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: VC Alfabeta.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung. pp: 118-119

Sumardiyono. 2010. Biostatistik Penelitian Bidang Hiperkes. Surakarta: UNS Press. pp: 39-46

Tahang A.S. 2004. Profiltekanan darah P.G Krebet Malang terhadap kebisingan

di tempat kerja dan beberapa faktor yang diduga berperan. Jurnal Saint

dan Teknologi. 2:1-3. (26 Februari 2011)

Tarwaka, Bakri S, Sudiajeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan

Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. pp: 41-42

Taufiqurahman A, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu

Kesehatan, Jakarta: CSGF. p:71

Vano. 2010. Kebisingan dan Kesehatan.

http://vano2000.wordpress.com/2010/10/09/181/. ( 23 Maret 2011) Vitahelth. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(1)

commit to user

melebihi NAB. Adapun penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi dalam hasil penelitian ini adalah Haryo Nugroho (2004) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar bising. Hal serupa juga dilakukan oleh Endah Sri Lestari (1997), Rizka Meilinasari Nuzla (2005), dan Indra (2006) bahwa ada perbedaan yang bermakna tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar kebisingan.


(2)

commit to user

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari analisis dengan uji statistik Paired T-Test nilai p sebesar 0,000 untuk tekanan darah sistolik. Dengan nilai p sebesar 0,000 berarti p ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

2. Besar nilai p untuk tekanan darah diastolik adalah 0,006. Dengan nilai p 0,006 berarti p ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar kebisingan melebihi NAB di Unit Boiler Batubara PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

B. Saran

1. Seharusnya perusahaan meningkatkan budaya pemakaian ear plug di lingkungan kerja yang bising.

2. Seharusnya tenaga kerja diberikan sanksi yang tegas apabila tidak memakai alat pelindung diri.


(3)

commit to user

3. Seharusnya perusahaan memberikan penyuluhan kepada tenaga kerja tentang dampak kebisingan terhadap kesehatan agar selama bekerja selalu memakai alat pelindung telinga dan selalu menjaga kesehatannya.

4. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengendalikan status gizi tenaga kerja karena dalam penelitian ini status gizi tenaga kerja belum bisa dikendalikan.


(4)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Aditama Tj.Y. 2005. Mayo Clinic Hipertensi. PT. Duta Prima. Jakarta: UI Press. Babba J. 2007. Hubungan antara Intensitas Kebisingan di Lingkungan Kerja

dengan Peningkatan Tekanan Darah pada Karyawan PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Semarang, Universitas Diponegoro Semarang. Tesis.

Buckman R., Westcoot P. 2010. Apa yang Seharusnya Anda Ketahui tentang Tekanan darah Tinggi. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. pp:20-23 Budiono S, Jusuf, dan Pusparini A. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK,

Higiene Perusahaan Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro. pp:32-34

Candra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Depkes RI: Pusat Kesehatan Kerja.

Guyton, Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. p: 173

Haryono, Subaris H. 2007. Hygene Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.

Haryoto. 2005. Hipertensi Akibat Bising.

http://hipertensi.blogspot.com/2005/11/01/archive.html. (23 Maret 2011) Harrington, Gill F.S. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.

Hermawati E. 2006. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja pada Intensitas Kebisingan yang Berbeda di PT. Purinusa Eka Persada Semarang. Semarang, Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Indra. 2006. Perbedaan Tekanan Darah dan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Terpapar Kebisingan di Bagian Sand Blasting PT. Sai Apparel Industries Semarang. Semarang, Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Kusmindari D. 2008. Pengaruh intensitas kebisingan pada proses sugu dan proses ampelas terhadap tekanan darah tenaga kerja di bengkel kayu x. Jurnal imiah TEKNO. 5:87-96. (5 Maret 2011)


(5)

commit to user

Lestari E.S. Studi tentang Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Ruang Penenunan pada Intensitas Kebisingan Di Atas Nilai Ambang Batas di Perusahaan Tekstil Sandratex Semarang. Semarang, Universitas Diponegoro Semarang. Tesis.

Moeljosoedarmo S. 2008. Higene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI. p:340

Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. pp:112-113

Nugroho H. 2004. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Bising pada Tenaag Kerja Bagian Weaving (Loom) di PT. Primissima Medari Sleman. Semarang, Universitas Negeri Semarang. Skripsi.

Nuzla R.M. 2005. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Pemaparan Bising di Depo Lok SMC PT. Kereta Api (Persero) Daop IV Semarang. Semarang, Universitas Diponegoro Semarang. Tesis. Pearce E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. pp: 169-171.

Priatna B.L., Utomo A.A. 2002. Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra International Tbk.

Pulung dan Setya I.P. 2005. Efek fisiologis pada pekerja sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja panas. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2:163-172. (1 Maret 2011)

Ramadhan A.J. 2010. Mencermati Berbagai Gangguan pada Darah dan Pembuluh Darah. Jogjakarta: DIVA Press. pp:31-33

Riwidikdo H. 2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. pp:55-60

Rusli M. 2009. Perubahan Tekanan Darah Masyarakat yang Tinggal di pinggiran Rel Kereta Api Lingkungan XIV Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Medan Denai. Sumatra Utara, Universitas Sumatra Utara. Tesis.

Sani A. 2008. Clinical Practice Pocket Book Cardiovascular Disease Series. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2:9. (26 Februari 2011)

Subagiyo E. 2007. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Panas Pada Pekerja Bagian Moulding Perum perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Skripsi. Semarang.


(6)

commit to user

Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: VC Alfabeta.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung Agung. pp: 118-119

Sumardiyono. 2010. Biostatistik Penelitian Bidang Hiperkes. Surakarta: UNS Press. pp: 39-46

Tahang A.S. 2004. Profil tekanan darah P.G Krebet Malang terhadap kebisingan di tempat kerja dan beberapa faktor yang diduga berperan. Jurnal Saint dan Teknologi. 2:1-3. (26 Februari 2011)

Tarwaka, Bakri S, Sudiajeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. pp: 41-42

Taufiqurahman A, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan, Jakarta: CSGF. p:71

Vano. 2010. Kebisingan dan Kesehatan.

http://vano2000.wordpress.com/2010/10/09/181/. ( 23 Maret 2011) Vitahelth. 2006. Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 15

SKRIPSI Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 16

PENDAHULUAN Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 4

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 30

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL TENAGA KERJA TERPAPAR TEKANAN PANAS Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangany

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 3 8

PENDAHULUAN Perbedaan Gejala Konjungtivitis Pada Karyawan Terpapar Debu Batubara di Atas NAB dan Di bawah NAB di PT INDO ACIDATAMA tbk Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 7

HASIL Perbedaan Gejala Konjungtivitis Pada Karyawan Terpapar Debu Batubara di Atas NAB dan Di bawah NAB di PT INDO ACIDATAMA tbk Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 4 8

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN UNIT COMPRESSOR PT.INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 2 75